Whriling Shaft
1. Tujuan Praktikum
a. Mengamati fenomena whriling pada poros yang berputar yang kecil-panjang
b. Mengetahui nilai putaran kritis dari poros yang berputar
c. Membandingkan putaran kritis yang didapat secara praktek dengan putaran kritis
yang didapat secara teori
2. Peralatan yang digunakan
a. Beban slinder alumunium (1 buah)
b. Penggaris 50 cm (1 buah)
c. Satu set Whirling shaft apparatus
d. Power supply
e. Tachometer
f. Kunci L
3. Dasar Teori
Ketika suatu poros berputar, maka akan terjadi fenomena whirling , yaitu
fenomena dimana poros berputar akan mengalami defleksi yang diakibatkan oleh gaya
sentrifugal yang dihasilkan oleh eksentrisitas massa poros. Fenomena ini terlihat sebagai
poros yang berputar pada sumbunya dan pada saat yang sama poros yang berdefleksi juga
berputar relatif mengelilingi sumbu poros.
Fenomena whirling terjadi pada setiap sistem poros, baik yang seimbang
maupun tidak. Pada sistem yang seimbang, fenomena ini dapat disebabkan oleh defleksi
statis atau gaya magnetik yang tidak merata pada mesin mesin elektrik.
Defleksi awal ini membuat poros berputar dalam keadaan bengkok . Gaya
sentrifugal yang terjadi akan terus membuat defleksi terjadi sampai keadaan seimbang
yang berkaitan dengan kekakuan poros tercapai. Poros yang berputar melewati putaran
kritisnya lalu akan mencapai keadaan setimbang.
Skema whirling shaft :
Jika
Dimana :
Jika
, maka
yang besar.
Maka :
`
ii.
Posisi tumpuan shaft diatur sesuai dengan variable yang diinginkan. Jarak
iii.
cm
iv. Motor dinyalakan untuk memutar shaft
v. Dilakukan pengamatan terhadap getaran shaft
vi.
Kecepatan putar shaft yang menghasilkan getaran palng besar dicatat
vii.
Motor dimatikan dan posisi b dirubah ntuk mengamatan selanjutnya
5. Data Hasil Praktikum dan Pengolahan Data
a. Data Hasil Praktikum
i. Massa jenis alumunium
: 2700 kg/m3
ii. Diameter beban
: 7,7 cm = 0,075 m
iii. Ketebalan beban
: 1,5 cm = 0,015 m
iv. Diameter shaft
: 6 mm = 0,006 m
jarak a (m)
0.25
0.25
0.25
0.25
0.25
0.25
0.25
jarak b (m)
0.25
0.3
0.35
0.4
0.45
0.5
0.55
jarak b (m)
0.25
0.3
0.35
error
51.62%
64.72%
69.81%
0.25
0.25
0.25
0.25
0.4
0.45
0.5
0.55
1123
1085
1000
980
661.2950785
610.0074089
568.2758902
533.5571051
69.82%
77.87%
75.97%
83.67%
1000
Axis Title
500
0
0.2 0.3 0.4 0.5 0.6
Axis Title
error
40.00%
20.00%
0.00%
0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5 0.55 0.6
Jarak B
poros
Penumpu pada pemutar poros tidak mampu menahan getaran poros
ketika defleksi semakin tinggi, akibatnya putaran pada pengukur
kecepatan sudut tidak sama dengan kecepatan putaran actual
Selain itu juga, kesulitan dalam menentukan posisi titik tumpu shaft. Hal
ini dikarenakan ketidak tersediaan titik tengah pada beban meupun pada bearing.
Hal ini menimbulkan ketidakakuratan praktikan dalam menentukan jarak b.
sehingga dalam eksperimen praktikan tidak dapat engambil atau menentukan hasil
yang presisi. Hal ini tentu dapat juga menimbulkan perbedaan yang cukup
signifikan antara hasil eksperimen dan hasil teoritis