Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISA STRUKTUR

MODUL D.1 KOEFISIEN MOMEN DISTRIBUSI


MODUL D.2 MOMEN JEPIT PERPINDAHAN
MODUL D.3 MOMEN UJUNG JEPIT

KELOMPOK 14
Chayatama Ramadhan Boiman

1406533333

Restu Alan Suyuti

1406533182

Muh. Akram Ramadhan

1406533346

Masrul Wisma Wijaya

1406533296

Tanggal Praktikum : 11 Oktober 2016


Asisten Praktikum : Dwi Afsari
Tanggal Disetujui

Nilai

Paraf Asisten

LABORATORIUM STRUKTUR DAN MATERIAL


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK 2016

MODUL D.1 KOEFISIEN MOMEN DISTRIBUSI


I.

TUJUAN
a. Menentukan kekakuan balok untuk perletakan jepit-sendi dan sendi-sendi (balok uniform).
b. Menentukan momen carry over.

II.

TEORI

a. Faktor kekakuan balok untuk perletakan sendi-sendi dapat dinyatakan dengan rumus:
M 4 EI
=

L
dan faktor kekakuan balok untuk perletakan jepit-sendi dapat dinyatakan dengan rumus:
M 3 EI
=

L
b. Besarnya faktor momen carry over adalah .
III. PERALATAN
a. Balok bentang tunggal dengan tumpuan yang bebas berotasi atau dapat dijepit pada posisi
mendatar.
b. Lengan untuk mengerjakan atau mengukur momen.
c. Petunjuk yang dapat diatur dengan skala putaran sudut dengan pembagian 0,1 radian.
Catatan:
Bentang Balok 600 mm.
E 200 kN/mm2.

IV. CARA KERJA


A. Kekakuan Balok
1. Meletakan penggantung beban pada lengan momen perletakan sebelah kiri dan
memasukan pin pengunci pada perletakan sebelah kanan untuk mencegah rotasi (jepitjepit). Me-nol-kan pembacaan rotasi pada perletakan sebelah kiri.
2. Meletakan beban 2 N pada penggantung dan mencatat bacaan rotasi putaran sudut.

Kemudian mengangkat beban dan kembali mengkalibrasi bacaan rotasi menjadi nol.
3. Mengulangi langkah untuk beban 5, 7, dan 9N.
4. Melepas pin pengunci perletakan sebelah kanan (jepit-sendi) dan me-nol-kan bacaan
rotasi perletakan sebelah kiri.
5. Mengulangi langkah 2 dan 3.
B. Momen Carry Over
1. Melepaskan pin pengunci pada perletakan sebelah kanan (sendi-sendi).
2. Menempatkan penggantung beban pada kedua lengan momen serta bacaan rotasi pada
bagian kiri perletakan di-nol-kan.
3. Meletakkan beban 2 N pada penggantung sebelah kiri. Pada penggantung sebelah kanan
ditambah beban beban sebelah kiri, lalu mencatat bacaan rotasi. Koefisien carry over
adalah perbandingan besar beban sebelah kanan dengan beban sebelah kiri.
4. Mengangkat beban dan bacaan rotasi pada perletakan sebelah kiri di-nol-kan kembali.
5. Mengulangi langkah 2 dan 3 untuk beban 5, 8, 10 N.
V.

PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA


Dimensi Balok :
h = 1,7 mm
b = 23,1 mm
L = 600 mm
l = 100 mm
E = 200000 N/mm2
1
3
I = 12 .b . h
=

1
3
.23 .1 .1.7
12

1. Kekakuan Balok
a. Perletakkan Jepit-Sendi
Contoh Perhitungan :
P=2N
L = 600 mm
I = 100 mm
= 0.15 rad
M = P.I = 200 Nmm

= 9.457525 mm4

Maka
Kpraktikum = M/ = 200/0.15 = 1333.3333
3 200000 9.457525
Kteori = (3EI/L) =
600
P (N)

L (mm)

M (Nmm)

(rad)

600

200

600

6
600
8
600
Rata-Rata

= 9457.525

Kteori (3EI/L)

Kes. Relatif (%)

0.15

Kpraktikum
(M/)
1333.333333

9457.525

85.90187884

400

0.4

1250

9457.525

86.78301141

600
800

0.5
0.65

1400
1384.615385
1341.987179

9457.525
9457.525
9457.525

85.19697278
85.35964341
85.81037661

b. Perletakkan Jepit-Jepit
Contoh Perhitungan :
P=2N
L = 600 mm
I = 100 mm
= 0.05 rad
M = P.I = 200 Nmm
Maka
Kpraktikum = M/ = 200/0.05 = 4000
4 200000 9.457525
Kteori = (3EI/L) =
600
P (N)

L (mm)

2
600
4
600
6
600
8
600
Rata-Rata

M (Nmm)

(rad)

200
400
600
800

0.05
0.1
0.2
0.35

2. Momen Carry Over


Contoh Perhitungan :
L=2N

= 12610.03333

Kpraktikum
(=M/)
4000
5000
3500
2571.428571
3767.857143

Kteori
(=
4EI/L)
12610.03333
12610.03333
12610.03333
12610.03333
12610.03333

Kes. Relatif (%)


68.27922739
60.34903423
72.24432396
79.60807475
35.98055139

R = 1.4 N
Carry Over praktikum = R/L =

Beban (N)
Kiri (L) Kanan (R)
2
1.4
4
2.2
6
3
8
4.7
Rata-Rata

VI.

2
=0.7
1.4

Carry
Over Carry Over teori
praktikum (R/L)

Kesalahan.
Relatif (%)

0.7
0.55
0.5
0.5875
0.584375

40
10
0
17.5
16.875

0.5
0.5
0.5
0.5
0.5

ANALISA PRAKTIKUM
1. Analisa Percobaan
Praktikum ini bertujuan menentukan kekakuan balok untuk perletakan jepit-sendi dan
sendi-sendi (balok uniform) dan enentukan momen carry over. Pada praktikum ini, awalnya
praktikan melakukan percobaan kekakuan balok pada perletakkan jepit - jepit dengan
memasang pengunci pada kedua perletakkan. Hal ini dimaksudkan agar perletakkan menjadi
jepit jepit. Selanjutnya adalah memberi penggantung beban pada pada lengan momen
perletakkan sebelah kiri. Hal ini dimaksudkan aga terdapat beban momen yang nantinya
dapat diukur besarnya lendutan yang terjadi akibat beban momen. Pada lengan momen,
nantinya diletakkan beban sebesar 2, 4, 6 dan 8 N. Perbedaan pemberian beban ini agar
didapatnya variasi data yang nantinya dapat diukur juga kesalahan relatifnya. Sebelum
pemberian beban pada setiap percobaan, praktikan mengkalibrasi alat pengukur putaran
sudut agar didapatnya data yang akurat Pada percobaan kekakuan balok, selanjutnya yaitu
mengatur perletakkan dengan melepas pin pengunci pada perletakkan sebelah kiri agar
didapat perletakkan jepit sendi. Dan melakukan percobaan yang sama seperti percobaan
pada jepit jepit.
Selanjutnya melakukan percobaan carry over. Pada percobaan ini, praktikan mengatur
kembali perletakkan dengan melepas kedua pin pengunci pada setiap perletakkan agar didapat
perletakkan sendi sendi. Hal itu dimksudkan agar dapat terlihat rotasi di setiap perletakkan.
Menempatkan penggantung beban pada kedua lengan momen serta bacaan rotasi pada setiap
perletakkan di nol kan. Selanjutnya pada lengan perletakkan kiri diberi beban terlebih dahulu
sebesar 2 N yang nantinya dapat terlihat besar putaran sudut yang terjadi di setiap perletakkan.
Oleh kaena itu, dibutuhkan beban penyeimbang di perletakkan sebelah kanan agar rotasi
putaran sudut di setiap perletakkan kembali bernilai nol. Selanjutnya mencatat beban yang

dibutuhkan sebagai penyeimbang. Kenudian mengulangi langkah diatas dengan beban 2 N, 4


N, 6 N dan 8 N agar didapat variasi data yang nantinya dapat terlihat seberapara besar ratarata kesalahan relative yang didapat
2. Analisa Hasil
Pada percobaan ini diadapat hasil data berupa I sebesar 9.457525 mm4 yang didapat
dari perhitungan antara b sebesar 23,1 mm dan h sebesar 1.7 mm. diketahui juga besar E
(modulud elastisitas ) dari batang sebesar 200000 N/mm 2 dengan panjang batang sebesar 600
mm dan panjamg l (lengan) sebesar 100 mm yang nantinya semua data itu digunakan untuk
mencari nilai M, Kteori dan Kpraktikum dalam pengolahan data.
Selajutnya pada percobaan kekakuan balok di perletakkan jepit jepit dan jepit
sendi, berdasarkan data yang diperoleh terlihat bahwa semakin besar bebannya, semakin
besar putaran sudutnya. Jika dibandingkan antara kondisi perletakkan jepit jepit dan jepit
sendi, terlihat bahwa pada kondisi jepit sendi terjadi putaran sudut yang lebih besar, namun
memiliki Kpraktikum yang lebih kecil. Hal ini membuktikan bahwa tingkat kekakuan batang
pada kondisi perletakkan jepit-jepit lebih besar karena kondisi perletakkan jepit-jepit lebih
dapat menahan terjadinya lendutan yang diakibatkan beban luar.
Selain itu, terlihat juga perbedaan antara Kpraktikum dan Kteori yang mengindikasikan
adanya kesalahan yang terjadi ketika pelaksanaan praktikum yang dibuktikan dengan adanya
nilai kesalahan relative pada perletakkan jepit-jepit rata-rata sebesar 35.98 % dan pada jepitsendi rata-rata sebesar 85.8 %.
Pada data percobaan Carry Over didapat rata-rata nilai carry over sebesar 0.58. Adanya
perbedaan besar carry over teori dengan carry over praktikum diindikasikan adanya
kesalahan relative yang terjadi ketika jalannya praktikum. Hal itu dibuktikan dengan nilai
kesalahan relative sebesar 16.875 %.
3. Analisa Kesalahan
Di setiap praktikum, pastinya ada kesalahan-kesalahan yang terjadi, termasuk dalam
praktikum analisa struktur ini. Kesalahan-kesalahan tersebut antara lain :
Kesalahan dalam melihat angka pada pengukur putaran sudut. Disebabkan
praktikan yang kurang teliti melihat angka yang ditunjuk oleh jarum
pengukur.
Kesalahan ketika mengkalibrasi alat pengukur putaran sudut. Praktikan juga
terkadang kurang teliti dalam mengkalibrasi alat pengukur putaran sudut agar
jarumnya ke angka nol. Dimungkinkan jarum pada alat pengukur putaran
sudut belum benar-benar menunjuk ke angka nol.
Kesalahan adanya gaya luar yang mempengaruhi alat praktikum yang sedang
diamati. Misalnya adalah adanya tangan praktikan yang tanpa disengaja
menyenggol alat praktikum, sehingga tanpa disadari hasil datanya berubah.

VII. Kesimpulan
Nilai kekakuan balok pada perletakkan jepit-jepit lebih besar dibandingkan
perletakkan jepit-sendi
Besar momen carry over kurang lebih sebesar 0,5

Nilai rata-rata koefisien kekakuan balok jepit-jepit sebesar 3767.85, sedangkan nilai
kekauan teorinya sebesar 12610.03333
Nilai rata-rata koefisien kekakuan balok jepit-sendi sebesar 1341.98, sedangkan
nilai kekauan teorinya sebesar 9457.525
Semakin besar beban yang diberikan, maka semakin besar pula putaran sudut yang
terjadi

VIII. Referensi

Tim Penyusun Modul Praktikum Analisa Struktur. 2009. Pedoman Praktikum Analisa
Struktur. Depok: Laboratorium Struktur dan Material. Departemen Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Indonesia.

IX. Lampiran

MODUL D.2 MOMEN JEPIT PERPINDAHAN

I.

TUJUAN
Mempelajari balok statis tak tentu akibat penurunan perletakan yang tidak sama.

II.

TEORI
Momen jepit ujung, jika salah satu ujung batang jepi-jepit mengalami perpindahan secara
relatif dapat dipindahkan ke ujung lainnya sebesar:
a. Perletakan jepit - jepit
6 EI
Ma = Mb =
L2
b. Perletakan ujung jauh B sendi
Ma=

3 EI
L2

Untuk batang dengan ujung jepit-jepit mempunyai momen jepit yang sama dalam arah yang
ditunjukkan:
MA = MB = M
Bila titik B diganti dengan perletakan sendi maka Mb = 0. Karena itu ditambahkan M dan
carry over + M ke titik A. Sehingga bila salah satu ujungnya sendi, maka
Ma = M + M = M
III. PERALATAN
1. Balok bentang tunggal.
2. Perletakan yang bebas berputar sudut atau dapat dijepit pada posisi mendatar.
3. Lengan untuk menimbulkan atau mengukur momen.
4. Petunjuk dan skala putaran sudut pada perletakan sebelah kiri.
5. Plat penumpu penahan perletakan sebelah kiri.
6. 4 keping plat.
7. Jangka sorong
IV. CARA KERJA
1. Menahan perletakan sebelah kiri (A) dengan plat tumpu. Penggantung beban dipasang
pada lengan momen dan pin pengunci dimasukkan pada perletakan sebelah kanan untuk
mencegah rotasi. Me-nol-kan pembacaan putaran sudut pada perletakan kiri.

2. Mengendorkan mur penahan pada perletakan di sebelah kiri dan sebuah plat T plastik
diselipkan di bawah tumpuan.
3. Menambah beban pada penggantung beban hingga bacaan putaran sudut menjadi nol
kembali.
4. Mengulangi langkah 2 dan 3 hingga keempat plat T terpasang.
5. Melepas pin pengunci dari perletakan sebelah kanan. Melakukan kembali langkah 2, 3,
dan 4.
6. Mengukur tebal masing-masing plat T plastik dengan jangka sorong.

V. PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA


Dimensi Balok :
h = 1.6 mm
b = 25.25 mm
L = 600 mm
l = 100 mm
E = 200000 N/mm2
1
.b . h3 =
I =
12

= 8.618667 mm4

1
.25 .25 . 1.63
12

Tebal Pelat :
I
=
8.7
mm
II = 8.8 mm
III = 9.2 mm
IV = 8.8 mm
Susunan Pelat ketika Praktikum
II ; II + I ; I + II + III ; I + II + III + IV

a. Perletakkan Jepit-Jepit
Contoh Perhitungan :
P = 2.4 N
M = P.I = (2.4).(100) = 240 Nmm
= 8.8 mm
M L2
Xpraktikum = EI =5.695882088
P (N)

l (mm)

M (Nmm)

(mm)

2.4
5
7.5

100
100
100

240
500
750

8.8
17.5
26.7

Xpraktikum
= ML2/EI
5.695882088
5.967114569
5.866545222

Xteori

Kes. Relatif (%)

6
6
6

5.068631863
0.548090523
2.224246301

9
100
Rata-Rata

900

35.5

5.294763631
5.706076378

6
6

11.75393948
4.898727042

b. Perletakkan Jepit-Sendi
P=1N
M = P.I = (1).(100) = 100 Nmm
= 8.8 mm
M L2
Xpraktikum = EI =2.373284203
P (N)

l (mm)

1
100
3
100
4
100
5
100
Rata-Rata

M (Nmm)

(mm)

100
300
400
500

8.8
17.5
26.7
35.5

Xpraktikum
= ML2/EI
2.373284203
3.580268741
3.128824118
2.941535351
3.005978103

Xteori

Kes. Relatif (%)

3
3
3
3
3

20.89052655
19.34229137
4.294137279
1.948821643
0.973387704

VI. ANALISA PRAKTIKUM


1. Analisa Percobaan
Pada percobaan momen jepit perindahan, bertujuan mempelajari balok statis tak tentu
akibat penurunan perletakan yang tidak sama. Pada percobaan ini, perletakkan dibuat menjadi jepitjepit dengan mur dikendorkan. Pin pengunci dipasang di perletakkan sebelah kanan agar menjadi
kondisi jepit, sedangkan pada perletakkan kiri pin pengunci tidak dipasang, agar dapat dilihat besarnya
rotasi putaran sudut yang dihasilkan ketika diberikan beban dan dilakukan penurunan pada
perletakkan. Selanjutnya adalah menyelipkan pelat T diperletakkan kiri, hal ini dimaksudkan agar
mendapat asumsi penurunan perletakkan. Penambahan penurunan perletakkan ini dengan cara
menambahkan 1 plat T sampai 4 plat T yang nantinya dijunlahkan tebal plat T tersebut sebagai tinggi
penurunan perletakkan. Akibat adanya penurunan perletakkan ini, maka putaran sudutnya menjadi
tidak nol. Makah al yang dilakukan selanjutnya adalah menambahkan beban sampai putaran sudutnya
kembali nol. Begitu seterusnya dari penurunan dengan menyelipkan 1 plat T sampai 4 buah plat T
yang terselipkan.
Kemudian, kondisikan perletakkan menjadi jepit sendi dengan melepas pin pengunci pada
perletakkan kanan agar menjadi perletakkan sendi. Selanjutnya adalah mengkalibrasikan pengukur
putaran sudut ke angka nol. Praktikan kembali menyelipkan plat T pada perletakkan kiri untuk
mengkondisikan adanya penurunan perletakkan dengan variasi tinggi penurunan dan pemberian beban
sampai putaran sudutnya kembali nol. Variasinya yaitu menyelipkan 1 plat T sampai 4 buah plat T
diselipkan semua diperletakkan kiri seperti percobaan sebelumnya. Praktikan kembali mengukur tebal

dan panjang batang, serta mengukur tebal plat T.

2. Analisa Hasil
Dari percobaan ini, didapatlah hasil berupa besarnya beban yang perlu diberikan untuk
mengembalikan nilai putaran sudut ke angka nol ketika adanya penurunan pada suatu
perltekkan. Pada perletakkan Jepit-jepit, didapat besar beban yang diperlukan berurutan
berdasarkan variasi tinggi penurunan adalah 2.4 N, 5 N, 7.5 N, dan 9 N. Sedangkan pada
perletakkan Jepit Sendi didapat besar beban yang diperlukan berurutan berdasarkan variasi
tinggi penurunan adalah 1 N, 3 N, 4 N, dan 5N. Terlihat bahwa pada kondisi Jepit- Jepit
dibutuhkan beban lebih besar pada penurunan perletakkan yang sama.
Dari hasil data beban yang didapat tersebut, kemudian diolah yang nantinya didapat
hasil pengolahan data berupa faktor pengali momen. Pada perletakkan jepit-jepit, didapat ratarata faktor pengali momen praktikum (X praktikum) sebesar 5.7 dengan faktor pengali momen
teorinya (Xteori) sebesar 6. Sedangkan pada perletakkan jepit-sendi, didapat rata-rata faktor
pengali momen praktikum (Xpraktikum) sebesar 3.0059 dengan faktor pengali momen teorinya
(Xteori) sebesar 3. Adanya perbedaan nilai Xpraktikum dengan Xteori mengindikasikan adanya
kesalahan dalam jalannya percobaan yang dibuktikan dengan didapatnya rata-rata nilai
kesalahan relative pada perletakkan jepit-jepit sebesar 4.89 % dan pada perletakkan jepit sendi
sebesar 0.97 %. Selain itu, dapat dilihat bahwa nilai faktor pengali momen pada perletakkan
jepit-jepit lebih besar daripada nilai faktor pengali pada jepit-sendi. Hal itu dikarenakan balok
pada perletakkan jepit-jepit memiliki tingkat kekauan lebih besar. Selain itu, balok dengan
perletakkan jepit-jepit memiliki momen yang lebih besar dibandingkan dengan jepit-sendi.
Dengan rumus Xpraktikum = ML2/EI, maka semakin besar momen, semakin besar pula nilai
faktor pengali momen

3. Analisa Kesalahan
Di setiap praktikum, pastinya ada kesalahan-kesalahan yang terjadi, termasuk dalam
praktikum analisa struktur ini. Kesalahan-kesalahan tersebut antara lain :
Kesalahan dalam melihat angka pada pengukur putaran sudut. Disebabkan
praktikan yang kurang teliti melihat angka yang ditunjuk oleh jarum
pengukur.
Kesalahan ketika mengkalibrasi alat pengukur putaran sudut. Praktikan juga
terkadang kurang teliti dalam mengkalibrasi alat pengukur putaran sudut agar
jarumnya ke angka nol. Dimungkinkan jarum pada alat pengukur putaran
sudut belum benar-benar menunjuk ke angka nol.
Kesalahan adanya gaya luar yang mempengaruhi alat praktikum yang sedang
diamati. Misalnya adalah adanya tangan praktikan yang tanpa disengaja
menyenggol alat praktikum, sehingga tanpa disadari hasil datanya berubah.
Kesalahan ketika menyelipkan plat Tyang terburu-buru dan ceroboh, sehingga

membuat pengukur yang sudah dikalibrasi menjadi bergeser tidak di angka


nol.
VII. Kesimpulan
Penurunan pada perletakkan dapat mengakibatkan adanya putaran sudut.

Semakin tinggi penurunan yang terjadi pada perletakkan, maka semakin besar
pula beban yang diperlukkan untuk mengembalikan putaran sudutnya agar
kembali nol.

Pada perletakkan jepit-jepit, faktor pengali momen rata-rata (Xpraktikum)


sebesar 5.7 dan Xteori sebesar 6, dengan kesalahan relatif rata-rata sebesar
4.89 %

Pada perletakkan jepit-sendi, faktor pengali momen rata-rata (Xpraktikum)


sebesar 3.0059 dan Xteori sebesar 3, dengan kesalahan relatif rata-rata sebesar
0.97 %

Faktor pengali momen pada kondisi perletakkan jepit-jepit lebih besar


dibandingkan faktor pengali momen jepit-sendi.

VIII. Referensi

Tim Penyusun Modul Praktikum Analisa Struktur. 2009. Pedoman Praktikum Analisa
Struktur. Depok: Laboratorium Struktur dan Material. Departemen Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Indonesia.

IX. Lampiran

MODUL D.3 MOMEN UJUNG JEPIT


I.

TUJUAN
Menentukan momen ujung jepit akibat beban terpusat pada kondisi jepit-jepit.

II.

TEORI
Di dalam distribusi momen, pembebanan mengakibatkan timbulnya momen ujung jepit bila
dianggap pada kondisi jepit-jepit. Jika salah satu ujungnya sendi, maka mula-mula batang itu
dianggap jepit-jepit dan terjadi momen ujung. Kemudian momen pada sendi dikurangi
hingga menjadi nol dengan menambahkan momen yang sama atau berlawanan arah dan juga
carry over.
a. Untuk beban di tengah bentang pada perletakan jepit-jepit, besarnya momen ujung
adalah:
MA = MB = WL / 8
untuk beban yang tidak di tengah besarnya momen ujung adalah:
MA = Wab2 / L2

MB = Wa2b / L2

b. Untuk beban di tengah bentang pada perletakan jepit-sendi, besarnya momen ujung
adalah:
MA = 3 PL / 16

III. PERALATAN
1. Balok bentang tunggal.
2. Perletakan yang bebas berputar sudut atau dapat dijepit pada posisi mendatar.

3. Lengan untuk menimbulkan atau mengukur momen pada tiap perletakan.


4. Petunjuk dan skala putaran sudut dengan pembagian skala 0.01 radian pada kedua
perletakan.
5. Penggantung beban yang dapat dipasang sepanjang balok.

IV. CARA KERJA


1. Memasang penjepit penggantung beban di tengah bentang balok. Penggantung beban
ditempatkan di kedua perletakan dan di tengah bentang. Me-nol-kan bacaan putaran
sudut pada kedua perletakan.
2. Menempatkan beban 3 N pada penggantung di tengah-tengah bentang. Kemudian
menambahkan beban pada lengan momen hingga bacaan putaran sudut kembali ke
nol. Mencatat besar beban.
3. Mengangkat beban dan me-nol-kan kembali bacaan rotasi.
4. Mengulangi langkah 2 dan 3 untuk beban 5, 9 dan 12 N.
5. Selanjutnya, memindahkan penjepit penggantung beban di bentang dari perletakan
A. Me-nol-kan bacaan putaran sudut pada kedua perletakan.
6. Mengulangi langkah 2, 3, dan 4.
X. PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA
Dimensi Balok :
h = 1.8 mm
b = 24.45 mm
L = 600 mm
l = 100 mm
E = 200000 N/mm2
1
1
3
3
I = 12 .b . h = 12 .24 .45. 1.8 = 11.8827 mm4
a. Beban Terpusat Pada Tengah Bentang a = 300 mm
Contoh Perhitungan :
a = 300 mm
b = 300 mm
W=2N

L = 600 mm
Pa = 1.5 N
Pb = 1.6 N

I = 100 mm
Praktikum :
Ma = Pa.I = (1.5).(100) = 150 Nmm
Mb = Pb.I = (1.6).(100) = 160 Nmm

l
(mm)

Teori :
Ma = Mb =

WL
8

2 600
8

150 Nmm

PRAKTIKUM

TEORI

MA
(Nmm)

MB
(Nmm)

MA
(Nmm)

MB
(Nmm)

MA
(%)

MB
(%)

160
270
410

150
300
450

150
300
450

0
10
8.889
6.296

6.667
10
8.889
8.518

a
(mm)

b
(mm)

W
(N)

L
(mm)

PA
(N)

PB
(N)

300
300
300

300
300
300

2
4
6

600
600
600

1.5
2.7
4.1

1.6 100
150
2.7 100
270
4.1 100
410
Rata-Rata

Kes. Relatif

b. Beban Terpusat Pada Jarak a = 150 mm


a
b
W
L
Pa
Pb
I

= 150 mm
= 450 mm
=2N
= 600 mm
= 1.2 N
= 0.3 N
= 100 mm

Ma = Pa.I = (1.2).(100) = 120 Nmm


Mb = Pb.I = (0.3).(100) = 30 Nmm
Teori :
2
2
Ma = Wab2/L2 = Wa b / L = 168.75

Nmm
2
2
Mb = Wa2b/L2 = W a b/ L = 56.25

Nmm
Praktikum :

a
(mm)

b
(mm)

150
150
150

450
450
450

W
(N
)
2
4
6

L
PA
(mm) (N
)
600
1.2
600
2.7
600
4.2

PB
(N)
0.3
2.2
2.4

l
(mm
)
100
100
100

PRAKTIKUM
MA
MB
(Nmm) (Nmm)
120
30
270
220
420
240

Rata-Rata

TEORI
MA
(Nmm)
168.75
337.5
506.25

MB
(Nmm)
56.25
112.5
168.75

Kes. Relatif
MA
MB
(%)
(%)
28.889 46.667
20
95.556
17.037 42.222
21.97 30.3
5
70

XI. ANALISA PRAKTIKUM


1. Analisa Percobaan
Pada percobaan momen ujung jepit ini, bertujuan untuk menentukan momen
ujung jepit akibat beban terpusat pada kondisi jepit-jepit. Hal pertama yang dilakukan
adalah melepas pin pengunci pada kedua perletakkan, hal ini dilakukan agar dapat
diamati besar putaran sudut yang terjadi. Namun, tetap perletakkan ini diasumsikan
sebagai kondisi jepit-jepit. Selanjutnya adalah mengkalibrasi alat pengukur putaran sudut
di setiap perletakkan ke angka nol. Kemudian memasang penjepit penggantung beban di
tengah bentang dengan beban sebesar 2 N. Dengan diberikannya beban tersebut, maka
berubahlah nilai putaran sudut. Maka dari itu, perlu beban penyeimbang yang diberikan
disetiap perletakkan kanan dan kiri sampai nilai putaran sudut kembali nol. Begitu
seterusnya dengan variasi beban 2 N, 4 N dan 6 N.
Selanjutnya adalah memindahkan penjepit penggantung beban ke bentang
atau a = 150 mm dan b = 450 mm. Seperti percobaan sebelumnya, beban yang diletakkan
sebagai beban terpusat yaitu bervariasi sebesar 2 N, 4 N dan 6 N dan praktikan kembali
memberikan beban di kedua perletakkan agar nilai putaran sudut kembali bernilai nol.
Kemudian catat dan ukur dimensi balok yng nantinya digunakan dalam pengolahan data.
2. Analisa Hasil
Dari praktikum Momen Ujung Jepit ini, maka didapatlah data berupa beban di
perletakkan kanan dan kiri yang dibutuhkan untuk menolkan putaran sudut pada
pemberian beban terpusat, juga Ma dan Mb yang didapat melalui pegolahan data dengan
variasi jarak bentang 1 : 1 dan 1 : 4 yang total panjang baloknya sebesar 600 mm.
Berdasarkan kesetimbangan momen, ketika balok diberikan beban terpusat
pada tengah bentang, maka momen pada masing-masing bentang didapat dengan
menggunakan rumus Ma = Mb = WL/8. Hal itu berarti besar momen yang didapat pada
masing-masing bentang besarnya sama. Sedangkan ketika balok diberikan beban terpusat
pada jarak tertentu dapat dicari dengan rumus Ma = Wab2/L2 dan Mb = Wa2b/L2. Dengan
rumus itu terlihat bahwa akan terjadi perbedaaan besar momen pada setiap bentang ketika

beban terpusat berada di jarak tertentu.


Pada pengolahan data beban terpusat di tengah bentang, terlihat adanya
perbedaan antara perhitungan momen hasil praktikum dan momen hasil teori
menandakan adanya kesalahan dalam jalannya percobaan dengan dibuktikan adanya nilai
kesalahan relative sebesar 6.296 % untuk Ma dan 8.518 % untuk Mb. Dari data tersebut
terlihat bahwa semakin besar beban terpusat yang diberikan, maka semakin besar pula
momen yang dihasilkan dari masing-masing bentang.
Pada hasil data beban terpusat pada jarak tertentu terdapat kesalahan relative
sebesar 21.975 % untuk Ma dan 30.37 % untuk Mb. Dari data tersebut,
terlihat momen yang dihasilkan pada bentang a lebih besar daripada
momen yang dihasilkan pada bentang b dan semakin besar beban
terpusat yang diberikan, maka momen pada masing-masing bentang
akan semakin besar pula.
3. Analisa Kesalahan
Kesalahan-kesalahan yang terjadi pada praktikum ini antara lain :
Kesalahan dalam melihat angka pada pengukur putaran sudut. Disebabkan
praktikan yang kurang teliti melihat angka yang ditunjuk oleh jarum
pengukur.
Kesalahan ketika mengkalibrasi alat pengukur putaran sudut. Praktikan juga
terkadang kurang teliti dalam mengkalibrasi alat pengukur putaran sudut agar
jarumnya ke angka nol. Dimungkinkan jarum pada alat pengukur putaran
sudut belum benar-benar menunjuk ke angka nol.
Kesalahan adanya gaya luar yang mempengaruhi alat praktikum yang sedang
diamati. Misalnya adalah adanya tangan praktikan yang tanpa disengaja
menyenggol alat praktikum, sehingga tanpa disadari hasil datanya berubah.
Kesalahan ketika memasang penjepit beban yang kurang tepat berdasarkan
jarak yang telah ditentukan.
Kesalahan ketika memberikan beban ke balok denga cara terburu-buru dan
tidak hati-hati, sehingga kurang akuratnya hasil putaran sudut yang didapat.
XII. Kesimpulan
Momen yang dihasilkan pada praktikum akibat beban terpusat di tengah bentang
dengan variasi beban 2 N, 4 N dan 6 N secara berurutan antara lain 150 Nm, 270 Nm,
410 nm untuk Ma dan 160 N, 270 N dan 410 N untuk Mb.
Momen yang dihasilkan pada praktikum akibat beban terpusat di bentang a = 150 mm
dan b = 450 mm dengan variasi beban 2 N, 4 N dan 6 N secara berurutan antara lain
120 N, 270 N, 420 N untuk Ma dan 30 N, 220 N dan 240 N untuk Mb.
Semakin besar beban terpusat yang diberikan, maka semakin besar pula besar momen

yang terjadi
Semakin pendek jarak bentang dari beban terpusat, maka semakin besar pula momen
yang dihasilkan dibentang tersebut.

XIII. Referensi

Tim Penyusun Modul Praktikum Analisa Struktur. 2009. Pedoman Praktikum Analisa
Struktur. Depok: Laboratorium Struktur dan Material. Departemen Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Indonesia.

XIV. Lampiran

Anda mungkin juga menyukai