Anda di halaman 1dari 27

Nama : Qolis Fandra Irawan

No : 2310/DSPLN/84/S1-MES/16515
Kelas : O & M KIT 2
Proyeksi : Officer Predictive Maintenance JPR PGU

PLTU (Pusat Listrik Tenaga Uap) merupakan pembangkit listrik yang memanfaatkan
pembakaran batu bara untuk menghasilkan uap untuk memutar turbin dan generator sehingga
menghasilkan listrik. Komponen utama PLTU terdiri dari peralatan yang berputar (rotating
equipment) seperti pompa, motor, dan turbin yang memiliki potensial kerusakan tinggi. Semua
peralatan tersebut harus selalu dijaga kehandalannya agar PLTU dapat memenuhi kebutuhan listrik
masyarakat. Predictive maintenance adalah jenis pemeliharaan yang paling penting karena potensi
kerusakan dan waktu kerusakan alat dapat diprediksi. Selanjutnya, setiap tindakan perbaikan yang
akan dilakukan juga berdasarkan kondisi peralatan. Oleh karena itu predictive maintenance
menjadi paling efisien dalam segi biaya serta dapat menggambarkan kondisi alat saat itu.
Berdasarkan dari beberapa jurnal ilmiah yang penulis kutip, predictive maintenance dengan
menggunakan teknologi vibrasi sangat cocok digunakan di PLTU karena sebagian besar kerusakan
yang terjadi pada rotating equipment dapat diprediksi dengan teknologi ini. Kerusakan yang umum
terjadi di pompa, motor, dan turbin PLTU seperti unbalance, misalignment, kavitasi, kerusakan
bearing, dan lain-lain menghasilkan karakteristik sinyal getaran tertentu yang memberikan
petunjuk tentang kondisi peralatan. Karakteristik tersebut dapat dilihat pada sinyal getaran yang
ditampilkan oleh vibrometer. Kelebihan lain penggunaan teknologi vibrasi dalam pemeliharaan ini
adalah bisa dilakukan tanpa melakukan pembongkaran fisik equipment. Selanjutnya juga
diperlukan langkah proaktif untuk mengetahui akar penyebab kerusakan, yaitu dilakukan root
cause analysis menggunakan metode fishbone atau 5 ways agar kerusakan yang sama tidak terulang
lagi di kemudian hari.
Pengukuran vibrasi umumnya dilakukan pada bagian bearing karena tumpuan poros mesin
berada pada bearing sehingga semua pengaruh dari kerusakan yang terjadi akan menghasilkan
vibrasi tertentu yang akan diterima pada bearing. Dalam pengukuran vibrasi juga harus
memperhatikan lokasi dan arah untuk pengukuran getaran yang setidaknya memberikan sensitifitas
yang memadai bagi gaya dinamik mesin dalam berbagai macam kondisi operasi. Seringkali
pengukuran membutuhkan dua arah, yaitu arah radial dan aksial dari masing-masing bearing drive
end (DE) dan bearing non-drive end (NDE).
Beberapa alat yang dapat digunakan untuk melakukan pengukuran vibrasi antara lain SKF
Microlog Analyzer AX-Series CMXA 80 (seperti yang digunakan di PLTU Labuhan Angin) dan
VibXpert Vibration Tool (seperti yang digunakan di PLTU Pangkalan Susu). Pengukuran vibrasi
dilakukan dalam dua tahap, yaitu:
1. Vibrasi overall atau vibrasi velocity, dengan satuan mm/s atau inch/s RMS, digunakan untuk
mengetahui kondisi umum kelayakan mesin yang beroperasi.
2. Spektrum vibrasi dengan satuan amplitude mm/s (atau inch/s) dan frekuensi cpm (cycle per
minute) atau Hz, digunakan untuk mendiagnosis sumber penyebab dominan vibrasi dari suatu
mesin (misalnya vibrasinya cenderung tinggi karena missalignment). Pengukuran spektrum
vibrasi ini biasanya dilakukan jika nilai vibrasi overall sudah relatif tinggi.
Untuk menyatakan kondisi mesin harus mengacu pada standar ISO 10816-3. Dalam standar ISO
10816-3, kelompok kondisi mesin dibagi menjadi:
a. Kelompok A: vibrasi dari mesin sangat baik dan dibawah vibrasi yang diizinkan.
b. Kelompok B: vibrasi dari mesin baik dan dapat dioperasikan karena dalam batas yang diizinkan.
c. Kelompok C: vibrasi dari mesin dalam batas toleransi dan hanya dioperasikan dalam waktu
tertentu.
d. Kelompok D: vibrasi dari mesin dalam batas berbahaya dan kerusakan dapat terjadi.
Contoh kasus analisa vibrasi pada Open Cycle Cooling Water Pump di PLTU Labuhan
Angin menunjukkan spektrum vibrasi dominan pada 5.95x orde yang berhubungan dengan
kerusakan bearing, yaitu BSF (Ball Spin Frequency). Setelah dilakukan root cause analysis,
ditemukan bahwa penyebab kerusakannya adalah kebocoran seal sehingga air laut yang bersifat
korosif masuk ke bearing housing.
Oleh karena itu, predictive maintenance dengan teknologi vibrasi ini sangat cocok dan
handal diterapkan pada PLTU karena kerusakan dapat dideteksi lebih dini. Selain itu juga dapat
dilakukan root cause analysis sehingga kerusakan yang sama tidak terjadi lagi di kemudian hari.
Hal ini dapat dapat mengurangi cost maintenance akibat rusaknya sebuah peralatan
http://infor.seaninstitute.org/index.php/infokum/index
JURNAL INFOKUM, Volume 10, No.3, Agustus 2022 ISSN : 2302-9706

PREDICTIVE MAINTENANCE ON FEED WATER PUMP AT


PANGKALAN SUSU ELECTRIC STEAM POWER PLANT (PLTU)

Govin Hasiando Marpaung1, Siti Anisa2, Solly Aryza3

Electrical Engineering, Pembangunan Panca Budi University


Jl. Gatot Subroto km 4,5, Sei Sikambing , Medan 20122, North Sumatera
gopin.hanz@gmail.com1;sitianisah@dosen.pancabudi.ac.id2;sollyaryzalubis@gmail.com3

ABSTRACT
Article Info Maintenance is an activity to keep the machine/production equipment, and make
Received, 01/08/22 repairs or replacements to increase production in the industrial world. There are
several types of maintenance developed, namely Preventive maintenance, corrective
Revised,28/08/22
maintenance, and predictive maintenance. Maintenance techniques on direct object
Accepted. 30/08/22
measurement monitoring are more applied to the industrial world because it is done
without stopping operation on a machine, this treatment technique is also called
predictive treatment, and requires analysis to monitor engine conditions, such as the
measurement of vibration signals. Each vibration signal generated has different
damage. Misalignment is one type of damage caused by the frequent vibration of the
shaft and clutch. The vibration signal generated by misalignment has its own
characteristic seen in the vibration spectrum. In this undergraduate task will be
analyzed angular misalignment vibration signal at feed water pump by taking data at
horizontal drive point. The vibration signal at the feed water pump generates angular
misalignment through the 3X rpm spectrum where the first rpm is larger than the
next two rpm. From the measurement of vibration, it can be seen through the
comparison of vibration value to trending with the prevailing standard showing high
amplitudes on the horizontal motor drive of 2.65 mm/s based on ISO 10816- 3
standard.
Keywords: maintenance, vibration analysis, vibration, spectrum, misalignment

1. INTRODUCTION
In response to the growing demand for electricity consumption in Indonesia, especially in
North Sumatra, PT PLN (PERSERO) has built a coal-fired power plant. The presence of this thermal
power plant will help the country's electricity supply, especially in Sumatra. Steam power plants are
known to be plants with high potential for equipment damage, especially in the balance-of-plant
(BOP) area. Therefore, damage can be prevented by using appropriate systems and methods.
Common damage that occurs to motors and pumps is well known as shaft misalignment, or
misalignment between the driver and the driven vehicle. Misalignment occurs on shafts that are
connected by couplings. This damage can result in excessive vibration, which can damage engine
components and further shorten the life of the engine. The vibration signal caused by misalignment
has its own characteristics found in the resulting vibration spectrum. The vibration spectrum can
indicate the type of misalignment that occurs, i.e., parallel misalignment or angular misalignment with
unique characteristics. Of course, the resulting vibration spectrum is not just misalignment, as it can
be affected by other damage such as imbalance, cavitation, bearing failure, or mechanical loosening.
If the characteristics of the vibration are not known, it is very difficult to determine the source of the
vibration through vibration spectrum analysis. Maintenance is the activity of maintaining and
servicing equipment, machinery, and production facilities, and making repairs and replacements
necessary to achieve planned production operating conditions.
This maintenance process minimizes sudden equipment shutdowns and can halt production
processes in industries where production processes are ongoing. The maintenance techniques
developed are based on direct monitoring of the measured object or better known as predictive
maintenance. This maintenance process requires the diagnosis and analysis of the measuring object.
There are several media used to monitor the condition of a machine, such as the measurement of
INFOKUM is licensed under a Creative Commons Attribution-Non Commercial 4.0
International License (CC BY-NC 4.0)
284
http://infor.seaninstitute.org/index.php/infokum/index
JURNAL INFOKUM, Volume 10, No.3, Agustus 2022 ISSN : 2302-9706

vibration signals. Vibration signal measurements are typically used to monitor the condition of
rotating machinery such as motors and pumps. Vibration signals displayed on a vibrometer are
indicated by defects or damage that have occurred in the machine. Diagnosis of this damage is
performed for the shutdown schedule repair process.
Mean Time Between Failures (MTTF) is the average time interval between the time a
machine or component is repaired and the damage that occurs before the machine or component is
damaged again. Mean time to repair (MTTR) is the average time to make the necessary repairs to a
component (Kurniawan, 2013). An Age replacement method is a replacement action performed when
an operation reaches a certain predetermined age. Even if no damage has occurred in a certain time
interval, replacement is performed as a precautionary measure. If the system is damaged in a certain
time interval, the following replacement and repair actions are performed based on calculations from
the time of repair replacement.

2. Literature Review.
2.1. Multifuel Boiler
According to Djokosetyardjo (2003), a boiler or steam boiler is a closed container in which
the heat of combustion is conducted in water until hot water or steam is formed. Hot water or steam at
a specific pressure is then used to transfer heat to a process. Water is a useful and inexpensive
medium for transferring heat to a process. When water is boiled until it becomes steam, its volume
increases 1,600 times, producing a force similar to explosive gunpowder. The boiler is therefore a
device that must be very well managed and maintained. In the energy conversion process, the boiler
has the task of converting the chemical energy stored in the fuel into heat energy that is transferred to
the working fluid.
The boiler is used in PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, there are 2, namely multi-fuel boiler and
recovery boiler. The multi-fuel boiler uses fiber fuel, palm shells, and bark, while the recovery boiler
uses waste fuel from pulp processing. The boiler we will be studying is the multi-fuel boiler.
The boiler system consists of a feedwater system, a steam system, and a fuel system. The feedwater
system automatically supplies the boiler with water, depending on the steam demand. Various water
taps are provided for maintenance and repair purposes. The steam system collects and controls steam
production in the boiler. The steam flows through the piping system to the point of consumption.
Throughout the system, the steam pressure is controlled by a water tap and monitored by a pressure
switch. The fuel system is all the equipment used to provide the fuel to produce the required heat. The
equipment required for the fuel system depends on the type of fuel used in the system. The water
supplied to the boiler for conversion to steam is called feed water. The two sources of feed water are:
1. condensate or condensed steam that returns to the process.
2. make-up water (treated raw water), which must be fed into the process plant from outside the
boiler room.

2.2. Boiler Feedwater Pump


The boiler feedwater pump is a very important engine component in a multi-fuel boiler. The
boiler feedwater pump is one of the applications for the use of large centrifugal pumps in the industry.
The purpose of this pump is to control a certain amount of water from the water tank (feed water tank)
and deliver it to the boiler at a certain pressure. Before the water enters the boiler, it is usually
preheated.
A boiler feedwater pump (BFWP) consists of a pump and a drive. The drive is an electric motor
directly coupled to the pump with coupling as a link between the two. This pump has a single flow
with multistage pumping characteristics. This pump also uses a mechanical seal and thrust and sleeve
bearings.

INFOKUM is licensed under a Creative Commons Attribution-Non Commercial 4.0


International License (CC BY-NC 4.0)
285
http://infor.seaninstitute.org/index.php/infokum/index
JURNAL INFOKUM, Volume 10, No.3, Agustus 2022 ISSN : 2302-9706

Figure 1. How the Feedwater Pump Works

BFWP supplies a certain amount of water to the boiler, which in practice varies the amount of
water required by that boiler. The change is based on the amount of steam from the boiler product
needed for the next process. For example, in a steam power plant, if the electrical load is high, the
demand for steam entering the steam turbine is also high. Thus, automatically the amount of water
entering the boiler is also high. And vice versa when the electrical load is low.

2.3. Maintenance Definition


Maintenance is a combination of various actions taken to keep an item in good repair or to bring
it to an acceptable condition. In past and present maintenance practice, maintenance can be defined as
the act of servicing a machine or factory equipment by extending the life of a machine or equipment.
Machines are often disputed between the maintenance and production departments. This is because
the maintenance department is considered a waste of money, while the production department
believes that it causes damage but also brings in money (Soemarno, 2008). In general, a product
manufactured by human cannot be damaged, but its useful life can be extended by repairs, which are
called maintenance (Corder, Antony, K Hadi, 1992). Therefore, maintenance activities are required,
which include the maintenance of machines used in the production process.
Performing maintenance on work equipment is said to bring benefits to companies operating in
the construction sector. According to Assauri (2004: 95), the objectives of maintenance are:
1. Maintaining the ability of tools or equipment to meet needs in accordance with production
goals or plans.
2. To ensure that the quality of the product/construction work meets the expected level in order
to meet the requirements of the product itself and to ensure that production activities are not
disrupted.
3. Reduce consumption and irregularities outside the limits and maintain the capital invested in
the company for a certain period in accordance with company policy.
4. Achieving the lowest possible level of costs through an effective and efficient performance of
maintenance activities as a whole.
5. Pay attention to and avoid operating activities that may jeopardize occupational safety.
6. Work closely with other major functions of an organization to achieve the organization's
primary objective of achieving the best possible return on profit or investment at a low total
cost.

INFOKUM is licensed under a Creative Commons Attribution-Non Commercial 4.0


International License (CC BY-NC 4.0)
286
http://infor.seaninstitute.org/index.php/infokum/index
JURNAL INFOKUM, Volume 10, No.3, Agustus 2022 ISSN : 2302-9706

This type of maintenance is similar to predictive maintenance but is not regularly scheduled.
Predictive maintenance anticipates the failure of a piece of equipment before a total failure occurs.
Predictive maintenance analyzes the condition of a piece of equipment based on the trend of
equipment behavior.

This trend can be used to predict how long the equipment can continue to operate normally.
Preventive maintenance is a scheduled and planned maintenance activity. It is performed to anticipate
problems that may cause damage to components or equipment and keep them normal during
operation. Predictive maintenance techniques are very similar to medical diagnostics. Whenever the
human body has a problem, it shows signs or symptoms. The nervous system that provides this
information is the actual detection. Also, if necessary, a pathological test is performed to diagnose the
problem.

Figure 2. Predictive Analysis Diagram

Two shafts connected by a coupling can get into a condition where the axis between the two
shafts is out of alignment; this condition is called unbalance. Just like unbalance, misalignment is the
main cause of motor vibration. Some machines are equipped with flexible bearings and couplings that
can cause slight misalignment. However, it is uncommon to experience severe vibration due to
misalignment. The resulting forces and vibrations increase as misalignment increases. In a pump unit,
misalignment often occurs at the connection (coupling) between the drive shaft and the impeller shaft.
Just as with unbalance, the symptoms of misalignment can be easily observed in the frequency range
of the vibrations. The vibration frequency is usually 1x rpm, but in the case of a large misalignment,
the vibration frequency may be 2x or 3x rpm (Nicholas, 2000).

3. METHODS
Collecting data in the form of primary data and secondary data. For primary data, this is done
by interview. For secondary data, data collection is done by collecting company documents. Primary
data was collected through free interviews, with the aim of learning:
1. Implementation of boiler feed pump water maintenance and repair at PLTU Pangkalan Susu.
2. How the care and maintenance of the machine are handled.
3. Carrying out tests with a vibration tool.
The following is a research flow chart that requires the stages in the research process carried out in the
field.

INFOKUM is licensed under a Creative Commons Attribution-Non Commercial 4.0


International License (CC BY-NC 4.0)
287
http://infor.seaninstitute.org/index.php/infokum/index
JURNAL INFOKUM, Volume 10, No.3, Agustus 2022 ISSN : 2302-9706

Figure 3. Research Flowchart


4. Analysis
The preventive maintenance discussed in this chapter is the measurement of vibrations on the
water machine of the feed pump. Predictive maintenance application to the feedwater pump is done
by measuring vibrations at the radial (vertical and horizontal) and axial points.

Figure 4. Vertical Vibration Measurement

INFOKUM is licensed under a Creative Commons Attribution-Non Commercial 4.0


International License (CC BY-NC 4.0)
288
http://infor.seaninstitute.org/index.php/infokum/index
JURNAL INFOKUM, Volume 10, No.3, Agustus 2022 ISSN : 2302-9706

Figure 5. Axial Vibration Measurement


Measurements using the VibXpert vibration tool. The following are the steps to perform a vibration
test on the feedwater pump machine in the boiler at the Pangkalan Susu PLTU.

Figure 6. Steps to Use VibXpert

Based on data obtained by the author from the Pangkalan Susu PLTU, the last vibration
measurement on 27/01/2022 measured a velocity of 4.04 mm/s (ISO 10816-3/B), which was elevated
due to sound anomalies prior to the measurement.
The increase in the last vibration measurement of 4.04 mm/s did not exceed the established
alarm limit of 0 - 7.1 mm/s. Although the alarm limit was not reached, the increase indicates that the
vibration level in the feed pump water is indicative of damage. To analyze the damage, we can read
through the spectrum after measuring the last feed water.
In reviewing and analyzing the vibrations, we look for the cause of the vibrations. In the
analysis, there are two basic things that must be known, namely the source (source of the problem).
The source is the main cause of the vibrations and the severity, which is the consequences that result
from the source of the problem.
The main causes of vibration and the resulting equipment problems are as follows.
1. Unbalance
2. Misalignment
3. Looseness
4. Bent shaft
5. Damage to the rolling bearing
INFOKUM is licensed under a Creative Commons Attribution-Non Commercial 4.0
International License (CC BY-NC 4.0)
289
http://infor.seaninstitute.org/index.php/infokum/index
JURNAL INFOKUM, Volume 10, No.3, Agustus 2022 ISSN : 2302-9706

Figure 7. Spectrum misalignment

Figure 7 shows the total vibration value of the BFWP on the vertical side of 4.04mm/s (ISO10816-
3A) at 3X Rpm. Vibrations in the vertical direction with a calculation of 3X Rpm indicate that the
BFWP has a misalignment in the coupling between the motor and the gearbox. To determine the type
of system damage based on the frequency spectrum, you can use the reference in the vibration
analysis table above.

CONCLUSIONS
The conclusion is after studying vibration measurements on the boiler feedwater pump
machine at PT. PLTU Pangkalan Susu are as follows The maintenance of the boiler feed water pump
is done by predictive maintenance with vibration monitoring, After analyzing the vibration spectrum
of the boiler feed pump with the occurrence of a speed level of 3X with a total value of 4.04 mm/s, it
can be concluded that the nature of the damage leads to misalignment, In the future, do not just do
vibration measurements. For example, also check lubrication, friction, and wear, Carry out planned
maintenance so that the machine can work effectively.

REFERENCES
[1] Aryza, S. (2018). a Novelty of Quality Fertilizer Dryer Based on Solar Cell and Ann.
[2] Aryza, S., Irwanto, M., Lubis, Z., Siahaan, A. P. U., Rahim, R., & Furqan, M. (2018). A Novelty
Design Of Minimization Of Electrical Losses In A Vector Controlled Induction Machine
Drive. In IOP Conference Series: Materials Science and Engineering (Vol. 300, No. 1, p.
012067). IOP Publishing.
[3] Assauri, S. 2008. Production and Operations Management. Revised edition 2008. Jakarta: Faculty
of Economics, University of Indonesia.
[4] Daryus, Asyria. 2007, Dictate of Machinery Maintenance Management, Darma Persada
University, Jakarta.
[5] Hamid, Abdul., Dr. B. Eng. 2012. "PRACTICAL MECHANICAL VIBRATION theory and
practice". Yogyakarta. Graha Ilmu
[6] Hamsi, Alfian. (2001) Report on the Preparation of Factory Maintenance Textbooks for Students
of the Department of Mechanical Engineering, Faculty of Engineering, USU. Medan.
[7] Huda, Nazaruddin, Dovani Mario. 2015. Analysis of Rotodynamic Sound Due to Unbalance,
Misalignment, and Looseness. National Journal. Riau University, October 2015.
[8] Putra Kadek Dwi Permana, Taufik Ahmad, Saefudin Encu. 2016. Analysis of Shaft Vibration on
Motors and Pumps Experiencing Misalignment. National Journal. Bandung National Institute
of Technology, January 2016.
[9] Tampubolon P, Manahan. 2004. Operations management. First Edition. Ghalia Indonesia, Jakarta.

INFOKUM is licensed under a Creative Commons Attribution-Non Commercial 4.0


International License (CC BY-NC 4.0)
290
Jurnal MEDIA ELEKTRIK, Vol. 20, No. 2, April 2023
p-ISSN:1907-1728, e-ISSN:2721-9100

ANALISIS PREDICTIVE MAINTENANCE PADA MOTOR HIGH PRESSURE OIL


PUMP (HP OIL PUMP) DENGAN MONITORING VIBRASI DI PLTU BARRU

Wisna Saputri Alfira WS 1


1
Program Studi Teknik Listrik, Politeknik Negeri Ujung Pandang
alfirasaputri@poliupg.ac.id

ABSTRAK
Operation and Maintenance Service Unit (OMU) Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU) Barru merupakan salah
satu penyedia jasa kelistrikan sebagai pembangkit. PLTU Barru sebagai pembangkit, memiliki komponen
peralatan utama dan komponen pendukung, salah satunya adalah motor high pressure oil pump (HP oil
pump). Hp oil pump harus beroperasi dalam kondisi baik sehingga dapat beroperasi secara optimal dan
tidak menghambat proses penyaluran listrik ke konsumen. Oleh karena itu, perlu dilakukan pencegahan
dalam bentuk perawatann dengan melakukan predictive maintenance agar tidak terjadi kerusakan atau
downtime yang tidak terencana melalui pemantauan vibrasi. Tujuan penelitian untuk mengindentifikasi
penyebab terjadinya vibrasi pada motor dan menentukan kelayakan motor berdasarkan analisa vibrasi yang
dihasilkan menggunakan spektrum. Adapun metode yang digunakan yaitu Vibrasi Overall atau vibrasi
velocity dan spektrum vibrasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa vibrasi yang ditimbulkan berasal dari
structural losseness sehingga mengakibatkan terjadinya kerusakan atau kondisi tidak normal pada motor hp
oil pump dan tidak layak untuk dioperasikan, dimana nilai vibrasi sisi NDE dan DE melebihi batas standar
ISO 18016-3 diatas 5 mm/s.
Kata Kunci: Motor HP Oil Pump, Vibrasi, Predictive Maintenance, Spektrum

PREDICTIVE MAINTENANCE ANALYSIS OF MOTOR HIGH PRESSURE OIL PUMP


(HP OIL PUMP) USING VIBRATION MONITORING AT PLTU BARRU

ABSTRACT
Operation and Maintenance Service Unit (OMU) Central Power of Steam Plant (PLTU) in Barru is a
provider of electricity services as a generator. PLTU Barru as a generator certainly has main equipment
components and supporting components, one of which is the high-pressure oil pump motor (HP oil pump).
The hp oil pump must operate in good condition so that it can operate optimally and does not hinder the
process of distributing electricity to consumers. Therefore, it is necessary to carry out prevention in the
form of virginity by carrying out predictive maintenance so that damage or unplanned downtime does not
occur through vibration monitoring. The purpose of this research is to identify the causes of vibration on
the motor and determine the feasibility of the motor based on the vibration analysis generated using the
spectrum. The method used is Overall Vibration or vibration velocity and vibration spectrum. The results
showed that the vibrations generated came from structural lossness resulting in damage or abnormal
conditions on the hp oil pump motor and it was not feasible to operate, where the vibration values of the
NDE and DE sides exceeded the ISO 18016-3 standard limits above 5 mm/s.
Keyword: High Pressure Oil Pump Motor, Vibration, Predictive Maintenance, Spectrum

14
Jurnal MEDIA ELEKTRIK, Vol. 20, No. 2, April 2023
p-ISSN:1907-1728, e-ISSN:2721-9100

PENDAHULUAN kerusakan pada poros dan bantalan, timbulnya


noise, penurunan kapasitas dan ketersediaan,
Di Indonesia perusahaan listrik negara atau meningkatnya pemakaian daya yang dibutuhkan
lebih dikenal dengan PT.PLN (persero) merupakan hingga penurunan efisiensi. Getaran yang timbul
perusahaan perseroan dan sebagai pemegang kuasa secara berlebihan tentu memiliki dampak yang
usaha ketenagalistrikan (PKUK) dengan tugas sangat buruk terhadap motor hp oil pump [4]- [6].
menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum. Secara umum penyebab terjadinya anomali
PT. PLN memiliki subholding dan anak perusahaan getaran pada sebuah peralatan yang berputar adalah
yang mendukung kinerja dan pelayanan unbalance atau imbalance terjadinya pergeseran
perusahanaan dalam berbagai bidang. Salah satu titik pusat massa dari titik pusat putarannya,
subholding dan anak perusahaan PT.PLN adalah ketidaksejajaran, variasi beban (beban besar) yang
PT. PLN Indonesia Power (PT. Indonesia Power) mengakibatkan overload, clearance penampilan
yang memegang peranan strategis dalam sektor vibrasi yang khusus Ketika dilakukan Analisa
ketenagalistrikan dengan kegiatan utama adalah spectrum akan muncul pada 1 x rpmserta harmonic
penyedian solusi energi yang meliputi penyediaan yang tinggi, resonansi, mechanical looseness,
tenaga listrik melalui pembangkit tenaga lsitrik yang masalah pada kelistrikan dan gesekan (rubbing) [3],
terbesar di Indonesia serta pengembang bisnis [7].
Beyond kWh [1]. Oleh karena itu, PLTU Barru sebagai
Salah satu unit pembangkit yang di kelola PT. penyedian tenaga listrik maka perlu dilakukan
PLN Indonesia Power adalah Pusat Listrik Tenaga pencegahan agar tidak terjadi kerusakan atau
Uap (PLTU) Barru Operation and Maintenance downtime yang tidak terencana dengan melakukan
Service Unit (OMU) yang berlokasi di Desa maintenance pada motor high pressure oil pump
Lampoko, Kecamatan Balusu, Kabupaten Barru, miliki PLTU Barru agar ketersediaan listrik
Sulawesi Selatan dengan kapasitas terpasang 2 x 50 terjamin.dan system menjadi optimal. Adapun
MW, yang masing – masing unit terdiri dari Boiler pencegahan yang dilakukan yaitu dengan bentuk
Circulation Fluidized bed) CFB, Steam Turbine, perawatan, dimana dilakukan predictive
Generator dan Kondensator [2]. Setiap unit maintenance pada motor dengan pemantauan
peralatan utama terdapat komponen-komponen getaran atau vibration monitoring. Dimana
pendukung yang harus dijaga agar peralatan tersebut merupakan perawatanyang bersifat pengamatan
dapat beroperasi dengan optimal. Komponen terhadap objek dengan melakukan pengukuran –
tersebut adalah motor high pressure oil pump (HP pengukuran tertentu [8].
oil pump). Penelitian ini bertujuan untuk
Hp oil pump harus beroperasi dalam kondisi mengindentifikasi penyebab terjadinya vibrasi
baik untuk penyedotan oli dari main oil tank (MOT) pada motor dan menentukan kelayakan motor
untuk didorong /dipompakan ke jacking oil pump berdasarkan analisa vibrasi yang dihasilkan
(JOP) sebagai supply oli ke poros turbin sehingga menggunakan spektrum.
berfungsi dalam proses rolling hingga mencapai
putaran 2850 rpm (stop). Untuk menjaga kondisi
tersebut, diperlukan perawatan dan pemeliharaan
sehingga motor hp oil pump tidak mengalami
kerusakan yang dapat menyebabkan sistem pelumas
pada turbin ikut terganggu dan proses produksi
terhambat serta menimbulkan kerugian ekonomis.
Dalam proses pengoperasian, masalah yang
menimbulkan kerusakan diantaranya oleh getaran
atau vibrasi.
Getaran atau vibrasi adalah getaran paksa
atau Gerakan osilasi (bolak balik) yang terjadi
karena rangsangan gaya luar dan berulang dari
bagian suatu mesin yang elastis dari posisi
kesetimbangan statis (posisi diam) pada interval Gambar 1. Vibration Standard for Velocity ISO
tertentu jika kesetimbangan tersebut terganggu 10816-3[9]
oleh adanya gaya gerakan badan mesin [3]. Getaran
yang ditimbulkan oleh peralatan akan memberikan
petunjuk tentang kondisi peralatan tersebut.
Getaran atau vibrasi dapat mengakibatkan
15
Jurnal MEDIA ELEKTRIK, Vol. 20, No. 2, April 2023
p-ISSN:1907-1728, e-ISSN:2721-9100

METODE PENELITIAN mendiagnosis (analisa) sumber penyebab


dominan vibrasi dari suatu mesin (misalnya
Pada penelitian ini metode yang digunakan
vibrasinya cenderung tinggi karena
adalah metode monitoring condition dengan missalignment). Pengukuran spektrum vibrasi
pengumpulan melalui observasi pengukuran suhu, ini biasanya dilakukan jika nilai vibrasi overall
vibrasi overall dan spektrum vibrasi. Vibrasi sudah relatif tinggi. Hasil pengukuran berupa
Overall atau vibrasi velocity, dengan satuan mm/s, grafik dengan sumbu Y menunjukkan
digunakan untuk mengetahui kondisi umum amplitude (nilai) vibrasi, dan sumbu X
kelayakan mesin yang beroperasi berdasarkan nilai menunjukkan frekuensi vibrasinya. Dari
efektif kecepatan getaran (2 mm/s) kebawah, frekuensi (dan amplitude) itulah dapat dikenali
menandakan vibrasi pada motor tergolong baik dan tipikal kegagalan suatu mesin, misalnya:
(3-4 mm/s) menandakan kondisi vibrasi dari mesin unbalance, misalignment, shaft bending,
dalam batas toleransi hanya dapat dioperasikan electric motor, rotating loosesnes, mechanical
dengan waktu terbatas serta (5 mm/s) keatas looseness, rolling element bearing, dan
menandakan vibrasi pada mesin dalam batas kerusakan lainnya.
berbahaya sehingga menimbulkan kerusakan pada 3. Pengukuran Suhu digunakan untuk
mesin yang diatur dalam standar ISO 10816-3
meminimalisir timbulnya high temperature, ini
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.
terjadi diakibatkan karena sistem pelumasan
Sedangkan spektrum vibrasi dalam satuan
tidak maksimal hal ini dapat dikenali dari
amplitude mm/s (inch/s) dan frekuensi cpm (cycle
tipikal kegagalan suatu bearing, misalnya.
per minute) atau Hz pada rentang frekuensi 10Hz –
Kerusakan Lintasan Luar (Ball Pass
200Hz (600 sampai 1200 RPM), digunakan untuk
Frequency Outer), Kerusakan Lintasan Dalam
mendiagnosis (analisa) sumber penyebab domain
(Ball Pass Frequency Inner), Kerusakan
vibrasi dari suatu mesin [9]. Elemen Bergulir (Ball Spin Frequency),
Keterangan:
Kerusakan Sangkar (Fundamental Train
Zona : Vibrasi dari mesin sangat baik dan Frequency).
Hijau A dibawah vibrasi yang diizinkan
Zona : Vibrasi dari mesin baik dan dapat B. Hasil Pengumpulan Data
Hijau B dioperasikan karena dalam batas yang Tahapan ini, telah dilakukan pengumpulan data
diizinkan. dengan melakukan pengukuran vibrasi di tiga titik
Zona : Vibrasi dari mesin dalam batas yaitu horizontal, vertical (arah yang tegak lurus
Hijau C toleransi dan hanya dioperasikan dengan poros peralatan dan berjarak 90°) dan axial
dalam waktu tertentu (arah yang sejajar dengan poros peralatan). Berikut
Zona : Vibrasi dari mesin dalam batas lokasi titik pengukuran yang telah ditentukan dapat
Hijau D berbahaya dan kerusakan dapat
dilihat pada Gambar 2. Adapun data yang telah
terjadi.
dikumpulkan sebagai bentuk tindakan condition
A. Metode Pengukuran monitoring ditampilkan pada Tabel 1 dan Tabel 2.
Proses pengukuran secara umum untuk Data tersebut didapat dengan melakukan
pengukuran vibrasi dilakukan dengan 2 tahap yaitu pengukuran berdasarkan titik pengukuran vibrasi
vibrasi overall dan spektrum vibrasi, tetapi yang ditunjukkan pada gambar 2 dengan 3 posisi
pengukuran temperature perlu dilakukan. arah pengukuran yaitu horizontal, vertical dan
1. Vibrasi overall, atau vibrasi velocity, dengan axial. Kemudian data pengukuran divalidasi
satuan mm/s atau inch/s RMS (root-mean- berdasarkan ISO 10816-3.
square), digunakan untuk mengetahui kondisi TABEL 1. DATA HASI SPEKTRUM VIBRASI MOTOR HP
umum kelayakan mesin yang beroperasi. OIL PUMP PADA BERBAGAI POSISI PENGUKURAN
Berdasarkan standar yang digunakan, yaitu Sisi NDE Sisi DE
ISO 10816-3, yang dimana nilai ketentuan V1 H1 A1 V1 H2 A2
getarannya (2 mm/s) kebawah, menanandakan 5.46 4.94 3.89 4.39 3.28 3.63
vibrasi pada motor tergolong baik, dan (3 - 4 1.46 2.08 2.48 1.34 3.99 2.23
mm/s), menandakan kondisi vibrasi dari mesin
dalam batas toleransi dan hanya dioperasikan 6.34 3.12 6.11 3.46 3.05 4.38
dengan waktu yang terbatas, kita nilai 4.61 2.25 5.95 1.20 3.04 3.63
vibrasinya (5 mm/s) keatas, menandakan 4.34 5.31 7.25 4.75 4.75 6.75
vibrasi pada mesin dalam batas berbahaya dan
7.94 11.74 6.93 3.73 3.73 1.73
kerusakan dapat terjadi pada mesin.
2. Spektrum vibrasi dengan satuan amplitude 1.38 16.97 5.13 6.20 14.79 6.28
mm/s (atau inch/s) dan frekuensi cpm (cycle 1.21 1.36 2.76 2.32 2.25 1.52
per minute) atau Hz, digunakan untuk
16
Jurnal MEDIA ELEKTRIK, Vol. 20, No. 2, April 2023
p-ISSN:1907-1728, e-ISSN:2721-9100

Sisi NDE Sisi DE


V1 H1 A1 V1 H2 A2
6.98 4.14 5.23 4.28 1.87 1.12
4.65 4.30 5.85 3.11 1.23 1.14
4.45 3.98 5.69 3.19 1.23 1.14

TABEL 2. DATA HASI SPEKTRUM VIBRASI FAN/PUMP


PADA BERBAGAI POSISI PENGUKURAN
Sisi NDE Sisi DE
V3 H3 A3 V4 H4 A4
2.96 4.39 3.55 3.44 3.83 3.50
2.58 2.81 2.60 1.55 2.06 3.10
5.04 4.10 3.63 4.82 3.00 5.30
4.62 4.25 3.73 4.69 2.44 5.35
4.79 3.03 6.13 5.92 4.01 6.70 Gambar 2. Titik pengukuran vibrasi pada Motor
3.96 2.95 7.22 8.56 6.44 8.85 HP Oil Pump
5.02 4.09 3.55 7.29 4.58 5.30
2.02 1.06 1.57 2.40 2.99 2.60
3.30 4.22 2.23 2.28 3.21 3.11
2.33 3.40 3.21 4.19 2.10 2.51
3.33 3.40 3.21 3.99 4.10 4.51

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan hasil pengukuran vibrasi pada
motor Hp Oil Pump didua sisi dan tiga titik yaitu sisi
pertama NDE dan sisi kedua DE motor, arah, Gambar 3. Spektrum vibrasi Motor HP Oil
vertical, horizontal dan axial. Berikut merupakan Pump sisi NDE arah vertical.
hasil spektrum pengukuran vibrasi motor Hp Oil
Pump sisi NDE dan sisi DE.
Grafik pada Gambar 3. terlihat karakteristik
spektrum misalignment 1X = 1,38mm/s, 2X =
0.51mm/s, 3X = 0,24mm/s dan RPM = 2970
(49,50Hz) dengan dominan 1X = 1,38 mm/s
sehingga bisa dikategorikan sebagai masalah
unbalance dan masalah pada structural lossnes.
Untuk sisi NDE arah horizontal dapat dilihat pada
Gambar 4 dimana, pengukuran spektrum dengan
karakteristik spektrum structural lossnes 1X =
16,97 mm/s dan masuk dalam kategori unbalance. Gambar 4. Spektrum vibrasi Motor HP Oil
Dari arah axial karakteristik spektrum yang Pump sisi NDE arah horizontal
dihasilkan adalah misalignment X1 = 5,13mm/s, 2X
= 1,94 mm/s, 3X = 0,49 mm/s dengan dominan X1
sehingga dikategorikan sebagai masalah unbalance
dan masalah structural lossnes yang ditampilakan
pada Gambar 5.

Gambar 5. Spektrum vibrasi Motor HP Oil Pump


sisi NDE arah axial

17
Jurnal MEDIA ELEKTRIK, Vol. 20, No. 2, April 2023
p-ISSN:1907-1728, e-ISSN:2721-9100

Sisi kedua yaitu DE dari arah vertikal dengan misalignment kondisi pondasi yang tidak rata,
hasil karakteristik spektrum pengukuran vibrasi unbalance posisi pondasi di titik NDE dan DE tidak
adalah bent saft 1X = 6,20 mm/s, 2X = 2,61 mm/s, seimbang, bant shaft kondisi motor tidak seimbang,
tetapi lebih dominan 1X dikategorikan ke masalah kondisi kopling motor dan pompa tidak sejajar
unbalance dan masalah pada structural lossnes. sehingga menimbulkan saft diposisi up pada motor,
Arah Horizontal hasil karakteristik spektrumnya dan structural lossnes campuran semen kurang kuat
adalah structural lossnes 1X = 14,79 mm/s dengan mengakibatkan pondasi besi pada motor tidak cukup
kategori masalah unbalance. Sedangkan untuk arah kuat untuk mencengkram sehingga menimbulkan
axial disisi DE, bent saft 1X = 6,28 mm/s, 2X = 1,66 vibrasi pada motor.
mm/s, dengan lebih dominan 1X sehingga bisa
dikategorikan ke masalah unbalance dan masalah SIMPULAN
pada structural lossnes. Hasil tersebut masing – Monitoring Vibrasi yang dilakukan pada motor
masing ditampilkan pada Gambar 6 sampai dengan High Pressure Oil Pump (Hp Oil Pump) mengalami
Gambar 8 sebagai berikut: beberapa kegagalan atau masalah yang diakibatkan
oleh structural lossnes yang menjadi penyebab
utama timbulnya vibrasi tinggi pada motor dan
berkaitan dengan batas nilai vibrasi yang diijinkan,
untuk nilai vibrasi motor Hp Oil Pump sisi NDE
vertical 1,38 mm/s, horizontal 16,97 mm/s, axial
5,13 mm/s, dan sisi DE vertikal 6,20 mm/s,
horizontal 14,79 mm/s, axial 6,28 mm/s, dengan
mengacu pada standar ISO 18016-3 dinyatakan
motor tidak layak dioperasikan karena berbahaya
dan dapat merusak peralatan.
Gambar 6. Spektrum vibrasi Motor HP Oil Pump
sisi DE arah vertical DAFTAR PUSTAKA
[1] PT. PLN (Persero)
https://web.pln.co.id/tentang-kami/profil-
perusahaan.
[2] Electric Engineering Technical Service
Subsidiary of Wuhan Qingyuan Electric
Co.,Ltd. 2012. Operational Manual Turbine.
PLTU Sulawesi Selatan 2 x 50 MW Coalfired
Steam Power Plant.
[3] Alfalah, Win. Pemeliharaan Preventif Pompa
Vakum STG PLTGU Unit 1 Tambak Lorok
Semarang. Jurnal PowerPlant, 2018, 6.2: 117-
Gambar 7. Spektrum vibrasi Motor HP Oil Pump 138
sisi DE arah horizontal
[4] Carnegie, Novrian, et al. Analisa Level
Getaran Cooling Water Pump 1 Jenis
Sentrifugal. Rekayasa Mekanika: Mechanical
Engineering Scientific Journal, Pure and Inter
Disciplinary, 2020, 4.1: 25-32 Available:
https://ejournal.unib.ac.id/rekayasamekanika/a
rticle/download/13275/6457.
[5] William T. Thomson, Dra. Lea Prasetio, M.Sc.:
Teori Getaran dengan Penerapan, Edisi kedua,
Jakarta, 1995.
[6] Busono, Pranto. “Analisa Penyebab Terjadinya
Gambar 8. Spektrum vibrasi Motor HP Oil Pump Vibrasi Pompa Sistem Pendingin Sekunder Pa-
sisi DE arah axial 02 Ap001”. Reaktor: Buletin Pengelolaan
Reaktor Nuklir, 2021, 18.1: 40-50
Berdasarkan hasil pengukuran spektrum [7] How To Implement An Effective Condition
vibrasi yang telah di uraikan diatas terdapat 4 tipikal Monitoring Program Using Vibration
kegagalan pada motor Hp Oil Pump yaitu Analysis, James E. Berr.
18
Jurnal MEDIA ELEKTRIK, Vol. 20, No. 2, April 2023
p-ISSN:1907-1728, e-ISSN:2721-9100

[8] I. N. Gusniar, “Optimalisasi Sistem Perawatan


Pompa Sentrifugal Di Unit Utility PT.ABC”,
solusi, vol. 1, no. 01, Jul 2015 Available:
https://journal.unsika.ac.id/index.php/solusi/ar
ticle/view/40/40
[9] Harjono, Rosyid Nuur; Sukmadi, Tedjo;
Karnoto, Karnoto. Pemanfaatan spektrum
vibrasi untuk mengindikasikan kerusakan
motor induksi di pltu indramayu 3 x 330 mw.
Transient: Jurnal Ilmiah Teknik Elektro, 2013,
2.3: 408-414

19
SJoME Vol.3 No. 1, Agustus 2021 E-ISSN 2685-8916

Analisa Kerusakan Pompa OCCWP Pada Pembangkit Listrik


Tenaga Uap 2 x 115 MW

Tambos August Sianturi1,*, Sindak Hutauruk2, Fiktor Sihombing2


1
Prodi Teknik Mesin Universitas HKBP Nommensen Pematangsiantar
2
Prodi Teknik Elektro Universitas HKBP Nommensen, Medan
*tambos.sianturi73@gmail.com

Abstract
The use of pumps in the industrial world, especially in power plants, cannot be
separated from problems that arise that can cause losses. The research was
conducted at PLTU 2 X 115 MW by taking a case that had happened to the pump,
namely the Open Cycle Cooling Water Pump 2A. The analytical method used in
this final project is the vibration analysis method, namely by reading the spectrum
of the data retrieval results so that it can be seen what happens to the equipment
that experiences an increase in vibration.
Bearing damage can be seen in the spectrum image of the measurement results,
where the appearance of the spectrum in the high frequency range is an indication
of bearing damage. And the high vibration which reaches 13.06 mm/s and is
already in the danger category based on ISO 10816-3.
Keywords: pump, bearing, vibration analysis, spectrum, ISO 10816-3.

1. PENDAHULUAN
Pompa adalah suatu alat atau mesin yang digunakan untuk memindahkan cairan
dari suatu tempat ke tempat yang lain melalui suatu media perpipaan dengan cara
menambahkan energi pada cairan yang dipindahkan dan berlangsung secara terus
menerus.
Pompa merupakan salah satu komponen penting pada pembangkit listrik. Pada
pembangkit listrik, pompa digunakan sebagai alat untuk menaikkan tekanan fluida atau
mengalirkan fluida menuju sebuah peralatan lain. Pada pembangkit listrik, pompa
beroperasi 24 jam tanpa henti bahkan saat pembangkit listrik tidak beroperasi pompa
tetap beroperasi untuk menyuplai air pendingin peralatan.
Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, teknik analisa pada
pompa kini lebih mudah, lebih efesien dan lebih cepat. Untuk menganalisa kondisi
pompa kini menggunakan alat yang lebih canggih walaupun sebenarnya harga alat ini
sangat mahal. Salah satu metode yang saat ini digunakan untuk menganalisa pompa
adalah menggunakan metode vibration analysis. Penggunaan alat vibration analyzer
pada pembangkit listrik saat ini sangat penting untuk mengetahui kondisi suatu pompa.
Penggunaan alat Vibration Analyzer memang mahal, tetapi jika dihitung dari segi
masalah kerugian biaya akibat pemeliharaan jangka panjang maka akan lebih
menguntungkan membeli dan menggunakan alat tersebut untuk menganalisa.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka timbul pemikiran penulis untuk melakukan
analisa kerusakan pompa pada PLTU 2 X 115 MW.
Disini peneliti akan membahas tentang cara menganalisa kondisi suatu pompa
menggunakan alat vibration analyzer, dimana analisa menggunakan alat tersebut akan
lebih efisien dan lebih mudah dilakukan. Dari analisa menggunakan alat vibration
analyzer kita dapat menyimpulkan kondisi suatu pompa tanpa harus melakukan
pembongkaran fisik dari pompa tersebut.

46
SJoME Vol.3 No. 1, Agustus 2021 E-ISSN 2685-8916

2. LANDASAN TEORI
Pompa adalah salah satu jenis mesin fluida yang berfungsi untuk memindahkan zat
cair dari suatu tempat ke tempat lain yang diinginkan. Pompa beroperasi dengan
membuat perbedaan tekanan antara bagian masuk (suction) dengan bagian keluar
(discharge). Pompa juga berfungsi mengubah tenaga mekanis dari suatu sumber tenaga
penggerak menjadi tenaga kinetis (kecepatan). Tenaga ini berguna untuk mengalirkan
cairan dan mengatasi hambatan yang ada di sepanjang aliran. Pompa diklasifikasikan
seperti gambar 1 berikut ini.

Gambar 1. Klasifikasi Pompa


(Sumber : Pengklasifikasian Pompa)

2.1. Pompa Perpindahan Positif (Positif Displacment Pump)


Pompa perpindahan positif bekerja dengan cara memberikan gaya tertentu pada
volume fluida tetap dari sisi inlet menuju ke sisi outlet pompa. Kelebihan dari
pengguanaan pompa jenis ini adalah dapat menghasilkan power density (gaya persatuan
berat) yang lebih berat dan memberikan perpindahan fluida yang tetap atau stabil di
setiap putarannya.
Pompa perpindahan positif memiliki tipe yang lebih bervariasi dari pada pompa
dinamik. Secara general pompa perpindahan positif dibagi menjadi dua yaitu jenis
pompa rotary dan jenis reciprocating.
a. Pompa Rotary
Pompa rotary ini memindahkan fluida kerja melalui mekanisme rotary dengan
jalan menimbulkan efek vakum sehingga dapat menghisap fluida kerja dari sisi inlet,
dan memindahkannya ke sisi outlet. Terperangkapnya udara di dalam rotary, secara
natural pompa ini akan mengeluarkan udara tersebut. Jenis pompa rotary antara lain
pompa roda gigi, pompa screw dan pompa kipas.

Gambar 2. Pompa Kipas, Pompa Roda Gigi, Pompa Screw


(Sumber : puballattack.blogspot.co.id/pengertian-pompapompa-kipas.html)

47
SJoME Vol.3 No. 1, Agustus 2021 E-ISSN 2685-8916

2.2. Pompa Dinamik (Dynamic Pump)


Pompa dinamik terbagi menjadi beberapa macam yaitu pompa sentrifugal, pompa
aksial dan pompa spesial efek atau pompa pengaruh khusus. Pompa- pompa ini
beroperasi dengan menghasilkan kecepatan fluida tinggi dan mengkonversi kecepatan
menjadi tekanan melalui perubahan penampang aliran fluida. Jenis pompa ini biasanya
juga memiliki efisiensi yang lebih rendah dari pada tipe pompa perpindahan positif,
tetapi memiliki biaya yang rendah untuk perawatannya. Pompa dinamik juga bisa
beroperasi pada kecepatan yang tinggi dan debit aliran yang juga tinggi. Berikut jenis-
jenis pompa dinamik.
a. Pompa Sentrifugal
Sebuah pompa sentrifugal tersusun atas sebuah impeller dan saluran inlet ditengah-
tengahnya. Dengan desain ini maka pada saat impeller berputar, fluida mengalir menuju
casing disekitar impeller sebagai akibat dari gaya sentrifugal. Casing ini berfungsi untuk
menurunkan kecepatan aliran fluida sementara kecepatan putar impeller tetap tinggi.
Kecepatan fluida dikonversikan menjadi tekanan oleh casing sehingga fluida dapat
menuju titik outlet nya.

Gambar 3. Pompa Sentrifugal


(Sumber : www.insinyoer.com/prinsip-kerja-pompa-centrifugal)

b. Pompa Aksial
Pompa aksial bisa juga disebut dengan pompa propeler. Pompa ini menghasilkan
sebagian besar tekanan dari propeller dan gaya lifting dari sudu terhadap fluida. Pompa
ini banyak digunakan pada sistem drainase dan irigasi. Pompa aksial vertikal single
stage lebih umum digunakan, akan tetapi kadang pompa aksial two stage lebih
ekonomis penerapannya. Pompa aksial horisontal digunakan untuk debit aliran fluida
yang besar dengan tekanan yang kecil dalam alirannya.

Gambar 4. Pompa Aksial


(Sumber : chemicalengginfo.org/2017/05/28/axial-flow-pumps)

48
SJoME Vol.3 No. 1, Agustus 2021 E-ISSN 2685-8916

3. METODOLOGI PENULISAN
Waktu dan Tempat Penelitian
1. Tempat penelitian analisa kerusakan pompa OCCWP ini direncanakan dan
dilaksanakan di PLTU Labuhan Angin di Sibolga, Tapanuli Tengah.
2. Waktu pelaksanaan penelitian analisa kerusakan pompa OCCWP ini diperkirakan
selama 4 (empat) minggu.

3.1. Metode Pengambilan Data Vibrasi


Pada pengukuran getaran diwajibkan dilakukan pada bagian yang tidak
tersembunyi pada mesin yang biasanya lokasi tersebut mudah di akses dan yang
mewakili rambatan gaya pada support struktur, sebagai contoh pada semua main
bearing dari equipment.
Contoh umum lokasi pengukuran ditunjukkan pada gambar 5. Perlu diperhatikan
bahwa dalam konteks ini, untuk memastikan bahwa pengukuran sudah cukup mewakili
getaran bearing housing, dan tidak mengikutsertakan resonansi lokal ataupun
amplifikasi. Lokasi dan arah untuk pengukuran getaran paling tidak harus menyediakan
sensitifitas yang memadai bagi gaya dinamik mesin dalam berbagai macam kondisi
operasi. Seringkali ini akan membutuhkan dua arah pengukuran ortogonal radial pada
masing-masing bearing cap, pedestal atau housing.

Gambar 5. Titik pengukuran pada horizontal equipment assembly


(Sumber : Laptek Vibrasi PUSLITBANG)

dimana :
1 = Bearing NDE Motor
2 = Bearing DE Motor
3 = Bearing DE Pompa
4 = Bearing NDE Pompa
Posisi pengambilan :
H = Horizontal
V = Vertikal
A = Axial
Untuk mengetahui peralatan tersebut dalam kondisi baik, getaran pada peralatan
pembangkit tersebut harus dibawah dari batasan yang telah ditetapkan oleh standard.
Standard yang digunakan pada pengukuran getaran pada peralatan rotary machine
industri umum menggunakan ISO 10816-3.

49
SJoME Vol.3 No. 1, Agustus 2021 E-ISSN 2685-8916

Gambar 6. Standard ISO 1081-3


(Sumber : Laptek Vibrasi PUSLITBANG)

3.2. Bahan dan Alat


3.2.1. Peralatan/instalasi mesin
Pada penelitian yang akan dilakukan kali ini, peralatan yang akan diuji adalah open
cooling cycle water pump pada PLTU Labuhan Angin. Dimana pompa tersebut
berfungsi untuk mengalirkan air pendingin sistem terbuka menuju heat exchanger untuk
mendinginkan air pendingin sistem tertutup.

Gambar 7. Open cooling cycle water pump PLTU Labuhan Angin


(Sumber : foto peralatan di PLTU Labuhan Angin)

50
SJoME Vol.3 No. 1, Agustus 2021 E-ISSN 2685-8916

Tabel 1. Spesifikasi Open Cooling Cycle Water Pump


NO SPESIFIKASI KETERANGAN
1 Type 400CS-20
2 Flow Capacity 1450 m3/H
3 Rotary Speed 1450 r/mnt
4 Head 20 m
5 Motor Power 132 kW
6 Motor Voltage 380 V
7 Motor Ampere 232 A
8 Motor Speed 1485 r/mnt
9 Bearing Pompa SKF 6313

3.2.1. Bearing Pompa


Di sebuah pompa pasti menggunakan bearing atau bantalan yang berfungsi untuk
menumpu dan menahan beban dari poros agar dapat berputar, baik berupa beban radial
maupun beban axial. Bearing juga memungkinkan poros untuk dapat berputar dengan
lancar dan tetap pada tempatnya, sehingga kerugian gesek menjadi kecil. Pada OCCWP
yang ada di PLTU Labuhan Angin menggunakan bearing SKF 6313 pada sisi DE dan
NDE dengan jenis ball bearing.

Gambar 8. Bearing SKF 6313


(Sumber : http://www.skf.com/group/products/ 6313-2Z)

Tabel 2. Spesifikasi Bearing SKF 6313 (berdasarkan data pabrikan)


NO SPESIFIKASI KETERANGAN
1 Outer diameter 140 mm
2 Inner diameter 65 mm
3 Pitch diameter (Pd) 102.5 mm
4 Ball diameter (Bd) 23.8 mm
5 Number of ball (Nb) 8 pcs
6 Contact angle (θ) 0 degree
7 Speed 1450 rpm
8 Frekuensi (F) 24.2Hz

51
SJoME Vol.3 No. 1, Agustus 2021 E-ISSN 2685-8916

3.2.3 Alat Uji


Untuk alat uji yang digunakan untuk melakukan penelitian adalah SKF Microlog
Analyzer AX-Series CMXA 80. Alat ini merupakan peralatan yang digunakan oleh tim
predictive maintenance PLTU Labuhan Angin untuk memonitoring kondisi vibrasi
peralatan yang beroperasi.

Gambar 9. Vibration Analyzer


(Sumber : http://www.skf.com/group/products)

3.3. Diagram Alir Penelitian

MULAI

PERSIAPAN

PENGAMBILAN
TIDAK
DATA
HASIL
YA
ANALISA

KESIMPULAN

REKOMENDASI

SELESAI

Gambar 10. Diagram Alir Penelitian

52
SJoME Vol.3 No. 1, Agustus 2021 E-ISSN 2685-8916

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Analisa Vibrasi
Berdasarkan data pengujian vibrasi pada OCCWP di PLTU Labuhan Angin pada
tanggal 27 Januari 2015, data pengukuran vibrasi menunjukkan adanya nilai High
Frequency Detection (HFD) berada di atas ambang batas pada bagian horizontal bearing
pompa sisi DE (pada titik 3H vel) yang mencapai 13.06 mm/s.

Tabel 3. Hasil Pengukuran Vibrasi


TITIK Hasil Pengukuran
Satuan KET
PENGUKURAN 27-Jan-15
3H vel 13.06 mm/s Danger
3V vel 9.708 mm/s Warning
3A vel 5.807 mm/s
4H vel 7.696 mm/s Warning
4V vel 8.116 mm/s Warning
4A vel 5.227 mm/s
Sumber : hasil pengukuran)

Grafik Pengukuran Vibrasi OCCWP 2A


14
12
10
8
6
4
2
0
3H vel 3V vel 3A vel 4H vel 4V vel 4A vel
hasi pengukuran (mm/s) 13.06 9.708 5.807 7.696 8.116 5.227
batas normal ISO 10816-3 7.1 7.1 7.1 7.1 7.1 7.1

Gambar 11. Grafik hasil pengukuran vibrasi


(Sumber : hasil pengukuran vibrasi)

Nilai standar vibrasi pompa OCCWP 2A berdasarkan ISO 10816-3 adalah 7,1
mm/s sedangkan nilai vibrasi yang terdapat pada pompa OCCWP saat dilakukan
pengukuran adalah 13,06 mm/s dan nilai tersebut masuk ke dalam kategori D (danger).
Peralatan dengan nilai vibrasi yang masuk ke kategori Danger harus segera dilakukan
perbaikan untuk menghindari kerusakan yang lebih ekstrim pada peralatan.
Selain nilai vibrasi yang kita dapat dari penggunaan alat vibration analyzer adalah
spektrum vibrasi. Gambar 12 adalah hasil spektrum dari pengukuran terhadap OCCWP
2A.

53
SJoME Vol.3 No. 1, Agustus 2021 E-ISSN 2685-8916

Gambar 12. Grafik Spektrum vibrasi OCCWP 2A


(Sumber : hasil pengukuran)

Dari gambar diatas kita mendapatkan data sebagai berikut :


1) Nilai vibrasi : 13.06 mm/s
2) Amplitudo : 9.848
3) Frequensi : 8925 Hz
4) Orde : 5,95
Kerusakan bearing dimulai ketika spektrum muncul pada frekuensi tinggi (20 kHz -
60 kHz) sampai akhirnya menuju ke frekuensi rendah. Di mana apabila spektrum
tersebut sudah memasuki frekuensi rendah dan random, maka telah sampai pada tingkat
kerusakan yang parah.
Analisa spectrum pada sisi pump inboard horizontal menunjukkan peak spektrum
vibrasi muncul pada frekuensi 5.95x orde dengan noise floor disekitaran spektrum
dominan. Dari analisa pola dan karakteristik spektrum menunjukkan adanya indikasi
bearing defect pada pompa.
Untuk mengidentifikasi jenis karakteristik frekuensi cacat bantalan (bearing) dapat
dihitung dengan pendekatan menggunakan persamaan sebagai berikut :
(1) BPFI (ball pass frequency inner race)

BPFI = (𝑁𝑏2) x F x (1 + 𝐵𝑑
𝑃𝑑
𝑥 𝐶𝑜𝑠 𝜃)
= ( 82 ) x 24.2 x (1 + 102.5
23.8
𝑥 𝐶𝑜𝑠 0)
= 119.28 atau (4.92 x orde)

(2) BPFO (ball pass frequency outer race)

BPFO = (𝑁𝑏2) x F x (1 - 𝐵𝑑
𝑃𝑑
𝑥 𝐶𝑜𝑠 𝜃)

= ( 82 ) x 24.2 x (1 - 102.5
23.8
𝑥 𝐶𝑜𝑠 0)

= 74.53 atau (3.08 x orde)


(3) FTF (Fundamental train frequency)

54
SJoME Vol.3 No. 1, Agustus 2021 E-ISSN 2685-8916

FTF = (𝐹2) x (1 - 𝐵𝑑
𝑃𝑑
𝑥 𝐶𝑜𝑠 𝜃)

= (24.2
2
23.8
) x (1 - 102.5 𝑥 𝐶𝑜𝑠 0)

= 9.29 Hz atau (0.38 x orde)


(4) BSF (ball spin frequency)

) x F x (1 – (𝑃𝑑 𝑥 𝐶𝑜𝑠 𝜃) )
𝑃𝑑 𝐵𝑑 2
BSF = (2𝐵𝑑
) x 24.2 x (1 – (102.5 𝑥 𝐶𝑜𝑠 0)2)
102.5 23.8
= (2𝑥23.8
= 48.98 Hz atau (2.02 x orde)
Keterangan:
(Berdasarkan tabel 2. Spesifikasi bearing SKF 6313)
Pd :Pitch diameter
Bd :Ball diameter
Nb:Number of ball
θ :Contact angle
F :Frekuensi
Tabel 4. Corresponding Frequency (order)

Speed Corresponding Frequency (order)


24.2 Hz n1 n2 n3 n4 n5 n6 n7 n8 n9 n10
BPFI 4.92 9.84 14.76 19.68 24.6 29.52 34.44 39.36 44.28 49.2
BPFO 3.08 6.16 9.24 12.32 15.4 18.48 21.56 24.64 27.72 30.8
FTF 0.38 0.76 1.14 1.52 1.9 2.28 2.66 3.04 4.42 3.8
BSF 2.02 4.04 6.06 8.08 10.1 12.12 14.14 16.16 18.18 20.2
Speed Corresponding Frequency (order)
24.2 Hz n11 n12 n13 n14 n15 n16 n17 n18 n19 n20
BPFI 54.12 59.04 63.96 68.88 73.8 78.72 83.64 88.56 93.48 98.4
BPFO 33.88 36.96 40.04 43.12 46.2 49.28 53.36 55.44 58.52 61.6
FTF 4.18 4.56 4.94 5.32 5.7 6.08 6.46 6.84 7.22 7.6
BSF 22.22 24.24 26.26 28.28 30.3 32.32 34.34 36.36 38.38 40.4
Sesuai dengan spesifikasi bearing SKF 6313 dan hasil perhitungan frekuensi elemen
bearing di dapat data seperti berikut :
 BPFI berada di frekuensi 4.92
 BPFO berada di frekuensi 3.08
 FTF berada di frekuensi 0.38
 BSF berada di frekuensi 2.02

55
SJoME Vol.3 No. 1, Agustus 2021 E-ISSN 2685-8916

Meski bearing diproduksi menggunakan teknologi tinggi, namun bearing juga tetap
memiliki ketidaksempurnaan dan menghasilkan getaran. Biasanya karakteristik
frekuensi elemen bearing akan mengalami sedikit pergeseran berdasarkan putaran
peralatan dan beban kerja peralatan.
Hasil perhitungan frekuensi komponen bearing menunjukkan bahwa frekuensi
spektrum yang muncul pada 5.95x orde merupakan frekuensi BSF (ball spin frequency).
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa corespondency frequency BSF pada n3 adalah
6.06x orde. Nilai ini yang paling mendekati dari frekuensi spectrum dominan yang
muncul di 5.95x orde diantara yang lainnya.

4.2 Penyebab Kerusakan Bearing Pompa


Setelah kita ketahui kerusakan yang terjadi pada bearing OCCWP 2A
menggunakan analisa vibrasi maka selanjutnya perlu dicari penyebab terjadinya
kerusakan bearing yang ada pada pompa tersebut.
Untuk mencari akar permasalahan pada kasus ini kita menggunakan metode fish
bone diagram. Menurut Dr. Kaoru Ishikawa diagram tulang ikan atau fishbone adalah
salah satu metode/tool di dalam meningkatkan kualitas. Sering juga diagram ini disebut
dengan diagram sebab-akibat atau cause effect diagram.
Fungsi dasar diagram fishbone adalah untuk mengidentifikasi dan mengorganisasi
penyebab-penyebab yang mungkin timbul dari suatu efek spesifikasi dan kemudian
memisahkan akar penyebabnya.
Berikut adalah diagram tulang ikan yang menjelaskan beberapa kemungkinan
penyebab permasalahan :

VIBRASI BEARING POMPA


BENDING SHAFT
PEMASANGAN BEARING

MISS ALLIGMENT SISTEM GREASE


PEMELIHARAAN BEARING
SIRKULASI GREASE
KAVITASI

JENIS BEARING
LEVEL PONDASI
PENGGANTIAN GREASE PENCEMARAN GREASE

KERUSAKAN OCCWP
PASOKAN MCWP

ELEKTRIK FILTER OCCWP PENGGANTIAN SEALING


PEMASANGAN SEALING

PEMELIHARAAN SEALING

SIRKULASI OCCWP KEBOCORAN SEALING

Gambar 13. Diagram tulang ikan

Berikut ini adalah penjelasan penyebab terjadinya kerusakan bearing pada OCCWP:
Kebocoran sealing yang terjadi pada OCCWP 2 sangat berpengaruh besar terhadap
kerusakan yang terjadi pada pompa tersebut. Air yang keluar dari kebocoran sealing
tersebut adalah air laut. Air laut yang bersifat korosi akan merusak setiap peralatan yang
terkena air laut itu sendiri baik baseplate, bearing, rumah pompa motor dan lainnya
yang berada disekitar area yang terkena air laut tersebut.
Air laut yang masuk ke dalam bearing housing (rumah bearing) penyebab utama
terjadinya kerusakan pada bearing yang selanjutnya menimbulkan vibrasi yang tinggi
pada pompa.

56
SJoME Vol.3 No. 1, Agustus 2021 E-ISSN 2685-8916

Gambar 14. Kebocoran Sealing Pada OCCWP 2A

5. KESIMPULAN
Melihat data yang diperoleh dari pengambilan data dan pembahasan analisa yang
telah dilakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Kerusakan pada peralatan berputar, dalam hal ini kerusakan bearing pada pompa
dapat dideteksi dengan bantuan spektrum vibrasi.
2. Tingginya nilai vibrasi OCCWP 2A setelah dianalisa terjadi kerusakan pada
bearing bagian BSF (ball spin frequency).
3. Kebocoran yang terjadi pada sealing pada OCCWP 2A merupakan penyebab
terjadinya kerusakan pada bearing.
4. Dengan mendeteksi dini kerusakan pada peralatan menggunakan monitoring vibrasi
dapat mengurangi cost maintenance akibat rusaknya sebuah peralatan.

6. DAFTAR PUSTAKA
1. Girdhar, Paresh. 2004. Practical Machinery Vibration Analysis and Predictive
Maintenance. Elsevier. Burlington.
2. Harris, Tedric A and Michael N. Kotzalas. 2007. Essential Concepts of Bearing
Technology. CRC Press Taylor & Francis Group. United States of America.
3. Pruftechnik. 2002. An engineer‟s guide – Making the maintenance better (Edition 8).
Ismaning: Pruftechnik group
4. Robichaud J Michael, P.Eng. Reference Standards for Vibration Monitoring and
Analysis. Bretech Engineering Ltd., 70 Crown Street, Saint John, NB Canada.
5. Schniederjans Mare J, Jamie L. Hamaker, Ashlyn M. Schiederjans. 2004. Information
Technology Investment: Decision-making Methodology. World Scientific Publishing
Co.Pte.Ltd.Singapore.
6. Taylor, James I.2003. The vibration analysis hand book (1st edition).USA : Vibration
consultants.

57

Anda mungkin juga menyukai