DISUSUN OLEH :
1. HENDRIKO JOEL SIREGAR
(2005031003)
2. AGUNG SIGIT BIMANTORO
(2005031026)
3. MUHAMMAD DANI NOOR
(2005031024)
4. ADRI WINARDI
(2005031014)
5. MUHAMMAD RIDHO ALHAFIZ
(2005031030)
6. FADIL MUHAMAD FATTAH
(2005031009)
KELAS : EL – 6B
KELOMPOK : 4
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. i
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL.................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Makalah ........................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3
2.1 Sistem Proteksi Distribusi Tenaga Listrik ...................................................................... 3
2.1.1 Pengertian Sistem Proteksi.................................................................................... 3
2.1.2 Tujuan Sistem Proteksi ......................................................................................... 3
2.1.3 Persyaratan Sistem Proteksi Tujuan utama sistem proteksi .................................. 4
2.2 Gangguan Hubung Singkat ............................................................................................. 8
2.3 Jenis-Jenis Sistem Proteksi Pada Jaringan Distribusi ..................................................... 9
2.3.1 Fuse Cut Out ..................................................................................................... 9
2.3.2 Lighning Arrester ............................................................................................ 14
2.3.3 LBS (Load Break Switch) ............................................................................... 20
2.3.4 Recloser........................................................................................................... 25
2.3.5 CB (Circuit Breaker)/PMT (Pemutus Tenaga) Kubikel.................................. 30
BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 34
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 34
3.2 Saran ....................................................................................................................... 34
i
DAFTAR GAMBAR
ii
DAFTAR TABEL
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
b. Keandalan
1. Dependability
Yaitu tingkat kepastian bekerjanya (keandalan kemampuan
bekerjanya). Pada prinsipnya pengaman harus dapat diandalkan
berkerjanya (dapat mendeteksi dan melepaskan bagian yang
terganggu), tidak boleh gagal berkerja. Dengan kata lain perkataan
dependability-nya harus tinggi.
2. Security
Yaitu tingkat kepastian untuk tidak salah berkerja (keandalan
untuk tidak salah kerja). Salah kerja adalah kerja yang semestinya
tidak harus berkerja, misalnya karena lokasi gangguan dari luar
kawassan pengamananya atau sama sekali tidak ada gangguan
atau kerja yang terlalu cepat atau terlalu lambat. Salah kerja
mengakibatkan pemadaman yang sebenarnya tidak perlu terjadi.
Jadi pada prinsipnya pengaman tidak boleh slah berkerja, dengan
lain perkataan security-nya harus tinggi.
3. Availability
Yaitu perbandingan antara wktu dimana pengaman dalam
keadaan berfungsi/siap kerja dan waktu totaldalam operasinya.
Dengan relay elektromekanis, jika rusak/tak berfungsi, tidak
diketahui segera. Baru di ketahui dan di perbaiki atau di ganti.
Disamping itu, sistem proteksi yang baik juga dilengkapi dengan
kemampuan mendeteksi terputusnya sikrit trip, sikrit sekunder
5
arus, sirkit sekunder teganganserta hilangnya tegangan serta
hilangnya tegangan searah (DC voltage), dan memberikan alam
sehingga bisa di perbaiki, sebelumm kegagalan proteksi dalam
gangguan yang sesungguhnya, benar benar terjadi. Jadi avilability
dan keandalanya tinggi.
c. Selektifitas
Pengaman harus dapat memisahkan bagian sistem yang terganggu
sekecil mungkin yaitu hanya seksi atau per Latan yang terganggu saja
yang termasuk dalam kawasan pengamanan utamanya. Pengamanan
sedemikian disebut pengaman yang selektif. Jadi relai harus dapat
membedakan apakah :
1. Gangguan terletak di kawasan pengamanan utamanya dimana ia
harus berkerja cepat.
2. Gangguan terletak di seksi berikutnya dimana ia harus berkerja
dengan waktu tunda (sebagai pengaman cadangan) atau menahan
diri untuk tidak trip.
3. Gangguanya di luar daerah pengamanya, atau sama sekali tidak
ada gangguan, dimana ia tidak harus berkerja sama sekali. ada
gangguan, dimana ia tidak harus berkerja sama sekali.
Untuk itu relay-relai, yang di dalam sistem terletak secara seri,
dikoordinie dengan mengatur peringkat waktu (time grading) atau
peningkatan setting arus (current grading) atau gabungan dari
keduanya. Untuk itulah relay dibuat dengan bermacam-macam jenis
dan karakteristiknya.Dengan pemilihan jenis dan karakteristik relay
yang tepa, spesifikasi trafo arus yang benar, serta penentuan setting
rele yang terkoordinir dengan baik, selektifitas yang baik dapat
diperoleh.
Pengaman utama yang memerlukan kepekaan dan kecepatan yang
tinggi, sperti pengaman transformator tenaga, gnerator, dan busbar
6
pada sistem tenaga listrik extra tinggi dibuat berdasarkan perinsip
kerja yang mempunyai kawasan pengaman yang batasnya sangat jelas
dan pasti, dan tidak selektif terhadap gangguan di luar kawasanya,
sehingga sangat selektif, tapi tidak bisa memberikan pengamanan
cadangan bagi seksi berikutnya
d. Kecepatan
Untuk memperkecil kerugian/kerusaka akibat gangguan, maka
bagian yang terganggu harus di pisahkan secepat mungkin dari bagian
sistem lainya. Waktu total pembebasan sistem dari gangguan adalah
waktu sejak munculnya gangguan, sampai bagian yang terganggu
benar-benar terpisah dari bagian sistem lainya. Kecepatan itu penting
untuk:
1. Menghindari kerusakan secara thermis pada peralatan yang di lalui
arus gangguan serta membatasi kerusakan pada alat yang
terganggu.
2. Mempertahankan kesetabilan sistem
3. Membatasi ionisasi (busur api) pada gangguan di saluran udara
yang akan berarti memperbesar kemungkinan berhasilnya
penutupan balik PMT (reclosing) dan memepersingkat dead
timenya (interval waktu antara buka dan tutup).
Untuk menciptakan selektifitas yang baik, mungkin saja suatu
pengaman terpaksa di beri waktu tunda (td) namun waktu tunda
tersebut harus sesingkat mungkin (seperlunya saja) dengan
memperhitungkan resikonya.
7
2.2 Gangguan Hubung Singkat
8
Karena kemungkinan terjadinya gangguan secara bersamaan sangat
kecil, maka pada perencanaan sistem proteksi biasanya hanya dimisalkan
terjadi gangguan pada tiap-tiap bus. Pengecualian pada gangguan dua fasa ke
tanah pada sisitem yang di kentanahkan (underground system), karena
kemungkinan terjadinya gangguan jenis ini tetap ada.
Dalam menentukan penyetelan rele sistem proteksi, yang pertama kali
diperlukan adalah mengetahui besar arus hubung singkat yang mungkin
terjadi. Untuk memberikan sekema rele proteksi yang mungkin, perhitungan
hubung singkat ini dapat di batasi hanya pada kebutuhan rele yang di
rencanakan. Tetapi bagaimanapun juga perlu diketahui reaksi suatu rele
terhadap gangguan jenis lai. Gangguan hubung singkat tiga fasa pada jaringan
akan menyebabkan adanya arus yang sangat besar, arus dari sistem tetap
simetris, sehingga analisanya dapat diselesaikan dengan menggambarkan
sistem tersebut sebagai rangkaian satu fasa
Ada beberapa jenis proteksi pada jaringan distribusi, baik pada jaringan
saluran udara maupun saluran bawah tanah, berikut beberapa proteksi yang ada:
9
apabila ada pemutus saluran tiga phasa maka dibutuhkan sebanyak tiga buah
dari fuse cut out.
10
C. Bagian-Bagian Fuse Cut Out
Fuse cut out (sekring) alat untuk mengamankan suatu jaringan dengan
dilindungi apabila ada arus beban lebih (over load current) dia akan mengalir
jika arus beban melampaui batas dari arus beban, maka akan membahayakan
terjadi arus hubung singkat (short circuit).
11
D. Pengertian Fuse Link
Jumlah standar yang digunakan fuse link, salah satu standar pengenal
fuse link yang terdahulu dikenal dengan sebutan pengenal N. pengenal N
dispesifikasi fuse link tersebut mampu untuk disalurkan arus listrik sebesar
100% secara kontinue dan akan melebur pada nilai tidak lebih dari 230% dari
angka pengenalnya dalam waktu 5 menit. Waktu saya praktik di lapangan
kurang memuaskan dalam penggunaannya karena hanya satu titik yang
dispesifikasi pada karakteristik arus-waktu sehingga fuse link yang sudah
dibuat oleh pabrik akan berbeda dalam mempunyai keterbatasan untuk
memberikan koordinasi antara fuse link. Pengenal N dari fuse link akan
muncul di standar industri fuselink dengan pengenal K dan pengenal T di
tahun 1951.
Pengenal K pada fuse link dapat berkerja untuk memutus jaringan
listrik yang dibebani dengan waktu yang lebih “cepat” dan yang untuk
pengenal T pada fuse link dapat berkerja untuk memutus jaringan listrik yang
dibebani dengan waktu yang lebih “lambat”. Fuse link tipe T dan tipe K
adalah suatu rancangan yang universal karena fuse link bisa ditukar-tukar
dengan fuselink lain, untuk sistem dari kemampuan elektris maupun
mekanisnya yang sudah dispesifikasi dalam standar. Fuse link tipe K dan tipe
T diproduksi pabrik yang sama. Karakteristik listrik fuselink tipe K dan tipe T
sudah standard sebagai titik temu nilai arus maksimum dan minimum yang
diperlukan untuk melelehkan fuse link ditetapkan pada 3 titik waktu dalam
kurva. Karakteristik ini untuk menjamin koordinasi antara fuse link yang
sudah dibuat beberapa pabrik untuk menjadi alat yang baik dari pada alat
fuselink
12
E. Ketersediaan Fuse Link
Di dalam sistem tenaga listrik berperan penting dalam pemenuhan
kebutuhan di masyarakat. Dengan adanya Berbagai tipe fuse link dan angka
arus pengenal fuse cut out letupan (expulsion) yang sudah diproduksi dan
sudah dipasarkan di era modern ini. Salah satu perusahaan pembuat fuse link
menyediakan beberapa tipe yang diantaranya adalah tipe K,T,H,N,D,S untuk
sistim distribusi dengan tegangan sampai 27 KV dan tipe EK,ET, dan EH
untuk sistem distribusi dengan tegangan sampai 38 KV dengan pengenal
seperti terlihat pada tabel berikut :
SangatEK
Lambat
6 s/d 100 150 Cepat 6 s/d 8.1
(Cepat)
13
ET 10 s/d
Dengan,
In = arus nominal trafo (A) Vi = Tegangan Nominal JTM (KV)
S = Daya Total Trafo (KVA)
14
B. Prinsip Kerja Lighning Arrester
Lightning arrester bekerja pada tegangan tertentu di atas tegangan
operasi untuk membuang muatan listrik dari surja petir dan berhenti
beroperasi pada tegangan tertentu di atas tegangan operasi agar tidak terjadi
arus pada tegangan operasi. Pada prinsipnya arrster membentuk jalan yang
mudah dilalui oleh petir, Sehingga tidak timbul tegangan lebih yang tinggi
pada peralatan.
Pada kondisi normal arrester berlaku sebagai isolasi tetapi bila timbul
surja, arrester berlaku sebagai konduktor yang berfungsi melewatkan aliran
arus yang tinggi ketanah. Setelah surja menghilang arrester harus membuka
dengan cepat kembali, sehingga pemutus daya tidak sempat membuka. Pada
dasarnya arrester terdiri dari dua bagian yaitu : sela api (spark gap) dan tahan
kran (valve resistor). Keduanya di hubungkan secara seri. Batas atas dan
bawah dari tegangan percikan di tentukann oleh tegangan sistem maksimum
dan oleh tingkat isolasi peralatan yang di lindungi. Untuk penggunaan yang
lebih khusus arrester mempunyai satu bagian lagi yang di sebut dengan
tahanan katup 16 dan sisitem pengaturan atau pembagian tegangan (grading
sistem).
Jika hanya melindungi isolasi terhadap bahaya kerusakan karena
gangguan dengan tidak memperdulikan akibatnya terhadap pelayan, maka
cukup dipakai sela batang yang memungkinkan terjadinya percikan pada
waktu tegangan mencapai keadaan bahaya. Dalam hal ini, tegangan sistem
bolak-balik akan tetap mempertahankan busur api sampai pemutus bebannya
dibuka. Dengan menyambung sela api ini dengan sebuah tahanan, maka
kemungkinan api dapat dipadamkan. Tetapi bila tahanannya mempunyai
harga tetap, maka jatuh tegangannya menjadi besar sekali sehingga maksud
untuk meniadakan tegangan lebih tidak terlaksana, dengan akibat bahwa
maksud melindungi isolasi pun gagal.
Oleh sebab itu di sarankan memakai tahanan kran (valve resistor),
yang mempunyai sifat khusus, yaitu tahanannya kecil sekali bila tegangannya
15
dan arusnya besar. Proses pengecilan tahanan berlangsung cepat yaitu selama
tegangan lebih mencapai harga puncak. Tegangan lebih dalam hal ini
mengakibatkan penurunan drastis pada tahapan sehingga jatuh tegangannya di
batasi meskipun arusnya besar. Bila tegangan lebih habis dan tinggal tegangan
normal, tahanannya naik lagi sehingga arus susulannya dibatasi kira-kira 50
ampere. Arus susulan ini akhirnya di matikan oleh selah api pada waktu
tegangan sistemnya mencapai titik nol yang pertama sehingga alat ini
bertindak sebagai sebuah kran yang menutup arus, dari sini di dapatkan nama
tahanan kran.
16
disebabkan oleh adanya hubung singkat ke tanah dan surja hubung. Tegangan
pelepasan disebut juga tegangan sisa atau jatuh tegangan IR, adalah tegangan
anatara terminal-terminal arrester bila ia sedang melakukan arus surja
17
arrester sesuai dengan kemampuannya 24 melewatkan arus dan
karakteristik perlindungannya melewatkan arus dan karakteristik
perlindungannya. Bentuk gelombang arus pelepasan tersebut adalah:
1. Menurut standar Inggris/Eropa (IEC) 8 µs/ 20 µs.
2. Menurut standar Amerika 10 µs/ 20 µs dengan kelas:
a. 10 kA, 10/20 µs: digunakan pada gardu induk, gardu yang
berada dikawasan yang sering terjadi petir dan sitem
bertegangan 66 kV.
b. 5 kA, 10/20 µs: digunakan pada gardu bertegangan ≤66 kV.
c. 2,5 kA, 10/20 µs: digunakan pada sistem bertegangan ≤22
kV.
d. 1,5 kA, 10/20 µs: digunakan pada sistem distribusi
bertegangan ≤22kV
c. Frekuensi Pengenal
Sama dengan frekuensi sistem dimana arrester terpasang
18
e. Tegangan Percik Impuls Maksimal
Adalah puncak tegangan surja 1,2/50 µs, yang membuat sela
arrester pasti terpercik atau yang membuat arrester pasti bekerja.
Misalnya ada suatu arrester mempunyai tegangan percik impuls
maksimal 65 kV. Jika arrestter ini diberi tegangan 65 kV-1,2/50 µs,
sebanyak 5 kali maka arrester akan terpercik 5 kali.
19
i. Karakteristik Volt-Waktu (V-t)
Adalah karakteristik yang menyatakan hubungn tegangan
percikan sela arrester dan waktu percikan.
j. Margin.
Ketahanan suatu peralatan memikul tegangan surja petir, jika
dipasang pada ssuatu sistem bertegangan tertentu disebut (basic
Impuls Level). Untuk tegangan sistem tertentu, telah dipasang pada
sistem tersebut. Selisih BIL peralatan yang dilindungi dengan tingkat
proteksi arrester yang melindunginya disebut margin. Margin biasanya
ditetapkan (20-30)% dari BIL peralatan yang dillindungi.
20
gempa, angin ribut, pohon tumbang, dan lain-lain sering terjadi gangguan
pada jaringan distribusi seperti kabel tumbang. Pada kasus seperti itu
diperlukan tindakan yang cepat dalam memutuskan saluran listrik untuk
menghindari bahaya yang dapat ditimbulkan.
21
Tabel 2.2 Kabel Standar LBS
22
C. Panel Control LBS
Karena LBS ingin dioperasikan dengan menggunakan sistem SCADA
atau secara remote, maka pada LBS ditambahkan sebuah panel kontrol yang
dihubungkan dengan RTU (Remote Terminal Unit). Berikut adalah gambar
dari box panel rangkaian kontrol RTU dan LBS (Gambar 2.4)
24
10. LED Indicator for Battery charging , Low Battery & battery test
button: merupakan lampu tanda dan tombol yang menunjukkan bahwa
battere sedang di charge atau batere dalam keadaan lemah (low), serta
tombol yang digunakan untuk mengetes batere apakah sudah terpasang
pada rangkaian atau tidak.
2.3.4 Recloser
A. Pengertian Recloser
Recloser adalah suatu rangkaian listrik yang terdiri dari pemutus
tenaga dan kontrol elektronik yang berfungsi untuk mendeteksi arus lebih
karena gangguan hubung singkat. Jika gangguannya adalah temporer maka
recloser akan membuka dan menutup kembali sesuai setting yang telah
ditentukan, recloser tidak akan membuka tetap (lock out). Sedangkan jika
gangguannya permanen maka setelah recloser membuka dan menutup
sebanyak setting yang telah ditentukan kemudian recloser akan membuka
tetap (lock out). Recloser ini akan bekerja kembali jika gangguan telah
dihilangkan oleh petugas. Bentuk recloser dapat dilihat pada gambar
25
Recloser berguna untuk mengisolasi gangguan agar tidak bertambah
ke sistem yang lebih besar lagi sehingga peralatan listrik tidak mudah rusak.
Prinsip kerja recloser pada dasarnya hampir sama dengan pemutus.
B. Kontruksi Recloser
Entec EVRC 2A dirancang untuk tegangan AC 110/220V untuk jalur
distribusi tegangan rendah. Entec EVRC 2A terdiri dari terisolais kerangka
epoxy, tangki logam, dan kubikel untuk kontrol. Bagian lay out recloser dapat
dilihat pada gambar
1. Terminal
2. Vacuum Interrupter
3. Insulation Rod
4. Bird Guard Cap
5. Manual Close Handle
6. Hock Stick
7. Mechanical Indicator
26
C. Prinsip Kerja Recloser
Prinsip kerja recloser hampir sama dengan circuit breaker. Bedanya
kalau recloser dapat diatur untuk membuka dan menutup secara otomatis. Jika
circuit breaker digunakan untuk feeder yang mengalami gangguan maka
hubungan feeder akan terputus, sedangkan jika recloser yang digunakan,
feeder yang ada diharapkan tidak terputus. Recloser akan membuka dan
menutup secara otomatis sebanyak setting yang telah ditentukan sebelumnya
kemudian recloser akan lock out.
27
E. Fungsi Recloser
Recloser dipasang pada jaringan SUTM, karena pada jaringan SUTM
sering mengalami gangguan hubung singkat yang bersifat temporer. Recloser
berfungsi untuk menormalkan kembali jaringan SUTM atau memperkecil
daerah pemadaman yang disebabkan oleh gangguan temporer.
Recloser berguna sebagai pengaman jaringan SUTM sehingga dapat
melokalisir / mengurangi daerah yang terganggu oleh gangguan temporer.
G. Pengoperasian Recloser
Langkah yang dilakukan dalam pengoperasian recloser yaitu:
1. Pembukaan Seketika
Pembukaan seketika terjadi apabila arus fasa melebihi dari minimum
trip fasa. Apabila batas waktu yang telah ditentukan sudah lewat maka
recloser akan menutup kembali secara otomatis. Hal ini terjadi sampai
tercapainya total gerakan yang telah ditentukan sebelumnya. Jika sudah
mencapai total gerakan, recloser akan lock out.
2. Pembukaan Tertunda
Pembukaan tertunda dilakukan jika diperlukan. Pembukaan ini
dilakukan pada saat arus fasa melebihi arus minimum tripnya.
28
3. Reset
Jika ada gangguan yang tidak lama dan tidak terulang selama reclose
waktu, unit pengontrol elektronik akan reset secara otomatis, sehingga
rangkaian akan bekerja normal kembali.
4. Lock out
Suatu kejadian terjadi bersamaan waktunya dengan pembukaan circuit
breaker untuk mencegah penutupan kembali secara otomatis.
5. Koordinasi Rangkaian
Koordinasi rangkaian dilakukan dengan cara dua recloser atau lebih
dipasang secara seri. Koordinasi dilakukan supaya recloser di sisi hulu
tidak melakukan pembukaan seketika pada saat recloser di sisi hilir sudah
melakukan pembukaan seketika. Untuk itu recloser di sisi hulu harus
melakukan pembukaan yang ditunda. Sistem operasi recloser pada
umumnya 4 kali trip dan 3 kali recloser setelah itu recloser akan lock out.
Waktu reclose bergantung pada kondisi lapangan, secara umum waktu
reclose adalah 15 detik.
29
2.3.5 CB (Circuit Breaker)/PMT (Pemutus Tenaga) Kubikel
A. Pengertian CB
Berdasarkan IEV (International Electrotechnical Vocabulary) 441-14-
20 disebutkan bahwa Circuit Breaker (CB) atau Pemutus Tenaga (PMT)
merupakan peralatan saklar / switching mekanis, yang mampu menutup,
mengalirkan dan memutus arus beban dalam kondisi normal serta mampu
menutup, mengalirkan (dalam periode waktu tertentu) dan memutus arus
beban dalam spesifik kondisi abnormal / gangguan seperti kondisi short
circuit / hubung singkat.
Switchgear adalah peralatan pemutus tenaga listrik atau lebih dikenal
yaitu disebut Circuit Breaker ,berfungsi untuk menghubungkan dan melepas
beban di jaringan listrik serta mengamankan atau melindungi peralatan yang
terhubung di rangkaian beban bila terjadi gangguan pada sistim yang dilayani
Dengan demikian maka suatu switchgear harus dilengkapi dengan peralatan
rele proteksi dan sistem interlock yang bisa membuka secara otomatis saat
terjadi gangguan sehingga kerusakan lebih lanjut dapat dihindari
Pada umumnya switchgear di Unit Pembakit Listrik / Power Station
adalah tipe busbar tunggal / single busbar type atau metal clad dimana circuit
breaker ditempatkan dalam bilik tertutup yang dinamakan Cubicle.Circuit
Breaker yang berada di dalam cubicle harus dapat dikeluarkan ( rack out ) dan
dimasukkan kembali ( rack in ) terutama untuk keperluan pemeliharaan
Tegangan kerja dari switchgear tergantung dari kapasitas Unit Pembangkit
dan tegangan kerja peralatan bantunya, pada umumnya tegangan kerja yang
digunakan antara 3.3kV sampai 11kV
Dari uraian tersebut diatas maka switchgear berfungsi sebagai berikut :
Saat kondisi normal
1. Menghubungkan rangkaian listrik
2. Membaca parameter listrik
3. Mengatur penyaluran listrik
4. Mendeteksi parameter listrik
30
Saat kondisi gangguan
1. Memutus rangkaian listrik
2. Membaca parameter listrik
3. Mengamankan komponen rangkaian listrik
31
B. Fungsi Bagian Utama CB
Ruangan pemutus tenaga ini berfungsi sebagai ruangan pemadam
busur api, yang terdiri dari :
a. Unit pemutus utama yang berfungsi sebagai pemutus utama Unit pemutus
utama ini berupa ruangan yang diselubungi bagian luar oleh isolator dari
porselen dan disebelah dalamnya terdapat ruangan udara, kontak- kontak
bergerak yang dilengkapi oleh pegas penekan dan kontak tetap sebagai
penghubung yang terletak melekat pada isolator porselen.
b. Unit pemutus pembantu yang berfungsi sebagai pemutus arus yang
melalui tahanan. Unit pemutus pembantu ini berupa ruangan yang
diselubungi bagian luar oleh isolator dari porselen dan disebelah
dalamnya terdapat ruangan udara, kontak-kontak bergerak yang
dilengkapi oleh pegas penekan dan kontak tetap sebagai penghubung
yang terletak melekat pada porselen.
c. Katup kelambatan Berfungsi sebagai pengatur udara bertekanan dari
pemutus utama ke unit pemutus pembantu, sehingga kontak pada unit
pemutus pembantu akan terbuka kurang dari 25 ms (micro detik) setelah
kontak-kontak pada pemutus utama terbuka. Katup kelambatan ini berupa
bejana berbentuk silinder yang berongga sebagi ruang udara dan juga
terdapat ruang pengatur, katup penahan, katup pengatur, rumah perapat,
dan tempat katup.
d. Tahanan. Tahanan ini dipasang paralel dengan unit pemutus utama, yang
berfungsi untuk :
a. mengurangi kenaikan harga dari tegangan pukul
b. mengurangi arus pukulan pada waktu pemutusan
e. Kapasitor Kapasitor ini dipasang pararel dengan tahanan, unit pemutus
utama dan unit pemutus pembantu, yang berfungsi untuk mendapatkan
pembagian tegangan yang sama pada setiap celah kontak, sehingga
kapasitas pemutusan pada setiap celah sama besarnya.
f. Kontak-kontak
32
1. Unit pemutus utama kontak bergerak dilapisi dengan perak terdiri dari:
a. Kepala kontak bergerak
b. Silinder kontak
c. Jari-jari kontak
d. Batang kontak
e. Pegangan kontak kontak tetap, terdiri dari :
1. Kepala kontak
2. Pegangan kontak
2. Unit pemutus pembantu
a. Kontak bergerak
b. Kontak tetap, yang terdiri dari:
1. Jari-jari kontak
2. Pegangan kontak
33
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Pada penulisan makalah ini terdapat kesalahan dan kekurangan, untuk itu
penulis mempersilahkan pembaca untuk mengkritik atau memberikan saran
kepada penulis agar makalah ini dapat dibaca lebih baik lagi. Semoga makalah
ini bisa bermanfaat bagi kita semua.
34