Anda di halaman 1dari 11

SOFT STARTER

PAPER
Diajukan untuk memenuhi Tugas
dalam Mata Kuliah Teknologi Pemeliharaan dan Perbaikan

Oleh:
YOGA PRATAMA

(131321061)

PRODI D3 TEKNIK LISTRIK


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2015
1. Pengertian dan Funsi Soft Starter

Soft starting merupakan metode pengasutan yang bekerja dengan cara mengurangi
tegangan pengasutan motor induksi dan kemudian menaikkan tegangan secara bertahap
sampai tegangan penuh. Metode soft starting ini menjadi solusi atas tingginya nilai arus
saat pengasutan motor induksi dan merupakan metode yang nilai arus pengasutannya
rendah. Bisa dilihat dalam grafik dibawah ini :

Gambar 1, perbandingan Ist metode DOL, wye delta dan soft starting
Diambil dari : Riyadi, Dwi H, Soft Starting Motor Induksi 3 Fasa, Semarang
2. Elemen Dasar Soft Starter
Rangkaian soft starting dipasang seri dengan suplai tegangan ke motor. Soft
starting terdiri dari komponen solid state yang berupa SCR / thyristor yang dipasang anti
paralel untuk mengatur tegangan yang masuk ke motor secara bertahap sampai tegangan
penuh. Dalam penelitian ini penggunaan thyristor anti parallel diganti dengan triac karena
triac adalah komponen yang tersusun sedemikian rupa dari dua buah thyristor.

Gambar 2, Rangkaian Dasar Soft Starter


Diambil dari : Riyadi, Dwi H, Soft Starting Motor Induksi 3 Fasa, Semarang
Dengan mengatur variasi sudut picu tegangan () , V0 dapat divariasikan dari 0 V
sampai dengan VS. Dengan rangkaian kendali yang tepat dapat dicapai pengendalian arus
motor atau waktu waktu percepatan yaitu dengan mengenakan pulsa gerbang ke triac
pada waktu yang berbeda dalam setiap setengah siklus tegangan sumber. Untuk
mendapatkan nilai tegangan bertahap dari nol sampai tegangan penuh, maka pemicuan
terhadap triac harus dimulai dari sudut 1800 sampai 00.

3. Diagram dan Mekanisme Operasi Soft Starter

Gambar 3, Diagram motor starter


Diambil dari : Riyadi, Dwi H, Soft Starting Motor Induksi 3 Fasa, Semarang

Dengan metode soft starting, diharapkan tegangan dan arus dari sumber tenaga
dapat mengalir masuk kedalam motor secara bertahap, sehingga Motor tidak menarik
arus starting yang terlalu besar. Sehingga diharapkan motor akan aman dan berumur
lebih lama.
4. Pendekatan Pemeliharaan yang dipilih untuk Soft Starter
Perawatan pencegahan (preventive maintenance) merupakan pencegahan
sistematis, penjadwalan berkala dengan interval tetap, dan melaksanakan pembersihan,
pelumasan, serta perbaikan mesin atau system dengan baik dan tepat waktu. Kegiatan ini
dilakukan untuk mencgah timbulnya kerusakan dan menemukan kondisi yang dapat
menyebabkan system mengalami kerusakan pada saat dipergunakan dalam proses
produksi. Atau dapat diartikan Tindakan yang dilakukan sesuai jadwal yang dibuat
berdasarkan waktu atau operasi mesin yang aktivitasnya adalah mendeteksi,
menghindari, atau mengurangi degradasi komponen atau sistem dengan tujuan
memperpanjang umur manfaatnya melalui pengendalian degradasi sampai tingkat yang

dapat diterima (atau mencegah kegagalan alat sebelum benar-benar terjadi). Dalam
pelaksanaanya, kegiatan perawatan pencegahan dapat dibedakan atas dua macam, yaitu:
a. Perawatan rutin (Routine Maintenance), kegiatan perawatan yang dilakukan
secara rutin, misalnya setiap hari.
b. Perawatan berkala (Periodic Maintenance), kegiatan perawatan yang dilakukan
secara berkala dan dalam jagka waktu tertentu, misalnya setiap satu minggu
sekali, hingga satu tahun sekali. Perawatan ini dapat dilakukan berdasarkan
lamanya jam kerja mesin.
1. Kelebihan Preventive maintenance:
a. Biaya kapital efektif;
b. Pengaturan periode pemeliharaan fleksibel;
c. Life cycle komponen meningkat;
d. Energi hemat (5%);
e. Kegagalan alat atau proses berkurang;
f. Biaya lebih rendah dibandingkan pemeliharaan breakdown (12% hingga
18%).
2. Kelemahan Preventive maintenance:
a. Kegagalan akibat bencana alam masih mungkin terjadi;
b. Melibatkan banyak craftman;
c. Mencakup pelaksaan pemeliharaan yang tidak diperlukan;
d. Berpotensi terjadi kegagalan insidental pada komponen ketika melakukan
pemeliharaan yang tidak diperlukan.
3. Persyaratan Preventive maintenance:
a. Dokumentasi pemeliharaan yang baik;
b. Saling pengertian antara departmen operasi dan departmen pemeliharaan;
c. Craftman yang berkualitas;
d. Program inspeksi yang baik;
e. Program pemeliharaan korektif yang baik;
f. Administrasi yang baik
5. Parameter Sisterm yang perlu ditangani dalam Pemeliharaan
5.1 Debu dan Kotoran
Debu dan kotor yang menumpuk (Dust and Dirt Accumulations) Kain tiras,
debu yang bercampur bahan-bahan kimia, kabut oli serta partikel-partikel yang
mengumpul akan menjadi konduktif ketika terdapat pada insulator dengan

lingkungan yang lembab. Debu dan kotoran-kotoran tersebut akan mempengaruhi


berkurangnya kekuatan isolasi, tracking dan flashovers. Kotoran yang terkumpul
pada kumparan, di dalam thyristor dan komponen soft starter akan menghalangi
airan/sirkula si udaranya sehingga suhu kerja peralatan meningkat. Hal ini akan
berdampak

menurunya efisiensi serta gangguan pada peralatan. Kotoran,

kontaminasi atau pencemaran memang tidak dapat dihindarkan pada perkakasperkakas soft starter. Akan tetapi kontaminasi, kotoran atau pencemaran pada
lingkungan-lingkungan tersebut dapat diminimalkan dengan pembersihan rutin
peralatan yang terjadwal serta penggunaan desain peralatan yang tepat.
5.2 Lembab atau Embun
Lembab atau Embun (Moisture) Kondensasi lembab pada komponen soft
starter dapat menyebabkan oksidasi, penurunan kekuatan isolasi dan kerusakan
koneksi. Kelembaban yang tinggi menghasilkan kondensasi bebas pada peralatan
Soft Starter yang mana dapat mengakibatkan bahaya hubung singkat dan gangguan
tiba-tiba. Idealnya, peralatan soft starter sebaiknya dioperasikan dalam kondisi
ruangan/udara yang kering, akan tetapi kebanyakan bahwa kondisi ini tidak
memungkinkan. Sehingga tindakan pencegahan seharusnya dilakukan untuk
meminimalkan pintu masuk kelembaban dengan menggunakan penutup mesin yang
tepat dan pemanas ruangan yang sesuai.
5.3 Loose Connections
Sambungan-sambungan/koneksi listrik sebaiknya dijaga tetap kencang, kuat
dan sesuai standar yang diijinkan. Creep or cold flow selama siklus beban adalah
penyebab utama gangguan/kegagalan serentak. Semua Perangkat Soft Starter
sebaiknya diperiksa kekendorannya akibat getaran dan mesin beroperasi normal.
Sambungan kabel dan dudukan sekering adalah area yang biasanya loose
connections ditemukan. Kontaktor-kontaktor dan circuit breakers juga sebaiknya
diperiksa kekencangannya secara rutin.
6. Metode Monitoring Yang Diperlukan
Metode monitoring yang dilakukan pada parameter fisik dan kinerja soft starter
yaitu :
1. Untuk parameter fisik soft starter seperti kotoran dan debu pada fisik komponen,
korosi pada fisik thysistor dan genangan air pada lingkungan sekitar thysistor

dilakukan dengan cara monitoring visual untuk memastikan apakah soft starter
masih dalam keadaan yang baik atau tidak ditinjau dari parameter fisik.
2. Untuk parameter kinerja dilakukan monitoring yaitu
1) Pada parameter temperature dilakukan monitoring dengan cara mengukur
temperature pada soft starter.
2) Pada parameter tegangan dan arus circuit dilakukan monitoring dengan cara
mengukur tegangan dan arus circuit pada rangkaian soft starter.
3) Pada parameter tahanan isolasi dilakukan monitoring dengan cara mengukur
besar tahanan isolasi pada motor kapasitor 1 fasa kemudian membandingkan
dengan standar yang berlaku.
7. Penjadualan Pemeliharaan
Penjadualan preventive manitenance ini terbagi menjadi 2 :
1. Penjadualan rutin yaitu setiap hari , pemeliharaan yang dilakukan hanya monitoring
visual pada Rangkain Soft Starter.
2. Penjadualan berkala terbagi menjadi 2 yaitu
a. 1 minggu sekali, pemeliharaan yang dilakukan meliputi cleaning service
pembersihan kondisi fisik Komponen komponeen soft starter dan situasi
lingkungannya.
b. 1 bulan sekali, pemeliharaan yang dilakukan meliputi pengecekan dan pengukuran
temperatur, tegangan, arus, kecepatan dan tahanan isolasi
Suatu pemeliharaan preventif hanya dapat efektif apabila rencana yang sudah
baik dilaksanakan secara teratur. Perencanaan meliputi kefahaman terhadap sistem
kelistrikannya, penentuan dan pemilihan skala prioritas keperluan pemeliharaan
peralatan/mesin,

selanjutnya

dengan

penyusunan

suatu

jadwal

pemeliharaan.

Pemeriksaan, pengujian, perawatan dan perbaikan peralatan umumnya dijadwalkan


selama periode shutdown produksi normal. Kesimpulan dari sebuah studi gangguan yang
dilakukan oleh IEEE mengindikasikan bahwa suatu jadwal tahunan cukup untuk sebagian
peralatan listrik. Catatan terkecuali circuit breakers dan soft starter yang lebih sering
penggunaannya. Dalam hal tersebut sebaiknya diperiksa setiap enam bulan. Tidak
sedikait manufaktur yang terkadang sudah menentukan sebuah jadwal pemeliharaan dan
mengusulkan untuk spare parts/ suku cadang dalam list.
8. Alat Bantu Ukur Yang Diperlukan

Alat bantu ukur yang diperlukan untuk preventive maintenance ini yaitu
1. Thermometer untuk mengukur suhu dan kelembaban.
2. Multimeter untuk mengukur tegangan circuit dan arus circuit yang berguna untuk
pengecekan dan membantu melacak troubleshooting.
9. Teknik Penggunaan Alat Ukur pada Soft Starter
A. Multimeter
1. Atur Posisi Saklar Selektor ke AC Volt
2. Pilih skala sesuai dengan perkiraan tegangan yang akan diukur. Jika ingin
mengukur 220 Volt, putar saklar selector ke 300 Volt (khusus Analog Multimeter)
3. Jika tidak mengetahui tingginya tegangan yang diukur, maka disarankan untuk
memilih skala tegangan yang tertinggi untuk menghindari terjadi kerusakan pada
multimeter.
4. Hubungkan probe ke terminal tegangan yang akan diukur. Untuk Tegangan AC,
tidak ada polaritas Negatif (-) dan Positif (+)
5. Baca hasil pengukuran di Display Multimeter.
B. Thermometer
Thermometer bekerja berdasarkan perubahan kuantitas fisik, ketika temperaturnya
berubah. Jadi bisa berdasarkan pemuaian (thermometer air raksa), perubahan
resistivitas, perubahan kuantitas listrik(termokopel), radiasi bahan (thermometer
temperature tinggi).
10. Perencanaan Kartu Pemeliharaan

11. Diagram Alir Pemeliharaan Soft Starter


Mulai

Langkah
Persiapan

Pemeliharaan
Visual
Pengukuran
Parameter kinerja
sistem
Hasil Pengukurann
tidak

ya
Uji fungsi
tidak

ya

Laporan

12. Hasil Monitoring dan Catatan Pemeliharaan


Berhubung keterbatasan waktu dan tidak ada perangkat yang mampu mendukung
secara maksimal untuk prosen monitoring, maka dengan sangat terpaksa point 12 tidak
dapat dikerjakan.
13. Analisa Data

Berhubung keterbatasan waktu dan tidak ada perangkat yang mampu mendukung
secara maksimal untuk prosen monitoring, maka dengan sangat terpaksa point 12 tidak
dapat dikerjakan.
14. Manual Pemeliharaan
14.1 Persiapan pemeliharaan
1. Siapkan dokumentasi pemeriksaan yang mencakup form pemeliharaan dan data
perangkat yang bertindak sebagai objek pemeliharaan
2. Siapkan perlengkapan keselamatan kerja
3. Siapkan peralatan bantu ukur dan periksa kondisi alat ukur serta fungsi alat
ukur
14.2 Pelaksanaan Pemeliharaan
1. Pemeliharaan dilakukan sesuai dengan SOP yang berlaku
2. Pastikan bahwa koordinasi pekerjaan di lapangan telah berjalan sesuai yang
diharapkan
3. Ukur parameter yang akan dilakukan pemeliharaan mengunakan alat ukur
bantu
4. Catat hasil pemeliharaan pada form pemeliharaan
14.3 Pembuatan Laporan Pemeliharaan
1. Kumpulkan data hasil pemeliharaan yang telah dilakukan, lengkapi dengan
tanggal pemeriksaan dan tandatangani hasil pemeriksaan.
2. Buat hasil analisa hasil pemeliharaan dan berikan rekomendasi solusi yang
diperlukan. Serahkan semua dokumentasi pemeliharaan kepada pihak yang
bersangkutan.

Daftar Pustaka
1. Riyadi, Dwi H, Soft Starting Motor Induksi 3 Fasa, Semarang.
2. Priahutama, AB, (2010), Perancangan Modul Soft Starting Motor Induksi 3 Fasa
dengan Atmega 8535, Semarang.

Anda mungkin juga menyukai