PRAKTIKUM 7
MCB DAN OVERLOAD
SEBAGAI SALAH SATU PROTEKSI PADA MESIN LISTRIK
Disusun Oleh :
1. Ahmad Jihan Vikri Ash Shiddiqi (02/2041170125)
2. Mahardhika Candra (11/2041170064)
3. Pad Sin Mulato (15/2041170014)
4. Syakhinatun Mukharomah (20/2041170068)
5. Vernandhio Agustyasurya (21/2041170148)
D4 TEKNIK ELEKTRONIKA
POLTEKNIK NEGERI MALANG
2021/2022
MODUL PRAKTIKUM 7
LEMBAR PENILAIAN
NAMA : …………………………………………………………
KELAS : …………………………………………………………
NIM : …………………………………………………………
TANGGAL PELAKSANAAN : …………………………………………………………
TANGGAL LAPORAN : …………………………………………………………
3. Nilai Akhir
1. Tegangan yang digunakan pada praktikum kali ini bisa mematikan dan membahayakan
anda. Jika ingin merangkai dan memodifikasi rangkaian percobaan harus pada saat
rangkaian tidak terhubung dengan sumber tegangan. Jangan menghubungkan terlebih
dahulu rangkaian percobaan ke sumber tegangan sebelum diperiksa oleh instruktur.
Jangan menyentuh setiap titik sambungan atau komponen elektrik pada saat rangkaian
hidup atau saat rangkaian telah terhubung dengan sumber tegangan. Berhati-hatilah
dengan pengkabelan anda, karena kesalahan dalam pengkabelan dapat menyebabkan
kerusakan pada peralatan serta membahayakan diri anda sendiri.
2. Jika terjadi keadaan darurat, arus listrik dapat diputus dengan mematikan Circuit Breaker
(MCB) atau menekan tombol OFF yang berada di meja instruktur.
3. Sebelum memposisikan rangkaian pada keadaan RUN, perlu dipastika terlebih dahulu
pengkabelan anda benar dan tidak ada hubung singkat.
4. Gunakan ampermeter dan wattmeter sesuai dengan rating yang diperlukan atau
dibutuhkan.
5. Dilarang menghubungkan tegangan DC pada mesin AC.
6. Ground-kan / ketanahkan seluruh mesin dan box ke pengetanahan netral panel sumber
listrik.
PRAKTIKUM MCB DAN OVERLOAD
SEBAGAI SALAH SATU PROTEKSI PADA MESIN LISTRIK
7.1 TUJUAN
Bisa memahami dan mengetahui prinsib kerja, unjuk kerja, karakteristik dan fungsi
pada Overload.
Yang dimaksud dengan proteksi sistem tenaga listrik adalah sistem proteksi yang
dilakukan kepada peralatan-peralatan listrik yang terpasang pada suatu sistem tenaga
misalnya generator, transformator jaringan dan lain-lain, terhadap kondisi tidak normal
operasi sistem itu sendiri.
Pengertian proteksi transmisi tenaga listrik adalah proteksi yang dipasang pada
peralatan-peralatan listrik pada suatu transmisi tenaga listrik sehingga proses penyaluran
tenaga listrik dari tempat pembangkit tenaga listrik (Power Plant) hingga Saluran
distribusi listrik (substation distribution) dapat disalurkan sampai pada konsumen
pengguna listrik dengan aman. Proteksi transmisi tenaga listrik diterapkan pada transmisi
tenaga listrik agar jika terjadi gangguan peralatan yang berhubungan dengan transmisi
tenaga listrik tidak mengalami kerusakan. Ini juga termasuk saat terjadi perawatan dalam
kondisi menyala. Jika proteksi bekerja dengan baik, maka pekerja dapat melakukan
pemeliharaan transmisi tenaga listrik dalam kondisi bertegangan. Jika saat melakukan
pemeliharaan tersebut terjadi gangguan, maka pengaman-pengaman yang terpasang harus
bekerja demi mengamankan sistem dan manusia yang sedang melakukan perawatan.
Kondisi tidak normal itu dapat berupa antara lain:
Hubung singkat,
Tegangan lebih,
Beban lebih,
Frekuensi sistem rendah,
Asinkron
Dan lain lain.
Fungsi Proteksi
Pengetahuan mengenai arus-arus yang timbul dari pelbagai tipe gangguan pada
suatu lokasi merupakan hal yang sangat esensial bagi pengoperasian sistem proteksi
secara efektif. Jika terjadi gangguan pada sistem, para operator yang merasakan adanya
gangguan tersebut diharapkan segera dapat mengoperasikan circuit-circuit yang tepat
untuk mengeluarkan sistem yang terganggu atau memisahkan pembangkit dari jaringan
yang terganggu. Sangat sulit bagi seorang operator untuk mengawasi gangguan-gangguan
yang mungkin terjadi dan menentukan CB mana yang diperoperasikan untuk mengisolir
gangguan tersebut secara manual.
Mengingat arus gangguan yang cukup besar, maka perlu secepat mungkin
dilakukan proteksi. Hal ini perlu suatu peralatan yang digunakan untuk mendeteksi
keadaan-keadaan yang tidak normal tersebut dan selanjutnya mengistruksikan circuit-
circuit yang tepat untuk bekerja memutuskan rangkaian. Peralatan tersebut kita kenal
dengan relay.
Ringkasnya proteksi dan tripping otomatik circuit-circuit yang sehubungan
mempunyai dua fungsi pokok:
𝐻 = 𝐼 2 𝑅𝑡 𝐽𝑜𝑢𝑙𝑒𝑠
dimana:
H = panas yang dihasilkan (Joule)
I = arus konduktor (ampere)
R = tahanan konduktor (ohm)
t = waktu atau lamanya arus yang mengalir (detik)
Proteksi harus sanggup menghentikan arus gangguan sebelum arus tersebut naik
mencapai harga yang berbahaya. Proteksi dapat dilakukan dengan Sekering atau Circuit
Breaker. Proteksi juga harus sanggup menghilangkan gangguan tanpa merusak peralatan
proteksi itu sendiri. Untuk ini pemilihan peralatan proteksi harus sesuai dengan kapasitas
arus hubung singkat “breaking capacity” atau Repturing Capacity.
Di samping itu proteksi yang diperlukan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Sekering atau circuit breaker harus sanggup dilalui arus nominal secara terus menerus
tanpa pemanasan yang berlebihan (overheating).
b. Overload yang kecil pada selang waktu yang pendek seharusnya tidak menyebabkan
peralatan bekerja.
c. Proteksi harus bekerja walaupun pada overload yang kecil tetapi cukup lama sehingga
dapat menyebabkan overheating pada rangkaian penghantar.
d. Proteksi harus membuka rangkaian sebelum kerusakan yang disebabkan oleh arus
gangguan yang dapat terjadi.
e. Proteksi harus dapat melakukan “pemisahan” (discriminative) hanya pada rangkaian
yang terganggu yang dipisahkan dari rangkaian yang lain yang tetap beroperasi.
Proteksi gangguan hubung singkat dikembangkan jika action dari sekering atau
circuit breaker cukup cepat untuk membuka rangkaian sebelum arus dapat mencapai
harga yang dapat merusak akibat overheating, arcing atau ketegangan mekanik.
Ada beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan dalam suatu perencanaan sistem
proteksi yang efektif yaitu:
a. Selektivitas dan Diskriminasi
Efektivitas suatu sistem proteksi dapat dilihat dari kesanggupan sistem dalam
mengisolir bagian yang mengalami gangguan saja.
b. Stabilitas
Sifat yang tetap tidak operasi apabila gangguan-gangguan terjadi diluar zona yang
melindungi (gangguan luar).
c. Kecepatan Operasi
Sifat ini lebih jelas, semakin lama arus gangguan terus mengalir, semakin besar
kerusakan peralatan. Hal yang paling penting adalah perlunya membuka bagian-
bagian yang terganggu sebelum generator-generator yang dihubungkan sinkron
kehilangan sinkronisasi dengan sistem selebihnya. Waktu pembebasan gangguan
yang tipikal dalam sistem sistem tegangan tinggi adalah 140 ms. Dimana mendatang
waktu ini hendak dipersingkat menjadi 80 ms sehingga memerlukan relay dengan
kecepatan yang sangat tinggi (very highspeed relaying).
d. Sensitivitas (kepekaan)
Yaitu besarnya arus gangguan agar alat bekerja. Harga ini dapat dinyatakan dengan
besarnya arus dalam jaringan aktual (arus primer) atau sebagai prosentase dari arus
sekunder (trafo arus).
e. Pertimbangan ekonomis
Dalam sistem aspek ekonomis hampir mengatasi aspek teknis, oleh karena jumlah
feeder, trafo dan sebagainya yang begitu banyak, asal saja persyaratan keamanan
yang pokok dipenuhi. Dalam sistem-sistem transmisi justru aspek teknis yang
penting. Proteksi relatif mahal, namun demikian pula sistem atau peralatan yang
dilindungi dan jaminan terhadap kelangsungan peralatan sistem adalah vital. Biasanya
digunakan dua sistem proteksi yang terpisah, yaitu proteksi primer atau proteksi
utama dan proteksi pendukung (back up).
f. Realiabilitas (Keandalan)
Sifat ini jelas, penyebab utama dari “outage” rangkaian adalah tidak bekerjanya
proteksi sebagaimana mestinya (mal operation).
g. Proteksi Pendukung
Proteksi pendukung (back up) merupakan susunan yang sepenuhnya terpisah dan
bekerja untuk mengeluarkan bagian yang terganggu. Apabila proteksi utama tidak
bekerja (fail). Sistem pendukung ini sedapat mungkin indenpenden seperti halnya
proteksi utama, memiliki trafo-trafo dan rele-rele tersendiri. Seringkali hanya triping
CB dan trafo-trafo tegangan yang dimiliki bersama oleh keduanya.
Tiap-tiap sistem proteksi utama melindungi suatu area atau zona sistem daya
tertentu. Ada kemungkinan suatu daerah kecil diantara zonazona yang berdekatan
misalnya
antara trafo-trafo arus dan circuit breaker tidak dilindungi. Dalam keadaan seperti ini
sistem back up (yang dinamakan remote back up) akan memberikan perlindungan karena
berlapis dengan zona-zona utama seperti pada gambar berikut
Gambar 7.1
Pada sistem distribusi aplikasi back up digunakan tidak seluas dalam sistem
tansmisi, cukup jika hanya mencakup titik-titik strategis saja. Remote back up bereaksi
lambat dan biasanya memutus lebih banyak dari yang diperlukan untuk mengeluarkan
bagian yang terganggu.
Proteksi Sistem Tenaga Listrik Komponen-komponen sistem proteksi terdiri dari:
MCB
Sebagian besar MCB (Miniature Circuit Breaker) yang digunakan saat ini menggunakan
dua mekanisme pemutusan hubungan arus listrik ini (Thermal Tripping dan Magneting
Tripping).
a. MCB Tipe B
MCB Tipe B adalah tipe MCB yang akan trip jika arus beban lebih besar 3 sampai 5
kali dari arus maksimum yang tertulis pada MCB (arus nominal MCB). MCB Tipe B
ini umumnya digunakan pada instalasi listrik di perumahan ataupun di industri ringan.
b. MCB Tipe C
MCB Tipe C adalah tipe MCB yang akan trip jika arus beban lebih besar 5 sampai 10
kali dari arus maksimum yang tertulis pada MCB (arus nominal MCB). MCB Tipe C
ini biasanya digunakan pada Industri yang memerlukan arus yang lebih tinggi seperti
pada lampu penerangan gedung dan motor-motor kecil.
c. MCB Tipe D
MCB Tipe C adalah tipe MCB yang akan trip jika arus beban lebih besar dari 10
hingga 25 kali dari arus maksimum yang tertulis pada MCB (arus nominal MCB).
MCB Tipe C ini biasanya digunakan pada peralatan listrik yang menghasilkan
lonjakan arus tinggi seperti Mesin Sinar X (X-Ray), Mesin Las, Motor-motor Besar
dan Mesin-mesin produksi lainnya.
Arus Nominal MCB yang umum adalah 6A, 10A, 13A, 16A, 20A, 25A, 32A,
40A, 50A, 63A, 80A, 100A dan 125A.
OverLoad
Untuk setting TOR ini hanya perlu sebuah alat yaitu obeng (+) yang kecil atau bisa juga
menggunakan testpen, karena setting tor hanya mengubah nilai potensio di TOR tersebut
menggunakan obeng.
Untuk memutar potensio terdapat nilai setting yang harus di hitung sesua dengan
kapasitas motor,
Mode dalam TOR terdapat 2 yaitu Mode Auto dan Mode Manual
Mode Auto
Cara setting mode auto ini terdapat tulisan A yang artinya Auto dan H adalah hold atau
bisa jadi manual.
Anda tinggal menggeser seperti toggle menggunakan obeng (-) atau testpen, toggle
tersebut terdapat garis merah, lah arahkan kebawah untuk mode auto dan garis merah
mendekati mode auto, ini berlaku untuk TOR merek Schneider untuk merek chint atau
yang lain ada yang menggukan seperti kunci sepeda motor.
Jika menemukan TOR seperti itu, tinggal pakai obeng tetapi harus ditekan dahulu baru di
putar ke mode auto, baru lepas obengnya maka sudah menjadi mode auto TOR.
Fungsi dari mode auto sendiri adalah ketika terjadi trip overload yang disebabkan oleh
beban berlebih maka TOR akan mereset sendiri secara automatis. Tetapi tidak langsung
mereset tetapi menunggu bimetal dalam TOR dingin dahulu.
Mode Manual
Kebalikan dari auto, ketika trip adalah reset manual dengan menekan tombol reset pada
TOR seperti halnya umumnya, karena mode manual ini adalah settingan default bawaan
dari pabrik.
Di Amerika untuk Instalasi guna mengoperasikan / menjalankan suatu motor listrik Telah
dibakukan sebagaimana gambar berikut.
Keterangan gambar:
1. Sumber
2. Saklar tiga kutub
3. Sekering
4. Saklar Magnet
5. Overload thermis
6. Unit starter
7. Motor listri.
Dalam hal ini overload dipasang guna membatasi arus lebih yang mungkin terjadi
pada rangkaian. Pemasangan overload sebagai pengaman motor, rating ukuran dari
overload dipasang besarnya maksimum 125% dari rating motor atau arus nominal motor.
Overload dapat digolongkan dalam pengaman otomatis yang bekerja berdasarkan
pemanasan elemen dwilogam. Elemen dwilogam pada overload biasanya berupa sebuah
plat
Gambar 7.8 Elemen Dwilogam
logam yang dibelit oleh kawat plat logam yang lain. Logam apabila kena panas akan
memuai (bertambah panjang) dengan rumus perhitungan seperti berikut:
𝐋𝐭 = 𝑳𝟎 (𝟏 + (𝐭 − 𝒕𝟎 ))
Dimana:
1. Memastikan alat dan bahan yang digunakan dalam keadaan baik dan tidak rusak, lalu
merangkai semua peralatan seperti pada gambar rangkaian, ACPS pada kedudukan 0
V dan MCB pada kedudukan ON
2. Buatlah rangkaian seperti dibawah ini
1. Memastikan alat dan bahan yang digunakan dalam keadaan baik dan tidak rusak, lalu
merangkai peralatan seperti pada gambar rangkaian, ACPS pada kedudukan 0 Volt,
MCB pada kedudukan ON. Kipas Angin untuk mendinginkan MCB.
2. Menghubungkan rangkaian pada sumber tegangan 220 V.
3. Buatlah rangkaian seperti dibawah ini
4. Memutar pemilih tegangan ACPS sampai Tang Amper menunjukkan 4 kali arus
nominal (= 8 A) hingga MCB membuka /trip.
5. Meng ON kan MCB bersamaan dengan mengaktifkan Stop Watch.
6. Menunggu sampai MCB membuka /trip.
7. Saat MCB bekerja /trip, bersamaan dengan itu hentikan hitungan Stop Watch.
8. Mencatat hasil pengamatan lamanya MCB trip ke dalam tabel.
9. Mengulangi langkah No.3 sampai dengan 7 dengan seting arus yang diminta.
Keterangan gambar:
1. A : Ampere meter
2. K : Kontaktor magnit
3. OL : Overload yang diuji.
4. Beban : Beban yang dikopel dengan Motor 3 fasa dan dapat diatur torsinya.
5. M 3Fasa : Motor Listrik 3 fasa sebagai beban OL
2. Overload di set pada rating current yang ditentukan yaitu 0,32 A atau 0,38 A.
3. Cobalah terlebih dahulu rangkaian sebelum digunakan.
4. Apabila rangkaian sudah baik, hidupkan rangkaian, dan atur arus beban 0,9 In dengan
mengatur beban pada motor. Amati selama 1/2 jam, apakah overload trip atau tidak.
5. Matikan rangkaian, dan dinginkan suhu overload hingga mencapai suhu kamar
kembali dengan menggunakan kipas pendingin. (± 5 s/d 10 menit).
6. Naikkan arus menjadi 1 In, amati selama 1/2 jam, jika terjadi trip, catat arus dan
waktunya. (Jangan lupa suhu Overload harus selalu dikembalikan ke suhu
kamar sebelum dilakukan pengujian berikutnya).
7. Lakukan percobaan untuk 3 jenis motor lainnya
8. Catat arus dan waktu saat terjadi trip.
9. Buat grafik arus-waktu untuk pengujian overload diatas.
7.5 TUGAS
SOAL 1
Lakukan percobaan MCB karakteristik panas sesuai prosedur kemudian catat hasil praktikum
pada tabel berikut:
10
SOAL 4
1.
2. Jelaskan prinsip kerja MCB!
MCB berfungsi sebagai sakelar manual yang dapat menghubungkan (ON) dan memutuskan (OFF) arus
listrik. Pada saat terjadi Kelebihan Beban (Overload) ataupun Hubung Singkat Rangkaian (Short Circuit),
MCB akan beroperasi secara otomatis dengan memutuskan arus listrik yang melewatinya. Secara visual,
kita dapat melihat perpindahan Knob atau tombol dari kondisi ON menjadi kondisi OFF. Pengoperasian
otomatis ini dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara Magnetic Tripping (Pemutusan hubungan arus
listrik secara Magnetik) dan Thermal Tripping (Pemutusan hubungan arus listrik secara Thermal/Suhu)
Daftar Pustaka
https://teknikelektronika.com/pengertian-mcb-miniature-circuit-breaker-prinsip-kerja-
mcb/#:~:text=Prinsip%20kerja%20MCB%20(Miniature%20Circuit%20Breaker)&text=Pada%2
0saat%20terjadi%20Kelebihan%20Beban,memutuskan%20arus%20listrik%20yang%20melewat
inya
https://teknikelektronika.com/pengertian-mcb-miniature-circuit-breaker-prinsip-kerja-mcb/
https://mcbestari.com/mcb-listrik/kenali-ciri-ciri-mcb-yang-bagus-dan-rusak-karena-pemakaian/