Anda di halaman 1dari 37

Hafiz Rayhan Gunawan

2310/DSPLN/84/S1-MES/15871
Predictive Maintenance pada Turbin PLTU

Di era modern, Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dituntut untuk beroperasi dengan
efisiensi dan keandalan tinggi. Kerusakan mesin yang tidak terduga dapat menyebabkan
kerugian besar, baik dalam hal biaya perbaikan, kehilangan produksi, maupun dampak
lingkungan sehingga memerlukan pemeliharaan mesin yang baik. Pada umumnya,
pemeliharaan mesin masih menggunakan metode preventif. Metode pemeliharaan preventif
maintenance yang berdasarkan jadwal masih belum bisa menangani permasalahan yang
berkaitan dengan gejala – gejala yang muncul pada mesin. Di sinilah peran penting Predictive
Maintenance (PdM) atau Pemeliharaan Prediktif untuk pemeliharaan yang efektif. Metode ini
selangkah lebih maju dibanding preventif dikarenakan kemampuannya untuk mengidentifikasi
masalah jauh sebelum terjadinya kerusakan.
PdM adalah strategi pemeliharaan yang berfokus pada prediksi kemungkinan terjadinya
kerusakan mesin sebelum benar-benar terjadi. Hal ini dilakukan dengan memantau kondisi
mesin secara berkala dan menganalisis data yang terkumpul untuk mengidentifikasi tanda-
tanda awal kerusakan.
Metode Predictive yang Sesuai untuk Turbin PLTU
Pembangkit Listrik Tenaga Uap mempunyai karakteristik operasi yang berlanjut dan
diharapkan tidak terjadi kerusakan atau trip yang menyebabkan kerugian yang besar bagi
perusahaan. Kerusakan ini sangat tergantung dengan kehandalan masing – masing komponen
pembangkit listrik. Misal pada komponen turbin, dapat kita lakukan predictive maintenance
dengan cara memonitoring kondisi rotor yang berputar. Kemungkinan abnormal yang terjadi
pada rotor turbin yaitu misalignment, unbalanced, rotor bending, dan rotor rubs.
Unbalanced merupakan kondisi ketidakseimbangan pada rotor yang dapat menyebabkan dapat
diakibatkan oleh kerusakan pada salah satu bilah tubin rotor yang mengakibatkan
ketidakseimbangan putaran. Ketidakseimbangan ini masuk ke kategori mass unbalance.
Kemudian ada couple unbalance yang mana beban tidak seimbang terletak bersebrangan
namun tidak sama. Dynamic merupakan gabungan dari mass unbalance dan couple unbalance.
Misalignment pada turbin merupakan lendutan/defleksi yang terjadi sepanjang poros rotor. Hal
ini dapat terjadi dikarenakan ketidakseimbangan dari rotor yang dibiarkan dalam periode yang
lama. Selain itu beban termal akibat uap panas secara terus menerus juga dapat mengakibatkan
poros turbin berubah bentuk.
Unbalance dan misalignment kemudian menyebabkan beban berlebih yang perlu ditopang oleh
bearing dan mengeksitasi getaran. Beban yang berlebih ini lama kelamaan akan mengakibatkan
kerusakan komponen journal dan thrust bearing hingga menurunkan performa turbin bahkan
kerusakan permanen.
Analisis PdM yang paling sesuai untuk permasalahan unbalanced dan misalignment pada
turbin adalah PdM vibration analysis. Metode PdM vibrasi dilakukan pengamatan getaran pada
turbin dengan cara melihat getaran pada tumpuan (bearingnya). Dengan mengetahui getaran
lebih awal, dapat dilihat tren getaran pada periode tertentu. Jika terjadi kenaikan tren RMS
getaran, maka dapat segera dilakukan penjadwalan perbaikan. Diagnosa awal dapat
menurunkan peluang terjadi kerusakan sehingga bisa meningkatkan kehandalan sistem PLTU.
Hafiz Rayhan Gunawan
2310/DSPLN/84/S1-MES/15871
Vibration Analysis pada Turbin

(a) (b)
Gambar 1 (a) diagram letak bearing turbin dan generator (b) posisi probe

Studi kasus yang dibahas pada resume ini adalah turbin uap PT Petrokimia Gresik. Daya yang
dimiliki turbin 25 MW dengan kecepatan angularnya 3000 RPM. Gangguan yang dikeluhkan
adalah getaran turbin yang cukup mengkhawatirkan sehingga perlu dilakukan studi mengenai
penyebab getaran tersebut. Metode yang digunakan untuk melakukan predictive maintenance
ini adalah analisis vibrasi pada 4 bearing yang terlihat pada gambar 1a. Bearing thurst A bearing
journal B, dan bearing generator C dan D. Instrumen yang digunakan adalah ADRE 208p dan
probe diletakkan secara radial pada masing – masing bearing seperti pada gambar 1b.

(a) (b)
Gambar 2 (a) spektrum vibrasi bearing turbin sebelum perbaikan (b) spektrum vibrasi bearing turbin
setelah perbaikan

Hasil yang diperoleh disajikan dalam bentuk spektrum getaran turbin seperti pada gambar 2a
untuk bearing A dan disederhanakan sebagai RMS pada tiap tiap bearing. Sebelum dilakukan
perbaikan, RMS bearing A senilai 0,55 in/s, Bearing B senilai 0,58 in/s, Bearing C senilai 0,60
in/s, bearing D senilai 0,52 in/s. keempat nilai tersebut termasuk ke golongan unsatisfactory.
Dari hasil data vibrasi dan membandingkan dengan standar penyebab getaran dalam lingkup
unbalanced dan misalignment, diperoleh hasil analisis dari tiap – tiap bearing. Dengan
menggunakan Vibration Chart dan melihat karakter munculnya amplitudo getaran pada setiap
order 1 x rpm, setiap kelipatannya muncul frekuensi tinggi lebih dominan pada arah radial,
pada bearing B muncul vibrasi yang tinggi pada 1x dan 2x frekuensi putaran motor atau 1x dan
2x RPM dengan arah dominan aksial. hal ini dapat diketahui bahwa turbin tersebut mengalami
Unbalance dan misaligment yang menyebabkan level getaran tinggi. Hal tersebut juga
dinyatakan dengan trend yang dilakukan selama periode/waktu tertentu yang menunjukkan
bahwa trend unbalance dan misaligment mengalami kenaikan diakhir pengukuran. Dapat
disimpulkan bahwa bearing B mengindikasikan misalignment, C terjadi unbalance, A dan D
Hafiz Rayhan Gunawan
2310/DSPLN/84/S1-MES/15871
mengindikasikan unbalance tapi amplitudonya masih dibawah standard. Dari analisis tersebut
akan dilakukan beberapa perbaikan antara lain melakukan perbaikan misalignment pada
coupling dan pengujian 6 point residual unbalanced check pada rotor. Setelah dilakukan
perbaikan, Bearing A senilai 0,24 in/s, Bearing B senilai 0,23 in/s, Bearing C senilai 0,25 in/s,
bearing D senilai 0,29 in/s. Hasil yang diperoleh dibandingkan dengan standar vibrasi ISO
10816 dan dapat disimpulkan hasil perbaikan berhasil dan turbin termasuk dalam kondisi bagus
(satisfactory kelas B) dan dapat dioperasikan kembali.
Hafiz Rayhan Gunawan
2310/DSPLN/84/S1-MES/15871

Lampiran
TUGAS AKHIR – TM 095502

ANALISIS VIBRASI UNTUK MEDETEKSI


KERUSAKAN PADA TURBIN UAP UBB
PABRIK III DI PT. PETROKIMIA GRESIK

ERWIN RARIANTO
NRP 2111 030 011

Dosen Pembimbing :
Giri Nugroho, ST, MSc
NIP. 19791029 201212 1 002
Ir. Arino Anzip, M.Eng. Sc
NIP. 19610714 198803 1 003

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 TEKNIK MESIN


Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 2016

i
FINAL PROJECT – TM 095502

VIBRATION ANALISYS TO DETECTION


THE FAILURE OF STEAM TURBINE UBB
VICTORY III AT PT. PETROKIMIA GRESIK

ERWIN RARIANTO
NRP 2113 030 011

Consellor Lecture :
Giri Nugroho, ST, MSc
NIP. 19791029 201212 1 002
Ir. Arino Anzip, M.Eng. Sc
NIP. 19610714 198803 1 003

DIPLOMA 3 PROGRAM MECHANICAL ENGINEERING


Faculty of Industrial Technology
Sepuluh Nopember Institute of Technology
Surabaya 2016

ii
ANALISIS VIBRASI UNTUK MEDETEKSI KERUSAKAN
PADA TURBIN UAP UBB PABRIK III DI PT.
PETROKIMIA GRESIK

Nama Mahasiswa : ERWIN RARIANTO


NRP : 2113 030 011
Jurusan : D3 Teknik Mesin FTI – ITS
Dosen Pembimbing I : Giri Nugroho, ST, MSc.
Dosen Pembimbing II : Ir. Arino Anzip, M.Eng. Sc

Abstrak
Turbin adalah mesin penggerak mula, dimana fluida
kerjanya yang menghasilkan energi kinetis diarahkan langsung
keroda turbin untuk mendapatkan usaha mekanis. Getaran yang
terjadi pada mesin khususnya turbin dibangkitkan oleh berbagai
komponen dan proses yang terjadi didalamnya. Getaran yang
berasal dari beragam sumber tersebut akan bergabung menjadi
satu pada alat ukurnya. Pada Turbin sering ditemui kasus vibrasi
yang melebihi batas standart yang disebabkan oleh banyak faktor.
Untuk itu diperlukan sistem monitoring yang baik untuk mendeteksi
kerusakan pada turbin.
Dalam penelitian ini dilakukan analisa penyebab
kerusakan pada turbin. Untuk itu dilihat frekuensi spektrum
sebelum terjadinya kerusakan dan setelah terjadi kerusakan.
Setelah didapatkan data kerusakan, setalah itu dilakukan proses
balancing, dimana kerusakan yang ditemukan hanyalah
unbalance.
Setelah dilakukan analisa, maka dapat dibandingkan
antara data sebelum dilakukan proses balancing dan juga data
setelah dilakukan proses balancing. Setelah proses balancing,
didapatkan penurunan nilai amplitude, yaitu untuk bearing A dari
6,28 mm/s turun 53% menjadi 2,94 mm/s; untuk bearing B dari
7,04 mm/s turun 44% menjadi 3,91 mm/s; untuk bearing C dari
7,63 mm/s turun 52% menjadi 2,08 mm/s; untuk bearing D dari
6,79 mm/s turun 44% menjadi 3,77 mm/s.

Kata kunci: frekuensi spektrum, amplitudo getaran, proses balancing


v
Halaman ini sengaja dikosongkan

vi
VIBRATION ANALISYS TO DETECTION THE FAILURE
OF STEAM TURBINE UBB VICTORY III AT PT.
PETROKIMIA GRESIK

Student Name : ERWIN RARIANTO


NRP : 2113 030 011
Major : D3 Teknik Mesin FTI – ITS
Conselor Lecture I : Giri Nugroho, ST, MSc
Conselor Lecture II : Ir. Arino Anzip, M.Eng. Sc

Abstract
Turbine is a machine of beginning activator, where its job
fluid yielding kinetic energy instructed direct of turbine rotor and
get the mechanical effort. Vibration that happened on the machine
especially turbine awakened by various component and process
that happened in it. Vibration coming from immeasurable of the
source will join to become one at its measuring instrument. Turbine
are often met by the case vibration exceeding boundary standart
which is because of a lot of factor. That why it is need a monitoring
system which is good to detecting damage of turbine.
In this research is done by analysis of damage cause of
turbine. We can check in spectrum frequency before the happening
of the failure and after happened the failure. After got the failure
data, we can doing the balancing process. From the spectrum plot,
we can see that the failure is only unbalance.
After done the analysis, hence can be compared between data
before the process balancing and also data data after process
balancing. After process balancing, a degradation assess the
amplitude, that is for the bearing of A from 6,28 mm/s reduction
53% become 2,94 mm/s; for the bearing of B from 7,04 mm/s
reduction 44% become 3,91 mm/s; for the bearing of C from 7,63
mm/s reduction 52% become 2,08 mm/s; for the bearing of D from
6,79 mm/s reduction 44% become 3,77 mm/s.

Keyword : spectrum frecuency, vibration amplitude, balancing


process.
vii
BAB III
METODOLOGI

3.1. Diagram Alir Analisa

Tahap Identifikasi

Tahap
Pengumpulan data
& analisa

Tahap penarikan
kesimpulan &
saran

Gambar 3. 1 Diagram Alir Analisa

Analisis vibrasi pada bearing turbin uap pada tugas akhir ini
menggunakan ADRE-208p data aquistion dan interface
unit.merupakan salah satu predictive maintenance yang memiliki
fungsi untuk mengetahui akar permasalahan yang terjadi pada pada
turbin uap pada UBB Pabrik III PT. Petrokimia Gresik. Akar

63
permasalahan yang di dapat bisa digunakan untuk mencari solusi
yang terbaik untuk digunakan berikutnya dengan efisien.

3.2. Tahap Identifikasi


Pada tahapan awal dilakukan pengamatan terhadap masalah
apa saja yang dirumuskan menjadi tujuan dari penelitian. Dimana
studi literatur dimulai dari mencari dan mempelajari bahan pustaka
yang berkaitan dengan vibrasi dan penyebab – penyebab
kerusakannya. Studi literatur ini diperoleh dari berbagai sumber,
diantaranya text book maupun modul. beberapa sumber lain
seperti jurnal ilmiah dan beberapa penelitian terdahulu. Kemudian
dilakukan pengamatan lapangan secara langsung terhadap turbin
uap UBB pabrik III PT Petrokimia Gresik. Observasi meliputi
identifikasi alat un tuk mengukur vibrasi dari dan mengidentifikasi
apa saja penyebab vibrasi pada turbin uap UBB pabrik III
PT.Petrokimia Gresik.
3.2.1 Spesifikasi turbin Uap
Merk : QINGDAO JIENENG
Ouput : 25000 KW
Speed Turbine : 3000 r/min
Speed Of Generator : 3000 r/min
Main Steam Pressure : 8.83 MPA
Main Steam Temperature: 535 Celcius
Critical Speed : 1677 RPM

3.3. Tahap Pengumpulan Data dan Analisa


Dari studi literatur dan observasi mengenai vibrasi, dilakukan
pengambilan data pada turbin khususnya data mengenai vibrasi
dari turbin uap UBB. Data yang dibutuhkan dalam analisa didapat
dari inspeksi khusus UBB, Colective Mekanik, Predictive
Maintenance dan Mekanik Enginering.
Data vibrasi didapat dari data yang sudah dikumpulkan
menggunakan empat ADRE-208p data aquistion dan interface
unit. Dua probe disambungkan ke DCS Bentley Nevada 3300
untuk merekam sinyal vibrasi dari proximity probe pada bearing,
dan tersambung ke probe yang terpasang magnet base dimana
64
probe tersebut terpasang pada bearing caps untuk merekam
pembacaan seismic pada bearing caps.

Gambar 3.2 Probe dan Proximitor


(controlsdrivesautomation.com)
Pada gambar dibawah ini akan ditunjukkan skema cara
pemasangan probe dari arah radial. Terdapat 2 probe yang
membaca besarnya tegangan dari arah x dan dari arah y.

Gamabar 3.3 pemasangan Probe


(www.controlsdrivesautomation.com )
65
Gamabar 3.4 letak sensor (PT.Petrokimia)

66
ADRE 208p merekam pada shot 1 dan shot 2, kemudian
dihubungkan dengan komputer untuk mengambil data tersebut
dengan menggunakan software ADRE for windows software
version 5.510.

Gamabar 3.5 sketsa letak sensor (PT.Petrokimia)

Keterangan:
A: pada trust bearing inlet turbin
B: pada journal bearing outlet turbin
C: pada journal bearing generator
D: pada trust bearing generator

Setelah melakukan pengambilan data yang diperlukan


maka dilakukan penganalisaan spectrum apa penyebab penyebab
vibrasi setelah itu maka dilakukan analisa pemecahan apa sajakah
cara penanggulangan vibrasi dari Turbin Uap UBB Pabrik III
PT.Petrokimia Gresik.

3.4. Tahap penarikan kesimpulan dan Saran


Tahapan ini merupakan ujung dari analisa pada bab
sebelumnya dengan menarik kesimpulan apa sajakah penyebab –
penyebab vibrasi, dimana vibrasi dari turbin uap UBB Pabrik III
telah mengalami balancing pada porosnya dan memberikan saran
untuk PT. Petrokimia Gresik serta untuk penelitian selanjutnya.

67
Halaman ini sengaja dikosongkan

68
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Tugas akhir ini adalah untuk menentukan jenis kerusakan


yang terjadi pada turbin yang diakibatkan oleh nilai vibrasi yang
tinggi. Pada bab ini akan diterangkan mengenai karakteristik dari
data-data yang diperoleh, yaitu dari data vibrasi yang diambil
dengan menggunakan ADRE-208p Data Acquistion & Interface
Unit. Setelah itu data diolah dari alat tersebut. Setelah itu data
dilakukan analisa berdasarkan Spektrum yang sudah diolah.

4.1 Analisa Data


Pengambilan data ini dilakukan untuk mengetahui kerusakan
pada bearing serta membandingkan kondisi turbin sebelum
balancing dengan turbin setelah balancing pada rotor guna
mengetahui akar permasalahan. Data data tersebut digunakan
untuk mengidentifikasi kerusakan terdapat beberapa faktor yang
dapat dijadikan sebagai acuan untuk mengetahui seberapa besar
tingkat vibrasi yang dihasilkan, berikut akan disertakan grafik dari
hasil pengolahan data yang telah diambil dengan menggunakan
ADRE-208p Data Acquistion & Interface Unit.

Gambar 4. 1 sketsa letak sensor pada turbin


( PT. Petrokimia Gresik)

69
4.1.1 Spektrum Analisa Data
Hasil pengukuran vibrasi pada tanggal 27 Maret 2016
adalah sebagai berikut :
A. Bearing A

Gambar 4. 2 Spektrum saat kerusakan pada bearing A


( PT. Petrokimia Gresik)

70
B. Bearing B

Gambar 4. 3 Spektrum saat kerusakan pada bearing B


( PT. Petrokimia Gresik)

71
C. Bearing C

Gambar 4. 4 Spektrum saat kerusakan pada bearing C


( PT. Petrokimia Gresik)

72
D. Bearing D

Gambar 4. 5 Spektrum saat kerusakan pada bearing D


( PT. Petrokimia Gresik)

73
4.2 Analisa Kerusakan
Dengan menganalisa hasil pengukuran vibrasi dan
mengenali karakteristik spektrumnya kita dpat menentukan bahwa
mesin tersebut mengalami gangguan yang mengakibatkan
kerusakan. Dimana vibrasi tertinggi terjadi pada tanggal 27 Maret
2016 yaitu pada saat itu mengalami kerusakan.

Dalam menganalisa vibrasi yang terjadi pada Turbin Uap


kita menggunakan rumus :

𝑟𝑚𝑠 =
Crest factor
Keterangan:
Crest factor : pucak tertinggi dari gelombang
Peak : jarak dari puncak ke lembah
Rms : nilai statistik rata-rata

Rumus ini digunakan pada domain waktu (waveform)


untuk menegetahui batas aman, batas peringatan dan batas bahaya
untuk kondisi mesin pada saat beroperaasi. Setelah kita mengetahui
harga peak-nya kita dapat melihat atau menganalisa kondisi mesin
melalui “VIBRATION CRITERION CHART” International ISO
2372 dan 3945.

Sebelum menganalisa lebih lanjut kita harus mengetahui


kelas daripada mesin (Machine Classes) berdasarkan HP-nya. Dari
spesifikasi turbin diketahui daya sebesar 40,000 HP. Melihat daya
turbina sebesar 40,000 HP, maka kelas mesin masuk dalam
kategori kelas IV, yaitu mesin dengan ukuran besar (Large Size
Machine).

74
4.3 Pengujian Pada Saat Kerusakan
Hasil pengukuran vibrasi pada tanggal 21 April 2014
adalah sebagai berikut :
𝑖𝑛
• Pada titik A RMS = 0,55 𝑠
Sesuai dengan vibration criterion chart dalam classes
C (unsatisfactory)
𝑖𝑛
• Pada titik B = 0,58 𝑠
Sesuai dengan vibration criterion chart dalam classes
C (unsatisfactory)
𝑖𝑛
• Pada titik C RMS = 0,60
𝑠
Sesuai dengan vibration criterion chart dalam classes
C (unsatisfactory)
𝑖𝑛
• Pada titik D RMS = 0,52
𝑠
Sesuai dengan vibration criterion chart dalam classes
C (unsatisfactory)
Dari hasil pengukuran vibrasi pada tanggal 21 April 2014
sesuai dengan “VIBRATION CRITERION CHART”
International Standards ISO 2372 dan 3945 terlihat bahwa dari
kelima titik pengukuran terdapat empat titik pengukuraan
mempunyai nilai rms yang dikategorikan pada unsatisfactory yaitu
𝑖𝑛 𝑖𝑛
pada semua titik pengukuran, A sebesar 0,55 , B sebesar 0,58 ,
𝑠 𝑠
𝑖𝑛 𝑖𝑛
C sebesar 0,60 𝑠
, D sebesar 0,52 𝑠
. Jadi dapat diketahui bahwa
ada indikasi masalah terhadap pompa tersebut.
4.4 Hasil Analisis
Stelah dilakuKondisi kerusakan mesin dapat ditentukan
pada frekuensi spektrum. Dengan menggunakan Vibratiaon
Chart dan melihat Setelah diketahui adanya getaran yang
berlebihan maka perlu dilakukan analisa lebih lanjut. Dalam
data domain frekuensi pada saat terjadi kerusakan tanggal 27
Maret 2016 terlihat :
75
a. Dengan menggunakan Vibratiaon Chart dan melihat
karakter Munculnya amplitudo getaran pada setiap order 1
x rpm, setiap kelipatannya muncul frekuensi tinggi lebih
dominan pada arah radial, pada bearing B muncul vibrasi
yang tinggi pada 1x dan 2x frekuensi putaran motor atau
1x dan 2x RPM dengan arah dominan aksial. hal ini dapat
diketahui bahwa turbin tersebut mengalami Unbalance dan
misaligment yang menyebabkan level getaran tinggi. Hal
tersebut juga dinyatakan dengan trend yang dilakukan
selama periode/waktu tertentu yang menunjukkan bahwa
trend unbalance dan misaligment mengalami kenaikan
diakhir pengukuran.
b. pada bearing B diketahui bahwa terjadi misaligment dan
bearing C dapat diketahui bahwa telah terjadi unbalance
c. Sedangkan pada bearing A dan bearing D juga terjadi
unbalance, tapi dengan nilai amplitudo yang masih
dibawah standart.

4.5 Kesimpulan Analisa


Setelah menganalisa dengan menggunakan level getaran
kemudian dilanjutkan dengan analisa karakteristik domain
frekuensi pada data tanggal 27 Maret 2016 dapat diprediksi bahwa
Turbin Uap mengalami Unbalance dan misalignment.
Sehingga perlu diadakan perbaikan secepatnya, sebelum
pompa tersebut mengalami kerusakan yang lebih fatal.

4.6 Perbaikan
Berdasarkan hasil data lapangan sebelum dilakukan
perbaikan disimpulkan sebagai berikut :
1. Dilakukan Balancing Rotor pe API 687 with 6 point residual
unbalance check.
2. Dilakukan balancing sesuai dengan acceptence criteria.
3. Dilakukan perbaikan misalignment pada coupling
4. Pengetesan ulang Turbin Uap untuk memastikan tren aman
turbin.

76
4.7 Hasil pengujian setelah perbaikan
A. Bearing A

Gambar 4.6 Spektrum setelah perbaikan pada bearing A


( PT. Petrokimia Gresik)

77
B. Bearing B

Gambar 4.7 Spektrum setelah perbaikan pada bearing B


( PT. Petrokimia Gresik)

78
C. Bearing C

Gambar 4.8 Spektrum setelah perbaikan pada bearing C


( PT. Petrokimia Gresik)

79
D. Bearing D

Gambar 4. 9 Spektrum setelah perbaikan pada bearing D


( PT. Petrokimia Gresik)

80
4.8 kesimpulan Pengujian Setelah Perbaikan
Setelah dilakukan perbaikan maka dilakukan lagi proses
pengujian pada Turbin tersebut. Dimana hasil pengukuran pada
tanggal 29 Maret 2016 setelah dilakukan proses perbaikan adalah
sebagai berikut :
𝑖𝑛
• Pada titik A RMS = 0,24
𝑠
Sesuai dengan vibration criterion chart dalam classes
B (satisfactory)
𝑖𝑛
• Pada Titik B RMS = 0,23
𝑠
Sesuai dengan vibration criterion chart dalam classes
B (satisfactory)
𝑖𝑛
• Pada titik C RMS = 0,25 𝑠
Sesuai dengan vibration criterion chart dalam classes
B (satisfactory)
𝑖𝑛
• Pada titik D RMS = 0,29 𝑠
Sesuai dengan vibration criterion chart dalam classes
B (satisfactory)
Dari hasil pengukuran vibrasi setelah dilakukan perbaikan
terlihat hasil dari rms yang kalau kita lihat dalam “VIBRATION
CRITERION CHART” International Standards ISO 10816 bahwa
semua titik pengukuran termasuk dalam kelas B (statisfactory).
Hal tersebut mengindikasikan bahwa mesin Turbin sudah dalam
kondisi yang bagus dan siap dioperasikan kembali.

81
INSPEKSI GETARAN PADA TURBIN UAP PENGGERAK POMPA
DI INDUSTRI PUPUK
Budiawan I, Raharjo P*, Prasetyo
Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Bandung
Email: parno_raharjo@yahoo.com
*Corespondent Author
Abstrak
Turbin uap di industri memiliki tingkat kritis tinggi sehingga diperlukan penerapan teknik predictive
maintenance. Teknik yang handal untuk turbin uap adalah inspeksi getaran mesin. Dengan teknik
inspeksi getaran mesin, gejala kerusakan dapat dideteksi secara dini dan kerusakan lebih lanjut dapat
dicegah. Obyek inspeksi yaitu turbin uap yang digunakan turbin menggerakkan pompa melalui transmisi
kotak roda gigi. Parameter yang diukur dan dianalisa meliputi overall amplitude, sinyal dan spektrum
getaran. Analisanya menggunakan comparative, trending dan descriptive analysis. Berdasarkan overall
amplitude menunjukkan bahwa turbin dalam keadan baik dan cenderung memuaskan. Pada turbin
terdapat sinyal yang fluktuatif. Pada spektrum nampak frekuensi fundamental turbin dan pompa berikut
frekuensi harmoniknya. Amplitudo tertinggi kemungkinan disebabkan karena gearmeshing problem.
Amplitudo pada frekuensi 366.2 Hz belum diketahui dari mana berasal. Oleh karena itu diperlukan
kajian lebih lanjut terutama pada kotak roda gigi.
Kata Kunci : “predictive maintenance”, “inspeksi getaran”, “overall amplitude”, “frekuensi
fundamental”, “frekuensi harmonik”.

scheduled maintenance dan predictive


1. Pendahuluan
maintenance. Salah satu teknik predictive
Turbin uap merupakan sebuah mesin yang maintenance yang handal untuk rotating
berfungsi untuk mengkonversikan energi mesin seperti turbin uap adalah teknik
panas dari uap air menjadi energi mekanik monitoring atau inspeksi getaran.
dalam bentuk putaran poros turbin. Turbin
uap digunakan di industri seperti industri 2. Tinjauan Pustaka
pembangkit, industri pupuk dan industri
minyak sawit. Di industri pupuk turbin uap 2.1 Turbin uap
digunakan untuk menggerakkan pompa dan Turbin uap merupakan konversi energi yang
juga juga menggerakkan kompresor piston. mengkonversikan energi potensial uap
Turbin uap merupakan mesin yang memiliki menjadi energi mekanik pada poros turbin.
tingkat kritis yang tinggi, artinya jika mesin Energi potensial uap sebelum dikonversikan
ini mengalami gangguan atau kerusakan akan menjadi energi mekanik terlebih dahulu
mengakibatkan kerugian besar baik materiil dikonversikan menjadi energi kinetik dalam
dan moril serta keselamatan kerja. Oleh nozel (pada turbin impuls) atau dalam nozel
karena itu agar turbin uap tidak terjadi dan sudu-sudu gerak (pada turbin reaksi).
kerusakan secara tiba tiba diperlukan Turbin uap dikenal sebagai pembangkit daya
penerapan preventive maintenance. Dengan yang dapat diandalkan dan serba guna.
penerapan preventive maintenance gejala Berdasarkan penggunaannya turbin uap
kerusakan dapat dideteksi sedini mungkin dibagi menjadi tiga diantaranya steam
dan kerusakan lebih lanjut dapat diatasi turbine generator set yaitu turbin uap yang
sehingga kerugian yang lebih besar akibat dihubungkan dengan generator untuk
berhentinya mesin secara tiba tiba dapat membangkitkan listrik, turbin uap kapal yaitu
diatasi. Dalam aplikasinya preventive turbin uap yang digunakan sebagai
maintenance dapat dilakukan secara penggerak utama kapal, dan turbin uap

7
mekanik yaitu turbin uap yang digunakan di
industri-industri sebagai penggerak mula
kompresor dan pompa( Muin,1993).
Turbin uap yang digunakan untuk pompa
bertingkat yang dihubungkan langsung
menggunakan kopling flens fleksibel
ditunjukkan seperti pada gambar berikut.

Gambar2. Dresser Rand Single Stage


Turbine(Dresser Rand, 2013)

2.2 Getaran pada turbin


Turbin uap merupakan mesin pembangkit
tenaga yang bagian utamanya adalah rotor
yang berputar yang dihubungkan dengan
Gambar 1. Turbin Uap Penggerak
kopling ke generator listrik. Rotor terdiri dari
Pompa(Thapliyal, 2017)
sudu sudu yang dipasang pada poros.
Getaran rotor turbin uap yang dapat
Bagian utama pada single stage impulse
mengakibatkan kerusakan yaitu rotor
steam turbine antara lain Turbine Shaft (1),
bending, rotor rubs, rotor and casing
Governor Lever (2), Woodward TG
misalignment dan rotor unbalance
Governor (3), Steam End Bearing Case (4),
(Shamoradi et al, 2013).
Sentinel Warning Valve (5), Exhaust End
Pengukuran dan monitoring getaran mesin
Bearing Case (6), Carbon Packing Rings
sudah banyak yang dilakukan, tetapi dalam
(7), Steam Chest (8), Steam Strainer (9),
kondisi dan konstruksi yang berbeda. Juan
Governor Valve Stem (10), Trip Lever (11),
G.L dan kawan kawan melakukan
Oil Rings (12), Packing Case Leak offs (13),
pengukuran dan analisa getaran pada poros
Turbine Wheels (14), Turbine Case (15),
turbin uap 550 MWatt pada putaran 3000
Hand Valve (16), Over speed Cup (17),
rpm, karena pengaruh aliran uap. Pada
Thrust Bearing (18), Main Bearings (19),
pengukuran tersebut didapat bahwa getaran
Exhaust (20) dan Inlet (21), ditunjukkan
karena gaya aliran uap terjadi pada ujung
seperti pada gambar berikut (Dresser Rand,
rotor masukan uap. Ampliudo tertinggi
2013).
terjadi pada frekuensi 28.15 Hz. (Juan et al,
2013).
Ahmed dan kawan kawan melakukan
monitoring kondisi turbin uap 210 MWat
berdasarkan overall amplitude yang terjadi.
Monitoring dilakukan selama 10 hari berturut
turut. Monitoring menghasilkan bahwa
amplitudo yang terjadi setiap waktu berubah.
Besar amplitudo tidak sama antara arah
horisontal, vertikal dan aksial. Amplitudo
tinggi terjadi pada bantalan no 7 yang disebut
sebagai tail bearing. (Ahmed et al, 2013).
Monitoring ini tidak menyebutkan kondisi

8
turbin dan tidak menganalisa menggunakan 3.2 Instrumentasi
spektrum sehingga tidak diketahui sumber Peralatan ukur yang digunakan yaitu
getaran yang terjadi. Vibscanner, digunakan untuk menginspeksi
Elmaati dan kawan kawan overall amplitude getaran pada turbin uap
mengimplementasikan monitoring getaran tersebut. Untuk mengetahui sinyal dan
pada turbin uap pada continous power 470 spektrum getaran pada turbin uap digunakan
kWatt atau short term power 1380 kWatt accelerometer CA-YD-185TNC yang
dalam rangka pemeliharaan yang optimum. dilengkapi dengan data acquisition model
Hasil implementasi menunjukkan bahwa YE7600.
monitoring getaran secara terus menerus
perlu dilaksanakan dari pada hanya
3.3 Metode dan Titik pengukuran
melakukan perbandingan pengukuran
besarnya getaran. Selain dari pada itu Untuk mengukur overall amplitude vibration
dimungkinkan untuk mendifinisikan dan menggunakan
membangun sebuah peralatan yang cukup vibscanner.Pengukurandilakukan tujuh kali
untuk monitoring getaran nirkabel agar selama 7 minggu. Untuk mengetahui
mengurangi biaya pemeliharaan prediktif karakteristik vibration signal dan vibration
(Elmaati et al, 2013). spectrum menggunakan data acquisition.
Pada monitoring ini tidak menjelaskan Titik pengukurannya dilakukan pada bearing
besarnya amplitudo yang terjadi dan tidak housing dari turbin uap, gearbox, dan pompa
melakukan analisa vibration signal dan sentrifugal yang merupakan recycle solution
vibration spectrum yang digunakan untuk feed pump.
mengetahui sumber getaran yang terjadi. Titik pengukuran pada turbin uap dilakukan
pada bantalan turbine nondrive end arah
3. Metodologi horizontal, vertical dan axial (TNDEH,
TNDEV dan TNDEA) serta pada
3.1 Obyek Pengujian bantalanturbine drive end arah horizontal dan
Obyek pengujian inspeksi getaran yaitu vertical (TDEH dan TDEV).
sebuah turbin uap yang digunakan untuk
menggerakkan pompa melalui gearbox di 3.4 Metode analisis
industri pupuk. Untuk menentukan kondisi mesin dan
Turbinnya adalah steam turbine single stage karakteristik getaran yang terjadi yaitu
single valve, 1030 kW dengan putaran 5098 analisis komparatif (comparative analysis),
rpm (71.8 Hz), tipe fondasinya kaku analisis deskriptif (descriptive analysis), dan
menggerakkan pompa sentrifugal bertingkat analisis kecenderungan (trending analysis).
melalui kotak roda gigi yang putarannya Analisis komparatif, ditentukan dengan cara
6500 rpm (108.33 Hz). Instalasinya membandingkan hasil inspeksi dengan
ditunjukkan seperti gambar berikut standar yang telah ditentukan. Standar yang
digunakan yaitu Vibration Severity Standard
ISO 10816. Analisis trending, ditentukan
dengan cara membandingkan hasil inspeksi
dari waktu ke waktu.
Analisis deskripsi yaitu yaitu analisis dengan
cara menguraikan penjelasan yang
didasarkan pada amplitudo dan letak
frekuensi amplitudo tersebut berada.
ISO 2372 (10816) merupakan pedoman
untuk mengevaluasi batas getaran dalam
Gambar 3. Instalasi Turbin Uap suatu mesin yang beroperasi dalam rentang
(Elliot, 2014) frekuensi 10-200Hz (600-12000 rpm). Yang

9
termasuk tipe mesin ini adalah mesin kecil, Overall vibrationtrendingditunjukkan seperti
direct-coupled, electric motors and pumps, gambar berikut :
production motors, medium motors, Vibration Amplitude on Steam Turbine Bearing
generators, steam and gas turbines, turbo- 8 TNDEH
compressors, turbo-pumps and fans. Mesin TNDEV

dapat dikopel secara kaku dan fleksibel, atau TNDEA

Amplitude (mm/s)RMS
6 TDEH
dihubungkan dengan roda gigi. Sumbu poros TDEV
putar dapat berarah horisontal, vertikal dan Good limit
Yelow limit
menyudut. Tenaga mesin dikelompokkan 4
menjadi empat klas. Klas I adalah mesin
kecil (tenagasampaidengan 15kW). Klas II
2
adalah mesin menengah (tenaga15 hingga 15
kW). Klas III adalah mesin besar dengan
fondasi berat. Klas IV adalah mesin besar 0
1 2 3 4 5 6 7
dan mesin turbo dengan fondasi khusus. Time(Week)
Vibration severtity ISO 10816 ditunjukkan
seperti tabel berikut. Gambar 4.Trending amplitudo getaran
pada turbin uap
Tabel 1.Vibration Severity ISO 10816
(Reliability Direct, 2013) Overall amplitude pada bearing turbin uap
secara keseluruhan dapat dikatakan relatif
stabil. Berdasarkan vibration severity
standard, turbin tersebut termasuk golongan
IV. Kondisi turbin dikatakan masih bagus
(good) jika amplitudonya kurang dari 2.8
mm/s RMS. Dikatakan memuaskan jika
amplitudonya lebih besar dari 2.8 mm/s RMS
sampai dengan 7.1 mm/s RMS. Kondisi
disebut tidak memuaskan jika amplitudonya
dari 7.1 mm/s RMS sampai 18.0 mm/s RMS.
Mesin dikatakan kondisi tidak diterima jika
amplitudonya lebih besar dari 18.0 mm/s
RMS. Turbin uap yang diinspeksi kondisinya
4. Hasil Inspeksi dan Analisis telah memasuki memuaskan dengan kata lain
sudah memasuki peringatan I, karena bearing
4.1 Hasil inspeksi overall amplitude
non drive end arah horisontal telah memasuki
Hasil pengukuran averall amplitude pada rentang amplitudo antara 2.8 mm/s RMS dan
turbin uap selama 7 minggu berturut turut 7.1 mm/s RMS. Oleh karena itu diperlukan
ditunjukkan seperti tabel berikut. monitoring lebih intensif.
Untuk mengetahui penyebab utama getaran
Tabel 2. Hasil pengukuran overall terjadi diperlukan analisa spektrum getaran.
amplitude selama 7 minggu
4.2 Sinyal getaran pada turbin
Sinyal getaran pada turbine non drive end
bearing ditunjukkan seperti gambar berikut:

10
Vibration Signal on TNDE dengan 10000 Hz, ditunjukkan seperti pada
15
gambar berikut.
10 X: 1.255 Vibration Spectrum on TNDE at 1-10000 Hz
Y: 11.98
X: 2.566 0.35
Y: 4.034
5 TNDEH
Amplitude (m/s 2)

0.3 X: 2563 X: 3262


TNDEV
Y: 0.3192 Y: 0.3251
0 X: 3.238 0.25 TNDEA

Amplitude (m/s 2)
Y: 1.321

-5 0.2

TNDEH 0.15
-10 X: 1220
TNDEV
Y: 0.08411
TNDEA 0.1
-15
0 1 2 3 4 5
0.05
Time (s)

0
Gambar 5. Sinyal getaran pada TNDE 0 2000 4000 6000 8000 10000
Frequency (Hz)

Sinyal getaran pada turbine drive end Gambar 7. Spektrum getaran pada TNDE
bearing ditunjukkan seperti gambar berikut:
Spektrum getaran pada TNDE arah
Vibration Signal on TDE
15 horisontal, vertikal dan aksial menunjukkan
TDEH bahwa amplitudo tertinggi terletak pada
10 TDEV
X: 1.94
Y: 4.706
frekuensi tinggi yaitu pada frekuensi 3262
Amplitude (m/s2)

5 Hz. Sedangkan pada frekuensi rendah yaitu


0
di bawah 1000 Hz amplitudonya tidak tinggi.
Hal ini menunjukkan bahwa masalah getaran
-5 X: 2.248
Y: -2.924 yang terjadi bukan karena masalah instalasi
-10 turbin uap atau masalah mekanik, melainkan
kemungkinan berasal dari transmisi kotak
-15
0 1 2 3 4 5 roda gigi. Getaran pada kotak roda gigi akan
Time (s)
Gambar 6. Sinyal getaran padaTDE dibahas pada tulisan yang berbeda.
Untuk mengetahui karakteristik pada turbin
Sinyal getaran pada turbine non drive uap, spektrum getaran diperjelas pada
bearing arah horisontal, vertikal dan aksial rentang frekuensi sampai dengan 500 Hz,
menunjukkan adanya impuls yang fluktuatif. yang ditunjukkan seperti pada gambar
Sinyal getaran juga menunjukkan amplitudo berikut.
getaran yang terjadi pada arah horisontal x 10
-3
Vibration Spectrum on TNDE at 1-500 Hz
menunjukkan yang tertinggi diikuti arah 6
TNDEH
vertikal dan aksial dengan perbedaan yang X: 71.8
TNDEV
Y: 50.005738
signifikan. Sedangkan sinyal getaran pada TNDEA
X: 91.6
turbine drive end bearing menunjukkan juga
Amplitude (m/s 2)

4 Y: 0.003606

terjadinya impuls. Perbedaan amplitudo X: 183


antara arah horisontal dan vertikal tidak 3 Y: 0.002456

signifikan. X: 215.4
2 Y: 0.001446
Sinyal getaran tidak bisa digunakan untuk X: 143.6
mengetahui sumber getaran yang terjadi. 1
Y: 0.0007454

Untuk mengetahui sumber getaran yang


terjadi diperlukan analisa spektrum getaran. 0
0 100 200 300 400 500
Frequency (Hz)
4.3 Spektrum getaran pada turbin
Gambar 8. Spektrum getaran pada TNDE
Spektrum getaran pada turbine non drive end rentang 1-500 Hz
bearing pada rentang frekuensi sampai

11
Pada spektrum getaran pada TNDE arah turbin sesungguhnya adalah 4308 rpm dan
horisontal, vertikal dan aksial menunjukkan putaran pompa sesungguhnya 5496 rpm.
adanya frekuensi fundamental turbin dan Pada spektrum getaran tampak juga frekuensi
frekuensi fundamental pompa berikut harmonik turbin ke dua 143.6 Hz (2fft),
harmoniknya. frekuensi harmonik turbin ke tiga 215.4 Hz
Untuk memperjelas letak frekuensi (3fft), frekuensi harmonik turbin ke empat
amplitudo tinggi dan frekuensi harmoniknya 287.2 Hz (4fft), frekuensi harmonik turbin
diperlukan pemisahan spektrum getaran kelima 359.5 Hz (5fft) dan frekuensi
setiap titik pengukuran. Vibration spektrum harmonik turbin kelima 430.6 Hz (6fft).
pada TNDEH dan TNDEV pada rentang Walaupun demikian amplitudo di masing
frekuensi 1-500 Hz ditunjukkan seperti pada masing frekuensi berbeda beda.
gambar. Pada spektrum getaran juga tampak frekuensi
fundamental atau frekuensi harmonik pompa
-3
Vibration Spectrum on TNDEH at 1-500 Hz
6
x 10 pertama yaitu 91.6 Hz (1ffp), frekuensi
X: 71.8
harmonik pompa ke dua yaitu 183.2 Hz
Y:
5 0.005738 (2ffp), frekuensi harmonik pompa ke tiga
1xfft
yaitu 274.8 Hz (3ffp) dan frekuensi harmonik
4
pompa ke empat yaitu 458.0 Hz (4ffp).
Amplitude (m/s 2)

Pada spektrum getaran juga nampak


3
5xfft X: 358.8 amplitudo walaupun tidak tinggi yang
Y: 0.001939
2 terletak pada frekuensi 50 Hz jika
X: 215.4
X: 91.6
3xfft Y: 0.0011
X: 430.6 dihubungkan dengan frekuensi fundamental
Y: 0.0007353 Y: 0.001789
1
1xffp
turbin, frekuensi tersebut terletak pada 0.7fft.
Spektrum getaran pada turbine drive end
0
0 100 200 300 400 500 bearing pada rentang frekuensi sampai
Frequency (Hz)
dengan 10000 Hz, ditunjukkan seperti pada
gambar berikut.
Gambar 9. Spektrum getaran pada
Vibration Spectrum on TDE at 1-10000 Hz
TNDEH rentang 1-500 Hz 0.35
TDEH
-3
Vibration Spectrum on TNDEV at 1-500 Hz 0.3 X: 3086
x 10 TDEV
4 Y: 0.2364
0.25
Amplitude (m/s 2)

3.5
X: 91.6
Y: 0.003606 0.2
3 X: 457.6 X: 1937
X: 183
1xffp Y: 0.003268 Y: 0.1342
Y: 0.002456 4xffp 0.15
Amplitude (m/s 2 )

2.5
1xffp

2 5xfft X: 358.8 0.1


Y: 0.001587

1.5 1xfft
0.05
X: 71.8 X: 143.6
Y:10.0006568
2xfft Y: 0.0007454 0
0 2000 4000 6000 8000 10000
0.5 56xfft Frequency (Hz)
X: 510 Gambar 11. Spektrum getaran pada TDE
0
Y: 0.0002613 100 200 300 400 500
Frequency (Hz)
Pada spektrum ini juga menunjukkan bahwa
Gambar 10. Spektrum getaran pada amplitudo tertinggi timbul pada frekuensi
TNDEV rentang 1-500 Hz tinggi yaitu pada 3086 Hz. Sedangkan pada
frekuensi rendah kurang dari 1000 Hz
Pada ke dua spektrum menunjukkan adanya amplitudonya tidak tinggi. Hal ini
frekuensi fundamental turbin yaitu 71.8 Hz menunjukkan bahwa masalah terjadi bukan
dan frekuensi fundamental pompa yaitu 91.6 karena masalah instalasi turbin melainkan
Hz. Hal ini menunjukkan bahwa putaran disebabkan karena instalasi kotak roda gigi.

12
Agar spektrumnya lebih jelas rentang bearing arah vertikal rentang frekuensi 1-500
frekuensinya dipersempit dan dipisah setiap rpm.
titik pengukuran. Vibration spektrum pada x 10
-3
Vibration Spectrum on TDEV at 1-500 Hz
turbine drive end bearing arah horisontal dan 3.5
X: 91.6 5fft
vertikal rentang frekuensi 1-500 Hz, 3Y: 0.003481 X: 183
X: 358.8
ditunjukkan seperti pada gambar berikut. 1ffp Y: 0.00253
Y: 0.002451
-3
2.5 2ffp
Vibration Spectrum on TDE

Am plitude (m /s 2 )
x 10
5
TDEH 2
X: 457.6
TDEV 3ffp Y: 0.001398
X: 91.6
4 1.5 X: 274.6
Y: 0.003481
1fft Y: 0.0009872 X: 287 4ffp
Amplitude (m/s 2)

X: 71.8
1 3fft Y: 0.0008024
X: 358.8 Y: 0.0005902 4fft
3 X: 215.2
Y: 0.002451
X: 215.2 0.5 Y: 0.0009897
X: 143.6
Y: 0.001977
Y: 0.001819
2
0
X: 71.8 0 100 200 300 400 500
Y: 0.0008332 Frequency (Hz)
1
Gambar 14. Spektrum getaran pada
TDEVrentang 1-500 Hz
0
0 100 200 300 400 500
Frequency (Hz) Spektrum pada turbine drive end bearing
Gambar 12. Spektrum getaran pada TDE arah horisontal dan vertikal menunjukkan
rentang 1-500 Hz adanya frekuensi fundamental turbin 71.8
Hz, dan frekuensi fundamental pompa 91.6
Spektrum getaran di atas menunjukkan Hz. Dalam gambar tersebut juga tampak
bahwa tampak frekuensi fundamental turbin harmonik dari frekuensi fundamental turbin
yaitu pada 71.8 Hz dan frekuensi dan pompa. Harmonik ke dua, ke tiga, ke
fundamental pompa pada 91.6 Hz serta empat, ke lima frekuensi fundamental turbin
harmonik dari frekuensi fundamental turbin yaitu 143.6 (2fft), 215.4 Hz (3fft), 287.2 Hz
dan pompa. (4fft) dan 359.5 Hz (5fft) serta 430.6 Hz
Untuk memperjelas frekuensi amplitudo (6fft). Harmonik ke dua, ke tiga, ke empat
berada, vibration spektrum pada turbine dari frekuensi fundamental pompa
drive end bearing arah horisontal rentang ditunjukkan oleh 183 Hz (2ffp), 274.6 Hz
frekuensi dipersempit menjadi 1-500 Hz, (3ffp) dan 457.6 Hz (4ffp). Dari gambar
ditunjukkan seperti pada gambar berikut. tersebut juga tampak frekuensi yang belum
x 10
-3 Vibration Spectrum on TDEH at 1-500 Hz dapat diidentifkasi yaitu pada frekuensi 366.2
4.5

???
Hz.
4
1ffp X: 366.2 Amplitudo yang terjadi baik pada frekuensi
3.5 Y: 0.004023
X: 91.6 fundamental turbin dan pompa, berikut
Y: 0.00284
3
harmonik pertama, ke dua, ke tiga, ke empat
Amplitude (m/s 2)

3fft 3ffp 5fft


2.5
X: 143.6
X: 215.2
Y: 0.001977
X: 274.6 X: 358.8
Y: 0.001991 Y: 0.002061
dan ke 5 menunjukkan karakteristik getaran
Y: 0.001819
2
2fft 6fft
karena masalah instalasi atau masalah
1.5
X: 71.8
X: 430.6
Y: 0.001801
mekanik. Sedangkan pada frekuensi 3262
2ffp 4fft
Y: 0.0008332
1
1fft
X: 287
X: 457.6
Hz dan 366.2 Hz, kemungkinan tidak
X: 183 Y: 0.001209
0.5 Y: 0.001054
4ffp Y: 0.001084
berhubungan dengan karakteristik getaran
0
karena mekanik, mungkin berasal dari gear
0 100 200 300 400 500
Frequency (Hz) meshing frequency. Oleh karena itu kajian
Gambar 13. Spektrum getaran pada akan dilanjutkan dengan pengukuran dan
TDEH rentang 1-500 Hz analisa getaran pada transmisi kotak roda
Sedangkan gambar berikut menunjukkan gigi yang digunakan untuk menghubungkan
spektrum getaran pada turbine drive end antara turbin uap dan pompa.

13
5. Kesimpulan • Dresser Rand, 2011, Instruction Manual
Dari uraian dan analisis data inspeksi getaran for Single Stage 350, 500 and 700
pada turbin uap dapat ditarik beberapa Frame Steam Turbine, Manual 107-
kesimpulan. Berdasarkan pengukuran averall A, New York.
amplitude disimpulkan bahwa kondisi turbin • Juan G., L., Hui Z., C., Min H., Yong Z.,
uap masih dalam kondisi baik (good) dan 2013, Vibration Analysis of the
memasuki memuaskan (satisfactory), dalam Steam Turbine Shafting caused by
istilah lain telah memasuki masih Steam Flow, Telkomika, Vol 11,
diperbolehkan (allowable) atau peringatan I. No, 8, August.
Berdasarkan analisis sinyal dan spektrum • Ahmed, I., Islam, R., Sarkar, M.,A.,R.,
menunjukkan bahwa pada frekuensi rendah Haq, Z., 2016, Vibration Monitoring
<500Hz tampak secara jelas frekuensi and Condition Analysis of a 210
fundamental dari turbin dan pompa berikut MW Steam Turbine,International
frekuensi harmoniknya sampai 6fft dan 4 Conference of Mechanical,
ffp. Industrial and Material
Spektrum pada rentang 1-10000Hz Engineering, ICMIME 2015,
menunjukkan amplitudo tertinggi terletak Rajshah, Bangladesh.
pada frekuensi 3262 Hz kemungkinan • Elliot Group, 2014, YR Steam Turbine,
berasal dari gear meshing frequency. Elliot Group Ebara Corporation.
• Elmaati H., Benbouaza, A., Elkihel, B.,
6. Daftar Pustaka Delaunois, F., 2013, Implementation
• Muin, S., A., 1993,Pesawat-pesawat of a Vibration monitoring system of
Konversi Energi II (Turbin Uap),PT a steam turbine for optimization of
RajaGrafindo Persada, Jakarta. the maintenance, International
• Thapliyal, A., 2017, What is the difference Journal of Emerging Trends and
between electric centrifugal pump Technology in Computer Science
and normal centrifugal (IJETTCS), Volume 2, Issue 6,
pump?,https://www.quora.com/Wha November – December 2013.
t-is-the-difference-between-electric- • Reliability Direct, 2013, ISO 10816
centrifugal-pump-and-normal- Vibration Severity Chart,
centrifugal-pump. https://www.reliabilitydirectstore.co
m/kb_results.asp?ID=75

14

Anda mungkin juga menyukai