Anda di halaman 1dari 14

Sigma Epsilon, ISSN 0853-9103

INVESTIGASI PEMANTAUAN KONDISI VIBRASI UNTUK KESELAMATAN


OPERASI POMPA PENDINGIN PWR
Syaiful Bakhri
Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir
ABSTRAK
INVESTIGASI PEMANTAUAN VIBRASI UNTUK KESELAMATAN OPERASI POMPA
PENDINGIN PWR. Pompa pendingin reaktor adalah salah satu komponen penting dalam sistem
keselamatan di PWR yang pemeliharaannya membutuhkan pemantauan secara online seperti melalui
analisis vibrasi. Penelitian ini mendemonstrasikan investigasi berbagai kerusakan baik mekanik,
elektromekanik maupun munculnya fenomena hidrolika dengan membandingkan hasil pengukuran
dengan berbagai model spektrum frekuensi kerusakan berbasis vibrasi yang ada.Untuk pengujiannya,
mengingat tidak tersedianya pompa pendingin PWR, maka motor pendingin sekunder reaktor riset
GA Siwabessy dengan prinsip motor induksi dan pompa yang sama dengan di PWR digunakan.
Diperoleh hasil awal kondisi motor pendingin yang relatif baik dengan nilai RMS sinyal
ternormalisasi adalah 0.5187, nilai kurtosisnya 2.08, dan crest factor 2.60, masih relatif berada di
bawah batas-batas level tanda-tanda kerusakan. Selain itu, penelitian ini berhasil mengidentifikasi
dugaan munculnya fenomena kavitasi dengan puncak frekuensi random antara 1000-1250 Hz dan
frekuensi BPF sekitar 125 Hz, walaupun hasil ini perlu konfirmasi yang lebih lanjut dengan analisis
yang lebih detil pada pengukuran disisi pompa.
Kata Kunci : keselamatan, pompa pendingin, analisis vibrasi, PWR

ABSTRACT
THE INVESTIGATION OF VIBRATION MONITORING FOR THE SAFETY OPERATION OF
PWR COOLANT PUMP. Reactor coolant pump is an essential component for the safety operation
of PWR where the maintenance requires online monitoring such as vibration analysis. This research
demonstrates the investigation of various mechanical failures, electromechanical related failures or
hydraulic phenomena by comparing the measurement data with various available model of fault
frequency spectrum based on vibration analysis. For the experimental test, due to the unavailable of
PWR coolant pump, therefore secondary coolant pump of research reactor GA Siwabessy with
similar principle of induction motor and coolant pump were employed. It was found that coolant
pump is relatively in a good condition below the level of failure with the parameter of normalized
RMS about 0.5187, kurtosis around 2.08, and crest factor 2.60. In addition, this study successfully
identified cavitation as indicated by random peak frequencies between 1000 and 1250 Hz, and BPF
frequency at around 125 Hz,even though this result still need further confirmations using detail anal-
ysis of the pump section.
Keywords : safety, coolant pump, vibration analysis, PWR

PENDAHULUAN online sangat diperlukan. Teknik pemantauan


Pompa pendingin merupakan salah satu yang direkomendasikan oleh IAEA untuk
perangkat yang mendapat perhatian khusus memantau salah satunya dengan menggunakan
untuk menjamin keselamatan operasi di reaktor metode vibrasi (1). Metode pemantuan ini bahkan
PWR. Guna menjamin keberlangsungan sudah terintegrasi dalam berbagai desain reaktor
(2)
operasinya dan menghindarkan kecelakaan PWR terkini, seperti di APR1400 maupun
(3)
maka pemantuan kondisi secara kontinyu dan AP1000 sebagai sistem pemantauan integritas
komponen seperti terlihat di Gambar 1.

88 Vol.17 No. 3 Agustus 2013


Sigma Epsilon, ISSN 0853-9103

Gambar 1. Lokasi sensor monitoring integritas NSSS menggunakan vibrasi (V), akustik (A), noise
(N) dan metal impact (M) di reaktor daya tipe PWR dari (a) Westinghouse (b) Advance Power
Reactor-Korea (4, 5)

Pemantauan vibrasi pada prinsipnya mudah diperoleh mengingat keterbatasan akses


mengukur gaya eksitasi berulang yang terhadap industri nuklir dan juga kerahasiaan
diakibatkan oleh kerusakan, keausan atau desain produsen PWR. Di sisi lain, kemampuan
kegagalan sebuah obyek. Sebagai salah satu sumber daya manusia dan kemajuan riset
metode yang sudah relatif mapan, vibrasi dapat pemantauan kondisi terhadap PWR di PTRKN
digunakan tidak hanya mengukur peristiwa BATAN haruslah tetap memperoleh perhatian
getaran akibat gaya-gaya mekanik, namun juga utama walaupun dengan berbagai keterbatasan.
beberapa fenomena kasus getaran hidrolik atau Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah
elektrik yang berpotensi merusak terhadap mendemonstrasikan investigasi spektrum
struktur pompa pendingin. Peristiwa ini dapat frekuensi pemantauan vibrasi terhadap berbagai
diamati dengan mengekstraksi sinyal vibrasi kerusakan sistem pompa pendingin di PWR.
melalui teknik pemrosesan sinyal, yang salah Sebagai catatan, walaupun pompa pendingin
satunya dengan analisis spektrum FFT (6). Sinyal PWR didesain secara khusus, namun pada
sinyal spektrum frekuensi inilah yang akan prinsipnya motor induksi dan bagian penghisap
menjadi penanda unik yang membedakan jenis hidrolik serta impellernya sama seperti yang
kerusakan satu dengan lainnya. dipakai di industri pada umumnya. Untuk itu,
Seperti dilaporkan IAEA, beberapa PWR penelitian ini mendiskusikan berbagai
terkini sudah memasukkan kompilasi informasi kemungkinan kerusakan yang bisa dideteksi
spektrum vibrasi berbagai kerusakan pada dengan pemantauan vibrasi serta
pompa pendingin maupun struktur komponen implementasinya dengan bantuan objek motor
(1)
lainnya pada sistem pemantauannya . Namun pendingin sekunder yang sudah ada di fasilitas
informasi model spektrum ini sangatlah tidak reaktor riset GA Siwabessy.

Vol.17 No. 3 Agustus 2013 89


Sigma Epsilon, ISSN 0853-9103

TEORI mengakibatkan gaya putaran mekanik dari rotor


A. Komponen-komponen utama pompa menurut hukum Lorentz. Perputaran mekanik
pendingin PWR dari poros rotor ini disangga secara radial
Tipikal pompa pendingin PWR terdiri atas maupun aksial menggunakan thrust bearing,
berbagai komponen utama seperti terlihat pada selain juga agar kerugian gesek poros yang
(7, 8)
Gambar 2 . Walaupun semenjak kecelakaan ditimbulkan relatif kecil.
Fukushima berbagai rekomendasi diberikan, Terlihat juga pada Gambar 2, untuk
seperti misalkan oleh United States Nuclear menjamin keselamatan pengoperasian reaktor
Regulatory Commission (US NRC) yang dengan membuang panas tersisa di aliran
mensyaratkan kemampuan menghadapi pendingin pendingin, flywheel akan memberikan
peristiwa station black-out (SBO) sampai 72 gaya inersia perputaran poros selama waktu
jam(7) telah diadopsi oleh konstruksi terbaru, tertentu, walaupun catu daya pada motornya
namun bagian-bagian utama masih relatif sama padam. Bagian lain adalah impeller, yang
seperti terlihat di Gambar 2. Bagian pertama berfungsi merubah gaya mekanis putaran pompa
motor yang berupa lilitan kawat sebagai bagian menjadi kecepatan aliran pendingin yang
stasioner, yaitu stator, akan menimbulkan memaksa air pendingin bagian penghisap terus
medan magnetik yang berputar saat tiga fase menerus mengisi kekosongan yang ditinggalkan.
catu daya listrik diberikan. Sementara itu, Bagian-bagian penyusun inilah yang akan
medan magnet yang timbul diantara celah stator menimbulkan getaran atau vibrasi jika terjadi
dan rotor akan memotong sekaligus kerusakan atau penurunan fungsi, sama seperti
menginduksi batangan-batangan rotor yang pada motor dan pompa pada umumnya.

Gambar 2. Komponen utama pompa pendingin PWR untuk (a) AP1000 buatan RUV dan (8) (b)
EPR 1650 MWe (7) yang terdiri dari : (1) stator, (2) rotor, (3) thrust bering, (4) flywheel, dan (5)
impeller

90 Vol.17 No. 3 Agustus 2013


Sigma Epsilon, ISSN 0853-9103

B. Tipe pengukuran vibrasi kaitannya dengan Tipe-tipe pengukuran ini berperan dalam
sensor sistem pemantauan
pemilihan sensor vibrasi, dimana masing
Vibrasi ini dapat diamati dengan berbagai
parameter ini akan memberikan efek yang
melalui berbagai parameter, seperti pengukuran
spesifik terhadap hasil pengukurannya seperti
pergeserannya (displacement), kecepatan
terlihat di Gambar 3.
(velocity), dan percepatannya (acceleration)(9).

Gambar 3. Hubungan antara sensor diplacement, velocity dan acceleration untuk mengamati
frekuensi vibrasi pada kondisi (a) diplacement konstan (b) velocity konstan (c) acceleration konstan

Terlihat pada grafik, sensor accelerometer C. Metode ekstraksi sinyal pada domain waktu
dengan Fourier Transform
merepresentasikan korelasi yang lebih mudah
Pengukuran pada domain frekuensi ini dapat
dipahami saat dipakai di frekuensi rendah
dilakukan dengan berbagai macam teknik
maupun tinggi baik saat pergeseran, kecepatan
ekstraksi sinyal dari gelombang vibrasi pada
atau percepatan yang terjadi relatif konstan.
domain waktu. Salah satu teknik yang sudah
Dengan kata lain, seperti sensor tipe
sangat dikenal luas adalah fourier transform
displacement, yang biasanya dengan probe edy
(FT). Fourier transform pada dasarnya adalah
current sering hanya dipakai untuk vibrasi dan
teknik ekstraksi sebuah gelombang bertipe
pengukuran posisi poros motor karena
sinusoid menjadi sinyal-sinyal penyusun dan
sensitifitasnya hanya di frekuensi rendah.
menampilkannya dalam domain frekuensi,
Kelemahan pada frekuensi tinggi ini hampir
seperti terlihat dalam Persamaan 1 berikut ini
sama juga terjadi pada sensor velocity, walaupun
(10)
.
dibanding dengan sensor accelerometer, sensor
ini lebih tahan terhadap sinyal clipping (1)
meskipun pada saat kondisi sinyal yang
mendekati saturasi. Terlepas dari perbedaan dimana x(t) adalah time domain sinyal, X(f)
amplitudo tipe-tipe sensor, namun pada adalah FFT-nya dan ft adalah frekuensi yang
dasarnya satu dan lain sensor dapat dihasilkan dianalisis.
dari differensiasi atau integrasi dari hasil Namun karena sistem transformasi
pengukuran tipe sensor lainnya. diimplementasikan dalam sebuah digitizer,

Vol.17 No. 3 Agustus 2013 91


Sigma Epsilon, ISSN 0853-9103

maka proses transformasi dilakukan secara selanjutnya dapat digunakan untuk menunjukkan
diskrit pada rentang penyampelan tertentu, berbagai gejala kerusakan atau degradasi pompa
dengan metode discrete fourier transform (DFT) pendingin, tentunya dengan asumsi bahwa
(10)
seperti ditunjukkan di Persamaan 2. amplitudo frekuensi yang rata dapat tercapai
pada rentang pengukuran tertentu dengan sensor
(2) tertentu. Frekuensi ini yang selanjutnya dapat
diklasifikasikan menurut jenis kerusakannya
dimana N adalah jumlah sampel dari urutan seperti ditunjukkan di Gambar 4. berikut ini.
input x(n), dan k=1,2,3,… N-1, dan X(k) adalah Sebagai catatan, beberapa persamaan umum
hasil DFT nya. yang dibutuhkan untuk menganalisis frekuensi
Implementasi langsung dari DFT ini sangat fundamental vibrasi diantaranya adalah (11).
tidak efisien dan sangat menghabiskan memori (3)
komputer karena membutuhkan operasi bilangan (4)
2
kompleks sebanyak (n ). Fast fourier transform (5)
(FFT) menyederhanakan kompleksitas ini (6)
sehingga hanya dibutuhkan (N log2 (N)) yang Dimana
salah satunya seperti ditunjukkan oleh algoritma NS = kecepatan singkron motor (rpm),
Cooley Tookey. Algolritma ini hanya f = frekuensi dari catu daya (Hz)
melakukan perhitungan setahap demi setahap P = Jumlah kutup-kutup motor
separuh bagian (N/2), dan membaginya terus s = slip
menerus sampai bagian terkecil dengan dengan NR = kecepatan rotor (rpm)
n
ukuran kelipatan (2 ). NS = kecepatan singkron motor (rpm)
FFT akan memberikan relasi yang sangat FR = frekuensi rotor/poros (Hz)
diperlukan dalam pemantauan kondisi dengan FR = frekuensi jala-jala listrik (Hz)
spektrum ferkuensi. Pertama adalah frekuensi
Terlihat di Gambar 4 berbagai kerusakan
tertinggi yang bisa di analisis dengan jumlah
yang umum terjadi pada bagian komponen
sampling tertentu, dan yang kedua adalah
elektromekanikal, yaitu stator dan rotor.
resolusi yang bisa diperoleh dengan waktu akui-
Pengukuran dengan menggunakan metode
sisi tertentu. Jumlah sampling dapat ditentukan
vibrasi akan memunculkan tidak hanya
dengan setting frekuensi penyampelan, se-
pengaruhnya terhadap putaran rotor (FR berikut
dangkan waktu akuisisi akan terhubung dengan
harmoniknya), akan tetapi juga peningkatan
ukuran blok nya.
signifikan dari frekuensi jala-jala berikut
D. Identifikasi kerusakan dengan basis data harmoniknya (FL). Sebagai contoh, pada
frekuensi vibrasi pompa pendingin
kerusakan stator Gambar 4 (a) muncul FL
Kombinasi frekuensi berikut amplitudo
dan 2FL, sedangkan Gambar 4 (b) patah batang
sinyal yang terekam dari sensor vibrasi ini

92 Vol.17 No. 3 Agustus 2013


Sigma Epsilon, ISSN 0853-9103

rotor memunculkan interaksi frekuensi kutup- bahwa frekuensi kutup (FP) sangatlah kecil,
kutup stator yang termodulasi dalam frekuensi sebagai hasil perkalian antara frekuensi slip
putaran rotor, serta munculnya 2FL berikut side- (frekuensi perbedaan antara kecepatan singkron
band-nya pada saat terjadi eccentric antara rotor motor induksi dan frekuensi kecepatan putaran
dan stator (lihat Gambar 4 (d)). Perlu dicatat rotor) dan jumlah pasangan kutup pada stator.

Gambar 4. Spektrum frekuensi kerusakan yang berhubungan dengan kerusakan komponen


elektromekanik (a) stator (12) (b) patah batang rotor (13) (c) kerusakan laminasi pada rotor (13) (d)
eccentric antara rotor dan stator (13). Sebagai catatan FL adalah frekuensi catu daya, FR adalah
frekuensi putaran rotor dan FP frekuensi di kutup-kutup stator (pole passing frequency)

Berbeda dengan gambar sebelumnya, fenomena kerusakan karena bearing karena


Gambar 5 lebih terfokus pada kerusakan karena keterbatasan waktu penelitian.
mekanikal. Gambar 5 mengilustrasikan Untuk sisi pompa, berbagai fenomena
kerusakan yang sering timbul, seperti misalkan dideteksi dengan pemantauan vibrasi terjadi
kerusakan karena mechanical unbalance, lebih kompleks karena melibatkan fluida.
misalignment maupun looseness. Hampir semua Berbagai fenomena umum yang terjadi dapat
kerusakan menunjukkan kontribusi frekuensi dilihat di Gambar 6 berikut ini. Frekuensi yang
putaran dari rotor (FR) berikut harmoniknya. timbul karena gaya-gaya hidrolika maupun
Sebagai catatan, bagian ini tidak menjelaskan aerodinamika ditandai dengan muculnya Blade
Pass Frequency (BPF).

Vol.17 No. 3 Agustus 2013 93


Sigma Epsilon, ISSN 0853-9103

Gambar 5. Spektrum frekuensi kerusakan yang berhubungan dengan kerusakan mekanik (13)
(a) mechanical unbalance (b) paralel misalignment (c) angular misalignment (d) internal assembly
loseness (e) looseness antara motor dan dudukan

Frekuensi ini normal terjadi pada sebuah Berbagai model kombinasi frekuensi inilah
pompa, namun karena tingkat keausan dari yang bisa digunakan untuk mengidentikasi
impellerlah atau eccentric dari rotor yang akan berbagai jenis kerusakan. Kuncinya adalah
menentukan seberapa tinggi amplitudo pengetahuan tentang parameter-parameter dari
frekuensinya. Gambar 6 menunjukkan interaksi sebuah motor dan pompa. Kemudian parameter
dari BPF dengan kecepatan rotasi poros motor parameter yang dihitung dengan Persamaan 3
serta frekuensi random yang cukup lebar saat sampai dengan 7 yang nantinya akan digunakan
peristiwa turbulensi dalam pompa terjadi sebagai informasi mendasar tentang kondisi
(Gambar 6.c) dan kavitas (Gambar 6.d). BPF sebuah motor pendingin.
dapat dicari dengan persamaan berikut, dimana
TATA KERJA
B adalah jumlah blade atau bilah impeller
Penelitian ini berupaya untuk memberikan
pompa.
pemahaman mendasar tentang bagaimana
FBPF = (FR*B) (7)
pemantauan pompa pendingin di reaktor daya

94 Vol.17 No. 3 Agustus 2013


Sigma Epsilon, ISSN 0853-9103

Gambar 6. Spektrum frekuensi pompa yang berhubungan dengan fenomena gaya-gaya hidrolika
(a) pompa normal dengan BPF yang tinggi (potensi kerusakan), (b) turbulensi (c) kavitasi

bertipe PWR dilakukan. Namun mengingat jenis kerusakan tertentu untuk lebih mendalami
motor pendingin untuk PWR seperti di Gambar metode pemantauan vibrasi ini tidak dapat
2 tidak diperoleh, maka motor induksi dan disimulasikan.
pompa pendingin dengan fungsi yang sama Pemantauan vibrasi dilakukan dengan
diimplementasikan. Motor pendingin sekunder menggunakan rangkaian perangkat yang terdiri
RSG GA Siwabessy dengan spesifikasi seperti dari, sistem pemrosesan sinyal Dynamic Signal
ditunjukkan di Tabel 1 pada penelitian ini Analyzer (DSA NI 4551), NI PCI-4451, 16-Bit,
diambil data spektrum frekuensinya dengan 204.8 kS/s, simultaneously sampled input
metode pemantauan vibrasi, dianalisis dan 2 kanal/ output 2 kanal. Sebuah sensor vibrasi
diprediksi jenis cacatnya terkini. Perlu accelerometer, piezoelectric vibration sensor
dipahami, mengingat bahwa motor dan pompa PTB EX-81/2125, yang terkoneksi melalui
yang terpasang digunakan untuk fasilitas terminal Integrated Circuit Piezoelectric
keselamatan RSG-GA Siwabessy, maka jenis- ICP-2140 BNC ke kartu akuisisi NI 4551.

Vol.17 No. 3 Agustus 2013 95


Sigma Epsilon, ISSN 0853-9103

Tabel 1. Data teknis pompa pendingin sekunder RSG-GAS (14)


Besaran Teknis Nilai Desain
KN 5315M BB011-Z Motor Induksi
Tipe dan Merek Motor
(SCHORCH)
Total Daya Input Motor 220 KW
Tegangan Motor 380V/3~/50Hz
Kecepatan Rotor 1490 rpm
Switching motor Y-Δ
Cos φ 0,86
CPK-S 350 – 400 Pompa Sentrifugal
Tipe dan Merek Pompa
(KSB)
Laju Alir 1980 m3/jam
Daya pompa 220 KW
Jumlah Blade pompa 5 buah

Data sinyal vibrasi yang diperoleh kemudian mengetahui spectrum baseline kondisi motor
ditampilkan delam domain fekuensi untuk pendingin sekunder RSG GA Siwabessy,
mendemonstrasikan contoh jenis gangguan yang sehingga berguna bagi analisis selanjutnya
mungkin terjadi terhadap motor dan pompa secara historikal. Analisis pertama dilakukan
pendingin RSG GA Siwabeessy. Penyampelan terhadap sinyal vibrasi pada time domain seperti
dilakukan pada frekuensi 2500 Hz dengan terlihat pada Gambar 7 berikut ini.
jumlah blok data FFT 2048 kanal. Window yang Gambar 7(a) menunj ukkan data
dipakai adalah Hanning dengan perata-rataan ternormalisasi hasil pengukuran pada domain
spektrum frekuensi 5 kali pada mode root mean waktu dengan laju sampling 2000 Hz, selama
square (RMS). 0.4 detik, dan 2048 sampel pada posisi motor
pendingin bagian luar (pada posisi kipas
HASIL DAN PEMBAHASAN
pendingin) di daerah bearing dengan arah
Analisa pendahuluan spektrum vibrasi
horizontal. Gambar pembesaran untuk melihat
Penelitian ini memberikan porsi yang lebih
lebih detil lagi pola sinyalnya ditunjukkan
terhadap analisis pendahuluan sejauh mana
seperti di Gambar 7 (b). Secara visual terlihat
sistem pemantauan berbasis vibrasi dapat
bahwa hasil pengukuran vibrasi memberikan
diterapkan kembali. Beberapa penelitian
gambaran sinyal yang cenderung berpola beru-
terdahulu dengan obyek motor pendingin
lang, cenderung impulsif dan memberikan nilai
sekunder telah dilakukan, namun diperlukan
root mean square (RMS) ternormalisasi (lihat
analisis ulang mengingat motor sekunder sudah
persamaan 8) yang cukup signifikan (0.5187),
mengalami pemeliharaan yang cukup signifikan.
mirip seperti tanda-tanda kejadian pada cacat/
Selain itu, penelitian ini bermanfaat untuk
keausan bearing.

96 Vol.17 No. 3 Agustus 2013


Sigma Epsilon, ISSN 0853-9103

Gambar 7. Sinyal hasil pemantauan vibrasi (ternormalisasi) pada domain fungsi waktu pompa
pendingin RSG GAS PA 02 pada posisi motor outboard horisontal (a) grafik total dan (b) grafik
pembesaran (rentang 0 sampai dengan 0.05 detik).

Namun, secara sederhana konfirmasi untuk lebih mempertajam analisis, selanjutnya nilai
mengetahui level tanda-tanda terjadinya RMS dapat juga diaplikasikan pada analisis
berbagai cacat yang disebabkan oleh bearing, overall vibrasi untuk mengetahui sehat atau
menggunakan nilai kurtosis dari distribusi tidaknya sebuah mesin dengan kriteria ISO
sinyalnya (lihat persamaan 9), masih dibawah 10816, tentunya setelah dikonversi menjadi
nilai batas ambang 3, yaitu berkisar pada 2.08. parameter percepatan.
Demikian juga konfirmasi dengan menggunakan
1 N 2 (8)
pendekatan Crest Factor (lihat persamaan 10) RMS * xn
N n1
menghasilkan nilai 2.60. Nilai ini relatif N 4
n 1
x n (9)
memenuhi syarat dimana untuk mesin yang k 2 2
N *( )
relatif sehat, nilai ini umumnya berkisar Antara
2 sampai dengan 6. Sebagai alternatif, untuk (10)

Vol.17 No. 3 Agustus 2013 97


Sigma Epsilon, ISSN 0853-9103

Dimana, N adalah jumlah sampel dari urutan dengan skala logaritmik. Spektrum vibrasi
input x(n), m adalah rata-rata data, s2 adalah menunjukkan tidak dominannya puncak
varian dari data, k adalah nilai kurtosis dan CF frekuensi kecepatan putaran rotor 1RPM (24.8
(15)
adalah Crest Factor . Hz), 2RPM yaitu pada 49.6 Hz, ataupun
Analisis lebih lanjut untuk mengetahui detil harmonik-harmnik lainnya. Kenyataan ini
setiap potensi cacat atau kerusakan, dapat menunjukkan bahwa fenomena kerusakan atau
dilakukan pada domain frekuensi dengan gangguan mekanik seperti mechanical
membandingkan hasil pengukuran dengan pola unbalance, misalignment, ataupun looseness
frekuensi kerusakan di Gambar 4, 5 dan 6. Hasil kemungkinan besar tidak terjadi. Demikian juga
pengukurannya dari pemantauan vibrasi dengan kerusakan bearing pada stadium yang
ditunjukkan di Gambar 8 dimana detilnya pada akut juga tidak ditemukan, seperti ditandai oleh
frekuensi rendah ditunjukkan di Gambar 9 tidak munculnya fekuensi-frekuensi kerusakan

Gambar 8. Sinyal hasil pemantauan vibrasi pada domain frekuensi

Gambar 9. Detail sinyal hasil pemantauan vibrasi pada frekuensi rendah

98 Vol.17 No. 3 Agustus 2013


Sigma Epsilon, ISSN 0853-9103

bearing pada 10 Hz, 52 Hz, 119 Hz, 176 Hz. rentang frekuensinya boleh jadi kerusakan ini
Sebagai catatan nilai ini adalah nilai perkiraan karena keausan awal dari bearing yang memang
analitis yang menjadi spesifikasi dari bearing tidak mudah dideteksi. Kemungkinan lain yang
terpasang tipe FAG 6319 C3 2Z motor lebih menarik adalah peristiwa kavitasi pada
pendingin sekunder. pompa pendingin. Hal ini ditandai dengan
Ditinjau dari aspek gangguan elektro munculnya frekuensi disekitar 124 Hz, yang
mekanikal, beberapa potensi kerusakan baik merupakan frekuensi BPF. Dugaan ini haruslah
pada bagian rotor, stator maupun eccentricity bisa dikonfirmasi lebih lanjut dengan lebih teliti,
antara keduanya juga tidak terdeteksi. Frekuensi terutama pada pengukuran yang lebih
jala-jala catu daya FL (50Hz) yang biasanya terkonsentrasi di sisi pompa.
menjadi penanda utama kerusakan yang Gambar 10 menunjukkan spektogram dari
berkaitan dengan elektrikal tidak muncul dengan sinyal untuk mendemonstrasikan berbagai
signifikan. Namun tidak adanya gangguan distribusi frekuensi pada waktu tertentu. Gambar
elektrikal tidak bisa disimpulkan hanya dengan 10 menunjukkan bahwa puncak frekuensi lebih
mengandalkan teknik ini. Hal ini karena dari -40 db antara 1000 sampai dengan 1250 Hz
pemantauan dengan vibrasi memang kurang dapat diasumsikan terjadi hampir secara ajeg
begitu sensitif terhadap gangguan yang dan bukanlah sinyal fluktuatif. Grafik ini
berhubungan dengan sistem elektrikal. sekaligus memberikan konfirmasi tentang
Puncak-puncak frekuensi yang lebih karakteristik frekuensi kemungkinan kejadian
dominan terjadi sebenarnya antara frekuensi kavitasi yang terjadi hampir berterusan selama
yang relatif random dan terkumpul antara 1000- rentang pengambilan data.
1250 Hz. Pengalaman menunjukkan, dilihat dari

Gambar 10. Spektogram dari frekuensi

Vol.17 No. 3 Agustus 2013 99


Sigma Epsilon, ISSN 0853-9103

KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA


Pada penelitian ini telah berhasil
1. IAEA, On-Line Monitoring for Improving
didemonstrasikan bagai mana metode
Performance of Nuclear Power Plants Part
pemantauan berbasis vibrasi pada motor
2 : Process and Component Condition
pendingin di PWR agar dicapai tingkat
Monitoring and Diagnostics, International
keselamatan yang lebih baik secara online.
Atomic Energy Agency; 2008.
Berbagai model kerusakan spektrum frekuensi
2. Choi S-Y, Byun H-H, Kim S-A, editors.
vibrasi baik karena penyebab mekanik,
Design and implementation of advanced
elektromekanikal maupun munculnya fenomena
NSSS integrity monitoring system for
hidrolika didiskusikan dalam penelitian ini. Pada
APR1400., 7th International Topical
penelitian ini, ditunjukkan juga tahap-tahap
Meeting on Nuclear Plant Instrumentation,
pengujian awal metode ini dengan menggunakan
Control, and Human-Machine Interface
motor pendingin reaktor yang ada di reaktor
Technologies 2010, NPIC and HMIT 2010,
riset GA Siwabessy. Pengujian dengan analisis
November 7, 2010 - November 11, 2010;
pada domain waktu menunjukkan nilai RMS
2010; Las Vegas, NV, United states:
sinyal adalah 0.5187, nilai kurtosisnya 2,08, dan
American Nuclear Society.
crest factor 2.60, masih relatif berada dibawah
3. Company WE., Vibration Integrity
batas-batas standar kerusakan. Selanjutnya
Monitoring System, Westinghouse Electric
konfirmasi dengan analisis pada domain
Company, 2012.
frekuensi juga tidak menunjukkan adanya keru-
4. Oh YG, Galin SR, Lee SJ., An advanced
sakan komponen mekanikal maupun
NSSS integrity monitoring system for Shin-
elektromekanikalnya. Namun fenomena
Kori nuclear units 3 and 4, IEEE Transac-
termohidrolika seperti kavitasi diduga terjadi
tions on Nuclear Science. 2010;57(6 PART
seperti ditandai dengan munculnya frekuensi
2):3661-6.
BPF pada kisaran 124 Hz berikut frekuensi
5. Gopal R, Ciaramitaro W., Experiences with
randomnya yang tersebar antara 1000 sampai
diagnostic instrumentation in nuclear
1250 Hz. Dapat disimpulkan bahwa metode
power plants, Progress in Nuclear Energy.
pemantauan dengan vibrasi akan sangat
1977;1(2–4):759-79.
membantu untuk menganalisis tidak hanya bagi
6. Tavner PT, and J. Penman, Condition
pemeliharaan komponen pompa pendingin
monitoring of electrical machines., Peter J,
namun juga meningkatkan keselamatan
Tavner, editor. Letchworth, England:
pengoperasiannya dengan identifikasi berbagai
Research Studies Press LTD, John Wiley
fenomena yang terjadi secara komprehensif.
and Sons Inc; 1987.

100 Vol.17 No. 3 Agustus 2013


Sigma Epsilon, ISSN 0853-9103

7. SBO-qualified RCP seal., Nuclear 12. Singh GK, and S. A. S. Al Kazzaz.,


Engineering International; 2012 [cited Induction machine drive condition
2013 17/10]; Available from: http:// monitoring and diagnostic research—a
www.neimagazine.com/features/featuresbo survey, Electric Power Systems Research.
-qualified-rcp-seal/. 2003;64(2):45-158.
8. SEC-KSB Nuclear Pumps & Valves Co. L. 13. Girdhar P, and C. Scheffer., Practical
Product Introduction RUV, Generation 3+ machinery vibration analysis and
Customized Reactor Coolant Pump., SEC- predictive maintenance., First ed. Mackay
KSB Nuclear Pumps & Valves Co., Ltd; S, editor. Burlington: Newnes, Elsevier;
2008 [cited 2013 17/06]; Available from: 2004.
http://www.ksb.com/sec -en/Products/ 14. Safety Analysis Report Rev-8, Pusat
RUV/. Reaktor Serba Guna G.A. Siwabessy-
9. SKF. Vibration Sensors. SKF Condition BATAN. Serpong, Indonesia: BATAN;
Monitoring 2005 [cited 2013 17/06]; 1998.
Available from: http://www.skf.com/ 15. Lebold M, McClintic K, Campbell R,
files/260860.pdf. Byington C, Maynard K., Review of
10. Benbouzid MEH., Review of induction Vibration Analysis Methods for Gearbox
motors signature analysis as a medium for Diagnostics and Prognostics, Proceedings
faults detection., IEEE Transactions on of the 54th Meeting of the Society for
Industrial Electronics. 2000;47(5):984-93. Machinery Failure Prevention Technology;
11. Wildi T., Electrical machines drives and Virginia Beach, VA2000. p. 623-34.
power system, Columbus, Ohio: Prentice
Hall; 2005.

Vol.17 No. 3 Agustus 2013 101

Anda mungkin juga menyukai