Anda di halaman 1dari 20

DAFTAR PUSTAKA

[1] “Learning Guide Operasi PLTU" Manual Book PLTU PT. Indonesia Power
Uboh Labuan Learning Center.

[2] Kerszenbaum Isidor Geoff Klempner “Handbook of Large Turbo


Generator Operation and Maintainance. IEEE Press. 2008

[3] Rosyid Nuur Harjono. “Pemanfaatan Spektrum Vibrasi untuk


mengindikasikan kerusakan pada motor induksi di PLTU Indramayu 3 x
300 MW”.Universitas Diponegoro.2013

[4] Jevtic M.B. “Numerical and experimental aspects of thermally induced


vibration in real rotor”. 2011. Vol 15

[5] Alberto Bellini. “Diagnosis of bearing faults in induction machines by


vibration or current signals : a critical comparison”. IEEE.2005

[6] Girdshar, Paresh. 2004. “ Practical Machinary Vibration Analysis and


predictive maintenance”. Elsevier. Burlington

[7] Irasari Pudji. “Analisis Getaran pada Generator Magnet Permanen 1 KW


Hasil Rancang Bangun Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik.
LIPI.2010

[8] Lamma Mustari. “Studi Kasus Vibrasi Generator STG 1.0 PLTGU Muara
Karang”. Teknik Elektro. Universitas Mercu Buana. 2010

[9] Manual Book Operator Steam Turbine GE Industrial & Power System 1995

[10] Djiteng Marsudi, Pembangkitan Energi Listrik, Penerbit Erlangga. 2005

61

Universitas Sumatera Utara


METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di PLTU Pangkalan Susu. Penelitian akan

dilaksanakan setelah proposal diseminarkan dan disetujui. Lama penelitian

direncanakan selama 2 (dua) bulan.

3.2 Bahan dan Perlengkapan Pengujian

Bahan yang digunakan untuk melakukan penelitian ini adalah data

generator, data beban yang dilayani generator, dan data vibrasi pada bagian rotor

generator. Peralatan yang digunakan untuk melakukan penelitian ini adalah

generator sinkron, alat ukur vibration analyzer, dan peralatan lain yang

dibutuhkan.

3.3 Pelaksanaan Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian, data yang dibutuhkan diambil terlebih

dahulu. Data tersebut kemudian dianalisa dan dihitung sesuai dengan rumus terkait.

Kemudian hasil yang didapat akan disajikan dalam bentuk tabel dan kurva.

3.4 Variable yang Diamati

Variabel – variabel yang diamati dalam penelitian ini meliputi :

 Trending data vibrasi portable

 Beban MW

 Beban MVAR

47

Universitas Sumatera Utara


 Temperatur

 Arus medan (If)

3.5 Prosedur Penelitian

Berdasarkan diagram alir flowchart, teknik perhitungan dan pengolahan

dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut:

Analisa condition monitoring terhadap secara umum dilakukan sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara


1. Penentuan setting data

Mempersiapkan setting data seperti spesifikasi generator dan standar vibrasi

yang digunakan untuk mengetahui kondisi kelayakan mesin beroperasi.

Standar yang digunakan adalah ISO 7919.

2. Pengambilan data vibrasi

Melakukan pengukuran vibrasi berdasarkan karakterikstiknya.

3. Pengukuran Trending

Trending adalah plot dari suatu variabel/parameter kondisi mesin (vibrasi)

sepanjang waktu tertentu, yang digunakan sebagai petujuk atau indikator

terjadinya perubahan (biasanya memburuknya suatu mesin). Trending atau

dalam pemeliharaan prediktif, digunakan untuk memonitor kondisi.

Misalnya, trending yang meningkat dari vibrasi suatu mesin, menunjukkan

makin memburuknya kondisi mesin tersebut.

4. Perbandingan dengan ukuran standar

Membandingkan tingkat kenaikan vibrasi dari data sebelumnya yaitu dari

standar ISO 7919 dan trending data atau kondisi mesin sepanjang waktu

tertentu.

5. Pengolahan dan analisa data

Data kemudian dilakukan perhitungan dan diamati perubahannya dengan

MW, MVAR, dan temperatur. Kemudian diberikan rekomendasi

penyelesaian permasalahan vibrasi yang ada. Data tersebut kemudian

dianalisa dan disajikan dalam bentuk tabel dan kurva.

BAB IV

49

Universitas Sumatera Utara


HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN

4.1 Umum

Generator merupakan suatu peralatan utama dalam suatu sistem

pembangkitan energi listrik. Pada PLTU Pangkalan Susu, generator mempunyai

kapabilitas 220 MW setiap unitnya. Rotor generator diputar oleh turbin uap yang

berfungsi sebagai prime mover. Energi mekanik pada rotor ini dikonversikan

menjadi energi listrik yang nantinya digunakan untuk berbagai macam kebutuhan.

Dalam penggunaannya, generator beroperasi secara terus-menerus sesuai dengan

kebutuhan beban yang dilayaninya. Suatu benda yang diam apabila dibebani oleh

suatu gaya akan menimbulkan gerakan sekitar titik setimbang. Getaran akibat

beban dinamis yang diterima mesin apabila dilakukan secara rutin dengan periode

yang lama akan menimbulkan getaran siklis yang dapat menyebabkan kelelahan

material. Getaran dalam gerakan melingkar yang terjadi pada mesin putar tidak

dapat dihindari, tetapi dengan pengujian besar getaran yang terjadi, akan dapat

diketahui getaran tersebut menyebabkan kerusakan atau tidak.

Untuk mengatasi hal tersebut, maka generator perlu mendapatkan

pengukuran dan analisa condition monitoring terhadap parameter kelistrikan

untuk melihat pengaruhnya terhadap ketahanan generator.

Generator di PLTU Pangkalan Susu menggunakan sleeve bearing yang

berjumlah dua buah yaitu bearing 6 dan bearing 7. Berikut memperlihatkan letak

penggunaan bearing 6 dan bearing 7 pada generator PLTU Pangkalan Susu.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.1 Layout bearing generator sinkron PLTU Pangkalan Susu 220 MW

Dalam bab ini, penulis berusaha melakukan pengukuran generator dan

memperlihatkan pengaruhnya terhadap parameter – parameter kelistrikan .

4.2 Data Hasil Percobaan

Data Umum Generator

Berikut adalah spesifikasi generator yang digunakan :

 Unit : GT 1

 Rating Generator : 258.8 MVA / 220 MW

 Rating tegangan : 15.75 kV

 Rating arus : 9488 A

 Frekuensi : 50 Hz

 Faktor daya : 0.85

 Jumlah Kutub :2

 Rating Tegangan eksitasi : 472 V

 Rating arus eksitasi : 1845 A

 Sistem Pendinginan : Hidrogen

 Sistem eksitasi : Statis, Sikat

4.3 Pengukuran Vibrasi Generator


51

Universitas Sumatera Utara


Hasil pengukuran kondisi
kondisi vibrasi pada generator pada bearing 6

berdasarkan trending data dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini :

Tabel 4.1 Trending data vibrasi bearing 6 pada generator sinkron

Data 06/01/15
06/01/ 05/02/15 15/04/15 10/05/15 20/06/15
SV 6X 611,6 63,3 77,6 79,6 86
SV 6Y 53,9 51,3 52 53,4 54,5
BV 6 17,9 35,5 10,6 40,6 14,0
Vibmaks 611,6 63,3 77,6 79,6 86

Kurva perpindahan (displacement)


( ) getaran dapat digambarkan sebagai berikut

BV 6

20/06/2015
10/05/2015
SV 6Y
15/04/2015
05/02/2015
06/01/2015
SV 6X

0 20 40 60 80 100

Gambar 4.2 Grafik respon getaran bearing 6

Seperti yang terlihat pada Tabel 4.1 , pada pengamatan respon getaran untuk

pengukuran perpindahan getaran diketahui bahwa titik tertinggi terdapat pada

rendah
pengukuran arah sumbu x (horizontal) sebesar 86 µm sedangkan paling re

terdapat pada sumbu z (aksial) yaitu sebesar 10,6 µm.

Universitas Sumatera Utara


Pada bearing 7 , hasil pengukuran respon getaran pada generator dapat dilihat

pada tabel 4.2

Tabel 4.2 Hasil trending data vibrasi di bearing 7 yaitu:

Data 06/01/15
15 05/02/15 15/04/15 10/05/15 20/06/15
SV 7X 32,5 35,5 67,8 40,9 56,1
SV 7Y 24,2 22,2 41,1 25,7 31,4
BV 7 9,9 10,2 9,6 12 11,4
Vibmaks 32,5 35,5 67,8 40,9 56,1

Kurva perpindahan getaran dapat dilihat sebagai berikut :

BV 7

20/06/2015
10/05/2015
SV 7Y
15/04/2015
05/02/2015
06/01/2015
SV 7X

0 20 40 60 80

Gambar 4.3 Grafik respon getaran bearing 7

Seperti yang terlihat pada Tabel 4.2, pada pengamatan respon getaran pada

bearing 7 untuk pengukuran respon getaran diketahui bahwa titik tertinggi terdapat

pada pengukuran arah sumbu x (horizontal) sebesar 67,8 µm sedangkan paling

rendah terdapat pada sumbu


sum z yaitu sebesar 9,6 µm.

53

Universitas Sumatera Utara


Jika membandingkan vibrasi yang terjadi pada kedua bearing maka diperoleh

perbandingan kurva yang terlihat pada gambar dibawah sebagai berikut

100
90
80
70
60
50
40
Vmaks#6
30
20 Vmaks#7
10
0

Vibrasi terjadi paling tinggi berada pada arah horizontal bearing 6 yaitu 86

µm. Jika keadaan ini berlanjut secara terus menerus maka akan membahayakan

pengoperasian generator sehingga perlu melakukan suatu analisa terhadap kenaikan

vibrasi yang terjadi.

4.4 Analisa Sensitivitas Termal

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan data operasional dari tanggal 06 Januari 2015 – 20 Juni 2015,

pukul 10:30 saat dilakukannya pengukuran vibrasi menunjukkan pengaruh vibrasi

terhadap berbagai parameter kelistrikan sebagai berikut :

Tabel 4.2 Pengaruh vibrasi terhadap daya output (Pout), daya reaktif, arus

eksitasi, tegangan eksitasi, dan temperatur bearing rotor.

Vib Vib# Vo Io (A) cosφ P out Qout Vf If Temp.


#6 7 (kV) (MW) (MVAR) (°C)
61,6 32,5 15.35 7118.3 0.86 162.75 96.57 312.7 1562.5 73,25
63,3 35,5 15.32 8256,5 0.86 174.85 112.3 352.0 1768.1 73,45
77,6 67,8 15.53 8832.4 0.85 201.94 125.45 389.9 1827.4 75,12
79,6 40,9 16,43 8932.9 0.85 216.07 135.718 397.8 1839.1 74,2
86 56,1 16.45 8959.5 0.86 219.5 137.14 403.24 1843.0 78,2

Dari trending data operasional yang terlihat diatas bahwa potensi kenaikan

beban terhadap vibrasi . Oleh karena itu dilakukan sebuah pengujian pengaruh

sensivitas termal terhadap vibrasi yang terjadi . Pengujian ini dilakukan dengan

cara :

 Pembebanan dilakukan setahap demi setahap hingga 60% pembebanan,

kemudian dicatat vibrasi yang terjadi

MW Vib maks MVAR PF IF VF


30 12,1 69,5 0,74 865,8 257,9
60 22,9 71,75 0,73 1373,6 283,6
90 40 78,37 0,85 1588,9 301,4
120 63,6 96,57 0,86 1562,5 312,7

55

Universitas Sumatera Utara


Dari tabel diatas, maka pengaruh kenaikan beban terhadap vibrasi dapat

diperlihatkan seperti gambar berikut

Vibrasi vs MW
200

150
Axis Title

100 Vibmaks
MW
50

0
1 2 3 4

 Beban (MW) dijaga dalam keadaan konstan sementara arus medan akan

naik perlahan-lahan diikuti dengan MVAR .

MW If Vf Vibmaks MVAR PF
110 1179,7 240,3 56,7 61,02 0,88
110 1608,6 334,6 65,1 146,7 0,61
110 1632,89 345,8 71,9 157,9 0,66
110 1786,2 357,6 77,6 168,9 0,73

Vibrasi vs Arus medan


2000

1500
Axis Title

1000 If
Vibrasi
500

0
1 2 3 4

Universitas Sumatera Utara


Vibrasi dan MVAR
200

150

Axis Title
100 Vibrasi
MVAR
50

0
1 2 3 4

Terlihat dari grafik diatas, peningkatan arus eksitasi di rotor generator

meningkatkan terjadinya vibrasi . Ini dikarenakan peningkatan temperatur metal

dan temperatur belitan rotor yang tidak merata. Keadaan ini menyatakan bahwa

vibrasi yang terjadi pada rotor bisa disebabkan oleh sensitivitas termal reversible.

Untuk mengetahui tingkat kelayakan pengoperasian mesin berputar seperti

generator maka diperlukan perbandingan dengan standar vibrasi ISO 7919 yang

diperlihatkan seperti tabel berikut :

Tabel 4.3 – Recommended values for maximum relative displacement of the shaft

for steam turbines and generators at the zone bounderies.

Zone Boundary Shaft rotational speed


(r/min)

1500 1800 3000 3600


Peak to peak displacement of shaft ( )
A/B 100 90 80 75
B/C 200 185 165 150
C/D 320 290 260 240

57

Universitas Sumatera Utara


Berikut adalah zona evaluasi yang diizinkan untuk vibrasi rotor mesin yang

menyediakan petunjuk untuk melakukan tindakan preventif selanjutnya.

Zona A :

Vibrasi pada mesin yang berada dalam tahap commisioning.

Zona B :

Mesin dengan vibrasi pada zona ini adalah dalam keadaan normal dan dapat

diterima untuk operasi jangka panjang.

Zona C:

Mesin dengan vibrasi pada zona ini dianggap tidak bekerja dengan baik untuk

operasi jangka panjang dan merupakan zona ALARM.

Zona D :

Vibrasi pada zona ini dapat menyebabkan kerusakan pada mesin dan harus lakukan

perbaikan mesin.

Dari data operasi yang diperoleh, tingkat vibrasi yang terjadi pada generator

PLTU Pangkalan Susu masih dalam zona B artinya pengoperasian masih dalam

keadaan aman. Oleh karena itu walaupun generator mengalami vibrasi akibat

keadaan sensitivitas termal dengan tipe reversible tetapi besar vibrasi berdasarkan

standar ISO 7919 masih bisa diizinkan daan tidak membahayakan pengoperasian

mesin.

Universitas Sumatera Utara


BAB V

KESIMPULAN & SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari penelitian ini, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Dari data operasi, perubahan beban yang dilayani generator akan

mempengaruhi perubahan temperatur dan vibrasi di rotor generator.

Semakin besar beban yang dilayani generator, maka semakin tinggi pula

vibrasi dan temperatur pada rotor generator tersebut. Dengan melihat

trending trending data vibrasi tertinggi sebesar 86µm dengan beban 219,5

MW dan temperatur 78,2 °C.

2. Generator sinkron mengalami gejala sensivitas termal tipe reversible, yang

disebabkan distribusi tempeatur yang tidak merata di sepanjang rotor.

3. Dari penelitian ini, di ketahui bahwa tingkat vibrasi pada generator PLTU

Pangkalan susu berdasarkan ISO 7919−2:2001 berada dalam zona B artinya

vibrasi generator masih bisa digunakan dalam jangka waktu lama.

59

Universitas Sumatera Utara


5.2 Saran

Dari penelitian ini, ada beberapa saran yang diajukan penulis, yaitu sebagai

berikut:

1. Sebaiknya penelitian yang selanjutnya dapat menganalisa vibrasi generator

berdasarkan analisis sinyal arus (signal current analysis).

2. Tugas akhir ini hanya membatasi pada salah satu penyebab terjadinya

vibrasi berdasarkan faktor sensivitas termal maka selanjutnya dapat

menggunakan faktor penyebab terjadinya vibrasi yang lain.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Generator Sinkron

Generator arus bolak – balik berfungsi mengubah tenaga mekanis menjadi

tenaga listrik arus bolak – balik. Generator arus bolak – balik sering disebut juga

sebagai alternator, generator AC (alternating current), atau generator sinkron.

Dikatakan generator sinkron karena jumlah putaran rotornya sama dengan jumlah

putaran medan magnet pada stator .

Kecepatan sinkron ini dihasilkan dari kecepatan putar rotor dengan kutub –

kutub magnet yang berputar dengan kecepatan yang sama dengan medan putar

pada stator. Mesin ini tidak dapat dijalankan sendiri karena kutub – kutub rotor

tidak dapat tiba – tiba mengikuti kecepatan medan putar pada waktu sakelar

terhubung dengan jala – jala. Generator arus bolak – balik dibagi menjadi dua jenis,

yaitu: a. Generator arus bolak – balik 1 phasa

b. Generator arus bolak – balik 3 phasa

Gambar diagram kedua bentuk generator arus bolak – balik tersebut dapat dilihat

dari gambar 2.1 berikut.

(a) (b)

Gambar 2.1 (a) Diagram Generator AC Satu Fasa Dua Kutub

(b) Diagram Generator AC Tiga Fasa Dua Kutub


13

Universitas Sumatera Utara


Perbedaan prinsip antara generator DC dengan generator AC adalah letak

kumparan jangkar dan kumparan statornya. Pada generator DC, kumparan jangkar

terletak pada bagian rotor dan kumparan medan terletak pada bagian stator.

Sedangkan pada generator AC, kumparan jangkar terletak pada bagian stator dan

kumparan medan terletak pada bagian rotor.

2.2 Konstruksi Generator Sinkron

Pada generator sinkron, arus DC yang dipasang ke belitan rotor akan

menghasilkan medan magnet rotor. Kemudian rotor akan diputar dengan suatu

kecepatan tertentu oleh sebuah penggerak mula, memutarkan medan magnet

didalam mesin dan menginduksikan tegangan pada belitan stator.

Rotor dari generator ini, pada dasarnya merupakan elektromagnet yang

besar, dimana konstruksi kutub-kutubnya dapat berupa kutub menonjol dari

permukaan rotor, dan bentuknya seperti tapak sepatu sehingga sering juga disebut

dengan rotor bentuk kutub sepatu. Bentuk kutub tidak menonjol adalah konstruksi

kutub-kutubnya sama tinggi dengan permukaan rotor yang berbentuk silinder,

sehingga bentuk ini sering juga disebut dengan rotor silinder.

Rotor-rotor ini sifatnya untuk menghasilkan medan magnet, maka

laminasinya perlu dibuat sedemikian rupa untuk menghasilkan rugi-rugi eddy

sekecil mungkin.

Dalam hal ini, arus searah harus disuplai ke rangkaian medan dirotor, yang

pada dasarnya dapat dilakukan dengan dua metode yaitu :

Universitas Sumatera Utara


1. Suplai arus searah berasal dari sumber tegangan eksternal dengan cara

menghubungkannya ke terminal belitan medan melalui slipring dan

sikat.

2. Suplai arus searah berasal dari sumber daya khusus yang terpasang

langsung pada poros generator tersebut.

Pada prinsipnya, konstruksi generator sinkron sama dengan motor sinkron.

Secara umum, konstruksi generator sinkron terdiri dari stator (bagian yang diam)

dan rotor (bagian yang bergerak). Keduanya merupakan rangkaian magnetik yang

berbentuk simetris dan silindris. Selain itu generator sinkron memiliki celah udara

ruang antara stator dan rotor yang berfungsi sebagai tempat terjadinya fluksi atau

induksi energi listrik dari rotor ke-stator.

Pada Gambar 2.2 dapat dilihat konstruksi sederhana dari sebuah generator

sinkron secara umum :

Gambar 2.2 Konstruksi Generator Sinkron Secara Umum

15

Universitas Sumatera Utara


2.2.1 Rotor

Rotor terdiri dari beberapa komponen utama yaitu:

1. Slip Ring

Slip ring merupakan cincin logam yang melingkari poros rotor tetapi

dipisahkanoleh isolasi tertentu. Terminal kumparan rotor dipasang ke slip ring

inikemudian dihubungkan ke sumber arus searah melalui sikat (brush)

yangletaknya menempel pada slip ring.

2. Sikat

Sebagian dari generator sinkron ada yang memiliki sikat ada juga yang tidak

memiliki sikat. Sikat pada generator sinkron berfungsi sebagai saklar putar

untuk mengalirkan arus DC ke-kumparan medan pada rotor generator sinkron.

Sikat terbuat dari bahan karbon tertentu.

3. Kumparan Rotor (Kumparan Medan)

Kumparan medan merupakan unsur yang memegang peranan utama

dalammenghasilkan medan magnet. Kumparan ini mendapat arus searah dari

sumbereksitasi tertentu.

4. Poros Rotor

Poros rotor merupakan tempat meletakkan kumparan medan, dimana pada poros

rotor tersebut telah dibentuk slot-slot secara parallel terhadap poros rotor.

Bentuk suatu rotor dari generator sinkron dapat dilihat pada Gambar 2.3 berikut:

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.3 Rotor Generator Sinkron

Rotor pada generator sinkron pada dasarnya sebuah elektromagnet yang

besar. Kutub medan megnet rotor dapat berupa salient pole (kutub menonjol) dan

non salient pole (kutub selinder atau tak menonjol).

1. Rotor Kutub Menonjol (Salient Pole Rotor)

Rotor tipe ini mempunyai kutub yang jumlahnya banyak. Kumparan

dibelitkan pada tangkai kutub, dimana kutub-kutub diberi laminasi untuk

mengurangi panas yang ditimbulkan oleh arus Eddy, kumparan-kumparan

medannya terjadi dari bilah tembaga persegi. Kutub menonjol ditandai dengan

rotor berdiameter besar dan panjang sumbunya pendek.

Selain itu jenis kutub salient pole, kutub magnetnya menonjol keluar dari

permukaan rotor. Belitan-belitan medan dihubung seri. Ketika belitan medan ini

disuplai oleh eksiter, maka kutub yang berdekatan akan membentuk kutub yang

berlawanan.

Bentuk kutub menonjol generator sinkron tampak seperti Gambar 2.4

berikut :
17

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai