Mulai hari ini, in-syaa Allah, kita akan mulai fokus pada pembahasan dasar mengenai AQIDAH dan
MANHAJ dan dibimbing langsung oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه ا تعالى
Pembahasan kali ini merujuk kepada buku yang berjudul “Al Ishbaah Fii Bayani Manhajis Salaf Tarbiyati
wal Ishlah“, tentang Manhaj salaf dalam masalah tarbiyah dan perbaikan, yang ditulis oleh Syaikh Al
Ubailaan, حفظه ا تعالى
Mari kita ajak keluarga, kerabat dan teman untuk belajar aqidah dan manhaj dengan bergabung di
channel ini atau silahkan forward pembahasan di channel ini ke group anda lainnya...
=======
1. KAIDAH YANG PERTAMA, kata beliau (Syaikh Al Ubailaan) : Agama kita dibangun diatas 2 pokok yang
agung.
Yang pertama yaitu ikhlas-->yaitu ikhlas, mengikhlaskan ibadah hanya untuk Allah Subhaanahu wa Ta'ala.
Yang kedua adalah Mutaba'ah (ittiba kepada Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam).
Ini adalah merupakan 2 POKOK YANG AGUNG, yang merupakan makna daripada
Ketika kita mengucapkan _Asyhadu alla ilaaha illallah_ artinya mengikhlaskan ibadah hanya untuk Allah
Subhaanahu wa Ta'ala.
Dan ketika kita mengatakan _Wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah_ artinya kita memurnikan ittiba
atau mutaba'ah kepada Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam.
Dimana amal kita harus sesuai dengan apa yang di syari'atkan oleh Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa
Sallam
"Dialah Allah yang telah menciptakan kematian dan kehidupan agar Allah menguji kalian siapa diantara
kalian yang lebih baik amalnya."
"Yang lebih baik amalnya, artinya yang paling ikhlas dan yang paling benar."
Dan yang paling benar artinya yang sesuai dengan sunnah Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Sallam.
Kata Beliau (Syaikh Al Ubailaan) : Manusia di lihat dari 2 pokok ini, ada 4 macam:
Yang ke 2:
Sudahlah hatinya tidak ikhlas, tidak mengharapkan wajah Allah, sudah begitu tidak sesuai dengan contoh
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Sallam.
Yang ke 3 :
Orang yang ikhlas amalannya, tapi tidak sesuai dengan contoh Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Sallam,
namun ia berbuat mengada-ada kebid'ahan.
Yang ke 4:
Orang yang amalannya sesuai dengan sunnah Rasul tapi tidak ikhlas, maka inipun sama tidak diterima
oleh Allah Subhaanahu wa Ta'ala.
Maka yang terbaik adalah yang pertama, yang sesuai dengan sunnah Rasulullah dan ia ikhlas di dalam
mengamalkan ibadah tersebut.
Maka setiap kita berusahalah semaksimal mungkin akhowati islam untuk merealisasikan keikhlasan
dengan cara mengikhlaskan amalan hanya untuk Allah, bukan karena pujian manusia, bukan pula karena
mengharap dunia, tidak pula karena ia ingin diberikan kesenangan dari kehidupan dunia ini.
Maka ini adalah merupakan akhwati islam kaidah yang harus kita benar-benar kita perhatikan dalam
masalah tarbiyah dan islah, yaitu ikhlas dan mutaba'ah.
Wallahu a'lam
2. =======
KAIDAH yang ke 2
Bahwa landasan persyariatan demikian pula landasan dalam berdakwah beribadah adalah Alqur'an dan
Sunnah yang shohihah.
Karena Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan dalam Alqur'an untuk mentaati Allah dan Rasulnya.
Allah berfirman:
قوأقذطيكعوا ل
اق قواللركسوقل لققعللككوم تكورقحكموقن
"Taati Allah dan taati Rasul agar kamu di rahmati." [Al- Imran : 132]
Allah juga berfirman [Az-Zukhruf :43]
ك قعلقىى ذ
صقراطط كموستقذقيطم قفاوستقومذسوك ذباللذذيِ كأوذحقي إذلقوي ق
ك ۖ إذنل ق
Berarti kalau Rasulullah saja berpegangan kepada wahyu, kewajiban kita adalah untuk berpegang kepada
wahyu seluruhnya.
اذ قوقركسولذذه اذ اللروحىقمذن اللرذحيذم قيا أقيَيقها اللذذيقن آقمكنوا قل تكققددكموا بقويقن يققد ذ
يِ ل ۖ بذوسذم ل
"Hai orang-orang yang beriman, jangan kamu mendahului Allah dan Rasulnya."
Yaitu mendahului Allah dan Rasulnya dengan akal kita, pemikiran kita, dengan hawa nafsu atau
mendahulukan pendapat siapapun diatas Allah dan Rasulnya.
"Aku tinggalkan kepada kalian 2 perkara. Kalian tidak akan tersesat selama-lamanya, selama berpegang
pada 2 perkara tersebut, yaitu Kitabullah dan Sunnahku."
Kata Beliau (Syaikh Al Ubailaan):
Bahwa tidak akan di terima di sisi Allah kecuali apabila sesuai dengan apa yang di turunkan oleh Allah
dalam Alqur'an dan Sunnah.
Kalau tidak sesuai dengan apa yang di turunkan, maka itu tertolak.
Sebagaimana Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: "Barang siapa yang beramal setengah
suatu amalan yang dengan tidak ada perintah kami, maka itu tertolak."
"Hai orang-orang yang beriman taatilah Allah, taatilah Rasul dan Ulil Amri di antara kalian."
Allah tidak mengatakan, dan taati ulil amri. Karena ketaatan kepada ulil amri — dan ulil amri yang
dimaksud di sini ulama dan umaro — Ketaatan kepada mereka mengikuti ketaatan kepada Allah dan
Rasulnya.
Para ulama berkata: Allah memerintahkan manaati Allah, manaati Rasulnya dan menaati Ulil Amri dari
kalangan ulama dan umaro.
Dan yang di maksud dengan ulil amri adalah ulama dan Umaro
Tapi ketaatan kita kepada ulil amri itu apabila sejalan dengan perintah Allah dan rasulnya.
Bukan dalam perkara yang menyelisihi perintah Allah dan perintah rasulnya.
Karena tidak boleh kita menaati mahluk untuk memaksiati Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Maka inilah ya akhowati islam dasar kita dalam beraga, di dalam ibadah, dalam berdakwah.
Di dalam persyariatan semuanya harus berdasarkan kepada Alqur'an, yang kedua berdasarkan kepada
hadits yang shohih.
Wallahu a'lam
3. =======
�KAIDAH yang ke 3
Ahlus Sunnah wal Jama’ah berkeyakinan bahwa tidak boleh Alqur’an berdiri sendiri tanpa Sunnah karena
Alqur’an harus di jelaskan dengan Sunnah.
Allah berfirman;
“Hai orang-orang yang beriman taati Allah dan ta’ati Rasul dan Ulil Amri di antara kalian.”
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dalam hadits yang di riwayatkan Imam Ahmad, Abu Dawud, at-
Tarmidzi mengabarkan akan adanya orang yang akan menolak Sunnah.
Beliau berkata:
“Ketahuilah sesungguhnya aku di berikan oleh Allah Alqur’an dan yang semisal bersamanya itu Sunnah.”
Ketahuilah hampir nanti ada orang yang kenyang duduk di atas dipannya dan berkata cukup Alqur’an
saja.
Yang kalian dapatkan dalam Alqur’an halalkan dan yang kalian dapatkan dalam Alqur’an haramkan.
Jadi Rasulullah mengabarkan disini bahwa nanti ada suatu kaum yang mengatakan cukup Alqur’an saja
tidak perlu sunnah dan اذ … كسوبقحاقن اbenar yang Rasulullah kabarkan dan itu muncul di zaman sebagaimana
kita lihat di zaman inipun juga banyak sekali.
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dalam hadits Al ‘Irbadh bin Sariyah radhiyallahu ‘anhu
“Sesungguhnya orang yang hidup di antara kamu nanti akan melihat perpecahan yang banyak“
“Hendaklah kalian berpegang kepada sunnahku dan sunnah Khulafa’ur Rasyidu yang tertunjuki“
Dan kami peganglah, gigitlah ia dengan gigi geraham dan jauhi oleh kamu perkara-perkara yang di ada-
adakan, karena setiap bid’ah itu sesat
Maka ini Hadits menunjukkan. Bahwa wajib kita berpegang kepada sunnah Nabi Shallallahu Alaihi wa
Sallam.
Oleh karena itu sebagian Ulama berkata, bahwa Sunnahlah yang menjelaskan Alqur’an . Tidak kebalikan.
Sekarang kalau ada orang berkata kita tidak butuh Sunnah cukup Alqur’an , lalu apakah ada dalam
Alqur’an penjelasan-penjelasan rinci tentang tata cara sholat, di mulai dari Takbiratul Ihram sampai
salam.
Penjelasan sholat-sholat sunnah dan yang lainnya, sama sekali tidak ada. Tentang jumlah raka’atnya juga
tidak ada.
Maka orang yang tidak percaya kepada Sunnah dan hanya mengandalkan Alqur’an pasti mau tidak mau
dia akan buat sendiri tata cara sholat yang tidak pernah dituntunkan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa
Sallam.
Demikian pula di Alqur’an tidak ada disebutkan tentang tata cara zakat secara terperinci, haji secara
terperinci.
“Dan sesungguhnya kami telah menurunkan kepada engkau Az-Zikr (Alqur’an) agar kamu hai
Muhammad menjelaskan kepada manusia apa yang di turunkan kepada mereka tersebut.“
�Artinya
� � : Sunnah Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam itu menjelaskan Alqur’an.
�Maka
� � wajib kita memahami Alqur’an dengan pemahaman Rasulillah Shallallahu Alaihi wa Sallam.
mWallahu a’lam
4. =======
� KAIDAH yang ke 4
Bahwa mereka memahami Al-Qur'an dan Sunnah tidak berdiri sendiri, tapi mereka memahaminya
dengan pemahaman para Salafus Shalih, bukan dengan pemahaman ro'yu-ro'yu sendiri .... tidak.
Ini merupakan kaidah yang sangat penting sekali Akhowat islam a'azzaniyallah waiyakum, di dalam
masalah kaidah Tarbiyah dan Ishlah.
Kenapa..?
Karena kita semua yakin bahwa generasi yang paling tau tentang Al Qur'an dan Hadits adalah para
sahabat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Tidak ada generasi yang langsung di puji oleh Allah kecuali generasi para sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi
wa sallam.
Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam Alqur'an telah memuji para sahabat.
"Dan orang-orang yang pertama kali masuk Islam dari kalangan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang
yang mengikuti mereka dengan kebaikan. Maka Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada
Allah Subhanahu wa Ta'ala."
Maka dari itu Allah menyatakan keridhaan kepada kaum Muhajirin dan Anshor.
Dan Allah menyatakan ke ridhaan kepada orang-orang yang mengikuti Muhajirin dan Anshor.
Maka Allah mengatakan, Allah ridha kepada nereka, berarti ridha kepada apa?
Kepada aqidah mereka, ibadah mereka, tata cara pemahaman mereka, manhaj mereka, dalam tata cara
beragama mereka, Allah ridha
قخويكر اللنا ذ
س ققورذني
Dalam seluruh perkara-perkara agama, pemahaman terhadap alqur'an dan hadits terutama..
Maka tentu yang paling paham tentang Alqur'an dan Hadits adalah para sahabat Rasulillah Shallallahu
'alaihi wa sallam.
Abdullah bin Mas'ud berkata:
ب رسول ذاذ صلى اك عليذه وسلقم من كاقن منكم كمتأسيا ل فليتأ ل,
س بأصحا ذ
"Siapa yang mengambil sunnah, ambillah sunnahnya para sahabat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam."
Mereka adalah yang paling baik hatinya, yang paling dalam ilmunya, yang paling ringan bebannya. Dan
mereka kaum yang paling lurus petunjuknya.
Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ketika mengabarkan akan munculnya zaman fitnah.
"Apa yang harus kami lakukan hai Rasulullah, menghadapi zaman fitnah itu ?"
Urusan yang pertama, siapa..? Kalau bukan sahabat Rasulillah Shallallahu 'alaihi wa sallam, maka dari itu
setiap orang yang memahami Alqur'an dan Hadits dengan pemahaman sendiri tanpa merujuk
pemahaman para Salafus Shalih, Sahabat, Tabi'in dan Tabi'ut Tabi'in pastilah ia akan tersesat
jalan.....pasti itu!!
Karena para ulamapun telah menyatakan untuk rujuk kepada pemahaman para sahabat terutama Imam
Syafi'i rahimahullah yang luar biasa sekali dalam membela pemahaman sahabat Rasulillah Shallallahu
'alaihi wa sallam.
Orang khawarij tidak mau merujuk pemahaman para sahabat dalam memahami Al Qur'an dan Hadits.
Jawabnya satu, karena mereka tidak mau mengikuti pemahaman para sahabat.
Mereka membawakan ayat-ayat tentang orang-orang kafirin tapi kemudian di jadikan orang-orang yang
beriman.
Nah ini adalah akibat tidak mengikuti pemahaman para sahabat, salafus shalih.
Wallahu a'lam
Ustadz Abu Yahya Barusalam Lc, حفظه ا تعالى
5. Kaidah yang ke 5
Bahwa dakwah yang mereka prioritaskan dan pertama kali mereka serukan adalah TAUHID
Maka dakwah tidak akan pernah sukses, dan ibadahpun tidak akan di terima kecuali dengan Tauhid.
ك ذمون قركسوطل إذلل كنوذحي إذلقويذه أقنلهك قل إذ ىلقهق إذلل أققنا قفاوعبككدوذن
قوقما أقورقسولقنا ذمون ققوبلذ ق
“Tidaklah kami utus seorangpun Rasul sebelummu, kecuali Kami wahyukan kepadanya: Bahwa tidak ada
Illah yang berhak di sembah kecuali Aku, maka beribadahlah kepada Ku.”
Nabi juga ketika mengirim para da’i ke negeri-negeri, maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang beliau
ajarkan kepada mereka supaya yang pertama kali mereka dakwahkan adalah LAA ILLAAHA ILLALLAH
Seperti dalam hadits Ibnu Abbas bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika mengutus Mu’az
ke Yaman, beliau bersabda:
“Sesungguhnya engkau akan mendatangi suatu kaum ahli kitab, maka hendaklah yang pertama kamu
dakwahi adalah syahadat LAA ILLAAHA ILLALLAH
Maka dari itulah dakwah-dakwah yang tidak memulai dari tauhid, hakikatnya adalah dakwah yang
membuang pokok dan azas segala sesuatu.
Bahkan pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan datang kecuali dengan adanya tauhid.
Maka TAUHIDULLAH yaitu mengesakan Allah dan menjauhkan kesyirikan adalah sumber kemenangan,
sumber keberkahan, sumber pertolongan, bahkan sumber berbagai macam kebahagiaan bagi seorang
hamba adalah Tauhidullah Jalla Jalalu
Maka suatu dakwah yang tidak memperhatikan masalah tauhid itu adalah dakwah yang tidak sesuai
dengan dakwah para nabi.
Kita lihat di zaman sekarang ada yang memulai dakwah , dan prioritas dakwahnya terlihat dalam masalah
politik, yang lain bahas masalah khilafa, yang lain bahas masalah fadhail amal.
Ini semua tentunya dakwah yang tidak sesuai dengan manhaj para Rasul.
Dakwah yang haq, dakwah yang sesuai dengan manhaj para Rasul adalah dakwah yang menitik beratkan
kepada masalah tauhid.
Allah berfirman:
“Tidaklah aku menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka beribadah kepadaku saja.“
Allah tidak akan mengampuni dosa syirik.
Maka seorang yang beramal dengan amal apa saja, kalau ia berbuat syirik tidak akan di terima Allah.
Maka bagaimana suatu dakwah akan tegak, akan menang sementara mereka tidak peduli dengan adanya
kesyirikan. Tidak berusaha untuk mengingkari kesyirikan.
Maka dakwah yang haq adalah dakwah yang benar-benar mengagungkan masalah tauhid.
mWallahu a’lam
6. Kaidah yang ke 6
Mereka memulai dakwah mereka, dengan yang dimulai oleh Allah dan Rasul-Nya.
Maka dengan cara seperti ini sangat memungkinkan untuk menghasilkan maslahat dan menjauhi
mafsadah.
Maksud beliau adalah dalam berdakwah kita hendaknya melihat mana yang lebih di dahulukan yaitu
masalah TAUHIDULLAH JALLA WA ‘ALA.
ك لقظكولةم قعذظيةم قوإذوذ ققاقل لكوققماكن ذلوبنذذه قوهكقو يقذعظكهك قيا بكنق ل
ي قل تكوشذروك ذباللذ إذلن الدشور ق
“Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, dimana Luqman menasehatinya. Ia berkata, ‘Hai
anakku jangan kamu sekutukan Allah. Sesungguhnya kesyirikan itu adalah kedholiman yang agung.”
Maka para Rasulpun demikian, mereka memulai dakwah dari TAUHIDULLAH JALLA WA ‘ALA.
Tidak ada Rasul yang memulai dakwahnya dari ekonomi misalnya, atau dari politik misalnya……Tidak ada.
Semua Rasul berdakwah di mulai dari tauhid, menjauhkan agar manusia menjauhkan kesyirikan.
ك ذمن لركسوطل إذلل كنوذحي إذلقويذه أقنلهك قل إذ ىلقهق إذلل أققنا قفاوعبككدوذن
قوقما أقورقسولقنا ذمن ققوبلذ ق
“Tidaklah kami utus seorang Rasulpun, kecuali kami wahyukan kepadanya , bahwa tidak ada ILLAH yang
berhak di sembah kecuali Aku. Maka sembahlah Aku.”
Maka di dalam berdakwah, ketika TIDAK memulai dari sisi tauhid, tapi lebih misalnya mendahulukan
masalah-masalah yang lain.
Ini adalah ciri dakwah yang tidak sesuai dengan manhaj para nabi.
Dan dakwah seperti ini tidak akan berdiri di atas azas yang kokoh.
Pondasi amal tauhid seseorang tidak akan beramal, kecuali apabila aqidah telah kuat di hati, menghujam
di dada.
Tapi ketika aqidah itu masih lemah, maka dia tidak akan membuahkan amal.
Adanya orang-orang yang masih suka berbuat maksiat itu akibat dari pada lemahnya keimanan,
lemahnya aqidah.
Oleh karena itulah ya Akhowat Islam , semua yang mereka memulai dakwahnya dari TAUHIDULLAH, pasti
Allah akan bela, Alllah akan tolong mereka.
Maka lihatlah bagaimana dakwahnya Syaikhul Islam Taimiyah, dakwahnya Syaikh Muhamammad bin
Abdul Wahab dan juga para ulama-ulama yang mereka memulai dakwahnya dari TAUHIDULLAH JALLA
WA ‘ALA.
Maka sangat berkah sekali dan hasilnya pun juga memberikan berbagai macam kebaikan-kebaikan.
Ya inilah ya Akhul Islam, kaidah yang ke 6 yang harus kita perhatikan di dalam masalah berdakwah yaitu
memulai yang paling penting, kemudian setelahnya yang penting-penting.
Jangan sampai kita memulai yang tidak terlalu penting, lalu kita tinggalkan yang lebih penting dari itu.
Kita mulai menuntut ilmu dari perkara yang paling penting terlebih dahulu.
Yaitu untuk masalah tauhid, masalah iman dan segala sesuatu yang menyempurnakan keimanan.
mWallahu a’lam
Maka mereka menyerukan kepada apa yang di seru oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sesuai
kemampuan.
Manhaj salaf tidak pernah meremehkan perkara masalah apapun dari urusan agama.
Adapun orang yang tidak mengikuti salaf, mereka meremehkan sebagian perkara agama dengan alasan
furu’ (cabang) katanya.
Sehingga mereka menganggap bahwa masalah furu’ itu tidak perlu di besar-besarkan.
Sehingga dengan seperti itu mereka tidak menghormati masalah-masalah yang sifatnya furu’.
Masalah-masalah yang mereka anggap sepele, seperti masalah jenggot, masalah isbal dan yang lainnya.
“Allah memerintahkan hamba-hambanya yang beriman yang membenarkan Rasulnya, agar mereka
berpegang kepada seluruh tali-tali Islam dan syari’at-syari’atnya.
Dan mengamalkan seluruh perintah-perintahNya. Dan meninggalkan semia larangan-laranganNya.
Selama mereka punya kemampuan.”
“Siapa yang mengagungkan syiar-syiar Allah, maka itu adalah termasuk ketaqwa’an hati.
Disini Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan bahwa orang yang mengagungkan syiar-syiar Allah, itu
adalah menunjukkan ketaqwaan hati. Sedangkan seluruh agama, seluruh yang Allah perintahkan dalam
Alqur’an dan di perintahkan oleh Rasul, sekecil apapun itu adalah syiar Allah yang harus kita agungkan.
“Ingatlah ketika kalian mengambilnya dengan lisan-lisan kalian dan kalian mengucapkan dengan mulut-
mulut kalian, apa-apa yang tidak ada padanya ilmunya dan kalian menganggap itu hina atau remeh.
Padahal itu di sisi Allah besar.”
Hadits ini menunjukkan bahwa orang yang meremehkan perintah-perintah Allah, syariat Allah yang
mereka anggap remeh, maka ini termasuk perkara kemunafikan.
… كسوبقحاقن ا
Dan berapa banyak yaa ahowat Islam, perkara-perkara yang di anggap remeh, tapi ternyata… اذ
itu tonggak kebaikkan kaum muslimin.
Contoh misalnya masalah yang berhubungan dengan takjil atau mempercepat/mempergegas berbuka
puasa. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Senantiasa umatku diatas kebaikan, selama mereka bergegas berbuka puasa.”
Ini dia masalah meluruskan shaff, ternyata jika kita tidak lakukan itu menyebabkan itu hati kita bercerai
berai.
Imam Bukhori dan Muslim meriwayatkan Hadits An-Nu’man bin Basyir raddliyallaahu ‘anhu, bahwa
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“hai hamba-hamba Allah luruskan shaff-shaff dan kalian atau Allah akan jadikan hati kalian bercerai
berai.“
Nah ini Ikhwatul Islam, JADI KITA DI DALAM MENDIDIK ADALAH DIDIKLAH MEREKA DALAM
MENGAGUNGKAN SYARIAT-SYARIAT ALLAH SEKECIL APAPUN.
Selama itu adalah perintah Allah dan perintah Rasulnya. Kita mengagungkan Ia.
mWallahu a’lam
8. Kaidah yang ke 8
Bahwa mereka tidak menentang nash dengan akal, tidak pula dengan hawa nafsu, tidak pula dengan
perasaan, tidak pula dengan ucapan siapapun dari manusia.
Perasaanpun demikian, pendapat manusia, itu semua di bawah pendapat Allah dan Rasul-Nya.
Kewajiban seluruh manusia adalah untuk mengikuti perintah Allah dan Rasul-Nya.
Maka kewajiban kita adalah untuk senantiasa lebih mengagungkan dalil daripada akal ataupun pendapat
manusia.
Allah Subhanahu wa Ta’ala mencela orang-orang yang lebih mengikuti hawa nafsunya daripada
mengukuti perintah Allah dan Rasul-Nya.
“Dan istiqomahlah sebagaimana kamu di perintahkan dan jangan kamu mengikuti hawa nafsu mereka.”
ۗ وما كان لمؤمن ول مؤمنة إذا قضى ا ورسوله أمرا أن يكون لهم الخيرة من أمرهم
“Tidak layak bagi mukmin tidak pula mukminah, apabila Allah dan Rasul-Nya telah memutuskan perkara,
mereka mencari alternatif yang lain dari mereka sendiri.”
Tidak layak apabila Allah dan Rasul-Nya sudah memutuskan, maka tidak boleh kita tolak dengan hawa
nafsu kita atau akal kita atau pendapat seorang alim atau kyai atau yang lainnya.
MAKA KEWAJIBAN KITA ADALAH MENJADIKAN ALLAH dan RASUL-NYA SEGALA-GALANYA.
فل وربك ل يؤمنون حتى يحكموك فيما شجر بينهم ثم ل يجدوا في أنفسهم حرجا مما قضيت ويسلموا تسليما
“Maka tidak demi Rab-mu, mereka tidak beriman sampai mereka berhakim kepadamu dalam perkara
yang mereka perselisihkan diantara mereka, kemudian mereka tidak mendapatkan rasa berat untuk
menerima keputusan-Mu dan mereka taslim dengan sebenar-benarnya taslim.“
Ini ayat menyebutkan bahwa keimanan tidak sempurna sampai terpenuhi 3 syarat.
Kemudian yang KE DUA: Tidak mendapatkan rasa berat untuk menerima keputusan Rasul.
Maka dari itulah orang yang lebih mendahulukan ro’yunya atau hawa nafsunya berarti dia belum taslim.
“Hai orang-orang yang beriman jangan kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya.“
Artinya juga, jangan mendahulukan perkataan siapapun dari pada perkataan Allah dan Rasul-Nya.
Disebutkan dalam Hadits Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash, ia berkata; Aku mendengar Rasulullah
Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan sekali cabut dari dada manusia tapi dengan di
wafatkannya para Ulama. Maka tersisalah orang-orang yang bodoh yang di mintai fatwa, lalu berfatwa
dengan ro’yunya.”
mWallahu a’lam
9. Kaidah yang ke 9
Bahwa kemenangan kaum muslimin dan kebaikan keadaan mereka terikat dengan 2 perkara:
2. Amal Sholeh.
هو الذيِ أرسل رسوله بالهدىَ ودين الحق ليظهره على الدين كله ولو كره المشركون
“Dialah Allah yang telah mengutus Rasulnya dengan Huda (ilmu)
قوذديذن اولقح دyaitu amal, untuk memenangkan di atas agama seluruhnya, walaupun orang-orang musyrikin
ق
itu tidak suka.”
Di sini Allah menyebutkan bahwa tujuan mengutus Rasul-Nya adalah membawa ilmu dan amal.
Untuk apa…?
Selama umat Islam mempraktekkan ilmu dan amal, menggabungkan 2 perkara ini, maka mereka pasti
akan di berikan oleh Allah, KEMULIAAN dan KEMENANGAN.
Namun ketika salah satunya tidak ada, hanya berilmu tapi tidak beramal atau beramal tapi tanpa ilmu,
maka disaat itu Allah akan hinakan mereka.
۞ وما كان المؤمنون لينفروا كافة ۚ فلول نفر من كل فرقة منهم طائفة ليتفقهوا في الدين ولينذروا قومهم إذا رجعوا إليهم لعلهم يحذرون
“Tidaklah layak kaum mukminin semuanya pergi ke medan perang, kalaulah ada sekelompok dari mereka
untuk Tafaqquh dalam agama, agar mereka memberikan peringatan kaumnya ketika kembali kepada
mereka. Agar mereka waspada.“
Di sini Allah meyuruh agar ada sekelompok kaum muslimin yang betul-betul tafaqquh dalam agama agar
menjadi da’i-da’i yang mengajarkan mereka tentang dien.
Dan tentu akhowat Islam, kita berusaha untuk menuntut ilmu tentunya kepada para ulama.
Demikian pula kita berusaha untuk semaksimal mungkin menyampaikan ilmu. Terutama di zaman
sekarang ini.
“Jihad yang paling besar di zaman sekarang ini adalah menuntut ilmu dan menyebarkan ilmu.”
Dan akhowat Islam, dengan ilmu yang bermanfaat kita bisa mengetahui jalan yang haq.
Dengan ilmu yang bermanfaat kita bisa memilah mana aqidah yang benar, mana aqidah yang tidak
benar.
Mana ibadah yang sesuai sunnah mana ibadah yang tidak, bahkan dengan ilmu yang bermanfaat kita
melakukan TASHFIYAH (pembersihan Islam dari penyimpangan-penyimpangan).
2. AMAL SHALEH
Dimana dengan amal sholehlah hati menjadi lurus, dengan amal sholehpun keadaan manusia menjadi
lurus.
Dengan amal sholeh seseorang menjadi bekal menuju kehidupan akhirat tentunya.
�
� �Berarti JALAN YANG LURUS ITU ADALAH MENGGABUNGKAN ANTARA ILMU dan AMAL.
mWallahu a’lam
صكموا بذقحوبذل ل
اذ قجذميلعا قوقل تقفقلركقوا ۚ قواوعتق ذ
“Hendaklah kalian berpegang semua kalian kepada tali Allah dan jangan bercerai berai. “
Disini Allah menyuruh kita berpegang kepada tali Allah yaitu Alqur’an dan Hadits.
Dan melarang kita bercerai-berai, artinya orang yang tidak berpegang pada Alqur’an dan Hadits pasti
bercerai-berai.
“Sesungguhnya Allah mencintai untuk kalian tiga dan membenci untuk kalian tiga.”
kamu beribadah kepada Allah saja dan tidak mempersekutukan Allah sedikitpun juga.
dan hendaklah kamu berpegang kepada tali Allah semuanya dan jangan bercerai-berai.
** dan agar kamu menasehati para Ulil Amri (orang-orang yang Allah berikan kepada mereka
kepemimpinan).
Jika kamu berkata, apa makna perintah Nabi untuk berpegang kepada jama’ah ?
Aku berkata, kata Imam Syafi’i tidak ada makna kecuali satu.
Lalu jika kamu berkata, bagaimana tidak mempunyai makna kecuali satu ?
Aku berkata, apabila jama’ah mereka bercerai-berai di negeri-negeri, tidak ada yang mampu untuk
mempersatukan badan-badan mereka yang bercerai-berai tersebut.Dan apabila mereka mendapatkan
badan-badan telah berkumpul dengan kaum muslimin.
Demikian pula para kafirin, orang-orang yang bertaqwa dan orang yang hujar.
Kalau hanya sebatas berkumpulnya badan saja, kata beliau…. kalau begitu buat apa kita di suruh kita
berpegang pada aljama’ah, kecuali jama’ah yang harus di ta’ati, yaitu Rasulullah dan para sahabatnya.
“Yang di maksud dengan berpegang kepada aljama’ah adalah berpegang kepada kebenaran, walupun
yang berpegang sedikit dan yang menyelisihi itu banyak. Karena kebenaran itulah yang di pegang oleh
jama’ah yang pertama dari zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam dan para sahabatnya.“
Kita tidak melihat kepada banyaknya orang yang memegang ke bathilan setelah mereka.
Sebab persatuan badan tidak ada maknanya. Sebagaimana di katakan Imam Syafi’i tadi.
▪ Perkara yang ke DUA, yaitu rujukan yang menjadi rujukan harus satu juga, yaitu Alqur’an dan Sunnah
Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam_
Adapun kemudian merujuk masing-masing mazhab, masing-masing manhaj, maka ini tidak akan pernah
mempersatukan.
▪Perkara yang ke TIGA, yaitu adanya ke ta’atan kepada pemimpin yang satu, yaitu Ulil Amri yang di ta’ati.
Makanya Rasulullah shallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
Maksud NASIHAT di sini, yaitu MENTA’ATI MEREKA, sabar menghadapi kedholiman mereka.
Nah inilah 3 perkara yang menjadikan kaum muslimin bersatu padu diatas kebenaran aljama’ah
mWallahu a’lam
Bahwa Ahlus Su’nnah wal Jama’ah waljama’ah mempunyai keyakinan, sebab yang paling besar terjadinya
perpecahan itu FANATIKNYA sebagian kaum muslimin kepada kelompok atau jama’ah tertentu atau
individu tertentu selain Rasulullah dan para sahabatnya, ini adalah merupakan sebab terbesar
TERJADINYA PERPECAHAN.
Seseorang fanatik kepada kelompoknya atau Ustadznya atau organisasainya dan yang lainnya, bukan
kepada kebenaran.
“Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi kelompok-
kelompok kamu tidak termasuk mereka sedikitpun juga“
“Ayat ini umum, buat orang yang memecah belah agama Allah Subhanahu wa Ta’ala dan
menyelisihiNya.”
“Janganlah kalian seperti orang-orang musyrikin. Yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka,
dan mereka berkelompok-kelompok
Setiap kelompok merasa gembira , berbangga dengan apa yang ada pada mereka.”
“Umat Islam berpecah belah sesama mereka, menjadi berkelompok-kelompok. Semuanya sesat kecuali
satu, yaitu Ahlus Su’nnah wal Jama’ah.
Yang berpegang kepada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam. Dan juga
berpegang kepada apa yang di pegang oleh generasi pertama dari kalangan sahabat dan Tabi’in dan para
Ulama kaum Muslimin.”
ككيَل ذحوز ط
ۖ ب بذقما لققدويذهوم فقذركحوقن
“Setiap kelompok bergembira atau berbangga dengan apa yang ada pada mereka.”
Ketika setiap orang itu lebih membanggakan kelompoknya atau yayasannya atau organisasinya atau
ustadznya… pasti pecah.
Seperti yang kita lihat di zaman sekarang, ketika seseorang sedang ngefans kepada seorang ustadz, maka
membabi buta dia mengikuti ustadz tersebut.
Ketika ada ustadz lain yang mengkritik, bisa jadi yang mengkritiknya itu benar, maka di sikapi dengan
sinis, seakan-akan ustadznya itu tidak boleh salah. Seakan-akan orang yang mengkritiknya itu sesat
ataupun yang lainnya.
Kalau mengkritiknya itu tanpa bukti, tanpa hujjah atau sebatas tuduhan, kita wajib membela ustadz kita.
Tapi kalau ternyata kritikannya di atas kebenaran, maka kata Syaikhul Islam:
“siapa yang membela ustadznya padahal dia dalam keadaan diatas kesalahan dan di atas kebathilan yang
jelas, maka dia telah berhukum dengan hukum jahiliyah.”
Maka dari itu ya akhwat islam, saudaraku…. kita mengikuti kajian sunnah itu bukan untuk berfanatik
kepada ustadz-ustadz tertentu atau kelompok tertentu atau kepada yayasan tertentu….Tidak.
�
� �FANATIK kita HANYA KEPADA ALLAH dan RASUL-NYA.
mWallahu a’lam
Bahwasanya mereka meyakini bai’at syar’iyyah itu tidak boleh KECUALI kepada seorang imam yang
muslim yang di bai’at oleh AHLUL HALI WAL’ AQDI.
Adapun kaum muslimin mengikuti mereka. Dan yang di maksud dengan AHLUL HALI WAL’ AQDI yaitu
sebuah badan yang berisi para ulama yang ditunjuk oleh imam sebelumnya.
Dan penting kita pahami dulu tentang bai’at menurut ahlussunnah waljamama’ah.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah dalam kitab Minhajus Sunnah Jilid 1 halaman 527, berkata:
“Maksud yang di inginkan dari kepemimpinan (Imamah) itu hanyalah bisa terhasilkan dengan kekuasaan
(Sulthan) dan Qudroh (kemampuan). Apabila ia di bai’at dengan sebuah bai’at yang terhasilkan
dengannya Al qudroh yaitu kemampuan untuk menjalankan siyasah syar’iyyah dan kekuasaan, jadilah ia
seorang imam.”
artinya:
Bahwa yang berhak di bai’at itu adalah mereka yang mempunyai 2 syarat ini:
Yang PERTAMA adalah Alqudroh (KEMAMPUAN).
Kemampuan apa?
Siapa yang memiliki Qudroh (kemampuan) dan Sulthan (kekuasaan) yang ia bisa melakukan maksud
tujuan kepemimpinan. maka ia dianggap sebagai Ulil Amri yang Allah perintahkan untuk mena’ati
mereka selama tidak memerintahkan kepada maksiat.”
Jadi hakikat Imam atau pemimpin Ulil Amri itu adalah kerajaan dan kekuasaan.
Dan kerajaan itu, tidak menjadi raja kecuali dengan hanya sebatas kesepakatan 1 orang atau 2 orang atau
4 orang.
Kecuali kalau kesepakatan 2,3 atau 4 ini di sepakati oleh seluruhnya selain mereka.
Sehingga dengan seperti itupun dia menjadi seorang raja yang berkuasa di suatu negara.
Demikian pula setiap perintah yang membutuhkan kepada bantuan tidak akan terhasilkan kecuali
dengan yang menghasilkan sesuatu yang bisa membantu dia.
Maksud beliau bahwa artinya :
�
� �KEKUASAAN dan QUDROH inilah syarat seseorang itu boleh di bai’at.
Adapun kalau dia tidak punya kekuasaan dan tidak punya kemampuan, maka ini jelas bai’at-bai’at yang
bathil seperti yang kita lihat di zaman sekarang ini yang merupakan bai’at-bai’at yang tidak sesuai dengan
syari’at.
mWallahu a’lam
Mereka memandang tidak boleh atau haram hukumnya memberontak kepada pemimpin yang zalim dan
fasik selama dia masih muslim dan sholat.
Karena berdasarkan hadits yang sangat banyak dan ijmaa’ Ulama Ahlussunnah dalam hal ini.
“Siapa yang mengingkari keburukan mereka ia telah berlepas diri dan siapa yang membenci atau tidak
suka keburukan tersebut, ia telah selamat, tapi yang celaka itu orang yang ridho dan mengikuti
keburukan mereka.
Lalu mereka berkata, “Bolehkah kami melawan mereka dengan pedang ?” Kata para sahabat.
Maka Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Tidak boleh, selama mereka menegakkan untuk
kalian sholat.“
Tapi TIDAK BOLEH kita melawan mereka dengan pedang atau memberontak.
Karena Rasulullah mengatakan: “Tidak boleh selama mereka menegakkan pada kalian sholat.”
Demikian pula dari hadits Hudzaifah bin Al Yaman yang diriwayatkan Imam Muslim, Rasulullah
Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
“Akan ada setelahku pemimpin-pemimpin yang tidak mengambil petunjukku dan tidak mau mengambil
sunnahku.”
Dan akan ada pada mereka orang-orang yang hati mereka hatinya hati setan dalam tubuh manusia.
Lalu kata Hudzaifah, “Bagaimana aku lakukan, jika aku dapatkan pemimpim-pemimpin seperti itu, hai
Rasulullah ?“
Kata Rasulullah: “TETAP KAMU DENGAR dan TA'AT, maksudnya DALAM PERKARA YANG MA'RUF.
Walaupun ia memukul penggungmu dan mengambil hartamu, tetap dengar dan ta’at.“
Disini Rasulullah tegas, walaupun dia menzolimi kamu, tetap kamu harus sabar menghadapinya…. كسوبقحاقن
… اini sesuatu yang luar biasa berat tentunya.
اذ
Berkata Syaikhul Islam Taimiyah:
“Orang-orang yang ahli bid’ah yang menyangka bahwa mereka di atas kebenaran seperti orang-orang
khawarij. Yang mereka menegakkan permusuhan dan peperangan terhadap jama’ah kaum muslimin,
maksudnya pemimpin kaum muslimin. Maka merekapun berbuat bid’ah dan mengkafirkan orang yang
tidak sejalan dengan mereka.“
Maka bahaya orang-orang khawarij itu lebih besar daripada bahaya pemimpin-pemimpin yang zalim.
Orang-orang yang berbuat zalim itu sebetulnya tahu bahwa itu adalah haram.
Maksudnya para pemimpin yang zalim itu terkadang mereka tahu bahwa mereka telah berbuat
keharaman.
Itu lebih mending daripada orang-orang khawarij yang mengatasnamakan agama, mengkafirkan,
memberontak, akhirnya terkucurlah darah kaum muslimin.
Maka dari itu Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam jauh-jauh hari sudah memperingatkan tentang
bahaya khawarij itu.
اولقخقواذركج ذكل ك
ب اللناذر
Demikian pula Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam mengatakan dalam riwayat Muslim, kata Rasulullah
Shallallahu’alaihi wa sallam:
mWallahu a’lam
Mereka ahlussunnah meyakini bahwa mengikuti hawa nafsu dalam masalah kebid’ahan itu akan merusak
agama lebih berat dari pada mengikuti hawa nafsu dalam masalah syahwat, walaupun dua-duanya berat.
Bukan berarti bahwa melakukan hawa nafsu dalam syahwat itu di anggap remeh…”TIDAK“.
Akan tetapi kalau di banding-bandingkan mana yang lebih berat antara mengikuti hawa nafsu dalam
masalah ke bid’ahan, dimana seseorang beribadah sesuai dengan seleranya dan hawa nafsunya, sehingga
kemudian ia membuat-buat ibadah yang tidak di syari’atkan atau membuat-buat keyakinan sesuai
dengan akalnya saja. Sehingga merubah ketentuan syari’at.
Mana yang lebih besar antara orang yang itu dengan orang yang mengikuti hawa nafsu dalam syahwat,
seperti misalnya berzina ataupun yang lainnya.
Maka ahlussunnah memandang bahwa mengikuti hawa nafsu dalam masalah yang pertama untuk
kebid’ahan itu lebih berat,..”KENAPA ?”
Karena itu bisa merusak-rusak aqidah, merusak agama, merusak ketentuan syari’at.
Sedangkan syahwat itu hanya merusak pribadi orangnya saja, tidak sampai merusak agama Dien ini,
walaupun ke dua-duanya merupakan perkara yang berat yang bisa menjerumuskan pelakunya ke dalam
api neraka.
Kenapa demikian ?
Karena yang pertama ini sudah kita sebutkan bisa merusak agama. Dan itulah yang menyebabkan orang-
orang ahli kitab dan orang-orang musyrikin kafir kepada kebenaran.
“Jika mereka tidak mau mengikuti dakwah, wahai Muhammad, ketahuilah sesungguhnya mereka
mengikuti hawa nafsu mereka“
ۚ قوقمون أق ق
ضيَل ذملمذن اتلبققع هققواهك بذقغويذر هكلدىَ ذمقن ل
اذ
“Dan adakah orang yang paling sesat dari orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tanpa petunjuk
dari Allah”
Disini Allah mengatakan, bahwa orang yang paling sesat itu adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya
dan tidak mau mengikuti petunjuk, tidak mau mengikuti hidayah, tidak mau mengikuti dien yang Allah
turunkan karena lebih mengikuti nenek moyang atau keyakinan-keyakinan bapak-bapak atau pendeta-
pendeta mereka dan yang lainnya.
Inilah yang di sebut dengan hawa nafsu dalam dien dengan kebid’ahan dan pemikiran-pemiliran yang
menyesatkan.
Allah mengatakan bahwa adakan orang yang paling sesat atau lebih sesat dari orang-orang seperti itu.
Ini menunjukkan ini adalah lebih berat dan sangat berat sekali.
Maka dari itu ikhwatal Islam saudaku sekalian, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan itu dalam ayat-
ayat yang banyak tentang bahaya mengikuti hawa nafsu dalam masalah dien.
Allah juga berfirman: [QS Al-Maidah : 77]
“Hai ahli kitab, jangan kamu berlebih-lebihan dalam agama kamu itu dengan tanpa hak, jangan kamu
mengikuti hawa nafsu kaum yang yelah sesat sebelum kamu. Mereka telah menyesatkan banyak orang
dan sesat dari jalan yang lurus“
Allah mengatakan bahwa di larang untuk berlebih-lebihan dalam dien. Lalu Allah mengatakan jangan
mengikuti hawa nafsu, artinya dalam agama tidak boleh di sesuaikan dengan selera dan hawa nafsu
karena inilah lebih berat.
“Orang Yahudi dan Nasrani tidak akan ridha kepada kamu, sampai kamu mengikuti millah mereka.
Kalau kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah datang kepada kamu dari ilmu, maka Allah tidak akan
menjadi wali dan tidak pula menjadi penolong buat kamu.“
Disini ancaman keras bagi orang yang mengikuti hawa nafsu Yahudi dan Nasrani di dalam agama dan
merubah-rubah dien.
Bahwa dakwah mereka, itu sifatnya tampak kepada manusia seluruhnya, tidak bersifat rahasia, tidak pula
mengkhususkan.
“Dan mahasuci Allah, tidak aku termasuk orang yang berbuat kesyirikan“
Umar bin Abdul Aziz Rahimahullah berkata: “Kalau kamu melihat suatu kaum yang berbisik-bisik dalam
agama mereka tanpa keumumman manusia, maka ketahuilah bahwa mereka di atas dasar kesesatan.”
( Ad-Darimi dalam “Sunannya”)
Sa’ad bin Abi Waqqash meriwayatkan dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam.
Dan Umar bin Abdul ‘aziz menulis kepada Abu Bakar bin Hazm, “Lihatlah dari hadits Rasulullah
Shallallahu alaihi wa sallam maka tulislah, karena aku khawatir hilangnya ilmu dan hilangnya para
ulama.”
“Dan jangan kamu menerima kecuali hadits Nabi Shallallahu alaihi wa sallam saja, hendaknya kamu
menyebarkan ilmu dan hendaklah kalian duduk sampai di ajari orang-orang yang tidak faham. Karena
ilmu tidak akan binasa sampai ia bersifat rahasia.” (Diriwayatkan Imam Al -Bukhari dalam shohinya).
“Mengajarkan ilmu syari’at dan menjelaskan agama kepada manusia harus sifatnya alamiah (terang-
terangan) di masjid-masjid dan di tempat-tempat yang bersifat umum, yang bicara untuk mereka agama
dan di jelaskan kepada mereka hukum-hukum syari’at supaya seluruh manusia mengambil manfaat dari
situ, sehingga menyebarlah kebaikan.”
Inilah makna daripada dakwah mereka yang bersifat umum mengajarkan manusia kebaikan,
mengajarkan perkara-perkara agama dan ibadah, demikian pula muamallah, antara yang baik dan tidak.
Maka hendaknya semua ini harus sifatnya terang-terangan, tidak boleh kita mengkhususkan dalam artian
rahasia.
Maka kalau itu sifatnya rahasia, ini kata Uman bin Abdul ‘aziz, tanda bahwa mereka diatas KESESATAN
Maka dari itulah yang lebih baik dalam berdakwah itu bukan dengan ngumpet-ngumpet, kajian secara
rahasia, tetapi hendaknya kajian itu terang-terangan di masjid-masjid, tempat-tempat umum.
Namun tentunya untuk akhwat, untuk para wanita, karena adanya hadits yang menunjukkan keutamaan
mereka untuk di rumah, Syaikh Albani memandang bahwa kajian mereka di rumah itu lebih baik
daripada di masjid dan di tempat umum…”kenapa ?”
Karena wanita itu hendaknya mereka tidak banyak keluar dari rumah.
Dan keluarnya wanita itu dari rumah merupakan perkara yang tentunya banyak menebar fitnah.
��Perkumpulan-perkumpulan rahasia dalam urusan kebaikan dan urusan dakwah itu terlarang dalam
�
Islam… “TIDAK BOLEH“.
��Maka kewajiban kita adalah dakwah kita harus terlihat dengan jelas, supaya manusia mengetahui
�
tentang kebenaran ini secara umum.
mWallahu a’lam
Bahwa mereka meyakini, bahwa kekokohan di muka bumi itu pemberian dari Allah semata.
Allah berikan kepada siapa yang melaksanakan kewajiban yang Allah wajibkan kepadanya berupa ilmu
yang bermanfaat dan beramal sholeh
Allah berjanji, Allah mengatakan ini janji Allah kepada orang-orang yang beriman dan beramal sholeh.
“Apa janji-Nya ?“
Allah akan berikan kepada mereka khilafah di muka bumi, sebagaimana Allah memberikan khilafah
kepada orang-orang sebelum mereka.
Allah akan kokohkan tuk mereka agama mereka yang Allah ridhai untuk mereka.
Dan Allah akan gantikan setelah rasa takut dengan rasa aman .
Yaitu ketika mereka hanya beribadah kepada-Ku saja dan tidak mempersekutukan Aku sedikitpun juga.
Lihat di sini Allah Subhanahu Wa Ta’ala berjanji dan ini merupakan janji Allah.
“Kapan janji Allah terbukti ? Dan untuk siapa ? “
Adapun kemudian berkoar-koar menegakkan khilafah, bukanlah itu manhaj para nabi. Kenapa ?
Karena bukanlah tujuan dakwah para nabi untuk menegakkan Khilafah. Tapi tujuan dakwah para nabi
adalah AGAR MANUSIA men-TAUHID-kan ALLAH SAJA.
Maka dari itulah manhaj salaf berkeyakinan bahwa khilafah itu adalah pemberian dari Allah, murni.
Ketika kita beriman, beramal sholeh, berilmu, beramal dan hanya mentauhidkan Allah dan menjauhkan
kesyirikan maka Allah akan berikan kepada kita apa yang Allah janjikan tersebut.
Dalam ayat tersebut Allah memberikan syarat agar kita di berikan kekokohan di muka bumi dan
keamanan itu adalah mentauhidkan Allah dan sesuai dengan syaria’at Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
“Yaitu orang-orang yang apabila kami kokohkan di muka bumi, mereka menegakkan sholat, membayar
zakat, ber-amar ma’ruf nahi mungkar, itu orang-orang seperti itu.”
Ketika mereka di kokohkan di muka bumi, mereka menegakkan sholat, membayar zakat.
“Kenapa ?“
Karena sebelumnya mereka memang sudah menegakkan sholat dan membayar zakat.
Sehingga dengan mereka senantiasa menegakkan syari’at Allah pada diri-diri mereka, Allah pun tegakkan
syari’at di negri-negri mereka.
�
� � Jadi ini adalah merupakan janji dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala
Maka Khilafah tidak mungkin di berikan kepada kaum muslimin, kecuali dengan mengikuti manhaj
Khulafa Ar-Rasyidin yang pertama, manhaj Nabawiyah, sebagaimana di sebutkan dalam hadits An
Nu’man bin Basyir:
“Nanti akan ada kenabian kemudian setelah itu Khilafah ‘ala Minhajin Nubuwwah kemudian kerajaan
yang menggigit, kemudian setelah itu kerajaan yang diktaktor, kemudian kembali kepada Khilafah ‘ala
Minhajin Nubuwwah."
Jadi akhowat islam bahwa Khilafah adalah murni janji dari Allah.
Kalau kita ingin mendapatkan janji itu maka laksanakan syariat-syariatnya, yaitu BERIMAN, BERAMAL
SHOLEH.
�
� � ilmu yang bermanfaat dari Alqur’an hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
�
� � mengikuti manhaj salafusholeh
Maka dari itulah dakwah salafiyah, sangat menitik beratkan kepada TAUHID.
mWallahu a’lam
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه ا تعالى
Bahwa mereka menyuruh kepada perbuatan yang ma’ruf dan melarang dari perbuatan yang mungkar
DENGAN ILMU, dengan SIKAP LEMAH LEMBUT, dengan SABAR, dengan tujuan untuk memperbaiki.
“Hendaklah diantara kalian ada sekelompok orang yang menyeru kepada kebaikan, beramar ma’ruf nahi
mungkar“
ب الدروف ق
ق إذلن ل
اق قرذفي ة
َق يكذح ي
“Dan Allah memberikan pada kelembutan apa yang Allah tidak berikan kepada sikap keras dan kasar.”
Maka dari itu Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah juga berkata dalam mad muftafawa jilid 13
halaman 96:
“Maka apabila (kata beliau), kita tidak bisa menghasilkan kebaikan yang banyak kecuali dengan
melakukan kebaikan yang sedikit, maka kita lakukan kebaikan yang sedikit itu. Bila kita tidak bisa
menghasilkan kebaikan yang banyak.”
Dan apabila kita tidak bisa menghilangkan keburukan sama sekali, dimana kita di hadapkan pada dua
keburukan yang satu lebih besar dan satu lebih kecil, maka tentunya lebih kecil lebih kita pilih.
Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus para Rasul untuk menghasilkan maslahat dan
menyempurnakannya dan meniadakan mafsadat/menyedikitkannya.
Dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendakwahkan manusia dengan sesuai kemampuan.
Dan orang yang beramar ma’ruf nahi mungkar, hendaklah mempunyai sifat-sifat yang tadi telah di
sebutkan:
2. DIA MEMPUNYAI SIFAT LEMBUT dan bukan orang yang kasar dan harus dengan punya sifat sabar.
Kata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menjelaskan tentang sifat-sifat orang yang beramar
ma’ruf nahi mungkar dalam kitab Minhajus Sunnah An Nabawiyah jilid 5 halaman 256. Kata beliau:
“..maka melaksanakan kewajiban berupa dakwah yang wajib membutuhkan kepada syarat-syarat yang
harus terpenuhi..”
1. BER-ILMU terhadap dengan apa yang ia perintahkan, juga apa-apa yang ia larang.
3. HALIM (tidak cepat emosi), punya kesabaran dalam menahan emosi, ketika ia beramar ma’ruf nahi
mungkar.
��Maka SEBELUM KITA MENYURUH orang lain kepada kebaikan atau melarang dari keburukan KITA
�
WAJIB BER-ILMU TERLEBIH DAHULU.
Sambil kemudian kita perbaiki dengan tata caranya penuh kelembutan dan kita harus siap untuk
menahan emosi di saat kita di caci maki, di saat kita beramar ma’ruf nahi mungkar.
��Adapun KALAU TIDAK TERPENUHI SYARAT-SYARATNYA maka TIDAK BOLEH ia melaksanakan amar
�
ma’ruf nahi mungkar.
mWallahu a’lam
Ahlussunnah menyeru kepada setiap orang beramar ma’ruf nahi mungkar untuk mempertimbangkan
antara maslahat dan mafsadah sesuai dengan timbangan syari’at.
�
� �Apabila maslahatnya jauh lebih besar di bandingkan dengan mafsadahnya, maka itu diperintahkan.
�
� �Sebaliknya apabila mafsadahnya lebih besar dari pada maslahatnya, maka ditinggalkan.
��Dan apabila maslahat dan mafsadahnya seimbang, maka ini butuh kepada ijtihad dan bertanya
�
kepada ahli ilmu.
�
� �Tawakuf itu lebih selamat.
Diantara dalil yang menunjukkan bahwa penting dalam beramar ma’ruf nahi mungkar
mempertimbangkan masalah maslahat dan mufsadah itu diantaranya Hadits yang di riwayatkan Imam
Muslim.
“Kalau bukan kaummu itu masuk Islam dan mereka belum lama dari masa jahiliyah, aku akan
menginfakkan harta karun ka’bah di jalan Allah. Dan aku akan menjadikan pintunya dekat ke tanah. Dan
aku akan masukkan Hijr Isma’il itu ke dalam Ka’bah.”
Lihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ingin merombak Ka’bah, tapi beliau tidak lakukan.
Karena kaum musyrikin Quraisy. Orang-orang Quraisy pada waktu itu baru masuk Islam dan belum lama
dari masa jahiliyah, sehingga keilmuan mereka masih sangat dangkal.
Kalau Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam merombaknya, akibatnya akan dipahami, di khawatirkan akan
muncul mudharat yang lebih besar dan di pahami dengan pemahaman yang tidak benar.
Sehingga untuk menghindari mudharat yang lebih besar inilah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
meninggalkan maslahat, memugar Ka’bah tersebut.
Demikian pula disebutkan dalam Hadits Jabir yang di riwayatkan Imam Bukhori dan Muslim, bahwa Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya:
“Jangan sampai orang-orang berbicara bahwa Muhammad membunuh teman-teman sendiri karena
orang-orang munafik itu yang memperlihatkan keislaman, mereka ikut sholat tapi hati mereka penuh
dengan kedengkian dan kebencian kepada Islam, dan mereka terus berusaha bermakar.”
Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika di tanya, kenapa tidak membunuhi mereka saja, maka
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak lakukan itu karena takut malah menimbulkan dampak
mudharat yang lebih besar.
Yaitu orang-orang kaum arab , orang-orang kafir akan mengaanggap Nabi Muhammad membunuh
teman-temannya sendiri.
Maka dari itulah, ini semua hadits-hadits ini menunjukkan wajib mempertimbangkan antara maslahat
dan mafsadah.
Maka para sahabat ingin mengingkarinya, ingin menahannya. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam melihat kalau di biarkan mengingkarinya akan timbul mudharat yang lebih besar. Maka Rasulullah
bersabda: biarkan… biarkan jangan di putus kencingnya.
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang para sahabat untuk mengingkarinya.
Karena mengingkarinya di saat itu malah menimbulkan mudharat yang lebih besar.
Maka inilah kaidah yang harus di pahami bagi siapapun yang ingin beramar ma’ruf nahi mungkar.
Itu penting untuk mempertimbangkan antara maslahat dan mafsadah dan tentunya harus di bimbing
oleh para ulama, karena merkalah yang mampu untuk mempertimbangkan masalah itu
mWallahu a’lam
– dengan hati,
– dengan dakwah,
– dengan hujjah,
– dengan ilmu,
– dengan pendapat,
– dengan pengaturan,
– dengan badan,
– dengan harta
Adapun menjihadi orang-orang kafir, maka tentu ini harus memenuhi syarat-syaratnya. Dalam artian
berperang.
Ini merupakan dasar jihad, yaitu dengan cara menuntut ilmu dan mengamalkannya serta
mengajarkannya.
Yaitu dengan cara mendakwahinya, tapi jika ia membuat keonaran di muka bumi, maka dengan
memeranginya.
– Jihad ekspansi
Dan kemudian beliau menyebutkan syarat-syarat yang harus di penuhi dalam masalah jihad syar’i;
1. kata beliau: Hendaklah TUJUAN PALING UTAMA adalah MENEGAKKAN KALIMAT ALLAH, bukan kalimat
partai, bukan kalimat fulan atau organisasi fulan_ …..tidak!
“Kenapa ?“
Berdasarkan hadits Abu Musa Al Asy’ari dalam hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan
dalam hadits:
“Barangsiapa yang berperang agar kalimat Allah itu yang paling tinggi maka itulah yang di jalan Allah.”
2. Tampaknya ilmu yang bermanfaat dan amalan sholeh diantara kaum muslimin,
“Kenapa ?“
Karena kebodohan itu hakikatnya hanya akan merusak, maka Allah berfirman [QS At-Tauba: 33]
ق لذيك و
ظذهقرهك قعقلى الدديذن ككلدذه هكقو اللذذيِ أقورقسقل قركسولقهك ذباولهكقدىىَ قوذديذن اولقح د
“Dialah Allah yang telah mengutus Rasulnya dengan membawa huda (ilmu), wa diinil haq (amal) untuk
Allah menangkan diatas seluruh agama“
Ini menunjukkan bahwa ilmu dan amal ini WAJIB SEBELUM adanya jihad.
3. Persiapan militer
Yang membuat orang-orang kafir ketakutan, itu sesuai dengan kemampuan, sebagaimana Allah
mengatakan [QS Al-Anfal: 60]
“Persiapkanlah untuk menghadapi mereka, apa yang kalian mampu dari kekuatan“
4. Harus ada Imam/pemimpin, yang memimpin mereka dan kaum muslimin sepakat di atas imam
tersebut, sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda “Imam atau pemimpin itu ada
perisai yang berperang di belakangnya dan jadi tameng di belakangnya” (di keluarkan oleh Imam
Bukhori)
Adapun jihad yang sifatnya membela diri ketika orang-orang kafirin menyerang negri kaum muslimin,
maka itu adalah wajib.
Jika ternyata berperang melawan mereka malah menimbulkan mudharat yang jauh lebih besar, maka
tidak boleh, bahkan terkadang bisa jadi haram.
Dan apabila tidak ada kaum muslimin namun di situ ada para ulama yang mereka itu bersepakat, itu
adalah perkara yang harus di lakukan dan maslahatnya besar maka silakan.
��Yang jelas masalah jihad ini harus di kembalikan kepada para ulama besar, bukan pendapat-pendapat
�
orang-orang yang ilmunya rendah atau tidak kuat, karena masalah ini masalah yang besar.
��Tidak boleh sesuatu di kaitkan jihad keluar KECUALI dengan dalil dan hujjah yang kuat di Al Qur’an
�
dan Hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
��Berapa banyak orang di zaman ini menganggap jihad padahal bukan jihad seperti bom bunuh diri, dan
�
yang lainnya.
mWallahu a’lam
Dari buku yang berjudul “Al Ishbaah Fii Bayani Manhajis Salaf Tarbiyati wal Ishlah“, tentang Manhaj salaf
dalam masalah tarbiyah dan perbaikan, ditulis oleh Syaikh Al Ubailaan حفظه ا تعالى.
Yaitu bahwa Mereka Beriman Kepada apa yang di tunjukkan oleh Alqur’an dari Sunatullah Yang Bersifat
Kauniyah qadariyah.
Ujian kaum mukminin dimana ketika musuh mereka itu menang, itu terkadang mempunyai hikmah yang
agung, tidak ada yang mengetahui secara terperinci kecuali Allah_
1. Agar mereka betul-betul tunduk dan betul-betul tadharru’ (merendah) kepada Allah dengan meminta
pertolongan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk mengalahkan musuh-musuh mereka.
2. Kalaulah mereka itu terus-menerus di tolong, maka di khawatirkan mereka akan terkena penyakit
ujub. Kalaulah mereka terus menerus kalah, juga agama tidak akan tegak.
Semuanya itu karena ada hikmah yang sangat besar sekali yaitu bahwa juga kalau terus menerus kaum
muslimin menang, akan masuk kepada mereka orang-orang yang tujuannya bukan mengikuti Rasul,
bukan pula untuk menegakkan agama, tapi hanya sebatas ingin mendapatkan kenikmatan saja.
Di antara hikmahnya juga, Allah Subhanahu wa Ta’ala ingin menyempurnakan UBUDIYAH mereka di
waktu senang maupun susah.
Di waktu susah mereka betul-betul beribadah, di waktu senang merekapun betul-betul beribadah
dimana mereka istiqomah dalam dua keadaan tersebut.
Kemudian diantara hikmahnya juga bahwa dengan musuh itu mengalahkan mereka atau menang akan
terlihat siapa yang betul-betul jujur keimanannya dan siapa yang dusta keimanannya.
Sehingga dengan seperti itulah Allah Subhanahu wa Ta’ala menyaring keimanan para hamba.
Kemudian beliau mengatakan, kenapa kaum muslimin kalah… tentu yang harus di ingat bahwa kekalahan
kaum muslimin akibat dosa-dosa mereka.
صوبتكوم ذموثلقويقها قكولتكوم أقنلىى ىهققذا ۖ قكول هكقو ذمون ذعونذد أقونفكذسككوم
صيبقةة ققود أق ق ۗ أققولقلما أق ق
صابقوتككوم كم ذ
“Apakah ketika kalian di timpa musibah kalah di perang uhud, sementara kalian telah mendapatkan
kemenangan di perang badar dua kali lipat, kalianpun berkata: “Bagaimana kami akan kalah ?”
Katakanlah: “kekalahan itu akibat dari pada dosa kalian juga, kesalahan kalian juga“.”
Disini ada beberapa MUSYKILAH (masalah):
●● MUSYKILAH 1:
Kelemahan kaum muslimin di seluruh dunia di zaman ini untuk menghadapi orang-orang kafir.
Yaitu :
– menguatkan keyakinan bahwa Allah itu maha kuat lagi maha perkasa.
Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala ketika mengingatkan dalam Alqur’an QS Al-Ahzab, bagaimana
kaum muslimin sangat ketakutan diperang ahzab itu.
Maka Allah pun kemudian mengirimkan pertolongannya, agar betul-betul yakin bahwa pertolongan
hanya dari Allah saja.
●● MUSYKILAH yang ke 2:
Bahwa orang-orang kafir yang menguasai kaum mukminin sehingga mereka membunuhi kaum
mukminin, menyakiti mereka.
Ini pernah di pertanyakan oleh para sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ,
kenapa koq bisa sampai terjadi seperti itu ? Yaitu dalam QS Al-Imran ayat 165 tadi,
ketika kaum muslimin kalah di perang uhud, mereka berkata: “Mengapa kami bisa kalah ?” Maka Allah
mengatakan: “Katakan kekalahan itu berasal dari kesalahan kalian“, artinya itu akibat dari dosa-dosa
kalian juga.
●● MUSYKILAH yang ke 3:
Yaitu terjadinya perselisihan hati dan aqidah diantara kaum muslimin, dimana perselisihan itu yang
menghilangkan kekuatan.
“Taatilah Allah dan RasulNya, dan janganlah berselisih, niscaya akan hilanglah kekuatan kalian.”
Bersikap sederhana dalam beramal dan berpegang kepada sunnah itu dan merupakan poros agama.
ۖ ۚ قوقل تكوسذركفوا
“Jangan kalian berlebih-lebihan“
ۚ ب اولكموسذرذفيقن
َإذنلهك قل يكذح ي
ۚ قوقل تقوعتقكدوا
ۚ ب اولكموعتقذديقن إذلن ل
َاق قل يكذح ي
Ayat ini semua menunjukkan bahwa KITA DI DALAM BERAGAMA TIDAK BOLEH BERSIKAP GHULUW
(BERLEBIH-LEBIHAN).
Akan tetapi kita berusaha beramal sesuai dengan sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Karena yang Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam contohkan kepada kita adalah sikap tidak berlebih-lebihan
dan juga tidak meremehkan, maka itu adalah sebaik-baiknya jalan.
Disebutkan dalam Hadits Ibnu ‘Abbas, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan
untuk mengambil batu-batu untuk melempar jumroh, maka kemudian di berikanlah 7 batu sebesar satu
ruas jari. Maka Nabi mengatakan: “Seperti inilah hendaklah kalian melempar.”
Kata Rasulullah:
س إذلياككوم قواولكغلكلو ذفي الدديذن
أقيَيقها اللنا ك
“Karena sesungguhnya yang membinasakan orang-orang yang sebelum kalian yaitu adalah bersikap
berlebih-lebihan dalam agama” (Hadits Riwayat Ahmad, An-Nasa’i, Ibnu Majah dengan sanad yang
shohih)
“Jangan kalian memberat-beratkan diri kalian sendiri, niscaya Allah akan beratkan atas kalian“
“Karena ada beberapa kaum, kata Rasulullah yang memberat-beratkan diri mereka sendiri, maka Allah
pun beratkan mereka“
فقتذول ق
ك بقققايقا كوهم ذفي ال ل
صقواذمذع قوالددقياذر
“Dan rahbaniyyah (kependetaan) yang mereka buat-buat yang tidak pernah kami wajibkan atas mereka“
Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang kita memberat-beratkan agama ini dengan cara
menambah-nambah suatu yang tidak di syari’atkan atau melebihi syari’at.
Maka kewajiban kita adalah beramal sesuai dengan yang di contohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam
Maka Ubay bin Ka’ab berkata: “Hendaklah kalian memegang jalan kebenaran dan sunnah, karena tidak
ada seorangpun yang diatas kebenaran dan sunnah ;alu ia mengingat Allah, lalu ia pun takut kepada
Allah KECUALI AKAN GUGUR DOSA-DOSANYA. Sebagaimana pohon yang telah kering menggugurkan
dedaunannya.
Dan bersikap sedang di dalam jalan kebenaran dan sunnah itu lebih baik daripada bersungguh-sungguh
tapi tidak sesuai dengan jalan kebenaran dan sunnah.”
Agar amalan kalian itu kalau memang itu adalah sifatnya sederhana, sedang, SESUAI DENGAN minhaj
para Nabi dan sunnahnya mereka.”
Demikian pula ‘Ala ‘Ahdika dalam Syarah Ushul I’tiqad Ahlussunnah wal Jamaah.)
mWallahu a’lam