Anda di halaman 1dari 10

Analisa Arus Hubung Singkat untuk Koordinasi Setting

Relay Proteksi Incoming dan Outgoing pada Sisi 20 kV di


Gardu Induk Solok

M. Irfaq 1, Z. Zulkarnaini2*
1
Jurusan
Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Institut Teknologi Padang
2,3
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Institut Teknologi Padang
*
Corresponding author: Zulkarnainieva@gmail.com

ABSTRAK
Feeder Selayo di Gardu Induk Solok adalah feeder yang memiliki panjang saluran 9 km dan menggunakan
kawat AAAC dengan luas penampang 150 mm2 . Penelitian ini membahas tentang arus gangguan per km
dari panjang saluran yakni 1%, 5%, 10%, 25%, 50%, 75%, 100%. Melakukan Perhitungan impedansi
sumber, impedansi transformator tenaga, impedansi jaringan, arus hubung singkat 3-fasa dan 1-fasa ke
tanah dan tidak membahas 3-fasa ke tanah serta 2-fasa ke tanah. Dari hasil tersebut, penelitian ini berkaitan
dengan menentukan waktu kerja relai proteksi untuk dievaluasi dengan setting waktu kerja sebelumnya.
Arus gangguan yang terjadi pada panjang saluran 1% 3-fasa sebesar 10737,03 A dan panjang saluran 100%
3-fasa sebesar 3121,60 A. Waktu kerja relay proteksi dari panjang 1% - 100% adalah dengan rentang waktu
1 – 1,5 s untuk OCR dan 0,4 – 1 s untuk GFR. Untuk pengamanan arus gangguan tersebut disetting waktu
kerja relai proteksi OCR, GFR dan moment pada sisi imcoming, dan outgoing yang telah ditentukan
sebelumnya. Selisih waktu kerja relay outgoing untuk OCR adalah 0,125s dan GFR 0,35s, sehingga tidak
memungkinkan terjadinya Trip bersamaan.

Kata Kunci: Arus Gangguan, Sistem Proteksi, OCR.

ABSTRACT
The Selayo Feeder at the Solok Substation is a feeder that has a channel length of 9 km and uses AAAC
wire with a cross-sectional area of 150 mm2. This study discusses fault currents per km of channel length,
namely 1%, 5%, 10%, 25%, 50%, 75%, 100%. Perform calculations of source impedance, power
transformer impedance, network impedance, 3-phase and 1-phase short-circuit current to ground and do
not discuss 3-phase to ground and 2-phase to ground. From these results, this study relates to determining
the working time of the protection relay to be evaluated by setting the previous working time. The fault
current that occurs in the 1% 3-phase line is 10737.03 A and the 100% 3-phase line is 3121.60 A. The
protection relay working time from 1% - 100% is with a time span of 1 – 1, 5 s for OCR and 0.4 – 1 s for
GFR. To safeguard the fault current, the operating time of the OCR, GFR and moment protection relays
on the incoming and outgoing sides has been determined previously. The difference between the outgoing
relay working time for OCR is 0.125s and GFR 0.35s, so it is not possible to have simultaneous trips.

Keywords: Fault Current, Protection System, OCR.

1. PENDAHULUAN
Gardu Induk merupakan sub sistem dari sistem transmisi tenaga listrik, atau merupakan
satu kesatuan dari sistem transmisi atau penyaluran. Sebagai sub sistem dari sistem
transmisi, Gardu Induk mempunyai peranan yang sangat penting, dalam
pengoperasiannya tidak dapat dipisahkan dari sistem transmisi secara keseluruhan.[1].

194
Suatu sistem tenaga listrik sering dihadapkan dengan masalah gangguan yang dapat
menyebabkan pemasokan energi listrik terganggu. Gangguan hubung singkat merupakan
salah satu jenis gangguan yang dapat menyebabkan penyaluran energi listrik terhambat.
Gangguan hubung singkat biasanya disebabkan karena kerusakan bahan isolasi pada
penghantar. Gangguan hubung singkat secara mekanik dapat menyebabkan kerusakan
pada sistem maupun pada peralatan elektronik, dan secara ekonomi dapat menyebabkan
kegiatan produksi dan distribusi menurun atau terhenti [2].

Beberapa waktu yang lalu pernah telah terjadi gangguan yaitu kebakaran yang terjadi di
Gardu Hubung PLN Alahan Panjang yang menghubungkan antara Gardu Induk Solok
(wilayah surian) dan Solok selatan. Kebakaran ini disebabkan oleh hubung singkat dan
menyebabkan pemadaman listrik lebih dari satu jam. Dengan adanya gangguan tersebut
diatas, hubung singkatlah yang menjadi penyebabnya, dan bagaimana settingan relay
pengamannya, apakah sudah pas atau belum sampai mengakibatkan kebakaran tersebut.
Beberapa jurnal terkait seperti Riska Salsabila Sugiarto yang melakukan studi dalam
perhitungan setting relay proteksi transformator 2 untuk menghindari terulangnya
gangguan yang terjadi. Gangguan pada penyulang Lakarsantri diakibatkan oleh
terbakarnya gardu hubung di daerah Citraland [3].

Yenni Afrida juga melakukan studi analisa kegagalan koordinasi proteksi pada penyulang
semar, Unit layanan pelanggan Bandarjaya. [4]. Pada tahun 2016 Faisal Oktavian
Suryaadmaja melakukan studi tentang evaluasi koordinasi setting relay proteksi OCR
pada jaringan tegangan menengah 20 kv memastikan koordinasi sistem proteksi jaringan
tegangan menengah PT Apac Inti Corpora telah memenuhi standar persyaratan sistem
proteksi [5].

Pada jurnal Adhi Warsito juga mempelajari tentang efek pemasangan Pembangkit
Terdistribusi ( PT ) terhadap perubahan besarnya nilai arus gangguan yang mungkin
terjadi dan imbasnya pada koordinasi setting proteksi dari relay arus lebih pada sebuah
jaringan distribusi 20 kV [6]. Agus Siswanto pada jurnalnya ditahun 2020 juga
menjelaskan bahwa salah satu komponen proteksi trafo adalah CT (trafo arus) yang
berfungsi sebagai pembaca arus proteksi relay, apabila terjadi gangguan maka relay
proteksi mendeteksi adanya keabnormalan sehingga memberikan sinyal trip pada PMT
(pemutus Tenaga) untuk memutus rangkaian listrik [7].

Subianto pada tahun 2015 menganalisa tentang setting relay differensial pada
transformator PT.PLN keramasan Palembang dengan hasil perhitungan arus hubung
singkat 3 fasa sisi primer 150 kV adalah 1204,57 Ampere dengan nilai relay penyetelan
Arus Diferensial 1,99 Ampere, dinyatakan bahwa Relay Diferensial tidak berfungsi
karena relay penyetel arus lebih besar dari perhitungan arus hubung singkat 3 fasa [8].
Riska Salsabila Sugiarto yang melakukan studi dalam perhitungan setting relay proteksi
transformator 2 untuk menghindari terulangnya gangguan yang terjadi.

Agus Siswanto pada jurnalnya ditahun 2020 juga menjelaskan bahwa salah satu
komponen proteksi trafo adalah CT (trafo arus) yang berfungsi sebagai pembaca arus
proteksi relay, apabila terjadi gangguan maka relay proteksi mendeteksi adanya
keabnormalan sehingga memberikan sinyal trip pada PMT (pemutus Tenaga) untuk
memutus rangkaian listrik.

195
Oleh karena itu perlu dilakukan analisa arus hubung singkat dan settingan relay proteksi
ini dan penulis akan melakukan analisa arus hubung singkat ini pada jaringan distribusi
20 kV di Gardu Induk Solok.

2. METODE
Maksud dari penelitian ini adalah untuk menganalisa karakteristik arus gangguan hubung
singkat phasa-phasa dan satu phasa ke tanah mulai dari titik sumber gangguan pada
saluran transmisi 150 kV sampai titik sumber gangguan distribusi 20 kV dan juga untuk
memperhitungkan beberapa nilai setelan untuk relay proteksi yang digunakan. Pada
permasalahan ini, relay yang digunakan adalah relay gangguan tanah (GFR) dan relay
arus lebih (OCR).

Penelitian ini meliputi 4 step atau 4 proses metode. Pertama mengkaji besar impedansi
sumber (reaktansi), yang dalam hal ini diperoleh dari data hubung singkat di bus 20 kV.
Kemudian menghitung impedansi pada masing-masing penyulang dan besarnya nilai
impedansi eqivalen pada masing-masing penyulang. Selanjutnya melakukan perhitungan
sesuai dengan koordinasi relay gangguan tanah. Dan terakhir baru melakukan evaluasi
terhadap koordinasi relay dalam kondisi existing dan melakukan optimalisasi terhadap
kondisi existing tersebut.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Dari observasi atau pengambilan data di lapangan, dan untuk perhitungan analisa yang
akan dilakukan, tentu dibutuhkan data-data real yang ada di Gardu Induk Solok, seperti
data-data sumber atau transformator tenaga, data-data konkrit pada saluran distribusi 20
kV gardu Induk Solok, data rasio CT dan juga data impedansi pada saluran.
Pada penelitian ini dilakukan 3 cara analisa,
1. Dilakukan analisa atau simulasi menggunakan aplikasi ETAP 12.60 menggunakan
data real yang didapat dari lapangan atau Gardu Induk Solok feeder Selayo
2. Dilakukan perhitungan manual ntuk menentukan arus set dan waktu kerja relay
berdasarkan nilai arus gangguan yang ada.
3. Melakukan simulasi menggunakan aplikasi ETAP 12.60 menggunakan data hasil
dari perhitungan manual.

196
3.1 Simulasi Etap 12.60

Gambar 1. Single Line Gardu Induk Solok Feeder Selayo

Dengan menggunakan data-data real yang didapatkan dari lapangan, dengan setingan
relay yang ada atau yang saat ini dipakai di Gardu Induk Solok, maka didapat grafik
koordinasi relay proteksi seperti gambar 2 di bawah ini.

Gambar 2. Grafik Kinerja Relay di Lapangan

197
3.2 Perhitungan Manual
Untuk menghitung impedansi sumber dibutuhkan data arus gangguan tertinggi 3-fasa (ihs) di
gardu induk solok untuk menghitung daya semu hubung singkat (ssc) di bus 150 kV gardu
induk solok dan reaktansi sumber. data ihsc dapat dilihat dari gambar berikut:
Tabel 1: Data Arus Hubung Singkat UPT Padang

Berdasarkan tabel diatas dapat dihitung impedansi sumber untuk Gardu Induk Solok,
sebelum menghitung reaktansi sumber, maka harus menghitung daya semu hubung
singkat sisi 150 kV di Gardu Induk Solok dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut:
MVA = I x 150√3
MVA = 6800 x 150√3
MVA = 1766,69 VA

Perhitungan reaktansi sumber dengan persamaan sebagai berikut:


KV
Xsc 150 KV =
MVA
150
=
6800 x 150√3

198
22500
=
1766,69
= 12,735680 ohm
Untuk mengkonversikan reaktansi yang terletak di sisi 150 kV kesisi 20 kV, dilakukan
dengan cara menggunakan persamaan sebagai berikut:
KV x Xsc 150 KV
Xsc 20 KV =
KV
20 x 12,735680
=
150
400 x 12,735680
=
2250
= 0,226412 ohm

Setelah didapatkan data impedansi nya maka didapatkan nilai impedansi penyulang
dengan mehitung besarnya nilai impedansi equivalen untuk urutan positif dan negatif
(Z1eq dan Z2eq) pada Outgoing Feeder Selayo.

Tabel 2: Data Impedansi Urutan Positif dan Negatif Feeder Selayo


Hasil Perhitungan
Panjang Panjang Perhitungan Impedansi
Impedansi Penyulang
No Jaringan Jaringan Penyulang Urutan Posistif
Urutan Posistif dan
(%) (km) dan Negatif ( Z1 & Z2 )
Negatif ( Z1 & Z2 )
1 0% 0,00 0% x (5,405 + 8,263) = 0,0000 + j 0,0000
2 1% 0,09 1% x (5,405 + 8,263) = 0,0541 + j 0,0826
3 5% 0,45 5% x(5,405 + 8,263) = 0,2703 + j 0,4131
4 10% 0,90 25% x (5,405 + 8,263) = 0,5405 + j 0,8263
5 25% 2,25 25% x (5,405 + 8,263) = 1,3513 + j 2,0656
6 50% 4,50 50% x (5,405 + 8,263) = 2,7025 + j 4,1313
7 75% 6,75 75% x ((5,405 + 8,263) = 4,0538 + j 6,1969
8 100% 9,00 100% x (5,405 + 8,263) = 5,4050 + j 8,2625

3.2.1. Menghitungan Perkiraan Lokasi Titik Gangguan Hubung Feeder Selayo


Berdasarkan Panjang Penyulang
a. Menghitung arus hubung singkat 3-fasa
Menghitung arus gangguan hubung singkat 3-fasa dapat dihitung dengan persamaan
sebagai berikut:
Titik gangguan 1%
I3-fasa = ………………………………….……………………………….…….. (1)

199
=
! "#$ %&(()* %(+ %%( "#$)

b. Menghitung Arus Hubung Singkat 1-fasa


Dengan menggunakan persamaan maka dapat kita tentukan arus gangguan hubung
singkat 1-fasa ke tanah sekaligus dapat memperkirakan lokasi titik gangguan pada Feeder
Selayo sebagai berikut
./
I1-fasa = ………………………….……………………………….……..(2)
01 % 201 % 301

Berdasarkan perhitungan diatas maka dapat kita bisa menentukan kemungkinan


terjadinya titik gangguan sesuai dengan persentase panjang saluran. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3: Arus Gangguan Berdasarkan Panjang Jaringan
Panjang Panjang 3-fasa 1-fasa
No Jaringan Jaringan
(%) (KM) (Ampere) (Ampere)

1 0% 0,00 11044,3 288,4


2 1% 0,09 10737,03 288,3
3 5% 0,45 9636,80 287,52
4 10% 0,90 8508,98 286,55
5 25% 2,25 6227,41 283,6
6 50% 4,50 4255,45 278,5
7 75% 6,75 3219,03 273,27
8 100% 9,00 2585,13 267,88

Selanjutnya dilakukan perhitungan untuk menghitung dan menentukan nilai setelan arus
dan waktu kerja relay proteksi itu sendiri. Untuk menghitung besaran nilai arus dan waktu
kerja relay ini harus diketahui dulu beberapa besaran, yaitu :
a. Nilai CT
b. Nilai arus hubung singkat

Sebelum kita mengevaluasi koordinasi setting proteksi, maka kita harus melihat terlebih
dahulu data setting proteksi incoming Feeder Selayo dan outgoing Feeder Selayo,
sehingga kita bisa menghitung waktu kerja relai proteksi saat terjadi arus gangguan.
Setting ini ada beberapa indikasi yaitu Over Current Relay (OCR), Ground Fault Relay
(GFR). Masing–masing indikasi ini yang akan dilihat koordinasinya, jarak aman waktu
kerja OCR dan GFR adalah 300-500 ms atau disebut delta t (∆t), delta t ini ditetapkan
dengan mempertimbangkan waktu kerja PMT, waktu kerja wiring ke Triping Coil, waktu
deviasi error peralatan, waktu kerja kontak.

200
Penyetelan Relai Arus Lebih OCR Dan Relai Gangguan Tanah GFR Pada Penyulang 20
kV, Incoming Trafo 20 kV. Menentukan arus di sisi primer pada relai OCR pada
penyulang 20 kV,adalah sebagai berikut:
Iset 20KV = 1.2 x CT primer
= 1.2 x 400
= 480 A (Primer)

Selanjutnya adalah perhitungan arus di sisi sekunder pada relay OCR adalah sebagai
berikut :
4)05 6 78 9:;<=:
Iset 20 KV =
:> ;? @A
BC6 D
=
B66 / F

= 6 A (Sekunder)

Dan untuk menghitung arus disisi primer GFR pada penyulang 20 kV adalah sebagai
berikut :
Iset 20KV = 0.2 x CT primer
= 0.2 x 400
= 80 A (Primer)

Selanjutnya adalah perhitungan arus di sisi sekunder pada relay OCR adalah sebagai
berikut :
4)05 6 78 9:;<=:
Iset 20 KV = :> ;? @A
C6 D
=
B66 / F

= 1 A (Sekunder)

Setelah didapatkan nilai I set nya maka akan didapat nilai setingan waktu kerja relay
seperti tabel di bawah:
Tabel 4 : Waktu Kerja Relai Out Feeder Selayo
Panjang Jaringan Panjang Jaringan 3 Phasa 1 Phasa
No.
(%) ( km ) (s) (s)
1 1 0,09 0,43 1,35
2 5 0,45 0,43 1,35
3 10 0,9 0,44 1,35
4 25 2,25 0,47 1,36
5 50 4,50 0,55 1,39
6 75 6,75 0,64 1,41
7 100 9,00 0,73 1,43

201
Dari dua metode pembahasan diatas, menggunakan simulasi etap dan juga perhitungan
secara manual, maka didapat beberapa perbedaan terutama perbedaan pada setting waktu
relay. Perbedaan atau selisih settingan waktu relay ini akan kami rekap dalam tabel di
bawah ini.
Tabel 5: Settingan relay default dan setelah perhitungan
Besar Gangguan Settingan default Settingan hasil
No
(kA) (s) perhitungan (s)
1 1 40 8
2 2 8 1,6
3 3 1,8 0,6
4 5 1,2 0,25
5 10 0,8 0,055

4. KESIMPULAN
Berdasarkan analisa dan perhitungan arus hubung singkatdi Feeder Selayo dapat di
simpulkan sebagai berikut:
1. Sistem proteksi arus lebih di Gardu Induk Solok menggunakan relay “REF 615”
dengan setingan waktu relay 1 detik
2. Dengan settingan yang ada saat ini setelah disimulasikan menggunakan ETAP
12.60 terlihat jelas bahwa waktu kerja relay tersebut masih terlalu tinggi atau
responnya masih terlalu lama
3. Setelah dilakukan perhitungan manual dan langsung disimulasikan dengan ETAP
12.60, maka setingan waktu dial yang pas adalah 0,2 detik untuk OCR dan 0,250
untuk GFR. Sehingga respon relay akan lebih cepat dibandingkan settingan awal
dengan arus gangguan yang sama.

5. DAFTAR PUSTAKA
[1] Yusmartato, L. Parinduri, and Sudaryanto, “Pembangunan Gardu Induk 150 kV di
Desa Parbaba Dolok Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir,” J. Electr.
Technol., vol. 2, no. 3, pp. 13–18, 2017.
[2] A. S. Sampeallo, N. Nursalim, and P. J. Fischer, “Analisis Gangguan Hubung
Singkat Pada Jaringan Pemakaian Sendiri Pltu Bolok Pt. Smse (Ipp) Unit 3 Dan 4
Menggunakan Software Etap 12.6.0,” J. Media Elektro, no. 0380, pp. 79–88, 2019,
doi: 10.35508/jme.v8i1.1442.
[3] R. S. Sugiarto, U. Hanik, and B. E. Prasetyo, “Studi Kinerja Relay Proteksi pada
Transformator II 150/20 KV 50 MVA dengan Penyulang Lakarsantri di GIS
Karangpilang PT. PLN (Persero) UPT Malang ULTG,” ELPOSYS J. Sist.
Kelistrikan, vol. 8, no. 2, pp. 23–31, 2021, doi: 10.33795/elposys.v8i2.47.
[4] Y. Afrida, R. Mahendra, and Hamimi, “Analisa Kegagalan Koordinasi Proteksi
pada Setting Relay OCR Penyulang Semar di PT PLN (Persero) Unit Layanan
Pelanggan Bandarjaya,” J. Ilm. Tek. Elektro, vol. 1, no. 1, pp. 1–9, 2020.
[5] F. O. Suryaadmaja, S. Handoko, and B. Winardi, “Evaluasi Koordinasi Setting
Relay Proteksi OCR Pada Jaringan Tegangan Menengah 20 kV PT Apac Inti

202
Corpora Semarang dengan ETAP 12.6. 0,” Transient, vol. 5, no. 3, pp. 279–286,
2017.
[6] A. Warsito, M. Facta, and Kartono, “Analisis Evaluasi Setting Relay Ocr Sebagai
Proteksi Pada Jaringan Distribusi Dengan Pembangkitan Terdistribusi (Studi Kasus
Pada Penyulang Bsb 4, Kendal - Jawa Tengah),” J. Transient, vol. 2, 2013.
[7] A. Siswanto, P. A. P. Santi, and T. Susanto, “Perbaikan Pengkabelan Trafo Arus
pada REF (Restricted Earth Fault) dan SBEF (Standby Earth Fault) untuk
Meningkatkan Selektivitas Kerja Relay,” E-JOINT (Electronica Electr. J. Innov.
Technol., vol. 1, no. 1, pp. 7–12, 2020, doi: 10.35970/e-joint.v1i1.195.
[8] Subianto, “Studi Sistem Proteksi Rele Diferensial Pada Transformator Pt. Pln
(Persero) Keramasan Palembang,” pp. 32–41, 2015.

203

Anda mungkin juga menyukai