Anda di halaman 1dari 36

PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK

ProTEKSI SISTEM TENAGA


LISTRIK
D
I
S
U
S
U
N
OLEH
NAMA: ARDINO SITINJAK
NIM :5113331002
FAKULTAS: TEKNIK

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


KATA PENGANTAR
syalom…
Segala puji dan syukur kepada Tuhan yesus kristus,atas segala
karunia_Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini sebagian
persyaratan untuk memperoleh nilai yang bagus yang akan penulis raih ,dengan
demikian penulis harus bekerja keras dalam penyelesaian tugas ini dan
mendiskusikannya dengan teman-teman agar lebih baik dan jelas.
Makalah ini merupakan salah satu mata pelajaran dan ilmu pengetahuan
dasar yang harus dikuasai mahasiswa/I yaitu sebagai bekal untuk menguasai
bidang elektronika.
Dalam penyelesaian tugas ini ,penulis menyadari tidak dapat belajar sendiri
tanpa bantuan dan dukungan dari beberapa pihak ,baik dari segi materi maupun
spiritual.dengan penuh rasa hormat penulis menyampaikan rasa terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada ibunda tercinta.
Dikesempatan ini ucapan trimakahaasih juga penulis sampaikan kepada
pihak yang memberikan tugas ini kepada saya yaitu bapak maju

Medan , 4 juni 2012

Penulis

Pengertian Proteksi Transmisi Tenaga


Listrik
Pengertian proteksi transmisi tenaga listrik adalah adalah proteksi yang
dipasang pada peralatan-peralatan listrik pada suatu transmisi tenaga listrik
sehingga proses penyaluaran tenaga listrik dari tempat pembangkit tenaga
listrik(Power Plant) hingga Saluran distribusi listrik (substation distribution) dapat
disalurkan sampai pada konsumer pengguna listrik dengan aman.
Proteksi transmisi tenaga listrik diterapkan pada transmisi tenaga listrik agar
jika terjadi gangguan peralatan yang berhubungan dengan transmisi tenaga listrik
tidak mengalami kerusakan. Ini juga termasuk saat terjadi perawatan dalam kondisi
menyala. Jika proteksi bekerja dengan baik, maka pekerja dapat melakukan
pemeliharaan transmisi tenaga listrik dalam kondisi bertegangan. Jika saat
melakukan pemeliharaan tersebut terjadi gangguan, maka pengaman-pengaman
yang terpasang haurus bekerja demi mengamankan sistem dan manusia yang
sedang melaukukan perawatan.
Transmisi tenaga listrik terbagi dalam beberapa kategori. Kategori yang
pertama adalah transmisi dengan tegangan sebesar 500Kv. Ini merupakan transmisi
yang sangat tinggi. Karena di Indonesia masih menggunakan sistem 500 kv.
Kategori yang kedua adalah transmisi dengan tegangan sebesar 150 kv. Dan yang
ketiga adalah transmisi 75 kv. Untuk dibawah 75 kv selanjutnya dinamakan dengan
distribusi tenaga listrik.
Proteksi ini berbeda dengan pengaman. Jika pengaman suatu sistem berarti
system tersebut tidak merasakan gangguan sekalipun. Sedangkan proteksi atau
pengaman sistem, sistem merasakan gangguan tersebut namun dalam waktu yang
sangant singkat dapat diamankan. Sehingga sistem tidak mengalami kerusakan
akibat gangguan yang terlalu lama.

Dasar-Dasar Sistem Proteksi

Keandalan dan kemampuan suatu sistem tenaga listrik dalam melayani konsumen
sangat tergantung pada sistem proteksi yang digunakan. Oleh sebab itu dalam
perencangan suatu sistem tenaga listrik, perlu dipertimbangkan kondisi-kondisi
gangguan yang mungkin terjadi pada sistem, melalui analisa gangguan.

Dari hasil analisa gangguan, dapat ditentukan sistem proteksi yang akan
digunakan, seperti: spesifikasi switchgear, rating circuit breaker (CB) serta
penetapan besaran-besaran yang menentukan bekerjanya suatu relay (setting
relay) untuk keperluan proteksi.
Artikel ini akan membahas tentang karakter serta gangguan-gangguan dan sistem
proteksi yang digunakan pada sistem tenaga listrik yang
meliputi: generator, transformer, jaringan dan busbar.

Definisi Sistem Proteksi

proteksi sistem tenaga listrik adalah sistem proteksi yang dipasang pada
peralatan-peralatan listrik suatu sistem tenaga listrik, misalnya generator,
transformator, jaringan dan lain-lain, terhadap kondisi abnormal operasi sistem itu
sendiri.

Kondisi abnormal itu dapat berupa antara lain: hubung singkat, tegangan
lebih, beban lebih, frekuensi sistem rendah, asinkron dan lain-lain. (untuk
jelasnya lihat artikel: "Keandalan dan Kualitas Listrik")
Dengan kata lain sistem proteksi itu bermanfaat untuk:
1. menghindari ataupun untuk mengurangi kerusakan peralatan-peralatan akibat
gangguan (kondisi abnormal operasi sistem). Semakin cepat reaksi perangkat
proteksi yang digunakan maka akan semakin sedikit pengaruh gangguan kepada
kemungkinan kerusakan alat.
2. cepat melokalisir luas daerah yang mengalami gangguan, menjadi sekecil
mungkin.
3. dapat memberikan pelayanan listrik dengan keandalan yang tinggi kepada
konsumen dan juga mutu listrik yang baik.
4. mengamankan manusia terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh listrik.

Pengetahuan mengenai arus-arus yang timbul dari berbagai tipe gangguan pada
suatu lokasi merupakan hal yang sangat esensial bagi pengoperasian sistem
proteksi secara efektif. Jika terjadi gangguan pada sistem, para operator yang
merasakan adanya gangguan tersebut diharapkan segera dapat mengoperasikan
circuit-circuit Breaker yang tepat untuk mengeluarkan sistem yang terganggu atau
memisahkan pembangkit dari jaringan yang terganggu. Sangat sulit bagi seorang
operator untuk mengawasi gangguan-gangguan yang mungkin terjadi dan
menentukan CB mana yang dioperasikan untuk mengisolir gangguan tersebut
secara manual.
Mengingat arus gangguan yang cukup besar, maka perlu secepat mungkin
dilakukan proteksi. Hal ini perlu suatu peralatan yang digunakan untuk mendeteksi
keadaan-keadaan yang tidak normal tersebut dan selanjutnya menginstruksikan
circuit breaker yang tepat untuk bekerja memutuskan rangkaian atau sistem yang
terganggu. Dan peralatan tersebut kita kenal dengan relay.

Ringkasnya proteksi dan tripping otomatik circuit-circuit yang berhubungan,


mempunyai dua fungsi pokok:
1. Mengisolir peralatan yang terganggu, agar bagian-bagian yang lainnya tetap
beroperasi seperti biasa.
2. Membatasi kerusakan peralatan akibat panas lebih (over heating), pengaruh
gaya-gaya mekanik dst.

"Koordinasi antara relay dan circuit breaker(CB) dalam mengamati dan


memutuskan gangguan disebut sebagai sistem proteksi".

Banyak hal yang harus dipertimbangkan dalam mempertahankan arus kerja


maksimum yang aman. Jika arus kerja bertambah melampaui batas aman yang
ditentukan dan tidak ada proteksi atau jika proteksi tidak memadai atau tidak efektif,
maka keadaan tidak normal dan akan mengakibatkan kerusakan isolasi.
Pertambahan arus yang berkelebihan menyebabkan rugi-rugi daya pada konduktor
akan berkelebihan pula, sedangkan pengaruh pemanasan adalah sebanding
dengan kwadrat dari arus:

H = 1kwadrat.R.t Joules

Dimana;
H = panas yang dihasilkan (Joule)
I = arus listrik (ampere)
R = tahanan konduktor (ohm)
t = waktu atau lamanya arus yang mengalir (detik)

Proteksi harus sanggup menghentikan arus gangguan sebelum arus tersebut naik
mencapai harga yang berbahaya. Proteksi dapat dilakukan dengan Sekering atau
Circuit Breaker.

Proteksi juga harus sanggup menghilangkan gangguan tanpa merusak peralatan


proteksi itu sendiri. Untuk ini pemilihan peralatan proteksi harus sesuai dengan
kapasitas arus hubung singkat “breaking capacity” atau Repturing Capacity.

Disamping itu, sistem proteksi yang diperlukan harus memenuhi persyaratan


sebagai berikut:
1. Sekering atau circuit breaker harus sanggup dilalui arus nominal secara terus
menerus tanpa pemanasan yang berlebihan (overheating).
2. Overload yang kecil pada selang waktu yang pendek seharusnya tidak
menyebabkan peralatan bekerja.
3. Sistem Proteksi harus bekerja walaupun pada overload yang kecil tetapi cukup
lama, sehingga dapat menyebabkan overheating pada rangkaian penghantar.
4. Sistem Proteksi harus membuka rangkaian sebelum kerusakan yang disebabkan
oleh arus gangguan yang dapat terjadi.
5. Proteksi harus dapat melakukan “pemisahan” (discriminative) hanya pada
rangkaian yang terganggu yang dipisahkan dari rangkaian yang lain yang tetap
beroperasi.

Proteksi overload dikembangkan jika dalam semua hal rangkaian listrik diputuskan
sebelum terjadi overheating. Jadi disini overload action relatif lebih lama dan
mempunyai fungsi inverse terhadap kwadrat dari arus.

Proteksi gangguan hubung singkat dikembangkan jika action dari sekering atau
circuit breaker cukup cepat untuk membuka rangkaian sebelum arus dapat
mencapai harga yang dapat merusak akibat overheating, arcing atau ketegangan
mekanik.

Persyaratan Kualitas Sistem Proteksi

Ada beberapa persyaratan yang sangat perlu diperhatikan dalam suatu


perencanaan sistem proteksi yang efektif, yaitu:
a). Selektivitas dan Diskriminasi
Efektivitas suatu sistem proteksi dapat dilihat dari kesanggupan sistem dalam
mengisolir bagian yang mengalami gangguan saja.
b). Stabilitas
Sifat yang tetap inoperatif apabila gangguan-gangguan terjadi diluar zona yang
melindungi (gangguan luar).
c). Kecepatan Operasi
Sifat ini lebih jelas, semakin lama arus gangguan terus mengalir, semakin besar
kemungkinan kerusakan pada peralatan. Hal yang paling penting adalah perlunya
membuka bagian-bagian yang terganggu sebelum generator-generator yang
dihubungkan sinkron kehilangan sinkronisasi dengan sistem. Waktu pembebasan
gangguan yang tipikal dalam sistem-sistem tegangan tinggi adalah 140 ms. Dimana
dimasa mendatang waktu ini hendak dipersingkat menjadi 80 ms sehingga
memerlukan relay dengan kecepatan yang sangat tinggi (very high speed relaying).

d). Sensitivitas (kepekaan)


Yaitu besarnya arus gangguan agar alat bekerja. Harga ini dapat dinyatakan dengan
besarnya arus dalam jaringan aktual (arus primer) atau sebagai prosentase dari
arus sekunder (trafo arus).
e). Pertimbangan ekonomis
Dalam sistem distribusi aspek ekonomis hampir mengatasi aspek teknis, oleh
karena jumlah feeder, trafo dan sebagainya yang begitu banyak, asal saja
persyaratan keamanan yang pokok dipenuhi. Dalam suatu sistem transmisi justru
aspek teknis yang penting. Proteksi relatif mahal, namun demikian pula sistem atau
peralatan yang dilindungi dan jaminan terhadap kelangsungan peralatan sistem
adalah vital.
Biasanya digunakan dua sistem proteksi yang terpisah, yaitu proteksi primer atau
proteksi utama dan proteksi pendukung (back up).
f). Realiabilitas (keandalan)
Sifat ini jelas, penyebab utama dari “outage” rangkaian adalah tidak bekerjanya
proteksi sebagaimana mestinya (mal operation).
g) Proteksi Pendukung
Proteksi pendukung (back up) merupakan susunan yang sepenuhnya terpisah dan
yang bekerja untuk mengeluarkan bagian yang terganggu apabila proteksi utama
tidak bekerja (fail). Sistem pendukung ini sedapat mungkin indenpenden seperti
halnya proteksi utama, memiliki trafo-trafo dan rele-rele tersendiri. Seringkali hanya
triping CB dan trafo -trafo tegangan yang dimiliki bersama oleh keduanya. Tiap-tiap
sistem proteksi utama melindungi suatu area atau zona sistem daya tertentu. Ada
kemungkinan suatu daerah kecil diantara zo na -zona yang berdekatan misalnya
antara trafo-trafo arus dan circuit breaker-circuit breaker tidak dilindungi. Dalam
keadaan seperti ini sistem back up (yang dinamakan, remote back up) akan
memberikan perlindungan karena berlapis dengan zona-zona utama.

Pada sistem distribusi aplikasi back up digunakan tidak seluas dalam sistem
tansmisi,cukup jika hanya mencakup titik-titik strategis saja. Remote back up akan
bereaksi lambat dan biasanya memutus lebih banyak dari yang diperlukan untuk
mengeluarkan bagian yang terganggu.

Komponen-Komponen Sistem Proteksi

Secara umum, komponen-komponen sistem proteksi terdiri dari:


1. Circuit Breaker, CB (Sakelar Pemutus, PMT)
2. Relay
3. Trafo arus (Current Transformer, CT)
4. Trafo tegangan (Potential Transformer, PT)
5. Kabel kontrol
6. Catu daya, Supplay (batere)

Jenis-jenis relai
Berdasarkan cara kerja
1. Normal terbuka. Kontak sakelar tertutup hanya jika relai dihidupkan.
2. Normal tertutup. Kontak sakelar terbuka hanya jika relai dihidupkan.
3. Tukar-sambung. Kontak sakelar berpindah dari satu kutub ke kutub lain
saat relai dihidupkan.
4. Bila arus masuk Pada gulungan maka seketika gulungan,maka
seketika gulungan akan berubah menjadi medan magnet.gaya magnet inilah
yang akan menarik luas sehingga saklar akan bekerja
Berdasarkan konstruksi
1. Relai menggrendel. Jenis relai yang terus bekerja walaupun sumber
tenaga kumparan telah dihilangkan.
2. Relai lidi. Digunakan untuk pensakelaran cepat daya rendah. Terbuat
dari dua lidi feromagnetik yang dikapsulkan dalam sebuah tabung gelas.
Kumparan dililitkan pada tabung gelas.

Jenis- Jenis Relay Proteksi dan fungsinya

Sistem proteksi memiliki komponen utama yaitu Relay, jenis-jenis relay ini dapat di gunakan pada system
pembangkitan, transmisi tenaga listrik, system distribusi dll.

Adapun jenis-jenisnya adalah sbb :

No Nama Relay Fungsi Relay


1 Relay jarak (distance relay) Untuk mendeteksi gangguan 2 fasa atau
3 fasa di muka generator sampai batas
jangkauannya.
2 Relay periksa sinkron Pengaman Bantu generator untuk
mendeteksi persaratan sinkronisasi
(parallel).
3 Relay tegangan kurang (under Mendeteksi turunnya tegangan sampai
voltage relay) dibawah harga yang di izinkan (relay ini
bekerja apabila sebelum rele loss of field
bekerja)
4 Relay daya balik (reverse power Untuk mendeteksi daya balik, sehingga
relay) mencegah generator bekerja sebagai
motor.
5 Relay kehilangan medan penguat Untuk mendeteksi kehilangan medan
penguat generator.
6 Relay fasa urutan negatif Untuk mendeteksi arus urutan negatif
yang disebabkan oleh beban tidak
seimbang pada batas-batas yang tidak
diizinkan
7 Relay arus lebih seketika (over Untuk mendeteksi besaran arus yang
current relay instanteneous) melebihi batas yang ditentukan dalam
waktu seketika.
8 Relay arus lebih dengan waktu Untuk mendeteksi besaran arus yang
tunda (time over current relay) melebihi batas dalam waktu yang
diizinkan.
9 Relay penguat lebih (over Untuk mendeteksi penguat lebih pada
excitation relay) generator.
10 Relay tegangan lebih bila terpasang di titik netral generator atau
trafo tegangan yang di hubungkan
segitiga terbuka untuk mendeteksi
gangguan stator hubungan tanah.
bila terpasang pada terminal generator untuk
mendeteksi tegangan lebih.
11 Relay keseimbangan tegangan Untuk mendeteksi hilangnya tegangan
(voltage balanced relay) dari trafo tegangan pengatur tegtangan
otomatis (AVR dan relay).
12 Relay waktu (time delay) Untuk memperlambat waktu.
13 Relay stator gangguan tanah (stator Untuk mendeteksi kondisi a sinkron pada
ground fault relay) generator yang sudah paralel dengan
sistem.
14 Relay kehilangan sinkronisasi (out Untuk mendeteksi kondisi a sinkron pada
of step relay) generator yang sudah paralel dengan
sistem.
15 Relay pengunci (lock out relay) Untuk menerima signal trip dari relay-
relay proteksi dan kemudian meneruskan
signal trip ke PMT, alarm dan peralatan
lain serta mengunci.
16 Relay frekuensi (frekuensi relay) Mendeteksi besaran frekuensi
rendah/lebih di luar harga yang
diizinkan.
17 Relay diferensial (diferensial relay)Untuk mendeteksi gangguan hubungan
singkat pada daerah yang diamankan.
Definisi
Relay adalah sebuah saklar elekronis yang dapat dikendalikan dari rangkaian
elektronik lainnya. Relay terdiri dari 3 bagian utama, yaitu:
1. koil : lilitan dari relay
2. common : bagian yang tersambung dengan NC(dlm keadaan normal)
3. kontak : terdiri dari NC dan NO
Tentang Relay
Membedakan NC dengan NO:
NC(Normally Closed) : saklar dari relay yang dalam keadaan normal(relay tidak
diberi tegangan) terhubung dengan common.
NO(Normally Open) : saklar dari relay yang dalam keadaan normal(relay tidak diberi
tegangan) tidak terhubung dengan common.

Bagian-bagian relay dapat diketahui dengan 2 cara, yakni:


1. dengan cara melihat isi dalam relay tersebut
2. dengan menggunakan multimeter (Ohm)
Hubungkan common dan NO jika menginginkan rangkaian ON ketika koil diberi
tegangan.
Hubungkan common dan NC jika menginginkan rangkaian ON ketika koil tidak diberi
tegangan.

Jenis-jenis Relay
 SPST - Single Pole Single Throw.
 SPDT - Single Pole Double Throw. Terdiri dari 5 buah pin, yaitu:(2) koil,
(1)common, (1)NC, (1)NO.
 DPST - Double Pole Single Throw. Setara dengan 2 buah saklar atau relay
SPST.
 DPDT - Double Pole Double Throw. Setara dengan 2 buah saklar atau relay
SPDT.
 QPDT - Quadruple Pole Double Throw. Sering disebut sebagai Quad Pole
Double Throw, atau 4PDT. Setara dengan 4 buah saklar atau relay SPDT atau dua
buah relay DPDT. Terdiri dari 14 pin(termasuk 2 buah untuk koil).

GANGGUAN PADA SISTEM TENAGA LISTRIK

Arc Flash. Salah satu bentuk Gangguan


Gangguan – Gangguan Pada Sistem Tenaga Listrik
Gangguan yang terjadi pada system tenaga listri sangat beragam besaran dan
jenisnya. Gangguan dalam sistem tenaga listrik adalah keadaan tidak normal
dimana keadaan ini dapat mengakibatkan terganggunya kontinuitas pelayanan
tenaga listrik. Secara umum klasifikasi gangguan pada system tenaga listrik
disebabkan oleh 2 faktor, yaitu:
1. Gangguan yang berasal dari system
2. Gangguan yang berasal dari luar system
Penyebab gangguan yang berasal dari dalam sistem antara lain :
1. Tegangan dan arus abnormal.
2. Pemasangan yang kurang baik.
3. Kesalahan mekanis karena proses penuaan
4. Beban lebih.
5. Kerusakan material seperti isolator pecah, kawat putus, atau kabel cacat
isolasinya.

Sedangkan untuk gangguan yang berasal dari luar sistem antara lain[13]:
1. Gangguan-gangguan mekanis karena pekerjaan galian saluran lain. Gangguan ini
terjadi untuk sistem kelistrikan bawah tanah.
2. Pengaruh cuaca seperti hujan, angin, serta surja petir. Pada gangguan surja petir
dapat mengakibatkan gangguan tegangan lebih dan dapat menyebabkan gangguan
hubung singkat karena tembus isolasi peralatan ( breakdown ).
3. Pengaruh lingkungan seperti pohon, binatang dan benda-benda asing serta akibat
kecerobohan manusia.

Bila ditinaju dari segi lamanya waktu gangguan, maka dapat dikelompokkan menjadi
:
1. Gangguan yang bersifat temporer, yang dapat hilang dengan
sendirinya atau dengan memutuskan sesaat bagian yang terganggu dari
sumber tegangannya. Gangguan sementara jika tidak dapat hilang dengan
segera, baik hilang dengan sendirinya maupun karena bekerjanya alat
pengaman dapat berubah menjadi gangguan permanen.
2. Gangguan yang bersifat permanen, dimana untuk membebaskannya
diperlukan tindakan perbaikan dan/atau menyingkirkan penyebab gangguan
tersebut.
Untuk gangguan yang bersifat sementara setelah arus gangguannya terputus
misalnya karena terbukanya circuit breaker oleh rele pengamannya, peralatan atau
saluran yang terganggu tersebut siap dioperasikan kembali. Sedangkan pada
gangguan permanen terjadi kerusakan yang bersifat permanen sehingga baru bisa
dioperasikan kembali setelah bagian yang rusak diperbaiki atau diganti.
Pada saat terjadi gangguan akan mengalir arus yang sangat besar pada fasa yang
terganggu menuju titik gangguan, dimana arus gangguan tersebut mempunyai
harga yang jauh lebih besar dari rating arus maksimum yang diijinkan, sehingga
terjadi kenaikan temperatur yang dapat mengakibatkan kerusakan pada peralatan
listrik yang digunakan.

Sebab – Sebab Timbulnya Gangguan pada Sistem Tenaga Listrik


Dalam sistem tenaga listrik tiga fasa, gangguan–gangguan arus lebih yang mungkin
terjadi adalah sebagai berikut yaitu :

a. Gangguan beban lebih (overload)


Gangguan ini sebenarnya bukan gangguan murni, tetapi bila dibiarkan terus
menerus berlangsung dapat merusak peralatan listrik yang dialiri arus tersebut.
Pada saat gangguan ini terjadi arus yang mengalir melebihi dari kapasitas peralatan
listrik dan pengaman yang terpasang.

b. Gangguan hubung singkat


Gangguan hubung singkat dapat terjadi dua fasa, tiga fasa, satu fasa ke tanah, dua
fasa ke tanah, atau 3 fasa ke tanah. Gangguan hubung singkat ini sendiri dapat
digolongkan menjadi dua kelompok yaitu gangguan hubung singkat simetri dan
gangguan hubung singkat tak simetri (asimetri). Gangguan yang termasuk dalam
hubung singkat simetri yaitu gangguan hubung singkat tiga fasa, sedangkan
gangguan yang lainnya merupakan gangguan hubung singkat tak simetri (asimetri).
Gangguan ini akan mengakibatkan arus lebih pada fasa yang terganggu dan juga
akan dapat mengakibatkan kenaikan tegangan pada fasa yang tidak terganggu.

Hampir semua gangguan yang terjadi pada sistem tenaga listrik adalah gangguan
tidak simetri. Gangguan tidak simetri ini terjadi sebagai akibat gangguan hubung
singkat satu fasa ke tanah, gangguan hubung singkat dua fasa, atau gangguan
hubung singkat dua fasa ke tanah.

Gangguan-gangguan tidak simetri akan menyebabkan mengalirnya arus tak


seimbang dalam sistem sehingga untuk analisa gangguan digunakan metode
komponen simetri untuk menentukan arus maupun tegangan di semua bagian
sistem setelah terjadi gangguan. Gangguan ini akan mengakibatkan arus lebh pada
fasa yang terganggu dan juga akan dapat mengakibatkan kenaikan tegangan pada
fasa yang tidak terganggu. Gangguan dapat diperkecil dengan cara
pemeliharaannya.

Adapun akibat-akibat yang ditimbulkan dengan adanya gangguan hubung singkat


tersebut antara lain:
1. Rusaknya peralatan listrik yang berada dekat dengan gangguan yang
disebabkan arus-arus yang besar, arus tak seimbang maupun tegangan-
tegangan rendah.
2. Berkurangnya stabilitas daya system tersebut.
3. Terhentinya kontinuitas pelayanan listrik kepada konsumen apabila
gangguan hubung singkat tersebut sampai mengakibatkan bekerjanya CB
yang biasa disebut dengan pemadaman litrik.
c. Gangguan tegangan lebih
Gangguan tegangan lebih diakibatkan karena adanya kelainan pada sistem.
Gangguan tegangan lebih dapat terjadi antara lain karena :
- gangguan petir
- gangguan surja hubung, di antaranya adalah penutupan saluran tak serempak pada
pemutus tiga fasa, penutupan kembali saluran dengan cepat, pelepasan beban
akibat gangguan, penutupan saluran yang semula tidak masuk sistem menjadi
masuk sistem, dan sebagainya.
Macam-macam Gangguan

I. Gangguan Beban Lebih


Beban lebih mungkin tidak tepat disebut sebagai gangguan. Namun
karena beban lebih adalah suatu keadaan abnormal yang apabila
dibiarkan terus berlangsung dapat membahayakan peralatan, jadi harus
diamankan, maka beban lebih harus ikut ditinjau.
Beban lebih dapat terjadi pada trafo atau pada saluran karena beban
yang dipasoknya terus meningkat, atau karena adanya maneuver atau
perubahan aliran beban di jaringan setelah adanya gangguan. Beban
lebih dapat mengakibatkan pemanasan yang berlebihan yang selanjutnya
panas yang berlebihan itu dapat mempercepat proses penuaan atau
memperpendek umur peralatan listrik.
II. Gangguan Hubung Singkat (Short Circuit)

Gangguan hubung singkat dapat terjadi antara fasa (3 fasa atau 2 fasa)
atau antara 1 fasa ke tanah, dan dapat bersifat temporair (non
persistant) atau permanent (persistant). Gangguan yang permanent
misalnya hubung singkat yang terjadi pada kabel, belitan trafo atau
belitan generator karena tembusnya (break downnya) isolasi padat.
Gangguan temporair misalnya akibat flashover karena sambaran petir,
pohon, atau tertiup angin.
Gangguan hubung singkat dapat merusak peralatan secara termis dan
mekanis. Kerusakan termis tergantung besar dan lama arus gangguan,
sedangkan kerusakan mekanis terjadi akibat gaya tarik-menarik atau
tolak-menolak.
Keterangan

III. Gangguan Tegangan Lebih

Tegangan lebih dapat dibedakan sebagai berikut :


 Tegangan lebih dengan power frequency
 Tegangan lebih transient

Tegangan lebih transient dapat dibedakan :


 Surja Petir (Lightning surge)
 Surja Hubung (Switching surge)
Timbulnya tegangan lebih dengan power frequency, dapat terjadi
karena :
 Kehilangan beban atau penurunan beban di jaringan akibat
switching, karena gangguan atau karena maneuver.
 Gangguan pada AVR (Automatic Voltage Regulator) pada generator
atau pada on load tap changer dari trafo.
 Over speed pada generator karena kehilangan beban.

IV. Gangguan Kurangnya Daya

Kekurangan daya dapat terjadi karena tripnya unit pembangkit (akibat


gangguan di prime movernya atau di generator) atau gangguan hubung
singkat di jaringan yang menyebabkan kerjanya relay dan circuit
breakernya yang berakibat terlepasnya suatu pusat pembangkit dari
sistem. Jika kemampuan atau tingkat pembebanan pusat atau unit
pembangkit yang hilang atau terlepas tersebut melampaui spinning
reverse system, maka pusat-pusat pembangkit yang masih ada akan
mengalami pembebanan yang berkelebihan sehingga frequency akan
merosot terus, yang bila tidak diamankan akan mengakibatkan tripnya
unit pembangkit lain (cascading) yang selanjutnya dapat berakibat
runtuhnya (collapse) sistem (pemadaman total).

V. Gangguan Ketidakstabilan (Instability)

Gangguan hubung singkat atau kehilangan pembangkit dapat


menimbulkan ayunan daya (power swing) atau yang lebih hebat dapat
menyebabkan unit-unit pembangkit lepas sinkron (out of synchronism).
Power swing dapat menyebabkan relay pengaman salah kerja yang
selanjutnya menyebabkan gangguan yang lebih luas. Lepas sinkron dapat
mengakibatkan berkurangnya pembangkit karena tripnya unit
pembangkit tersebut atau terpisahnya sistem, yang selanjutnya dapat
menyebabkan gangguan yang lebih luas bahkan runtuh (collapse).

Upaya Mengatasi Gangguan

Dalam sistem tenaga listrik, upaya untuk mengatasi gangguan dapat


dilakukan dengan cara :
I. Mengurangi Terjadinya Gangguan

Gangguan tidak dapat dicegah sama sekali, tapi dapat dikurangi


kemungkinan terjadinya sebagai berikut :
 Peralatan yang dapat diandalkan adalah peralatan yang minimum
memenuhi persyaratan standart yang dibuktikan dengan type test, dan
yang telah terbukti keandalannya dari pengalaman. Penggunaan
peralatan di bawah mutu standart akan merupakan sumber gangguan.
 Penentuan spesifikasi yang tepat dan design yang baik sehingga
semua peralatan tahan terhadap kondisi kerja normal maupun dalam
keadaan gangguan, baik secara elektris, thermis maupun mekanis.
 Pemasangan yang benar sesuai dengan design, spesifikasi dan
petunjuk dari pabrik.
 Penggunaan kawat tanah pada SUTT/SUTET dengan tahanan
pentanahan kaki tiang yang rendah. Untuk pemeriksaan dan
pemeliharaan, maka konduktor pentanahannya harus dapat dilepas dari
kaki tiangnya.
 Penebangan atau pemangkasan pohon-pohon yang berdekatan
dengan kawat fasa SUTM dan SUTT harus dilakukan secara periodik.
Dalam hal ini yang perlu diperhatikan tidak hanya jaraknya dalam
keadaan tidak ada angin, melainkan juga dalam keadaan pohon-pohon
tersebut ketika ditiup angin.
 Penggunaan kawat atau kabel udara berisolasi untuk SUTM harus
dipilih dan digunakan secara selektif.
 Operasi dan pemeliharaan yang baik.
 Menghilangkan atau mengurangi penyebab gangguan atau
kerusakan melalui penyelidikan.

II. Mengurangi Akibat Gangguan

Menghilangkan gangguan sama sekali dalam suatu sistem tenaga listrik


merupakan usaha yang tidak mungkin dapat dilakukan. Oleh karena itu
maka usaha yang dapat dilakukan adalah mengurangi akibat kerusakan
yang ditimbulkannya. Usaha-usaha yang dapat dilakukan adalah :
 Mengurangi besarnya arus gangguan. Untuk mengurangi arus
gangguan dapat dilakukan dengan cara : menghindari konsentrasi
pembangkitan (mengurangi short circuit level) menggunakan reaktor dan
menggunakan tahanan untuk pentanahan netralnya.
 Penggunaan lighting arrester dan penentuan tingkat dasar isolasi
(BIL) dengan koordinasi isolasi yang tepat.
 Melepaskan bagian sistem yang terganggu dengan menggunakan
circuit breaker dan relay pengaman.
 Mengurangi akibat pelepasan bagian sistem yang terganggu dengan
cara :
1. Penggunaan jenis relay yang tepat dan penyetelan relay yang
selektif agar bagian yang terlepas sekecil mungkin.
2. Penggunaan saluran double.
3. Penggunaan automatic reclosing.
4. Penggunaan sectionalizer pada JTM.
5. Penggunaan spindle pada JTM atau setidak-tidaknya ada titik
pertemuan antar saluran sehingga ketika ada kerusakan atau
pemeliharaan tersedia alternative supply untuk maneuver.
6. Penggunaan peralatan cadangan.
 Penggunaan pola load shedding dan sistem splitting untuk
mengurangi akibat kehilangan pembangkit.
 Penggunaan relay dan circuit breaker yang cepat dan AVR dengan
response yang cepat pula untuk menghindari atau mengurangi
kemungkinan gangguan instability (lepas sinkron).
Proteksi Generator dan Jenis-jenis
Pengamannya

Mesin-mesin dengan rancangan terbaru pada umumnya jarang sekali mengalami


gangguan, hal ini disebabkan karena adanya penggunaan bahan-bahan bermutu
tinggi, teknis pengerjaan dan pengendalian mutu yang lebih baik, jika dibanding
dengan mesin-mesin buatan terdahulu. Walaupun demikian kemungkinan terjadinya
gangguan tidak dapat dihindarkan. Gangguan dapat menyebabkan kerusakan pada
mesin yang sedang dioperasikan dan biasanya akan diikuti dengan …
Sistem Proteksi Generator
Proteksi untuk gangguan dari dalam generator * Differential Relay:
untuk melindungi generator dari gangguan akibat hubung singkat(short circuit)
antar fasa. * Stator Ground Fault Relay:untuk mendeteksi gangguan
pentanahan/grounding pada generator *Loss of Field Relay: untuk mendeteksi
kehilangan medan penguatan yang menyebabkan over heating pada
kumparan stator dan arus Eddy(Eddy Current) pada kumparan rotor. * Voltage
PERAN GENERATOR DALAM SISTEM DAN SYARAT PROTEKSI
GENERATOR

Sebagai sumber energi listrik dalam suatu sistem tenaga, generator memiliki
peran yang penting, sehingga tripnya PMT/CB generator sangat tidak dikehendaki
karena sangat mengganggu sistem, terutama generator yang berdaya besar. Dan
juga karena letaknya di hulu, PMT/CB generator tidak boleh mudah trip tetapi juga
harus aman bagi generator, walaupun didalam sistem banyak terjadi gangguan
Untuk menjaga keandalan dari kerja generator, maka
dilengkapilah generator dengan peralatan-peralatan proteksi. Peralatan proteksi
generator harus betul-betul mencegah kerusakan generator, karena
kerusakan generator selain akan menelan biaya perbaikan mempertimbangkan
pula proteksi bagi mesin penggeraknya, karena generator digerakkan oleh mesin
penggerak mula.

GANGGUAN GENERATOR

Gangguan Generator relatif jarang terjadi karena:


a. Instalasi Listrik tidak terbuka terhadap lingkungan, terlindung terhadap petir dan
tanaman.
b. Ada Transformator Blok dengan hubungan Wye-Delta, sehingga mencegah arus
(gangguan) urutan nol dari Saluran Transmisi masuk ke Generator.
c. Instalasi Listrik dari Generator ke Rel umumnya memakai Cable Duct yang
kemungkinannya mengalami gangguan kecil.
d. Tripnya PMT Generator sebagian besar (lebih dari 50%) disebabkan oleh
gangguan mesin penggerak generator.

Namun ada juga gangguan-gangguan yang sering terjadi pada generator, meliputi
gangguan pada :
• Stator
• Rotor (Sistem Penguat)
• Mesin Penggerak
• Back up instalasi di luar Generator

Pengaman terhadap gangguan luar generator

Generator umumnya dihubungkan ke rel (busbar). Beban dipasok oleh saluran yang
dihubungkan ke rel. Gangguan kebanyakan ada di saluran yang mengambil daya
dari rel.
Instalasi penghubung generator dengan rel umumnya jarang mengalami gangguan.
Karena rel dan saluran yang keluar dari rel sudah mempunyai proteksi sendiri,
maka proteksi generator terhadap gangguan luar cukup dengan relay arus lebih
dengan time delay yang relatif lama dan dengan voltage restrain.
Voltage Restrain
• Arus Hubung Singkat Generator turun sebagai fungsi waktu.
• Hal ini disebabkan oleh membesarnya arus stator yang melemahkan medan
magnit kutub (rotor) sehingga ggl dan tegangan jepit Generator turun.
• Untuk menjamin kerjanya Relay sehubungan dengan menurunnya arus hubung
singkat Generator, diperlukan Voltage Restrain Coil.
• Mengingat karakteristik hubung singkat Generator yang demikian, pada Generator
besar dipakai juga Relay Impedansi.

PENGAMAN TERHADAP GANGGUAN DALAM GENERATOR


a. Hubung singkat antar fasa
b. Hubung singkat fasa ke tanah
c. Suhu tinggi
d. Penguatan hilang
e. Arus urutan negatif
f. Hubung singkat dalam sirkit rotor
g. Out of Step
h. Over flux

Hubung singkat antar fasa

• Untuk proteksi dipergunakan relay differensial.


• Kalau relay ini bekerja maka selain mentripkan PMT generator, PMT medan
penguat generator harus trip juga.
• Selain itu melalui relay bantu, mesin penggerak harus dihentikan.

Hubung Singkat Fasa – Tanah


a. Dipakai Relay Hubung Tanah terbatas.
b. Relay ini memerintahkan
- PMT Generator Trip
- PMT Medan Penguat Mesin Penggerak berhenti (melalui Relay Bantu)
,c. Pada Generator yang memakai Trafo Blok Y- sehingga arus urutan nol dari
gangguan hubung tanah di luar Generator tidak masuk, bisa dipakai pula :
- Relay Tegangan yang mengukur pergeseran tegangan titik Netral terhadap tanah.
- Relay Arus yang mengukur arus titik Netral ke tanah lewat tahanan atau kumparan.

Penguatan Hilang
• Penguatan hilang atau penguatan melemah (under exitation) bisa menimbulkan
pemanasan yang berlebihan pada kepala kumparan stator
• Penguatan hilang menyebabkan gaya mekanik pada kumparan arus searah rotor
hilang, terjadi out of step, menjadi Generator Asinkron, timbul arus pusar berlebihan
di rotor, selanjutnya rotor mengalami pemanasan berlebihan.
• Relay penguatan hilang akan mentripkan PMT Generator

Penggunaan Relay Mho


• Dalam keadaan eksitasi rendah / hilang, Generator akan mengambil daya Reaktif
dari sistem.
• Oleh karenanya dipakai Relay Mho yang bekerja pada kwadran 3 dan 4 dari Kurva
Kemampuan Generator.
• Perlu perhatian pada Beban Kapasitif, misalnya Saluran Kosong, Daya Reaktif
akan masuk ke Generator dan menyebabkan Relay ini bekerja.
Hubung Singkat dalam Sirkit Rotor
Hubung singkat dalam sirkit rotor bisa menyebabkan penguatan hilang.
• Karena hubung singkat dalam sirkit rotor ini, bisa timbul distorsi medan magnet
dan selanjutnya timbul getaran berlebihan.
• Cara mendeteksi gangguan sirkit rotor : Potentio Meter, AC Injection, DC Injection.

Relay Negatif Sequence


• Gangguan yang menimbulkan ketidak-simetrisan Tegangan maupun arus,
menimbulkan Negatif Sequence Current, tetapi tidak dapat dideteksi oleh Relay-
relay yang telah disebutkan sebelumnya, maka sebelum Negatif Sequence Current
terjadi diharapkan dapat dideteksi oleh Relay ini.
• Gangguan-gangguan tersebut di atas misalnya adalah :
– Hubung Singkat antar lilitan satu fasa.
– Hubung Tanah di dekat titik Netral.
– Ada sambungan salah satu fasa yang kendor.
• Negative Sequence Current bisa menimbulkan pemanasan berlebihan pada rotor.

Gangguan Internal Generator Yang Sulit Dideteksi


1. Hubung singkat antar lilitan satu fasa, tidak terdeteksi oleh relay diferensial.
2. Hubung tanah di dekat titik Netral, tidak terdeteksi oleh relay hubung tanah
terbatas.
3. Lilitan putus atau sambungan kendor, tidak terlihat oleh relay diferensial.
4. Diharapkan relay suhu dan relay Negatif Sequence bisa ikut mendeteksi dua
gangguan ini.

Untuk Exciter berupa generator arus bolak balik yang memakai diode berputar,
deteksi gangguan rotor hanya bisa lewat :
a. Arus medan Pilot Exciter yang melewati sikat, bisa ditap untuk diamati. Arus ini
akan membesar kalau ada gangguan kumparan rotor.
b. Gangguan Kumparan rotor menimbulkan vibrasi yang bisa dideteksi oleh detektor
vibrasi.

Gangguan dalam mesin penggerak


Gangguan-gangguan yang demikian adalah :
• Tekanan minyak pelumas terlalu rendah
• Suhu air pendingin atau suhu bantalan terlalu tinggi
• Daya balik,

Adakalanya gangguan dalam mesin penggerak generator memerlukan tripnya PMT


Generator.

Suhu Tinggi
• Suhu tinggi bisa terjadi pada bantalan generator atau pada kumparan stator.
• Hal ini masing-masing di deteksi oleh relay suhu yang mula-mula membunyikan
alarm kemudian mentripkan PMT generator dan memberhentikan mesin penggerak
apabila yang bekerja adalah relay suhu bantalan.
Penyebab Suhu Tinggi
A. Lilitan Stator, penyebabnya:
1. Beban Lebih
2. Beban tidak simetris, arus urutan negatif
3. Hubung singkat yang tidak terdeteksi
4. Penguatan Hilang / Lemah
5. Ventilasi kurang baik, hidrogin bocor
6. Kotoran / debu melekat pada lilitan

B. Kumparan Rotor, penyebabnya:


1. Beban stator tidak seimbang, arus urutan negatif
2. Hubung singkat yang tidak terdeteksi
3. Out of step
4. Ventilasi kurang baik, hidrogin bocor
5. Kotoran / debu melekat pada lilitan

C. Bantalan Generator, penyebabnya:


1. Pelumasan kurang lancar, tekanannya kurang tinggi
2. Kerusakan pada bagian yang bergeseran

Tekanan minyak terlalu rendah


• Tekanan minyak pelumas yang terlalu rendah bisa merusak bantalan, oleh
karenanya jika hal ini terjadi Mesin Penggerak perlu segera dihentikan melalui
proses alarm terlebih dahulu apabila tekanan ini turun secara bertahap
• Berhentinya Mesin Penggerak harus bersamaan dengan tripnya PMT Generator

Suhu Air Pendingin atau Suhu Bantalan terlalu tinggi


• Sama seperti tekanan terlalu rendah
Daya Balik
Daya balik dimana generator menjadi motor dapat menimbulkan kerusakan karena
pemanasan berlebihan pada sudu-sudu tekanan rendah Turbin uap. Pada Turbin air
dapat meningkatkan kavitasi. Oleh karenanya diperlukan relay daya balik pada
generator yang digerakkan oleh turbin uap atau turbin air dengan melalui Alarm
terlebih dahulu. Untuk Turbin Gas masalahnya sama dengan untuk Turbin Uap.
Putaran Lebih
• Apabila PMT generator trip, maka akan terjadi putaran lebih yang membahayakan
generator dan mesin penggeraknya.
• Untuk ini diperlukan relay putaran lebih yang memberhentikan mesin penggerak.
Tegangan Lebih
• Apabila PMT generator trip, maka bisa terjadi tegangan lebih.
• Untuk ini diperlukan relay tegangan lebih.
Tekanan dan Kebocoran Hidrogen
Untuk generator yang didinginkan dengan gas Hidrogen, harus ada relay yang
mendeteksi tekanan rendah dan kebocoran Hidrogen untuk memberhentikan mesin
penggerak generator dan memutus arus medan
Relay Over Fluks
Relay ini mengukur besaran volt per Hertz. Tegangan imbas volt dalam suatu
kumparan adalah sebanding dengan kerapatan fluks dan frekwensi. Over fluks bisa
terjadi pada Tegangan normal tetapi frekwensi rendah. Hal semacam ini
bisa terjadi pada saat menstart generator dimana frekwensi masih rendah, karena
putaran Generator masih rendah, tetapi sudah ada arus penguat dari exciter.
Kerapatan fluks yang tinggi ini akan menimbulkan arus pusar yang tinggi sehingga
timbul pemanasan berlebihan dalam inti generator dan dalam inti trafo penaik
tegangan. Begitu pula dengan rugi histerisis yang menjadi makin tinggi
apabila kerapatan fluks magnetik tinggi, hal ini ikut menambah pemanasan inti
stator.
Mesin Sinkron
Hampir semua energi listrik dibangkitkan dengan memakai mesin sinkron.
Generator sinkron (sering disebut alternator) adalah mesin sinkron yangdigunakan
untuk mengubah daya mekanik menjadi daya listrik. Generator sinkrondapat berupa
generator sinkron tiga fasa atau generator sinkron AC satu fasatergantung dari
kebutuhan.
Konstruksi Generator Sinkron
Pada generator sinkron, arus DC diterapkan pada lilitan rotor untuk
menghasilkan medan magnet rotor. Rotor generator diputar oleh prime mover
menghasilkan medan magnet berputar pada mesin. Medan magnet putar ini
menginduksi tegangan tiga fasa pada kumparan stator generator. Rotor pada
generator sinkron pada dasarnya adalah sebuah elektromagnet yang besar. Kutub
medan magnet rotor dapat berupa salient (kutub sepatu) dan dan non salient (rotor
silinder).

Prinsip Kerja Generator sinkron


Setelah kita membahas di sini mengenai konstruksi dari suatu generator
sinkron, maka artikel kali ini akan membahas mengenai prinsip kerja dari suatu
generator sinkron. Yang akan menjadi kerangka bahasan kali ini adalah
pengoperasian generator sinkron dalam kondisi berbeban, tanpa beban,
menentukan reaktansi dan resistansi dengan melakukan percobaan tanpa beban
(beban nol), percobaan hubung-singkat dan percobaan resistansi jangkar.

Seperti telah dijelaskan pada artikel-artikel sebelumnya, bahwa kecepatan rotor dan
frekuensi dari tegangan yang dibangkitkan oleh suatu generator sinkron berbanding
lurus. Gambar 1 akan memperlihatkan prinsip kerja dari sebuah generator AC
dengan dua kutub, dan dimisalkan hanya memiliki satu lilitan yang terbuat dari dua
penghantar secara seri, yaitu penghantar a dan a’.

Untuk dapat lebih mudah memahami, silahkan lihat animasi prinsip kerja generator,
di sini.

Gambar 1. Diagram Generator AC Satu Phasa Dua Kutub.

Lilitan seperti disebutkan diatas disebut “Lilitan terpusat”, dalam generator


sebenarnya terdiri dari banyak lilitan dalam masing-masing fasa yang terdistribusi
pada masing-masing alur stator dan disebut “Lilitan terdistribusi”. Diasumsikan rotor
berputar searah jarum jam, maka fluks medan rotor bergerak sesuai lilitan jangkar.
Satu putaran rotor dalam satu detik menghasilkan satu siklus per detik atau 1 Hertz
(Hz).

Bila kecepatannya 60 Revolution per menit (Rpm), frekuensi 1 Hz. Maka untuk
frekuensi f = 60 Hz, rotor harus berputar 3600 Rpm. Untuk kecepatan rotor n rpm,
rotor harus berputar pada kecepatan n/60 revolution per detik (rps). Bila rotor
mempunyai lebih dari 1 pasang kutub, misalnya P kutub maka masing-masing
revolution dari rotor menginduksikan P/2 siklus tegangan dalam lilitan stator.
Frekuensi dari tegangan induksi sebagai sebuah fungsi dari kecepatan rotor, dan
diformulasikan dengan:

Untuk generator sinkron tiga fasa, harus ada tiga belitan yang masing-masing
terpisah sebesar 120 derajat listrik dalam ruang sekitar keliling celah udara seperti
diperlihatkan pada kumparan a – a’, b – b’ dan c – c’ pada gambar 2. Masing-
masing lilitan akan menghasilkan gelombang Fluksi sinus satu dengan lainnya
berbeda 120 derajat listrik. Dalam keadaan seimbang besarnya fluksi sesaat :

ΦA = Φm. Sin ωt
ΦB = Φm. Sin ( ωt – 120° )
ΦC = Φm. Sin ( ωt – 240° )

Gambar 2. Diagram Generator AC Tiga Fasa Dua Kutub

Besarnya fluks resultan adalah jumlah vektor ketiga fluks tersebut adalah:
ΦT = ΦA +ΦB + ΦC, yang merupakan fungsi tempat (Φ) dan waktu (t), maka besar-
besarnya fluks total adalah:
ΦT = Φm.Sin ωt + Φm.Sin(ωt – 120°) + Φm. Sin(ωt– 240°). Cos (φ – 240°)
Dengan memakai transformasi trigonometri dari :

Sin α . Cos β = ½.Sin (α + β) + ½ Sin (α + β ),

maka dari persamaan diatas diperoleh :

ΦT = ½.Φm. Sin (ωt +φ )+ ½.Φm. Sin (ωt – φ) + ½.Φm. Sin ( ωt + φ – 240° )+


½.Φm. Sin (ωt – φ) +½.Φm. Sin (ωt + φ – 480°)

Dari persamaan diatas, bila diuraikan maka suku kesatu, ketiga, dan kelima
akan silang menghilangkan. Dengan demikian dari persamaan akan didapat
fluksi total sebesar, ΦT = ¾ Φm. Sin ( ωt - Φ ) Weber .

Jadi medan resultan merupakan medan putar dengan modulus 3/2 Φ dengan
sudut putar sebesar ω. Maka besarnya tegangan masing-masing fasa adalah :

E maks = Bm. ℓ. ω r Volt


dimana :

Bm = Kerapatan Fluks maksimum kumparan medan rotor (Tesla)


ℓ = Panjang masing-masing lilitan dalam medan magnetik (Weber)
ω = Kecepatan sudut dari rotor (rad/s)
r = Radius dari jangkar (meter)

Generator Tanpa Beban

Apabila sebuah mesin sinkron difungsikan sebagai generator dengan diputar pada
kecepatan sinkron dan rotor diberi arus medan (If), maka pada kumparan jangkar
stator akan diinduksikan tegangan tanpa beban (Eo), yaitu sebesar:
Eo = 4,44 .Kd. Kp. f. φm. T Volt

Dalam keadaan tanpa beban arus jangkar tidak mengalir pada stator, sehingga tidak
terdapat pengaruh reaksi jangkar. Fluks hanya dihasilkan oleh arus medan (If). Bila
besarnya arus medan dinaikkan, maka tegangan keluaran juga akan naik sampai
titik saturasi (jenuh), seperti diperlihatkan pada gambar 3. Kondisi generator tanpa
beban bisa digambarkan rangkaian ekuivalennya seperti diperlihatkan pada gambar
3b.

Gambar 3a dan 3b. Kurva dan Rangkaian Ekuivalen Generator Tanpa Beban

Generator Berbeban

Bila generator diberi beban yang berubah-ubah maka besarnya tegangan terminal V
akan berubah-ubah pula, hal ini disebabkan adanya kerugian tegangan pada:
• Resistansi jangkar Ra
• Reaktansi bocor jangkar Xl
• Reaksi Jangkar Xa

a. Resistansi Jangkar
Resistansi jangkar/fasa Ra menyebabkan terjadinya kerugian tegang/fasa
(tegangan jatuh/fasa) dan I.Ra yang sefasa dengan arus jangkar.

b. Reaktansi Bocor Jangkar


Saat arus mengalir melalui penghantar jangkar, sebagian fluks yang terjadi tidak
mengimbas pada jalur yang telah ditentukan, hal seperti ini disebut Fluks Bocor.

c. Reaksi Jangkar
Adanya arus yang mengalir pada kumparan jangkar saat generator dibebani akan
menimbulkan fluksi jangkar (ΦA ) yang berintegrasi dengan fluksi yang dihasilkan
pada kumparan medan rotor(ΦF), sehingga akan dihasilkan suatu fluksi resultan
sebesar :

Interaksi antara kedua fluksi ini disebut sebagai reaksi jangkar, seperti diperlihatkan
pada Gambar 4. yang mengilustrasikan kondisi reaksi jangkar untuk jenis beban
yang berbeda-beda.

Gambar 4a, 4b, 4c dan 4d. Kondisi Reaksi Jangkar.

Gambar 4a , memperlihatkan kondisi reaksi jangkar saat generator dibebani


tahanan (resistif) sehingga arus jangkar Ia sefasa dengan GGL Eb dan ΦA akan
tegak lurus terhadap ΦF.

Gambar 4b, memperlihatkan kondisi reaksi jangkar saat generator dibebani kapasitif
, sehingga arus jangkar Ia mendahului ggl Eb sebesar θ dan ΦA terbelakang
terhadap ΦF dengan sudut (90 -θ).
Gambar 4c, memperlihatkan kondisi reaksi jangkar saat dibebani kapasitif murni
yang mengakibatkan arus jangkar Ia mendahului GGL Eb sebesar 90° dan ΦA akan
memperkuat ΦF yang berpengaruh terhadap pemagnetan.

Gambar 4d, memperlihatkan kondisi reaksi jangkar saat arus diberi beban induktif
murni sehingga mengakibatkan arus jangkar Ia terbelakang dari GGL Eb sebesar
90° dan ΦA akan memperlemah ΦF yang berpengaruh terhadap pemagnetan.

Jumlah dari reaktansi bocor XL dan reaktansi jangkar Xa biasa disebut reaktansi
Sinkron Xs.

Vektor diagram untuk beban yang bersifat Induktif, resistif murni, dan kapasitif
diperlihatkan pada Gambar 5a, 5b dan 5c.

Gambar 5a, 5b dan 5c. Vektor Diagram dari Beban Generator

Berdasarkan gambar diatas, maka bisa ditentukan besarnya tegangan jatuh yang
terjadi, yaitu :

Total Tegangan Jatuh pada Beban:

= I.Ra + j (I.Xa + I.XL)


= I {Ra + j (Xs + XL)}

= I {Ra + j (Xs)}

= I.Zs

Menentukan Resistansi dan Reaktansi

Untuk bisa menentukan nilai reaktansi dan impedansi dari sebuah generator, harus
dilakukan percobaan (test). Ada tiga jenis test yang biasa dilakukan, yaitu:

• Test Tanpa beban ( Beban Nol )


• Test Hubung Singkat.
• Test Resistansi Jangkar.

Test Tanpa Beban


Test Tanpa Beban dilakukan pada kecepatan Sinkron dengan rangkaian jangkar
terbuka (tanpa beban) seperti diperlihatkan pada Gambar 6. Percobaan dilakukan
dengan cara mengatur arus medan (If) dari nol sampai rating tegangan output
terminal tercapai.

Gambar 6. Rangkaian Test Generator Tanpa Beban.


Test Hubung Singkat

Untuk melakukan test ini terminal generator dihubung singkat, dan dengan
Ampermeter diletakkan diantara dua penghantar yang dihubung singkat tersebut
(Gambar 7). Arus medan dinaikkan secara bertahap sampai diperoleh arus jangkar
maksimum. Selama proses test arus If dan arus hubung singkat Ihs dicatat.

Gambar 7. Rangkaian Test Generator di Hubung Singkat.

Dari hasil kedua test diatas, maka dapat digambar dalam bentuk kurva karakteristik
seperti diperlihatkan pada gambar 8.

Gambar 8. Kurva Karakteristik Tanpa Beban dan Hubung Singkat sebuah


Generator.

Impedansi Sinkron dicari berdasarkan hasil test, adalah:

, If = konstatn

Test Resistansi Jangkar


Dengan rangkaian medan terbuka, resistansi DC diukur antara dua terminal output
sehingga dua fasa terhubung secara seri, Gambar 9. Resistansi per fasa adalah
setengahnya dari yang diukur.

Gambar 9. Pengukuran Resistansi DC.

Dalam kenyataannya nilai resistansi dikalikan dengan suatu faktor untuk


menentukan nilai resistansi AC efektif , eff R . Faktor ini tergantung pada bentuk dan
ukuran alur, ukuran penghantar jangkar, dan konstruksi kumparan. Nilainya berkisar
antara 1,2 s/d 1,6 .

Bila nilai Ra telah diketahui, nilai Xs bisa ditentukan berdasarkan persamaan:

Anda mungkin juga menyukai