Anda di halaman 1dari 32

SISTEM TRANSMISI TENAGA LISTRIK (UTS)

Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi UTS Mk Sistem Transmisi Tenaga Listrik
Dosen Pengampu : Drs. Jongga Manullang, M. Pd

Disusun Oleh :
M Fadli Indra Gunawan (5213131026)
Kelas : PTE A 21

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat


rahmat, taufiq serta hidayah-Nya, sehingga makalah ini terselesaikan dengan baik.
Shalawat serta salam senantiasa kita tetap tercurahkan kepangkuan Rasulullah
SAW beserta keluarga, shahabat-shahabat, dan para pengikut-nya yang telah
membawa kita dari jalan yang gelap gulita menuju ke jalan yang terang benderang
yakni addinul Islam.

Penulisan ini guna melengkapi dan memenuhi salah satu tugas UTS mata
kuliah “Sistem Transmisi Tenaga Listrik”. Dengan terselesaikannya makalah ini
dengan judul “ SISTEM TRANSMISI TENAGA LISTRIK (UTS)” penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, baik secara
langsung maupun tidak langsung, khususnya dosen pengampu mata kuliah
“Sistem Transmisi Tenaga Listrik” Bapak Drs. Jongga Manullang.M.Pd. Yang
telah memberikan bimbingan dan arahan sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan.
Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar
makalah ini dapat lebih baik lagi.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan kepada


para pembaca pada umumnya dan penyusun pada khususnya. Akhirul kalam
semoga segala usaha kita dalam peningkatan wawasan dan menambah ilmu
mendapat ridlo dari Allah SWT, Aamiin

Medan, 26 Oktober 2023

M Fadli Indra Gunawan

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................................ii

BAB I...........................................................................................................................1

PENDAHULUAN.......................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG...................................................................................1

B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................1

C. TUJUAN.......................................................................................................1

BAB II..........................................................................................................................3

PEMBAHASAN.........................................................................................................3

A. Sistem Tenaga Listrik....................................................................................3

1) Pusat Pembangkit Listrik (Power Plant)...................................................3

2) Transmisi Tenaga Listrik...........................................................................3

3) Sistem Distribusi.......................................................................................5

B. Peralatan Jaringan Tranmisi..........................................................................6

a) Isolator.......................................................................................................6

b) Kawat Penghantar......................................................................................9

c) Tiang Penopang.......................................................................................11

d) Alat Pelengkap Listrik Jaringan..............................................................14

C. SALURAN TRANSMISI...........................................................................16

1) Resistansi.................................................................................................17

2) Induktansi................................................................................................18

3) Kapasitansi..............................................................................................19

D. Karakteristik Jaringan Transmisi................................................................20

ii
1) Pengertian Jaringan Transmisi.................................................................20

2) Komponen-komponen Jaringan Transmisi..............................................21

3) Fungsi Jaringan Transmisi.......................................................................22

4) Perhitungan Regulasi Tegangan Jaringan................................................24

5) Contoh Perhitungan Regulasi Tegangan.................................................25

BAB III......................................................................................................................26

PENUTUP.................................................................................................................26

A. Kesimpulan.................................................................................................26

B. Saran............................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................27

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sistem Tenaga Listrik terdiri dari beberapa sub sistem, yaitu
Pembangkitan, Transmisi, dan Distribusi. Tenaga listrik disalurkan kemasyarakat
melalui jaringan distribusi.Jaringan distribusi merupakan bagian jaringan listrik
yang paling dekat dengan masyarakat. Jaringan distribusi dikelompokkan menjadi
dua, yaitu jaringan distribusi primer dan jaringan distribusi sekunder. Sistem
transmisi tenaga listrik adalah rangkaian perangkat dan infrastruktur yang
digunakan untuk mentransmisikan listrik dari sumber pembangkit listrik ke
pengguna akhir. Ini melibatkan beberapa komponen dan teknologi yang dirancang
untuk mengirimkan listrik dari tempat yang dihasilkan (seperti pembangkit listrik,
seperti pembangkit listrik tenaga nuklir, pembangkit listrik tenaga air, pembangkit
listrik tenaga surya, atau pembangkit listrik tenaga angin) ke rumah, bisnis, dan
industri.

Peralatan jaringan transmisi adalah komponen dan perangkat keras yang


digunakan dalam sistem transmisi tenaga listrik untuk mengirimkan listrik dari
pembangkit listrik ke pengguna akhir melalui jaringan transmisi. Beberapa
peralatan utama dalam jaringan transmisi ialah, Transformator, Pemutus Sirkuit,
Isolator, Kawat Penghantar, Tiang Penopang, Alat Pengaman dan Alat Pelengkap.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian Diagram Garis Tunggal Sistem Tenaga Listrik ?
2. Apa pengertian Isolator, Kawat Penghantar, Tiang Penopang, Alat
Pengaman, dan Alat Pelengkap ?
3. Bagaimana Menghitung Parameter Jaringan?
4. Apa karakteristik jaringan transmisi ?
5. Apa pengertian PARAMETER JARINGAN ?
6. Apa saja REGULASI TEGANGAN JARINGAN?

1
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian Diagram Garis Tunggal Sistem Tenaga
Listrik
2. Untuk mengetahui apa Isolator, Kawat Penghantar, Tiang Penopang, Alat
Pengaman, dan Alat Pelengkap.
3. Untuk mengetahui bagaimana Menghitung Parameter Jaringan
4. Untuk mengetahui Apa karakteristik jaringan transmisi.
5. Untuk mengetahui Apa PARAMETER JARINGAN.
6. Untuk mengetahui Apa saja REGULASI TEGANGAN JARINGAN.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sistem Tenaga Listrik


Pengertian Sistem Tenaga Listrik Secara umum sistem tenaga listrik terdiri
dari :

1) Pusat Pembangkit Listrik (Power Plant)


Yaitu tempat energi listrik pertama kali dibangkitkan, dimana terdapat
turbin sebagai penggerak mula (Prime Mover) dan generator yang
membangkitkan listrik. Biasanya dipusat pembangkit listrik juga terdapat gardu
induk. Peralatan utama pada gardu induk antara lain : transformer, yang berfungsi
untuk menaikan tegangan generator (11,5 kV) menjadi tegangan transmisi
/tegangan tinggi (150kV) dan juga peralatan pengaman dan pengatur. Jenis pusat
pembangkit yang umum antara lain PLTA (pembangkit Listrik Tenaga Air), PLTU
(Pusat Listrik Tenaga Uap), PLTG (Pusat Listrik Tenaga Gas), PLTN (Pusat
Listrik Tenaga Nuklir). Sistem pembangkit (generation plant) terdiri dari satu atau
lebih unit pembangkit yang akan mengkonversikan energi mekanik menjadi
energi listrik dan harus mampu menghasilkan daya listrik yang cukup sesuai
kebutuhan konsumen. Sistem transmisi berfungsi mentransfer energi listrik dari
unit-unit pembangkitan di berbagai lokasi dengan jarak yang jauh ke sistem
distribusi, sedangkan sistem distribusi berfungsi untuk menghantarkan energi
listrik ke konsumen.

2) Transmisi Tenaga Listrik


Merupakan proses penyaluran tenaga listrik dari tempat pembangkit
tenaga listrik (Power Plant) hingga Saluran distribusi listrik (substation
distribution) sehingga dapat disalurkan sampai pada konsumer pengguna listrik.
Fungsi dari bagian Transmisi adalah menyediakan servis untuk merubah dalam
menaikan dan menurunkan tegangan pada saluran tegangan yang ditransmisikan
serta meliputi regulasi tegangan. Standarisasi range tegangan internasional yaitu
345 kV hingga 765 kV untuk Saluran tegangan Ekstra Tinggi dan 115 kV hingga

3
230 kV untuk saluran tegangan Tinggi. Standarisasi tegangan Transmisi listrik di
Indonesia adalah 500 kV untuk Saluran ekstra Tinggi dan 150 kV untuk saluran
Tegangan tinggi Ditinjau dari klasifikasi tegangannya, transmisi listrik dibagi
menjadi :

a) Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (Sutet) 200 Kv – 500 Kv

Pada umumnya digunakan pada pembangkitan dengan kapasitas di atas


500 MW.Tujuannya adalah agar drop tegangan dan penampang kawat dapat
direduksi secara maksimal, sehingga diperoleh operasional yang efektif dan
efisien. Permasalahan mendasar pembangunan SUTET adalah: konstruksi tiang
(tower) yang besar dan tinggi, memerlukan tapak tanah yang luas, memerlukan
isolator yang banyak, sehingga pembangunannya membutuhkan biaya yang besar.

b) Saluran Udara Tegangan Tinggi (Sutt) 30 Kv – 150 Kv

Tegangan operasi antara 30 KV sampai dengan 150 KV. Konfigurasi


jaringan pada umumnya single atau double sirkuit, dimana 1 sirkuit terdiri dari 3
phasa dengan 3 atau 4 kawat. Biasanya hanya 3 kawat dan penghantar netralnya
digantikan oleh tanah sebagai saluran kembali. Apabila kapasitas daya yang
disalurkan besar, maka penghantar pada masing-masing phasa 4 terdiri dari dua
atau empat kawat (Double atau Qudrapole) dan Berkas konduktor disebut Bundle
Conductor. Jika transmisi ini beroperasi secara parsial, jarak terjauh yang paling
efektif adalah 100 km. Jika jarak transmisi lebih dari 100 km maka tegangan jatuh
(drop voltaje) terlalu besar, sehingga tegangan diujung transmisi menjadi rendah.

c) Saluran Kabel Tegangan Tinggi (Sktt) 30 Kv – 150 Kv

SKTT dipasang di kota-kota besar di Indonesia (khususnya di Pulau Jawa),


dengan beberapa pertimbangan :Di tengah kota besar tidak memungkinkan
dipasang SUTT, karena sangat sulit mendapatkan tanah untuk tapak tower. Untuk
Ruang Bebas juga sangat sulit dan pasti timbul protes dari masyarakat, karena
padat bangunan dan banyak gedung-gedung tinggi.Pertimbangan keamanan dan
estetika.

4
d) Saluran Udara Tegangan Menengah (Sutm) 6 Kv – 30 Kv

Di Indonesia, pada umumnya tegangan operasi SUTM adalah 6 KV dan 20


KV. Namun secara berangsur-angsur tegangan operasi 6 KV dihilangkan dan saat
ini hampir semuanya menggunakan tegangan operasi 20 KV. Transmisi SUTM
digunakan pada jaringan tingkat tiga, yaitu jaringan distribusi yang
menghubungkan dari Gardu Induk, Penyulang (Feeder), SUTM, Gardu Distribusi,
sampai dengan ke Instalasi Pemanfaatan (Pelanggan/ Konsumen).

3) Sistem Distribusi
Merupakan subsistem tersendiri yang terdiri dari : Pusat Pengatur
(Distribution Control Center, DCC), saluran tegangan menengah (6kV dan 20kV,
yang juga biasa disebut tegangan distribusi primer) yang merupakan saluran udara
atau kabel tanah, gardu distribusi tegangan menengah yang terdiri dari panel-panel
pengatur tegangan menengah dan 5 trafo sampai dengan panel-panel distribusi
tegangan rendah (380V, 220V) yang menghasilkan tegangan kerja/ tegangan jala-
jala untuk industri dan konsumen. Tenaga listrik dibangkitkan pada dalam pusat-
pusat pembangkit listrik (power plant) seperti PLTA, PLTU, PLTG, dan PLTD lalu
disalurkan melalui saluran transmisi setelah terlebih dahulu dinaikkan
tegangannya oleh transformator step-up yang ada dipusat listrik. Saluran transmisi
tegangan tinggi mempunyai tegangan 70kV, 150kV, atau 500kV. Khusus untuk
tegangan 500kV dalam praktek saat ini disebut sebagai tegangan ekstra tinggi.
Setelah tenaga listrik disalurkan, maka sampailah tegangan listrik ke gardu induk
(G1), lalu diturunkan tegangannya menggunakan transformator step-down
menjadi tegangan menengah yang juga disebut sebagai tegangan distribusi primer.
Kecenderungan saat ini menunjukan bahwa tegangan distribusi primer PLN yang
berkembang adalah tegangan 20kV.

Setelah tenaga listrik disalurkan melalui jaringan distribusi primer atau


jaringan Tegangan Menengah (JTM), maka tenaga listrik kemudian diturunkan
lagi tegangannya dalam gardu-gardu distribusi menjadi tegangan rendah, yaitu
tegangan 380/220 volt, lalu disalurkan melalui jaringan Tegangan Rendah (JTR)
ke rumah-rumah pelanggan 6 (konsumen) PLN. Pelanggan-pelanggan dengan

5
daya tersambung besar tidak dapat dihubungkan pada Jaringan Tegangan Rendah,
melainkan dihubungkan langsung pada jaringan tegangan menengah, bahkan ada
pula pelanggan yang terhubung pada jaringan transmisi, tergantung dari besarnya
daya tersambung. Setelah melalui jaringan Tegangan menengah, jaringan
tegangan rendah dan sambungan Rumah (SR), maka tenaga listrik selanjutnya
melalui alat pembatas daya dan kWh meter. Rekening listrik pelanggan tergantung
pada besarnya daya tersambung serta pemakaian kWh nya. Setelah melalui kWh
meter, tenaga listrik lalu memasuki instalasi rumah,yaitu instalasi milik
pelanggan. Instalasi PLN umumnya hanya sampai pada kWh meter, sesudah kWh
meter instalasi listrik umumnya adalah instalasi milik pelanggan. Dalam instalasi
pelanggan, tenaga listrik langsung masuk ke alat-alat listrik milik pelanggan
seperti lampu, kulkas, televisi, dam lain-lain.

B. Peralatan Jaringan Tranmisi


a) Isolator
Isolator, dalam konteks jaringan listrik, adalah perangkat atau komponen
yang digunakan untuk mengisolasi atau memisahkan kawat penghantar listrik dari
tiang penopang atau struktur pendukung lainnya. Isolator adalah komponen
penting dalam jaringan transmisi listrik karena mereka membantu menjaga
keandalan dan keamanan sistem. Mereka mencegah arus listrik yang mengalir ke
tanah atau ke struktur pendukung, yang dapat menyebabkan gangguan atau
bahkan kegagalan dalam pasokan listrik. Sebagai bagian dari infrastruktur listrik,
isolator juga memainkan peran penting dalam menjaga keselamatan pekerja listrik
yang melakukan pemeliharaan dan perbaikan pada jaringan transmisi.

Fungsi utama isolator adalah mencegah aliran arus listrik dari kawat penghantar
ke tanah atau ke struktur non-konduktif lainnya. Ada beberapa jenis isolator yang
berbeda, tergantung pada desain, aplikasi, dan materialnya. Berikut adalah
beberapa jenis isolator yang umum digunakan:

1) Isolator Suspensi (Suspension Insulator)

6
 Jenis ini sering digunakan dalam jaringan transmisi listrik.
 Isolator suspensi biasanya memiliki beberapa cakram isolasi yang tergantung
dari struktur penopang dengan bantuan kawat baja yang kuat.
 Mereka cocok untuk mengatasi tegangan tinggi dan memiliki kapasitas
isolasi yang tinggi.
2) Isolator Pemotong (Cutout Insulator)

 Isolator pemotong atau cutout isolator digunakan sebagai perangkat


pengaman pada jaringan distribusi listrik.
 Mereka dirancang untuk memutuskan aliran listrik secara otomatis jika
terjadi gangguan atau kelebihan arus.
 Isolator pemotong sering digunakan di gardu listrik dan tiang distribusi.
3) Isolator Cincin (Pin Insulator)

 Isolator cincin adalah isolator yang menempel langsung pada tiang


penopang atau struktur pendukung.

7
 Mereka biasanya digunakan dalam jaringan distribusi dan transmisi rendah
hingga menengah.
 Isolator ini memiliki cincin isolasi yang melekat pada kawat penghantar
dan tiang penopang.
4) Isolator Keramik (Porcelain Insulator)

 Isolator keramik dibuat dari porselen yang tahan terhadap cuaca dan
memiliki sifat isolasi yang baik.
 Mereka digunakan secara luas dalam jaringan transmisi dan distribusi
listrik.
 Isolator keramik bisa berbentuk disk, gantungan, atau cincin, tergantung
pada aplikasi dan desainnya.
5) Isolator Komposit (Composite Insulator)

 Isolator komposit terbuat dari material komposit yang kuat dan ringan,
seperti fiberglass atau silikon.
 Mereka memiliki keunggulan dalam kekuatan mekanis dan daya tahan
terhadap pencemaran.
 Isolator komposit sering digunakan dalam daerah yang rentan terhadap
pencemaran lingkungan atau kondisi ekstrem.

8
b) Kawat Penghantar
Kawat penghantar dalam transmisi listrik adalah komponen penting yang
memainkan peran utama dalam menghantarkan aliran listrik dari sumber
pembangkit listrik ke pengguna akhir. Peran kawat penghantar sangat signifikan
dalam jaringan transmisi listrik, dan berikut adalah beberapa peran utama kawat
penghantar dalam transmisi listrik:

1. Menghantarkan arus listrik


2. Meminimalkan kerugian daya
3. Mengatasi beban listrik
4. Pemeliharaan keandalan
5. Mengelola pencemaran
6. Mengelola tegangan

Jenis kawat penghantar yang digunakan dalam sistem transmisi listrik


harus memiliki sifat-sifat khusus yang memungkinkannya untuk menghantarkan
listrik dengan efisien dan handal. Beberapa jenis yang umumnya digunakan
sebagai kawat penghantar dalam transmisi listrik meliputi:

1) Aluminium (Aluminium Conductor)

 Aluminium adalah bahan yang paling umum digunakan dalam kawat


penghantar untuk transmisi listrik.
 Nilai konduktivitas aluminium berkisar antara 3 x 10^7 hingga 4 x 10^7
S/m.
 Aluminium memiliki konduktivitas listrik yang baik dan relatif ringan,
sehingga memudahkan pemasangan dan pemeliharaan.

9
 Dalam beberapa kasus, kawat penghantar aluminium dapat dilapisi dengan
lapisan pelindung, seperti lapisan aluminium-clad steel (ACSR), untuk
meningkatkan kekuatan mekanis.
2) Tembaga (Copper Conductor)

 Tembaga memiliki konduktivitas listrik yang jauh lebih baik daripada


aluminium, sehingga mampu menghantarkan listrik dengan lebih efisien.
 Tembaga memiliki konduktivitas listrik yang sangat tinggi, dengan nilai
sekitar 5,96 x 10^7 S/m (Siemens per meter) atau 5,96 x 10^5 S/cm
(Siemens per centimeter). Itu menjadikannya salah satu bahan penghantar
terbaik.
 Namun, tembaga lebih berat dan lebih mahal daripada aluminium,
sehingga biasanya digunakan dalam aplikasi khusus, seperti dalam
jaringan transmisi tinggi tegangan.
3) Paduan Aluminium Tembaga (Aluminium- Copper Alloy Concuctor)

Beberapa paduan aluminium-tembaga digunakan dalam kawat penghantar


untuk menggabungkan keunggulan konduktivitas tembaga dengan keuntungan
berat dan biaya aluminium yang lebih rendah.

4) Paduan Aluminium-Titanium (Aluminium-Titanium Alloy Conductor)


 Paduan aluminium-titanium adalah alternatif lain yang digunakan untuk
mengurangi berat dan mempertahankan konduktivitas yang baik.
 Mereka memiliki keunggulan dalam mengatasi korosi.
5) Paduan Aluminium-Zirkonium (Aluminium-Zirconium Alloy Conductor)

10
Paduan aluminium-zirkonium memiliki karakteristik tahan terhadap korosi
dan sering digunakan dalam lingkungan yang rentan terhadap korosi.

c) Tiang Penopang
Fungsi utama dari tiang penopang adalah untuk menjaga kawat penghantar
dalam posisi yang benar, menjaga jarak yang aman antara kawat penghantar dan
permukaan tanah atau struktur lainnya, serta menopang isolator yang membantu
mengisolasi kawat penghantar dari struktur penopang. Tiang penopang biasanya
terbuat dari bahan yang kuat seperti beton, baja, kayu, atau serat komposit. Desain
dan jenis tiang penopang dapat bervariasi tergantung pada konfigurasi jaringan
transmisi listrik, tingkat tegangan operasional, kondisi lingkungan, dan faktor-
faktor lainnya. Selain menjaga kawat penghantar dalam posisi yang benar, tiang
penopang juga dapat dilengkapi dengan perangkat tambahan seperti isolator
pencemaran untuk melindungi kawat penghantar dari pencemaran oleh debu atau
polusi, serta perlindungan penahan cuaca untuk menghadapi kondisi cuaca
ekstrem seperti angin kencang atau salju. Fungsi utama dari tiang penopang ialah
sebagai berikut :

 Mengatur jarak, tiang penopang ditempatkan dengan jarak tertentu satu


sama lain untuk memastikan kawat penghantar tetap dalam posisi yang
benar. Ini membantu mencegah kontak antara kawat penghantar dan
meminimalkan risiko gangguan atau pemadaman listrik akibat sentuhan
atau hubungan singkat.
 Menjaga ketinggian, tiang penopang juga menjaga ketinggian kawat
penghantar dari permukaan tanah atau struktur lainnya. Ini penting untuk
menjaga keamanan, menghindari kontaminasi, dan meminimalkan risiko
bahaya bagi manusia dan hewan.
 Menahan beban cuaca ekstrem, tiang penopang harus dirancang untuk
menahan beban cuaca ekstrem seperti angin kencang, salju, dan es.
Mereka harus stabil dan tahan terhadap tekanan dan gaya mekanis yang
dapat timbul akibat kondisi cuaca buruk.

11
 Ruang kabel dan peralatan, beberapa tiang penopang memiliki ruang kabel
dan peralatan listrik yang terpasang di dalamnya untuk mengelola dan
mendistribusikan daya listrik. Ini membantu mengatur aliran listrik dalam
jaringan transmisi.

Penting untuk merancang, membangun, dan merawat tiang penopang


dengan baik agar mereka dapat menjalankan fungsi-fungsi ini dengan baik. Tiang
penopang yang rusak atau tidak terawat dapat mengganggu kinerja jaringan
transmisi listrik dan mengakibatkan gangguan dalam pasokan listrik. Oleh karena
itu, pemeliharaan dan inspeksi rutin pada tiang penopang sangat penting untuk
menjaga keandalan sistem transmisi listrik. Berikut adalah beberapa jenis umum
tiang penopang yang digunakan dalam jaringan transmisi tenaga listrik:

1) Tiang Beton (Concrete Poles)

Tiang beton adalah yang paling umum digunakan dalam jaringan distribusi
listrik tinggi dan menengah tegangan. Mereka memiliki konstruksi yang kuat dan
tahan terhadap cuaca, tersedia dalam berbagai ukuran dan bentuk untuk memenuhi
kebutuhan desain tertentu, jenis tiang ini sering digunakan di daerah perkotaan.

2) Tiang Kayu (Wooden Poles)

12
Tiang kayu adalah salah satu jenis tiang penopang tertua yang digunakan
dalam jaringan distribusi listrik. Tiang ini terbuat dari kayu yang diberi
perlindungan untuk mencegah korosi dan kerusakan serangga, biasanya digunakan
dalam jaringan distribusi tegangan rendah dan menengah.

3) Tiang Baja (Steel Poles)

Tiang baja digunakan dalam jaringan transmisi tinggi tegangan karena


kekuatan mekanis yang tinggi, jenis tiang ini tahan terhadap cuaca ekstrem dan
umumnya digunakan dalam lingkungan yang keras, biasanya lebih tinggi daripada
tiang beton atau kayu.

4) Tiang Komposit (Composite Poles)

Tiang komposit terbuat dari material komposit seperti serat kaca atau serat
karbon yang diperkuat dengan resin epoksi, jenis tiang ini ringan, kuat, dan tahan
terhadap korosi, sehingga cocok untuk digunakan dalam lingkungan yang rentan
terhadap pencemaran, digunakan dalam berbagai aplikasi transmisi dan distribusi
listrik.

13
5) Tiang Monopole (Monopole Poles)

Tiang monopole adalah tiang tunggal yang berdiri sendiri dan biasanya
digunakan dalam lingkungan perkotaan atau daerah dengan ruang terbatas, tiang
ini memiliki penampilan yang lebih estetis daripada tiang penopang konvensional,
digunakan dalam jaringan distribusi dan transmisi dengan tegangan rendah hingga
menengah.

d) Alat Pelengkap Listrik Jaringan


Adapun peralatan/perlengkapan yang diperlukan pada pemeliharaan
jaringan sistem tenaga listrik (transmisi, transmisi dan gardu induk) terdiri dari
peralatan kerja dan peralatn K3 (keselamatan dan kesehatan kerja). Uraian semua
peralatan tersebut dapat diperlihatkan seperti di bawah ini.

1) Lever Hoist

Lever Hoist biasa disebut juga sebagai kotrek rantai, manual level hoist
maupun come along. Istilah come along dipakai karena Lever Hoist dapat
digunakan secara horizontal, khususnya untuk menarik atau mengencangkan
sesuatu. Salah satu jenis yang paling umum digunakan di seluruh dunia adalah
hoist Chain Hoist. Jenis yang umum digunakan adalah dioperasikan secara
elektrik. Dalam hal ini jenis hoist, rantai yang digunakan sebagai media angkat.
Pekerjaan mekanik yang dilakukan oleh operator adalah sama dengan kerja yang
dilakukan oleh rantai angkat berat. Prosedur yang ditetapkan juga dapat
diotomatisasi dengan menggunakan Rantai dioperasikan secara elektrik Hoist.
Jadi menyederhanakan banyak beban kerja angkat.

2) Sling

14
Sling adalah alat bantu angkat khususnya barang yang besar dan berat
diberbagai industri. Karakteristik dari sling ini adalah salah satu dan atau kedua
ujungnya diterminasi atau dibuat mata sebagai sarana untuk mengaitkan aksesoris
untuk membantu aplikasi pengangkatan seperti Hook, Masterlink, dan lain-lain.
Jenis sling yang digunakan diberbagai industry khususnya industri berat macam-
macamnya adalah; 1) wire rope sling, 2) chain sling, 3) webbing sling, 4) round
sling.

3) Clinometer

Clinometer atau klinometer merupakan alat sederhana yang digunakan


untuk mengukur sudut elevasi yang dibentuk antara garis datar dengan sebuah
garis yangmenghubungkan sebuah titik pada garis datar tersebut dengan titik
puncak (ujung)suatu obyek. Pada terapannya, alat ini dapat digunakan pada
pekerjaan pengukuran tinggi (atau panjang) suatu obyek dengan memanfaatkan
sudut elevasi.

4) Thermovisi

Thermovisi adalah instrument untuk memvisualisasikan dan mendeteksi


suhu pada suatu objek yang di tangkap dan di tampilkan ke sebuah display dengan
teknologi inframerah yang merupakan bagian sepektrum radiasi gelombang
elektromagnetik.

5) Megger

Megger digunakan untuk memeriksa peralatan listrik apakah terjadi


gangguan atau tidak. Gangguan yang mungkin dapat terjadi, misalnya gangguan
hubungan antara phasa.

6) Kelengkapan Alat Pelindung Diri

Alat Pelindung Diri (APD) adalah peralatan atau perlengkapan yang


dirancang untuk melindungi pengguna dari risiko dan bahaya yang ada di
lingkungan kerja atau dalam situasi tertentu.

15
 Helm pelindung
Helm pelindung adalah daftar APD wajib nomor 1 karena melindungi
kepala dari benturan atau jatuhnya benda yang dapat menyebabkan cedera
kepala. Ini sangat penting saat bekerja di area konstruksi atau di atas
permukaan yang tinggi.
 Sarung tangan
Sarung tangan yang terbuat dari bahan isolasi listrik seperti karet atau
bahan non-konduktif lainnya diperlukan untuk melindungi tangan dari
sengatan listrik atau kontak dengan kabel teraliri listrik.
 Kacamata pelindung
kacamata pelindung dengan lensa tahan pecah atau lensa yang dapat
melindungi mata dari percikan, serpihan, dan partikel kecil saat melakukan
pekerjaan seperti pemotongan atau penggerindaan kawat listrik.
 Sepatu pelindung
Sepatu pelindung dengan sol khusus yang tahan terhadap bahan kimia dan
pelindung logam di ujungnya diperlukan untuk melindungi kaki dari
bahaya listrik, benda jatuh, atau bahan kimia.
 Baju kerja
Baju kerja pelindung yang tahan api dan non-konduktif sangat penting saat
bekerja dengan listrik. Hal ini melindungi tubuh dari risiko terpapar api,
busur listrik, atau bahan kimia yang dapat menyebabkan luka bakar.
 Sabuk pengaman
Sabuk pengaman atau tali pengaman yang sesuai digunakan saat bekerja di
ketinggian untuk mencegah jatuh atau tergelincir.

C. SALURAN TRANSMISI
Saluran transmisi tenaga listrik yang sesungguhnya adalah suatu parameter
saluran yang terdidi atas tahanan, induktansi, kapasitansi, konduktansi (tahanan
bocor) yaitu distribusi secara merata sepanjang saluran transmisi tersebut.
Keandalan saluran transmisi yang merupakan bagian dari sistem tenaga listrik ini
dipengaruhi oleh pararaeter-parameter saluran tersebut. Persoalan yang terpenting
di dalam suatu perencanaan dan operasi dari suatu sistem tenaga listrik adalah

16
pemeliharaan tegangan dalam batas-batas yang telah ditentukan pada berbagai
titik dalam sistem tersebut. Untuk itu perlu diketahui besar tegangan, arus serta
daya yang mengalir pada setiap titik sepanjang saluran.

1) Resistansi
Resistansi dari penghantar saluran transmisi adalah penyebab yang terpenting dari
rugi daya (power loss) pada saluran transmisi. Jika tidak ada keterangan lain,
maka yang dimaksudkan dengan istilah resistansi adalah resistansi efektif dari
suatu penghantar adalah :

Dimana daya dinyata kan dalam watt dan I adalah arus rms pada penghantar
dalam ampere. Resistansi efektif adalahspira dengan resistensi arus dari saluran
jika terdapat distribusi arus yang merata diseluruh penghantar. Resistansi dc
diberikan oieh rumus dibawah ini :

Rdc = Resistansi tegangan searah (Ohm, Ω)

l = Panjang penghantar (meter)

A = Diameter (mm 2)

= Tahanan jenis

Perubahan resistansi penghantar logam dengan berubahnya suhu boleh dikatakan


linier pada batas-batas pengoperasian yang normal. Dengan perubahan kecil dari
temperatur, resistansi bertambah secara linear seperti pertambahan temperature,
dan resistandi pada temperatur T, ditentukan dengan rumus:

17
2) Induktansi
Saluran Transmisi Ada dua persamaan dasar yang dapat dipakai untuk
menjelaskan dan merumuskan induktansi. Persamaan yang pertama
menghubungkan tegangan imbas dengan kecepatan perubahan flux yang meliputi
suatu rangkaian. tegangan imbas adalah :

dimana e adalah tegangan imbas dalam volt dan a adalah banyaknya flux
gandeng (flux linkages) rangkaian dalam weber-turns. Banyaknya weber-turns
adalah hasil perkalian dari masing-masing weber dari flux dan jumlah lilitan dari
rangkaian yang digandengnya. Jika arus dalam rangkaian berubah-ubah, medan
magnit yang ditimbulkannya (yang digambarkan dengan flux gandeng) pasti juga
berubah-ubah. Jika dimisalkan bahwa media dimana medan magnet ditimbulkan
mempunyai permeabilitas yang konstan, banyaknya flux gandeng berbanding
lurus dengan arus, dan karena itu tegangan imbas adalah sebanding dengan
kecepatan perubahan arus. jadi persamaan dasar yang kedua adalah :

18
B = induksi magnetik di titik p (Wb)

μo = permeabilitas vakum 4π x 10-7

(Wb/mA)

i = kuat arus listrik (A)

r = jari-jari toroida (m)

N = jumlah lilitan kawat pada toroida

3) Kapasitansi
Kapasitansi antara dua penghantar pada saluran dua kawat didefinisikan
sebagai muatan pada penghantar-penghantar itu per unit selisih potensial diantara
keduanya. Dalam bentuk persamaan, kapasitansi per unit panjang saluran adalah ;

dimana q adalah muatan pada saluran dalam coulomb per meter dan v adalah beda
potensial antara kedua penghantar dalam volt.. Jika kapasitansi antar saluran
dianggap terdiri dari dua kapasitansi yang sama dalara hubungan serl, maka
tegangan antara saluran terbagi dua sama besar diantara kedua kapasitansi tersebut
dan titik hubung antara keduanya berad a pada potensial tanah. Jadi kapasitansi ke
netral adalah salah satu dari dua kapasitansi seri yang sama itu, atau dua kali
kapasitansi antar saluran. Karena itu,

19
D. Karakteristik Jaringan Transmisi
1) Pengertian Jaringan Transmisi
Jaringan transmisi, dalam konteks penyediaan listrik, merujuk pada sistem
distribusi listrik yang memiliki peran kunci dalam menghubungkan pembangkit
listrik dengan berbagai titik distribusi atau konsumen akhir. Ini adalah bagian
integral dari infrastruktur penyediaan listrik yang memungkinkan aliran energi
listrik dalam jumlah besar dari sumber daya pembangkit hingga ke wilayah yang
memerlukan listrik. Jaringan transmisi bertindak sebagai “jembatan” utama yang
menghubungkan berbagai komponen dalam sistem kelistrikan, termasuk
pembangkit listrik, gardu distribusi, dan akhirnya ke rumah-rumah, pabrik, dan
bisnis. Jaringan transmisi terdiri dari srangkaian saluran transmisi, kabel, trafo,
pemutus sirkuit, dan komponen pendukung lainnya. Tujuan utama jaringan
transmisi adalah mengirimkan daya listrik dengan efisien, andal, dan aman dari
lokasi pembangkit ke konsumen, terlepas dari jarak yang mungkin sangat jauh.
Dalam beberapa kasus, jaringan transmisi juga dapat melibatkan penggunaan
tegangan tinggi, yang membantu mengurangi kerugian daya selama transmisi
jarak jauh. Oleh karena itu, jaringan transmisi memiliki peran penting dalam
menjaga kualitas daya listrik yang diterima oleh konsumen akhir, menghindari
penurunan tegangan yang signifikan, dan menjaga keandalan pasokan listrik.
Jaringan transmisi adalah tulang punggung dari sistem penyediaan listrik dan
merupakan elemen kunci dalam memastikan bahwa listrik dapat diandalkan dan
tersedia di seluruh wilayah yang membutuhkannya. Dengan pemahaman yang
baik tentang karakteristik dan fungsi jaringan transmisi, penyedia listrik dan para
insinyur listrik dapat merencanakan, mengelola, dan mengoptimalkan jaringan ini
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dengan efisien dan efektif.

20
2) Komponen-komponen Jaringan Transmisi
Jaringan transmisi listrik adalah sistem yang kompleks, terdiri dari
berbagai komponen utama yang bekerja bersama-sama untuk mengirimkan daya
listrik dari sumber pembangkit hingga ke konsumen akhir. Berikut adalah
beberapa komponen utama yang membentuk jaringan transmisi:

1. Saluran Transmisi:
Saluran transmisi adalah bagian paling terlihat dari jaringan transmisi. Ini
adalah struktur fisik yang biasanya terdiri dari tiang-tiang listrik dan kabel-
kabel transmisi. Saluran transmisi dapat berbentuk overhead (di atas tanah)
atau underground (di bawah tanah). Kabel transmisi overhead sering
menggunakan bahan seperti aluminium untuk mengirim daya listrik
dengan efisien.
2. Trafo Transmisi:
Transformator transmisi digunakan untuk mengubah tegangan listrik sebelum
dan setelah transmisi. Pada sisi pembangkit, trafo step-up digunakan untuk
meningkatkan tegangan listrik, yang mengurangi kerugian daya selama
transmisi jarak jauh. Di sisi konsumen, trafo stepdown mengurangkan
tegangan sehingga sesuai untuk digunakan di rumah-rumah dan fasilitas
komersial.
3. Pemutus Sirkuit:
Pemutus sirkuit (circuit breakers) adalah perangkat elektris yang digunakan
untuk mengendalikan aliran listrik dalam saluran transmisi. Mereka berfungsi
untuk memutus sirkuit saat terjadi gangguan, seperti hubung singkat atau
lonjakan tegangan, untuk mencegah kerusakan pada peralatan atau gangguan
lebih lanjut.
4. Switch dan Disconnect Switch:
Switch digunakan untuk mengalihkan aliran listrik dari satu jalur ke jalur
lainnya, sedangkan disconnect switch digunakan untuk memutuskan hubungan
listrik pada saluran tertentu. Kedua perangkat ini memungkinkan
pemeliharaan dan perbaikan tanpa mematikan seluruh jaringan.
5. Kompensator:

21
Kompensator adalah perangkat yang digunakan untuk mengendalikan faktor
daya dan mempertahankan tegangan pada level yang diinginkan. Ini penting
untuk menjaga kualitas daya listrik yang diterima oleh konsumen.
6. Pengendali Jaringan:
Pengendali jaringan adalah sistem otomatis yang mengatur dan memantau
aliran daya listrik dalam jaringan. Mereka memastikan bahwa tegangan dan
frekuensi tetap dalam batas yang aman.
7. Peralatan Proteksi:
Peralatan proteksi termasuk relay dan sensor yang digunakan untuk
mendeteksi gangguan dan melindungi jaringan transmisi dari kerusakan
serius. Peralatan proteksi merespon cepat terhadap masalah seperti hubung
singkat atau lonjakan arus.
8. Komunikasi Jaringan:
Komunikasi jaringan adalah infrastruktur yang memungkinkan peralatan di
jaringan transmisi untuk berkomunikasi dan berkoordinasi. Ini membantu
dalam pemantauan, pengendalian, dan perbaikan jaringan.
9. Grounding System:
Grounding system adalah sistem yang memastikan bahwa saluran transmisi
terhubung dengan tanah secara aman. Ini digunakan untuk melindungi
jaringan dari lonjakan tegangan dan memastikan keselamatan pekerja yang
bekerja di sekitar saluran.

3) Fungsi Jaringan Transmisi


Jaringan transmisi dalam penyediaan listrik memiliki peran utama yang
sangat penting dalam mendistribusikan daya listrik dari pembangkit ke konsumen
akhir. Berikut adalah beberapa fungsi utama dari jaringan transmisi:

1. Transportasi Daya Listrik:


Fungsi inti dari jaringan transmisi adalah mengangkut daya listrik dalam
jumlah besar dari lokasi pembangkit listrik ke lokasi konsumen atau pusat
distribusi. Daya listrik yang dihasilkan di berbagai pembangkit, seperti
pembangkit listrik tenaga air, pembangkit listrik tenaga nuklir, atau

22
pembangkit listrik tenaga fosil, harus dapat dihantarkan secara efisien ke
tempat-tempat di mana itu diperlukan.
2. Penyesuaian Tegangan:
Jaringan transmisi menggunakan transformator transmisi untuk mengubah
tegangan listrik sebelum dan setelah transmisi. Pada sisi pembangkit,
tegangan dapat ditingkatkan (step-up) untuk mengurangi kerugian daya
selama transmisi jarak jauh. Pada sisi konsumen, tegangan dapat dikurangi
(step-down) agar sesuai untuk digunakan di rumah-rumah, pabrik, dan
bisnis.
3. Pengendalian Kualitas Daya:
Jaringan transmisi berperan dalam menjaga kualitas daya listrik yang
diterima oleh konsumen. Ini mencakup pemantauan tegangan, frekuensi, dan
faktor daya untuk memastikan bahwa daya listrik yang disampaikan sesuai
dengan standar yang ditetapkan. Jika ada deviasi yang signifikan, sistem
pengendalian jaringan akan mengambil tindakan untuk memperbaiki
masalah tersebut.
4. Pemisahan Sirkuit:
Jaringan transmisi memiliki pemutus sirkuit dan switch yang memungkinkan
pengendalian aliran listrik. Ini berarti jika ada masalah di suatu bagian
jaringan, hanya bagian tersebut yang akan terpengaruh, sementara wilayah
lain tetap beroperasi. Ini meningkatkan keandalan pasokan listrik.
5. Efisiensi Energi:
Jaringan transmisi dirancang untuk mengirimkan daya listrik dengan
kerugian daya sekecil mungkin. Ini dapat mencakup penggunaan kabel
transmisi yang efisien, penggunaan trafo dengan tingkat efisiensi tinggi, dan
pemantauan yang cermat terhadap kondisi jaringan untuk mengurangi
kerugian daya yang tidak perlu.
6. Distribusi Jarak Jauh:
Jaringan transmisi memungkinkan pembangkit listrik berlokasi jauh dari
pusat konsumen. Ini penting karena sumber daya energi terbarukan seperti

23
pembangkit listrik tenaga angin atau tenaga surya seringkali terletak di lokasi
yang jauh dari pusat permukiman.
7. Kemampuan Skala:
Jaringan transmisi harus dirancang untuk mengakomodasi perubahan dalam
permintaan daya listrik dari waktu ke waktu. Ini memungkinkan peningkatan
daya listrik saat diperlukan, misalnya, selama periode konsumsi tinggi
seperti musim panas.
8. Kemampuan Daur Ulang:
Jaringan transmisi juga harus memiliki kemampuan untuk mendistribusikan
daya listrik dari sumber cadangan atau sumber energi alternatif jika ada
gangguan atau pemadaman daya pada sumber daya utama.

4) Perhitungan Regulasi Tegangan Jaringan


a) Pengertian Regulasi Tegangan

Regulasi tegangan dalam konteks jaringan transmisi adalah proses


mengatur dan mempertahankan tegangan listrik pada level yang diinginkan atau
sesuai dengan standar tertentu selama proses transmisi daya listrik dari sumber
(pembangkit) hingga ke konsumen akhir. Tujuan utama regulasi tegangan adalah
untuk memastikan bahwa tegangan yang diterima oleh konsumen tetap berada
dalam batas yang aman dan sesuai dengan peralatan listrik yang digunakan di
berbagai lokasi. Hal ini juga membantu dalam menjaga kualitas daya listrik yang
diterima oleh konsumen, menghindari penurunan tegangan yang signifikan, dan
menjaga keandalan pasokan listrik. 2.2. Rumus Perhitungan Regulasi Tegangan
Regulasi tegangan dalam jaringan transmisi diukur dengan menggunakan rumus
matematis berikut:

Regulasi Tegangan (%) = [(Vs – Vr) / Vr] × 100%

Keterangan:

- Regulasi Tegangan (%) adalah persentase perubahan tegangan dari sisi


pembangkit (Vs) ke sisi beban (Vr).

- Vs adalah tegangan output (output voltage) dari sistem listrik.

24
- Vr adalah tegangan referensi (reference voltage) atau tegangan nominal yang
seharusnya dicapai oleh sistem Rumus ini membandingkan perbedaan tegangan
antara sumber dan beban dengan tegangan pada sisi beban. Hasilnya diubah
menjadi persentase untuk mengukur sejauh mana tegangan telah berubah selama
transmisi.

5) Contoh Perhitungan Regulasi Tegangan


Mari kita lihat contoh perhitungan regulasi tegangan untuk memahami
konsep ini secara praktis. Anggaplah kita memiliki jaringan transmisi dengan
tegangan pada sisi pembangkit (Vs) sebesar 13.800 Volt dan tegangan pada sisi
beban (Vr) sebesar 13.500 Volt. Regulasi Tegangan (%) = [(13.800 V – 13.500
V) / 13.500 V] × 100% Regulasi Tegangan (%) = [(300 V) / 13.500 V] × 100%
Regulasi Tegangan (%) ≈ 2.22% Dalam contoh ini, regulasi tegangan sekitar
2.22%. Ini berarti tegangan mengalami penurunan sekitar 2.22% dari sisi
pembangkit hingga sisi beban selama transmisi. Perhitungan ini memberikan
gambaran tentang sejauh mana tegangan dapat dipertahankan pada level yang
diinginkan dalam jaringan transmisi. Semakin kecil regulasi tegangan, semakin
baik kualitas distribusi daya listrik kepada konsumen.

25
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Jaringan transmisi adalah elemen kunci dalam penyediaan listrik yang
memastikan listrik dapat diandalkan dan tersedia di seluruh wilayah. Pemahaman
karakteristik jaringan ini memungkinkan penyedia listrik untuk merencanakan,
mengelola, dan mengoptimalkan jaringan dengan efisien. Regulasi tegangan
dalam jaringan transmisi adalah proses menjaga tegangan pada level yang aman
selama transmisi, memastikan kualitas daya yang diterima oleh konsumen.
Efisiensi jaringan transmisi mengukur kemampuan sistem untuk mengirim daya
dengan kerugian daya minimal, yang menghasilkan pasokan listrik yang lebih
efisien dan ekonomis bagi konsumen.

B. Saran
Saya menyadari, bahwa makalah saya ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, saya mohon kritik dan saran yang membangun dari Bapak Dosen
ataupun rekan-rekan sekalian agar kiranya ada perbaikan untuk dikemudian
harinya. Terima kasih.

26
DAFTAR PUSTAKA

Arismunandar A & Kuwahara S,1979. Buku Pegangan Teknik Tenaga Listrik, Jilid
II. Jakarta : Pradnya Paramita Stevenson,

Buku pegangan teknik tenaga listrik, jilid III : gardu induk / Artono Arismunandar,
Susumu Kuwahara ; ind · Jakarta : Pradnya Paramita , 1979 · Cet. Ke-4 ·
1.

Erlangga Marsudi, Djiteng, Operasi Sistem Tenaga Listrik, Yogyakarta :

Erlangga Purcel, EJ dan Varberg, Kalkulus dan Geometri Analitik Jilid 1, Jakarta :
Erlangga

Graha Ilmu, 2006 H. Wayne Beaty, Handbook of Electric Power Calculations,3rd


Ed, McGrawHill : 2001. Section 19. Electric Energy Economic Methods

https://dalamcangkang.blogspot.com/2018/07/jenis-jenis-tiang-transmisi-
tenaga.html

Hutauruk, T.S, Prof. Ir. M. Sc, 1996, Transmisi Daya Listrik, Erlangga. Pabla, A.
S, 1996, Sistem Distribusi Daya Listrik, Jakarta, penerbit Erlangga
Stevenson,

James Stewart, Kalkulus Jilid 1, edisi 4, Jakarta : Erlangga Long, T. J. (n.d.).


Turunan Fungsi Implisit - Materi, Contoh Soal Dan Pembahasan.

Louis Leithold , Kalkulus dan Ilmu Ukur Analitik Jilid 1 Edisi 5, Jakarta

RUPTL (Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik) PT.PLN (Persero), 2015-


2024.

Saputra, S. K. (2015). Analisa Keseimbangan Beban Sistem Distribusi 20 Kv


Pada Penyulang Kutilang Supply Dari Gi Seduduk Putih Menggunakan
Etap 12.6 (Doctoral dissertation, Politeknik Negeri Sriwijaya).

Sumani, Sambodho Ir. 2015 Diktat Transmisi daya Listrik . Jakarta : STT PLN
Marsudi, Djiteng, Pembangkitan Tenaga Listrik, Jakarta : Erlangga, 2005

27
W.D, 1996, Analisa Sistem Tenaga, Jakarta, Penerbit Erlangga Zuhal, 1995, Dasar
Teknik Listrik dan Elektronika Daya, Jakarta, Penerbit PT. Gramedia.
http://boomx.wordpress.com/category/modul-artikel/

Website Belajar Matematika & Statistika: Konsep, Teori, dan Penerapan.


https://jagostat.com/kalkulus1/turunan-fungsi-implisit

William D, Jr.1984. Analisis Sistem Tenaga Listrik. Jakarta

28

Anda mungkin juga menyukai