Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Gerak dapat didefinisikan sebagai perubahan yang sesungguhnya berlangsung secara

terus-menerus. Gerak seluruhnya dapat diketahui apabila kita mengetahui bagaimana

gerak benda pada suatu titik pada benda tersebut. Gerak pada bidang miring ini, terdapat

sudut kemiringan dan gaya gesekan yang sangat mempengaruhi dari gesek itu sendiri.

Gerak atau perpindahan kedudukan suatu benda biasanya disebabkan oleh gaya, jadi

apabila ada suatu gaya yang bekerja pada sebuah benda msks benda itu akan bergerak

atau berpindah tempat. Secara umum, gaya didefinisikan sebagai suatu yang dapat

mengubah keadaan gerak atau benda. Suatu benda dapat bergerak karena mendapat gaya,

gaya juga dapat mempercepat atau memperlambat gerak benda. Gaya juga dapat

dikatakan sebagai tarikan atau dorongan.

1.2 Rumusan Masalah

2. Bagaimanakah hubungan besaran-besaran pada gerak rotasi dengan besaran-besaran

pada gerak translasi

3. Bagaimanakah hubungan antara gaya dengan pertambahan gaya pegas

4. Bagaimankah konsep momen gaya.

1.3 Tujuan Penulisan

2. Mendeskripsikan hubungan besaran-besaran pada gerak rotasi dengan besaran-

besaran pada gerak translasi

3. Menyelidiki hubungan antara gaya dengan pertambahan gaya pegas

4. Menformulasikan konsep momen gaya

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Gerak Melingkar pada Bidang Miring

Gerak dapat didefinisikan sebagai perubahan yang sesungguhnya berlangsung secara

terus-menerus. Gerak seluruhnya dapat diketahui apabila kita mengetahui bagaimana

gerak benda pada suatu titik pada benda tersebut. Gerak pada bidang miring ini, terdapat

sudut kemiringan dan gaya gesekan yang sangat mempengaruhi dari gesek itu sendiri.

Gerak atau perpindahan kedudukan suatu benda biasanya disebabkan oleh gaya, jadi

apabila ada suatu gaya yang bekerja pada sebuah benda maka benda itu akan bergerak

atau berpindah tempat. Secara umum, gaya didefinisikan sebagai suatu yang dapat

mengubah keadaan gerak atau benda. Suatu benda dapat bergerak karena mendapat gaya,

gaya juga dapat mempercepat atau memperlambat gerak benda. Gaya juga dapat

dikatakan sebagai tarikan atau dorongan.

Gaya gesekan sangat diperlukan, misalnya antara ban mobil dan jalan agar tidak slip,

orang dapat berjalan diatas lantai dengan lancar bila terdapat gaya gesekan antara kaki

dengan lantai. Gerak pada bidang miring ini terdapat dua gerak yaitu gerak menaik dan

menurun, yang masing-masing juga dipengaruhi oleh waktu dan jarak yang telah

ditempuh serta apakah terjadi pemantulan pada ujung track.

Jenis gerak dari suatu benda ditentukan oleh bentuk lintasannya. Sesuatu gerak

disebut gerak lurus, apabila lintasannya merupakan garis lurus. Gerak melingkar, apabila

lintasannya merupakan lingkaran. Gerak parabola apabila lintasannya merupakan

parabola. Tidak ada gesekan antara benda dengan bidang miring, bila bidangnya licin

sempurna. Sedangkan yang menyebabkan benda bergerak adalah gaya yang sejajar

dengan bidang miring. Dalam istilah teknik sipil, kemiringan (rasio tinggi dan jarak)

2
sering disebut dengan gradien. Bidang miring adalah salah satu pesawat sederhana yang

umum dikenal.

A. Metode praktikum

1. Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum “Gerak melingkar Pada Bidang Miring” ini dilaksanakan pada

hari Jumat Tanggal 15 Januari 2016, mulai pukul 09.00 –12.00 WIB. Praktikum

ini bertempat di Laboratorium Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Metro.

2. Alat dan Bahan Praktikum

1. Balok bertingkat

2. Stopwatch

3. Bidang Miring

4. Kaleng susu atau silinder logam, masing-masing dengan diameter yang

berbeda

5. Jangka Sorong

6. Penggaris dan Busur derajat

7. Spidol/Alat Tulis

3. Langkah Kerja

1. Siapkan bidang miring dengan sudut kemiringan 20°, 30°, 40°. Ukur panjang

bidang miring yang diinginkan dengan diameter silindernya (kaleng susu atau

logam silinder).

3
2. Tandai selimut silinder tersebut dengan spidol, kemudian ukur diameternya

dan catat dalam table.

3. Letakkan silinder diatas permukaan bidang miring yang telah diberi tanda

garis yang berhimpit dengan tanda dari spidol pada silinder, kemudian biarkan

silinder menggelinding menuruni bidang miring.

4. Siapkan dan tekan tombol stopwatch tepat pada saat silinder dilepaskan.

5. Matikan stopwatch tepat pada saat silinder sampai pada bagian bawah bidang

dan catat waktu yang diperlukan.

6. Ulangi langkah 2 sampai 5 untuk silinder dengan diameter yang berbeda dan

catat waktunya ke dalam table.

4
B. Hasil dan Pembahasan

1. Data Hasil Percobaan

1. Data percobaan ke-1 dengan diameter kaleng susu/silinder logam = 0,1193 m

Sudut bidang Banyak Waktu Jarak Kecepatan Percepatan


Miring Putaran (s) (m) (m/s) (m/s2)
2,941 1,9 1,10 0,57 0,3
20°
2,941 1,2 1,10 0,91 0,76
30°
2,941 1,13 1,10 0,97 0,86
40°

2. Data percobaan ke-2 dengan diameter kaleng susu/silinder logam = 0,1115 m

Sudut bidang Banyak Waktu Jarak Kecepatan Percepatan


Miring Putaran (s) (m) (m/s) (m/s2)
3,14 1,14 1,10 0,96 0,84
20°
3,14 1,2 1,10 0,91 0,75
30°
3,14 0,84 1,10 1,30 1,5
40°

3. Data percobaan ke-3 dengan diameter kaleng susu/silinder logam = 0,0733 m

Sudut bidang Banyak Waktu Jarak Kecepatan Percepatan


Miring Putaran (s) (m) (m/s) (m/s2)
4,78 1,5 1,10 0,73 0,48
20°
4,78 1,3 1,10 0,84 0,6
30°
4,78 1,3 1,10 0,91 0,7
40°

2. Analisa Data

1. Dari hasil percobaan 1, 2 dan 3, dengan panjang lintasan yang sama, tetapi

jumlah putarannya lebih sedikit di akibatkan karena (semakin besar diameter

silindernya semakin sedikit jumlah putaran).

5
2. Dari hasil percobaan 1, 2 dan 3, persamaan yang berhubungan dengan banyak

putaran dan jarak lintasan adalah:

Banyak Putaran = Jarak Lintasan

Diameter silinder berpengaruh terhadap banyaknya putaran, semakin kecil

diameter lingkaran maka putaran semakin banyak.

3. Dari hasil percobaan 1, 2 dan 3, persamaan yang berhubungan dengan

kecepatan linear adalah jika semakin besar diameter silinder, maka laju akan

semakin cepat. Persamaan yang berhubungan dengan kecepatan angular

adalah jika semakin besar sudut lintasan maka silinder akan melaju semakin

cepat.

4. Dari hasil percobaan 1, 2 dan 3, hubungan antara percepatan linear (𝛼) dan

percepatan angular (α) adalah jika sudut lintasan dirubah lebih besar maka

mempengaruhi percepatan linear yaitu berubahnya kecepatan silinder.

3. Kesimpulan

1. Dari hasil percobaan diatas, hubungan antara jumlah putaran dan jarak lintasan

yang dilalui silinder adalah jika semakin panjang jarak lintasan, maka jumlah

putaran akan semakin banyak.

2. Dari hasil percobaan diatas, hubungan antara kecepatan linear (v) dan

kecepatan angular (𝜔) adalah jika kecepatan angular diperbesar maka

kecepatan linear akan semakin besar, karena gaya tarik gravitasi akan semakin

tinggi.

3. Dari hasil percobaan diatas, hubungan antara percepatan linear (𝛼) dan

percepatan angular (α) adalah jika sudut lintasan dirubah lebih besar maka

mempengaruhi percepatan linear yaitu berubahnya kecepatan silinder.

6
4. Tindak Lanjut dan Aplikasi dalam kehidupan

Pada setiap benda yang berputar, jumlah putarannya akan sebanding dengan

panjang lintasan yang dilalui benda dan bergantung pada jari-jari lingkarannya.

Misalnya jarak antara rumah dan sekolah sejauh 5 km, maka kita dapat

menghitung jumlah putaran roda kendaraan kita, jika kita mengetahui diameter

roda kendaraan yang kita gunakan.

2.2 Elastisitas dan Gerak Harmonik

Jika kita menarik sebuah pegas, maka pegas akan berubah bentuk yaitu bertambah

panjang, ketika pada pegas kita lepaskan, pegas akan kembali kebentuk awalnya, pegas

dan karet adalah contoh benda elastis.

2.2.1 Hukum Hooke

Robert Hooke seorang Ilmuwan asal inggris meneliti tentang gaya pegas.

Imuwan berambut keriting ini menelurkan hukum hooke yang menyatakan Jika

pada sebuat pegas bekerja sebuah gaya luar, maka pegas akan bertambah panjang

sebanding dengan besarnya gaya yang diberikan. Hal ini sesuai dengan hukum

hooke, yang menyatakan bahwa: “Jika gaya tarik tidak melampaui batas elastisitas

pegas, maka perubahan panjang pegas berbanding lurus dengan gaya tariknya”.

Hukum Hooke menyelidiki hubungan antara gaya F yang merenggangkan sebuah

pegas dengan pertambahan panjang pegas (Δx), pada daerah batas elastisitas

pegas. Pada daerah elastisitasnya, Besar gaya luar yang diberikan (F) sebanding

dengan pertambahan panjang pegas (Δx).

Persamaan hukum Hooke Dari bunyi hukum Hooke di atas, hukum Hooke dapat

dituliskan : F = K . Δx atau K = F / Δx

Dimana:

F : besar gaya luar yang diberikan pada Pegas (N)

7
Δx : Pertambahan panjang pegas (m)

K : Konstanta Pegas (N/m)

Ketika sebuah pegas diberi gaya luar dengan ditarik, maka pegas akan

mengeluarkan gaya yang besarnya sama dengan gaya luar yang menariknya, tetapi

arahnya berlawanan (aksi = reaksi). Jika gaya yang diberikan pegas ini disebut

Gaya pemulih pegas (Fp), gaya pemulih ini juga sebanding dengan pertambahan

panjang pegas Δx.

Secara matematis dapat ditulis : Fp = - K . Δx

Dari persaman persamaan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa didalam batas

elastisitas benda, gaya F sebanding dengan pertambahan panjang benda.

Pernyataan inilah yang dikenal dengan hukum hooke.

Hukum Hooke adalah hukum atau ketentuan mengenai gaya yang diakibatkan

oleh sifat elastisitas suatu bahan pegas atau peer. Besarnya hukum Hooke akan

sebanding dengan pertambahan panjang pegas diukur dari posisi setimbangnya.

Aplikasi Hukum Hooke pada pegas misalnya, kita tinjau pegas yang dipasang

horizontal, dimana pada ujung pegas tersebut digantungkan sebuah benda

bermassa m. Dengan mengabaikan masasa benda, sehingga pegas meluncur pada

permukaan horizontal tanpa hambatan. Terlebih dahulu kita buat kesepakatan

bahwa arah kanan bernilai positif dan arah kiri bernilai negatif, setiap pegas

memliki panjang alami yaitu panjang pegas sebelum diberi gaya luar, jika pegas

tidak diberikan gaya luar maka pegas berada dalam keadaan setimbangnya. Jika

kita menarik ujung sebuah pegas, sementara ujung yang lain terikat tetap, maka

pegas akan tetap bertambah panjang. Pertambahan panjang ini akan sebanding

dengan besarnya gaya yang kita berikan. Hal ini sesuai dengan Hukum Hooke.

8
A. Metode Praktikum

1. Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum “Hukum Hooke” ini dilaksanakan pada hari Jumat Tanggal

15 Januari 2016, mulai pukul 09.00 –12.00 WIB. Praktikum ini bertempat

di Laboratorium Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Metro.

2. Alat dan Bahan Praktikum

1. Dasar Statif

2. Kaki Statif

3. Batang Statif Pendek (2 Buah)

4. Batang Statif Panjang (2 Buah)

5. Balok Pendukung

6. Beban 50 gram (6 Buah)

7. Jepit Penahan (2 Buah)

8. Pegas Spiral

9. Penggaris Berskala dengan panjang 30 cm

3. Langkah Kerja

1. Rangkailah statif seperti gambar di samping

2. Pasang balok penahan pada batang statif

3. Pasang jepit penahan pada balok pendukung, kemudian jepitan

penggaris dengan posisi tegak

4. Gantungkan sebuah pegas spiral pada batang statif panjang, kemudian

pasang petunjuk horizontal pada ujung bawah pegas itu sedemikian

sehingga ujung petunjuk bersentuhan dengan skala penggaris (lihat

gambar)

9
5. Gambarkan sebuah beban (w = 0,5 N) diujung bawah pegas, lalu baca

panjang pegas = lo

6. Ulangi langkah no. 5 dengan 2 beban, 3 beban, 4 beban, dan 6 beban di

ujung bawah pegas, lalu baca panjang pegas = l

7. Catatlah panjang pegas (l) dan berat bebannya (w) kedalam table yang

tersedia

Jepit Penahan

Pegas Spiral

Beban 50 g

B. Hasil dan Pembahasan

1. Data Hasil Percobaan

L0 = 0,051 m dan F0 = 0 N

l (m)
Percobaan ke 1 W (N) F = w – F0 (N)
0,5-0 = 0,5 0,06
1 0,5
1,0-0 = 1,0 0,07
2 1,0
1,5-0 = 1,5 0,08
3 1,5
2,0-0 = 2,0 0,09
4 2,0
2,5-0= 2,5 0,10
5 2,5

10
2. Analisa Data

1. Table Analisa Data

L (m)
Percobaan ke 1 w (N) F = w – F0 (N)
0,06
1 0,5 0,5-0=0,5
0,07
2 1,0 1,0-0=1,0
0,08
3 1,5 1,5-0=1,5
0,09
4 2,0 2,0-0=2,0
0,10
5 2,5 2,5-0=2,5

2. Terdapat kecenderungan suatu pola yang teramati pada hasil analisa

data diatas, yaitu setiap beban bertambah 0,5 maka panjang pegas akan

bertambah 0,01 m

3. Gerak pertambahan panjang pegas terhadap pertambahan gaya

F (N)

2,5

2,0

1,5

1,0

0,5

∆/ (m)
0,01 0,02 0,03 0,04 0,05

11
4. Dari bentuk grafik diatas, dapat dijelaskan bahwa grafik meningkat,

karena ketika beban bertambah maka panjang pegas juga bertambah

5. Jika suatu pegas terus menerus diberi tambahan beban maka yang akan

terjadi pada pegas itu adalah pegas tersebut akan bertambah panjang

sebanding dengan besarnya gaya yang diberikan.

3. Kesimpulan

Dari hasil percobaan di atas, antara pertambahan panjang pegas (∆l) dan

pertambahan gaya (∆F) diperoleh kesimpulan antara lain:

1. Rumus untuk menghitung besar tetapan gaya pegas adalah F=k. ∆x

Dimana:

F : besar gaya luar yang diberikan pada Pegas (N)

Δx : Pertambahan panjang pegas (m)

K : Konstanta Pegas (N/m)

2. Setiap kali ditambahkan beban pada pegas, maka panjang pegas akan

bertambah sebanding dengan besarnya gaya yang diberikan.

3. Tetapan gaya pegas dapat diartikan sebagai gaya persatuan tambahan

panjang atau besarnya gaya yang dapat menyebabkan pegas bertambah

panjang.

6. Tindak Lanjut dan Aplikasi dalam kehidupan

Pegas adalah alat yang sangat diperlukan dalam kenyamanan

kehidupan manusia. Sebagai contoh, pegas yang digunakan untuk

melatih otot dan pegas pada springbed disesuaikan dengan usia

seseorang yang menggunakannya. Tetapi jika pada pegas itu diberi

gaya yang melebihi batas elastisitas pegas, maka pegas tidak akan

elastis lagi. Sistem pegas juga digunakan pada sistem suspense mobil

12
untuk mengurangi efek guncangan akibat jalan yang tidak rata atau

getaran mesin.

2.2.2 Gaya Pegas

Pegas merupakan benda berbentuk spiral yang terbuat dari logam. Pegas

sendiri mempunyai sifat elastis. Maksudnya ia bisa mempertahankan bentuknya

dan kembali ke bentuk semula setelah diberi gaya. Gaya pegas dapat didefinisikan

sebagai gaya atau kekuatan lenting suatu pegas untuk kembali ke posisi atau

bentuk semula.

A. Metode Praktikum

1. Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum “Gaya Pegas” ini dilaksanakan pada hari Jumat Tanggal 15

Januari 2016, mulai pukul 09.00 –12.00 WIB. Praktikum ini bertempat di

Laboratorium Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Metro.

2. Alat dan Bahan Praktikum

1. Pegas

2. Beban

3. Statif

4. Penggaris

3. Langkah Kerja

1. Identifikasi terlebih dahulu beberapa alat yang digunakan dalam

percobaan ini.

2. Susunlah alat seperti gambar berikut

13
3. Ukur panjang pegas mula-mula (L0) ketika diberi beban gantung awal

(w0).

4. Tambahkan beban w1 dan ukurlah panjang pegasnya. Catatlah

pertambahan panjang pegasnya, yaitu ∆L1.

5. Lakukan penambahan beban berikutnya sehingga tambahan total beban

menjadi w2, kemudian catat pertambahan panjang total ∆L2.

6. Hitunglah gaya pegas dari data hasil percobaan diatas, kemudian

masukkan ke dalam table 1.

B. Hasil dan Pembahasan

1. Data Hasil Percobaan

Panjang Beban Pertambahan panjang Gaya Pegas


NO (F = w-w0)
(L) (w = mg) (∆L = L- L0)
1 0,06 0,5 0,01 0,5

2 0,07 1,0 0,02 1,0

3 0,08 1,5 0,03 1,5

4 0,09 2,0 0,04 2,0

5 0,10 2,5 0,05 2,5

14
2. Analisa Data

Grafik hubungan antara gaya pegas (F) dengan Pertambahan Panjang (∆L)

2,5

2,0

1,5

1,0

0,5

∆L
0,01 0,02 0,03 0,04 0,05

Berdasarlan kecenderungan bentuk grafik:

1. Hubungan antara pertambahan panjang pegas terhadap gaya pegas

adalah jika sebuah gay pegas ditarik dengan gaya tertentu, maka

panjangnya akan berubah, semakin besar gaya yang bekerja, semakin

panjang pertambahan panjang pegas tersebut.

2. Persamaan yang sesuai dengan percobaan diatas adalah F = k.x

Dimana :

F = Gaya yang bekerja

K = Konstanta

x = Perubahan Panjang Pegas

3. Nilai gradient kemiringan grafik tersebut adalah membentuk 45°, jadi

nilai gradient kemiringan grafik diatas adalah: tan 45° = 1

15
4. Nilai konstanta pegas hasil percobaan diatas adalah :

F = k.x

100 = k . 0,01

100
K= = 10.000
0,01

5. Kesalahan relatif hasil pengukuran :

Hasil Pengukuran 0,06 (satuan ukuran terkecil 0,01)

Salah Mutlak = 0,5 x 0,01 = 0,005

Salah Relatif = 0,005 x 0,06 = 0,0003

3. Kesimpulan

1. Benda elastis adalah benda yang saat diberikan gaya akan mengalami

perubahan bentuk dan saat gayanya dihilangkan benda akan kembali

ke bentuk awal.

2. Benda elastis akan memberikan gaya yang sebanding dengan gaya

yang bekerja, Makin besar gaya yang diberikan maka benda akan

mengalami deformasi (perubahan bentuk) permanen.

2.2.3 Getaran Pegas

Getaran adalah gerak bolak balik secara periodia melalui titik kesetimbangan.

Getaran dapat bersifat sederhana dan dapat bersifat kompleks. Getaran yang

dibahas tentang bandul adalah getaran harmonik sederhana yaitu suatu getaran

dimana resultan gaya yang bekerja pada titik sembarangan selalu mengarah ke

titik kesetimbangan dan besar resultan gaya sebanding dengan jarak titik

sembarang ketitik kesetimbangan tersebut.

16
A. Metode Praktikum

1. Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum “Getaran Pegas” ini dilaksanakan pada hari Jumat Tanggal

15 Januari 2016, mulai pukul 09.00 –12.00 WIB. Praktikum ini bertempat

di Laboratorium Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Metro.

2. Alat dan Bahan Praktikum

1. Pegas

2. Beban

3. Statif

4. Penggaris

5. Stopwatch

3. Langkah Kerja

1. Identifikasikan terlebih dahulu beberapa alat yang digunakan dalam

percobaan ini.

2. Susunlah alat seperti gambar berikut

3. Catat posisi panjang panjang awal pegas (L0) dan beban awal (w0)

4. Tambahkan beban (w1) dan (w2), amati pertambahan panjang pegas

(∆L1) dan (∆Lq )

5. Hitung konstanta masing-masing pegas, lalu cari nilai rata-ratanya.

17
6. Lakukan langkah 1 sampai dengan 4 untuk empat pegas yang berbeda.

7. Pilihlah salah satu pegas dan beban yang sesuai sehingga elastisitas

pegas dapat diamati. Angkat dan dorong pegas keatas perlahan dengan

telapak tangan sehingga beban bergerak naik turun secara konstan.

8. Pada saat getaran mulai konstan, siapkan stopwatch. Hitunglah waktu

untuk 10 getaran.

9. Lakukan langkah 6 dan 7 dengan mengganti beban yang lebih besar,

tetapi menggunakan pegas yang sama.

10. Pilihlah salah satu pegas dan beban tertentu. Lakukan langkah 6 dan 7

dengan mengganti pegas, tetapi menggunakan beban yang sama.

11. Masukkan data percobaan le dalam table 1, table 2 dan table 3.

12. Lakukan analisa data untuk memperoleh kesimpulan.

B. Hasil dan Pembahasan

1. Data Hasil Percobaan

Table 1. Pengukuran konstanta pegas

Hasil Pegas 4
Pegas 1 Pegas 2 Pegas 3
Pengukuran
L0 0,05
W0 0
W1 0,5
∆L1 0,01
k1 0
W2 1,0
∆L2 0,02
k2 0
Rata-rata k 0

18
Table 2. Pengukuran periode getaran untuk massa yang berubah

Percobaan ke Massa Waktu 10 Frekuensi (f )


Periode (T)
1 Beban (kg) getaran
1 0,5 6,60 0,66 1,5

2 1,0 7,59 0,75 1,3

3 1,5 8,57 0,85 1,1

4 2,0 9,77 0,97 1

5 2,5 9,81 0,81 1,2

Table 3. Pengukuran periode getaran untuk pegas yang berubah

Percobaan ke Waktu 10 Frekuensi (f )


Konstanta Periode (T)
2 getaran
1 6,60 0,66 1,5

2 7,59 0,75 1,3

3 8,57 0,85 1,1

4 9,77 0,97 1

5 9,81 0,81 1,2

2. Kesimpulan

1. Hubungan antara frekuensi alamiah pegas dengan massa benda yang

bergetar adalah berbanding terbalik. Semakin besar massa maka

semakin kecil frekuensi getaran pegas.

2. Hubungan antara frekuensi alamiah getaran pegas dengan konstanta

pegas adalah berbanding lurus. semakin besar konstanta pegas, maka

frekuensi getarannya juga akan semakin besar.

3. Frekuensi alamiah getaran pegas dipengaruhi oleh periode getaran

pegas.

19
2.2.4 Ayunan Bandul

Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dari ilmu fisika, dimulai dari

yang ada dari diri kita sendiri seperti gerak yang kita lakukan setiap saat, energi

yang kita pergunakan setiap hari sampai pada sesuatu yang berada diluar diri kita,

salah satu contohnya adalah permainan ditaman kanak-kanak, yaitu ayunan.

Sebenarnya ayunan ini juga dibahas dalam ilmu fisika, dimana dari ayunan

tersebut kita dapat menghitung perioda yaitu selang waktu yang diperlukan beban

untuk melakukan suatu getaran lengkap dan juga kita dapat menghitung berapa

besar gravitasi bumi di suatu tempat. Pada percobaan ini, ayunan yang

dipergunakan adalah ayunan yang dibuat sedemikian rupa dengan bebannya

adalah bandul fisis. Pada dasarnya percobaan dengan bandul ini tidak terlepas dari

getaran, dimana pengertian getaran itu sendiri adalah gerak bolak balik secara

periodia melalui titik kesetimbangan.

A. Metode Praktikum

1. Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum “Getaran Pegas” ini dilaksanakan pada hari Jumat Tanggal

15 Januari 2016, mulai pukul 09.00 –12.00 WIB. Praktikum ini bertempat

di Laboratorium Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Metro.

2. Alat dan Bahan Praktikum

1. Benang

2. Beban

3. Statif

4. Penggaris

5. Stopwatch

6. Gunting

20
3. Langkah Kerja

1. Identifikasi terlebih dahulu beberapa alat yang digunakan dalam

percobaan berikut ini.

2. Susunlah alat seperti gambar

3. Catat panjang ayunan dari ujung atas sampai bawah beban, kemudian

simpangkan beban kearah samping lalu lepaskan hingga terjadi ayunan

yang stabil.

4. Catat massa beban. Pada saat ayunan mulai konstan, siapkan

stopwatch. Hitung waktu untuk 10 ayunan.

5. Lakukan langkah 2, 3, dan 4 dengan mengganti beban yang lebih

besar, tetapi panjang ayunan tidak diganti.

6. Ulangi langkah 2, 3, dan 4 menggunakan beban yang sama, tetapi

panjang ayunan diganti.

7. Masukkan data percobaan ke dalam table 1 dan table 2.

8. Lakukan analisa data untuk memperoleh kesimpulan.

21
B. Hasil dan Pembahasan

1. Data Hasil Percobaan

Table 1. Pengukuran periode ayunan dengan massa yang berbeda.

Percobaan ke Massa Waktu 10 Frekuensi (f)


Periode (T)
1 Beban (kg) getaran
1 0,5 6,43 0,64 1,5

2 1,0 7,19 0,71 1,4

3 1,5 8,26 0,82 1,2

4 2,0 8,93 0,89 1,1

5 2,5 9,07 0,9 1,1

Table 2. Pengukuran periode ayunan dengan panjang ayunan berbeda.

Percobaan Panjang Waktu 10 Frekuensi (f)


Periode (T)
ke… Ayunan (L) getaran
1
2
3
4
5

2. Kesimpulan

1. Hubungan antara frekuensi alamiah ayunan bandul dengan massa

benda yang bergetar adalah tidak ada hubungannya karena massa

benda karena massa benda hanya akan mempengaruhi besarnya gaya

yang mempengaruhi gerak ayunan.

2. Hubungan antara frekuensi alamiah ayunan bandul dengan panjang

ayunan adalah tidak ada hubungannya, karena massa benda hanya akan

mempengaruhi besarnya gaya yang mempengaruhi gerak ayunan

22
3. Frekuensi alamiah ayunan bandul dipengaruhi oleh frekuensi alamiah

ayunan bandul dipengaruhi oleh panjang tali (L) dan percepatan

gravitasi (g) sesuai dengan rumus: f = 1/2π x √g/ L

2.3 Momen Gaya

Momen gaya (torsi) adalah sebuah besaran yang menyatakan besarnya gaya yang

bekerja pada sebuah benda sehingga mengakibatkan benda tersebut berotasi. Besarnya

momen gaya (torsi) tergantung pada gaya yang dikeluarkan serta jarak antara sumbu

putaran dan letak gaya.

Lambang Momen gaya = T

Rumus momen gaya : T = r x F

r = Jarak titik pusat rotasi dengan gaya (m)

F = Gaya yang berkerja pada benda (N)

A. Metode Praktikum

1. Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum “Momen Gaya” ini dilaksanakan pada hari Jumat Tanggal 15

Januari 2016, mulai pukul 09.00 –12.00 WIB. Praktikum ini bertempat di

Laboratorium Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Metro.

2. Alat dan Bahan Praktikum

1. Buku tebal

2. Balok kayu ukuran 30 cm x 10 cm x 2 cm.

3. Penggaris tebal

4. Jarum pentul

5. Busur derajat

6. Neraca pegas

7. Benang

23
3. Langkah Kerja

1. Identifikasi terlebih dahulu beberapa alat yang akan digunakan dalam

percobaan.

2. Letakkan buku di atas meja licin.

3. Doronglah buku dengan penggaris tebal melalui bagian tengah sisi buku

secara tegak lurus seperti gambar berikut ini.

4. Doronglah buku seperti langkah nomor 3 dorongan tidak tegak lurus.

Perhatikan gambar berikut ini.

5. Doronglah buku dengan penggaris tebal melalui bagian sudut sisi buku secara

tegak lurus seperti gambar berikut ini.

6. Lubangi salah satu sudut balok tebal seperti gambar.

7. Tancapkan paku paying atau jarum pentul kecil pada titik A dan B.

24
8. Tarik balok kayu A dengan benang yang dihubungkan dengan neraca pegas

hingga balok tepat mulai bergerak. (Ketika benang ditarik sisi balok dengan

benang membentuk sudut (90°).

9. Ulangi langkah nomor 9 dengan posisi membentuk sudut lancip antara sisi

balok dengan benang. Tetapkan sudutnya (α) dengan besar tertentu.

10. Ulangi langkah 8 dan 9 melalui titik B. Catat pembacaan neraca pegas untuk

mengukur gaya yang diperlukan.

11. Masukkan data hasil percobaan, kemudian lakukan analisa data untuk

memperoleh kesimpulan.

B. Hasil dan Pembahasan

1. Data Hasil Percobaan

1. Buku Tebal.

Setelah dirdorong
Langkah Nomor Sebelum didorong
(bergerak lurus atau berputar?
Bergerak
3 Diam
Berputar
4 Diam
Berputar
5 Diam

2. Balok Kayu

Besar Gaya
Percobaan Posisi tarikan Posisi (α)
Minimum
0,4 N
1 A 90°
0,4 N
2 A 45°
0,3 N
3 B 90°
0,3 N
4 B 45°

25
2. Analisa Data

1. Pada saat penggaris tebal mendorong buku melalui bagian tengah sisi buku

secara tegak lurus, gerakkan yang terjadi pada buku adalah bergerak lurus,

karena tidak ada dorongan yang membentuk sudut yang dapat menyebabkan

buku itu bergerak memutar.

2. Pada saat penggaris tebal mendorong buku melalui bagian tengah sisi buku

dengan sudut tertentu, gerakkan yang terjadi pada buku adalah berputar,

karena ada sudut tertentu yang bekerja yang dapat menyebabkan buku itu

bergerak memutar.

3. Pada saat penggaris tebal mendorong buku melalui bagian sudut sisi buku

secara tegak lurus, gerakkan yang terjadi pada buku adalah berputar, karena

ada sudut tertentu yang bekerja yang dapat menyebabkan buku itu bergerak

memutar.

4. Pada saat balok kayu di tarik melalui A dengan benang yang dihubungkan

dengan neraca pegas hingga balok tepat mulai bergerak dan ketika benang

ditarik, sisi balok dengan benang membentuk sudut 90°. Besar gaya minimum

yang dibutuhkan adalah 0,4 N. Sedangkan ketika benang ditarik, sisi balok

dengan benang membentuk sudut 45°. Besar gaya minimum yang dibutuhkan

adalah sebesar 0,4 N.

5. Pada saat balok kayu di tarik melalui B dengan benang yang dihubungkan

dengan neraca pegas hingga balok tepat mulai bergerak dan ketika benang

ditarik, sisi balok dengan benang membentuk sudut 90°. Besar gaya minimum

yang dibutuhkan adalah 0,3 N. sedangkan ketika benang ditarik, sisi balok

dengan benang membentuk sudut 45° besarnya gaya minimum yang

dibutuhkan adalah sebesar 0,3 N.

26
3. Kesimpulan

1. Gaya dapat didefinisikan sebagai suatu benda yang ditarik atau didorong

2. Bentuk gerakan yang terjadi adalah gerak berputar Yang disebabkan oleh gaya

yang membentuk sudut

3. Hubungan besaran sudut dengan momen gaya adalah jika arah kemiringan

gaya semakin mendekati 90° maka momen gaya vertikal tersebut akan

semakin besar.

4. Tindak lanjut dan aplikasi dalam kehidupan

Torsi atau momen suatu gaya terhadap suatu poros adalah ukuran kemampuan

gaya tersebut menghasilkan perputaran (rotasi) terhadap poros itu. Dalam

kehidupan sehari-hari, kita sering mengalami gerak akibat adanya momen gaya

seperti pada saat kita melangkahkan kaki.. apabila tidak ada gaya yang

menghasilkan perputaran. Atau dengan kata lain momen gaya tidak bekerja. Maka

gerak langkah kita akan kaku seperti kaki robot atau kaki egrang. Contoh lainnya

momen gaya terjadi pada gerak pedal sepeda dan gerak pedal becak.

27
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

1. Hubungan antara jumlah putaran dan jarak lintasan yang dilalui silinder adalah jika

semakin panjang jarak lintasan, maka jumlah putaran akan semakin banyak.

2. Setiap kali ditambahkan beban pada pegas, maka panjang pegas akan bertambah

sebanding dengan besarnya gaya yang diberikan.

3. Benda elastis akan memberikan gaya yang sebanding dengan gaya yang bekerja,

Makin besar gaya yang diberikan maka benda akan mengalami deformasi (perubahan

bentuk) permanen.

4. Frekuensi alamiah getaran pegas dipengaruhi oleh periode getaran pegas.

5. Frekuensi alamiah ayunan bandul dipengaruhi oleh frekuensi alamiah ayunan bandul

dipengaruhi oleh panjang tali (L) dan percepatan gravitasi (g) sesuai dengan rumus: f

= 1/2π x √g/ L

6. Gaya dapat didefinisikan sebagai suatu benda yang ditarik atau didorong

3.2 Saran

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai laporan ini, tentunya masih banyak

kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya alat dan bahan dalam praktikum ini.

Demi kesempurnaan laporan kami selanjutnya, kritik dan saran yang membangun sangat

kami harapkan, terimakasih.

28
DAFTAR PUSTAKA

Modul Praktikum Fisika Fakultas teknik Angkatan 2015

http://fajar18februari.blogspot.co.id/2014/05/makalah-fisika-kesetimbangan-benda-

tegar.html

http://www.scribd.com/doc/94956469/Makalah-Fisika-Dasarprint#scribd

http://snapsyoga.blogspot.co.id/2010/01/hubungan-momen-gaya-dengan-percepatan.html

29
LAMPIRAN

Dok. Praktikum Gerak Melingkar Pada Bidang Miring

Dok. Praktikum Hukum Hooke

30
Dok. Praktikum Gaya Pegas

Dok. Praktikum Getaran Pegas

Dok. Praktikum Ayunan Bandul

31

Anda mungkin juga menyukai