Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan

Volume 10, Nomor 1, April 2009: 51 - 64

PERENCANAAN KAWASAN INDUSTRI TERPADU


DI KABUPATEN BREBES SEBAGAI IMPLIKASI
PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH

Caroline
Fakultas Ekonomi Universitas Sultan Fatah Demak.
Jalan Sultan Fatah No. 83, Demak 59516, Jawa Tengah Telepon: 0291-681024, Fax: 0291-681024
E-mail: carolinehamboro@yahoo.com

Abstrak: Tulisan ini mengkaji secara empiris pengaruh pengembangan kawasan industri
terpadu dari Kabupaten Brebes, merekomendasikan kebijakan model hubungan infrastruktur
investasi, dan mengembangkan persyaratan kelembagaan. Dengan menggunakan net present
value, payback period, laba atas investasi, tingkat pengembalian internal analisis, dan analisis
hubungan privat-pemerintah, hasil menunjukkan bahwa pembangunan kawasan industri
terpadu dari Brebes layak secara finansial. Kemitraan dari pihak ketiga dapat dilakukan karena
keterbatasan sumber daya pemerintah daerah. Alternatif terbaik kemitraan adalah B-O-T
(Build, Operate, dan Transfer), yang dicirikan oleh investasi swasta, pembangunan infra-
struktur, biaya rendah, kualitas tinggi, menguntungkan, dan efisiensi yang tinggi.
Kata kunci: otonomi daerah, kawasan industri terpadu, NPV, IRR, B/C ratio

Abstract: This paper empirically examines the impact of developing integrated industry area
of Brebes regency, recommends the policy of infrastructure investment relationship model, and
develops institutional requirements. By using net present value, payback period, return on
investment, internal rate of return analysis, and privat-government relationship analysis, the
results show that development integrated industry area of Brebes can go financially. The
partnership of third party can be done because of limited resources of local government. The
best alternative of partnership is B ² O - T (Build, Operate and Transfer), which characterized
by private investment, infrastructure development, low cost, high quality, profitable, and
high efficiency.
Keywords: otonomi daerah, integrated industry area, NPV, IRR, B/C Ratio

PENDAHULUAN didasarkan atas pertimbangan bahwa daerah-


lah yang mengetahui kebutuhan dan standar
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah sebagai pelayanan bagi masyarakat di daerahnya.
sub-sistim pemerintahan negara, dimaksud- Atas dasar pertimbangan ini, maka pembe-
kan untuk meningkatkan efektifitas dan rian otonomi daerah diharapkan mampu
efisiensi penyelenggaraan pemerintahan dan memacu pertumbuhan ekonomi dan kesejah-
pelayanan masyarakat (UU No. 33 tahun teraan masyarakat pada akhirnya.
2004). Sebagai daerah otonomi daerah mem- Salah satu sektor yang berperan dalam
punyai wewenang dan tanggungjawab me- perekonomian secara global adalah sektor
nyelenggarakan kepentingan masyarakat. industri, oleh karena itu pembangunan
Prinsip dasar pemberian otonomi daerah kawasan industri di daerah diharapkan dapat
meningkatkan perekonomian daerah setem- Konsep Pengembangan Kawasan. Per-
pat yang berdampak pada peningkatan pere- wujudan strategi pembangunan daerah ber-
konomian nasional. tujuan untuk meningkatkan kinerja pemba-
ngunan dan memperoleh hasil yang lebih
Berawal dari pemikiran tersebut, maka
optimal terletak pada kemampuan aktualisasi
pemerintah kabupaten Brebes dalam hal ini
konsep pembangunan wilayah secara utuh
melalui Badan Perencanaan Pembangunan
dan terpadu (comprehensive and integrated area
Daerah merencanakan Kawasan Industri Ter-
development concept). Pendekatan pembangu-
adu (KIT) sebagai upaya peningkatan penda-
nan wilayah yang utuh dan terpadu akan
atan daerah dalam mendukung pelaksanaan
mampu mewujudkan efisiensi dan efektivitas
otonomi daerah yang akan berdampak pada
fungsi perencanaan pembangunan daerah.
peningkatan perekonomian di daerah dan
Dengan kata lain, pendekatan tersebut
juga nasional.
menganut azas keseluruhan sektor (compre-
Kawasan Industri Terpadu di kabupaten hensive) secara terpadu, bukan lagi penjumla-
Brebes diperlukan karena dalam jangka han (agregatif) masing-masing sektor secara
panjang kawasan industri yang saat ini terpisah.
berlokasi di kota-kota besar pada waktu yang
Dengan konsep demikian maka pelak-
akan datang akan mengalami fase jenuh,
sanaan pembangunan masing-masing sektor
disamping itu daerah kabupaten Brebes dan
secara otomatis akan berakumulasi (bersiner-
sekitarnya memerlukan adanya akses yang
gi) dalam mendukung sasaran pembangunan
dapat membuka sekaligus memicu pertum-
wilayah yang menjadi konsep induknya. Di
buhan perekonomian daerah.
samping itu, di antara masing-masing sektor
Di kabupaten Brebes sebelumnya sudah secara signifikan akan saling terkait (linkage),
dialokasikan lahan untuk Kawasan Industri mengingat semua sektor berada dalam satu
Terpadu yaitu di desa Cimohong kecamatan kerangka pembangunan wilayah yang utuh.
Bulakamba. Namun karena kurangnya sosiai- Ada tiga indikator keberhasilan pengemba-
sasi serta infrastruktur pendukung maka ngan wilayah yang dapat dilihat sebagai
sampai saat ini belum ada investor yang kesuksesan pembangunan daerah, adalah
tertarik untuk menanamkan modalnya di produktivitas, efisiensi, partisipasi masyarakat,
kawasan tersebut. yang semuanya dapat menjamin kesinambu-
Penelitian ini bertujuan (1) Mengetahui ngan pelaksanaan suatu program di suatu
dampak pengembangan Kawasan Industri wilayah atau kawasan.
Terpadu kabupaten Brebes dari sisi ekono- Dalam pengembangan kawasan industri,
mi, infrastruktur, teknis dan lingkungan; terdapat beberapa pengertian yang terkait
(2) Mengetahui hasil Analisa Mengenai Dam- dengan kawasan ini, yaitu: Zone Industri,
pak Lingkungan Pengembangan Kawasan Kawasan Industri, Kawasan Berikat, Indus-
Industri Terpadu kabupaten Brebes; (3) trial Estate, Lingkungan Industri Kecil, dan
Merumuskan kebijakan model/pola kerja Kluster Industri.
sama investasi infrastruktur yang sesuai dan
Konsep Pengembangan Kawasan Indus-
perlu dikembangkan di Kawasan Industri
tri. Untuk menghadapi persaingan di pasar
Terpadu kabupaten Brebes; (4) Mengem-
global maupun pasar domestik serta meman-
bangkan pengaturan dan kelembagaan yang
faatkan keunggulan lokasional (locational
diperlukan dalam pengembangan Kawasan
advantage), pengembangan industri kita harus
Industri Terpadu kabupaten Brebes.

52 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 10, Nomor 1, April 2009: 51 - 64
diarahkan dan dipersiapkan melalui pemben- industri teknologi tinggi di Silicon Valley
tukan kawasan industri guna mendorong (Ellison dan Glaeser, 1997), Konsentrasi spasial
peningkatan kemampuan bersaing secara pada kota tepi air (Fujita dan Mori, 1996),
menyeluruh, dari kemampuan bersaing ber- kluster industri (Porter, 1990; 1998), serta
dasarkan factor driven ke arah investment aglomerasi perkotaan (Fujita dan Thiesse,
driven dan innovation driven. Untuk itu, semua 2002).
stakeholders dalam industri harus dikelom-
Krugman (1991) menyatakan bahwa kon-
pokkan dalam suatu lokasi untuk memfasi-
sentrasi spasial merupakan aspek yang dite-
litasi dan mendukung proses investasi dan
kankan dari aktivitas ekonomi secara geogra-
inovasi. Ini berarti harus ada interaksi antara
fis dan dan sangat penting dalam penentuan
industri utama (core industry), penyedia ba-
lokasi industri. Menurut Krugman, dalam
han baku, industri pendukung, serta fasilitas
konsentrasi aktivitas ekonomi secara spasial,
pendukung lainnya, seperti layanan Riset
terdapat tiga hal yang saling terkait yaitu
dan Pengembangan (R&D), layanan diklat,
interaksi antara skala ekonomi, biaya trans-
layanan distribusi dan transportasi, layanan
portasi dan permintaan. Untuk mendapatkan
finansial, dan sebagainya.
dan meningkatkan kekuatan skala ekonomis,
Untuk mengakomodasikan semua ini, perusahaan-perusahaan cenderung berkon-
Kluster Industri (industrial cluster) adalah sentrasi secara spasial dan melayani seluruh
salah satu konsep yang dapat digunakan. pasar dari suatu lokasi.
Industri dan stakeholders berada pada satu
Sedangkan untuk meminimalisasi biaya
lokasi geografi untuk menghadapi globalisasi
transportasi, perusahaan perusahaan cende-
dan memanfaatkan efek keterkaitan (linkage)
rung berlokasi pada wilayah yang memiliki
dan networking secara interaktif.
permintaan lokal yang besar, akan tetapi
Sehingga pengertian kluster industri permintaan lokal yang besar cenderung ber-
adalah pengelompokan industri yang saling lokasi di sekitar terkonsentrasinya aktifitas
berhubungan secara interaktif yang merupa- ekonomi, seperti komplek industri maupun
kan aglomerasi perusahaan-perusahaan yang perkotaan.
membentuk partnership, baik sebagai industri
Menurut Weber (Fujita et al, 1999; 26-27),
pendukung maupun sebagai industri terkait.
ada 3 faktor yang menjadi alasan perusahaan
Manfaatnya untuk mendorong spesiali- pada industri dalam menentukan lokasi,
sasi produksi pada suatu daerah/wilayah dan yaitu:
mendorong keunggulan komparatif menjadi
(1) Perbedaan biaya transportasi. Produsen
keunggulan kompetitif. Keunggulan diben-
cenderung mencari lokasi yang memberikan
tuknya kluster industri adalah meningkatkan
keuntungan berupa penghematan biaya
efisiensi, mengurangi biaya transportasi dan
transportasi serta dapat mendorong efisiensi
transaksi, mengurangi biaya sosial, mencipta-
dan efektivitas produksi. Dalam perspektif
kan aset secara kolektif, dan meningkatkan
yang lebih luas, Coase (1937) mengemukakan
terciptanya inovasi.
tentang penghematan biaya transaksi (biaya
Konsentrasi Spasial Kawasan Industri. transportasi, biaya transaksi, biaya kontrak,
Konsentrasi spasial merupakan pengelom- biaya koordinasi dan biaya komunikasi)
pokkan dari aktivitas ekonomi secara spasial dalam penentuan lokasi perusahaan.
dalam suatu lokasi tertentu dan saling terkait.
(2) Perbedaan biaya upah. Produsen cende-
Hal ini dapat ditemui pada konsentrasi

Perencanaan Kawasan Industri Terpadu ... (Caroline) 53


rung mencari lokasi dengan tingkat upah berkumpulnya perusahaan pada suatu lokasi
tenaga kerja yang lebih rendah dalam mela- akan mendorong berkumpulnya tenaga kerja
kukan aktivitas ekonomi sedangkan tenaga yang terspesialisasi, sehingga menguntung-
kerja cenderung mencari lokasi dengan kan perusahaan dan tenaga kerja. Selain itu,
tingkat upah yang lebih tinggi. Adanya suatu berkumpulnya perusahaan atau industri
wilayah dengan tingkat upah yang tinggi yang saling terkait akan dapat meningkatkan
mendorong tenaga kerja untuk terkonsentrasi efisiensi dalam pemenuhan kebutuhan input
pada wilayah tersebut. Fenomena ini dapat yang terspesialisasi yang lebih baik dan lebih
ditemui pada kota-kota besar dengan keane- murah. Yang terakhir, Marshal menyatakan
karagaman tinggi seperti Jakarta maupun bahwa jarak yang tereduksi dengan adanya
kota yang terspesialisasi seperti Kudus mau- konsentrasi spasial akan memperlancar arus
pun Kediri. informasi dan pengetahuan (knowledge spill-
over) pada lokasi tersebut. Pandangan Mar-
(3) Keuntungan dari konsentrasi industri
shal tentang industri yang terkonsentrasi di
secara spasial. Konsentrasi spasial akan men-
suatu tempat dan saling terkait disebut indus-
ciptakan keuntungan yang berupa penghe-
trial cluster atau industrial district. Menurut
matan lokasi dan penghematan urbanisasi.
Marshal, kluster industri pada dasarnya
Penghematan lokasi terjadi apabila biaya
merupakan kelompok aktifitas produksi akti-
produksi perusahaan pada suatu industri
fitas produksi yang amat terkonsentrasi seca-
menurun ketika produksi total dari industri
ra spasial dan kebanyakan terspesialisasi
tersebut meningkat (terjadi increasing return of
pada satu atau dua industri utama saja.
scale). Hal ini terjadi pada perusahaan pada
industri yang berlokasi secara berdekatan. Senada dengan pendapat Marshal, Porter
Penghematan urbanisasi terjadi bila biaya menyatakan bahwa kluster adalah perusa-
produksi suatu perusahaan menurun ketika haan-perusahaan yang yang terkonsentrasi
produksi seluruh perusahaan pada berbagai secara spasial dan saling terkait dalam in-
tingkatan aktivitas ekonomi dalam wilayah dustri. Perusahaan-perusahaan dalam indus-
yang sama meningkat. Penghematan karena tri yang terkonsentrasi secara spasial tersebut
berlokasi di wilayah yang sama ini terjadi juga terkait dengan institusi-institusi yang
akibat skala perekonomian kota yang besar, dapat mendukung industri secara praktis.
dan bukan akibat skala suatu jenis industri. Kluster meliputi kumpulan perusahaan dan
Penghematan urbanisasi telah memunculkan hal yang terkait dalam industri yang penting
perluasan wilayah metropolitan (extended dalam kompetisi. Kluster selalu memperluas
metropolitan regions). aliran menuju jalur pemasaran dan kon-
sumen, tidak ketinggalan juga jalur menuju
Dalam perspektif yang sedikit berbeda
produsen produk komplementer, dan peru-
tentang keuntungan konsentrasi spasial,
sahaan lain dalam industri yang terkait, baik
Marshal (1920) mengemukakan pemikiran
terkait dalam keahlian, teknologi maupun
tentang externalitas positif dan menjelaskan
input. Dalam kluster juga tercakup pemerin-
mengapa produsen cenderung berlokasi
tah dan institusi yang lain (Porter, 1990; 1998).
dekat dengan produsen lain (dorongan untuk
berlokasi dekat dengan perusahaan lain dise- Kluster menginterprestasikan jaringan
but dengan agglomerasi). Menurut Marshal, yang terbentuk dan menjadi semakin kokoh
konsentrasi spasial didorong oleh ketersedia- dengan sendirinya tidak hanya oleh perusa-
an tenaga kerja yang terspesialisasi dimana haan dalam kluster tetapi oleh organisasi

54 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 10, Nomor 1, April 2009: 51 - 64
yang lain yang terkait sehingga menciptakan memprodusi jasa dalam skala yang tinggi.
kolaborasi dan kompetisi dalam tingkatan (Gordon dan McCann, 2000).
yang tinggi sehingga dapat meningkatkan
2) The industrial complex cluster. Industrial
daya saing berdasarkan keunggulan kompeti-
complex cluster berbasis pada hubungan antar
tif (Raines P, 2002).
perusahaan yang teridentifikasi dan bersifat
Ada 3 bentuk kluster berdasarkan perbe- stabil yang terwujud dalam perilaku spasial
daan tipe dari eksternalitas,perbedaan tipe dalam suatu wilayah. Hubungan antarperu-
dari orientasi, dan intervensi kebijakan sahaan sengaja dimunculkan untuk memben-
(Kolehmainen, 2002): tuk jaringan perdagangan dalam kluster.
Model kompleks industri pada dasarnya
1) The industrial districts cluster. Industrial
lebih stabil daripada model distrik industri,
district cluster atau yang biasa disebut dengan
karena diperlukannya investasi dalam menja-
Marshalian Industrial District adalah kumpu-
lin hubungan antara perusahaan-peruahaan
lan dari perusahaan pada industri yang ter-
dalam kluster ini, dimana hubungan yang
spesialisasi dan terkonsentrasi secara spasial
terjadi berdasarkan atas pertimbangan yang
dalam suatu wilayah (Marshal,1920). Panda-
mantap dalam pengambilan keputusan.
ngan Marshal mengenai industrial district
Dengan kata lain kluster ini (komplek indus-
masih relevan sampai saat ini dan secara em-
ri) terjadi karena perusahaan-perusaaan ingin
piris masih dapat dijumpai. Dalam perspektif
meminimalkan biaya transaksi spasial (biaya
lebih modern (Krugman,1991; Porter, 1990),
transportasi dan komunikasi) dan memiliki
industrial district cluster berbasis pada ekster-
tujuan-tujuan tertentu baik secara implisit
nalitas sebagai berikut: (a) Penurunan biaya
ataupun eksplisit dengan menempatkan
transaksi (misalnya, biaya komunikasi dan
perusahaannya dekat dengan perusahaan-
transportasi). (b) Tenaga kerja yang terspe-
perusahaan lain. Dalam beberapa kasus,
sialisasi (misalnya, penurunan biaya rekruit-
terjadinya kluster industri didorong oleh
men tenaga kerja yang terspesialisasi dan
adanya suatu perusahaan yang mengekspor
penurunan biaya untuk pengembangan sum-
produk akhir ke pasar internasional, yang
ber daya manusia). (c) Ketersediaan sumber
menjadi mesin penggerak bagi perusahaan-
daya, input dan infrastruktur yang spesifik
perusahaan lain untuk berada pada kluster
dan terspesialisasi (misalnya pelayanan spe-
tersebut.
sial dan tersedia sesuai dengan kebutuhan
lokal). (d) Ketersediaan ide dan informasi Komplek industri tidak terbangun secara
yang maksimal (misalnya mobilitas tenaga alami dan berbasis pada hubungan saling
kerja, knowledge spillover, hubungan informal ketergantungan yang tidak simetris antara
antar perusahaan). perusahaan besar dan kecil. Keadaan ini da-
pat menghalangi penyerapan dan pengem-
Intinya, industrial district, terjadi secara
bangan inovasi dan menempatkan perusa-
Š•Š–’Š‘1 •Š—1 ‹Ž›œ’•Š•1 open membership ï1
haan kecil pada kedudukan yang yang ren-
Dalam industrial district tidak memerlukan
dah dalam menciptakan investasi dalam
investasi dalam membangun relationship. Hal
penelitian dan pengembangan serta pemasa-
ini menunjukkan bahwa jenis kluster ini da-
ran. Dominasi dari perusahaan besar yang
pat muncul tanpa memerlukan usaha untuk
menjadi motor dalam kluster tersebut dapat
memunculkannya. Selain itu ciri-ciri dari in-
berdampak negatif bagi iklim usaha dan pe-
dustrial district dapat teridentifikasikan dalam
luang pada kluster secara keseluruhan.
area metropolitan dan kota-kota lain yang

Perencanaan Kawasan Industri Terpadu ... (Caroline) 55


3) The Social Network cluster. Social Network kawasan perindustrian yang sudah ada.
cluster menekankan pada aspek sosial pada Salah satu kebijakan pemerintah adalah de-
aktifitas ekonomi dan norma-norma institusi ngan strategi pengembagan FTZ (Free Trade
dan jaringan. Model ini berdasarkan pada Zone) atau SEZ (Special Economic Zone). Di-
kepercayaan dan bahkan hubungan informal mana kebijakan ini diberlakukan di suatu
antarpersonal. hubungan interpersonal dapat kawasan Industri berupa pemberian fasilitas
menggantikan hubungan kontrak pasar atau dan insentif fiskal yang amat menarik dan
hubungan hirarki organisasi pada proses bersifat khusus sehingga investor dapat ter-
internal dalam kluster. Harrison (1992) tarik untuk membuka pabriknya pada kawa-
menyatakan bahwa konsentrasi spasial pada san industri tersebut. Selain itu usaha pe-
kluster ini merupakan konteks alami yang merintah yang lain untuk pengembangan
terbentuk karena adanya hubungan informal kawasan Industri adalah dengan pemba-
dan modal sosial yang berupa kepercayaan, ngunan kelengkapan infrastruktur yang
karena hal tersebut yang membentuk dan menunjang usaha-usaha produksi di kawa-
menjaga melalui persamaan sosial dan se- san industri ini.
jarah dan terus menerus melakukan kegiatan
Setiap perkembangan yang terjadi mem-
bersama dan saling berbagi.
punyai dampak atau pengaruh terhadap
Perlu diingat bahwa jaringan sosial antar lingkungan di sekitarnya maka dalam hal ini
perusahaan tidak perlu dibentuk dalam perkembangan kawasan mempunyai dampak
ruang lingkup regional ataupun lokal karena terhadap perkembangan kota disekitarnya.
kedekatan wilayah dan budaya dapat mem-
Keseriusan pemerintah dalam pengem-
fasilitasi terbentuknya proses tersebut.
bangan Kawasan Industri bukanlah suatu hal
Dampak Pengembangan Kawasan In- yang mengherankan melihat dampak positif/
dustri. Kawasan industri adalah suatu zona/ keuntungan yang dapat diperoleh dari
wilayah yang ditetapkan oleh pemerintah pengembangan Kawasan Industri bagi per-
sebagai kegiatan industri. Di dalam zona kembangan lingkungan di sekitarnya.
perindustrian tersebut, terdapat industri
Keuntungan pengembangan kawasan in-
yang sifatnya individual (yang berdiri sendi-
dustri:
ri) dan industri-industri yang sifatnya me-
ngelompok dalam kawasan industri (Indus- 1. Memacu pertumbuhan Ekonomi yang lebih
trial Estate). Di Indonesia sendiri, pada tahun tinggi. Contoh terhadap hal ini dapat dilihat
2005 sudah terdapat 203 kawasan industri di provinsi Banten, di mana pencapaian per-
yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia tumbuhan ekonomi provinsi Banten pada
dengan luas ±67.000 Ha. Dari jumlah tersebut akhir 2006 mencapai 6,24 persen, atau lebih
baru beroperasi 64 kawasan dengan total area tinggi dari pertumbuhan ekonomi rata-rata
±20.000 Ha, dan rata-rata tingkat pemanfa- nasional, sedangkan PDRB (Produk Domestik
atan ±44 persen yang di dalamnya terdapat Nasional Bruto) daerah pada tahun 2006
±60.000 industri. mencapai 94 trilyun. Besarnya PDRB ini
berasal dari sektor industri yang memberikan
Pemerintah sendiri telah banyak menge-
kontribusi hingga 49,75 persen. Pertumbuhan
luarkan kebijakan-kebijakan untuk mendo-
ekonomi provinsi Banten hampir setenga-
rong terciptanya Kawasan Industri di berba-
hnya dipengaruhi oleh sektor industri, bah-
gai daerah-daerah untuk menarik para inves-
kan pertumbuhan ekonomi daerahnya dapat
tor asing untuk menanamkan modalnya di
melebihi perumbuhan ekonomi rata-rata

56 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 10, Nomor 1, April 2009: 51 - 64
nasional, yang tentu saja tidak dapat terlepas Industri. Dengan program tersebut, SDM dan
dari peranan sektor industri. keterampilan masyarakat diharapkan dapat
meningkat yang nantinya dapat menghasil-
2. Kemudahan dalam hal penyediaan sarana
kan tenaga-tenaga kerja yang terampil dan
infrastruktur yang diperlukan oleh pabrik-
siap bekerja.
pabrik dalam melakukan produksinya. De-
ngan menggabungkan beberapa industri 4. Peningkatan pendapatan daerah melalui
dalam satu kawasan, maka pemenuhan pajak daerah. Meningkatnya pertumbuhan
fasilitas sarana dan prasarana yang menun- ekonomi suatu daerah maka juga akan me-
jang dan diperlukan untuk proses industri ningkatkan pendapatan pajak daerahnya.
dapat dipenuhi lebih mudah karena dikum- Dengan bertambahnya pajak daerah, maka
pulkan dalam satu kawasan. Berbeda halnya pemerintah dapat lebih mengembangkan
apabila tidak terdapat kawasan industri, pembangunan di sekitar kawasan.
dimana lokasi industri yang satu dengan
5. Pemudahan pengelolaan lingkungannya.
yang lain terletak berjauhan, maka sarana
Pengelolaan limbah secara terintegrasi de-
yang diperlukan untuk proses produksi
ngan mudah bisa dilakukan. Dengan dike-
cenderung susah dilakukan dan lebih mahal
lompokkannya industri dalam satu kawasan,
karena penggunaannya yang cenderung un-
maka AMDAL-nya berupa AMDAL kawa-
tuk keperluan sendiri. Namun dengan ada-
san, sehingga lebih mempermudah dalam
nya kawasan industri yang merupakan aglo-
pengecekan dan pengontrolan lingkungan-
merasi/pengumpulan dari beberapa Industri,
nya. Pengeloaan limbah secara terintegrasi
maka pemenuhan kebutuhan sarana dan
(integrated waste management) dapat dengan
prasarana industri dapat lebih mudah, karena
mudah dilakukan sehingga pengontrolannya
dikelompokkan pada satu kawasan, dan lebih
juga dapat lebih mudah dilakukan.
murah sifatnya, karena dapat digunakan
secara bersama-sama. 6. Mengurangi arus urbanisasi. Masyarakat
dari desa tidak lagi hanya menargetkan kota
3. Membuka lapangan pekerjaan baru. De-
sebagai tempat mencari pekerjaan, tetapi
ngan bertumbuhnya Kawasan Perindustrian,
cukup ke Kawasan Industri yang menyedia-
maka akan membuka lapangan pekerjaan
kan lapangan kerja cukup banyak. Para
baru di pabrik yang dapat menyerap ribuan
warga kota yang bekerja di Kawasan Industri
buruh/tenaga kerja. Dengan tambahnya lapa-
juga cenderung akan memilih tinggal di
ngan kerja tersebut, maka pendapatan ma-
daerah Kawasan Industri apabila Kawasan
syarakat dapat menjadi meningkat yang
Industri telah menyediakan fasilitas hunian
disertai juga dengan peningkatan SDM-nya.
yang memadai. Sehingga peluang arus trans-
Masyarakat akan memperoleh pekerjaan dan
migrasi dari kota ke daerah pinggiran kota
memperoleh pelatihan dan peningkatan
menjadi semakin besar yang tentu saja dapat
pengetahuan dengan bekerja di pabrik-pabrik
mengurangi kepadatan penduduk kota seba-
perindustrian. Untuk bekerja di suatu pabrik,
gai nilai positifnya.
pekerja tentu saja harus memiliki keahlian
dan keterampilan. Untuk memenuhi hal ini, Selain memberikan dampak-dampak po-
maka salah satu usaha yang dilakukan peme- sitif, pengembangan Kawasan Industri juga
rintah berupa Program Magang di Kawasan memiliki dampak-dampak yang negatif.
Industri yang dikhususkan kepada para ma- Dampak yang negatif/kerugian ini kebanya-
syarakat di sekitar lingkungan Kawasan kan berkaitan dengan aspek lingkungan.
Misalnya saja terjadinya pencemaran dan

Perencanaan Kawasan Industri Terpadu ... (Caroline) 57


kerusakan lingkungan akibat polusi dan pendek payback period-nya, proyek akan se-
limbah yang dihasilkan dari pabrik-pabrik di makin baik. Payback period dihitung dengan;
Kawasan Industri. Polusi dari pabrik-pabrik (a) Membagi jumlah investasi dengan peneri-
di Kawasan Industri ini biasanya berupa maan kas bersih (proceeds) tiap periode, bila
polusi udara, air, kebisingan, ataupun tanah, proceeds sama setiap periodenya. (b) Mengu-
yang umumnya menerima dampak negatif rangkan jumlah investasi dengan penerimaan
dari polusi ini adalah warga yang tinggal di kas bersih (proceeds) yang diterima, bila besar
Kawasan Industri dan di sekitar Kawasan proceeds tidak sama setiap periodenya.
Industri.
3. Analisis Return on Investment (ROI). Ana-
lisis ini untuk melihat apakah suatu proyek
METODE layak sampai pada tahap pengembangan dan
pengujian. Perhitungan ROI dapat dilakukan
Lokasi dengan bermacam-macam cara, salah satu-
nya yang paling terkenal adalah dengan
Lokasi Perencanaan Kawasan Industri Terpa- membandingkan penghasilan tahunan rata-
du kabupaten Brebes adalah desa Cimohong rata sesudah pajak dan depresiasi dengan
kecamatan Bulakamba kabupaten Brebes. investasi rata-rata.

Alat Analisis ROI = E/I


dimana; ROI adalah Return on investment, E
Menurut Mulyadi (1997:284) yang menulis
adalah Penghasilan tahunan rata-rata, I ada-
teori investasi yang dalam hal ini dikaitkan
lah Investasi rata-rata yang diperlukan untuk
dengan kelayakan program dan epidemologi
sebuah proyek.
dan kelayakan ekonomi dari aspek keuangan.
Kelayakan ekonomi ditinjau dari sudut aspek Pendekatan ini memerlukan adanya estimasi
keuangan menggunakan metode yang dila- tentang kelangsungan hidup yang diharap-
kukan untuk menilai investasi, dilakukan kan dari produk tersebut dan pendapat
dengan cara: tentang kemungkinan penjualan serta biaya
yang berkaitan dengan produk tersebut
1. Analisis net present value (NPV). Analisis setiap tahunnya.
ini untuk menilai kelayakan investasi dengan
menghitung selisih antara nilai sekarang dari 4. Analisis hasil pengembalian (internal rate
of return)/IRR. Yaitu tingkat bunga yang
penerimaan kas bersih yang akan datang
menyamakan nilai sekarang arus kas dengan
dengan nilai sekarang investasi awal. Sema-
pengeluaran investasi.
kin besar NPV positif, investasi semakin
menguntungkan. NPV dapat dihitung de-
ngan rumus seperti berikut: HASIL DAN PEMBAHASAN
n At
NPV ¦ I 0
(1 k) I
Hasil Perhitungan

dimana; k adalah discount rate; At adalah cash- Dalam pembangunan kawasan industri ter-
flow periode k, N adalah usia ekonomi. padu di desa Cimohong, investasi yang dibu-
tuhkan untuk pembangunan kawasan indus-
2. Analisis payback period. Analisis ini untuk tri Cimohong adalah sebesar:
mengetahui periode yang diperlukan dalam Rp905.159.154.520,-
pengembalian investasi seluruhnya. Semakin

58 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 10, Nomor 1, April 2009: 51 - 64
Dari investasi tersebut didapatkan hasil Internal Rate Return: 13,266%
perhitungan kelayakan finansial sebagai beri-
Benefit Cost Ratio Df=10%: 1,32; Df=12% 1,11;
kut:
Df=14%: 0,94.
1. Estimasi harga jual masing-masing Kavling
Pay Back Periode: 15 tahun
berdasarkan skala industrinya:
Dari hasil perhitungan di atas, dapat di-
(a) Kavling Industri Kecil (15%)
simpulkan bahwa secara finansial proyek
Tipe 1 (1920 m2) 1 unit Rp3.072.000.000/unit;
bisa dilaksanakan atau layak. Hal ini bisa
Tipe 2 (2000 m2) 36 unit Rp3.200.000.000/unit;
dilihat dari nilai NPV yang positif, Benefit
Tipe 3 (2400 m2)5 unitRp3.840.000.000/unit.
Cost Ratio di atas 1, Nilai IRR masih di atas
(b) Kavling Industri Sedang (35%) tingkat bunga yang berlaku.
Tipe 1 (5000 m2) 44 unit Rp8.000.000.000/unit;
Kawasan industri Cimohong direncana-
Tipe 2 (5920 m2) 2 unit Rp9.472.000.000/unit;
kan merupakan kawasan atau pusat pengem-
Tipe 3 (7000 m2) 2 unit Rp11.200.000.000/unit.
bangan berbagai industri dengan pengelolaan
(c) Kavling Industri Besar (50%) secara terpadu. Prospek Pasar Kawasan In-
Tipe 1 (9700 m2) 13 unit Rp15.520.000.000/ dustri Terpadu desa Cimohong kabupaten
unit; Brebes potensial untuk pengembangan indus-
Tipe 2 (10000 m2) 11 unit Rp16.000.000.000/ tri terutama industri berbahan baku perta-
unit; nian (agroindustri).
Tipe 3 (12000 m2) 2 unit Rp 19.200.000.000/
Kawasan industri Terpadu di desa Ci-
unit.
mohong diharapkan menjadi pemicu utama
2. Estimasi penerimaan sewa dari beberapa dalam memperkuat kabupaten Brebes untuk
fasilitas: menarik investor, dengan beberapa keuntu-
Persewaan Penginapan (unit) Rp600.000/ ngan yang bisa didapatkan, yaitu: (a) Renca-
tahun na pengawasan perizinan dalam satu atap,
Kantor Perbankan (m2) Rp 100.000/m2 (b) Promosi investasi, dengan adanya usaha
Show Room (m2) Rp 100.000/m2 resmi diharapkan investasi yang dilakukan
Kantin (m2) Rp 100.000/m2 oleh pengusaha/investor dapat berkembang
Minimarket (m2) Rp 100.000/m2 dengan baik, didukung oleh suasana kondu-
sif dari berbagai aspek, terutama keamanan
Estimasi biaya dalam pengelolaan kawa-
dan tidak adanya demonstrasi buruh di
san industri tersebut, meliputi biaya opera-
kabupaten Brebes.
sional, biaya pemeliharaan,biaya gaji, biaya
asuransi, biaya depresiasi, dan lain-lain. Rencana Kerja Sama Pemerintah dan
Swasta. Investasi merupakan salah satu
Hasil estimasi cash flow, dengan asumsi
faktor yang penting untuk meningkatkan
masa konstruksi satu tahun, dan umur eko-
pertumbuhan ekonomi daerah. Makin besar
nomis adalah 25 (duapuluh lima) tahun.
arus investasi, dapat memberikan peluang
Dengan discount factor 10%, 12% dan 14%,
munculnya kegiatan-kegiatan usaha yang
didapatkan hasil sebagai berikut:
lain. Implikasinya adalah meningkatnya
Net Present Value: kesempatan kerja dan peluang terjadinya
Df=10%: Rp 291.723.259.253.575 peningkatan PAD.
Df = 12%: Rp 98.236.030.931.190
Usaha Pemda untuk meningkatkan PAD
Df = 14%: Rp (50.159.980.993.680)
perlu terus dipikirkan tanpa harus membe-

Perencanaan Kawasan Industri Terpadu ... (Caroline) 59


bani rakyatnya, sehingga dapat mengem- Di Indonesia, pola kerja sama antara lain
bangkan otonominya. Masih terdapat pe- diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 67
luang yang dapat dimanfaatkan oleh daerah Tahun 2005 tentang Kerja Sama Pemerintah
untuk mendukung sumber pembiayaan dan Daerah dengan Badan Usaha dalam Penye-
investasi daerah untuk mendukung imple- diaan infrastruktur.
mentasi otonomi daerah yang pelaksanaan-
Bentuk Kerja Sama Antara Sektor Publik
nya dapat dilakukan oleh para pelaku ekono-
dan Swasta. Kerja sama Pemerintah daerah
mi daerah termasuk BUMN, BUMD, Swasta,
dengan swasta idealnya didasarkan pada
dan Masyarakat.
win-win solution partnership, artinya kerja
Diperlukan adanya perhatian yang serius sama tersebut dilakukan dengan kesadaran
dalam upaya meningkatkan efisiensi sektor dari dua belah pihak atas keuntungan timbal
publik, sekaligus mengupayakan agar admi- balik yang akan dihasilkan dalam kerja sama
nistrasi negara mampu menelurkan berbagai tersebut. Pemerintah daerah dalam penger-
kiat dan terobosan dalam menciptakan iklim tian kerja sama pemerintah daerah termasuk
yang kondusif bagi berkembangnya sektor di dalamnya BUMD/perusahaan daerah.
swasta. Keterbatasan yang membelenggu Oleh karena itu perusahaan daerah mempu-
sektor publik bukannya merupakan halangan nyai peluang untuk mengembangkan dan
jika kita mampu mendayagunakan kekuatan meningkatkan usaha melalui kerja sama
dan potensi sektor swasta yang mulai ber- dengan pihak swasta.
kembang. Pola kemitraan sektor publik dan
Pihak ketiga menurut Permendagri No-
swasta merupakan harapan baru dalam
mor 3 Tahun 1986 adalah instansi atau badan
mendobrak keterbatasan.
usaha atau perorangan yang berada di luar
Acapkali daerah memiliki aset yang sa- organisasi Pemerintah Daerah, antara lain
ngat potensial untuk dimanfaatkan atau Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah lain-
dikembangkan, namun upaya-upaya ke arah nya, BUMN, BUMD, Koperasi, Swasta Nasio-
itu terhalang oleh terbatasnya sumber dana nal atau Swasta Asing yang tunduk pada
atau akses ke sumber dana atau keterbatasan hukum Nasional
kemampuan SDM dalam menggunausahakan
Bentuk kerja sama secara garis besar
aset tersebut. Di sisi lain swasta atau masya-
dikelompokkan dalam dua bentuk, yaitu:
rakat merupakan pihak yang dalam banyak
(1). Kerja sama Pengelolaan (Joint Opera-
hal, mempunyai potensi pendanaan dan
tion). Kerja sama ini dapat dilakukan melalui
teknologi yang perlu diproduktifkan, dengan
berbagai model, yaitu: Sewa Tambah Guna
demikian melalui kerja sama antara pemerin-
(Contract Add and Operate/CAO), Rehabilitasi
tah daerah dengan swasta atau masyarakat
Guna Serah (Rehabilitate, Operate and Transfer/
dapat memberikan nilai tambah dan keun-
ROT), Bangun Serah (Built and Transfer/BT),
tungan kedua belah pihak.
Bangun Guna Serah (Built, Operate, and Trans-
Kerja sama antara pemerintah daerah fer/BOT), Bangun Serah Sewa (Built, Transfer
dan swasta dapat memberikan keuntungan and Rent/BTR), Bangun Sewa Serah (Built,
berupa uang dan merupakan strategi diversi- Rent and Transfer/BRT), Bangun Kelola Miliki
fikasi resiko, di mana dengan kerja sama ini (Built, Operate, and Own/BOO), dan Kerja
resiko pemerintah daerah menjadi kecil atau sama Operasi.
bahkan tanpa ikut menanggung resiko sama
(2) Kerja sama Usaha Patungan (Joint Ven-
sekali.
ture). Pemda bersama-sama dengan swasta

60 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 10, Nomor 1, April 2009: 51 - 64
dapat mendirikan Perseroan Terbatas yang daerah dengan swasta, namun secara umum
mengacu pada Undang-undang Nomor 1 aspek positif yang ditimbulkannya lebih
Tahun 1995. dominan dibandingkan dengan aspek nega-
tifnya yaitu Bangun Guna Serah (BOT).
Langkah Strategis Pemilihan Kerja
Sama. Untuk dapat mencapai sasaran secara Bentuk kerja sama BOT dikenal pada
optimal, maka pilihan untuk melakukan kerja transaksi-transaksi yang obyeknya berupa
sama perlu diletakkan dalam suatu kerangka tanah. Kekayaan daerah yang berupa tanah
strategis. Sebagaimana dilakukan oleh peru- dan fasilitas-fasilitas yang ada di atasnya
sahaan dalam rangka menjalin kerja sama yang memiliki potensi ekonomi yang tinggi
strategis untuk mengembangkan bisnisnya. dialihkan pemanfaatannya kepada swasta,
Kerangka pikir yang biasa dipakai adalah dengan cara pihak swasta tersebut atas biaya-
menggunakan model manajemen strategis. nya sendiri membangun bangunan berikut
Menurut Usman (1996) beberapa kekuatan fasilitas komersiilnya serta mendayagunakan
dan kelemahan pemanfaatan dana sektor bangunan dan fasilitas tersebut untuk suatu
swasta dapat dilihat pada Tabel 1. jangka waktu tertentu.
Berdasarkan Tabel 1, walaupun terdapat Biasanya pada awal kerja sama Pemda
beberapa kelemahan yang mungkin timbul juga akan menerima kompensasi berupa
dengan adanya kerja sama pemerintah uang dari pihak swasta dan mempunyai hak

Tabel 1. Kekuatan dan Kelemahan Kerja Sama dengan Sektor Swasta

Aspek Kekuatan Kelemahan


Efisiensi Dengan Masuknya Kantor Swasta Tidak ada kelemahan yang menonjol
maka perusahaan akan beroperasi
dengan lebih efisien
Persiapan Dilakukan bersama-sama dengan Akan lebih ketat adanya keterlibatan ihak
pihak swasta, sehingga mudah swasta
memperhatikan berbagai aspek
Pendanaan Pemda/Perusda tidak perlu Apabila modal sawsta banyak berasal dari
menyediakan dana dalam jumlah Luar Negeri, maka perlu diperhatikan resiko
yang besar dalam penyertaan modal nilai tukar
Pembagian Resiko Terjadi pembagian resiko antara Tidak ada kelemahan yang menonjol
Pemda/Perusda dengan swasta
Desentralisasi Meningkatkan kewenangan Pemda Tambah wewenang menyebabkan tambahan
tanggung jawab
Partisipasi Swasta Meningkatkan peran swasta dalam Tidak ada kelemahan yang menonjol
pembangunan daerah
Penentuan Tarif Pemerintah tetap mempunyai Tanpa danya konrol yang kuat dari
kekuatan dalam menentukan tarif pemerintah, swasta dapat menerapkan tarif
yang memberatkan masyarakat
Alih Teknologi Akan terjadi alih teknologi dari Tidak ada kelemahan yang menonjol
sektor swasta ke sektor pemerintah
Makro Ekonomi Pinjaman Pemerintah diganti dengan Tidak ada kelemahan yang menonjol
sumber swasta

Perencanaan Kawasan Industri Terpadu ... (Caroline) 61


untuk memanfaatkan suatu area dari bangu- dalam penyediaan Infrastruktur, Peraturan
nan tersebut tanpa pembayaran apapun ke Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007
pihak swasta. tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keua-
ngan Badan Layanan Umum Daerah, dan Pe-
Selama masa BOT, resiko yang terjadi
raturan Menteri Dalam Negeri Nomor 69
atas bangunan dan fasilitas yang dibangun
Tahun 2007 tentang Kerja Sama Pembangu-
swasta akan merupakan tanggungan swasta
nan Perkotaan.
karena secara hukum kepemilikan bangunan
dan fasilitas masih menjadi milik pihak Tujuan utama pelaksanaan kerja sama
swasta. antara pemerintah daerah/perusda dengan
pihak ketiga adalah untuk meningkatkan pe-
Berdasarkan Tabel 1 terdapat beberapa
rekonomian daerah dan menembah pendapa-
kelemahan yang mungkin timbul dengan
tan daerah. Secara umum, tujuan dilakukan-
adanya kerja sama pemerintah daerah
nya kerja sama adalah meningkatkan efisiensi
dengan swasta, namun secara umum aspek
dan efektivitas pembiayaan, melalui dana
positif yang ditimbulkannya lebih dominan
dari masyarakat untuk kepentingan pemba-
dibandingkan dengan aspek negatifnya.
ngunan, usaha untuk meningkatkan pertum-
Di Indonesia, pola kerja sama antara pe- buhan ekonomi daerah melalui perluasan
merintah daerah dengan swasta sebenarnya dan peningkatan pembangunan, meningkat-
diatur dalam: Undang-Undang Nomor 32 kan pendapatan daerah dengan memanfaat-
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, kan hasil-hasil pembangunan masyarakat,
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia mendorong partisipasi masyarakat dalam
Nomor 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara pembangunan daerah, mendayagunakan aset
Pelaksanaan Kerja Sama Daerah, Peraturan daerah secara optimal, khususnya aset yang
Presiden Nomor 67 Tahun 2005 tentang kerja masih dapat ditingkatkan penggunaannya,
sama Pemerintah dengan Badan Usaha adanya alih teknologi yang digunakan dalam

BOT
Transfer Resiko

Pemerintah Swasta

Resiko 100% resiko Resiko


Pembangunan dari resiko rendah tinggi

Resiko 100% resiko Resiko


Konstruksi dari resiko rendah tinggi

Resiko Resiko
Resiko 100% sangat sangat
Operasi dari resiko rendah tinggi

Gambar 1. Strategi Diversifikasi Resiko Kerja sama BOT

62 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 10, Nomor 1, April 2009: 51 - 64
pengelolaan proyek yang dapat dimanfaat- DAFTAR PUSTAKA
kan sumber daya manusia di Pemda, terhin-
darinya penjualan aset daerah yang potensial Bahl, Roy, 1999, Implementation Rule Fiscal
kepada swasta, terciptanya lapangan pekerja- Desentralisation, Atlanta: International
an yang dapat mendorong dan mendayagu- Studies Program School of Policy Stu-
nakan tenaga kerja setempat untuk bekerja di dies, Georinia State University.
sektor industri, dan sebagai katalisator
penyerapan tenaga kerja ke kota-kota besar. Caroline, 2004, Analisis Penerimaan Retribusi
Pasar Kota Salatiga, Semarang: UNDIP
(tesis yang tidak dipublikasikan)
KESIMPULAN
••’œ˜—ð1 ï1Š—•1 •ŠŽœŽ›ð1 ï1W__]ï1 Ž˜•›Šphic
Concentration in US Manufacturing In-
Kesimpulan dari hasil analisis pada pemba-
•žœ•›’Žœñ1 1 Š›•‹˜Š›•1 ™™›˜ŠŒ‘ ï1 Jour-
hasan sebelumnya adalah (1) pembangunan
nal Political Economy. Vol. 105. pp 889-
kawasan industri terpadu di desa Cimohong
927.
dinyatakan layak secara finansial. (2) Kemi-
traan dengan pihak ketiga, dilakukan dengan Fujita, M. and T, Mori. W__\ï1 The Role of
pertimbangan terdapatnya keterbatasan pihak Ports in Making of Major Cities: Self
pemda. Bentuk kemitraan seperti yang diatur •••˜–Ž›Š•’˜—1Š—•1 ž‹1 ••ŽŒ• ï1Journal
dalam Perda Kabupaten Brebes No 5 tahun of Development Economics. Vol 49, pp. 93-
2006 tentang Kemitraan Daerah. Dengan 120.
melihat beberapa alternatif, yang paling Fujita, M. and Thiesse, J.F. 2002. Economics of
menguntungkan adalah bentuk B.O.T (Build, Agglomeration: Cities, Industrial Location,
Operate and Transfer), dicirikan dengan ada- and Regional Growth. Cambridge: Cam-
nya investasi swasta, pembangunan sarana, bridge University Press.
biaya rendah, kualitas tinggi, menguntung-
˜›•˜—1 ð ï ï1 Š—•1 Œ Š——ð1 ï1 XVVVï1 —•žœ-
kan, efisiensi tinggi.
trial Clusters: Complexess, Agglomera-
Dalam rangka pelaksanaan otonomi dae- •’˜—1 Š—•&˜›1 ˜Œ’Š•1 Ž• ˜›”õ 1 Urban
rah seperti yang diamanatkan oleh Undang- Studies. Vol 37.
undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Peme-
Š››’œ˜—œð1 ï1 W__Xï1 —•žœ•›’Š•1 ’œ•›’Œœñ1 ••1
rintahan daerah dan Undang-undang Nomor
’—Ž1 ’—1 Ž 1 ˜•••Žœõ 1 Regional Studies,
34 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keua-
Vol 26.
ngan Pemerintah Pusat dan Daerah, disebut-
kan bahwa suatu daerah yang tidak mampu Kolehmainen, J. 2002. Territorial Agglomeration
membiayai sumber pelaksanaan otonomi as a Local Innovation Environment. MIT
daerah akan di-merger (digabungkan) atau Industrial Performance Center. Working
dihapuskan. Berdasarkan kebutuhan dan paper.
tuntutan zaman maka perlu adanya perlua- Kristiadi, J.B. 1985, Masalah Sekitar Pening-
san wilayah dalam rangka menambah sum- katan Pendapatan Daerah, Prisma No.
ber penerimaan daerah, yaitu salah satu cara 12, Tahun XIV, Jakarta: LP3ES.
untuk meningkatkan Pendapatan Asli Dae-
Krugman, P. 1991. Geography and Trade. Cam-
rah (PAD) kabupaten Brebes adalah membu-
bridge: MIT Press.
at perencanaan Kawasan Industri Terpadu.
Kuncoro, Mudrajat, 1995, Desentralisasi Fis-

Perencanaan Kawasan Industri Terpadu ... (Caroline) 63


kal di Indonesia, Prisma, No. 4 Tahun. Suprihanto, John, 1997, Pengukuran Tingkat
XXIV Kepuasan Pelayanan, Jakarta: Rineka
Cipta.
Mardiasmo, 2001, Pengawasan, Pengendalian
dan Pemeriksaan Kinerja Pemerintah Susantun, Indah, 2000, Fungsi Keuntungan
Daerah dalam Melaksanakan Otonomi Cobb Douglas dalam Pendugaan Efi-
Daerah, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. siensi Ekonomi Relatif, Jurnal Ekonomi
3, No. 2, Tahun 2001. Pembangunan, Vol. 5, No. 2, Edisi 2000.
Mulyadi, 1997, Akuntansi manajemen, Konsep, Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang
Manfaat dan Rekayasa, Edisi Kedua, Pemerintah Daerah.
Yogyakarta: Bagian Penerbitan Sekolah
Undang-Undang No. 34 Tahun 2004 tentang
Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.
Perimbangan Keuangan antara Peme-
Porter, M. E. 1990. The Competitive Advantage rintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
of Nations. New York: Free Press.
Usman, B. 1996, Pajak-pajak Indonesia, Jakarta:
Porter, M. E. 1998. The Competitive Advantage Majalah Mingguan Pajak.
of Nations (with a new foreword), New
Waluya, Harry, 2001, Analisis Rasio PAD/
York: The Free Press.
APBD terhadap Kebijakan Kemandirian
Raines, P. XVVXï1 ˜ŒŠ•1 ˜›1 Š•’˜—Š•1 ˜–™Ž- Keuangan Daerah Otonom, Jurnal Eko-
•’•’ŸŽ1 •ŸŠ—•Š•Ž ï1 European Policies Re- nomi dan Bisnis FE Universitas Katolik
search Centre, University of Strathclyde, Indonesia Atmajaya, Vol. 1, No. 2, Edisi
Glasgow. Agustus 2001.
Republik Indonesia, 2001, Undang-Undang Wantara, Agus, 1995, Analisis Pendapatan Asli
No. 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 1970-
Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 1980 (tesis yang tidak dipublikasikan),
tentang Pajak dan Retribusi Daerah, Ban- Yogyakarta: UGM.
dung: CV. Laksana Mandiri.

64 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 10, Nomor 1, April 2009: 51 - 64

Anda mungkin juga menyukai