Caroline
Fakultas Ekonomi Universitas Sultan Fatah Demak.
Jalan Sultan Fatah No. 83, Demak 59516, Jawa Tengah Telepon: 0291-681024, Fax: 0291-681024
E-mail: carolinehamboro@yahoo.com
Abstrak: Tulisan ini mengkaji secara empiris pengaruh pengembangan kawasan industri
terpadu dari Kabupaten Brebes, merekomendasikan kebijakan model hubungan infrastruktur
investasi, dan mengembangkan persyaratan kelembagaan. Dengan menggunakan net present
value, payback period, laba atas investasi, tingkat pengembalian internal analisis, dan analisis
hubungan privat-pemerintah, hasil menunjukkan bahwa pembangunan kawasan industri
terpadu dari Brebes layak secara finansial. Kemitraan dari pihak ketiga dapat dilakukan karena
keterbatasan sumber daya pemerintah daerah. Alternatif terbaik kemitraan adalah B-O-T
(Build, Operate, dan Transfer), yang dicirikan oleh investasi swasta, pembangunan infra-
struktur, biaya rendah, kualitas tinggi, menguntungkan, dan efisiensi yang tinggi.
Kata kunci: otonomi daerah, kawasan industri terpadu, NPV, IRR, B/C ratio
Abstract: This paper empirically examines the impact of developing integrated industry area
of Brebes regency, recommends the policy of infrastructure investment relationship model, and
develops institutional requirements. By using net present value, payback period, return on
investment, internal rate of return analysis, and privat-government relationship analysis, the
results show that development integrated industry area of Brebes can go financially. The
partnership of third party can be done because of limited resources of local government. The
best alternative of partnership is B ² O - T (Build, Operate and Transfer), which characterized
by private investment, infrastructure development, low cost, high quality, profitable, and
high efficiency.
Keywords: otonomi daerah, integrated industry area, NPV, IRR, B/C Ratio
52 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 10, Nomor 1, April 2009: 51 - 64
diarahkan dan dipersiapkan melalui pemben- industri teknologi tinggi di Silicon Valley
tukan kawasan industri guna mendorong (Ellison dan Glaeser, 1997), Konsentrasi spasial
peningkatan kemampuan bersaing secara pada kota tepi air (Fujita dan Mori, 1996),
menyeluruh, dari kemampuan bersaing ber- kluster industri (Porter, 1990; 1998), serta
dasarkan factor driven ke arah investment aglomerasi perkotaan (Fujita dan Thiesse,
driven dan innovation driven. Untuk itu, semua 2002).
stakeholders dalam industri harus dikelom-
Krugman (1991) menyatakan bahwa kon-
pokkan dalam suatu lokasi untuk memfasi-
sentrasi spasial merupakan aspek yang dite-
litasi dan mendukung proses investasi dan
kankan dari aktivitas ekonomi secara geogra-
inovasi. Ini berarti harus ada interaksi antara
fis dan dan sangat penting dalam penentuan
industri utama (core industry), penyedia ba-
lokasi industri. Menurut Krugman, dalam
han baku, industri pendukung, serta fasilitas
konsentrasi aktivitas ekonomi secara spasial,
pendukung lainnya, seperti layanan Riset
terdapat tiga hal yang saling terkait yaitu
dan Pengembangan (R&D), layanan diklat,
interaksi antara skala ekonomi, biaya trans-
layanan distribusi dan transportasi, layanan
portasi dan permintaan. Untuk mendapatkan
finansial, dan sebagainya.
dan meningkatkan kekuatan skala ekonomis,
Untuk mengakomodasikan semua ini, perusahaan-perusahaan cenderung berkon-
Kluster Industri (industrial cluster) adalah sentrasi secara spasial dan melayani seluruh
salah satu konsep yang dapat digunakan. pasar dari suatu lokasi.
Industri dan stakeholders berada pada satu
Sedangkan untuk meminimalisasi biaya
lokasi geografi untuk menghadapi globalisasi
transportasi, perusahaan perusahaan cende-
dan memanfaatkan efek keterkaitan (linkage)
rung berlokasi pada wilayah yang memiliki
dan networking secara interaktif.
permintaan lokal yang besar, akan tetapi
Sehingga pengertian kluster industri permintaan lokal yang besar cenderung ber-
adalah pengelompokan industri yang saling lokasi di sekitar terkonsentrasinya aktifitas
berhubungan secara interaktif yang merupa- ekonomi, seperti komplek industri maupun
kan aglomerasi perusahaan-perusahaan yang perkotaan.
membentuk partnership, baik sebagai industri
Menurut Weber (Fujita et al, 1999; 26-27),
pendukung maupun sebagai industri terkait.
ada 3 faktor yang menjadi alasan perusahaan
Manfaatnya untuk mendorong spesiali- pada industri dalam menentukan lokasi,
sasi produksi pada suatu daerah/wilayah dan yaitu:
mendorong keunggulan komparatif menjadi
(1) Perbedaan biaya transportasi. Produsen
keunggulan kompetitif. Keunggulan diben-
cenderung mencari lokasi yang memberikan
tuknya kluster industri adalah meningkatkan
keuntungan berupa penghematan biaya
efisiensi, mengurangi biaya transportasi dan
transportasi serta dapat mendorong efisiensi
transaksi, mengurangi biaya sosial, mencipta-
dan efektivitas produksi. Dalam perspektif
kan aset secara kolektif, dan meningkatkan
yang lebih luas, Coase (1937) mengemukakan
terciptanya inovasi.
tentang penghematan biaya transaksi (biaya
Konsentrasi Spasial Kawasan Industri. transportasi, biaya transaksi, biaya kontrak,
Konsentrasi spasial merupakan pengelom- biaya koordinasi dan biaya komunikasi)
pokkan dari aktivitas ekonomi secara spasial dalam penentuan lokasi perusahaan.
dalam suatu lokasi tertentu dan saling terkait.
(2) Perbedaan biaya upah. Produsen cende-
Hal ini dapat ditemui pada konsentrasi
54 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 10, Nomor 1, April 2009: 51 - 64
yang lain yang terkait sehingga menciptakan memprodusi jasa dalam skala yang tinggi.
kolaborasi dan kompetisi dalam tingkatan (Gordon dan McCann, 2000).
yang tinggi sehingga dapat meningkatkan
2) The industrial complex cluster. Industrial
daya saing berdasarkan keunggulan kompeti-
complex cluster berbasis pada hubungan antar
tif (Raines P, 2002).
perusahaan yang teridentifikasi dan bersifat
Ada 3 bentuk kluster berdasarkan perbe- stabil yang terwujud dalam perilaku spasial
daan tipe dari eksternalitas,perbedaan tipe dalam suatu wilayah. Hubungan antarperu-
dari orientasi, dan intervensi kebijakan sahaan sengaja dimunculkan untuk memben-
(Kolehmainen, 2002): tuk jaringan perdagangan dalam kluster.
Model kompleks industri pada dasarnya
1) The industrial districts cluster. Industrial
lebih stabil daripada model distrik industri,
district cluster atau yang biasa disebut dengan
karena diperlukannya investasi dalam menja-
Marshalian Industrial District adalah kumpu-
lin hubungan antara perusahaan-peruahaan
lan dari perusahaan pada industri yang ter-
dalam kluster ini, dimana hubungan yang
spesialisasi dan terkonsentrasi secara spasial
terjadi berdasarkan atas pertimbangan yang
dalam suatu wilayah (Marshal,1920). Panda-
mantap dalam pengambilan keputusan.
ngan Marshal mengenai industrial district
Dengan kata lain kluster ini (komplek indus-
masih relevan sampai saat ini dan secara em-
ri) terjadi karena perusahaan-perusaaan ingin
piris masih dapat dijumpai. Dalam perspektif
meminimalkan biaya transaksi spasial (biaya
lebih modern (Krugman,1991; Porter, 1990),
transportasi dan komunikasi) dan memiliki
industrial district cluster berbasis pada ekster-
tujuan-tujuan tertentu baik secara implisit
nalitas sebagai berikut: (a) Penurunan biaya
ataupun eksplisit dengan menempatkan
transaksi (misalnya, biaya komunikasi dan
perusahaannya dekat dengan perusahaan-
transportasi). (b) Tenaga kerja yang terspe-
perusahaan lain. Dalam beberapa kasus,
sialisasi (misalnya, penurunan biaya rekruit-
terjadinya kluster industri didorong oleh
men tenaga kerja yang terspesialisasi dan
adanya suatu perusahaan yang mengekspor
penurunan biaya untuk pengembangan sum-
produk akhir ke pasar internasional, yang
ber daya manusia). (c) Ketersediaan sumber
menjadi mesin penggerak bagi perusahaan-
daya, input dan infrastruktur yang spesifik
perusahaan lain untuk berada pada kluster
dan terspesialisasi (misalnya pelayanan spe-
tersebut.
sial dan tersedia sesuai dengan kebutuhan
lokal). (d) Ketersediaan ide dan informasi Komplek industri tidak terbangun secara
yang maksimal (misalnya mobilitas tenaga alami dan berbasis pada hubungan saling
kerja, knowledge spillover, hubungan informal ketergantungan yang tidak simetris antara
antar perusahaan). perusahaan besar dan kecil. Keadaan ini da-
pat menghalangi penyerapan dan pengem-
Intinya, industrial district, terjadi secara
bangan inovasi dan menempatkan perusa-
Š•Š–’Š‘1 •Š—1 ‹Ž›œ’•Š•1 open membership ï1
haan kecil pada kedudukan yang yang ren-
Dalam industrial district tidak memerlukan
dah dalam menciptakan investasi dalam
investasi dalam membangun relationship. Hal
penelitian dan pengembangan serta pemasa-
ini menunjukkan bahwa jenis kluster ini da-
ran. Dominasi dari perusahaan besar yang
pat muncul tanpa memerlukan usaha untuk
menjadi motor dalam kluster tersebut dapat
memunculkannya. Selain itu ciri-ciri dari in-
berdampak negatif bagi iklim usaha dan pe-
dustrial district dapat teridentifikasikan dalam
luang pada kluster secara keseluruhan.
area metropolitan dan kota-kota lain yang
56 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 10, Nomor 1, April 2009: 51 - 64
nasional, yang tentu saja tidak dapat terlepas Industri. Dengan program tersebut, SDM dan
dari peranan sektor industri. keterampilan masyarakat diharapkan dapat
meningkat yang nantinya dapat menghasil-
2. Kemudahan dalam hal penyediaan sarana
kan tenaga-tenaga kerja yang terampil dan
infrastruktur yang diperlukan oleh pabrik-
siap bekerja.
pabrik dalam melakukan produksinya. De-
ngan menggabungkan beberapa industri 4. Peningkatan pendapatan daerah melalui
dalam satu kawasan, maka pemenuhan pajak daerah. Meningkatnya pertumbuhan
fasilitas sarana dan prasarana yang menun- ekonomi suatu daerah maka juga akan me-
jang dan diperlukan untuk proses industri ningkatkan pendapatan pajak daerahnya.
dapat dipenuhi lebih mudah karena dikum- Dengan bertambahnya pajak daerah, maka
pulkan dalam satu kawasan. Berbeda halnya pemerintah dapat lebih mengembangkan
apabila tidak terdapat kawasan industri, pembangunan di sekitar kawasan.
dimana lokasi industri yang satu dengan
5. Pemudahan pengelolaan lingkungannya.
yang lain terletak berjauhan, maka sarana
Pengelolaan limbah secara terintegrasi de-
yang diperlukan untuk proses produksi
ngan mudah bisa dilakukan. Dengan dike-
cenderung susah dilakukan dan lebih mahal
lompokkannya industri dalam satu kawasan,
karena penggunaannya yang cenderung un-
maka AMDAL-nya berupa AMDAL kawa-
tuk keperluan sendiri. Namun dengan ada-
san, sehingga lebih mempermudah dalam
nya kawasan industri yang merupakan aglo-
pengecekan dan pengontrolan lingkungan-
merasi/pengumpulan dari beberapa Industri,
nya. Pengeloaan limbah secara terintegrasi
maka pemenuhan kebutuhan sarana dan
(integrated waste management) dapat dengan
prasarana industri dapat lebih mudah, karena
mudah dilakukan sehingga pengontrolannya
dikelompokkan pada satu kawasan, dan lebih
juga dapat lebih mudah dilakukan.
murah sifatnya, karena dapat digunakan
secara bersama-sama. 6. Mengurangi arus urbanisasi. Masyarakat
dari desa tidak lagi hanya menargetkan kota
3. Membuka lapangan pekerjaan baru. De-
sebagai tempat mencari pekerjaan, tetapi
ngan bertumbuhnya Kawasan Perindustrian,
cukup ke Kawasan Industri yang menyedia-
maka akan membuka lapangan pekerjaan
kan lapangan kerja cukup banyak. Para
baru di pabrik yang dapat menyerap ribuan
warga kota yang bekerja di Kawasan Industri
buruh/tenaga kerja. Dengan tambahnya lapa-
juga cenderung akan memilih tinggal di
ngan kerja tersebut, maka pendapatan ma-
daerah Kawasan Industri apabila Kawasan
syarakat dapat menjadi meningkat yang
Industri telah menyediakan fasilitas hunian
disertai juga dengan peningkatan SDM-nya.
yang memadai. Sehingga peluang arus trans-
Masyarakat akan memperoleh pekerjaan dan
migrasi dari kota ke daerah pinggiran kota
memperoleh pelatihan dan peningkatan
menjadi semakin besar yang tentu saja dapat
pengetahuan dengan bekerja di pabrik-pabrik
mengurangi kepadatan penduduk kota seba-
perindustrian. Untuk bekerja di suatu pabrik,
gai nilai positifnya.
pekerja tentu saja harus memiliki keahlian
dan keterampilan. Untuk memenuhi hal ini, Selain memberikan dampak-dampak po-
maka salah satu usaha yang dilakukan peme- sitif, pengembangan Kawasan Industri juga
rintah berupa Program Magang di Kawasan memiliki dampak-dampak yang negatif.
Industri yang dikhususkan kepada para ma- Dampak yang negatif/kerugian ini kebanya-
syarakat di sekitar lingkungan Kawasan kan berkaitan dengan aspek lingkungan.
Misalnya saja terjadinya pencemaran dan
dimana; k adalah discount rate; At adalah cash- Dalam pembangunan kawasan industri ter-
flow periode k, N adalah usia ekonomi. padu di desa Cimohong, investasi yang dibu-
tuhkan untuk pembangunan kawasan indus-
2. Analisis payback period. Analisis ini untuk tri Cimohong adalah sebesar:
mengetahui periode yang diperlukan dalam Rp905.159.154.520,-
pengembalian investasi seluruhnya. Semakin
58 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 10, Nomor 1, April 2009: 51 - 64
Dari investasi tersebut didapatkan hasil Internal Rate Return: 13,266%
perhitungan kelayakan finansial sebagai beri-
Benefit Cost Ratio Df=10%: 1,32; Df=12% 1,11;
kut:
Df=14%: 0,94.
1. Estimasi harga jual masing-masing Kavling
Pay Back Periode: 15 tahun
berdasarkan skala industrinya:
Dari hasil perhitungan di atas, dapat di-
(a) Kavling Industri Kecil (15%)
simpulkan bahwa secara finansial proyek
Tipe 1 (1920 m2) 1 unit Rp3.072.000.000/unit;
bisa dilaksanakan atau layak. Hal ini bisa
Tipe 2 (2000 m2) 36 unit Rp3.200.000.000/unit;
dilihat dari nilai NPV yang positif, Benefit
Tipe 3 (2400 m2)5 unitRp3.840.000.000/unit.
Cost Ratio di atas 1, Nilai IRR masih di atas
(b) Kavling Industri Sedang (35%) tingkat bunga yang berlaku.
Tipe 1 (5000 m2) 44 unit Rp8.000.000.000/unit;
Kawasan industri Cimohong direncana-
Tipe 2 (5920 m2) 2 unit Rp9.472.000.000/unit;
kan merupakan kawasan atau pusat pengem-
Tipe 3 (7000 m2) 2 unit Rp11.200.000.000/unit.
bangan berbagai industri dengan pengelolaan
(c) Kavling Industri Besar (50%) secara terpadu. Prospek Pasar Kawasan In-
Tipe 1 (9700 m2) 13 unit Rp15.520.000.000/ dustri Terpadu desa Cimohong kabupaten
unit; Brebes potensial untuk pengembangan indus-
Tipe 2 (10000 m2) 11 unit Rp16.000.000.000/ tri terutama industri berbahan baku perta-
unit; nian (agroindustri).
Tipe 3 (12000 m2) 2 unit Rp 19.200.000.000/
Kawasan industri Terpadu di desa Ci-
unit.
mohong diharapkan menjadi pemicu utama
2. Estimasi penerimaan sewa dari beberapa dalam memperkuat kabupaten Brebes untuk
fasilitas: menarik investor, dengan beberapa keuntu-
Persewaan Penginapan (unit) Rp600.000/ ngan yang bisa didapatkan, yaitu: (a) Renca-
tahun na pengawasan perizinan dalam satu atap,
Kantor Perbankan (m2) Rp 100.000/m2 (b) Promosi investasi, dengan adanya usaha
Show Room (m2) Rp 100.000/m2 resmi diharapkan investasi yang dilakukan
Kantin (m2) Rp 100.000/m2 oleh pengusaha/investor dapat berkembang
Minimarket (m2) Rp 100.000/m2 dengan baik, didukung oleh suasana kondu-
sif dari berbagai aspek, terutama keamanan
Estimasi biaya dalam pengelolaan kawa-
dan tidak adanya demonstrasi buruh di
san industri tersebut, meliputi biaya opera-
kabupaten Brebes.
sional, biaya pemeliharaan,biaya gaji, biaya
asuransi, biaya depresiasi, dan lain-lain. Rencana Kerja Sama Pemerintah dan
Swasta. Investasi merupakan salah satu
Hasil estimasi cash flow, dengan asumsi
faktor yang penting untuk meningkatkan
masa konstruksi satu tahun, dan umur eko-
pertumbuhan ekonomi daerah. Makin besar
nomis adalah 25 (duapuluh lima) tahun.
arus investasi, dapat memberikan peluang
Dengan discount factor 10%, 12% dan 14%,
munculnya kegiatan-kegiatan usaha yang
didapatkan hasil sebagai berikut:
lain. Implikasinya adalah meningkatnya
Net Present Value: kesempatan kerja dan peluang terjadinya
Df=10%: Rp 291.723.259.253.575 peningkatan PAD.
Df = 12%: Rp 98.236.030.931.190
Usaha Pemda untuk meningkatkan PAD
Df = 14%: Rp (50.159.980.993.680)
perlu terus dipikirkan tanpa harus membe-
60 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 10, Nomor 1, April 2009: 51 - 64
dapat mendirikan Perseroan Terbatas yang daerah dengan swasta, namun secara umum
mengacu pada Undang-undang Nomor 1 aspek positif yang ditimbulkannya lebih
Tahun 1995. dominan dibandingkan dengan aspek nega-
tifnya yaitu Bangun Guna Serah (BOT).
Langkah Strategis Pemilihan Kerja
Sama. Untuk dapat mencapai sasaran secara Bentuk kerja sama BOT dikenal pada
optimal, maka pilihan untuk melakukan kerja transaksi-transaksi yang obyeknya berupa
sama perlu diletakkan dalam suatu kerangka tanah. Kekayaan daerah yang berupa tanah
strategis. Sebagaimana dilakukan oleh peru- dan fasilitas-fasilitas yang ada di atasnya
sahaan dalam rangka menjalin kerja sama yang memiliki potensi ekonomi yang tinggi
strategis untuk mengembangkan bisnisnya. dialihkan pemanfaatannya kepada swasta,
Kerangka pikir yang biasa dipakai adalah dengan cara pihak swasta tersebut atas biaya-
menggunakan model manajemen strategis. nya sendiri membangun bangunan berikut
Menurut Usman (1996) beberapa kekuatan fasilitas komersiilnya serta mendayagunakan
dan kelemahan pemanfaatan dana sektor bangunan dan fasilitas tersebut untuk suatu
swasta dapat dilihat pada Tabel 1. jangka waktu tertentu.
Berdasarkan Tabel 1, walaupun terdapat Biasanya pada awal kerja sama Pemda
beberapa kelemahan yang mungkin timbul juga akan menerima kompensasi berupa
dengan adanya kerja sama pemerintah uang dari pihak swasta dan mempunyai hak
BOT
Transfer Resiko
Pemerintah Swasta
Resiko Resiko
Resiko 100% sangat sangat
Operasi dari resiko rendah tinggi
62 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 10, Nomor 1, April 2009: 51 - 64
pengelolaan proyek yang dapat dimanfaat- DAFTAR PUSTAKA
kan sumber daya manusia di Pemda, terhin-
darinya penjualan aset daerah yang potensial Bahl, Roy, 1999, Implementation Rule Fiscal
kepada swasta, terciptanya lapangan pekerja- Desentralisation, Atlanta: International
an yang dapat mendorong dan mendayagu- Studies Program School of Policy Stu-
nakan tenaga kerja setempat untuk bekerja di dies, Georinia State University.
sektor industri, dan sebagai katalisator
penyerapan tenaga kerja ke kota-kota besar. Caroline, 2004, Analisis Penerimaan Retribusi
Pasar Kota Salatiga, Semarang: UNDIP
(tesis yang tidak dipublikasikan)
KESIMPULAN
••’œ˜—ð1 ï1Š—•1 •ŠŽœŽ›ð1 ï1W__]ï1 Ž˜•›Šphic
Concentration in US Manufacturing In-
Kesimpulan dari hasil analisis pada pemba-
•žœ•›’Žœñ1 1 Š›•‹˜Š›•1 ™™›˜ŠŒ‘ ï1 Jour-
hasan sebelumnya adalah (1) pembangunan
nal Political Economy. Vol. 105. pp 889-
kawasan industri terpadu di desa Cimohong
927.
dinyatakan layak secara finansial. (2) Kemi-
traan dengan pihak ketiga, dilakukan dengan Fujita, M. and T, Mori. W__\ï1 The Role of
pertimbangan terdapatnya keterbatasan pihak Ports in Making of Major Cities: Self
pemda. Bentuk kemitraan seperti yang diatur •••˜–Ž›Š•’˜—1Š—•1 ž‹1 ••ŽŒ• ï1Journal
dalam Perda Kabupaten Brebes No 5 tahun of Development Economics. Vol 49, pp. 93-
2006 tentang Kemitraan Daerah. Dengan 120.
melihat beberapa alternatif, yang paling Fujita, M. and Thiesse, J.F. 2002. Economics of
menguntungkan adalah bentuk B.O.T (Build, Agglomeration: Cities, Industrial Location,
Operate and Transfer), dicirikan dengan ada- and Regional Growth. Cambridge: Cam-
nya investasi swasta, pembangunan sarana, bridge University Press.
biaya rendah, kualitas tinggi, menguntung-
˜›•˜—1 ð ï ï1 Š—•1 Œ Š——ð1 ï1 XVVVï1 —•žœ-
kan, efisiensi tinggi.
trial Clusters: Complexess, Agglomera-
Dalam rangka pelaksanaan otonomi dae- •’˜—1 Š—•&˜›1 ˜Œ’Š•1 Ž• ˜›”õ 1 Urban
rah seperti yang diamanatkan oleh Undang- Studies. Vol 37.
undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Peme-
Š››’œ˜—œð1 ï1 W__Xï1 —•žœ•›’Š•1 ’œ•›’Œœñ1 ••1
rintahan daerah dan Undang-undang Nomor
’—Ž1 ’—1 Ž 1 ˜•••Žœõ 1 Regional Studies,
34 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keua-
Vol 26.
ngan Pemerintah Pusat dan Daerah, disebut-
kan bahwa suatu daerah yang tidak mampu Kolehmainen, J. 2002. Territorial Agglomeration
membiayai sumber pelaksanaan otonomi as a Local Innovation Environment. MIT
daerah akan di-merger (digabungkan) atau Industrial Performance Center. Working
dihapuskan. Berdasarkan kebutuhan dan paper.
tuntutan zaman maka perlu adanya perlua- Kristiadi, J.B. 1985, Masalah Sekitar Pening-
san wilayah dalam rangka menambah sum- katan Pendapatan Daerah, Prisma No.
ber penerimaan daerah, yaitu salah satu cara 12, Tahun XIV, Jakarta: LP3ES.
untuk meningkatkan Pendapatan Asli Dae-
Krugman, P. 1991. Geography and Trade. Cam-
rah (PAD) kabupaten Brebes adalah membu-
bridge: MIT Press.
at perencanaan Kawasan Industri Terpadu.
Kuncoro, Mudrajat, 1995, Desentralisasi Fis-
64 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 10, Nomor 1, April 2009: 51 - 64