-1-
1.1. Pembangkit.
Dalam system kelistrikan
tenaga listrik . Fungsi sistem pembangkitan adalah mengubah ( mengkonversi ) energi primer
seperti tenaga air, tenaga bahan bakar dan panas bumi dan lainnya menjadi energi listrik yang
akan di salurkan melalui sistem transmisi dan didistribusikan kekonsumen melalui sistem
distribusi.
Pusat Pembangkit Listrik yang dimiliki PT PLN antara lain adalah:
-
PLTN ( Pusat Listrik Tenaga Nuklir ). Pusat Listrik ini masih dalam penyelidikan.
Untuk Pusat listrik tenaga Nuklir ( PLTN ) sementara masih dalam evaluasi dalam segi resiko
dan bahayanya terhadap masyarakat di sekelilingnya , mengingat pengalaman-pengalaman
negara maju yang pernah mengoperasikannya.
Pemilihan jenis Pusat pembangkit listrik didasarkan pada hasil studi kelayakan yang dibuat oleh
PLN ( beberapa diantaranya dibuat bersama-sama konsultan ).
1.2 Transmisi.
Tenaga listrik yang dibangkitkan oleh generator dari suatu unit pembangkit sebelum disalurkan
melalui jaringan transmisi diatur terlebih dahulu tegangannya menjadi tegangan tinggi antara
lain tegangan 70 kV, 150 kV atau 500 kV sesuai dengan kebutuhan.
Perubahan tegangan dilakukan melalui transformator tenaga, transformator ditempatkan di
Gardu Induk ( GI ) selain juga berfungsi mengubah tegangan listrik juga untuk mendistribusikan
tenaga listrik ke Gardu Induk lainnya. Bilamana tegangan akan disalurkan ke gardu distribusi
tegangan diturunkan mrnjadi tegangan menengah yaitu 20 kV.
1.3. Gardu Induk.
Tegangan listrik yang dibangkitkan oleh suatu Pusat Listrik setelah dinaikkan tegangannya
kemudian disalurkan melalui jaringan transmisi, dan disampaikan kekonsumen melalui Gardu
Induk.
-2-
Sebenarnya suatu Gardu Induk adalah merupakan suatu pusat beban pada suatu daerah
tertentu, dari Gardu Induk inilah disambung beban konsumen yang disambung melalui jaringan
Distribusi, dan besarnya beban ini akan berubah-ubah sepanjang waktu, sehingga perubahan
ini harus diimbangi dengan tenaga listrik yang dibangkitkan oleh pusat listrik yang tersambung
pada sistem jaringan tegangan tinggi.
Kadangkala suatu Pusat Listrik tidak mampu mengimbangi beban pada suatu Gardu Induk
sehingga perlu disalurkan tenaga listrik dari Pusat Listrik yang lainnya, dan juga harus
tersambung dengan sistem jaringan transmisi ke Gardu Induk tersebut, inilah letak pentingnya
suatu sistem interkoneksi dari beberapa Pusat Listrik dengan suatu jaringan transmisi beserta
Gardu Induknya.
Apabila pengaturan pembebanan Pusat Listrik ini terlambat atau tidak dilaksanakan
kemungkinannya adalah adanya penurunan frekuensi pada sistem bila daya yang dibangkitkan
kurang dari daya yang dibutuhkan beban sistem atau kemungkinan bisa terjadi pengurangan
beban ( pemadaman beban ) dan begitu pula sebaliknya akan terjadi frekuensi yang lebih
tinggi, apabila daya yang dibangkitkan lebih besar dari beban sistem.
Peralatan gardu Induk terdiri dari peralatan yang berada didalam maupun diluar , peralatan
yang berada diluar yaitu serandang hubung ( yang biasanya disebut Switchyard ) tegangan
tinggi sedangkan untuk yang didalam adalah panel control dan peralatan tegangan menengah.
1.4. Panel control.
Panel control yaitu untuk tempat untuk melakukan supervisi dan control bagi peralatanperalatan tenaga listrik yang terpasang untuk suatu Gardu Induk, maka pada panel ditempatkan
alat-alat ukur dan indikator serta peralatan remote control.
Melalui panel control diketahui parameter operasi tenaga listrik sehingga informasi tentang
keadaan real time dapat diketahui dan selanjutnya informasi ini disampaikan ke control center,
baik melalui sarana komunikasi suara maupun komunikasi data, hal ini tergantung dari teknologi
sistem informasinya.
1.5. Gardu Hubung.
Tegangan yang telah diturunkan menjadi tegangan menengah ditampung menjadi satu pada
suatu tempat yang disebut Gardu Hubung ( GH ). Tegangan menengah tersebut dibagi-bagi
melalui
switching
menuju
Gardu
Distribusi.
Jadi
fungsi
Gardu
-3-
Hubung
hanya
2. SISTEM SCADA.
Umum.
Sistem yang terintegrasi adalah suatu jaringan tenaga listrik yang terpadu meliputi pembangkitpembangkit tenaga listrik, jaringan transmisi dan distribusi yang saling terhubung.
Sistem yang terintegrasi ini lebih dikenal dengan sistem interkoneksi. Keuntungan adanya
interkoneksi adalah diperolehnya suatu skala produksi yang ekonomis, karena pusat
pembangkit listrikyang kerkapasitas besar dan beroperasi pada sistem terinterkoneksi dapat
mensplai daerah lainnyayang membutuhkan tenaga listrik yang besar, tetapi hanya mempunyai
pembangkit listrik yang berkapasitas kecil. Dengan semakin banyaknya pusat pembangkit
tenaga listrik yang dioperasikan, maka diperlukan pengaturan beban sistem tenaga listrik.
Dalam pengaturan sistem tenaga listrik perlu adanya sarana-sarana
Peralatan SCADA ( Supervisory Control And Data Acquisition ) sebagai berikut:
1. Sistem Telekomunikasi.
2. Alat-alat pengolah data untuk mengambil, menyimpan dan mengolah data sistem tenaga
listrik.
3. Perangkat lunak untuk mengolah data, agar data dapat ditampilkan dalam pengaturan
sistem tenaga listrik.
-4-
Dengan adanya sarana-sarana peralatan SCADA tersebut pusat pengatur beban bisa
mendapatkan keuntungan-keuntungan antara lain :
1. Kecepatan dan kemudahan memperoleh informasi yang diperlukan.
2. Kwalitas data yang ditampilkan dapat dipantau secara real time ( data baru ).
3. Cara-cara penyajian data dan informasi bagi pengatur sistem yang sempurna.
4. Operator pusat pengatur beban dapat dengan mudah untuk pengaturan sistem.
Beroperasinya peralatan sistem SCADA sangat tergantung pada:
1. Keandalan saluran data ( komunikasi ) karena dengan terganggunya saluran data akan
berakibat terganggunya operasi pengaturan sistem
2. Kwalitas Power supply ( catu daya ) untuk menunjang beroperasinya peralatan.
Permasalahan mengenai energi listrik merupakan permasalahan yang sangat kompleks.
Permasalahannya tidak hanya bagaimana energi listrik ini dibangkitkan, disalurkan tetapi juga
mengenai perhitungan ekonomis dari suatu pembangkit yang lebih dikenal dengan manajemen
energi.
2.1 Telekomunikasi Suara
Untuk pembicaraan antara operator pusat pengatur beban dengan operator pusat pembangkit
PLN mempunyai jalur komunikasi khusus yang disebut PLC ( Power Line Carrier ).
Komunikasi ini merupakan sistem komunikasi yang memanfaatkan propogasi perambatan
gelombang frekuensi radio melalui kunductor transmisi Saluran Udara Tegangan Tinggi ( SUTT
) sebagai media transmisi komunikasi. Jadi SUTT selain menangani fungsi utamanya , yaitu
menyalurkan tenaga listrik dengan frekuensi 50 Hz, juga menyalurkan energi listrik dengan
frekuensi tinggi ( HF ).
Batas jalur pembawa sistem komunikasi PLC pada umumnya berkisar antara 30 kHz sampai
dengan 500 kHz, batas terendah dari daerah frekuensi pembawa PLC dibatasi oleh nilai
reaktansi kapasitip ( Xc ) dan kapasitor penghubung ( Coupling Capasitor / CC ), sedangkan
batas tertinggi alokasi frekuensi pembawa PLC dibatasi oleh nilai redaman dari pada konduktor
saluran transmisi SUTT.
Selain komunikasi PLC yang digunakan untuk pembicaraan antar operator juga tersedia media
lain yaitu:
1
-5-
Media penghubung.
2.3. Modem.
Modem ini berfungsi
merubah sinyal digital menjadi sinyal analog. Rangkaian Pemancar ( transmitter ) dari suatu
modem berfungsi sebagai pengubah sinyal digital menjadi analog, sedangkan rangkaian
Penerima ( receiver ) berfugsi sebaliknya yaitu merubah sinyal analog menjadi sinyal digital.
Modem ini dipergunakan ( dipasang ) apabila media komunikasinya berupa komunikasi analog,
dan apabila media komunikasinya sudah berupa digital peralatan bantu modem ini tidak
diperlukan lagi karena diantara peralatan
-6-
Penyampaian data.
Fungsi kontrol.
Dengan adanya peralatan SCADA penyampaian dan pemerosesan data dari sistem tenaga
listrik akan lebih cepat diketahui oleh operator ( dispatcher ).
Informasi pengukuran dan status indikasi dari sistem tenaga listrik dikumpulkan dengan
menggunakan peralatan yang ditempatkan di Gardu Induk ( GI ) dan di pusat pembangkit.
Kontrol penyaluran sistem peralatan memungkinkan penyampaian data secara remote. Data
dapat dilakukan secara manual atau dengan perhitungan. Data yang baru dapat juga dihitung
dan disimpan dalam database melalui pengumpulan nilai secara automatis. Penyampaian data
dan pemerosesan data dilakukan secara real - time .
Parameter sistem tenaga listrik dalam real time operation seperti Frekuensi, Tegangan, Daya
aktip dan reaktip, serta tap changer position ( posisi tap trafo ), dapat dibaca di control center
atau pusat pengatur beban adalah melalui sarana teleinformasi yang disebut telemetering.
-7-
2.5 Telemetering.
Pengaturan tenaga listrik sangat diperlukan dalam penyediaan tenaga listrik untuk
mendapatkan fungsi keamanan, kualitas dan ekonomis dalam bidang ketenaga listrikan.
Kualitas tenaga listrik adalah tegangan dan frekuensi yang stabil dan tersedia terus menerus,
keamanan tenaga listrik berhubungan dengan jaringan dan kestabilan pembangkitan tenaga
listrik sedangkan segi ekonomis ketenaga listrikan berhubungan dengan investasi dan biaya
produksi tenaga listrik. Untuk mendapatkan fungsi-fungsi pengaturan
ketenaga listrikan
Kontrol Produksi
Administrasi pemeliharaan
Macam telemetering yang dipantau oleh pusat pengatur beban diantaranya adalah :
-
Pengukuran Tegangan ( kV )
Pengukuran Megawatt ( MW )
Pengukuran Frekuensi ( Hz )
2.6. Telesignaling.
Status dari peralatan tenaga listrik, sinyal alarm dan sinyal lainnya yang ditampilkan disebut
dengan status indikasi. Status indikasi terhubung ke modul digital input. Status indikasi terdiri
dari indikasi tunggal ( single indication ) dan indikasi ganda ( double indication ). Indikasi ganda
ter pasang pada peralatan yang mempunyai dua keadaan atau dua posisi, dimana satu
keadaan menunjukkan kontak terbuka ( open ) dan kontak lain tertutup ( close ), seperti pada
PMT ( pemutus ) dan PMS ( pemisah ).
Indikasi tunggal dipergunakan untuk menyampaikan data alarm dari peralatan tenaga listrik.
Status indikasi dikirim ke pusat pengatur beban atau control center bila terjaji perubahan status
dari peralatan.
-8-
2.7. Telecontrol.
Fungsi kontrol sistem tenaga listrik terbagi 2 bagian, yaitu:
-
Fungsi kontrol secara digital merupakan perintah langsung ke peralatan tenaga listrik seperti
perintah buka/tutup PMT atau PMS, perintah start/stop unit pembangkit dan juga perintah
merubah posisi tap changer dari transformet ( naik/turun ).
Fungsi kontrol secara analog merupakan perintah untuk pengaturan peralatan pembangkit
tenaga listrik guna menaikan/menurunkan daya pembangkit.
2.8. Master station.
Master station berfungsi untuk mengolah data yang diterima dari sistem tenaga listrik yang ada
agar dapat dimonitor oleh operator melalui peralatan bantu yang disebut Man Machine
Interface. Master station terdiri dari 2 bagian yaitu:
-
Front-end komputer
Front-end komputer merupakan komputer yang menangani pembacaan data dan memindahkan
kumpulan data ke komputer utama serta menangani output dari komputer utama.
Komputer utama melakukan perhitungan serta analisa sistem dengan menggunakan data base.
Komputer utama biasanya menggunakan konsep dual komputer, satu komputer sebagai master
dan yang satunya sebagai slave. Konsep ini menyediakan fasilitas deteksi kesalahan dan
penormalan.
Data-data dari Gardu Induk atau pusat listrik dikirimkan ke pusat pengatur beban atau control
center melalui saluran komunikasi. Data ini diterima oleh Front-end komputer dan selanjutnya
didistribusikan ke fungsi pengolahan, baik ke master komputer maupun langsung ke Mimic
Board dan peralatan monitor yang ada diruang pengendalian sistem.
2.9. Man Machine Interface.
Man Machine Interface adalah suatu peralatan diruang control yang berfungsi sebagai
perantara antara operator ( dispatcher ) dengan sistem komputer. Dengan adanya Man
Machine Interface memudahkan operator memonitor sistem jaringan tenaga listrik yang ada.
Peralatan Man Machine Interface diantaranya adalah: VDU Monitor, Key board, Printer, Logger,
Recorder, Hard Copy dll.
-9-
Memory
Modul I / O merupakan interface dengan peralan proses yang berada di Gardu Induk maupun
pusat pembangkit. Jadi fungsi utama dari modul I / O adalah melayani masukan dan
pengeluaran untuk nilai analog dan sinyal digital dari kontak, Transducer dan sumber sinyal
lainnya dari peralatan tenaga listrik.
Telemetering ( TM ) yang datang dari transducer disambung langsung ke modul Analog input.
Telesinyal ( TS ) yang datang dari peralatan GI disambung langsung ke modul digital input.
Telekontrol ( TC ) yang dkeluarkan dari modul analog output disambung ke peralatan
pembangkit yang dapat diatur system pembebanannya.
Telecontrol
- 10 -
PLTU Suralaya
PLTA Saguling
PLTA Cirata
PLTU Paiton.
Pusat-pusat beban dipasok melalui Transformator inter bus ( IBT ) 500kV/150 kV yang
terpasang di Gardu Induk Tegangan Extra Tinggi ( GITET ).
Saluran tegangan tinggi 150 kV & 70 kV serta pembangkit-pembangkit yang terhubung dengan
jaringan ini merupakan penyedia tenaga listrik untuk setiap control center.
Pendistribusian tenaga listrik ke konsumen disalurkan melalui transformator 150/20 kV atau
70/20 kV dan jaringan tegangan menegah.
Konfigurasi tegangan sistem tenaga listrik Jawa-Bali ini menuntut disusunnya hirarki control
center yang sejalan dan dapat mendukung pola pengoperasiannya.
Untuk menunjang pengopesasian sistem tenaga listrik Jawa-Bali telah dipasang peralatan
SCADA yang telah beroperasi sejak th 1982. Dengan adanya peralatan SCADA operator dapat
mengawasi dan mengontrol serta dapat memperoleh data yang akurat dari Gardu-gardu Induk
maupun pusat pembangkit, dengan demikian operator dapat melaksanakan pengoperasian
sistem tenaga listrik dengan andal.
3.2. Hirarki Control Center
Pada saat ini terdapat 3 hirarki Control Center yaitu :
- JCC ( Java Control Center )
- ACC ( Area Control Center )
- GSC ( Group Switching Center )
- 11 -
Sistem tenaga listrik Jawa-Bali terbagi menjadi 4 Area Control Center masing-masing adalah :
-Area 1 ( UPB Cawang )
Unit Pengatur Beban Cawang ( Area 1 ) ini meliputi daerah Jawa-barat bagian barat serta DKI
Jakarta.
-Area 2 ( UPB Cigereleng )
Unit Pengatur Beban Cigereleng ( Area 2 ) ini meliputi daerah Jawa-barat bagian timur.
-Area 3 ( UPB Ungaran )
Unit Pengatur Beban Ungaran ( Area 3 ) ini meliputi daerah Jawa-tengah.
-Area 4 ( UPB Waru )
Unit Pengatur Beban Waru ( Area 4 ) ini meliputi daerah Jawa-timur ditambah GSC Bali.
Dari keempat Area tersebut masing-masing dimonitor oleh JCC ( Java Control Center )
Yang terletak di Gandul. Disamping memantau seluruh Area Control Centre ( ACC ), JCC Juga
mngotrol langsung jaringan tegangan Extra tinggi 500 kV.
Dengan adanya hirarki-hirarki tersebut, maka dapat diambil kesimpulan tugas dari masingmasing Control Center antara lain:
3.3. Tugas JCC
-
Melakukan operasi pengaturan jaringan pada saluran tegangan extra tinggi 500 kV baik
pengaturan daya maupun tegangan.
Melakukan operasi pengaturan jaringan pada saluran tegangan tinggi 150 kV dan 70 kV,
baik dalam rangka pengaturan daya maupun tegangan.
Membantu tugas ACC dalam melakukan pengaturan jaringan pada jaringan 150 kV dan 70
kV diwilayahnya.
Mengambil alih tugas operator Gardu Induk yang berada dibawah kendali GSC, sehingga
dengan demikian Gardu-gardu secara bertahab dapat menjadi Gardu Induk Tanpa Operator
- 12 -
( GITO ) . Untuk GI tanpa operator ini GSC mendapat tugas tambahan memantau beberapa
teleinformasi yang sifatnya tidak langsung dibutuhkan untuk operasi real-time, tapi ini
diperlukan oleh regu pemeliharaan ( sebagai contoh kondisi power supply panel, power
supply untuk telekomunikasi dan seluruh alarm peralatan yang terpasang di gardu tersebut.
3.6. Tugas DCC
Disamping hirarki yang tercantum diatas ada suatu Control Center diluar P3B yang disebut
DCC ( Distribution Control Center ) adapun tugas DCC adalah:
-
Menjaga sikuriti pasokan daya ke Gardu Hubung yang langsung disalurkan ke konsumenkonsumen diwilayah kerjanya masing-masing.
- 13 -
- 14 -
Saguling yang sangat dibutuhkan untuk menunjang keandalan sistem tenaga listrik Jawa-Bali,
karena ditinjau dari segi bahan bakar adalah yang termurah disamping itu telah dipasang
peralatan LFC yang dapat mengatur Frekwensi secara otomatis melalui peralatan SCADA.
Tidak lama kemudian menyusul beroperasinya LFC PLTA Cirata yang terdiri dari 4 Unit
pembangkit yang masing-masing mempunyai kapasitas 125 MW.
Dengan adanya pengembangan Gardu-Gardu Induk dan Unit-Unit pembangkit tenaga listrik
Jawa Bali sampai saat sekarang sudah ada 10 Unit Pembangkit yang sudah menggunakan
fasilitas LFC yaitu :
-PLTA Saguling
( 4 X 175 MW )
-PLTA Cirata
( 8 X 125 MW )
( 1 X 550 MW )
( 1 X 550 MW )
-PLTU Paiton
( 2 X 400 MW )
-PLTGU Grati
( 1 X 500 MW )
-PLTGU Muarakarang
( 1 X 500 MW )
-PLTU Muarakarang
( 2 X 200 MW )
( 2 X 600 MW )
( 2 X 200 MW )
( 1 X 400 MW )
-PLTU Suralaya
( 3 X 600 MW )
Disamping lokasi-lokasi tersebut diatas ada beberapa pengembangan peralatan SCADA LFC
yang sedang dalam proses pemasangan dan pengetesan diantaranya adalah :
-PLTU Tambaklorok 150
( 1 X 200 MW )
( 1 X 500 MW )
( 2 X 500 MW )
( 4 X 125 MW )
LFC hanya dapat beroperasi pada saat jaringan sistem tenaga listrik dalam kondisi normal.
Pada saat sistem tenaga listrik mengalami gangguan atau lepas interkoneksi (Separated
Network) di salah satu Gardu Induk atau Pembangkit maka LFC secara otomatis akan OFF.
Untuk mengetahui terjadinya Separated Network, di Master komputer terdapat suatu program
Network Topologi yang berfungsi untuk memonitor jaringan tenaga listrik.
- 15 -
Jaringan sistem tenaga listrik akan lebih baik mutu frekwensinya apabila lebih banyak unit
pembangkit yang ikut berpartisipasi menggunakan LFC. Disamping itu pembangkitan akan
bekerja lebih stabil atau bekerja lebih ringan apabila banyak Unit yang beroperasi dengan LFC.
Antara Unit satu dengan unit yang lain saling berpacu untuk memperbaiki mutu frekwensi
biasanya PLTA adalah unit yang paling cepat dalam menerima respon dari Master Station dan
Unit2 yang bekerja lebih lambat bisa membantu untuk perbaikan Frekwensi.
Pembagian fungsi LFC
Ditinjau dari sistem tenaga listrik LFC dapat dibagi menjadi 3 fungsi yaitu :
-
Diantara ketiga fungsi tersebut diatas yang dipergunakan di sistem tenaga listrik Jawa-Bali
adalah fungsi pengaturan Frekwensi. Apabila program LFC di Master Station tidak diaktifkan,
maka tidak ada pula perintah yang dikirim ke unit pembangkit, karena perintah
- 16 -
harus
terpusat dari satu Master dan disebar keseluruh Unit Pembangkit yang menggunakan
fasilitas LFC.
4.4. System komunikasi SCADA LFC.
LFC adalah salah satu bagian dari input/output pada peralatan RTU yang terpasang di Unit
pembangkit ( TM, TS, RCA dan RCD )
Dari Master Station ( Pusat Kontrol ) mengirim signal N ( level ) yang besarnya antara 1 s/d
+1 ke semua unit yang berpartisipasi menggunakan LFC. Besarnya level N tersebut
dihasilkan dari perhitungan komputer di Master Station yang berdasarkan frekwensi sistem
dan jumlah total bandwide beban dari masing-masing unit pembangkit yang telah ditentukan
oleh operator (Dispatcher).
Dalam pengoperasian LFC ada beberapa parameter yang dibutuhkan baik dari Master
Station maupun dari Unit pembangkit a.l :
-
( Po ) dalam MW
( Po ) dalam MW
- 17 -
otomatis akan mati (LFC Off) dan untuk pengaturan beban diambil aleh oleh operator unit
secara manual.
4.8. Prinsip kerja LFC
LFC bekerja full automatic yang diatur oleh komputer di Master Station kemudian setelah
sampai di unit pembangkit diatur oleh suatu peralatan yang disebut Load Coordinator yang
langsung berhubungan dengan peralatan control unit pembangkit.
Antara komputer di Master Station dan Load Coordinator saling mengontrol bila terjadi alarm
di salah satu sisi maka menyebabkan LFC Off dan bila ini terjadi, maka unit pembangkit
menerima data terakhir yang dikirim dari Master/RTU.
Prinsip kerjanya sangat simpel, yaitu ketika LFC beroperasi maka beban unit pembangkit
akan berubah sebagai berikut :
-Output Unit Pembangkit = P = Po + N.Pr dimana
-P
-Po = Power yang diset oleh operator unit.(sesuai permintaan dari Master).
-Pr = 50% dari bandwide yang diset operator unit (sesuai permintaan Master).
-N
Bila terjadi gangguan LFC ( LFC Off ) maka tidak ada pengaturan yang otomatis dari Master
Station dan pengaturan diambil alih oleh operator Unit Pembangkit secara manual.
Pada kondisi LFC normal untuk pembebanan Unit operator harus menyesuaikan perintah
dari Master yaitu Po = Po dan Pr = Pr .
Apabila terjadi ketidak samaan antara permintaan dari Master dengan pengesetan di unit
pembangkit ( Po tidak sama Po atau Pr tidak sama Pr ) maka kemungkinan LFC akan blok.
- 18 -
Contoh :
MW
P Max
Po + Pr
Bandwide
Perubahan
beban Unit
Po
Po - Pr
P Min
Unit Pembangkit
Kita ambil contoh misal Unit Pembangkit mempunyai kapasitas Max 150 MW.
Ditentukan Po = 100 MW
Pr = 25 MW dan
N perhitungan dari komputer menghasilkan + 1 maka berdasarkan rumus diatas
P = Po + Pr.N
Jadi generator Unit pada kondisi seperti ini harus membangkit 125 MW dan besarnya unit
untuk membangkit tergantung berasnya level N yang dikirim oleh komputer Master .
Dengan demikian untuk contoh ini unit pembangkit bisa membangkitkan beban antara 75 s/d
125 MW.
4.9. Frekwensi Meter
Pemantauan Frekwensi sangat diperlukan oleh Master kontrol dan frekwensi ini pula yang
dibutuhkan untuk program LFC di komputer Master, oleh karena itu di Master Station harus
dipasang minimal satu buah alat untuk memonitor Frekwensi sistem dan lebil andal lagi
apabila dipasang dua buah Frekwensi meter yang bekerja secara Master dan Slave yang
- 19 -
berfungsi bila terjadi gangguan Master Frekwensi meter maka secara otomatis Frekwensi
meter Slave mengambil alih menjadi master sehingga LFC tidak terganggu.
Bila kejadian kedua alat tersebut terganggu, dari frekwensi meter mengirim alarm ke
komputer dan LFC langsung blok sehingga level N yang dikirim ke Unit Pembangkit yang
saat itu menggunakan LFC akan blok dengan harga terakhir secara kontinyu selama belum
ada pemberitahuan dari operator di Master Station bahwa LFC terganggu.
Untuk memperkecil terjadinya gangguan monitoring Frekwensi dapat diambil langkah sbb :
-
Pasang alat yang dapat bekerja secara otomatis untuk memindahkan sumber input
apabiala salah satu sumber tegangan/Frekwensi terganggu.
Pasang dua buah Frekwensi meter di Master Station agar dapat bekerja bergantian.
Contoh :
BB 500 kV
BB 150 kV
PT
PT
Gardu Induk
220 V
Kontrol Center
220 V
Trans
Frek. meter
Frek. meter
XXX
Iindikator
Recorder
Komputer 1
Komputer 2
DIF
RTU
- 20 -
- 21 -
F = F Fo ).
Disamping itu juga berdasarkan dari jumlah Pr dari seluruh unit pembangkit yang
menggunakan LFC saat itu.
Dengan ketentuan tersebut diatas komputer secara Real Time menghitung berapa
besarnya level N yang harus diberikan.
4.16. Pengukuran Frekwensi
LFC harus menggunakan Frekwensi yang terpasang di kontrol senter walaupun disetiap GI
ada fasilitasnya dan dapat dimonitor karena untuk menghindarkan kesalahan perhitungan .
Frekwensi-frekwensi yang datang dari gardu induk ini berfungsi sabagai referensi apabila
terjadi gangguan terpisahnya sistem interkoneksi ( separated network ).
- 22 -
- 23 -
- 24 -
- 25 -