NIM : 239919990158
MK : Sistem Penyaluran Daya Listrik dan SCADA
Kelas : B
RESUME
INFRA STRUKTUR SCADA
1.MS( MASTER STATION)
Master Station merupakan pusat pengawasan atau inti darisuatu sistem SCADATEL yang
terletak di Pusat Pengatur(ACC). Master Station adalah kumpulan perangkat keras danlunak
yang ada di control center, pada umumnya konfigurasisebuah master station tidak akan sama,
disesuaikan dengankebutuhan system scada-nya. Ada 4 buah server yang dipakai, 1 master server
, 1 slave server untuk mem-back up master server apabila terjadi kegagalan. Master dan slave
server ini berfungsi untuk mengolah data dan menampilkan data tersebut dalam bentuk gambar. 1
archi server yang berfungsi untuk menyimpan history dan 1 simu server yang bias digunakan
untuk simulasi
2. Media Komunikasi
Telekomunikasi
Media Saluran data dan penghubung antara Master Station dengan RTU
Protocol
Jaringan komunikasi fiber optic menjadi pilihan untuk komunikasi jarak jauh sedangkan
komunikasi jarak dekat digunakan infrastruktur kabel (wire) baik kabel serial ataupun UTP.
Adapun topologi jaringan yang dipakai adalah topologi bus pada level IED dan topologi ring
pada level RTU serta client server. Protokol komunikasi modbus dipakai untuk komunikasi IED
– RTU, IEC60870-5-104 digunakan untuk komunikasi RTU – server dan potokol TCP/IP
digunakan untuk komunikasi client – server
3. RTU(Remotr Terminal Unit ) dan Peripheral
Perangkat terminal yang mengumpulkan informasi dari titik remote. RTU yang dipakai
memakai PLC Modicon Quantum sebagai CPU, PTQ sebagai protokol komunikasi dengan
server, digital I/O untuk menerima input/memberikan perintah ke field, NOE sebagai I/O
scanning dan EGX/ETG sebagai converter serial RS232 ke TCP
Jaringan RTU adalah jaringan komunikasi yang digunakan antar RTU dengan Field Device
(IED) yang tersebar dibeberapa Substation yang berlokasi di PT Krakatau Steel. Remote
Terminal Unit (RTU) berfungsi untuk mengumpulkan data status dan pengukuran peralatan
tenaga listrik, kemudian mengirimkan data dan pengukuran tersebut ke Master Station setelah
diminta oleh Master. Disamping itu RTU berfungsi melaksanakan perintah dari master station
(remote control). RTU terpasang pada setiap Gardu Induk (GI) atau pusat pembangkit yang
masuk dalam sistem jaringan tenaga listrik
Standar komunikasi yang di gunakan untuk melakukan pertukaran data antara master station dan
RTU
Adapun Potensi Bahaya Listrik di bagi menjadi 3 yaitu :
1.Shock Hazard( Kesetrum )
Akibat dari mendekat atau kontak langsung dengna konduktor Bertegangan
2.Arc Flash (Percikan Api )
Kegagalan Instalasi
Hilang sifat Insulasi (Akibat panas/Suhu Alat)
Kesalahan Instalasi
Tegangan Lebih
Kerusakan Circuit Breaker
Short Circuit
3.Arc Blast(Ledakan)
Akibat dari busur listrik
Jenis Pemeliharaan
sistem yang dirancang untuk mendeteksi perubahan atau indikasi awal dari ancaman, risiko, atau
masalah yang dapat terjadi di suatu wilayah atau lingkungan tertentu. Tujuan utama dari sistem
ini adalah untuk memberikan informasi yang cepat dan akurat kepada para pemangku
kepentingan agar mereka dapat mengambil tindakan yang tepat untuk mengurangi dampak
negatif dari ancaman atau risiko tersebut
1.Cubicle
Temperatur
Humidity
Arc
Smoke
Flame
Watch Dog
TCS
Alaram
CB Failure
2.Duct Cable
LHD
3.20kV Room
CCTV
Humidity
4.Power Supply
BMS
RECTIFIER
Peduli Bahaya Listrik
1.Hindari Membangun/Memperbaiki Bangunann Dekat Jaringan Listrik
2.Hindari Membakar Sampah Dibawah Jaringan Listrik
3.Hindari Mencantol Jaringan Listrik
4.Hindari penggunaan Steker Bertumpuk
5.Hindari Bermain Layangan Dekat Jaringan Listrik
6.Hindari Menanam Pohon Besar Dekat Jaringan Listrik
Berikut adalah beberapa dasar hukum yang berkaitan dengan ketenaga listrikan di Indonesia:
1.Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Ketenagalistrikan: Undang-undang ini
merupakan dasar hukum utama yang mengatur sektor ketenaga listrikan di Indonesia. Undang-
undang ini mencakup berbagai aspek, termasuk penyediaan listrik, perizinan, pengaturan pasar
tenaga listrik, dan hak dan kewajiban pelanggan.
2.Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2012 tentang Pembangkit Listrik
Tenaga Surya: Peraturan ini mengatur sektor pembangkitan listrik tenaga surya di Indonesia,
termasuk ketentuan mengenai izin, penjualan listrik tenaga surya, dan insentif bagi produsen
listrik surya.
3.Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan
Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi: Peraturan ini juga relevan dalam konteks ketenaga
listrikan karena mengatur aspek penyediaan bahan bakar untuk pembangkitan listrik.
4. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor 10 Tahun
2017 tentang Kewajiban Penggunaan Bahan Bakar Nabati dalam Kegiatan Usaha Hulu Minyak
dan Gas Bumi: Peraturan ini mengatur penggunaan bahan bakar nabati sebagai salah satu sumber
energi untuk pembangkitan listrik.
5.Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor 12 Tahun
2017 tentang Penggunaan Energi Baru Terbarukan dalam Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas
Bumi: Peraturan ini berkaitan dengan penggunaan energi baru terbarukan (EBT) dalam sektor
ketenaga listrikan.