Anda di halaman 1dari 15

TAFSIR DAKWAH

1. Al-Qur’an sebagai sumber pijakan dakwah

QS. Al Isra : 9

‫ت َأ َّن لَهُ ْم َأجْ رًا َكبِيرًا‬ َّ ٰ ‫ِإ َّن ٰهَ َذا ْٱلقُرْ َءانَ يَ ْه ِدى لِلَّتِى ِه َى َأ ْق َو ُم َويُبَ ِّش ُر ْٱل ُمْؤ ِمنِينَ ٱلَّ ِذينَ يَ ْع َملُونَ ٱل‬
ِ ‫صلِ ٰ َح‬

Artinya: Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih
lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan
amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar, [QS. Al Isra: 9].
Allah swt menyatakan keistimewaan-keistimewaan kitab-Nya yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad saw yaitu kitab Al-Qur'an, dengan menunjukkan fungsi dari
kitab itu sendiri serta faedahnya bagi seluruh umat manusia. Di antara faedah Al-
Qur'an yang disebutkan dalam ayat ini adalah:Pertama, Al-Qur'an memberi petunjuk
kepada orang yang mau menjadi-kannya sebagai pedoman ke jalan yang lurus. Yang
dimaksud jalan yang lurus dalam ayat ini ialah agama Islam, yang berpangkal pada
ajaran tauhid, yaitu keyakinan bahwa tidak ada kekuatan yang dapat menciptakan dan
menguasai alam semesta ini kecuali Allah swt. Kekuasaan-Nya tidak dapat ditandingi
oleh siapapun. Dia adalah Penguasa alam yang sebenarnya, dan Zat yang mempunyai
kekuasaan Yang Mahabesar. Kedua, Al-Qur'an memberi kabar gembira kepada orang-
orang yang percaya kepada Allah swt dan rasul-Nya, berbuat amal baik, melakukan
apa saja yang diperintahkan Allah, dan menghindarkan diri dari berbuat sesuatu yang
dilarang-Nya. Kabar gembira itu berupa pahala yang berlimpah yang akan diterima di
akhirat, sebagai imbalan dari amal saleh yang mereka lakukan didunia. Ketiga, Al-
Qur'an adalah peringatan bagi orang-orang yang tidak mem-percayai hari pembalasan
dan tidak mengakui adanya pahala dan siksa yang akan diberikan Allah di hari kiamat
sebagai balasan bagi perbuatan mereka ketika hidup di dunia. Ancaman yang
ditujukan kepada mereka ialah azab yang pedih sebagai balasan dari perbuatan
maksiat yang menodai jiwa mereka. Termasuk di dalamnya orang-orang ahli kitab
yang tidak mengakui kerasulan Nabi Muhammad saw.

a. Tafsir Al-Qurtubi
Firman Alloh SWT: ‫ َو ُم‬bb‫ ِدى لِلَّتِى ِه َى َأ ْق‬bbْ‫رْ َءانَ يَه‬bbُ‫ َذا ْٱلق‬bbَ‫“ ِإ َّن ٰه‬Sesungguhnya Al-Qur’an ini
memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus.”Ketika disebutkan tentang
mi’raj disebutkan pula tentang apa yang ditetapkan atas Bani Israil. Yang demikian
itu menunjukkan kepada kenabian Muhammad SAW. Kemudian menjelaskan bahwa
kitab yang diturunkan oleh Alloh kepada beliau sebagai petunjuk. Makna ‫لِلَّتِى ِه َى َأ ْق َو ُم‬
“Kepada (jalan) yang lenih lurus” adalah jalan yang lebih lurus dan tepat. Maka ‫اَلّتِى‬
adalah na’at untuk sesuatu yang disifati yang ditiadakan. Maksudnya, jalan menuju
kepada nash yang lebih lurus.
Sedangkan Az-Zuiiaj berkata, “Untuk sebuah keadaan yang lebih bagus dari segala
keadaan. Yaitu jalan mengesakan Allah dan beriman kepada para Rasul-Nya. 1
Demikian dikatakan oleh Al Kalbi dan Al Farra’.
Firman Alloh SWT: ‫ت‬ َّ ٰ ‫ “ َويُبَ ِّش ُر ْٱل ُمْؤ ِمنِينَ ٱلَّ ِذينَ يَ ْع َملُونَ ٱل‬Dan memberi kabar gembira
ِ ‫صلِ ٰ َح‬
kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal shalih”, telah dijelaskan
dimuka. ‫“ َأ َّن لَهُ ْم‬Bahwa bagi mereka.” Yakni, surga.2

b. Tafsir Ibnu Katsir


Allah SWT memuji Kitab-Nya yang mulia yang diturunkan kepada Rasul-Nya,
Muhammad SAW. Dan Kitab itu adalah al-Qur'an, yaitu sebuah Kitab yang memberi
petunjuk ke jalan yang lurus dan jelas sena memberikan kabar gembira kepada orang-
orang yang beriman yang mengerjakan amal shalih sesuai dengan ketetapannya, maka
bagi mereka pahala yang besar pada hari Kiamat kelak. Dan sesungguhnya orang-
orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, al-Qur' an itu memberikan
peringatan kepada mereka bahwa mereka akan mendapatkan siksaan yang sangat
pedih pada hari Kiamat kelak. Sebagaimana yang difirmankan Allah Ta'ala, ( ‫فَبَ ِّشرْ هُ ْم‬
‫ب َألِيم‬
ِ ‫ َذا‬bb‫'')بِ َع‬Maka sampaikan kabar gembira kepada mereka bahwa mereka akan
menerima siksa yang pedih” (QS. Ali Imron :27). 3

c. Tafsir At-Thabari

1
Ini adalah pendapat An-Nuhas juga sebagaimana dalam Ma'ani karyanya(4/127). Juga Az-Zamakhsyari
sebagaimana dalam Al Kasysyaf (2/253).
2
Muhammad Ibrahim Al Hifnafi, Tafsir Al Qurthubi. Hal.555
3
Abdulloh bin Muhammad bin Abdurahman bin Ishaq Al-Syeikh, Tafsir Ibnu Katsir, jilid 5, (Kairo: Mu-assasah
Daar al-Hilaal. Cet. I, TH.1414 H- 1994 M) Hal. 138
Maksud ayat di atas adalah, Alloh Ta'ala berfirman, “sesugguhnya Al Qur'an yang
Kami turunkan kepada Nabi kami, Muhammad SAW, membimbing dan mengarahkan
orang yang mengikuti petunjuknya.”
Maksud lafadz ‫ “ لِلَّتِى ِه َى َأ ْق َو ُم‬kepada (jalan) yang lebih lurus,” adalah, kepada jalan
yang lebih lurus dari pada jalan-jalan lainnya, yaitu agama Alloh yang diutuskan
Alloh kepada para nabi-Nya, yaitu Islam.
Allah berfirman, "Al Qur'an ini memberi petunjuk kepada hamba-hamba Allatr yang
menjadikannya petunjuk terhadap jalan yang lurus, yang para pemeltrk agama-agama
lainnya dan orang-orang yang mendustakannya itu tersesat dari jalan tersebut."
Firman-Nya, َ‫ ْؤ ِمنِين‬bb‫ ُر ْٱل ُم‬bb‫ “ َويُبَ ِّش‬Dan memberi kabar gembira kepada orang-orang
mukmin.” Maksunya adalah, selain memberi [etunjuk kepada orang yang menjadikan
Al-Qur’an sebagai petunjuk kepada jalan yang lebih lurus, juga untuk memberi kabar
gembira kepada orang-orang yang beriman kepada Alloh dan Rasul-Nya.
Menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. bahwa bagi mereka pahala
yang besar dari Alloh atas keimanan dan amal shalih mereka, yaitu surga yang
disiapkan Allatt bagi orang yang amalnya diridhai-Nya. Penjelasan ini sejalan dengan
pendapat para atrli takwil, sebagaimana dijelaskan dalam riwayat-riwayat berikut ini:
Al Qasim menceritakan kepada kami, ia berkata: Al Husain menceritakan kepada
kami, ia berkata: Hajjaj menceritakan kepadaku dari Ibnu Juraij, tentang firman Allah,
‫" َأ َّن لَهُ ْم َأجْ رًا َكبِيرًا‬Bahwa bagi mereka ada pahala yang besar," ia berkata, "Maksudnya
adalah surga. Setiap lataz ‫ ‘ اَجْ ُر َكبِ ْي ُر‬pahala yang besar’ , ‫‘ َأجْ ُر َك ِر ْي ُم‬pahala yang mulia’ ,
ٌ ‫‘ ِر ْز‬rezki yang mulia’ , artinya adalah surga.”4
dan ‫ق َك ِريْم‬
Hukum lafadz ‫ َأ َّن لَهُ ْم َأجْ رًا َكبِيرًا‬adalah nashab, dan berkedudukan sebagai objek bagi
‫ َويُبَ ِّش ُر‬dan ‫ َأ َّن‬yang kedua berkedudukan sebagai objek yang kedua.

2. Misi dakwah
QS. An-Nahl ayat 36

ْ َّ‫َولَقَ ْد بَ َع ْثنَا فِ ْي ُكلِّ اُ َّم ٍة َّرسُوْ اًل اَ ِن ا ْعبُدُوا هّٰللا َ َواجْ تَنِبُوا الطَّا ُغوْ ۚتَ فَ ِم ْنهُ ْم َّم ْن هَدَى هّٰللا ُ َو ِم ْنهُ ْم َّم ْن َحق‬
ۗ ُ‫ت َعلَ ْي ِه الض َّٰللَة‬
َ‫ض فَا ْنظُرُوْ ا َك ْيفَ َكانَ عَاقِبَةُ ْال ُم َك ِّذبِ ْين‬ ِ ْ‫فَ ِس ْيرُوْ ا فِى ااْل َر‬

4
Ibnu Athiyyah dalam Al Muharrar Al Wajiz (3/441)
Artinya: Dan sungguh, Kami telah mengutus seorang rasul untuk setiap umat (untuk
menyerukan), “Sembahlah Allah, dan jauhilah tagut”, kemudian di antara mereka ada
yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula yang tetap dalam kesesatan. Maka
berjalanlah kamu di bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yang
mendustakan (rasul-rasul).
Kandungan ayat
Ayat ini menunjukkan bahwa hikmah diutusnya para rasul adalah supaya mereka
mendakwahi kaumnya untuk beribadah kepada Allah semata dan melarang dari
beribadah kepada selain-Nya. Selain itu, ayat ini menunjukkan bahwa -tauhid- inilah
agama para nabi dan rasul, walaupun syari’at mereka berbeda-beda.”
Adapun istilah thaghut, para ulama menjelaskan bahwa thaghut mencakup segala
sesuatu yang disembah selain Allah dan dia ridha dengannya. Oleh sebab itu, sebagian
salaf menafsirkan thaghut dengan dukun-dukun/paranormal, ada juga yang
menafsirkan thaghut dengan setan. 
Imam Ibnu Qayyim rahimahullah memberikan pengertian yang cukup lengkap
tentang thaghut. Beliau mengatakan, bahwa thaghut ialah segala hal yang membuat
seorang hamba melampaui batas dengan cara disembah, diikuti, atau ditaati.
Demikian sebagaimana dinukil oleh Syaikh Abdurrahman bin Hasan rahimahullah. 
Di dalam kalimat ‘sembahlah Allah dan jauhilah thaghut’ terkandung itsbat
(penetapan) dan nafi (penolakan). Yang dimaksud itsbat adalah menetapkan bahwa
ibadah hanya boleh ditujukan kepada Allah. Dan yang dimaksud nafi adalah menolak
sesembahan selain Allah. Kedua hal inilah yang menjadi pokok dan pilar kalimat
tauhid “laa ilaha illallah”. Dalam “laa ilaaha” terkandung nafi dan
dalam “illallah” terkandung itsbat. Sebagaimana dalam ‘sembahlah Allah’
terkandung itsbat dan pada kalimat ‘jauhilah thaghut’ terkandung nafi.
Di dalam kalimat ‘jauhilah thaghut’ terkandung makna yang lebih dalam daripada
sekedar ucapan ‘tinggalkanlah thaghut’. Karena di dalamnya terkandung sikap
meninggalkan syirik dan menjauhkan diri darinya. 
Di dalam kalimat ‘jauhilah thaghut’ juga terkandung makna untuk meninggalkan
segala sarana yang mengantarkan kepada syirik. 
Ayat di atas -dalam surat an-Nahl ayat 36- juga memberikan faidah kepada kita
bahwasanya amal tidaklah benar kecuali apabila disertai dengan sikap berlepas diri
dari peribadatan kepada segala sesembahan selain Allah Ta’ala.
a. Tafsir Ibnu Katsir
( َ‫وا الطَّا ُغوْ ۚت‬bbُ‫دُوا هّٰللا َ َواجْ تَنِب‬bُ‫وْ اًل اَ ِن ا ْعب‬b‫َّس‬
ُ ‫ ِّل اُ َّم ٍة ر‬b‫ا فِ ْي ُك‬bbَ‫ ْد بَ َع ْثن‬bَ‫'' ) َولَق‬Dan sesungguhnya Kami telah
mengutus seorang rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan) sembahlah Allah
(saja) dan jauhilah thaghut itu," maka bagaimana mungkin setelah itu Allah
membiarkan salah seorang dari orang-orang musyrik untuk berkata,
( ‫ٍئ‬b‫“ ) لَو َشآء هّللا ُ َما َعبَ ْدنَا ِم ْن ُدوْ نِ ِه ِمن َش‬Jika Alloh menghendaki, niscaya kami tidak akan
menyembah sesuatu apapun selain dia”Maka kehendak Allah T a' ala yang bersifat
syar'iyyah, yang mereka gunakan untuk alasan adalah manfiy (tidak ada), karena Allah
telah melarang mereka dari itu semua melalui lisan para Rasul-Nya. Adapun
kehendak-Nya yang bersifat kauniyyah yaitu penguasaan semua itu terhadap mereka
secara takdir, bukanlah merupakan dalil untuk mereka, karena Allah Ta’ala
menciptakan neraka dan penghuninya yang berupa syaitan dan orang-orang kafir,
sedangkan Dia tidak ridha kekufuran terhadap hamba-Nya. Dan Allah dalam hal itu
memiliki hujjah (dalil) yang sangat mengena, dan hikmah yang sangat pasti.
Kemudian sesungguhnya Allah Ta' ala telah memberi khabar, bahwa Dia benar-benar
mengingkari mereka dengan menurunkan siksa di dunia setelah para Rasul itu
memberi peringatan.5

b. Tafsir Ath- Thabari


Maksud firman di atas adalah, Allah Ta'ala berfirman, "Wahai manusiA Kami telatr
mengutus pada setiap umat terdahulu (sebelum kalian) seorang rasul, sebagaimana
Kami mengutus seorang rasul di tengah kalian untuk memerintahkan kalian
menyembah Allah tanpa sekutu bagi-Nya, menaati-Nya semata, dan memumikan
ibadatr untuk-Nya. َ‫ َواجْ تَنِبُوا الطَّا ُغوْ ۚت‬Dan jauhilah Thaghut itu’: Jauhilah syetan dan
waspadalah, agar tidak menyesatkan kalian dan menjauhkan kalian dari jalan Allah
sehingga kalian tersesat."
Firman Alloh: ُ ‫ “ فَ ِم ْنهُ ْم َّم ْن هَدَى هّٰللا‬Maka diantara umat itu ada orang-orang yang diberi
petunjuk oleh Alloh,” maksudnya ialah kami mengutus rasul-rasul kami ditengah-
tengah manusia dengan membawa petunjuk Alloh, lalu Alloh memberi mereka taufik
untuk membenarkan rasul-rasulnya, menerimanya, beriman kepada Alloh, dan
menaati-Nya, sehingga mereka beruntung dan selamat dari Adzab Alloh.

5
Abdulloh bin Muhammad bin Abdurahman bin Ishaq Al-Syeikh, Tafsir Ibnu Katsir, jilid 5, (Kairo: Mu-assasah
Daar al-Hilaal. Cet. I, TH.1414 H- 1994 M)Hal. 60
Firman Alloh: ُ‫ت َعلَ ْي ِه الض َّٰللَة‬
ْ َّ‫“ َو ِم ْنهُ ْم َّم ْن َحق‬Dan ada puta diantaranya otang-orang yang
telah pasti kesesatan baginya," maksudnya adalah, di antara umat-umat yang Karni
utus para rasul kepada mereka itu ada orang-orang yang telah dipastikan sesat,
sehingga mereka menyimpang dari jalan yang lurus, kufur kepada Allah,
mengingkari rasul-rasul-Nya dan mengikuti Thaghut. Allalt lalu membinasakan
mereka dengan hukuman-Nya dan mengadzabnya.
َ‫ض فَا ْنظُرُوْ ا َك ْيفَ َكانَ عَاقِبَةُ ْال ُم َك ِّذبِ ْين‬
ِ ْ‫" فَ ِس ْيرُوْ ا فِى ااْل َر‬Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan
perlatikanlah bagaimano kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)."
Maksudnya adalah Allah berfirman kepada orang-orang musyrik Quraisy, “Jika
kalian, wahai manusia, tidak membenarkan rasul Kami tentang apa yang
dikabarkannya mengenai unat-umat yang tertimpa adzab lantaran kufur kepada
Alloh dan mendustakan para rasul, maka berjalanlah dimuka bumi yang mereka
tinggali dan negeri-negeri yang mereka makmurkan, lalu perhatikanlah jejak-jejak
Alloh pada mereka serta sisa-sisa kemurkaan-Nya yang menimpa mereka. Kalian
akan melihat kebenaran hal itu dan mengetahui kebenaran berita yang disampaikan
Muhammad SAW kepada kalian.”6

c. Tafsir Al-Qurthubi
Firman Alloh SWT, َ ‫دُوا هّٰللا‬bُ‫وْ اًل اَ ِن ا ْعب‬b‫َّس‬
ُ ‫ ِّل اُ َّم ٍة ر‬b‫ “ َولَقَ ْد بَ َع ْثنَا فِ ْي ُك‬Dan sungguh Kami telah
mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): sembahlah Alloh (saja)
…’.
َ‫وا الطَّا ُغوْ ۚت‬bbُ‫“ َواجْ تَنِب‬Dan jauhilah Thaghut itu.” Maksudnya, tinggalkan oleh kalian
semua sesembahan selain Alloh, seperti:Syetan, dukun, patung dan segala hal yang
menyeru pada kesesatan.
‫”فَم ْنهُم م ْن هَدَى هّٰللا‬Maka diantara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh
َّ ْ ِ
Alloh.” Maksudnya, diberi petunjuk kepada agama-Nya dan beribadah kepada-Nya.
ُ‫ت َعلَ ْي ِه الض َّٰللَة‬
ْ َّ‫" َو ِم ْنهُ ْم َّم ْن َحق‬Dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti
kcsesatan baginya." Maksudnya, dengan ketetapan dahulu (qadha) bagi dirinya
sehingga dia mati dalam kekafirannya. Hal ini menolak pandangan kelompok
Qadariah, karena mereka mendakwakan bahwa Allah SWT memberikan petunjuk
kepada semua manusia dan memberikan taufik (bertemunya kehendak Allah dengan
kehendak manusia) kepada mereka untuk mendapatkan petunjuk.7

6
Syaikh Ahmad Muhammad Syakir, dan Syaikh Mahmud Muhammad Syakir, Tafsir Ath- Thabari. Hal. 99-100
7
Muhammad Ibrahim Al Hifnawi, Tafsir Al Qurthubi. Hal 256-257
3. Hukum Berdakwah
QS. Al-Qashas ayat 87
َ ِّ‫ع اِ ٰلى َرب‬
َ‫ك َواَل تَ ُكوْ ن ََّن ِمنَ ْال ُم ْش ِر ِك ْين‬ ْ َ‫ت هّٰللا ِ بَ ْع َد اِ ْذ اُ ْن ِزل‬
ُ ‫ت اِلَ ْيكَ َوا ْد‬ ِ ‫ك ع َْن ٰا ٰي‬
َ َّ‫ص ُّدن‬
ُ َ‫َواَل ي‬
Artinya: Dan jangan sampai mereka menghalang-halangi engkau (Muhammad) untuk
(menyampaikan) ayat-ayat Allah, setelah ayat-ayat itu diturunkan kepadamu, dan
serulah (manusia) agar (beriman) kepada Tuhanmu, dan janganlah engkau termasuk
orang-orang musyrik.
Kandungan ayat
a. Tafsir Ibnu Katsir
‫ك ع َْن ٰا ٰي هّٰللا‬
َ‫ك‬bbb‫ت اِلَ ْي‬ ِ ‫ َد اِ ْذ اُ ْن‬bbbْ‫ت ِ بَع‬
ْ َ‫زل‬bbb ِ َ َّ‫ ُّدن‬bbb‫ص‬
ُ َ‫“ َواَل ي‬Dan janganlah sekali-kali mereka dapat
menghalangimu dari (menyampaikan) ayat-ayat Alloh, sesudah ayat -ayat itu
diturunkan kepadamu,” yaitu, janganlah engkau terpengaruh dengan perselisihan
mereka kepadamu dan penghalangan mereka dari jalanmu, jangan engkau menoleh
dan peduli. Karena Alloh yang meninggikan kalimatmu, pendukung agamamu dan
penolong apa yang diutus kepadamu atas seluruh agama. Untuk itu Alloh berfirman
َ‫ع اِ ٰلى َربِّك‬
ُ ‫“ َوا ْد‬Dan seluruh mereka kepada Rabbmu,” yaitu, untuk beribadah kepada
Rabbmu yang mahaesa, tidak ada sekutu bagi-Nya. َ‫ ِر ِك ْين‬bb‫وْ ن ََّن ِمنَ ْال ُم ْش‬bb‫“ َواَل تَ ُك‬Dan
janganlah sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan.”8
b. Tafsir Jalalain
َ‫ ُّدنَّك‬bb‫ص‬
ُ َ‫( َواَل ي‬Dan janganlah sekali-kali mereka dapat menghalangimu) asal kata
yasuddunnaka adalah yasuddunaka, kemudian huruf nun alamat rafa’nya dibuang
karena lafadz dijazmkan, demikian pula huruf wawu fa’il, tetapi bukan karena
ْ َ‫ت هّٰللا ِ بَ ْع َد اِ ْذ اُ ْن ِزل‬
َ ‫ت اِلَ ْي‬
bertemu dengan mati lainnya ‫ك‬ ِ ‫( ع َْن ٰا ٰي‬dari menyampaikan ayat-ayat
Alloh, sesudah ayat-ayat itu diturunkan kepadamu) maksudnya janganlah kamu
memandang mereka dalam hal tersebut, ‫ع‬ ُ ‫( َوا ْد‬dan serulah) manusia, ‫ك‬ َ ِّ‫( اِ ٰلى َرب‬kepada
jalan tuhanmu) dengan menganjurkan mereka untuk mengesakan-Nya dan
menyembah-Nya, َ‫ ِر ِك ْين‬b ‫وْ ن ََّن ِمنَ ْال ُم ْش‬bb‫( َواَل تَ ُك‬dan janganlah sekali-kali kamu termasuk
orang-orang musyrik) yaitu dengan membantu mereka. ‘Amil jazm tidak
berpengaruh terhadap fi’il, yaitu lafadz wa la takunanna, karema fi’il ini bersifat
mabni, sebagai akibat kemasukan nun taukid.9
c. Tafsir Thabari
8
Abdullah bin Muhammad bin Abdurahman bin Ishaq Al-Sheikh, Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 6. (Kairo: Mu-assasah
Daar al-Hilaal Kairo Cet. I, Th.1414 H - 1994 M) Hal. 307
9
Imam Jalaluddin Al-Mahalli, Imam Jalaluddin As-Suyuti, Tafsir Jalalain Juz 2, (Sinar Baru Algensindo) hal.
416
Maksudnya adalah, Alloh berfirman: Wahai Muhammad, jangan sampai orang-orang
musyrik itu memalingkanmu dari menyampaikan ayat-ayat dan hujjah-hujjah Alloh
karena ucapan mereka ‫“ لَوْ آل ُأوت َى ِم ْث َل َمآ ُأوتِ َى ُمو َسى‬Mengapa tidak diberikan kepadanya
(Muhammad) seperti yang telah diberikan kepada Musa dahulu?” setelah Alloh
menurunkannya kepadamu. Serulah mereka kepada Tuhanmu, sampaikanlah risalah-
Nya kepada mereka karena dia telah mengutusmu kepada mereka. َ‫وْ ن ََّن ِمن‬bb‫َواَل تَ ُك‬
َ‫ ِر ِك ْين‬bbbb‫ “ ْال ُم ْش‬Dan janganlah sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang
mempersekutukan Tuhan).” Jangan tinggalkan berdoa kepada Tuhanmu dan
menyampaikan risalah-Nya kepada orang-orang musyrik. Jika engkau meninggalkan
itu, berarti engkau telah mlakukan perbuatan orang musyrik dengan melakukan
perbuatan maksiat kepada-Nya dan menentang perintah-Nya.10
4. Sasaran Dakwah Pada Diri Sendiri dan Kerabat
QS. Al-Ahzab ayat 70-71

َ‫ يُصْ لِحْ لَ ُك ْم َأ ْع َمالَ ُك ْم َويَ ْغفِرْ لَ ُك ْم ُذنُوبَ ُك ْم َو َم ْن يُ ِط ِع هَّللا َ َو َرسُولَهُ فَقَ ْد فَاز‬. ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ َآ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َوقُولُوا قَوْ اًل َس ِديدًا‬
‫فَوْ ًزا َع ِظي ًما‬

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan
katakanlah perkataan yang benar. niscaya Allah akan memperbaiki amal-amalmu dan
mengampuni dosa-dosamu. Dan barangsiapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka
sesungguhnya, dia menang dengan kemenangan yang agung.

Kandungan Ayat

1. Allah memerintahkan kepada orang-orang yang beriman agar bertaqwa kepada-


Nya. Yakni menjalankan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.

2. Allah memerintahkan kepada orang-orang yang beriman agar berkata jujur dan
benar. Tidak berdusta, tidak menipu dan tidak menyimpang dari kebenaran.

3. Iman tidak hanya keyakinan dalam hati tetapi juga mewujud dalam perbuatan. Iman
melahirkan taqwa dan kejujuran.

4. Surat Al Ahzab ayat 70 ini menunjukkan pentingnya kejujuran hingga Allah


menyebutkannya secara khusus, meskipun berkata jujur adalah bagian dari
ketaqwaan.

10
Syaikh Ahmad Muhammad Syakir, Syaikh Mahmud Muhammad Syakir, Tafsir Ath-Thabari, hal. 407
5. Orang yang bertaqwa dan berkata jujur akan Allah perbaiki amalnya dan Allah
ampuni dosa-dosanya.

6. Orang yang taat kepada Allah –bertaqwa dan menjaga kejujuran- akan mendapat
kemenangan yang besar. Yakni selamat dari neraka dan masuk ke dalam surga.

a. Tafsir Ibnu Katsir

Allah Ta'ala berfirman memberikan perintah kepada hamba-hambaNya yang


beriman untuk bertakwa dan beribadah kepada.-Nya, suatu ibadah yang seakan dia
melihat-Nya serta mengatakan, ‫" قَوْ الً َس ِد ْي ًد‬Perkataan yang benar. "Yaitu yang lurus,
tidak bengkok dan tidak menyimpang. Allah menjanjikan mereka, jika mereka
melakukan demikian, Allah akan membalas mereka dengan diperbaikinya amal-
amal mereka, yaitu dengan diberinya taufiq untuk beramal shalih, diampuni dosa-
dosanya yang lalu, serta apa yang akan terjadi pada mereka di masa yang akan
datang.

Allah memberikan ilham kepada mereka untuk bertaubat. Kemudian Allah Ta'ala
‫هّٰللا‬
ِ ‫" َو َم ْن يُّ ِط ِع َ َو َرسُوْ لَهٗ فَقَ ْد فَازَ فَوْ ًزا ع‬Dan barangsiapa mentaati Allah dan
berfirman, ‫َظ ْي ًما‬
Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan, yang besar. " Hal
itu adalah bahwasanya dia dijaga dari api Neraka yang menyala-nyala dan
dimasukkan ke Surga yang penuh kenikmatan.

'Ikrimah berkata: "Al-Qaulus Sadiid adalah, Laa Ilaaha illallaah (tidak ada tuhan
yang berhak disembah kecuali Allah)." Sedangkan yang lainnya berkata: "as-sadid
adalah kejujuran."11

b. Tafsir Al-Qurthubi

Firman Alloh SWT, ‫ ِديدًا‬bb‫وْ اًل َس‬bbَ‫وا ق‬bbُ‫وا هَّللا َ َوقُول‬bbُ‫وا اتَّق‬bbbُ‫ا الَّ ِذينَ َآ َمن‬bbbَ‫ا َأيُّه‬bbbَ‫“ ي‬Hai orang-orang
yangberiman, bertakwalah kamu kepada Alloh dan katakanlah perkataan yang
benar.” Makna dari kata ‫ َس ِديدًا‬adalah yang tepat atau sebenarnya. Sedangkan Ibnu
Abbas menafsirkan bahwa makna ayat ini adalah, yang benar.12
11
Abdullah bin Muhammad bin Abdurahman bin Ishaq Al-Sheikh, Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 6. (Kairo: Mu-
assasah Daar al-Hilaal Kairo Cet. I, Th.1414 H - 1994 M) Hal. 542-543

12
Atsar ini disebutkan oleh AI Mawardi dalam tafsinya (3/342) dan Abu Hayyan Dalam AI Bahr AI Muhith
(7/253).
Sedangkan menurut Ikrimah dan Ibnu Abbas menafsirkan, yang dimaksud dengan
perkataan yang benar adalah ucapan laa ilaaha illallaah.

Selain itu ada yang menafsirkan, bahwa yang dimaksud perkataan yang benar
adalah perkataan yang sesuai dengan zhahir dan batinnya.

Ada juga yang menafsirkan, bahwa yang dimaksud dengan perkataan yang benar
adalah perkataan yang diucapkan untuk mencari keridhan Allah, dan bukan yang
lain.

Kata b‫ ِدي ًدا‬b ‫ َس‬diambil dari kata ‫ ُّد‬b ‫ َس‬biasanya digunakan untuk menerangkan makna
ketepatan sebuah panah yang dilepaskan kepada suatu sasaran. Sedangkan untuk
menerangkan sebuah perkataan, maka kata ini digunakan untuk makna kebaikan
secara umum. Zhahir dari ayat ini menunjukkan bahwa kata tersebut diisyaratkan
untuk selain perkataan yang dapat menyakiti Nabi SAW dan kaum mukminin

Kemudian firman Alloh SWT, ‫وبَ ُكم‬bbbُ‫رْ لَ ُك ْم ُذن‬bbbِ‫الَ ُك ْم َويَ ْغف‬bb‫لِحْ لَ ُك ْم َأ ْع َم‬bbb‫ُص‬
ْ ‫”ي‬Niscaya Alloh
memperbaiki bagimu amalan-amalan dan mengampuni bagimu dosa-dosamu.”
Dalam ayat ini Alloh berjanji akan memberikan ganjaran untuk perkataan yang
benar, yaitu dengan memperbaiki semua perbuatan yang akan dilakukan dan juga
mengampuni dosa-dosa yang telah dilakukan. Cukuplah kiranya dengan diangkatnya
derajat dan kedudukan mereka.

ُ‫ولَه‬b‫“ َو َم ْن يُ ِط ِع هَّللا َ َو َر ُس‬Dan barang siapa menaati Alloh dan rasul-Nya,” maksudnya,
melaksanakan segala yang diperintahkan Alloh dan menjauhi semua larangan-nya.

ِ ‫“ فَقَ ْد فَازَ فَوْ ًزا ع‬Maka sesunggunya ia telah mendapat kemenangan yang besar.”13
‫َظي ًما‬

c. Tafsir Fi Zhilalil Qur’an

Syaikh Wahbah Az Zuhaili menafsirkan lebih luas. “Yushlih lakum a’maalakum


artinya niscaya Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memberi kalian taufiq untuk
berbuat amal-amal shalih atau memperbaiki amal-amal kalian dengan menerimanya,
memberikan pahala dan apresiasi atas amal-amal kalian.”
13
Muhammad Ibrahim Al-Hifnafi, Tafsir Al Qurthubi, 609-610
“Allah memberikan ampunan bagi orang-orang yang berkata baik dan beramal
shalih,” terang Sayyid Qutb dalam Tafsir Fi Zhilalil Quran. “Juga menghapus dosa-
dosa yang tidak mungkin seorang pun dari anak Adam yang bersalah selamat dan
terbebas dari padanya. Dan tidak ada yang dapat menyelamatkan mereka daripadanya
melainkan ampunan dan penghapusan dosa.”
Syaikh Wahbah Az Zuhaili menjelaskan, faqod faaza fauzan ‘adhiima artinya
sungguh dia benar-benar berhasil menggapai tujuan yang diinginkan, dengan hidup
di dunia sebagai orang yang terpuji dan di akhirat sebagai orang yang bahagia.

“Ketaatan itu sendiri sebenarnya adalah kemenangan tersendiri. Ia merupakan sikap


istiqomah di atas manhaj Allah dan beristiqomah di atas manhaj Allah merupakan
ketenangan dan kedamaian,” kata Sayyid Qutb dalam Tafsir Fi Zhilalil Qur’an.

5. Sasaran Dakwah Pada semua manusia


QS. Fussilat ayat 33
َ‫صالِحًا َّوقَا َل اِنَّنِ ْي ِمنَ ْال ُم ْسلِ ِم ْين‬ ‫هّٰللا‬
َ ‫َو َم ْن اَحْ َسنُ قَوْ اًل ِّم َّم ْن َدعَٓا اِلَى ِ َو َع ِم َل‬

Artinya: Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru
kepada Allah dan mengerjakan kebajikan dan berkata, “Sungguh, aku termasuk orang-
orang muslim (yang berserah diri)?”

a. Tafsir Al-Mukhtashar

Tidak ada seorangpun yang lebih bagus perkataannya dibandingkan orang yang
mengajak untuk mentauhidkan Allah dan mengamalkan syariat-Nya, mengerjakan
amal saleh yang diridai oleh Rabbnya, dan dia berkata, “Sesungguhnya aku
termasuk orang-orang yang berserah diri lagi tunduk kepada Allah.” Barangsiapa
melakukan hal itu seluruhnya, maka dia adalah manusia yang paling bagus
perkataannya.

b. Tafsir kemenag RI

Ayat ini mencela orang-orang yang mengatakan yang bukan-bukan tentang Al-
Qur'an. Al-Qur'an mempertanyakan: perkataan manakah yang lebih baik daripada
Al-Qur'an, siapakah yang lebih baik perkataannya dari orang yang menyeru manusia
agar taat kepada Allah. Ibnu Sirin, as-Suddi, Ibnu Zaid, dan al-hasan berpendapat
bahwa orang yang paling baik perkataannya itu ialah Rasulullah saw. Apabila
membaca ayat ini, al-hasan berkata bahwa yang dimaksud adalah Rasulullah, ia
adalah kecintaan dan wali Allah. Ia adalah yang disucikan Allah dan merupakan
pilihan-Nya. Ia adalah penduduk bumi yang paling cinta kepada Allah. Allah
memperkenankan seruannya dan ia menyeru manusia agar mengikuti seruan itu.
Sebagian ulama lain berpendapat bahwa ayat ini maksudnya umum, yaitu semua
orang yang menyeru orang lain untuk menaati Allah. Rasulullah termasuk orang
yang paling baik perkataannya, karena beliau menyeru manusia kepada agama
Allah. Ayat ini menerangkan bahwa seseorang dikatakan paling baik apabila
perkataannya mengandung tiga perkara, yaitu:

1. Seruan pada orang lain untuk mengikuti agama tauhid, mengesakan Allah dan
taat kepada-Nya.

2. Ajakan untuk beramal saleh, taat melaksanakan perintah-perintah Allah dan


menghentikan larangan-Nya.

3. Menjadikan Islam sebagai agama dan memurnikan ketaatan hanya kepada


Allah saja.

Dengan menerangkan perkataan yang paling baik itu, seakan-akan Allah


menegaskan kepada Rasulullah bahwa tugas yang diberikan kepada beliau itu
adalah tugas yang paling mulia. Oleh karena itu, beliau diminta untuk tetap
melaksanakan dakwah, dan sabar dalam menghadapi kesukaran-kesukaran dan
rintangan-rintangan yang dilakukan orang-orang kafir. Dari ayat ini dipahami
bahwa sesuatu yang paling utama dikerjakan oleh seorang muslim ialah
memperbaiki diri lebih dahulu, dengan memperkuat iman di dada, menaati
segala perintah Allah, dan menghentikan segala larangan-Nya. Setelah diri
diperbaiki, serulah orang lain mengikuti agama Allah. Orang yang bersih
jiwanya, kuat imannya, dan selalu mengerjakan amal yang saleh, ajakannya lebih
diperhatikan orang, karena ia menyeru orang lain dengan keyakinan yang kuat
dan dengan suara yang mantap, tidak ragu-ragu.
c. Tafsir Jalalain

(Siapakah yang lebih baik perkataannya) maksudnya, tiada seorang pun yang
lebih baik perkataannya (daripada seorang yang menyeru kepada Allah) yakni
mentauhidkan-Nya (mengerjakan amal yang saleh dan berkata, "Sesungguhnya
aku termasuk orang-orang yang berserah diri?")14

6. Strategi Dakwah
QS. An-Nahl ayat 125
َ َّ‫ك بِ ْال ِح ْك َم ِة َو ْال َموْ ِعظَ ِة ْال َح َسنَ ِة َو َجا ِد ْلهُ ْم بِالَّتِ ْي ِه َي اَحْ َس ۗنُ اِ َّن َرب‬
َ ‫ك ه َُو اَ ْعلَ ُم بِ َم ْن‬
‫ض َّل ع َْن َسبِ ْيلِ ٖه‬ َ ِّ‫ع اِ ٰلى َسبِ ْي ِل َرب‬ ُ ‫اُ ْد‬
َ‫َوه َُو اَ ْعلَ ُم بِ ْال ُم ْهتَ ِد ْين‬

Artinya: Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang
baik serta debatlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang paling tahu siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia (pula) yang paling
tahu siapa yang mendapatkan petunjuk.
a. Tafsir Ibnu Katsir
Ayat ini diturunkan diMakkah saat diperintahkan agar berdarnai dengan kaum
quraisy. Allah juga memerintah beliau agar berdakwah kepada agama Allah
dan syari'at-Nya dengan lemah lembut, tidak kasar atau keras. Demikianlah
seharusnya kaum muslimin memberikan nasihat tentang hari kiamat. Yang
merupakan hikmah bagi para pelaku kemaksiatan dari kalangan ahli tauhid,
dan menghapus perintah perang terhadap orang-orang kafir. Telah dikatakan
pula, “ siapa saja dari kalangan orang-orang kafir yang bisa diharapkan
keimananya dengan cara hikmah maka dia harus melakukan tanpa ada
pertempuran.15
b. Tafsir Ath- Thabari
Maksud ayat di atas adalah, Allah berfirman kepada Nabi Muhammad SAW,
"Serulah, wahai Muhammad, orang yang kepada mereka Tuhanmu
َ ِّ‫بِ ْي ِل َرب‬bbb‫' َس‬Kepada ialan
mengutusmu, untuk mengajaknya menaati Allah. ‫ك‬
Tuhanmu,' adalah, kepada syariat Tuhanmu yang ditetapkan-Nya bagi
makhlrk-Nyu, yaitu Islam dengan hikmah,' adalah, dengan wahyu Allah yang
14
Imam Jalaluddin Al-Mahalli, Imam Jalaluddin As-Suyuti, Tafsir Jalalain Juz 2, (Sinar Baru Algensindo) 524
15
Abdullah bin Muhammad bin Abdurahman bin Ishaq Al-Sheikh, Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 6. (Kairo: Mu-
assasah Daar al-Hilaal Kairo Cet. I, Th.1414 H - 1994 M) 498
disampaikan-Nya kepadamu, dan dengan kitab-Nya yang diturunkanNya
kepadamu. ‫نَ ِة‬b‫ ِة ْال َح َس‬bَ‫ َو ْال َموْ ِعظ‬Dan dengan pelajaran yang baik, yang dijadikan
Allah sebagai argumen terhadap mereka di dalam kitab-Nya, dan peringatan
bagi mereka di dalam wahyu-Nya - seperti argumen yang disebutkan Allah
kepada mereka dalam suratr ini- serta nikmat-nikmat yang diingatkan Allah
kepada mereka di dalamnya. ُ‫ َو َجا ِد ْلهُ ْم بِالَّتِ ْي ِه َي اَحْ َس ۗن‬dan bantahlah mereka dengan
cara yang baik,'adalatr, bantatrlah dengan bantahan yang lebih baik dari
selainnya, yaitu memaafkan tindakan mereka yang menodai kehormatanmu,
dan janganlah menentang Allatr dalam menjalankan kewajibanmu untuk
menyampaikan risalah Tuhanmu kepada mereka."
Firman-Nya َ‫ض َّل ع َْن َسبِ ْيلِ ٖه َوهُ َو اَ ْعلَ ُم بِ ْال ُم ْهتَ ِد ْين‬
َ ‫اِ َّن َربَّكَ هُ َو اَ ْعلَ ُم بِ َم ْن‬

"sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang


tersesat dijalan-Nya" Allah berfirman kepada Nabi Muhammad SAW,
"sesunggUhnya Tuhanmg, watrai Mtrhammad, lebih mengetatrui orang yang
menyimpang dari jalan yang lurus dari kalangan orang-orang yang berselisih
pada hari Sabtu, dan dari selain mereka, serta orang yang menentang Allah.
Dia lebih mengetahui tentang siapa di antara mereka yang meniti jalan yang
lurus dan jalan yang benar. Dia pasti membalas mereka semua sesuai amal
masing-masing saat mereka kembali kepada-Nya.16

c. Tafsir jalalain
Serulah) manusia, hai Muhammad (kepada jalan Rabbmu) yakni agama-Nya
(dengan hikmah) dengan Al-Qur'an (dan pelajaran yang baik) pelajaran yang
baik atau nasihat yang lembut (dan bantahlah mereka dengan cara) bantahan
(yang baik) seperti menyeru mereka untuk menyembah Allah dengan
menampilkan kepada mereka tanda-tanda kebesaran-Nya atau dengan hujah-
hujah yang jelas. (Sesungguhnya Rabbmu Dialah Yang lebih mengetahui)
Maha Mengetahui (tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang
lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk) maka Dia membalas
mereka; ayat ini diturunkan sebelum diperintahkan untuk memerangi orang-
orang kafir. Dan diturunkan ketika Hamzah gugur dalam keadaan tercincang;
ketika Nabi ‫ ﷺ‬melihat keadaan jenazahnya, lalu beliau ‫ ﷺ‬bersumpah melalui
16
Syaikh Ahmad Muhammad Syakir, Syaikh Mahmud Muhammad Syakir, Tafsir Ath-Thabari, hal.389
sabdanya, "Sungguh aku bersumpah akan membalas tujuh puluh orang dari
mereka sebagai penggantimu.". (Dan jika kalian memberikan balasan, maka
balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepada
kalian. Akan tetapi jika kalian bersabar) tidak mau membalas (sesungguhnya
itulah) bersikap sabar itulah (yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar)
kemudian Nabi ‫ ﷺ‬membatalkan sumpahnya itu, dan membayar kafaratnya.
Demikianlah menurut hadis yang telah diriwayatkan oleh Imam Bazzar.17

17
Imam Jalaluddin Al-Mahalli, Imam Jalaluddin As-Suyuti, Tafsir Jalalain Juz 1, (Sinar Baru Algensindo)

Anda mungkin juga menyukai