Anda di halaman 1dari 17

Dr.

Encik Akhmad Syaifudin


Certified professional and senior lecturer in Integrated Weed Science
Perbedaan interaksi tanaman
dg gulma, dan tanaman dg hama
 Dalam susunan trofik, gulma adalah
produsen, sedangkan hama adalah
konsumen
 Bentuk merugikan, gulma bersaing,
hama menyerang
 Persaingan tidak menyebabkan
hilangnya tegakan, penyerangan dapat
menghilangkan tegakan
 Gulma bersifat dominan (beberapa
spesies), hama bersifat eksplosif
(booming) (satu spesies)
 Perbedaan tersebut mendasari
pemikiran bahwa perhitungan ambang
ekonomi gulma berbasis populasi gulma
tidak relevan
 Dasar perhitungan ambang ekonomi
untuk gulma yang relevan adalah waktu
 Implementasinya adalah periode kritis
persaingan
Kapan Periode Kritis itu?
 1-3 minggu setelah tanam atau
pindah tanam
 Menjelang pembentukan anakan
 Menjelang berbunga
 Menjelang berbuah
 Menjelang pengisian biji
Faktor yang mempengaruhi
periode kritis tanaman

 Jenis tanaman atau jenis gulma


 Teknik budidaya (benih, bibit, saat
tanam, jarak tanam)
 Kesuburan dan lengas tanah
 Bila saat kritis yang pertama dapat diatasi
maka saat kritis berikutnya tidak akan
terjadi
 Awal periode kritis tanaman terhadap
kompetisi gulma disebut ambang
kendali.
 Saat kritis tanaman terhadap jenis
serangga hama  ambang ekonomi,
digunakan secara luas dalam praktek
berbasis populasi jenis serangga
hama, ditujukan untuk menetapkan
keputusan pengendalian
Determinasi untuk periode kritis

 Menggunakan variasi periode bebas


gulma dan bergulma yang setangkup
 Asumsinya persaingan di awal dan di
akhir, serta bebas gulma di awal dan di
akhir berpengaruh bebas
 Pencirian periode kritis menggunakan
garis penduga regresi (linier, dan/atau
kuadratik)
 Titik persilangan disebut saat kritis
persaingan tanaman dengan gulma.
Weedfree Weedy
0 1,20 2,30
15 1,80 2,50
30 2,60 2,30
45 2,70 1,80
60 2,60 1,20
75 2,40 1,00
90 2,30 1,20
Hasil analisis

 Weedfree  ya = 1,216 + 0,053X -0,00047X2

 Weedy  yb = 2,55 – 0,0176 X


 Pada saat kritis ya = yb,
 1,216 + 0,053X -0,00047X2 = 2,55 – 0,0176 X

atau

 (1,216 - 2,55)+ 0,053X+ 0,0176 X - 0,00047X2 = 0

 -1,334 + 0,0706 X – 0,00047 X2 = 0


Periode Hasil Pendapatan HOK Biaya Untung
Bebas (x Rp 4000,- x
gulma ku/ha 100) (HOK x Rp 10000,-)
0 1,20 480000 0 0 480000
15 1,80 720000 5 50000 670000
30 2,60 1040000 10 100000 940000
45 2,70 1080000 25 250000 830000
60 2,60 1040000 50 500000 540000
75 2,40 960000 70 700000 260000
90 2,30 920000 75 750000 170000
Periode Hasil
Bergulma ku/ha
0 2,30 920000 75 750000 170000
15 2,50 1000000 70 700000 300000
30 2,30 920000 50 500000 420000
45 1,80 720000 25 250000 470000
60 1,20 480000 10 100000 380000
75 1,00 400000 5 50000 350000
90 1,20 480000 0 0 480000
Penetapan AE berbasis
bobot kering gulma
Telah dilakukan percobaan pengendalian gulma pada
kedelai dengan variasi waktu. Untuk setiap petak
dilakukan pendataan antara lain: hasil per petak yang
dikonversi ke ton/ha, serta bobot kering gulma yang
diperoleh dari cuplikan petak gulma 50x50 cm2.

Dilakukan juga perhitungan nilai harapan keuntungan


bila gulma dikendalikan sempurna dengan
K= (LxP),
di mana K=harapan keuntungan, L=selisih hasil kedelai
yang disiang dg yang tidak dikendalikan, P=harga saat
itu, dan dengan nisbah B/C,
di mana B= keuntungan, dan C=biaya
No Perlakuan Hasil ton/ha BK gulma g/petak
1 Penyiangan sd 10 hst 0,62 50,5
2 Penyiangan sd 20 hst 0,92 20,6
3 Penyiangan sd 30 hst 1,25 7,4
4 Penyiangan sd 40 hst 1,36 4,1
5 Penyiangan sd 50 hst 1,36 2,9
6 Penyiangan sd 60 hst 1,40 2,1
7 Penyiangan sampai panen 1,50 1,7
8 Penyiangan dari 10 hst sd panen 1,50 1,0
9 Penyiangan dari 20 hst sd panen 1,54 1,2
10 Penyiangan dari 30 hst sd panen 1,33 1,1
11 Penyiangan dari 40 hst sd panen 1,26 0,6
12 Penyiangan dari 50 hst sd panen 1,05 1,0
13 Penyiangan dari 60 hst sd panen 0,85 0,6
14 Tanpa disiang 0,65 45,82
BNT 5% 0,14
KK (%) 10
Analisis regresi hubungan antara hasil kedelai dan bobot
kering gulma menunjukkan hubungan yang linier dengan
persamaan Y= 1,33269– 0,0147 X (r=0,79)
Di mana Y= hasil kedelai kering (ton/ha), dan X = bobot
kering gulma/petak)

Sementara itu analisis regresi hubungan antara nilai


harapan keuntungan dengan bobot kering gulma
menunjukkan hubungan linier dengan persamaan
Y= 477.882,7 - 10.292,7 X
Apabila pengendalian secara sempurna memerlukan
biaya Rp 250.000,-/ha
Maka dapat diperhitungkan sebagai berikut:

250.000 = 477.882,7 - 10.292,7 X


-227.883 = - 10.292,7 X  X = 22,14 g/petak.
Berdasarkan ini ditetapkan ambang ekonomi
gulma di pertanaman kedelai itu berdasarkan
bobot kering sekitar 22 g/petak

Artinya
Pengendalian gulma akan ekonomis
(menguntungkan) bila dilakukan pada saat bobot
kering mencapai 22 g, Pengendalian yang
dilakukan sebelum atau sesudah mencapai 22 g
akan merugikan usaha tani kedelai itu.
WALLAHU A’LAM BISSAWAB
Dan Allah lebih mengetahui

Anda mungkin juga menyukai