Anda di halaman 1dari 7

PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB I
DASAR-DASAR SISTEM PROTEKSI
1. Pendahuluan
Pengembangan system tenaga listrik harus dilakukan melalui perancangan yang
matang dan pertimbangan semua aspek terkait secara menyeluruh yaitu handal,
aman, dan ekonomis. Kondisi dinamis system tenaga listrik sangat memungkinkan
terjadinya gangguan yang berdampak buruk pada peralatan system maupun
peralatan listrik konsumen. Faktor keselamatan pengguna listrik juga menjadi
prioritas utama dalam pengembangan system tenaga listrik. Faktor lama dan
banyaknya gangguan yang terjadi selama system beroperasi harus diperhitungkan
sebab faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap aktivitas industry dan kegiatan
sehari-hari.

Gambar 1.1 Kebakaran Trafo Akibat Kegagalan Sistem Proteksi


Oleh karena itu, system tenaga listrik sangat mengutamakan masalah tingkat
keandalan dan keamanan. Pada sisi lain tuntutan peningkatan keandalan dan
keamanan menyebabkan semakin besarnya biaya yang dibutuhkan. Pada
perencanaan system tenaga listrik untuk mengantisipasi buruknya pelayanan maka
terdapat beberapa standar operasi yang telah ditentukan oleh pemerintah dan
produsen listrik. Hal ini tentunya memberikan pengawasan terhadap kompromi.
2. Perangkat Proteksi
Perangkat proteksi adalah kumpulan beberapa perangkat proteksi seperti Sekring,
rele, dan lain-lainnya diluar perangkat trafo arus, perangkat PMT, kontaktor dan lain
sebagainya.
Sesuai dengan perkembangan teknologi, hingga saat ini rele proteksi yang
digunakan pada system tenaga listrik dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis
yaitu;
a. Rele elektromekanik
b. Rele Statis
c. Rele Digital
d. Rele Numerik.

Prinsip kerja semua rele adalah sama yaitu mengamankan gangguan, akan tetapi
sebuah rele tidak dapat mengamankan semua jenis gangguan. Perancangan system
proteksi yang baik yaitu dengan memperhatikan bentuk dan jenis jaringannya.
3. Zona Proteksi
Sistem proteksi berkaitan erat dengan wilayah atau zona isolasi kerjanya dalam
mengamankan gangguan. Penentuan zona proteksi menjadi bagian utama dalam
merancang system tenaga listrik. Zona proteksi harus saling tumpang tindih
sehingga tidak terdapat bagian yang berada diluar jangkauan proteksinya.
Zone 5
Feeder 1

Zone 6
Feeder 2

Zone 1

Zone 2

Zone 7

Zone 3

Feeder 3

Zone 4

Gambar 1.2. Pembagian Zona Proteksi pada Sistem Tenaga


4. Faktor Keandalan; Selektivitas; Stabiltas; Kecepatan; Sensitivitas.
Kebutuhan perangkat system proteksi dengan tingkat keandalan yang tinggi
merupakan salah satu faktor pertimbangan yang sangat penting dalam mendesain
system tenaga listrik. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keandalan
system proteksi yaitu;
a. Perancangan
b. Setting rele
c. Salah instalasi
d. Salah pengetesan
e. Pemburukan/Penuaan
f. Faktor kinerja
Selektivitas suatu system proteksi adalah kemampuan rele proteksi untuk
melakukan tripping secara tepat sesuai rencana yang telah ditentukan pada waktu
mendesain system proteksi tersebut.
Stabilitas system proteksi terkait dengan skema unit proteksi yang dimaksudkan
untuk menggambarkan kemampuan sistem proteksi tertentu untuk tetap bertahan
pada karakteristik kerjanya dan tidak terpengaruh faktor luar diluar daerah
proteksinya, misalnya pada arus beban lebih dan arus gangguan lebih.
Kecepatan tujuan utamanya adalah mengamankan kontuinitas pasokan daya ke
beban dengan menghilangkan gangguan sebelum gangguan tersebut berkembang
ke arah yang lebih membahayakan stabilitas dan hilangnya sinkronisasi sistem pada
akhirnya menruntuhkan system tenaga (Black Out)
Sensitivitas sering dikaitkan dengan harga besaran penggerak minimum, seperti
level arus minimum, tegangan, daya, dan besaran lainnya dimana rele atau skema

proteksi masih dapat bekerja dengan baik. Rele proteksi yang memiliki sensitivitas
yang tinggi bila parameter operasinya semakin rendah.
5. Sistem Pentanahan
System pentanahan bertujuan untuk meminimalkan tegangan lebih transien sesuai
standar yang berlaku termasuk peraturan yang harus dipenuhi untuk keamanan
orang yang bekerja. Pentanahan juga dimaksudkan untuk mempermudah
mendeteksi dan mengisolasi gangguan secara cepat dan tepat terhadap setiap
gangguan yang terjadi.
Tabel 1.1 Jenis-Jenis Pentanahan dan Saran-Saran
Jenis
Pentanahan

Besar Arus
Gangguan

Sistem
tidak Sangat kecil
ditanahkan

Industri dan
Instalasi Publik

Sistem
Transmisi,
Distribusi
Tidak
Sistem
disarankan
pentanahan ini
tetapi
bila tidak
diprioritaskan
disarankan
tingkat
sama sekali
kontuinitas
pelayanan yang
tinggi
system
pentanahan ini
dapat
diterapkan

Catatan

Gangguan dapat
dideteksi
dengan mudah
tetapi
sulit
dilokalisasi,
Karena
arus
gangguan yang
kecil
maka
jarang
ada
kerusakan
material.
Tegangan
transien tinggi
dengan
polaritas invers
bias
terjadi
pemulihan
gangguana
sangat perlu.
Sistem
1-10 Ampere
Dianjurkan
Disarankan
Arus gangguan
pentanahan
untuk
system
cukup
besar
yang
sangat
yang
dapat
tinggi
memerlukan
menyebakan
kontuinitas
kerusakan
pelayanan tinggi
peralatan.
Sistem
50-600 Ampere Dianjurkan
Terbatas pada Mudah
pentanahan
jaringan
mendeteksi dan
impedansi
distribusi
melokalisasi
rendah
gangguan secara
selektif
Sistem
Dari arus kecil Disarankan
Disarankan
Gangguan dapat
pentanahan
hingga ke arus
dideteksi
langsung
sangat besar.
dengan mudah
dan
dapat
dilokalisasi
secara selektif.

BAB II
SINYALING dan INTERTRIPPING
1.

Pendahuluan
Skema unit proteksi dibentuk dari sejumlah rele yang saling berjauhan satu
sama lain melalui saluran telekomunikasi. Rele jarak tertentu umumnya
membutuhkan link komunikasi yang dapat menghubungkan rele satu sama lain.
Jenis komunikasi yang dibutuhkan bias terdiri dari link komunikasi sederhana,
misalnya dengan mengirimkan informasi tertentu sehingga perangkat penerima
dapat melakukan eksekusi secara defenitif yaitu tripping, bloking dan lain
sebagainya. Link komunikasi ini juga bermanfaat untuk mengirimkan data
pengukuran dalam bentuk analog atau digital dari stu perangkat ke perangkat
lainnya.

2.

Skema Unit Proteksi


Skema pembanding fasa dan arus diferensial yang menggunakan sinyaling untuk
membawa informasi besaran yang diukur rele, misal beda sudut fasa, dan beda
arus antara saluran setempat dengan besaran rele lain pada ujung saluran yang
jauh. Hal ini biasanya digunakan sebagai dasar untuk mendeteksi ada tidaknya
gangguan, termasuk untuk membedakan jenis gangguan pakah gangguan fasa ke
tanah atau antar fasa dan sebagainya.

3.

Perintah Teleproteksi
Skema proteksi jarak yang digunakan adalah system sinyaling yaitu system
komunikasi antara rele setempat dengan rele pada ujung saluran. Fungsi
perintah yang diterima oleh rele pada ujung jauh adalah untuk mempercepat
pengisolasian gangguan dalam daerah proteksi gangguan atau bahkan untuk
mencegah dan memblokade perintah kerja tripping pada alat pemutus tenaga
yang berada diluar daerah proteksi.

4.

Intertripping
Intertripping adalah tripping alat pemutus (PMT) jauh pada ujung transmisi atas
permintaan rele ujung dekat pada saluran yang sama. Tujuan utama
intertripping adalah untuk mengisolasi gangguan secara sempurna sehingga
saluran diapit kedua PMT benar-benar terbebas dari gangguan pada saat hampir
bersamaan. Tujuan pokok skema proteksi intertripping ini adalah untuk
memastikan proteksi pada kedua ujung saluran bekerja untuk mengisolasi
saluran dari gangguan. Terdapat tiga macam intertripping yang aling umum
ditemukan dalam praktik system tenaga listrik sebagai berikut;
a. Direct Tripping
b. Permissive Tripping
c. Skema Bloking

PMT

PMT

Trip

Trip
I

I
V

V
Intertrip

Intertrip

Permissive Trip

Permissive Trip

Bloking
Skema rele
proteksi

Perintah teleproteksi
kirim

Bloking
Media kanal
komunikasi
(PLC, radio, Optik,
dll)

Telemtri

Telemtri

Kendali Jauh

Kendali Jauh

Telepon

Telepon

Data

Skema rele
proteksi

Data

Sistem
Komunikasi

5.

Perintah teleproteksi
kirim

Sistem
Komunikasi

Kinerja System Teleproteksi


Salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja system proteksi adalah waktu total
kerja system proteksi dalam mengisolasi gangguan. Waktu total kerja system
pengamanan gangguan adalah penjumlahan waktu-waktu berikut ini.
a. Waktu sinyaling
b. Waktu kerja rele proteksi
c. Waktu kerja rele tripping
d. Waktu operasi trip PMT.
Waktu total tripping yang diizinkan harus kurang dari waktu maksimum dimana
gangguan masih bisa ditahan dengan tingkat kerusakan minimum tanpa
mengakibatkan kehilangan stabilitas system. Umumnya waktu yang
diperbolehkan untuk mentrasfer satu perintah komando adalah sama dengan
waktu kerja dari rele bersangkutan. Waktu nominal berkisar pada 5 sampai 40
millidetik tergantung dari moda operasi system teleproteksi.

6.
7.

Media Transmisi
Media transmisi yang umumnya digunakan seperti
Metode Pensinyalan

BAB III
RELE ARUS LEBIH

1. Prinsip Kerja
2. Prinsip Waktu dan Arus Bertingkat
E

D
PMT E

Trafo 1

PMT D

B
PMT C

PMT B

Trafo 2

Feeder 1

Feeder 2
Sumber

t1

t2

t3

Fault
Sekering

Pembangkit
11 kV
2 x 130 MVA

Kabel Tanah
240 Sqm
200 meter

PMT C

Kabel Tanah
240 Sqm
200 meter

PMT B
F1

3.
4.
5.
6.

Trafo
11/3.3 kV
7%

F2

PMT A
F4

F3

Karakteristik Sangat Inverse, Inverse Ekstrim, Independen


Setelan Arus
Setelan Rele Gangguan Fasa
Rele Direksional
R1

R2

I>

I>

Pembangkit

Gangguan

7. Proteksi Gangguan Tanah

R3

R4

I>

I>

Beban

BAB IV
1.
2.
3.
4.
5.

RELE DIFERENSIAL PADA SALURAN TRANSMISI


Konvensi Arah
Sistem Arus Sirkulasi
Sistem Tegangan Seimbang
Carrier dalam Skema Proteksi
Skema Proteksi Arus Diferensial Analog
BAB V
RELE JARAK

1.
2.
3.
4.
5.

Prinsip dan Kinerja Rele Jarak


Pengaruh Rasio Impedansi Sumber Dan Saluran
Zona Proteksi
Konstruksi Rele Jarak
Persoalan-Persoalan Rele Jarak

Anda mungkin juga menyukai