Anda di halaman 1dari 4

WORKSHOP DISTRIBUSI 2012

JAKARTA, 23 24 FEBRUARI 2012


1

















1. Pendahuluan
Bagian distribusi adalah ujung tombak penyaluran
tenaga listrik dari pembangkit kepada masyarakat.
Banyak permasalahan yang muncul pada bidang ini
dan salah satunya adalah terhentinya aliran listrik
kepada pelanggan. Hal ini bisa dikarenakan oleh
kesengajaan dengan tujuan untuk melakukan
pemeliharaan tetapi bisa juga karena ada gangguan
yang tidak diinginkan.
Lamanya padam akibat gangguan tidak bisa
dipastikan karena sangat tergantung pada jenis
gangguan yang terjadi serta kesigapan petugas PLN
dalam menanganinya. Intinya, aliran listrik dapat
dinormalkan kembali ketika penyebab gangguan
sudah ditemukan dan dihilangkan. Semakin cepat
petugas menemukan penyebab beserta lokasinya
maka semakin cepat pula menyingkirkannya dan
otomatis akan semakin cepat pula padamnya.
Ada suatu cara untuk menghitung jarak titik
gangguan menggunakan rumus-rumus fisika dan
matematika. Tetapi hal itu terlalu rumit dan tidak
semua orang bisa memahaminya dengan mudah.
Diperlukan diklat khusus yang waktunya tidak
sebentar dan pesertanya terbatas.
Untuk itu, perlu kiranya meneliti cara
menentukan titik gangguan dengan metode yang
sederhana dan tidak membutuhkan peralatan yang
canggih tetapi bisa memberikan acuan dalam
menelusuri penyebab gangguan ketika listrik padam.
Dengan tujuan agar lebih mudah dipahami dan
diterima oleh semua kalangan petugas di dinas
gangguan.
PERHITUNGAN TITIK GANGGUAN ISOLATOR RETAK
RAMBUT MENGGUNAKAN MEGGER
Adnan Anwar
1
, Ayi Miftahusurur
2

1
Assistant Engineer Perencanaan Dan Evaluasi Sistem Distribusi, Area Cianjur
2
Manajer Rayon Mande, Area Cianjur

Salah satu permasalahan yang masih dihadapi oleh PT. PLN(Persero) khususnya bidang distribusi
adalah gangguan yang terjadi di jaringan tegangan menengah. Hal ini menyebabkan padamnya aliran
listrik untuk sementara yang lamanya tergantung pada kesigapan petugas dalam menyelesaikan
gangguan tersebut. Padamnya aliran listrik akibat gangguan bisa dipercepat dengan cara segera
menemukan lokasi gangguan Prinsipnya, jika lokasi gangguan cepat diketahui maka juga bisa segera
disingkirkan dan aliran listrik bisa dinormalkan kembali. Pada makalah ini, penulis mencoba
menelaah cara memprediksi lokasi gangguan berdasarkan arus gangguan yang muncul dan bantuan
alat satu buah megger. Cara ini didapat dari penelitian langsung atas gangguan yang pernah terjadi di
Area Cianjur. Perhitungan hanya menggunakan prinsip aljabar perbandingan(kali dan bagi),
sementara penggunaan megger di lingkungan PLN bukan hal yang asing lagi. Dari studi kasus
kejadian gangguan di Sub Penyulang Ciloto akibat isolator retak rambut, penulis menerapkan metode
ini dan hasilnya akurat. Di mana dari hasil perhitungan dengan metode ini didapat titik gangguannya
terletak di tiang CMC TO 01R28L2, setelah dilakukan penelusuran, ternyata titik gangguan isolator
retak rambut ada di tiang yang sama. Keunggulan dari metode ini adalah lebih mudah sehingga bisa
dipahami oleh semua petugas PLN serta hanya menggunakan megger yang sudah sangat familiar di
lingkungan PLN. Dengan demikian, diharapkan pemadaman akibat gangguan di jaringan tegangan
menengah bisa segera diketemukan dan akhirnya waktu pemadamannya pun tidak terlalu lama.
Gangguan, padam, arus gangguan, megger
WORKSHOP DISTRIBUSI 2012
JAKARTA, 23 24 FEBRUARI 2012
2

2. Deskripsi Masalah
Pada tanggal 27, 28, dan 29 Maret 2007 terjadi
gangguan di penyulang Cipanas, tepatnya di sub
penyulang Ciloto. PMT yang mengalami trip adalah
di GH Cimacan dengan catatan arus gangguan
sebagai berikut :
Fasa 27 Maret 28 Maret 29 Maret
R 81,2 81,2 99
S 343 197 285
T 87 87 97
N 203 116 168

Dari ketiga kejadian tersebut, rele yang bekerja
adalah GFR fasa 2. Maka, petugas mempunyai
hipotesa bahwa penyebab gangguan masih tetap ada
dan jika tidak segera diketemukan maka akan terus
terjadi gangguan setiap hari khususnya pada waktu
beban puncak.
Permasalahannya adalah bagaimana cara
mengetahui titik gangguan hanya dengan berdasarkan
peralatan seadanya, yaitu kalkulator dan megger saja.
Dan ini harus dilakukan dengan cepat sebelum
terulang lagi kejadian tersebut.
Di waktu yang lain pernah terjadi gangguan
dengan arus gangguan netral sebesar 420 A di mana
titik gangguan diketemukan di tiang MKA PRN
39L181R02 atau setara dengan jarak 16,8 Kms. Data
yang sudah ada ini dijadikan sebagai acuan awal
untuk menentukan letak titik gangguan selanjutnya.
3. Landasan Teori
Hukum Ohm
Hambatan atau disebut juga tahanan atau
resistansi adalah sesuatu yang sering dibicarakan
dalam bidang fisika elektronika. Apa sebenarnya
fungsi dari hambatan tersebut? Dari data pengamatan
kalian menunjukkan ada hubungan yang menarik
antara kuat arus dan hambatan. Jika nilai hambatan
diperbesar maka kuat arus akan menurun untuk beda
potensial yang tetap, sehingga bisa ditulis,

Persaman di atas menunjukkan bahwa hambatan
berbanding terbalik dengan kuat arus. Jika nilai
hambatan konstan maka hubungan antara kuat arus
dan beda potesial adalah berbanding lurus, dengan
kata lain semakin besar beda potensial makin besar
kuat arusnya. Secara matematika dapat ditulis,

Penggabungan kedua persamaan dapat ditulis,

Persamaan di atas disebut hukum Ohm, dengan R
adalah hambatan yang dinyatakan dalam satuan ohm
ditulis dalam simbol (omega). Berdasarkan hukum
Ohm, 1 ohm didefinisikan sebagai hambatan yang
digunakan dalam suatu rangkaian yang dilewati
kuat arus sebesar 1 ampere dengan beda potensial 1
volt. Oleh karena itu, kita dapat mendefinisikan
pengertian hambatan yaitu perbandingan antara beda
potensial dan kuat arus.

Grafik 3.1 Grafik V terhadap I
Hambatan listrik suatu penghantar merupakan
karakteristik dari suatu bahan penghantar tersebut
yang mana adalah kemampuan dari penghantar itu
WORKSHOP DISTRIBUSI 2012
JAKARTA, 23 24 FEBRUARI 2012
3

untuk mengalirkan arus listrik, yang secara matematis
dapat dituliskan:
R =



dengan :
R : Hambatan listrik suatu penghantar ()
: Resitivitas atau hambatan jenis (. m)
L : Panjang penghantar (m)
A : Luas penghantar ( m)

4. Diskusi
Jika dilihat kejadian padamnya aliran listrik pada
sub penyulang Ciloto pada tanggal 27, 28, dan 29
Maret 2007 maka dapat kita hitung rata-rata arus
gangguan pada fasa netral adalah :

= 168 A
Sudah dijelaskan sebelumnya bahwa pada
kejadian sebelumnya pada arus gangguan fasa netral
sebesar 420 A jarak titik penyebab gangguannya
adalah 16,8 Kms. Data ini dijadikan sebagai dasar
perhitungan awal dengan membandingkan arus
gangguan tersebut dengan arus gangguan rata-rata
yang sudah didapatkan sebelumnya sebagai berikut :

x 16,8 Kms = 6,49 Kms


Hasil dari perhitungan tersebut adalah prediksi
jarak gangguan dengan penampang 150 mm
2

sementara sub penyulang Ciloto mempunyai
penampang penghantar sebesar 70 mm
2
. Untuk itu
perlu dikalibrasi ulang.
Dengan demikian maka jarak gangguan untuk
penampang 70 mm
2
berdasarkan jarak gangguan
untuk penampang 150 mm
2
adalah sebagai berikut :
R
1
= R
2


Karena hambatan jenis keduanya sama maka
dapat dihilangkan sehingga menjadi :


Hasil akhirnya L
2
dapat dicari dengan
menggunakan rumus :
L
2
=

x L
1

L
2
=

x 6,49 Kms
L
2
= 3,0302 Kms
Dengan demikian, prediksi jarak titik gangguan
pada sub penyulang Ciloto adalah 3,0302 Kms
dihitung dari titik pengukuran yaitu GH Cimacan.
Jika kita asumsikan bahwa 1 gawang jaraknya 60
meter dan panjang kabel naik sebesar 100 meter
maka pada jarak tersebut setara dengan 48,8 gawang
atau bisa dibulatkan menjadi 49 gawang.
Maka dilakukan penelusuran pada jarak tersebut.
Di sini dibutuhkan ketelitian dari petugas untuk
mengetahui potensi gangguan yang bisa
menyebabkan gangguan. Karena jarak tersebut
adalah prediksi maka bisa meleset beberapa gawang.
Sehubungan tidak diketemukan penyebab gangguan
secara visual maka dilakukan pengukuran dengan
membuka jumper pada tiang CMC TO 01R28L21(50
tiang dari GH CMC).
Pengukuran dilakukan secara dua arah yaitu pada
tiang CMC TO 01R28L22 yang bertepatan dengan
gardu PDR dan CMC TO 01R28L27. Hal ini
dikarenakan pada tiang sebelumnya masih ada
tegangan(titik pembukaan jumper). Hasilnya adalah
sebagai berikut :
Pada tiang CMC TO 01R28L22 arah ke L27
Phasa 1 4 G
Phasa 2 3 G
Phasa 3 6 G
WORKSHOP DISTRIBUSI 2012
JAKARTA, 23 24 FEBRUARI 2012
4


Pada tiang CMC TO 01R28L27 KE ARAH L21
Phasa 1 10 G
Phasa 2 12 G
Phasa 3 10 G
Jarak antara tiang CMC TO 01R28L22 ke CMC
TO 01R28L27 adalah 6 gawang dengan jarak tiap
gawang adalah 60 meter, maka jarak seluruhnya
adalah 360 meter. Sehubungan gangguan ada di fasa
tengah maka dilakukan perhitungan di fasa tengah
sebagai berikut :
Total tahanan = 3 G + 12 G = 15 G
Prediksi titik gangguan dihitung menggunakan rumus
:
Dihitung dari tiang CMC TO 01R28L22
=

x 6 gawang = 1,2 gawang


Dibulatkan menjadi 1 gawang
Dihitung dari tiang CMC TO 01R28L27
=

x 6 gawang = 4,8 gawang


Dibulatkan menjadi 5 gawang







Satu gawang dari tiang CMC TO 01R28L22
adalah ditiang R21 dan R23 tetapi karena di tiang
R21 bertegangan maka dilakukan pengamatan visual
di tiang R23 dengan cara menaiki tiang tersebut.
Hasilnya tidak diketemukan penyebab gangguannya.
Tindakan selanjutnya adalah memadamkan aliran
listrik sehingga di tiang CMC TO 01R28L21 menjadi
tidak bertegangan dan bisa dilakukan pengamatan
visual dengan menaiki tiang. Hasilnya adalah
diketemukan penyebab gangguan berupa isolator
retak rambut di tiang tersebut.
Setelah dilakukan perbaikan, ternyata tidak terjadi
lagi gangguan di sub penyulang Ciloto. Dengan
demikian dapat diambil kesimpulan bahwa penyebab
gangguan pada tanggal 27, 28, dan 29 Maret 2007 di
sub penyulang Ciloto adalah isolator retak rambut di
tiang CMC TO 01R28L21.
5. Kesimpulan
Dari hasil perhitungan di atas maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
a. Gangguan pada suatu penyulang dapat dijadikan
panduan awal dalam memprediksi titik gangguan
pada waktu setelahnya
b. Dengan menggunakan megger dan aljabar
sederhana dapat ditemukan jarak gangguan di sub
penyulang Ciloto yaitu pada tiang CMC TO
01R28L21.

Anda mungkin juga menyukai