Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH STANDARISASI PROTEKSI

INSTALASI LISTRIK

Oleh :

1. Alifia Anjaningtyas ( 1924210353 )


2. Erik Setiawan ( 1924210351 )
3. Rizky Prasti Pambudi ( 1924210352 )

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN PANCA BUDI
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
karunia-NYA penulis akhirnya dapat menyelesaikan penulisan ini dengan baik. Makalah
ini berjudul “Standarisasi Proteksi Instalasi Listrik”.

Makalah akhir ini disusun dan diajukan untuk melengkapi tugas mata kuliah
standarisasi. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah akhir tidak terlepas dari
doa dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada :

1. Ibu Siti Anisah, ST.,MT selaku dosen pembimbing mata kuliah standarisasi.
2. Semua pihak yang telah memberikan dukungan selama pelaksanaan perkuliahan dan
penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk
itu saran, kritik, dan pendapat dari berbagai pihak sangat penulis harapkan. Akhirulkalam,
mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaaat khususnya bagi penulis sendiri dan
umumnya bagi semua pembaca, Amin.

Medan, 09 Maret 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

MAKALAH STANDARISASI PROTEKSI .............................................................................i


KATA PENGANTAR ................................................................................................................ ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL...................................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................2
2.1 Dasar - Dasar Sistem Proteksi ...................................................................................2
2.1.1 Pengertian Sistem Proteksi ................................................................................2
2.1.2 Pemilihan Sistem Proteksi..................................................................................2
2.1.3 Syarat-Syarat Sistem Proteksi ...........................................................................2
2.2 Permasalahan Arus Beban Lebih ....................................................................................3
2.2.1 Analisa Permasalahan ........................................................................................6
BAB III PENUTUP ....................................................................................................................9
3.1 Kesimpulan .................................................................................................................9
3.2 Saran ...........................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................................10

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Konfigurasi Pemasangan MCB………………………………………….4

Gambar 2.2 MCB Di Kantor………………………………………………………….4

Gambar 2.3 Pengukuran Arus Listrik………………………………………………...7

iv
v
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel Kode Kabel Penghantar ………………………………………….5

Tabel 2.2 Tabel KHA Kabel Penghantar…………………………………………..6

Tabel 2.3 Julat Trip MCB Sesuai SPLN 108 Tahun 1993………………………...8

Tabel 2.4 Karakteristik Arus Waktu Sesuai SPLN 108 Tahun 1993……………...8

vi
BAB I PENDAHULUAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam sistem tenaga listrik, sistem proteksi merupakan komponen penting untuk
menjaga kelangsungan dan keandalan penyaluran energi listrik. Sistem proteksi berfungsi
untuk melindungi peralatan dari kerusakan pada saat terjadinya gangguan serta
meminimalisir gangguan agar tidak meluas. Sistem proteksi yang prioritas bekerja untuk
mengamankan peralatan dari gangguan atau menghilangan kondisi tidak normal pada
sistem tenaga listrik. Sistem proteksi tersebut bekerja saat terjadinya gangguan dalam
wilayah yang harus dilindunginya.

Kondisi gangguan yang sering terjadi dalam penyaluran energi listrik antara lain :
jatuh tegangan, hubung singkat, arus lebih, frekuensi sistem rendah, asinkron dan
sebagainya. Pada makalah ini, penulis ingin membahas permasalahan gangguan yang
sering terjadi pada instalasi listrik yaitu hubung singkat dan arus lebih. Gangguan ini
sering terjadi di rumah-rumah maupun perkantoran.

1.2 Rumusan Masalah

Gangguan yang sering terjadi pada instalasi listrik yaitu hubung singkat dan arus
lebih. Gangguan ini sering terjadi di rumah-rumah maupun perkantoran. Salah satu
contoh gangguannya pada kantor penulis tepatnya instalasi penerangan kantor yang
mengalami trip atau listrik padam ketika semua lampu penerangan atau beban semua
digunakan. Gangguan ini terjadi karena instalasi listrik sudah tidak mampu menampung
arus listrik yang dibebankan pada instalasi tersebut sehingga terjadi kondisi arus beban
lebih. Dalam keadaan tersebut mcb sebagai proteksi instalasi langsung bekerja memutus
arus sehingga instalasi akan aman dari konsleting. Sesuai dengan SPLN-108 (1993), Arus
beban lebih adalah arus lebih yang terjadi dalam suatu sirkit yg tidak terganggung secara
listrik. Suatu arus beban lebih dapat menyebabkan kerusakan, bila mengalir terus menerus
dalam waktu yang cukup.

1
BAB II PEMBAHASAN

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Dasar - Dasar Sistem Proteksi


2.1.1 Pengertian Sistem Proteksi

Sistem proteksi yang prioritas bekerja untuk mengamankan peralatan dari


gangguan atau menghilangan kondisi tidak normal pada sistem tenaga listrik. Sistem
proteksi tersebut bekerja saat terjadinya gangguan dalam wilayah yang harus
dilindunginya.

2.1.2 Pemilihan Sistem Proteksi

Dasar pemilihan proteksi sistem tenaga listrik dan sistem proteksi adalah sebagai
berikut :
a. Mengurangi kerusakan pada peralatan yang terganggu dan peralatan yang
berdekatan dengan titik gangguan.

b. Mencegah gangguan meluas.

c. Meminimalisasi durasi gangguan.

d. Memaksimalkan ketersediaan listrik untuk konsumen.

2.1.3 Syarat-Syarat Sistem Proteksi

Persyaratan proteksi harus dipertimbangkan untuk memastikan sistem tenaga


tenaga listrik dilengkapi dengan sistem proteksi yang handal. Persyaratan desain ini
digunakan sebagai dasar yang harus dipenuhi pada pemilihan sistem proteksi. Sistem
proteksi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Sensitif
Sistem proteksi harus mampu mendeteksi arus gangguan sekecilnya diatas nilai
setting arus gangguan dan beroperasi dibawah nilai minimum gangguan.

2
b. Selektif
Sistem proteksi harus mampu menentukan daerah kerjanya dan atau fasa yang
terganggu secara cepat. Peralatan dan sistem proteksi hanya memisahkan
bagian dari jaringan yang sedang terganggu.
c. Handal
Suatu sistem proteksi dapat bekerja benar sesuai fungsi yang diinginkan dalam
kondisi dan jangka waktu tertentu. Sistem proteksi diharapkan bekerja pada
saat kondisi yang diharapkan terpenuhi dan tidak boleh bekerja pada kondisi
yang tidak diharapkan.
d. Cepat
Sistem proteksi harus mampu memberikan respon sesuai dengan kebutuhan
peralatan yang dilindungi untuk meminimalisasi terjadinya gangguan meluas.

2.2 Permasalahan Arus Beban Lebih


Gangguan yang sering terjadi pada instalasi listrik yaitu hubung singkat dan arus
lebih. Gangguan ini sering terjadi di rumah-rumah maupun perkantoran. Salah satu
contoh gangguannya pada kantor penulis tepatnya instalasi penerangan kantor yang
mengalami trip atau listrik padam ketika semua lampu penerangan atau beban semua
digunakan. Gangguan ini terjadi karena instalasi listrik sudah tidak mampu menampung
arus listrik yang dibebankan pada instalasi tersebut sehingga terjadi kondisi arus beban
lebih. Berikut komponen instalasi listrik yang digunakan pada kantor penulis antara lain
:
1. MCB
MCB ( Magnetic Circuit Breaker ) adalah komponen pada instalasi listrik yang
berfungsi untuk memutuskan arus listrik ketika terjadi arus beban lebih maupun
arus hubung singkat. Berikut merupakan spesifikasi mcb yang digunakan dalam
kantor penulis yang sering mengalami trip :

Merk : Schneider Domae

V rating : 230 VAC

I Rating : 10A

Triping curve :C

3
220VAC

S
50Hz

10A 10A 16A 10A

Gambar 2.1 Konfigurasi Pemasangan MCB

Gambar 2.2 MCB Di Kantor

2. Kabel Penghantar
Kabel penghantar digunakan untuk mengantarkan listrik dari sumber listrik ke alat
yang memerlukan listrik. Sesuai dengan SPLN 43-2 Tahun 1992 kabel penghantar
listrik mempunyai beberapa kode yaitu :

4
Tabel 2.1 Tabel Kode Kabel Penghantar

Huruf Kode Komponen

N Kabel jenis standar dengan tembaga sebagai penghantar

Y Isolasi PVC

M Selubung PVC

Re Penghantar padat bulat

rm Penghantar bulat berkawat banyak

-I Kabel dengan sistem pengenal warna inti hijau-kuninng

-O Kabel dengan sistem pengenal warna inti tanpa hijau-kuninng

Selain mempunyai kode huruf pengenal kabel penghantar mempunyai luas


penampang dan tegangan yang dapat dihantarkan oleh kabel tersebut. Berikut
merupakan tabel KHA dari kabel penghantar :

5
Tabel 2.2 Tabel KHA Kabel Penghantar

2.2.1 Analisa Permasalahan

Pada kantor penulis sering terjadi gangguan mcb trip dikarenakan instalasi listrik
dikantor mengalami beban lebih sehingga mcb akan langsung bekerja memutus arus
tersebut. MCB yang terpasang mempunyai rating arus sebesar 10 Ampere dengan
kurva tripping tipe kurva C, akan tetapi arus yang melewati mcb tersebut dibebankan
arus sebesar 15,8 Ampere. Besaran arus yang dibebankan dapat dibuktikan dengan
melakukan pengukuran arus seperti berikut ini :

6
Gambar 2.3 Pengukuran Arus Listrik

Dengan demikian arus trip konvensional MCB tersebut telah tercapai. Arus trip
konvensional MCB tipe C adalah sebesar 1,45 x Arus nominal. MCB dengan tripping
curve C dapat Trip dengan waktu instan jika dialiri arus 5-10 In (SPLN 108-1993).

Perhitungan Arus trip Konvensional (It) :

It Type C : 1,45 x Arus nominal(In) (SPLN 108-1993)


Beban : 15,8
Arus Nominal : 10A
It = 1,45 x 10
= 14,5A (Terpenuhi arus konvensionalnya)

7
Tabel 2.3 Julat Trip MCB Sesuai SPLN 108 Tahun 1993
Jenis Julat

B Di atas 3 In sampai dengan 5 In

CL Di atas 4 In sampai dengan 6 In

C Di atas 5 In sampai dengan 10 In

D Di atas 10 In sampai dengan 50 In

Tabel 2.4 Karakteristik Arus Waktu Sesuai SPLN 108 Tahun 1993

8
BAB III PENUTUP

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan


sebagai berikut :

1. MCB mengalami trip dalam waktu tertentu karena arus beban yang mengalir
dalam MCB sudah mencapai Arus trip konvensional diamana untuk tripping curve
typpe C adalah sebar 1,45 In.

3.2 Saran
1. Dilakukan penggantian MCB ke rating arus yang lebih tinggi (16Ampere) dengan
kurva tripping type C juga.
Perhitungan Arus trip Konvensional (It) :
It Type C : 1,45 x Arus nominal(In) (SPLN 108-1993)
Beban : 15,8
Arus Nominal : 16A

It = 1,45 x 16

= 23,2A (Tidak terpenuhi arus konvensionalnya)

2. Jika dilakukan Uprating MCB ke 16A maka harus dilakukan uprating Konduktor
menjadi 4mm2 dengan KHA sebesar 30A pada suhu 40 derjat Celcius.
Dikarenakan menurut perhitungan Arus trip Konvensional dari MCB adalah
sebesar 23,2A padahal untuk KHA (Kemampuan hantar arus) konduktor dengan
luas penampang sebesar 2,5mm adalah sebesar 22A pada suuh 40 derajat Celcius
(SPLN 42-3 1992) Sehingga konduktor dapat terproteksi dengan baik dan tidak
terbakar.

9
DAFTAR PUSTAKA

[1] PLN. SPLN 42-1: 1991 tentang kabel berisolasi PVC tegangan pengenal 450/750 V (NYA).
Jakarta : Dep. Pertamben dan PLN. 1991

[2] PLN. SPLN 42-2: 1992 tentang kabel berisolasi dan berselubung PVC tegangan, 1992 pengenal
300/500 V (NYM). Jakarta : Dep. Pertamben dan PLN.

[3] PLN. SPLN 108: 1993 tentang Pemutus tegangan mini untuk pembatas dan pengaman arus
lebih untuk instalasi gedung dan rumah, 1993. Jakarta : Dep. Pertamben dan PLN.

10

Anda mungkin juga menyukai