KEMENANGAN
Pendahuluan
datang silih berganti. Di luar negeri, kaki-kaki kotor tentara Israel menodai
Ramadhan masih dalam suasana sesak karena dihimpit oleh berbagai macam
Ibadah puasa di bulan Ramadhan telah berakhir. Umat Islam telah merayakan
yang serba baru, namun takwa yang menjadi baru (meningkat). Oleh karenanya,
١٨٣ – َي ا َأُّيَه ا اَّلِذيَن آَم ُن وْا ُك ِتَب َع َلْي ُك ُم الِّص َي اُم َك َم ا ُك ِتَب َع َلى اَّلِذيَن ِمن َقْبِلُك ْم َلَع َّلُك ْم َت َّتُقوَن
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. (QS. Al-Baqarah:
183)
Pada ayat tersebut dijelaskan bahwa hikmah diwajibkannya puasa tidak lain
adalah agar mereka menjadi orang-orang yang bertakwa. Apakah takwa itu?
Kata “taqwa” berasal dari kata “waqâ”, yang berarti melindungi. Maknanya, untuk
melindungi diri dari murka dan azab Allah SWT. Caranya dengan menjalankan
perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangan-Nya. Itulah pengertian
“taqwa”.
bertakwa? Untuk mengetahuinya, mari kita lihat bagaimana sikap dan ketaatan
kita terhadap berbagai perintah dan larangan Allah SWT. Misalnya, ketika Allah
kita terhadap perintah Allah SWT yang lain? Seperti dalam firman-Nya,
١٧٨ – َي ا َأُّيَه ا اَّلِذيَن آَم ُن وْا ُك ِتَب َع َلْي ُك ُم اْلِقَص اُص ِفي اْلَقْتَلى
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishash berkenaan dengan
Bagaimana sikap kita terhadap hal itu? Apakah kita siap untuk menaatinya?
dengan pengamalan puasa, yaitu agar kita menjadi orang yang bertakwa.
١٧٩ – َو َلُك ْم ِفي اْلِقَص اِص َح َي اٌة َي ْا ُأوِلْي اَألْلَباِب َلَع َّلُك ْم َت َّتُقوَن
“Dan dalam qishash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang
Jadi hakikat kemenangan adalah ketika umat Islam menjadi umat yang bertakwa
kepada Allah SWT. Saat ini, kita menyaksikan masih banyak perintah Allah SWT
yang belum diamalkan dan berbagai larangan Allah yang masih dilanggar,
sosial, hukum pidana, pendidikan, politik luar negeri dan lain sebagainya.
Belum diamalkannya syariah Islam secara kaffah dalam kehidupan kita inilah
yang menyebabkan kehidupan kaum muslimin saat ini terpuruk, terjajah, hancur
dijajah, disiksa, dan banyak yang diusir dari negerinya, tanpa ada yang
sebagainya.
Pangkal keterpurukan ini adalah karena umat Islam telah banyak menyimpang
dari aturan Allah SWT. Keadaan itu telah diterangkan oleh Allah SWT,
١٢٤ – َو َم ْن َأْع َر َض َع ن ِذ ْك ِر ي َفِإَّن َلُه َم ِعيَش ًة َض نكًا َو َن ْح ُشُرُه َي ْو َم اْلِقَياَمِة َأْع َم ى
kehidupan yang sempit dan Kami akan mengumpulkan dia pada Hari Kiamat nanti
melupakannya dan mengambil petunjuk dari selainnya.” (Ibnu Katsir, Tafsir al-
Qur’an al-‘Azhim, V/323). Sedangkan penghidupan yang sempit tidak lain adalah
Ramadhan telah segera berakhir. Pada Hari Raya Idulfitri, kita harus menjadikan
sebagai momentum untuk membuktikan diri, bahwa kita adalah umat yang
layak dan berhak untuk disebut sebagai umat yang bertakwa di hadapan Allah
Ada tiga kunci kemenangan sejati umat Islam: Pertama, memantaskan diri
dengan Allah SWT; Kedua, maksimal dalam melakukan upaya perubahan dari
suatu kondisi menuju kondisi lain yang lebih baik; dan Ketiga, sabar atas
Mengapa harus memantaskan diri dari sisi keimanan dan ketakwaan? Karena
kemenangan bagi umat Islam adalah karunia dari Allah. Adapun yang wajib kita
dunia yang sebelumnya jauh dari aturan Islam, berubah menuju keadaan yang
tunduk dan patuh pada aturan Allah SWT. Inilah perubahan menuju
٢٠٨ – َي ا َأُّيَه ا اَّلِذيَن آَم ُن وْا اْد ُخ ُلوْا ِفي الِّس ْلِم َك آَّفًة َو َال َت َّت ِبُع وْا ُخ ُط َو اِت الَّش ْي َط اِن ِإَّن ُه َلُك ْم َع ُد ٌّو ُّم ِبيٌن
Perubahan itu harus diupayakan sendiri oleh umat islam, karena perubahan itu
١١ – ِإَّن َهللا اَل ُيَغ ِّيُر َم ا ِبَقْو ٍم َح َّت ى ُيَغ ِّيُروا َم ا ِبَأْنُفِس ِه ْم
mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Al-Ra’d: 11)
أو ممن هو منهم بسبب ; كما غير هللا بالمنهزمين يوم أحد بسبب تغيير الرماة بأنفسهم، إما منهم أو من الناظر لهم، تغيير
بل قد تنزل، إلى غير هذا من أمثلة الشريعة ; فليس معنى اآلية أنه ليس ينزل بأحد عقوبة إال بأن يتقدم منه ذنب،
. نعم إذا كثر الخبث: وقد سئل أنهلك وفينا الصالحون ؟ قال: – المصائب بذنوب الغير ; كما قال – صلى هللا عليه وسلم
وهللا أعلم.
Tentang firman Allah Ta’ala, “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu
kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri,“
bahwa Allah Ta’ala memberitahukan di ayat ini, bahwa Dia tidaklah mengubah
keadaan suatu kaum sampai mereka melakukan perubahan, baik (1) dari kalangan
mereka; (2) orang yang mengurus mereka; atau (3) dari salah seorang mereka
yang kalah pada perang Uhud karena sebab sikap berubah yang dilakukan oleh
para pemanah, dan contoh-contoh lainnya yang ada dalam syariat. Maksud ayat
tersebut bukanlah berarti tidak ada siksa yang turun kepada seseorang kecuali
setelah didahului oleh dosa, bahkan bisa saja musibah turun karena dosa yang lain
sebagaimana sabda Rasulullah SAW ketika ditanya, “Apakah kita akan binasa,
menjawab, “Ya, jika keburukan (kefasikan) banyak terjadi.” (HR. Bukhari, Muslim,
Nasa’i, dan Ibnu Majah), wallahu a’lam.” (al-Qurthubi, Jami’ li Ahkam al-Qur’an, juz
9, hlm. 294)
َح َّت ى ُيَغ ِّيُروا َم ا ِبَأْنُفِس ِه ْم من األحوال الجميلة باألحوال القبيحة.ِإَّن َهللا َال ُيَغ ِّيُر َم ا ِبَقْو ٍم من العافية والنعمة
“Sesungguhnya Allah tidak mengganti sesuatu yang ada pada kamu dari kesehatan
dan kenikmatan sampai mereka mengubah dengan individu mereka dari keadaan
yang baik dengan keadaan yang buruk.” (al-Baidhawi, Anwar al-Tanzil wa Asrar al-
Jadi perubahan pada sebuah masyarakat itu bisa diusahakan dan datang dari 3
pihak: (1) Dari masyarakat tersebut (internal); (2) Pihak yang mengurus
masyarakat tersebut (pemimpin internal); (3) Orang dari masyarakat tersebut
Pihak ketiga ini adalah inisiator dan juga pelaku perubahan. Lihatlah inisiatif
fakta perubahan, baik dari menang ke kalah maupun dari kalah ke menang.
Orang seperti mereka (pihak ketiga yang disebutkan Imam al-Quthubi) sulit
jika tidak terdapat tiga syarat utama: (1) Merupakan kelompok yang solid
dengan fikrah dan thariqah yang diadopsinya; (2) Mereka terdiri dari orang-orang
yang ikhlas dan memiliki kapasitas memadai; dan (3) Mereka memiliki ikatan
bermakna mengubah yang buruk menjadi baik, namun juga bisa bermakna
merawat agar anugerah yang baik dari Allah tak berubah menjadi buruk karena
perilaku kita. Hal kedua inilah yang dicontohkan oleh Imam al-Qurthubi dan
﴾ ِإَّن َهَّللا َمَع اَّلِذيَن اَّت َقْو ا َو اَّلِذيَن ُه ْم١٢٧﴿ َو اْص ِبْر َو َم ا َص ْبُر َك ِإاَّل ِباِهَّلل ۚ َو اَل َت ْح َز ْن َع َلْي ِه ْم َو اَل َت ُك ِفي َض ْي ٍق ِمَّما َي ْم ُك ُروَن
١٢٨ – ُمْح ِس ُن وَن
“Dan bersabarlah (Muhammad) dan kesabaranmu itu tidak akan terwujud
kecuali dengan pertolongan Allah, dan janganlah engkau bersedih hati terhadap
(kekafiran) mereka dan jangan (pula) bersempit dada terhadap tipu daya yang
mereka rencanakan. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-
pemberitahuan bahwa sabar itu tidak akan bisa diperoleh kecuali dengan
kehendak Allah, dengan pertolongan Allah, dan kekuatan Allah.
adalah kunci kemenangan. Ini adalah sunnatullah. Untuk bisa bersabar kita
dan tidak ringan. Maka, momentum akan berakhirnya puasa Ramadhan ini,
yang insya Allah telah melahirkan kembali jutaan umat Islam yang telah memiliki
kadar keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT yang tinggi, besar, dan kuat,
menjadi modal bagi terbitnya fajar kemenangan Islam di muka bumi ini, yaitu
َو َع َد ُهَّللا اَّلِذيَن آَم ُنوا ِمنُك ْم َو َعِم ُلوا الَّصاِلَح اِت َلَي ْس َت ْخ ِلَفَّن ُهم ِفي اَأْلْر ِض َك َم ا اْس َت ْخ َلَف اَّلِذيَن ِمن َقْبِلِه ْم َو َلُيَم ِّك َن َّن َلُهْم ِد يَن ُهُم اَّلِذي
٥٥ – اْر َت َض ى َلُهْم َو َلُيَب ِّد َلَّن ُهم ِّمن َب ْع ِد َخ ْو ِفِه ْم َأْمنًا َي ْع ُبُد وَن ِني اَل ُي ْش ِر ُك وَن ِبي َش ْيئًا َو َم ن َكَفَر َب ْع َد َذ ِلَك َفُأْو َلِئَك ُه ُم اْلَفاِس ُقوَن
“Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dan beramal salih di antara
benar-benar akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah Dia ridhai untuk
mereka; dan Dia benar-benar akan menukar keadaan mereka —sesudah mereka
berada dalam ketakutan— menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah Aku
tanpa mempersekutukan Aku dengan sesuatu pun. Siapa saja yang kafir sesudah
janji itu, mereka itulah orang-orang yang fasik”. (QS. Al-Nur: 55)
Penutup
Kemenangan demi kemenangan yang berhasil diraih Rasulullah SAW dan para
menerapkan Islam secara kaffah dalam kehidupan mereka. Ini pulalah yang
“super power”, yang disegani kawan dan ditakuti lawan. Negara inilah yang
sains dan teknologi, di saat bangsa Eropa masih tenggelam dalam kebodohan
dan keterbelakangan. Itulah kemenangan umat Islam dan kebaikan untuk dunia.
kita bisa segera merayakan kemenangan kolektif umat dalam percaturan politik
dunia.[]
SUMBER : https://yuanaryantresna.id/2022/04/29/idulfitri-dan-makna-kemenangan/