Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Sistem Proteksi

Qurrata’ Ayyunin (D032221016)

UNIVERSITAS HASANUDDIN
PASCASARJANA FAKULTAS
TEKNIK JURUSAN TEKNIK
ELEKTRO
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kami rahmat kesehatan dan kesempatan, sehingga bisa menyusun atau
menyelesaikan penyusunan makalah Sistem Proteksi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen yang telah membimbing
penulis dan pihak-pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Makalah ini penulis yakni bahwa jauh dari kesempurnaan dan masih
banyak kekurangannya seperti pepatah yang mengatakan “tak ada gading yang
tak retak”, baik isi maupun penyusunnya.Penulis juga mengharapkan kritik dan
saran yang membangun guna kesempurnaan tugas ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih, semoga dapat bermanfaat
dan bisa menambah pengetahuan bagi pembaca.

Makassar, 29 Maret 2023

Qurrata’ Ayyunin
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1
1.1. Rumusan Masalah ......................................................................... 1
1.2. Tujuan............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 4
2.1. Pengertian Proteksi Sistem Tenaga Listrik.................................... 4
2.2. Fungsi Proteksi Sistem Tenaga Listrik.......................................... 7
2.3. Tujuan Proteksi Sistem Tenaga Listrik.......................................... 8
2.4. Syarat Proteksi Sistem Tenaga Listrik........................................... 8
2.5. Zona Proteksi Sistem Tenaga Listrik............................................. 8
BAB III PENUTUP........................................................................................... 11
3.1. Kesimpulan.................................................................................... 54
3.2. Saran.............................................................................................. 54
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 55
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem proteksi tenaga listrik pada umumnya terdiri dari beberapa komponen
yang di rancang untuk mengidentifikasi kondisi sistem tenaga listrik dan bekerja
berdasarkan informasi yang diperoleh dari sistem tersebut seperti arus, tegangan
atau sudut fasa antara keduanya. Informasi yang diperoleh dari sistem tenaga
listrik akan digunakan untuk membandingkan besarannya dengan besaran
ambang-batas (threshold setting) pada peralatan proteksi.
Proteksi tenaga listrik merupakan bagian yang menjamin bahwa dalam
transmisi tenaga lisrik dapat dikatakan aman. Dapat dikatakan aman karena dalam
transmisi tenaga listrik akan diberikan suatu alat yang berfungsi untuk
mengamankan transmisi dari gangguan bahkan mengamankan manusia dari
bahaya yang ditimbulkan oleh pemindahan daya listrik dari suatu tempat ke
tempat yang lain.
Proteksi transmisi tenaga listrik sangat diperlukan dalam transmisi tenaga
listrik. Dengan proteksi yang bagus, maka transmisi tidak akan rusak ketika ada
sebuah gangguan yang bersifat sementara. Jika proteksi transmisi tenaga listrik
baik, maka nilai ekonomis dapat diperoleh karena jika dalam suatu transmisi
terjadi gangguan, maka kerusakan peralatan tidak dapat menyebar keperalatan
yang lain dikarenakan ada sebuah proteksi transmisi. Nilai ekonomis dan aman
dapat dipadukan menjadi nilai andal. Andal yang dimaksud disini adalah tidak
membahayakan manusia yang berada disekitar transmisi tenaga listrik sehingga
manusia yang berada disekitar transmisi ini tidak mengalami gangguan kesehatan
maupun gangguan material.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah Pengertian Proteksi Transmisi Tenaga Listrik?
2. Apa saja yang termasuk dalam alat proteksi tenaga listrik?
3. Bagaimana proteksi transmisi tenaga listrik itu bekerja?
4. Dimana proteksi transmisi tenaga listrik diterapkan?

1.3 Batasan Masalah


Mengingat permasalahan dalam gangguan pada sistem tenaga listrik sangat
luas maka penulisan makalah ini akan dibatasi pada :
1. Pengertian proteksi transmisi tenaga listrik
2. Bagaimana proteksi tersebut bekerja
3. Dimana letak porteksi tersebut dan apa saja alatnya.

1.4 Tujuan
1. Mengetahui pengertian Proteksi Sistem Tenaga Listrik
2. Mengetahui alat Proteksi Sistem Tenaga Listrik
3. Memahami prinsip kerja Proteksi Sistem Tenaga Listrik
4. Mengetahui penerapan Proteksi Sistem Tenaga Listrik
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Proteksi Sistem Tenaga Listrik


Pengertian proteksi transmisi tenaga listrik adalah adalah proteksi yang
dipasang pada peralatan-peralatan listrik pada suatu transmisi tenaga listrik
sehingga proses penyaluran tenaga listrik dari tempat pembangkit tenaga listrik
(Power Plant) hingga Saluran distribusi listrik (substation distribution) dapat
disalurkan sampai pada konsumen pengguna listrik dengan aman.
Sederhananya, sistem proteksi tenaga listrik merupakan sistem pengaman pada
peralatan peralatan yang terpasang pada sistem tenaga listrik, seperti generator,
busbar, transformator, saluran udara tegangan tinggi, saluran kabel bawah tanah,
dan lain sebagainya terhadap kondisi abnormal operasi sistem tenaga listrik
tersebut.
Proteksi transmisi tenaga listrik diterapkan pada transmisi tenaga listrik agar
jika terjadi gangguan peralatan yang berhubungan dengan transmisi tenaga listrik
tidak mengalami kerusakan. Ini juga termasuk saat terjadi perawatan dalam
kondisi menyala. Jika proteksi bekerja dengan baik, maka pekerja dapat
melakukan pemeliharaan transmisi tenaga listrik dalam kondisi bertegangan. Jika
saat melakukan pemeliharaan tersebut terjadi gangguan, maka pengaman-
pengaman yang terpasang harus bekerja demi mengamankan sistem dan manusia
yang sedang melaukukan perawatan.
2.2. Fungsi Proteksi Sistem Tenaga Listrik
Kegunaan sistem proteksi tenaga listrik, antara lain untuk :
1. Mencegah kerusakan peralatan-peralatan pada sistem tenaga listrik akibat
terjadinya gangguan atau kondisi operasi sistem yang tidak normal.
2. Mempersempit daerah yang terganggu sehingga gangguan tidak melebar
pada sistem yang lebih luas.
3. Memberikan pelayanan tenaga listrik dengan keandalan dan mutu tinggi
kepada konsumen. Mengamankan manusia dari bahaya yang ditimbulkan
oleh tenaga listrik.

2.3. Tujuan Proteksi Sistem Tenaga Listrik


Tujuan dari sistem proteksi adalah 
1. Untuk mengidentifikasi gangguan
2. Memisahkan bagian instalasi yang terganggu dari bagian lain yang masih
normal dan sekaligus mengamankan instalasi dari kerusakan atau kerugian
yang lebih besar.
3. Serta memberikan informasi atau tanda bahwa telah terjadi gangguan,
yang pada umumnya diikuti dengan membukanya PMT. 

2.4. Syarat Proteksi Sistem Tenaga Listrik


Syarat yang harus dimiliki oleh sebuah sistem proteksi adalah :
1. Keterandalan (Reliability) : Pada kondisi normal (tidak ada gangguan)
relay tidak bekerja. Jika terjadi gangguan maka relay tidak boleh gagal
bekerja dalam mengatasi gangguan. Kegagalan kerja relay dapat
mengakibatkan alat yang diamankan rusak berat atau gangguannya meluas
sehingga daerah yang mengalami pemadaman semakin luas. Relay tidak
boleh salah kerja, artinya relay yang seharusnya tidak bekerja, tetapi
bekerja. Hal ini menimbulkan pemadaman yang tidak seharusnya dan
menyulitkan analisa gangguan yang terjadi. Keandalan relay pengaman
ditentukan dari rancangan, pengerjaan, beban yang digunakan, dan
perawatannya.
2. Selektivitas (Selectivity) : Selektivitas berarti relay harus mempunyai
daya beda (discrimination),sehingga mampu dengan tepat memilih bagian
yang terkena gangguan. Kemudian relay bertugas mengamankan peralatan.
Relay mendeteksi adanya gangguan dan memberikan perintah untuk
membuka pemutus tenaga dan memisahkan bagian yang terganggu.
Bagian yang tidak terganggu jangan sampai dilepas dan masih Jika terjadi
pemutusan hanya terbatas pada daerah yang terganggu.
3. Sensitivitas (Sensitivity) : Relay harus mempunyai kepekaan yang tinggi
terhadap besaran minimal (kritis) sebagai mana direncanakan. Relay harus
dapat bekerja pada awalnya terjadinya gangguan. Oleh karena itu,
gangguan lebih mudah diatasi pada awal kejadian. Hal ini memberi
keuntungan dimana kerusakan peralatan yang harus diamankan menjadi
kecil. Namun demikian, relay juga harus stabil.
4. Kecepatan Kerja : Relay pengaman harus dapat bekerja dengan cepat.
Jika ada gangguan, misalnya isolasi bocor akibat adanya gangguan
tegangan lebih terlalu lama sehingga peralatan listrik yang diamankan
dapat mengalami kerusakan. Namun demikian, relay tidak boleh bekerja
terlalu cepat (kurang dari 10 ms). Disamping itu, waktu kerja relay tidak
boleh melampaui waktu penyelesaian kritis (critical clearing time). Pada
sistem yang besar atau luas, kecepatan kerja relay pengaman mutlak
diperlukan karena untuk menjaga kestabilan sistem agar tidak terganggu.
Hal ini untuk mencegah relay salah kerja karena transient akibat surja
petir.
5. Ekonomis : Satu hal yang harus diperhatikan sebagai persyaratan relay
pengaman adalah masalah harga atau biaya. Relay tidak akan
diaplikasikan dalam sistem tenaga listrik, jika harganya sangat mahal.
Persyaratan reliabilitas, sensitivitas, selektivitas dan kecepatan kerja relay
hendaknya tidak menyebabkan harga relay tersebut menjadi mahal.

2.5. Gangguan Sistem


Gangguan sistem adalah gangguan yang terjadi di sistem tenaga listrik seperti
pada transformator, reaktor, kapasitor, busbar, SUTT, SKTT, SUTET dan lain
sebagainya. Gangguan sistem dapat dikelompokkan sebagai gangguan permanen
dan gangguan temporer.
2.6. Gangguan Non Sistem
Gangguan non sistem adalah gangguan bukan pada sistem, jenis nya antara
lain kerusakan komponen relai, kabel kontrol terhubung singkat dan interferensi /
induksi pada kabel kontrol. Dan untuk jenis tipe gangguan pada sistem proteksi
terdiri dari :
a. Gangguan Fasa
Terhubungnya dua fasa atau lebih, secara langsung atau tidak. Meliputi
gangguan hubung singkat dua fasa dan tiga fasa. Hubung singkat
ditandai dengan:
 Turunnya tegangan sistem jaringan.     
 Kenaikan arus dalam waktu yang sangat pendek
b. Gangguan Tanah
Terhubungnya satu fasa atau lebih dengan tanah, secara langsung atau tidak
langsung. (tiang, badan trafo, selubung timah kabel).

2.7. Zona sistem proteksi


Di dalam sistem proteksi tenaga listrik, seluruh komponen harus diamankan
dengan tetap menekankan selektivitas kerja peralatan/relay pengaman. 6 Untuk
mencapai hal ini,sistem tenaga listrik dibagi menjadi daerah-daerah (zona)
pengaman seperti terlihat pada gambar2.1.

Gambar 2.1. Daerah Pengamanan Pada Sistem Tenaga Listrik


Keterangan :
1. Zone Generator
2. Zone Transformator Step-Up
3. Zone Busbar
4. Zone Transmisi
5. Zone Transformator Step-Down
6. Zone Beban
Setiap daerah proteksi pada umumnya terdiri atas satu atau lebih elemensistem
tenaga listrik. Misalnya generator, busbar, transformator, transmisi, dan lain-lain.
Agar seluruh sistem tenaga listrik dapat diamankan, maka harus ada daerah yang
tumpang-tindih (overlap).
Artinya ada elemen sistem yang diamankan oleh dua daerah pengamanan.
Setiap daerah pengaman dijaga oleh relay yang sesuai dengan karakteristik
peralatan yang diamankan. Pada umumnya yang menjadi batas pengamanan antar
daerah pengamanan adalah trafo arus yang mencatu ke rele.

2.8. Peralatan-Peralatan Sistem Proteksi


Untuk mengamankan dari adanya gangguan, dilakukan dengan memasang
peralatan-peralatan sistem proteksi. Sedangkan untuk menghilangkan gangguan
dengan cepat oleh sistem perlindungannya, diperlukan sistem operasi yang cepat
dan benar. Suatu sistem proteksi/pengaman terdiri dari komponen alat-alat utama
meliputi:
1. Pemutus Tenaga
2. Transformator Arus
3. Transformator tegangan
4. Pemisah
5. Arester
6. Rele Proteksi

2.8.1. Pemutus tenaga (PMT)


Pemutus Tenaga (PMT) merupakan peralatan saklar / switching
mekanis, yang mampu menutup, mengalirkan dan memutus arus beban dalam
kondisi normal serta mampu menutup, mengalirkan (dalam periode waktu
tertentu) dan memutus arus beban dalam spesifik kondisi abnormal /
gangguan seperti kondisi short circuit / hubung singkat.

Gambar 2.2 Bagian-bagian PMT

Keterangan :
1. Mekanisme penggerak (operating mechanism).
2. Pemutus (interrupter).
3. Isolator penyangga dari porselen rongga (hollow support insulator
porcelen).
4. Batang penggerak.
5. Penyambung diantara no.4 dan no. 12 (linkages).
6. Terminal-terminal.
7. Saringan (filters).
8. Silinder bergerak (movable cylinder).
9. Torak tetap (fixed piston)
10. Kotak tetap (fixed contact)
Gambar 2.3. PMT 150 KV

2.8.2. Transformator arus


Transformator arus digunakan untuk mengukur arus beban suatu
rangkaian dengan menggunakan transformator arus maka arus beban yang
besar dapat diukur hanya dengan menggunakan alat ukur (ammeter) yang tidak
terlalu besar.

Gambar 2.4.Transformator Arus


2.8.3.Pemisah
Pemisah adalah suatu alat untuk memisahkan tegangan pada peralatan
instalasi tegangan tinggi. Ada dua macam fungsi Pms, yaitu:
1. Pemisah Peralatan;
Berfungsi untuk memisahkan peralatan listrik dari peralatan lain atau instalasi
lain yang bertegangan. Pms ini boleh dibuka atau ditutup hanya pada
rangkaian yang tidak berbeban.
2. Pemisah Tanah (Pisau Pentanahan/Pembumian);
Berfungsi untuk mengamankan dari arus tegangan yang timbul sesudah saluran
tegangan tinggi diputuskan atau induksi tegangan dari penghantar atau kabel
lainnya.Hal ini perlu untuk keamanan bagi orang-orang yang bekerja pada
peralatan instalasi.

Gambar 2.6. Pemisah

2.8.4.Arrester

lightning gelombang berjalan arrester(penangkalpetir)yang berfungsi menangkal


gelombang berjalan dari petir yang akan masuk ke instalasi pusat pembangkit . listrik
Gelombang berjalan juga dapat berasal dari pembukaan dan penutupan pemutus tenaga
atau circuit breaker (switching). Pada sistem Tegangan Ekstra Tinggi (TET) yang
besarnya di atas 350 kV, surja tegangan yang disebabkan oleh
switchinglebihbesardaripadasurjapetir.

Saluran udara yang keluar dari pusat pembangkit listrik merupakan bagian
instalasi pusat pembangkit listrik yang paling rawan sambaran petir dan karenanya
harus diberi lightning arrester. Selain itu, lightning arrester harus berada di depan
setiap transformator dan harus terletak sedekat mungkin dengan transformator.

Hal ini perlu karena pada petir yang merupakan gelombangberjalan


menuju ke transformator akan melihat transformator sebagai suatu ujung terbuka
(karena transformator mempunyai isolasi terhadap bumi/tanah) sehingga gelombang
pantulannya akan saling memperkuat dengan gelombang yang datang. Berarti
transformator dapat mengalami tegangan surja dua kali besarnya tegangan gelombang
surja yang datang. Untuk mencegah terjadinya hal ini, lightning arrester harus
dipasang sedekat mungkin dengan ransformator.

Lightning arrester bekerja pada tegangan tertentu di atas tegangan operasi untuk
membuang muatan listrik dari surja petir dan berhenti beroperasi pada tegangan
tertentu di atas tegangan operasi agar tidak terjadi arus pada tegangan operasi, dan
perbandingan dua tegangan ini disebut rasio proteksi arrester. Tingkat
isolasi bahan arrester harus berada di bawah tingkat isolasi bahan transformator agar
apabila sampai terjadi flashover, maka flashover diharapkan terjadi pada arrester dan
tidak pada transformator.

Gambar 2.7. Arrester

2.8.5. Rele proteksi


Rele proteksi adalah susunan peralatan yang direncanakan untuk dapat
merasakan atau mengukur adanya gangguan atau mulai merasakan tenaga listrik dan
segera otomatis memberi perintah untuk membuka pemutus tenaga untuk memisahkan
peralatan atau bagian dari sistem proteksi yang terganggu dan memberikan isyarat
berupa lampu atau bel. Rele proteksi dapat merasakan adanya gangguan pada peralatan
yang diamankan dengan mengukur atau membandingkan besaran-besaran yang
diterimanya, misalnya arus, tegangan, daya, sudut fase, frekuensi, impedansi dan
sebagainya, dengan besaran yang telah ditentukan kemudian mengambilnya keputusan
untuk seketika ataupun dengan perlambatan waktu membuka pemutus tenaga.Fungsi
rele proteksi pada sistem tenaga listrik :
a. Merasakan, mengukur dan menentukan bagian sistem yang terganggu serta
memisahkan secepatnya sehingga sistem lain yang tidak terganggun dapat
beroperasi normal.
b. Mengurangi kerusakan yang lebih parah dari peralatan yang terganggu
c. Mengurangi pengaruhnya gangguan terhadap bagian sistem yang tidak
terganggu di dalam sistem tersebut serta mencegah meluasnya
gangguan.
d. Memperkecil bahaya bagi manusia.
BAB III

PENUTUP

3.1. Penutup
a. Kesimpulan

Sistem proteksi yang baik adalah sistem yang mampu mengamankan serta
menjaga kemanan di mulai dari pembangkitan, penyaluran, hingga sampai pada
konsumen penngguna secara aman dan baik. Tetapi kita tak boleh lupa bahwa
kehandalan dari sebuah sistempun harus di dukung dengan perlatan yang memadai,
agar saat terjadi sebuah gangguan dapat segera terdeteksi.
DAFTAR PUSTAKA

Arismunandar, A dan Kuwahara, S. 1972. Teknik Tenaga Listrik, jilid III gardu
induk.Jakarta: PT. Pradnya Paramita.
ABB. 2007. “ANSI / IEC three-phase recloser OVR” http://www.abb.com
Download 16th November 2007.
Juwarta, VOL. 11 NO. 2 JULI 2015, PEMUTUS TENAGA SISTEM HEMBUS
PADA RANGKAIAN TRANSMISI LISTRIK.

Yusmartato, Ramayulis, Abdurrozzaq Hsb., Penentuan,ISSN : 2598

1099(Online)ISSN : 2502–3624, Penentuan Nilai Arus Pemutusan Pemutus


Tenaga Sisi 20 KV pada Gardu Induk 30 MVA Pangururan.

Anda mungkin juga menyukai