Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

PENGAMAN SISTEM TENAGA LISTRIK


“SISTEM PROTEKSI PADA JARINGAN DISTRIBUSI”
“FUSE CUTE OUT (FCO), LIGHNING ARRESTER,
LOAD BREAK SWITCH (LBS), RECLOSER”

DISUSUN OLEH :
1. HENDRIKO JOEL SIREGAR
(2005031003)
2. AGUNG SIGIT BIMANTORO
(2005031026)
3. MUHAMMAD DANI NOOR
(2005031024)
4. ADRI WINARDI
(2005031014)
5. MUHAMMAD RIDHO ALHAFIZ
(2005031030)
6. FADIL MUHAMAD FATTAH
(2005031009)

KELAS : EL – 6B
KELOMPOK : 4

PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI MEDAN
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. i
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL.................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Makalah ........................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3
2.1 Sistem Proteksi Distribusi Tenaga Listrik ...................................................................... 3
2.1.1 Pengertian Sistem Proteksi.................................................................................... 3
2.1.2 Tujuan Sistem Proteksi ......................................................................................... 3
2.1.3 Persyaratan Sistem Proteksi Tujuan utama sistem proteksi .................................. 4
2.2 Gangguan Hubung Singkat ............................................................................................. 8
2.3 Jenis-Jenis Sistem Proteksi Pada Jaringan Distribusi ..................................................... 9
2.3.1 Fuse Cut Out ..................................................................................................... 9
2.3.2 Lighning Arrester ............................................................................................ 14
2.3.3 LBS (Load Break Switch) ............................................................................... 20
2.3.4 Recloser........................................................................................................... 25
2.3.5 CB (Circuit Breaker)/PMT (Pemutus Tenaga) Kubikel.................................. 30
BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 34
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 34
3.2 Saran ....................................................................................................................... 34

i
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagian-bagian FCO ................................................................................. 11


Gambar 2.2 Load Break Switch tipe SF6.................................................................... 21
Gambar 2.3 LBS dengan gas SF6 ............................................................................... 22
Gambar 2.4 Panel RTU dan LBS ................................................................................ 23
Gambar 2.5 Panel Kontrol LBS .................................................................................. 23
Gambar 2.6 Recloser ................................................................................................... 25
Gambar 2.7 Kontruksi Recloser .................................................................................. 26

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Ketersediaan Fuse Link ............................................................................... 14


Tabel 2.2 Kabel Standar LBS...................................................................................... 22

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proteksi sistem distribusi tenaga listrik sangat penting dalam penyaluran


dari satu tempat ke tempat yang lain. Sistem proteksi distribusi tenaga listrik
merupakan bagian yang menjamin bahwa dalam jaringan distribusi tenaga
listrik dapat dikatakan aman. Dikatakan aman karena akan diberi suatu alat
yang berfungsi untuk mengamankan jaringan distribusi dari gangguan maupun
mengamankan manusia saat proses penyaluran daya listrik dari satu tempat ke
tempat lain. Proteksi sistem tenaga listrik adalah pengamanan yang dilakukan
terhadap peralatan-peralatan listrik yang terpasang pada sistem tenaga listrik itu
sendiri terhadap kondisi abnormal dari sistem tenaga listrik. Kondisi abnormal
yang dimaksud yaitu berupa hubung singkat (short circuit), jenis gangguan ini
menyebabkan lonjakan arus yang disebut arus hubung singkat yang melalui
sistem dan peralatannya. Bentuk gangguan arus hubung singkat tersebut adalah
gangguan fasa ke tanah dan gangguan antar fasa yang sifatnya bisa temporer
dan permanen.
Sistem proteksi pada jaringan distribusi sangat diperlukan. Jika proteksi
distribusi tenaga listrik baik, maka bila terjadi gangguan kerusakan peralatan
tidak dapat menyebar pada peralatan yang lain. Sistem proteksi pada jaringan
distribusi sangat dibutuhkan guna mengurangi terjadinya gangguan serta
mengurangi akibat dari gangguan tersebut, sehingga keandalan dan kepekaan
pada saat penyaluran tenaga listrik tetap terjaga, dan target dalam penyaluran
energi listrik bisa tercapai. Oleh karena itu, pembahasan mengenai sistem
proteksi pada jaringan distribusi sangatlah penting untuk dipelajari. Untuk itu
kami membuat makalah mengenai proteksi sistem distribusi tenaga listrik.

1
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka permasalahan


dalam penulisan makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Apa pengertian dari Sistem Proteksi?


b. Tujuan dari sitem proteksi?
c. Persyaratan sistem proteksi?
d. Apa yang dimaksud gangguan hubung singkat?
e. Jenis-jenis sistem proteksi pada jaringan distribusi?
f. Fungsi dan cara kerja dari masing-masing proteksi pada jaringan
distribusi?

1.3 Tujuan Makalah

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan maka tujuan


penulisan makalah ini meliputi:

a. Menjelaskan tentang pengertian sistem proteksi pada jaringan distribusi


tenaga listrik.
b. Menjelaskan mengenai tujuan dari sitem proteksi pada jaringan
distribusi.
c. Menjelaskan penjelasan mengenai persyaratan suatu sistem proteksi
pada jaringan distribusi tenaga listrik.
d. Menjelaskan pengertian hubung singkat
e. Menjelaskan jenis-jenis sistem proteksi pada jaringan distribusi tenaga
listrik.
f. Menjelaskan fungsi dan cara kerja dari masing-masing proteksi pada
jaringan distribusi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sistem Proteksi Distribusi Tenaga Listrik


2.1.1 Pengertian Sistem Proteksi

Secara umum sistem proteksi ialah cara untuk mencegah atau


membatasi kerusakan peralatan terhadap gangguan, sehingga kelangsungan
penyaluran tenaga listrik dapat di pertahankan. Rele proteksi ialah susunan
peralatan yang di rencanaakan untuk dapat merasakan adanya ketidak normalan
pada peralatan atau bagian sistem tenaga listrik dan segera secara otomatis
memberi perintah untuk membuka pemutus tenaga atau untuk memisahkan
peralatan atau bagian dari sistem yang terganggu dan memberi isyarat berupa
lampu ataupun bel.
Rele proteksi dapat merasakan atau melihat adanya gangguan pada
peralatan yang di gunakan dengan mengukur dan membandingkan besaran-
besaran yang diterima, misalnya arus, tegangan, daya, frekuensi, dan impedansi
dengan besaran yang telah di tentukan, kemudian mengambil keputusan untuk
seketika ataupun dengan perlambatan waktu membuka pemutus tenaga.
Pemutus tenaga umumnya dipasang pada generator, transformator daya, saluran
transmisi, saluran distribusi dan sebagianya, supaya masing-masing bagian
sistem dapat dipisahkan sedemikian rupa sehingga sistem lainya tetap dapat
beroperasi dengan baik (Samaulah, 2004 : 3).

2.1.2 Tujuan Sistem Proteksi

Gangguan pada sistem ditribusi tenaga listrik hampir seluruhnya


merupakan gangguan hubung singkat, yang akan menimbulkan arus yang
cukup besar. Semakin besar sistemnya semakin besar gangguanya. Arus yang
besar bila tidak segera di hilangkan akan merusak peralatan yang dilalui arus
gangguan. Untuk melepaskan daerah yang terganggu itu maka diperlukan suatu
sistem proteksi, yang pada dasarnya adalah alat pengaman yang bertujuan untuk
melepaskan atau membuka sistem yang terganggu, sehingga arus gangguan ini
3
akan padam. Adapun tujuan dari sistem proteksi antara lain (Samaulah, 2004 :
101) :

1. Untuk menghindari atau mengurangi kerusakan akibat gangguan pada


peralatan yang terganggu atau peralatan yang dilalui oleh arus gangguan.
2. Untuk melokalisir (mengisolasir) daerah gangguan menjadi sekecil
mungkin.
3. Untuk dapat memberikan pelayanan listrik dengan keandalan yang tinggi
kepada konsumen. Serta memperkecil bahaya bagi manusia

2.1.3 Persyaratan Sistem Proteksi Tujuan utama sistem proteksi

1. Mendeteksi kondisi abnormal (gangguan)


2. Mengisolir peralatan yang terganggu dari sistem. Persyaratan
terpenting dari sistem proteksi yaitu:
a. Kepekaan

Pada prinsipnya relay harus cukup peka sehingga dapat


mendeteksi gangguan di kawasan pengamanya, termasuk kawasan
pengaman cadanganjauhnya, meskipun dalam kondisi yang
memberikan deviasi yang minimum. Untuk relay arus-lebih hubung-
singkat yang bertugas pula sebagai pengaman cadangan jauh bagi seksi
berikutnya, relay itu harus dapat mendeteksi gangguan pada tingkat
yang masih dini sehingga dapat membatasi keruskan. Bagi peralatan
seperti tersebut di atas, hal ini sangat penting karena jika gangguan itu
sampai merusak besi laminasi stator atau inti trafo, maka perbaikanya
akan sangat sukar dan mahal.
Sebagai pengaman gangguan tanah pada SUTM, relay yang
kurang peka menyebabkan banyak gangguan tanah, dalam bentuk
sentuhan dengan pohon yang tertiup angin, yang tidak bisa di deteksi.
Akibatnya, busur apinya berlangsung lama dan dapat menyebar ke fasa
lain, maka relay hubung-singkat yang akan berkerja. Gangguan
4
sedemikian bisa terjadi berulangkali di tempat yang sama yang dapat
mengakibatkan kawat cepat putus. Sebaiknya jika terlalu peka, relay
akan terlalu sering trip untuk gangguan yang sangat kecil yang
mungkin bisa hilang sendiri atau resikonya dapat di batalkan atau
dapat di terima.

b. Keandalan

Ada tiga aspek dalam keandalan :

1. Dependability
Yaitu tingkat kepastian bekerjanya (keandalan kemampuan
bekerjanya). Pada prinsipnya pengaman harus dapat diandalkan
berkerjanya (dapat mendeteksi dan melepaskan bagian yang
terganggu), tidak boleh gagal berkerja. Dengan kata lain perkataan
dependability-nya harus tinggi.
2. Security
Yaitu tingkat kepastian untuk tidak salah berkerja (keandalan
untuk tidak salah kerja). Salah kerja adalah kerja yang semestinya
tidak harus berkerja, misalnya karena lokasi gangguan dari luar
kawassan pengamananya atau sama sekali tidak ada gangguan
atau kerja yang terlalu cepat atau terlalu lambat. Salah kerja
mengakibatkan pemadaman yang sebenarnya tidak perlu terjadi.
Jadi pada prinsipnya pengaman tidak boleh slah berkerja, dengan
lain perkataan security-nya harus tinggi.
3. Availability
Yaitu perbandingan antara wktu dimana pengaman dalam
keadaan berfungsi/siap kerja dan waktu totaldalam operasinya.
Dengan relay elektromekanis, jika rusak/tak berfungsi, tidak
diketahui segera. Baru di ketahui dan di perbaiki atau di ganti.
Disamping itu, sistem proteksi yang baik juga dilengkapi dengan
kemampuan mendeteksi terputusnya sikrit trip, sikrit sekunder

5
arus, sirkit sekunder teganganserta hilangnya tegangan serta
hilangnya tegangan searah (DC voltage), dan memberikan alam
sehingga bisa di perbaiki, sebelumm kegagalan proteksi dalam
gangguan yang sesungguhnya, benar benar terjadi. Jadi avilability
dan keandalanya tinggi.

c. Selektifitas
Pengaman harus dapat memisahkan bagian sistem yang terganggu
sekecil mungkin yaitu hanya seksi atau per Latan yang terganggu saja
yang termasuk dalam kawasan pengamanan utamanya. Pengamanan
sedemikian disebut pengaman yang selektif. Jadi relai harus dapat
membedakan apakah :
1. Gangguan terletak di kawasan pengamanan utamanya dimana ia
harus berkerja cepat.
2. Gangguan terletak di seksi berikutnya dimana ia harus berkerja
dengan waktu tunda (sebagai pengaman cadangan) atau menahan
diri untuk tidak trip.
3. Gangguanya di luar daerah pengamanya, atau sama sekali tidak
ada gangguan, dimana ia tidak harus berkerja sama sekali. ada
gangguan, dimana ia tidak harus berkerja sama sekali.
Untuk itu relay-relai, yang di dalam sistem terletak secara seri,
dikoordinie dengan mengatur peringkat waktu (time grading) atau
peningkatan setting arus (current grading) atau gabungan dari
keduanya. Untuk itulah relay dibuat dengan bermacam-macam jenis
dan karakteristiknya.Dengan pemilihan jenis dan karakteristik relay
yang tepa, spesifikasi trafo arus yang benar, serta penentuan setting
rele yang terkoordinir dengan baik, selektifitas yang baik dapat
diperoleh.
Pengaman utama yang memerlukan kepekaan dan kecepatan yang
tinggi, sperti pengaman transformator tenaga, gnerator, dan busbar

6
pada sistem tenaga listrik extra tinggi dibuat berdasarkan perinsip
kerja yang mempunyai kawasan pengaman yang batasnya sangat jelas
dan pasti, dan tidak selektif terhadap gangguan di luar kawasanya,
sehingga sangat selektif, tapi tidak bisa memberikan pengamanan
cadangan bagi seksi berikutnya

d. Kecepatan
Untuk memperkecil kerugian/kerusaka akibat gangguan, maka
bagian yang terganggu harus di pisahkan secepat mungkin dari bagian
sistem lainya. Waktu total pembebasan sistem dari gangguan adalah
waktu sejak munculnya gangguan, sampai bagian yang terganggu
benar-benar terpisah dari bagian sistem lainya. Kecepatan itu penting
untuk:
1. Menghindari kerusakan secara thermis pada peralatan yang di lalui
arus gangguan serta membatasi kerusakan pada alat yang
terganggu.
2. Mempertahankan kesetabilan sistem
3. Membatasi ionisasi (busur api) pada gangguan di saluran udara
yang akan berarti memperbesar kemungkinan berhasilnya
penutupan balik PMT (reclosing) dan memepersingkat dead
timenya (interval waktu antara buka dan tutup).
Untuk menciptakan selektifitas yang baik, mungkin saja suatu
pengaman terpaksa di beri waktu tunda (td) namun waktu tunda
tersebut harus sesingkat mungkin (seperlunya saja) dengan
memperhitungkan resikonya.

7
2.2 Gangguan Hubung Singkat

Dari berbagai peralatan yang terpasang pada sisitem distribusi tenaga


listrik mulai dari pembangkit sampai ke jaringan distribusi, dua pertiga dari
jumlah gangguan yang terjadi adalah pada jaringan distribusinya. Hal ini di
mengerti karena panjangnya jaringan distribusi yang tebentang dan beroperasi
pada kondisi udara yang berbeda, sehingga jarinagan merupakan subjek dari
gangguan yang umumnya berasal dari alam.
Analisa gangguan hubung singkat adalah analisa kelakuan dari sistem
distribusi tenaga listrik pada keadaan gangguan hubung singkat. Hasil
langsungnya adalah arus dan tegangan akibat dari gangguan tersebut,
sedangkan tujuanya adalah :
1. Memeriksa atau mendapatkan besar daya hubung singkat pada rel
daya (busbar) yang ada. Dengan mengetahui besar daya hubung
singkat itu, dapat di tentukan besar kapasitas alat pemutus daya
yang sesuai untuk setiapsaluran fasa rel daya tersebut.
2. Mendapatkan besar arus hubung singkat mengalir pada setiap
peralatan (saluran, transformator dan lain-lain) untuk menentukan
setting. Pada sirkuit tiga fasa arus bolak-balik, terdapat 3 macam
hubung singkat yang dapat di bedakan antara lain :
▪ Hubung singkat tiga fasa
▪ Hubung singkat dua fasa
▪ Hubung singkat satu fasa ke tanah

Dari ketiga macam gangguan di atas, gangguan hubung singkat satu


fasa ke tanah merupakan gangguan dengan probalitas kejadian yang terbesar.
Gangguan hubung singkat tersebut dapat menyebabkan :
a. Kerusakan pada peralatan di tempat kejadian hubung singkat.
b. Menurunya tegangan dan frekuensi, sehingga menjadi tak normal.
c. Tergantungnya sebagian atau seluruh pelayanan tenaga listrik.

8
Karena kemungkinan terjadinya gangguan secara bersamaan sangat
kecil, maka pada perencanaan sistem proteksi biasanya hanya dimisalkan
terjadi gangguan pada tiap-tiap bus. Pengecualian pada gangguan dua fasa ke
tanah pada sisitem yang di kentanahkan (underground system), karena
kemungkinan terjadinya gangguan jenis ini tetap ada.
Dalam menentukan penyetelan rele sistem proteksi, yang pertama kali
diperlukan adalah mengetahui besar arus hubung singkat yang mungkin
terjadi. Untuk memberikan sekema rele proteksi yang mungkin, perhitungan
hubung singkat ini dapat di batasi hanya pada kebutuhan rele yang di
rencanakan. Tetapi bagaimanapun juga perlu diketahui reaksi suatu rele
terhadap gangguan jenis lai. Gangguan hubung singkat tiga fasa pada jaringan
akan menyebabkan adanya arus yang sangat besar, arus dari sistem tetap
simetris, sehingga analisanya dapat diselesaikan dengan menggambarkan
sistem tersebut sebagai rangkaian satu fasa

2.3 Jenis-Jenis Sistem Proteksi Pada Jaringan Distribusi

Ada beberapa jenis proteksi pada jaringan distribusi, baik pada jaringan
saluran udara maupun saluran bawah tanah, berikut beberapa proteksi yang ada:

2.3.1 Fuse Cut Out

A. Pengertian Fuse Cut Out


Fuse (pelebur) alat yang digunakan untuk memutus suatu rangkaian
yang ada di jaringan, maka dia akan melebur di bagian komponennya yang
sudah dibuat khusus dengan sesuai ukuran dari fuse, maka dari itu fuse yang
sudah terpasang dia akan membuka rangkaian sendiri dan dapat memutus arus
apabila melebihi suatu nilai dengan waktu yang cukup.
Fuse cut out (sekring) alat untuk mengamankan suatu jaringan dengan
dilindungi apabila ada arus beban lebih (over load current) dia akan mengalir
jika arus beban melampaui batas dari arus beban, maka akan membahayakan
terjadi arus hubung singkat (short circuit). Untuk mengamankan dari trafo

9
apabila ada pemutus saluran tiga phasa maka dibutuhkan sebanyak tiga buah
dari fuse cut out.

B. Prinsip Kerja Fuse Cut Out


Penggunaan fuse cut out yang merupakan bagian terlemah di dalam
jaringan distribusi. karena fuse cut out yang digunakan hanya berupa sehelai
kawat yang memiliki penampang disesuaikan dengan besarnya arus
maksimum untuk mengalir di dalam kawat tersebut. Faktor lumer dan
ditentukan oleh temperature bahan tersebut. Biasanya bahan-bahan yang
digunakan untuk fuse cut out ini adalah kawat perak, kawat tembaga, kawat
seng, kawat timbel atau kawat paduan dari bahan-bahan tersebut. Fuse cut
out dari bahan kawat yang sering digunakan adalah kawat logam perak,
dengan adanya logam perak yang paling rendah dan titik lebur yang rendah.
Caranya dengan memasangkan kawat di dalam tabung porselin yang diisi
dengan pasir putih sebagai pemadam busur api, selanjutnya dihubungkan
kawat tersebut pada kawat phasa, sehingga arus mengalir melaluinya.
Sistem distribusi mempunyai prinsip kerja melebur pada fuse cut out,
agar fuse cut out dilewati oleh arus maka akan melebihi batas arus
nominalnya. Fuse cut out dapat dipasang setelah ABSW (Air Breaker Switch)
dan LBS (Load Break Switch) untuk memproteksi feeder dari hubung singkat
yang dipasang secara seri dengan jaringan yang akan dilindungi, fuse cut out
dapat ditemukan di setiap transformator.

10
C. Bagian-Bagian Fuse Cut Out
Fuse cut out (sekring) alat untuk mengamankan suatu jaringan dengan
dilindungi apabila ada arus beban lebih (over load current) dia akan mengalir
jika arus beban melampaui batas dari arus beban, maka akan membahayakan
terjadi arus hubung singkat (short circuit).

Gambar 2.1 Bagian-bagian FCO

Bagian-bagian dari konstruksi fuse cut out


a. Isolator Porselin dengan jarak rambat yang lebih tinggi dan sifat insulasi
yang lebih besar.
b. Konektor baut mata atas di kuningan berlapis timah.
c. Kontak atas-perak berlapis tembaga ETP.
d. Kait baja galvanis untuk alat pemecah beban & memandu tabung
sekering selama penutupan.
e. Pemegang tabung sekering dilapisi dengan cat tahan UV, tahan air dan
dibangun di resin epoxy dengan liner busur pendingin khusus.
f. Kontak yang lebih rendah dalam tembaga kelas ETP sepatutnya berlapis
perak.
g. Dukungan poros engkol / rumah yang lebih rendah di kuningan.
h. Pelatuk dalam beban karat.
i. Mata air bahan karat menyediakan aksi beralih untuk sekering.
j. Konektor baut mata bawah di bagian berlapis timah.
k. ros engkol.
l. Pemasangan galvanis.

11
D. Pengertian Fuse Link
Jumlah standar yang digunakan fuse link, salah satu standar pengenal
fuse link yang terdahulu dikenal dengan sebutan pengenal N. pengenal N
dispesifikasi fuse link tersebut mampu untuk disalurkan arus listrik sebesar
100% secara kontinue dan akan melebur pada nilai tidak lebih dari 230% dari
angka pengenalnya dalam waktu 5 menit. Waktu saya praktik di lapangan
kurang memuaskan dalam penggunaannya karena hanya satu titik yang
dispesifikasi pada karakteristik arus-waktu sehingga fuse link yang sudah
dibuat oleh pabrik akan berbeda dalam mempunyai keterbatasan untuk
memberikan koordinasi antara fuse link. Pengenal N dari fuse link akan
muncul di standar industri fuselink dengan pengenal K dan pengenal T di
tahun 1951.
Pengenal K pada fuse link dapat berkerja untuk memutus jaringan
listrik yang dibebani dengan waktu yang lebih “cepat” dan yang untuk
pengenal T pada fuse link dapat berkerja untuk memutus jaringan listrik yang
dibebani dengan waktu yang lebih “lambat”. Fuse link tipe T dan tipe K
adalah suatu rancangan yang universal karena fuse link bisa ditukar-tukar
dengan fuselink lain, untuk sistem dari kemampuan elektris maupun
mekanisnya yang sudah dispesifikasi dalam standar. Fuse link tipe K dan tipe
T diproduksi pabrik yang sama. Karakteristik listrik fuselink tipe K dan tipe T
sudah standard sebagai titik temu nilai arus maksimum dan minimum yang
diperlukan untuk melelehkan fuse link ditetapkan pada 3 titik waktu dalam
kurva. Karakteristik ini untuk menjamin koordinasi antara fuse link yang
sudah dibuat beberapa pabrik untuk menjadi alat yang baik dari pada alat
fuselink

12
E. Ketersediaan Fuse Link
Di dalam sistem tenaga listrik berperan penting dalam pemenuhan
kebutuhan di masyarakat. Dengan adanya Berbagai tipe fuse link dan angka
arus pengenal fuse cut out letupan (expulsion) yang sudah diproduksi dan
sudah dipasarkan di era modern ini. Salah satu perusahaan pembuat fuse link
menyediakan beberapa tipe yang diantaranya adalah tipe K,T,H,N,D,S untuk
sistim distribusi dengan tegangan sampai 27 KV dan tipe EK,ET, dan EH
untuk sistem distribusi dengan tegangan sampai 38 KV dengan pengenal
seperti terlihat pada tabel berikut :

Arus Arus kontinyu Jenis Rasio


Tipe
Pengenal yang di ijinkan waktu Kecepata
H

Fuselink Sangat
kerja n Kerja
1-2-3-5-8
(A) 100
( % Pengenal ) lambat 6 s/d 18
D - Timah
(Tahan Surja) 1-1,5-2-3-4- Sangat
100 7 s/d 46
K – Timah
(Tahan Surja ) 5-7-10-15-20 lambat
1 s/d 200 150 Cepat 6 s/d 8,1
– Perak
K(Cepat)
6 s/d 100 100 Cepat 6 s/d 8,1
– Timah
N (Cepat)
5 s/d 200 100 Cepat 6 s/d 11
T –(Cepat)
Timah 10 s/d
1 s/d 200 150 Lambat
– Tembaga

S(Lambat) Sangat 13.1
3 s/d 200 150 lambat 15 s/d 20

SangatEK
Lambat
6 s/d 100 150 Cepat 6 s/d 8.1

(Cepat)
13
ET 10 s/d

6 s/d 100 150 Lambat


EH 13.1
(Lambat)
Sangat 13 s/d
Tabel 2.1 Ketersediaan Fuse
1,2,3,5 100Link lambat
(Sangat
F. Cara Mengitung Fuse Link
22
Menghitung ukuran fuse link dengan arus nominal trafo pada jaringan
Lambat)
distribusi 3 phasa, hampir sama dengan menghitung ukuran arus (I) dengan

rumus dengan menggunakan:

Dengan,
In = arus nominal trafo (A) Vi = Tegangan Nominal JTM (KV)
S = Daya Total Trafo (KVA)

2.3.2 Lighning Arrester

A. Pengertian Lighning Arrester


Lightning arrester adalah suatu alat pelindung pada sistem tenaga
listrik terhadap surja petir. Lightning arrester berfungsi sebagai pengaman
tegangan lebih yang diakibatkan sambaran petir atau surja petir. Lightning
arrester di pasang pada transformator distribusi, khususnya pada pasangan
luar untuk melindungi dari tegangan lebih akibat surja petir. LA dapat
dipasang sebelum atau sesudah fuse cut out

14
B. Prinsip Kerja Lighning Arrester
Lightning arrester bekerja pada tegangan tertentu di atas tegangan
operasi untuk membuang muatan listrik dari surja petir dan berhenti
beroperasi pada tegangan tertentu di atas tegangan operasi agar tidak terjadi
arus pada tegangan operasi. Pada prinsipnya arrster membentuk jalan yang
mudah dilalui oleh petir, Sehingga tidak timbul tegangan lebih yang tinggi
pada peralatan.
Pada kondisi normal arrester berlaku sebagai isolasi tetapi bila timbul
surja, arrester berlaku sebagai konduktor yang berfungsi melewatkan aliran
arus yang tinggi ketanah. Setelah surja menghilang arrester harus membuka
dengan cepat kembali, sehingga pemutus daya tidak sempat membuka. Pada
dasarnya arrester terdiri dari dua bagian yaitu : sela api (spark gap) dan tahan
kran (valve resistor). Keduanya di hubungkan secara seri. Batas atas dan
bawah dari tegangan percikan di tentukann oleh tegangan sistem maksimum
dan oleh tingkat isolasi peralatan yang di lindungi. Untuk penggunaan yang
lebih khusus arrester mempunyai satu bagian lagi yang di sebut dengan
tahanan katup 16 dan sisitem pengaturan atau pembagian tegangan (grading
sistem).
Jika hanya melindungi isolasi terhadap bahaya kerusakan karena
gangguan dengan tidak memperdulikan akibatnya terhadap pelayan, maka
cukup dipakai sela batang yang memungkinkan terjadinya percikan pada
waktu tegangan mencapai keadaan bahaya. Dalam hal ini, tegangan sistem
bolak-balik akan tetap mempertahankan busur api sampai pemutus bebannya
dibuka. Dengan menyambung sela api ini dengan sebuah tahanan, maka
kemungkinan api dapat dipadamkan. Tetapi bila tahanannya mempunyai
harga tetap, maka jatuh tegangannya menjadi besar sekali sehingga maksud
untuk meniadakan tegangan lebih tidak terlaksana, dengan akibat bahwa
maksud melindungi isolasi pun gagal.
Oleh sebab itu di sarankan memakai tahanan kran (valve resistor),
yang mempunyai sifat khusus, yaitu tahanannya kecil sekali bila tegangannya

15
dan arusnya besar. Proses pengecilan tahanan berlangsung cepat yaitu selama
tegangan lebih mencapai harga puncak. Tegangan lebih dalam hal ini
mengakibatkan penurunan drastis pada tahapan sehingga jatuh tegangannya di
batasi meskipun arusnya besar. Bila tegangan lebih habis dan tinggal tegangan
normal, tahanannya naik lagi sehingga arus susulannya dibatasi kira-kira 50
ampere. Arus susulan ini akhirnya di matikan oleh selah api pada waktu
tegangan sistemnya mencapai titik nol yang pertama sehingga alat ini
bertindak sebagai sebuah kran yang menutup arus, dari sini di dapatkan nama
tahanan kran.

C. Karakteristik Lighning Arrester


Oleh karena itu Arrester digunakan sebagai pelindung terhadap surja
petir, maka karakteristiknya perlu di ketahui sebagai berikut :
a. Mempunyai tegangan dasar (rated) 50 c/s yang tidak boleh di lampaui.
b. Mempunyai karakteristik yang di batasi oleh tegangan (voltage limiting)
bila di lalui oleh berbagai macam arus petir.
c. Mempunyai batas termis. Berhubungan dengan hal yang diatas , maka
agar tekanan pada isolasi dapat di buat serendah mungkin, suatu sistem
perlindungan tegangan lebih perlu memenuhi persyaratan sebagai berikut:
▪ Dapat melepas tegangan lebih ketanah tanpa menyebakan hubung
singkat ketanah (saturated ground fault).
▪ Dapat memutuskan arus susulan
▪ Mempunyai tingkat perlindungan (protection level) yang rendah,
artinya tegangan percikan sela dan tegangan pelepasannya rendah.
Karakteristik perlindungan dari arrester sudah mengalami
perubahanperubahan. Yang paling menonjol dalam perubahan ini adalah
tegangan gagal sela dan tegangan pelepasan maksimumnya sebanding dengan
tegangan dasarnya untuk suatu bentuk surja tertentu. Tegangan gagal sela di
sebut juga tegangan percikan, pada frekuensi 50 c/s harus mempunyai harga
yang tinggi untuk mengurangi seminimum mungkin pelepasan yang

16
disebabkan oleh adanya hubung singkat ke tanah dan surja hubung. Tegangan
pelepasan disebut juga tegangan sisa atau jatuh tegangan IR, adalah tegangan
anatara terminal-terminal arrester bila ia sedang melakukan arus surja

D. Data Pengenal Arrester


a. Tegangan Pengenal (Nominal Voltage Arrester)
Merupakan tegangan dimana arrester masih dapat bekerja
sesuai dengan karakteristiknya. Arrester tidak dapat bekerja pada
tegangan maksimum sistem yang direncanakan, tetapi mampu
memutuskan arus ikutan dari sistem secara efektif. Tegangan pengenal
dari arrester harus lebih tinggi dari tegangan fasa sehat ke tanah, jika
tidak demikian maka arrester akan melewatkan arus ikutan sistem
terlalu besar yang menyebabkan arrester rusak akibat beban lebih
termis (thermal overloading). Tegangan tertinggi sebagai berikut:
1) Tegangan sistem tertinggi (sistem highest voltage), umumnya
diambil harga 110% dari harga tegangan nominal sistem.
2) Koefisien pentanahan didefenisikan sebagai pebandingan antara
tegangan rms fasa sehat ketanah dalam keadaan gangguan pada
tempat dimana arrester dipasang, dengan tegangan rms fasa ke
fasa tertinggi dari sistem dalam keadaan tidak ada gangguan. Jadi
tegangan pengenal dari arrester (arrester rating) adalah tegangan
rms fasa ke fasa x 1.10 x koefisien pentanahan.
3) Sistem yang ditanahkan langsung koefisien pentanahannya 0.8.
arrester ini disebut arrester 80%. Sistem yang tidak ditanahkan
langsung koefisien pentanahannya 1,0. Arrester ini disebut arrester
100%.

b. Arus Peluahan Nominal


Adalah arus pelepasan dengan harga puncak dan bentuk
gelombang tertentu yang digunakan untuk menentukan kelas dari

17
arrester sesuai dengan kemampuannya 24 melewatkan arus dan
karakteristik perlindungannya melewatkan arus dan karakteristik
perlindungannya. Bentuk gelombang arus pelepasan tersebut adalah:
1. Menurut standar Inggris/Eropa (IEC) 8 µs/ 20 µs.
2. Menurut standar Amerika 10 µs/ 20 µs dengan kelas:
a. 10 kA, 10/20 µs: digunakan pada gardu induk, gardu yang
berada dikawasan yang sering terjadi petir dan sitem
bertegangan 66 kV.
b. 5 kA, 10/20 µs: digunakan pada gardu bertegangan ≤66 kV.
c. 2,5 kA, 10/20 µs: digunakan pada sistem bertegangan ≤22
kV.
d. 1,5 kA, 10/20 µs: digunakan pada sistem distribusi
bertegangan ≤22kV

c. Frekuensi Pengenal
Sama dengan frekuensi sistem dimana arrester terpasang

d. Tegangan Percik Frekuensi Daya


Adalah besar tegangan efektif frekuensi daya yang membuat
terjadinya di sela arrester tidak terpercik jika terjadi hubung singkat
atau fasa ke tanah maupun pada saat terjadi operasi hubung-buka
(switching operation). Untuk alasan ini maka ditentukan tegangan
percikan frekuensi jala-jala minimum.
a. Menurut standar inggris tegangan percikan jala-jala minimum
adalah 1.6 x tegangan pengenal arrester.
b. Menurut standar IEC tegangan percikan jala-jala minimum adalah
1.5 tegangan pengenal arrester.

18
e. Tegangan Percik Impuls Maksimal
Adalah puncak tegangan surja 1,2/50 µs, yang membuat sela
arrester pasti terpercik atau yang membuat arrester pasti bekerja.
Misalnya ada suatu arrester mempunyai tegangan percik impuls
maksimal 65 kV. Jika arrestter ini diberi tegangan 65 kV-1,2/50 µs,
sebanyak 5 kali maka arrester akan terpercik 5 kali.

f. Tegangan Peluahan atau Tegangan Sisa


Adalah tegangan di terminal arrester saat mengalirkan arus
surja yang besarnya sama dengan arus peluahan nominal. Tegangan
sisa dan tegangan nominal dari suatu arrester tergantuung kepada
kecuraman gelombang arus yang datang (di/dt dalam A/ µs) dan
amplitudo dari arus pelepasan. Untuk menentukan tegangan sisa ini
digunakan impuls arus sebesar 8 µs/20 µs (standar IEC) dengan harga
puncak arus pelepasan 5 kA dan 10 kA. Untuk harga arus pelepasan
yang lebih tinggi maka tegangan sisa tidak akan naik lebih tinggi lagi.
Hal ini disebabkan karena karakteristik tahanan yang tidak linear dari
arrester. Umumnya tegangan sisa tidak akan melebihi BIL (basic
Insulation Level) dari peralatan yang dilindungi walaupun arus
pelepassan maksimum mencapai 65 kA hingga 100 kA.

g. Tegangan dasar (Cut-off Voltage)


Adalah tegangan AC maksimal yang diperbolehkan terjadi di
terminal arrester, dimana arus susulan yang diakibatkan tegangan
tersebut masih dapat dipadamkan.

h. Tegangan Gagal Sela.


Adalah besar tegangan yang membuat sela arrester terpercik
saat dikenai tegangan surja yang kecuraman muka gelombangnya 100
kV/µs/12 kV tegangan pengenal arrester.

19
i. Karakteristik Volt-Waktu (V-t)
Adalah karakteristik yang menyatakan hubungn tegangan
percikan sela arrester dan waktu percikan.

j. Margin.
Ketahanan suatu peralatan memikul tegangan surja petir, jika
dipasang pada ssuatu sistem bertegangan tertentu disebut (basic
Impuls Level). Untuk tegangan sistem tertentu, telah dipasang pada
sistem tersebut. Selisih BIL peralatan yang dilindungi dengan tingkat
proteksi arrester yang melindunginya disebut margin. Margin biasanya
ditetapkan (20-30)% dari BIL peralatan yang dillindungi.

k. Arus Peluahan Maksimal


Adalah nilai puncak tertinggi dari arus surja 5/10 µs yang dapat
dialirkan arrester tanpa merusak arrester. Dewasa ini, arus peluahan
maksimal arrester dirancang 100 kA untuk jenis gardu 65 kA untuk
arrester jenis saluran.

2.3.3 LBS (Load Break Switch)

A. Pengertian Load Break Switch (LBS)


merupakan suatu alat pemutus atau penyambung sirkuit pada sistem
distribusi listrik dalam keadaaan berbeban. LBS mirip dengan alat pemutus
tenaga (PMT) atau Circuit Breaker (CB) dan biasanya dipasang dalam saluran
distribusi listrik.
LBS digunakan untuk pemutusan lokal apabila terjadi gangguan atau
ingin dilakukan perawatan jaringan distribusi pada daerah tertentu sehingga
daerah yang tidak mengalami gangguan atau perawatan tidak mengalami
pemadaman listrik. Pada saat terjadi bencana atau gangguan listrik, seperti

20
gempa, angin ribut, pohon tumbang, dan lain-lain sering terjadi gangguan
pada jaringan distribusi seperti kabel tumbang. Pada kasus seperti itu
diperlukan tindakan yang cepat dalam memutuskan saluran listrik untuk
menghindari bahaya yang dapat ditimbulkan.

Gambar 2.2 Load Break Switch tipe SF6

B. Tipe LBS dan kabel standard LBS


LBS yang biasa dipakai PT.PLN (Persero) yaitu LBS tipe SF6 yaitu
Tegangan Line Maksimum pada Swicthgear Ratings antara 12kV atau 24kV
dengan arus kontinyu 630 A RMS. Media Isolasi Gas SF6 dengan tekanan
operasional gas SF6 pada suhu 20 C adalah 200kPa Gauge. Pengoperasian
secara manual dapat dilakukan secara independent oleh operator. Tekanan
untuk mengoperasikan tuas Max 20 kg. Switch pemutus beban dilengkapi
dengan bushing boots elastomeric untuk ruang terbuka. Boots tersebut dapat
menampung kabel berisolasi dengan ukuran diameter antara 16 – 32 mm dan
akan menghasilkan sistem yang terisolir penuh. Kabel pre-cut yang telah
diberi terminal dapat digunakan langsung untuk bushing switch Pemutus
Beban dan telah memenuhi persyaratan yang sesuai dengan peralatan
tersebut. Namun demikian, untuk kabel, dapat menggunakan yang telah
disediakan oleh peralatan tersebut sepanjang masih memenuhi spesifikasi
yang ditentukan. Kabel standart yang digunakan dapat dilihat pada tabel 2.2

21
Tabel 2.2 Kabel Standar LBS

Gambar 2.3 LBS dengan gas SF6

Konstruksi dan Operasi Load Break Switch dan Sectionaliser pada


gambar 2.3 dapat diuraikan sebagai berikut. Load Break Swicth menggunakan
puffer interrupter di dalam sebuah tangki baja anti karat yang dilas penuh
yang diisi dengan gas SF6. Interrupter tersebut diletakkan secara berkelompok
dan digerakkan oleh mekanisme pegas. Ini dioperasikan baik secara manual
maupun dengan sebuah motor DC dalam kompartemen motor di bawah
tangki. Listrik motor berasal dari batere-batere 24V dalam ruang kontrol.
Transformer-transformer arus dipasang di dalam tangki dan dihubungkan ke
elemen-elemen elektronik untuk memberikan indikasi gangguan dan line
measurement. Terdapat bushing-bushing epoksi dengan transformer tegangan
kapasitif, ini terhubung ke elemen-elemen elektronik untuk memberikan line
sensing dan pengukuran. Elemen-elemen elektronik kontrol terletak dalam
ruang kontrol memiliki standar yang sama yang digunakan untuk
mengoperasikan swicthgear intelijen, yang dihubungkan ke swicthgear
dengan kabel kontrol yang dimasukkan ke Swicth Cable Entry Module
(SCEM) yang terletak di dalam kompartemen motor.

22
C. Panel Control LBS
Karena LBS ingin dioperasikan dengan menggunakan sistem SCADA
atau secara remote, maka pada LBS ditambahkan sebuah panel kontrol yang
dihubungkan dengan RTU (Remote Terminal Unit). Berikut adalah gambar
dari box panel rangkaian kontrol RTU dan LBS (Gambar 2.4)

Gambar 2.4 Panel RTU dan LBS

Berdasarkan gambar 2.4 diatas dapat kita lihat bahwa dengan


menggunakan sistem SCADA LBS memiliki panel kontrol yang terhubung
dengan RTU

Gambar 2.5 Panel Kontrol LBS


23
Berdasarkan gambar 2.5 di atas terdapat beberapa macam tombol dan
socket panel kontrol tersebut. Fungsi dari masing – masing bagian panel
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Battery Test Terminal : digunakan untuk mengecek power (battery)
yang digunakan pada LBS untuk menggerakan motornya.
2. LED for Locking (Control & Switch) : sebuah lampu tanda yang
berfungsi untuk menunjukkan bahwa LBS dalam posisi control
(remote) atau switch (manual)
3. LED for Low Gas Pressure : lampu tanda yang berfungsi untuk
memberitahukan kepada operator (dispatcher) yang ada di UPD bahwa
Gas SF6 yang ada pada LBS dalam keadaan low / kurang.
4. Lamp Test Button : lampu yang digunakan untuk mengetes panel
apakah sudah dapat beroperasi / sumber sudah masuk kedalam
rangkaian panel
5. Operation Local / Remote : saklar yang digunakan untuk
memposisikan LBS dioperasikan secara local atau remote
(menggunakan sistem SCADA)
6. Control Lock / Unlock : saklar yang berfungsi untuk mengunci atau
membuka control remote
7. Open / Close & LED Indicator : merupakan tombol tekan dan lampu
tanda yang berfungsi untuk mengetes rangkaian kontrol LBS sudah
dapat beroperasi dengan normal. Apabila ditekan tombol open maka
lampu diatas open akan menyala dan sebaliknya.
8. Fuse for Control Circuit Protection : sebagaimana dengan fungsi fuse
pada umumnya, fuse ini digunakan sebagai pengaman rangkaian dari
arus lebih atau short circuit pada rangkaian.
9. Power ON / OFF : sebagai saklar utama untuk menghidupkan atau
mematikan panel kontrol LBS

24
10. LED Indicator for Battery charging , Low Battery & battery test
button: merupakan lampu tanda dan tombol yang menunjukkan bahwa
battere sedang di charge atau batere dalam keadaan lemah (low), serta
tombol yang digunakan untuk mengetes batere apakah sudah terpasang
pada rangkaian atau tidak.

Agar dapat dioperasikan dengan menggunakan sistem SCADA panel


kontrol LBS harus dihubungkan dengan RTU, menghubungkan panel kontrol
dengan RTU diperlukan sebuah pengkabelan (wiring) yang benar agar dapat
beroperasi dengan benar dan normal.

2.3.4 Recloser

A. Pengertian Recloser
Recloser adalah suatu rangkaian listrik yang terdiri dari pemutus
tenaga dan kontrol elektronik yang berfungsi untuk mendeteksi arus lebih
karena gangguan hubung singkat. Jika gangguannya adalah temporer maka
recloser akan membuka dan menutup kembali sesuai setting yang telah
ditentukan, recloser tidak akan membuka tetap (lock out). Sedangkan jika
gangguannya permanen maka setelah recloser membuka dan menutup
sebanyak setting yang telah ditentukan kemudian recloser akan membuka
tetap (lock out). Recloser ini akan bekerja kembali jika gangguan telah
dihilangkan oleh petugas. Bentuk recloser dapat dilihat pada gambar

Gambar 2.6 Recloser

25
Recloser berguna untuk mengisolasi gangguan agar tidak bertambah
ke sistem yang lebih besar lagi sehingga peralatan listrik tidak mudah rusak.
Prinsip kerja recloser pada dasarnya hampir sama dengan pemutus.

B. Kontruksi Recloser
Entec EVRC 2A dirancang untuk tegangan AC 110/220V untuk jalur
distribusi tegangan rendah. Entec EVRC 2A terdiri dari terisolais kerangka
epoxy, tangki logam, dan kubikel untuk kontrol. Bagian lay out recloser dapat
dilihat pada gambar

Gambar 2.7 Kontruksi Recloser


Keterangan :

1. Terminal
2. Vacuum Interrupter
3. Insulation Rod
4. Bird Guard Cap
5. Manual Close Handle
6. Hock Stick
7. Mechanical Indicator

26
C. Prinsip Kerja Recloser
Prinsip kerja recloser hampir sama dengan circuit breaker. Bedanya
kalau recloser dapat diatur untuk membuka dan menutup secara otomatis. Jika
circuit breaker digunakan untuk feeder yang mengalami gangguan maka
hubungan feeder akan terputus, sedangkan jika recloser yang digunakan,
feeder yang ada diharapkan tidak terputus. Recloser akan membuka dan
menutup secara otomatis sebanyak setting yang telah ditentukan sebelumnya
kemudian recloser akan lock out.

D. Cara Kerja Recloser


Pada saat ada gangguan arus akan mengalir melalui trafo arus, relay
yang berada di kontrol recloser akan merasakan gangguan tersebut dan
memerintahkan kepada pemutus tenaga untuk membuka. Arus lebih akibat
gangguan akan masuk vacuum interrupter dan busur api yang terjadi diredam
sehingga tidak ada peralatan listrik yang rusak akibat percikan api
Secara sistematis cara kerja recloser adalah sebagai berikut :
1. Pada saat normal arus dan daya listrik mengalir dengan normal.
2. Saat ada gangguan baik gangguan temporer atau permanen maka arus
yang lewat akan membuka recloser.
3. Untuk gangguan temporer, recloser akan menutup kembali sesuai
setting waktu yang telah ditentukan kemudian arus dan daya listrik akan
berjalan normal kembali.
4. Untuk gangguan permanen, recloser akan menutup membuka kembali
sebanyak berapa kali setting recloser tersebut kemudian lock out.
5. Jika gangguan permanen sudah dihilangkan petugas maka recloserdapat
bekerja lagi.

27
E. Fungsi Recloser
Recloser dipasang pada jaringan SUTM, karena pada jaringan SUTM
sering mengalami gangguan hubung singkat yang bersifat temporer. Recloser
berfungsi untuk menormalkan kembali jaringan SUTM atau memperkecil
daerah pemadaman yang disebabkan oleh gangguan temporer.
Recloser berguna sebagai pengaman jaringan SUTM sehingga dapat
melokalisir / mengurangi daerah yang terganggu oleh gangguan temporer.

F. Sifat Kerja Recloser


Ada dua sifat kerja pada recloser yaitu :
1. Dual timming, recloser dapat melaksanakan operasi cepat dan operasi
lambat. Recloser dengan operasi cepat untuk mengantisipasi akibat dari
gangguan temporer. Recloser dengan operasi lambat digunakan sebagai
koordinasi dengan pengaman yang berada disisi hilir.
2. Reset otomatis, apabila gangguan telah hilang pada operasi cepat maka
recloser akan reset ke status awal. Bila muncul gangguan setelah waktu
reset, maka recloser mulai mengitung waktu dari awal

G. Pengoperasian Recloser
Langkah yang dilakukan dalam pengoperasian recloser yaitu:
1. Pembukaan Seketika
Pembukaan seketika terjadi apabila arus fasa melebihi dari minimum
trip fasa. Apabila batas waktu yang telah ditentukan sudah lewat maka
recloser akan menutup kembali secara otomatis. Hal ini terjadi sampai
tercapainya total gerakan yang telah ditentukan sebelumnya. Jika sudah
mencapai total gerakan, recloser akan lock out.

2. Pembukaan Tertunda
Pembukaan tertunda dilakukan jika diperlukan. Pembukaan ini
dilakukan pada saat arus fasa melebihi arus minimum tripnya.

28
3. Reset
Jika ada gangguan yang tidak lama dan tidak terulang selama reclose
waktu, unit pengontrol elektronik akan reset secara otomatis, sehingga
rangkaian akan bekerja normal kembali.

4. Lock out
Suatu kejadian terjadi bersamaan waktunya dengan pembukaan circuit
breaker untuk mencegah penutupan kembali secara otomatis.

5. Koordinasi Rangkaian
Koordinasi rangkaian dilakukan dengan cara dua recloser atau lebih
dipasang secara seri. Koordinasi dilakukan supaya recloser di sisi hulu
tidak melakukan pembukaan seketika pada saat recloser di sisi hilir sudah
melakukan pembukaan seketika. Untuk itu recloser di sisi hulu harus
melakukan pembukaan yang ditunda. Sistem operasi recloser pada
umumnya 4 kali trip dan 3 kali recloser setelah itu recloser akan lock out.
Waktu reclose bergantung pada kondisi lapangan, secara umum waktu
reclose adalah 15 detik.

H. Faktor-Faktor yang harus diperhatikan pada recloser


Faktor yang harus diperhatikan pada recloser adalah :
a. Rating tegangan pada recloser harus sama atau lebih besar dari
tegangan pada sistem.
b. Rating arus pada recloser harus sama atau lebih besar dari arus
maksimum gangguan.
c. Rating arus beban maksimum harus sama atau lebih besar dari arus
pada rangkaian.
d. Arus minimum yang menyebabkan gangguan harus diperhatikan untuk
mengetahui apakah recloser dapat bekerja mendeteksi arus.

29
2.3.5 CB (Circuit Breaker)/PMT (Pemutus Tenaga) Kubikel

A. Pengertian CB
Berdasarkan IEV (International Electrotechnical Vocabulary) 441-14-
20 disebutkan bahwa Circuit Breaker (CB) atau Pemutus Tenaga (PMT)
merupakan peralatan saklar / switching mekanis, yang mampu menutup,
mengalirkan dan memutus arus beban dalam kondisi normal serta mampu
menutup, mengalirkan (dalam periode waktu tertentu) dan memutus arus
beban dalam spesifik kondisi abnormal / gangguan seperti kondisi short
circuit / hubung singkat.
Switchgear adalah peralatan pemutus tenaga listrik atau lebih dikenal
yaitu disebut Circuit Breaker ,berfungsi untuk menghubungkan dan melepas
beban di jaringan listrik serta mengamankan atau melindungi peralatan yang
terhubung di rangkaian beban bila terjadi gangguan pada sistim yang dilayani
Dengan demikian maka suatu switchgear harus dilengkapi dengan peralatan
rele proteksi dan sistem interlock yang bisa membuka secara otomatis saat
terjadi gangguan sehingga kerusakan lebih lanjut dapat dihindari
Pada umumnya switchgear di Unit Pembakit Listrik / Power Station
adalah tipe busbar tunggal / single busbar type atau metal clad dimana circuit
breaker ditempatkan dalam bilik tertutup yang dinamakan Cubicle.Circuit
Breaker yang berada di dalam cubicle harus dapat dikeluarkan ( rack out ) dan
dimasukkan kembali ( rack in ) terutama untuk keperluan pemeliharaan
Tegangan kerja dari switchgear tergantung dari kapasitas Unit Pembangkit
dan tegangan kerja peralatan bantunya, pada umumnya tegangan kerja yang
digunakan antara 3.3kV sampai 11kV
Dari uraian tersebut diatas maka switchgear berfungsi sebagai berikut :
Saat kondisi normal
1. Menghubungkan rangkaian listrik
2. Membaca parameter listrik
3. Mengatur penyaluran listrik
4. Mendeteksi parameter listrik
30
Saat kondisi gangguan
1. Memutus rangkaian listrik
2. Membaca parameter listrik
3. Mengamankan komponen rangkaian listrik

Circuit Breaker (CB) merupakan suatau alat listrik yang berfungsi


untuk melindungi sistem tenaga listrik apabila terjadi kesalahan atau
gangguan pada sistem tersebut, terjadinya kesalahan pada sistem akan
menimbulkan berbagai efek seperti efek termis, efek magnetis dan dinamis
stability. Fungsi utamanya adalah sebagai alat pembuka atau penutup suatu
rangkaian listrik dalam kondisi berbeban, serta mampu membuka atau
menutup saat terjadi arus gangguan (hubung singkat) pada jaringan atau
peralatann lain.

Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu Circuit Breaker (CB)


agar dapat melakukan hal-hal diatas, adalah sebagai berikut :
1. Mampu menyalurkan arus maksimum sistem secara terus menerus.
2. Mampu memutuskan dan menutup jaringan dalam keadaan berbeban
maupun terhubung singkat tanpa menimbulkan kerusakan pada
pemutus tenaga itu sendiri
3. Dapat memutuskan arus hubung singkat dengan kecepatan tinggi agar
arus hubung singkat tidak sampai merusak peralatan sistem, sehingga
tidak membuat sistem kehilangan kestabilan, dan merusak pemutus
tenaga itu sendiri

31
B. Fungsi Bagian Utama CB
Ruangan pemutus tenaga ini berfungsi sebagai ruangan pemadam
busur api, yang terdiri dari :
a. Unit pemutus utama yang berfungsi sebagai pemutus utama Unit pemutus
utama ini berupa ruangan yang diselubungi bagian luar oleh isolator dari
porselen dan disebelah dalamnya terdapat ruangan udara, kontak- kontak
bergerak yang dilengkapi oleh pegas penekan dan kontak tetap sebagai
penghubung yang terletak melekat pada isolator porselen.
b. Unit pemutus pembantu yang berfungsi sebagai pemutus arus yang
melalui tahanan. Unit pemutus pembantu ini berupa ruangan yang
diselubungi bagian luar oleh isolator dari porselen dan disebelah
dalamnya terdapat ruangan udara, kontak-kontak bergerak yang
dilengkapi oleh pegas penekan dan kontak tetap sebagai penghubung
yang terletak melekat pada porselen.
c. Katup kelambatan Berfungsi sebagai pengatur udara bertekanan dari
pemutus utama ke unit pemutus pembantu, sehingga kontak pada unit
pemutus pembantu akan terbuka kurang dari 25 ms (micro detik) setelah
kontak-kontak pada pemutus utama terbuka. Katup kelambatan ini berupa
bejana berbentuk silinder yang berongga sebagi ruang udara dan juga
terdapat ruang pengatur, katup penahan, katup pengatur, rumah perapat,
dan tempat katup.
d. Tahanan. Tahanan ini dipasang paralel dengan unit pemutus utama, yang
berfungsi untuk :
a. mengurangi kenaikan harga dari tegangan pukul
b. mengurangi arus pukulan pada waktu pemutusan
e. Kapasitor Kapasitor ini dipasang pararel dengan tahanan, unit pemutus
utama dan unit pemutus pembantu, yang berfungsi untuk mendapatkan
pembagian tegangan yang sama pada setiap celah kontak, sehingga
kapasitas pemutusan pada setiap celah sama besarnya.
f. Kontak-kontak

32
1. Unit pemutus utama kontak bergerak dilapisi dengan perak terdiri dari:
a. Kepala kontak bergerak
b. Silinder kontak
c. Jari-jari kontak
d. Batang kontak
e. Pegangan kontak kontak tetap, terdiri dari :
1. Kepala kontak
2. Pegangan kontak
2. Unit pemutus pembantu
a. Kontak bergerak
b. Kontak tetap, yang terdiri dari:
1. Jari-jari kontak
2. Pegangan kontak

Klasifikasi Pemutus Tenaga dapat dibagi atas beberapa jenis, antara


lain berdasarkan tegangan rating/nominal, jumlah mekanik penggerak, media
isolasi, dan proses pemadaman busur api jenis gas SF6.

33
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. sistem proteksi adalah cara untuk mencegah atau membatasi kerusakan


peralatan terhadap gangguan, sehingga kelangsungan penyaluran tenaga
listrik dapat di pertahankan.
2. Rele proteksi adalah susunan peralatan yang di rencanaakan untuk dapat
merasakan adanya ketidak normalan pada peralatan atau bagian sistem
tenaga listrik dan segera secara otomatis memberi perintah untuk membuka
pemutus tenaga atau untuk memisahkan peralatan atau bagian dari sistem
yang terganggu dan memberi isyarat berupa lampu ataupun bel.
3. Jenis-jenis sistem proteksi pada jaringan :
a) Fuse Cut Out
b) Lighning Arrester
c) Load Break Switch (LBS)
d) Recloser
e) CB (Circuit Breaker)/PMT (Pemutus Tenaga) Kubikel
4. Sistem proteksi memiliki tujuan untuk menghindari atau mengurangi
kerusakan akibat gangguan pada peralatan yang terganggu atau peralatan
yang dilalui oleh arus gangguan.

3.2 Saran

Pada penulisan makalah ini terdapat kesalahan dan kekurangan, untuk itu
penulis mempersilahkan pembaca untuk mengkritik atau memberikan saran
kepada penulis agar makalah ini dapat dibaca lebih baik lagi. Semoga makalah
ini bisa bermanfaat bagi kita semua.

34

Anda mungkin juga menyukai