DAFTAR ISI
3.
Doc.U.Bogor/RJKB/2006
5.
6.
7.
8. FASILITAS OPERASI . 89
-2-
Doc.U.Bogor/RJKB/2006
Umum
Tenaga listrik merupakan kebutuhan yang sangat vital dan dalam kehidupan
manusia sehari-hari baik untuk kepentingan pribadi maupun dalam kehidupan
bermasyarakat.
Dilain itu tenaga listrik juga sangat dibutuhkan untuk Indistri-industri besar maupun
industri kecil, perkantoran, pertokoan dan lain sebagainya.
Untuk itu tanpa dibantu dengan tenaga listrik manusia akan lebih susah untuk
melakukan sesuatu.
Banyak sekali keuntungan-keuntungan menggunakan tenaga listrik a.l :
1. Dengan adanya tenaga listrik memudahkan Industri-industri dapat berkembang
dengan cepat.
2. Dengan adanya tenaga listrik pekerjaan-pekerjaan rumah tangga dapat dengan
mudah diselesaikan.
3. Dengan adanya tenaga listrik seluruh kebutuhan Telekomunikasi dapat terjamin.
4. Tenaga listrik dapat menerangi rumah-rumah tangga, jalan raya, perkantoran dan
pertokoan.
5. Dan masih banyak lagi keuntungan-keuntungan yang lain.
Dengan demikian energi listrik merupakan faktor yang penting dalam mencerdaskan
masyarakat dan secara langsung mempengaruhi keadaan perekonomian.
Karena tenaga listrik merupakan kebutuhan yang vital, maka tenaga listrik harus selalu
tersedia dalam jumlah yang cukup pada waktu yang tepat, dengan keandalan yang
tinggi dan mempunyai mutu yang baik. Untuk memenuhi persyaratan-persyaratan
ketersediaan tenaga listrik tersebut diperlukan pengaturan yang baik dalam persediaan
dan dalam penyaluran sistem tenaga listrik secara merata.
Dengan
bertambahnya
pemakaian
beban
tenaga
listrik,
maka
memerlukan
-3-
Doc.U.Bogor/RJKB/2006
1.1. Pembangkit.
PLTN ( Pusat Listrik Tenaga Nuklir ). Pusat Listrik ini masih dalam penyelidikan.
Untuk Pusat listrik tenaga Nuklir ( PLTN ) sementara masih dalam evaluasi dalam segi
resiko dan bahayanya terhadap masyarakat di sekelilingnya , mengingat pengalamanpengalaman negara maju yang pernah mengoperasikannya.
Pemilihan jenis Pusat pembangkit listrik didasarkan pada hasil studi kelayakan yang
dibuat oleh PLN ( beberapa diantaranya dibuat bersama-sama konsultan ).
1.2 Transmisi.
Tenaga listrik yang dibangkitkan oleh generator dari suatu unit pembangkit
sebelum disalurkan melalui jaringan transmisi diatur terlebih dahulu tegangannya
menjadi tegangan tinggi antara lain tegangan 70 kV, 150 kV atau 500 kV sesuai
dengan kebutuhan.
Perubahan tegangan dilakukan melalui transformator tenaga, transformator ditempatkan
di Gardu Induk ( GI ) selain juga berfungsi mengubah tegangan listrik juga untuk
mendistribusikan tenaga listrik ke Gardu Induk lainnya. Bilamana tegangan akan
disalurkan ke gardu distribusi tegangan diturunkan mrnjadi tegangan menengah yaitu 20
kV.
-4-
Doc.U.Bogor/RJKB/2006
-5-
Doc.U.Bogor/RJKB/2006
dilokasi
tersebar dipelosok-pelosok
perkotaan
dan
pedesaan
yang
2. SISTEM SCADA.
Umum.
Sistem yang terintegrasi adalah suatu jaringan tenaga listrik yang terpadu meliputi
pembangkit-pembangkit tenaga listrik, jaringan transmisi dan distribusi yang saling
terhubung.
Sistem yang terintegrasi ini lebih dikenal dengan sistem interkoneksi. Keuntungan
adanya interkoneksi adalah diperolehnya suatu skala produksi yang ekonomis, karena
pusat pembangkit listrikyang kerkapasitas besar dan beroperasi pada sistem
terinterkoneksi dapat mensuplai daerah lainnya yang membutuhkan tenaga listrik yang
besar, tetapi hanya mempunyai pembangkit listrik yang berkapasitas kecil. Dengan
semakin banyaknya pusat pembangkit tenaga listrik yang dioperasikan, maka diperlukan
pengaturan beban sistem tenaga listrik. Dalam pengaturan sistem tenaga listrik perlu
adanya sarana-sarana
-6-
Doc.U.Bogor/RJKB/2006
Dengan adanya sarana-sarana peralatan SCADA tersebut pusat pengatur beban bisa
mendapatkan keuntungan-keuntungan antara lain :
1. Kecepatan dan kemudahan memperoleh informasi yang diperlukan.
2. Kwalitas data yang ditampilkan dapat dipantau secara real time ( data baru ).
3. Cara-cara penyajian data dan informasi bagi pengatur sistem yang sempurna.
4. Operator pusat pengatur beban dapat dengan mudah untuk pengaturan sistem.
Beroperasinya peralatan sistem SCADA sangat tergantung pada:
1. Keandalan saluran data ( komunikasi ) karena dengan terganggunya saluran data
akan berakibat terganggunya operasi pengaturan sistem
2. Kwalitas Power supply ( catu daya ) untuk menunjang beroperasinya peralatan.
Permasalahan mengenai energi listrik merupakan permasalahan yang sangat kompleks.
Permasalahannya tidak hanya bagaimana energi listrik ini dibangkitkan, disalurkan
tetapi juga mengenai perhitungan ekonomis dari suatu pembangkit yang lebih dikenal
dengan manajemen energi.
2.1 Telekomunikasi Suara
Untuk pembicaraan antara operator pusat pengatur beban dengan operator pusat
pembangkit PLN mempunyai jalur komunikasi khusus yang disebut PLC ( Power Line
Carrier ).
Komunikasi ini merupakan
memanfaatkan
propogasi
-7-
Doc.U.Bogor/RJKB/2006
Media penghubung.
Diantara dua peralatan SCADA yang berhadapan selalu menggunakan komponenkomponen tersebut diatas, komponen tersebut biasa kita sebut Modem .
2.3. Modem.
Modem ini berfungsi untuk merubah sinyal analog menjadi sinyal digital atau sebaliknya
merubah sinyal digital menjadi sinyal analog. Rangkaian Pemancar ( transmitter ) dari
suatu modem berfungsi sebagai pengubah sinyal digital menjadi analog, sedangkan
-8-
Doc.U.Bogor/RJKB/2006
pula
Penyampaian data.
Fungsi kontrol.
Dengan adanya peralatan SCADA penyampaian dan pemerosesan data dari sistem
tenaga listrik akan lebih cepat diketahui oleh operator ( dispatcher ).
-9-
Doc.U.Bogor/RJKB/2006
listrikan.
Kualitas tenaga listrik adalah tegangan dan frekuensi yang stabil dan tersedia terus
menerus, keamanan tenaga listrik berhubungan dengan jaringan dan kestabilan
pembangkitan tenaga listrik sedangkan segi ekonomis ketenaga listrikan berhubungan
dengan investasi dan biaya produksi tenaga listrik. Untuk mendapatkan fungsi-fungsi
pengaturan
ketenaga listrikan
Kontrol Produksi
Administrasi pemeliharaan
Macam telemetering yang dipantau oleh pusat pengatur beban diantaranya adalah :
-
Pengukuran Tegangan ( kV )
Pengukuran Megawatt ( MW )
Pengukuran Frekuensi ( Hz )
2.6. Telesignaling.
- 10 -
Doc.U.Bogor/RJKB/2006
Fungsi kontrol secara digital merupakan perintah langsung ke peralatan tenaga listrik
seperti perintah buka/tutup PMT atau PMS, perintah start/stop unit pembangkit dan juga
perintah merubah posisi tap changer dari transformer ( naik/turun ).
Fungsi kontrol secara analog merupakan perintah untuk pengaturan peralatan
pembangkit tenaga listrik guna menaikan/menurunkan daya pembangkit.
2.8. Master station.
Master station berfungsi untuk mengolah data yang diterima dari sistem tenaga listrik
yang ada agar dapat dimonitor oleh operator melalui peralatan bantu yang disebut Man
Machine Interface. Master station terdiri dari 2 bagian yaitu:
-
Front-end komputer
- 11 -
Doc.U.Bogor/RJKB/2006
Memory
Modul I / O merupakan interface dengan peralan proses yang berada di Gardu Induk
maupun pusat pembangkit. Jadi fungsi utama dari modul I / O adalah melayani masukan
dan pengeluaran untuk nilai analog dan sinyal digital dari kontak, Transducer dan
sumber sinyal lainnya dari peralatan tenaga listrik.
Telemetering ( TM ) yang datang dari transducer disambung langsung ke modul Analog
input.
Telesinyal ( TS ) yang datang dari peralatan GI disambung langsung ke modul digital
input.
- 12 -
Doc.U.Bogor/RJKB/2006
serta pembangkit
PLTU Suralaya
PLTA Saguling
PLTA Cirata
PLTU Paiton.
Pusat-pusat beban dipasok melalui Transformator inter bus ( IBT ) 500kV/150 kV yang
terpasang di Gardu Induk Tegangan Extra Tinggi ( GITET ).
Saluran tegangan tinggi 150 kV & 70 kV serta pembangkit-pembangkit yang terhubung
dengan jaringan ini merupakan penyedia tenaga listrik untuk setiap control center.
Pendistribusian tenaga listrik ke konsumen disalurkan melalui transformator 150/20 kV
atau 70/20 kV dan jaringan tegangan menegah.
Konfigurasi tegangan sistem tenaga listrik Jawa-Bali ini menuntut disusunnya hirarki
control center yang sejalan dan dapat mendukung pola pengoperasiannya.
- 13 -
Doc.U.Bogor/RJKB/2006
Sistem tenaga listrik Jawa-Bali terbagi menjadi 4 Area Control Center masing-masing
adalah :
- Regional Control Centre Cawang ( RCC Cawang )
Yang meliputi daerah Jawa-barat bagian barat,Banten serta DKI Jakarta.
- Regional Control Centre Cigereleng ( RCC Cigereleng )
Yang meliputi daerah Jawa-barat bagian timur.
- Regional Control Centre Ungaran ( RCC Ungaran )
Yang meliputi daerah Jawa-tengah. Dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
- Regional Control Centre Waru ( RCC Waru )
Yang meliputi daerah Jawa-timur ditambah GSC Bali.
Dari keempat Regional tersebut masing-masing dimonitor oleh JCC ( Java Control
Center )
Yang terletak di Gandul. Disamping memantau seluruh Regional Control Centre ( RCC
), JCC Juga mengontrol langsung jaringan tegangan Extra tinggi 500 kV.
Dengan adanya hirarki-hirarki tersebut, maka dapat diambil kesimpulan tugas dari
masing-masing Control Center antara lain:
3.3. Tugas JCC
-
Melakukan operasi pengaturan jaringan pada saluran tegangan extra tinggi 500 kV
baik pengaturan daya maupun tegangan.
- 14 -
Doc.U.Bogor/RJKB/2006
Melakukan operasi pengaturan jaringan pada saluran tegangan tinggi 150 kV dan
70 kV, baik dalam rangka pengaturan daya maupun tegangan.
Membantu tugas ACC dalam melakukan pengaturan jaringan pada jaringan 150 kV
dan 70 kV diwilayahnya.
Mengambil alih tugas operator Gardu Induk yang berada dibawah kendali GSC,
sehingga dengan demikian Gardu-gardu secara bertahab dapat menjadi Gardu
Induk Tanpa Operator ( GITO ) . Untuk GI tanpa operator ini GSC mendapat tugas
tambahan memantau beberapa teleinformasi yang sifatnya tidak langsung
dibutuhkan untuk operasi real-time, tapi ini diperlukan oleh regu pemeliharaan (
sebagai contoh kondisi power supply panel, power supply untuk telekomunikasi dan
seluruh alarm peralatan yang terpasang di gardu tersebut.
- 15 -
Doc.U.Bogor/RJKB/2006
- 16 -
Doc.U.Bogor/RJKB/2006
Umum
Untuk pengaturan sistem tenaga listrik yang andal khususnya jaringan listrik
yang mempunyai pembangkit interkoneksi sebaiknya dipasang peralatan Load
Frequency Control ( LFC ) di Unit-unit pembangkit yang mempunyai kapasitas
minimal 100 MW . LFC juga dipasang pada Unit dengan sistem blok yang artinya
satu komando LFC untuk mengatur beberapa unit pembangkit.
Di Indonesia LFC sudah mulai dirancang sejak adanya proyek West Java Load
Dispatching Center yang biasa disebut LDC yang telah dilaksanakan pada th
1980 . Pada saat Scada proyek LDC berjalan , JCC Gandul baru mulai
pembangunan gedung. Sehingga pada saat itu sudah ada 2 control center yang
berfungsi yaitu :
Regional Control Centre Cawang dan Regional Control Centre Cigereleng.
Setelah Java Control Center ( JCC ) beroperasi , kemudian pada akhir
Desember 1987 baru ada sistem LFC yang beroperasi yaitu LFC Hydro Power
Plant ( PLTA Saguling ) yang terdiri dari 4 Unit pembangkit berkapasitas masingmasing 180 MW. Pada saat itu hanya PLTA Saguling yang sangat dibutuhkan
untuk menunjang keandalan sistem tenaga listrik Jawa-Bali, karena ditinjau dari
segi bahan bakar adalah yang termurah disamping itu telah dipasang peralatan
LFC yang dapat mengatur Frekwensi secara otomatis melalui peralatan SCADA.
Tidak lama kemudian menyusul beroperasinya LFC PLTA Cirata yang terdiri dari
4 Unit pembangkit yang masing-masing mempunyai kapasitas 125 MW.
Dengan adanya pengembangan Gardu-Gardu Induk dan Unit-Unit pembangkit
tenaga listrik Jawa Bali sampai saat sekarang sudah ada 10 Unit Pembangkit
yang sudah menggunakan fasilitas LFC yaitu :
-PLTA Saguling
( 4 X 175 MW )
-PLTA Cirata
( 8 X 125 MW )
( 1 X 550 MW )
( 1 X 550 MW )
-PLTU Paiton
( 2 X 400 MW )
-PLTGU Grati
( 1 X 500 MW )
-PLTGU Muarakarang
( 1 X 500 MW )
- 17 -
Doc.U.Bogor/RJKB/2006
( 2 X 200 MW )
( 2 X 600 MW )
( 2 X 200 MW )
( 1 X 400 MW )
( 3 X 600 MW )
( 1 X 200 MW )
( 1 X 500 MW )
( 2 X 500 MW )
( 4 X 125 MW )
LFC hanya dapat beroperasi pada saat jaringan sistem tenaga listrik dalam kondisi
normal.
Pada saat sistem tenaga listrik mengalami gangguan atau lepas interkoneksi (Separated
Network) di salah satu Gardu Induk atau Pembangkit maka LFC secara otomatis akan
OFF. Untuk mengetahui terjadinya Separated Network, di Master komputer terdapat
suatu program Network Topologi yang berfungsi untuk memonitor jaringan tenaga listrik.
Jaringan sistem tenaga listrik akan lebih baik mutu frekwensinya apabila lebih banyak
unit
pembangkit
yang
ikut
berpartisipasi
menggunakan
LFC.
Disamping
itu
pembangkitan akan bekerja lebih stabil atau bekerja lebih ringan apabila banyak Unit
yang beroperasi dengan LFC.
Antara Unit satu dengan unit yang lain saling berpacu untuk memperbaiki mutu
frekwensi biasanya PLTA adalah unit yang paling cepat dalam menerima respon dari
Master Station dan Unit2 yang bekerja lebih lambat bisa membantu untuk perbaikan
Frekwensi.
Pembagian fungsi LFC
Ditinjau dari sistem tenaga listrik LFC dapat dibagi menjadi 3 fungsi yaitu :
-
- 18 -
Doc.U.Bogor/RJKB/2006
- 19 -
Doc.U.Bogor/RJKB/2006
( Po ) dalam MW
( Po ) dalam MW
- 20 -
Doc.U.Bogor/RJKB/2006
-Po = Power yang diset oleh operator unit.(sesuai permintaan dari Master).
-Pr = 50% dari bandwide yang diset operator unit (sesuai permintaan Master).
-N
Bila terjadi gangguan LFC ( LFC Off ) maka tidak ada pengaturan yang otomatis dari
Master Station dan pengaturan diambil alih oleh operator Unit Pembangkit secara
manual.
Pada kondisi LFC normal untuk pembebanan Unit operator harus menyesuaikan
perintah dari Master yaitu Po = Po dan Pr = Pr .
Apabila terjadi ketidak samaan antara permintaan dari Master dengan pengesetan di
unit pembangkit ( Po tidak sama Po atau Pr tidak sama Pr ) maka kemungkinan LFC
akan blok.
Contoh :
MW
P
Po + Pr
Po
Bandwide
Perubahan
beban Unit
Po - Pr
P
Unit
Pembangkit
- 21 -
Doc.U.Bogor/RJKB/2006
Kita ambil contoh misal Unit Pembangkit mempunyai kapasitas Max 150 MW.
Ditentukan Po = 100 MW
Pr = 25 MW dan
N perhitungan dari komputer menghasilkan + 1 maka berdasarkan rumus
diatas
P = Po + Pr.N
Jadi
generator Unit pada kondisi seperti ini harus membangkit 125 MW dan
besarnya unit untuk membangkit tergantung berasnya level N yang dikirim oleh
komputer Master .
Dengan demikian untuk contoh ini unit pembangkit bisa membangkitkan beban
antara 75 s/d 125 MW.
4.9. Frekwensi Meter
Pemantauan Frekwensi sangat diperlukan oleh Master kontrol dan frekwensi ini pula
yang dibutuhkan untuk program LFC di komputer Master, oleh karena itu di Master
Station harus dipasang minimal satu buah alat untuk memonitor Frekwensi sistem
dan lebil andal lagi apabila dipasang dua buah Frekwensi meter yang bekerja secara
Master dan Slave yang berfungsi bila terjadi gangguan Master Frekwensi meter maka
secara otomatis Frekwensi meter Slave mengambil alih menjadi master sehingga
LFC tidak terganggu.
Bila kejadian kedua alat tersebut terganggu, dari frekwensi meter mengirim alarm ke
komputer dan LFC langsung blok sehingga level N yang dikirim ke Unit Pembangkit
yang saat itu menggunakan LFC akan blok dengan harga terakhir secara kontinyu
selama belum ada pemberitahuan dari operator di Master Station bahwa LFC
terganggu.
Untuk memperkecil terjadinya gangguan monitoring Frekwensi dapat diambil langkah
sbb :
-
input
apabiala salah satu sumber tegangan/Frekwensi terganggu.
-
Pasang dua buah Frekwensi meter di Master Station agar dapat bekerja
bergantian.
- 22 -
Doc.U.Bogor/RJKB/2006
Contoh :
BB 500
kV
BB 150
kV
PT
PT
Gardu Induk
220 V
220 V
Kontrol
Trans
d
Frek.
meter
Frek.
meter
XXX
Iindikator
Komputer
1
DIF
Recorder
Komputer
2
RTU
- 23 -
Doc.U.Bogor/RJKB/2006
- 24 -
Doc.U.Bogor/RJKB/2006
pembangkit
yang
mempergunakan
LFC
untuk
menaikkan
atau
menurunkan beban pembangkit. Dengan cara ini operator di kontrol senter harus
betul-betul memperhatikan perubahan Frekwensi pada saat itu sehingga cara ini
jarang sekali dilakukan.
F = F Fo ).
Disamping itu juga berdasarkan dari jumlah Pr dari seluruh unit pembangkit yang
menggunakan LFC saat itu.
Dengan ketentuan tersebut diatas komputer secara Real Time menghitung berapa
besarnya level N yang harus diberikan.
- 25 -
Doc.U.Bogor/RJKB/2006
- 26 -
Doc.U.Bogor/RJKB/2006
Suara
Data
Teleproteksi.
Informasi Suara ini umumnya kita kenal dengan saluran telepon. Melalui Sistem
PLC dapat disalurkan informasi antar PABX di suatu Gardu Induk (GI) ke GI
yang lain, atau dari satu pesawat telepon ke pesawat telepon yang lain.
Informasi data pada sistem ini adalah informasi yang membawa data-data dari
dan ke RTU berupa telesinyaling (misalnya status pmt terbuka atau tertutup),
telemetering (mw, mvar, kV, A), dan fungsi remote control (Membuka / menutup
PMT).
Sistem informasi yang lain adalah teleproteksi, sebenarnya teleproteksi ini dapat
dikategorikan pada informasi data, tetapi dikarenakan fungsinya khusus dan juga
- 27 -
Doc.U.Bogor/RJKB/2006
perhatian
yang
khusus
(keamanannya,
selektifitasnya,
coupling
(Coupling
capacitor,
cvt,
LMU),
sedangkan
apabila
frekuensinya lebih dari 500 kHz maka muncul redaman akibat radiasi (skin effect
radiation), menginterferensi siaran radio, dan juga redaman pada konduktor
cukup tinggi. Di beberapa negara untuk sistem ini dibatasi antara 40khz 500
kHz dikarenakan frekuensi diatasnya ataupun di bawahnya digunakan untuk
frekuensi Radar Beacon
(radar navigasi laut dan udara).
Pada sistem Telekomunikasi PLC peralatan yang kita perlu ketahui adalah
sebagai berikut :
1. Line Trap
2. Coupling capasitor (CC atau CVT)
3. Line Matching Unit
4. Kabel koaksial
5. Peralatan SSB PLC
Koneksi ke Teleproteksi,
- 28 -
Doc.U.Bogor/RJKB/2006
1. Line Trap
Line Trap adalah peralatan berupa induktor yang cukup besar yang gunanya
untuk memblok frekuensi tinggi (40 kHz 500 kHz) agar tidak diteruskan ke arah
trafo, PMT, PMS dan peralatan lainnya yang ada di switch yard dan Gardu Induk.
Peralatan ini tetap menyalurkan frekuensi rendah 50 Hz, yang merupakan
frekuensi sistem tenaga listrik.
2. Coupling Capacitor
- 29 -
Doc.U.Bogor/RJKB/2006
- 30 -
Doc.U.Bogor/RJKB/2006
- 31 -
Doc.U.Bogor/RJKB/2006
Merk
Type
CLGON CIBNG
ABB
FOX U NSD70
CLGON SLAYA
NOKIA
TPS 64
CIBNG SGLNG
ABB
FOX U NSD70
CRATA CBATU
NOKIA
TPS 64
CBATU MTWAR
NOKIA
TPS 64
GRSIK KRIAN
ABB
FOX 20
KRIAN GRATI
NOKIA
TPS 64
GRATI PITON
NOKIA
TPS 64
CWANG BKASI
NOKIA
TPS 64
PEDAN KDIRI
NOKIA
VFEM / SAINCo
KDIRI - PITON
ECI
DIP 5000
Prinsip kerja dari peralatan fiber opttik adalah, menyalurkan informasi yang
dimodulasikan dalam bentuk sinar yang disalurkan ke dalam serat optik.
data yang berbasis PC windows . Sistem ini berfungsi memonitor semua status,
telemetering dan kejadian (event) dari semua Gardu Induk yang menjadi
wewenang
suatu
UPT.
Data
kejadian
ini
digunakan
untuk
kebutuhan
- 32 -
Doc.U.Bogor/RJKB/2006
existing dari RTU Concentrator ke RCC. Secara garis besar Mini Master yang
dipasang di UPT
RTU Satelite
RTU Satelite
RTU Satelite
RTU Satelite
RTU Concentatror
RCC
Modem
Sound alarm
LAN
Server /
Komputer
Logger/Print
erPPrinter
Client
- 33 -
Doc.U.Bogor/RJKB/2006
mengolah data :
a. Status peralatan
Menampilkan dan menyimpan data kondisi status dari peralatan yang
dimonitor antara lain :
-
Status
Status
Status
Status
Open/Close PMT
Open/Close PMS
Open/Close PMS Tanah
Local/Remote
Display
GI
Pulogadung
b. Alarm
Alarm yang timbul pada peralatan gardu induk dan menjadi wewenang Tragi
dapat ditampilkan berupa daftar alarm ataupun grafis, misalnya:
-
DC source
Busbar Protection
Line Protection
Trafo Alarm
Communication Failure
- 34 -
Doc.U.Bogor/RJKB/2006
d. Telemetering
Data telemetering dari setiap gardu induk dapat ditampilkan berupa besaran
nilai ataupun grafis, seperti :
-
Daya Active ( MW )
Daya Reactive ( MVAR )
Tegangan ( KV )
Arus ( Amp )
Tap Changer Trafo
e. Record Data
Semua data pengukuran maupun event dapat disimpan dalam suatu file
tertentu dan memudahkan untuk membuat laporan bagi suatu UPT. Data
tersebut dapat dimunculkan dalam format yang lain misalnya dalam bentuk
file Excel atau database SQL dan dapat secara otomatis dikirim dengan email.
f. Tampilan
Data-data disajikan dalam bentuk grafis berbasis windows yang interaktif.
- 35 -
Doc.U.Bogor/RJKB/2006
g. Pengembangan
Sistem minimum awal dapat dikembangkan menjadi sistem yang lebih besar
dengan mudah dan bersifat open system.
2. HASIL PENGUJIAN
Pengujian yang
- 36 -
Doc.U.Bogor/RJKB/2006
a. Alarm
Alarm yang terjadi di setiap Gardu Induk dapat ditampilkan sesuai yang
muncul pada panel gardu induk, dimana alarm pada masing-masing kejadian
dapat dimonitor dan dianalisa sesuai dengan kebutuhan UPT.
b. Telemetering
- 37 -
Doc.U.Bogor/RJKB/2006
c. Statistik
Data statistik dari masing-masing jenis peralatan tercatat dalam database
yang termodifikasi secara otomatis dari hasil monitoring kejadian. Hal ini
diperlukan
untuk
analisa
(preventive
maintenance)
sehingga
regu
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
d. Report
Data-data yang tersimpan dalam file database, dapat dibuat suatu format
laporan yang disesuaikan dengan format laporan UPT, ataupun laporan untuk
Region. Misalnya :
-
dipasang di UPT
- 38 -
Doc.U.Bogor/RJKB/2006
SISTEM PENGAMAN
SISTEM PENGATURAN PENGAWASAN
SISTEM KOMUNIKASI
SISTEM PENDINGIN
SISTEM PENTANAHAN
SISTEM POWER SUPPLY
SISTEM PENGGERAK PMT DAN PMS
- 39 -
Doc.U.Bogor/RJKB/2006
TUJUAN PENGAWASAN :
Untuk mendapatkan gambaran keadaan operasi sistem tenaga listrik dan kondisi
peralatan agar supaya fluktuasi abnormal sistem dan peralatan dapat diketahui.
TUJUAN PENCATATAN :
Untuk mencatat keadaan operasi dari sistem dan peralatan yang berguna untuk
perancangan instalasi, perancangan pemeliharaan dan operasi sistem.
ALAT PENCATAT :
Alat pencatat yang sering dijumpai di gardu induk yaitu : Buku harian dan
printer.
TEKNOLOGI RECORDING :
Pencatatan dapat dilakukan secara manual oleh operator gardu induk atau
terintegrasi dengan sistem komputer sehingga dapat dilakukan pencataan
otomatis.
Doc.U.Bogor/RJKB/2006
TEKNOLOGI PENGATURAN :
pengatur.
Sehingga
data-data
operasional
seperti
Telemetering,
Telesignalling dan Remote Control di gardu induk dapat termonitor secara real
time pada pusat pengatur.
- 41 -
Doc.U.Bogor/RJKB/2006
SISTEM TELEMETERING ( TM )
TEKNOLOGI TELEMETERING :
Data untuk telemetering diperoleh dari CT/PT pengukuran, outputnya akan
digunakan sebagai input bagi transducer. Output transduser akan diterima oleh
komputer dan dengan
- 42 -
Doc.U.Bogor/RJKB/2006
TEKNOLOGI RC :
Peralatan di switchgear yang dapat di remote dari pusat pengatur akan
terhubung ke relai-relai pada panel kontrol melalui panel interface. Dari panel
interface ini relay akan dihubungkan dengan sistem komputer, sehingga dapat
dilakukan remote control dari pusat pengatur.
SISTEM TELESIGNALLING ( TS )
TEKNOLOGI TS :
Limit switch seluruh peralatan gardu induk akan terhubung ke peralatan
komputer mealui panel interface. Beberapa indikasi alarm dari panel kontrol juga
terhubung ke peralatan komputer di gardu induk melalui panel interface.
Sehingga melalui media komunikasi PLC dan FO semua indikasi telesignalling
akan terkirim ke pusat pengatur.
PENGERTIAN RTU :
- 43 -
Doc.U.Bogor/RJKB/2006
elektronik
yang
terpasang
di
gardu
induk
yang
berfungsi
mengumpulkan status indikasi, pengukuran data operasi gardu induk dan remote
control dari pusat pengatur secara real-time.
PERANGKAT RTU :
Perangkat utama yang terdapat pada RTU yaitu :
Power Supply
CPU (Central Processing Unit)
Modul Memory
Modul Komunikasi
Modul I/O (Digital Input, Digital Output, Analog Input, Analog Output, Tap
Changer)
Modul Analog to Digital
TYPE RTU :
EPC3200(Cegelec-Alstom), S900 (Alstom), INDACTIC 233 (ABB), ScadaPack
(Controlmicrosystem), IDS850 (IDS BERCA) dan lain-lain
RTU YANG TERPASANG DI GARDU INDUK :
RTU yang terpasang pada gardu induk P3B Jawa Bali yaitu :
P3B Jawa Bali : EPC3200 dan S900
Region Jakarta dan Banten
: Indactic 233
: EPC3200
- 44 -
Doc.U.Bogor/RJKB/2006
- 45 -
Doc.U.Bogor/RJKB/2006
Langkah-langkah perbaikannya :
a. Perlu diadakan pengecekan transducer (kalibrasi transducer) apabila sudah
rusak total perlu diadakan penggantian.
b. Adakan pemeriksaan wiring input baik CT dan PT sesuaikan dengan gambar
spesifikasi untuk masing-masing transducer.
c. Laporkan name plate transducer kepada petugas database master agar
diadakan pengecekan apakah sudah sesuai dengan database master.
d. Laporkan ratio CT/PT yang terpasang untuk pengukuran kepada petugas
database master agar diadakan pengecekan apakah sudah sesuai dengan
database master.
e. Lakukan penggantian modul I/O analog input atau modul ADC.
Gambar Transducer
- 46 -
Doc.U.Bogor/RJKB/2006
Gangguan gagal remote yang sering terjadi disebabkan beberapa faktor antara
lain :
a. Terjadi kerusakan pada modul I/O digital output
b. Terjadi kerusakan pada wiring antara RTU dan panel kontrol
c. Terjadi kesalahan setting waktu secara software, biasanya pada saat remote
close.
Langkah-langkah perbaikannya:
a. Lakukan pemeriksaan modul I/O digital output
b. Lakukan pemeriksaan wiring dengan bantuan gambar.
c. Petugas database master akan melakukan perubahan software.
Langkah-langkah perbaikannya:
a. Lakukan pemeriksaan modul I/O digital input
b. Lakukan pemeriksaan wiring dengan bantuan gambar.
c. Lakukan pemeriksaan limit switch dan bersihkan limit switch .
- 47 -
Doc.U.Bogor/RJKB/2006
Langkah-langkah perbaikannya :
a. Apabila sumber utama off, lakukan pemeriksaan rectifier 48 VDC dalam
kondisi normal atau tidak, apabila normal usahakan supply ke RTU on-kan
kembali.
- 48 -
Doc.U.Bogor/RJKB/2006
- 49 -
Doc.U.Bogor/RJKB/2006