Anda di halaman 1dari 20

OPTIMALISASI KOORDINASI DOCR

(DIRECTIONAL OVERCURRENT RELAY) PADA


JARINGAN TRANSMISI 150 KV MENGGUNAKAN
SV-MPSO (SIMPLIFIED VELOCITY MODIFIEDPARTICLE SWARM OPTIMIZATION)
(STUDI KASUS PADA GITET 500KV UNGARAN,
SEMARANG-JAWA TENGAH)
Proposal Tugas Akhir

Disusun oleh :
Muhammad Rizki Kurniawan
21060111130078
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
Semarang, Juni 2014

Proposal Tugas Akhir

Optimalisasi Koordinasi DOCR (Directional Overcurrent


Relay) pada Jaringan Transmisi 150 KV Menggunakan
SV-MPSO (Simplified Velocity Modified Particle Swarm
Optimization)
(Studi Kasus Pada GITET 500KV Ungaran, SemarangJawa Tengah)

yang diajukan oleh


Muhammad Rizki Kurniawan
21060111130078
kepada
Jurusan Teknik Elektro
Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
telah disetujui oleh :
Pembimbing I

Pembimbing II

Dr. Ir. Hermawan, DEA


NIP. 19600223 198602 1 001
Tanggal:_________________

Susatyo Handoko, S.T., M.T.


NIP. 19730526 200012 1 001
Tanggal:_____________

Mengetahui,
Koordinator Tugas Akhir

Budi Setiyono, ST. MT.


NIP. 197206302000121001
2

Tanggal:_______________________

ABSTRAK
Sistem proteksi adalah suatu komponen yang sangat penting dalam sistem
penyaluran tenaga listrik. Dengan kehandalan yang baik maka penyaluran
tenaga listrik pun akan semakin baik, salah satunya dengan dapat meminimalisir
gangguan pada sistem system dengan cepat, tepat dan akurat.
Salah satu komponen penting dalam sistem proteksi adalah relay proteksi.
Dalam penelitian ini dibahas mengenai optimalisasi kerja relai arus lebih
berarah (directional over current relay) pada system transmisi 150KV di GITET
500 KV Ungaran, Semarang ,Jawa Tengah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja optimal dari relai arus lebih
berarah dengan menggunakan metode SV-MPSO (Simplified Velocity-Modified
Particle Swarm Optimization). Penelitian ini menggunakan software ETAP 7.50
untuk simulasi jaringan transmisi 150 KV dan relai arus lebih dan MATLAB2008
untuk melakukan simulasi metode optimasi SVMPSO.
Dengan metode ini diharapkan dapat menemukan koordinasi waktu relai yang
baik dan dapat menjadi salah datu referensi dalam menentukan setting time pada
relai arus lebih berarah pada jaringan transmisi 150 KV.
kata kunci:, proteksi, relay, DOCR , transmisi, SV MPSO

I.

JUDUL
Judul Tugas Akhir : Optimalisasi Koordinasi DOCR (Directional

Overcurrent Relay) pada Jaringan Transmisi 150 KV Menggunakan SVMPSO (Simplified Velocity-Modified Particle Swarm Optimization) (Studi
Kasus Pada GITET 500 KV Ungaran, Semarang-Jawa Tengah)
II. KONSENTRASI KEILMUAN
Konsentrasi Keilmuan : Teknik Tenaga Listrik
III. LATAR BELAKANG MASALAH
Pada akhir-akhir ini, kebutuhan manusia akan penggunaan energi listrik
semakin meningkat. Dengan meningkatnya kebutuhan akan energi listrik ini,
maka akan meningkatkan pula kemampuan PLN untuk mensuplai energi
listrik. Suplai energi listrik dengan daya yang besar memiliki perlakuan yang
berbeda dengan suplai energi listrik dengan daya yang kecil. Oleh
karenanya, dibutuhkan pula peralatan yang mampu menunjang pensuplai
energi listrik untuk mengirimkannya menuju ke beban.
Sistem transmisi merupakan penghubung antara pembangkit listrik
dengan system jaringan distribusi. Diharapkan, daya yang dikirim oleh
pembangkit listrik sama dengan daya yang disalurkan oleh beban. Namun
dalam praktiknya, energi listrik yang dikirimkan tidak sepenuhnya dapat
disalurkan. Hal ini dikarenakan oleh adanya rugi-rugi daya. Oleh karena itu
perlu adanya sistem proteksi yang handal yang dapat meningkatkan
kehandalan suatu sistem transmisi tenaga listrik sehingga membantu dalam
meminimalisir rugi-rugi yang terjadi selama proses penyaluran.
Relai arus lebih (OCR) dan relai arus lebih berarah (DOCR) adalah
relai yang sering dipakai dalam sistem proteksi multiloop pada system
transmisi [1].
Pada penelitian ini dibahas lebih lanjut mengenai DOCR karena DOCR
adalah relai yang sering dipakai dan sederhana[1]. Untuk mendapatkan
koordinasi optimal dari DOCR ini digunakan metode SV-MPSO (Simplified

Velocity-Modified Particle Swarm Optimization) yaitu salah satu metode


yang sangat baik untuk menyelesaikan masalah optimalisasi global[1].
Penelitian ini didukung oleh beberapa data awal berupa single line
diagram GITET 500KV Ungaran, pengukuran arus realtime GITET, dan topologi
jaringan feeder GITET. Data-data awal ini berasal dari data topologi jaringan
yang dimiliki PT PLN APP Semarang.
Diharapkan dengan adanya penelitian ini akan membantu pihak terkait,
untuk dapat menentukan nilai setting time pada DOCR yang lebih baik sehingga
mengurangi adanya miss-coordination antar relai yang bekerja saat terjadi
gangguan.
Pada proposal tugas akhir ini, hal - hal yang akan dibahas meliputi:
1. Studi kasus berupa koordinasi dan evaluasi setting arus dan waktu relay
DOCR pada jaringan tranmisi 150KV, yang akan dilakukan di GITET
500KV Ungaran, Jawa Tengah.
2. Keadaan jaringan transmisi berdasarkan data dari APP Semarang berupa
pemetaan jaringan dan dibuat dengan menggunakan software ETAP 7.50
IV. BATASAN MASALAH
Dalam penelitian ini, terdapat beberapa kendala yang dihadapi, yaitu :
1. Penelitian ini berdasar pada studi tentang hubung singkat, sedangkan studi
hubung singkat tidak dapat dilakukan secara nyata dalam bentuk praktek
lapangan. Sehingga untuk mengantisipasinya digunakan program simulasi
menggunakan software ETAP 7.50 untuk menyimulasikan gangguan
tersebut.
2. Data yang ada pada lapangan tidak secara keseluruhan ditampilkan ke
dalam system melaikan sesuai yang dibutuhkan pada software pendukung,
yaitu ETAP 7.00
3. Membahas mengenai DOCR, tidak membahas mengenai jenis relay yang
lain.

V. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian evaluasi setting time proteksi relay DOCR pada jaringan
transmisi 150KV GITET Ungaran adalah :
1. Mengetahui faktor yang mempengaruhi evaluasi setting proteksi pada
jaringan transmisi GITET Ungaran.
2. Mengetahui perbandingan fitness dan total miss coordination antar
relai utama dan relai back-up pada jaringan sistem transmisi 150 KV
GITET Ungaran.
3. Melakukan perhitungan ulang setting arus dan waktu relay DOCR
pada jaringan sistem transmisi 150 KV GITET Ungaran.
4. Mengetahui koordinasi yang baik antar DOCR pada system transmisi
150KV GITET Ungaran.
VI. KAJIAN PUSTAKA
6.1 Kajian Hasil Penelitian Terdahulu
1. Pengkajian yang dilakukan dengan metode yang sama namun dengan
sumber data yang berbeda, yaitu dari IEEE menunjukan bahwa nilai fitness
yang kecil tidak menjamin kecilnya miss-coordination yang terjadi.
Sehingga parameter yang digunakan adalah banyaknya jumlah misscoordination antar relai utama dan relai backup yang terpasang.
6.2 Landasan Teori
1. Pengertian Dasar Proteksi
1. Tujuan Proteksi
Adapun tujuan sistem proteksi dalam sistem tenaga listrik adalah
1. Mencegah

kerusakan

peralatan

yang

terganggu maupun

peralatan yang dilewati oleh arus gangguan


2. Mengisolir bagian sistem yang terganggu sekecil mungkin dan
secepat mungkin
3. Mencegah meluasnya gangguan
Tentunya semua tujuan di atas dapat dicapai dengan adanya
koordinasi antar sistem sehingga dapat terbentuk sistem proteksi
yang benar-benar handal.
2. Fungsi Proteksi

Fungsi Proteksi adalah memisahkan

bagian sistem yang

terganggu sehingga bagian sistem lainnya dapat terus beroperasi


dengan cara sbb :
a. Mendeteksi adanya gangguan atau keadaan abnormal lainnya pada
bagian sistem yang diamankannya (fault detection).
b. Melepaskan bagian sistem yang terganggu (fault clearing).
c. Memberitahu operator
adanya gangguan dan lokasinya
(announciation)
Untuk pengamanan bagian sistem yang lebih penting, digunakan
sistem proteksi yang terdiri dari seperangkat peralatan proteksi yang
komponen-komponen terpentingnya adalah :
a. Relay Proteksi : sebagai elemen perasa yang mendeteksi adanya
gangguan atau keadaan abnormal lainnya (fault detection).
b. Pemutus Tenaga (PMT) : sebagai pemutus arus gangguan di dalam
sirkit tenaga untuk melepaskan bagian sistem yang terganggu.
Dengan perkataan lain membebaskan sistem dari gangguan (fault
clearing). PMT menerima perintah (sinyal trip) dari relay proteksi
untuk membuka.
c. Trafo Arus dan/atau Trafo Tegangan untuk meneruskan arus
dan/atau tegangan dengan perbandingan tertentu dari sirkit primer
(sirkit tenaga) ke sirkit sekunder (sirkit relay) dan memisahkan
sirkit sekunder dari sirkit primernya.
d. Battery (aki) : sebagai sumber tenaga untuk mengetrip PMT dan
catu daya untuk relay (relay digital/ relay statik) dan relay bantu
(auxiliary relay).
Hubungan antara komponen-komponen proteksi sebagai suatu
sistem proteksi yang sederhana dapat dilihat pada Gambar. 6.1.a
untuk sistem tegangan menengah (TM) atau tegangan tinggi (TT),
dan Gambar 6.1.b untuk sistem tegangan ekstra tinggi (TET) yang
menggunakan proteksi dobel (duplicate).

DS
R2

TC1

CB

DS

TC2

TC

CB

CT
VT

R1
B1

B2

CT1

CT2

LINE

CB
R
CT
VT
TC
F

: PMT
: Relay
: Trafo Arus
: Trafo Tegangan
: Trip Coil
: Fuse

: Battery

VT

F1

F2

LINE

Gambar 6.1.a Sistem Proteksi untuk sistem Gambar 6.1.b Sistem Proteksi untuk sistem
tegangan menengah (TM) atau tegangan
tegangan Ekstra Tinggi (TET) menggunakan
tinggi (TT)
system proteksi double

Gambar 6.2 Perangkat System Proteksi Tenaga Listrik

3. Persyaratan Terpenting Pengamanan


1. Kepekaan (Sensitivity)

Pada prinsipnya relay harus cukup peka sehingga dapat mendeteksi


gangguan di kawasan pengamanannya, termasuk kawasan pengamanan
cadangan-jauhnya, meskipun dalam kondisi yang memberikan deviasi
yang minimum.
2. Keandalan (Reliability)
Terdapat 3 aspek dalam syarat keandalan, yaitu :
a. Dependability
Dependability yaitu tingkat kepastian bekerjanya (keandalan
kemampuan bekerjanya).
Pada prinsipnya pengaman harus dapat diandalkan bekerjanya
(dapat mendeteksi dan melepaskan bagian yang terganggu), tidak boleh
gagal bekerja, dengan kata lain dependability-nya harus tinggi.
b. Security
Security atau keamanan yaitu tingkat kepastian untuk tidak salah
kerja (keandalan untuk tidak salah kerja).
Salah kerja adalah kerja yang semestinya tidak harus kerja,
misalnya karena lokasi gangguan di luar kawasan pengamanannya atau
sama sekali tidak ada gangguan, atau kerja yang terlalu cepat atau terlalu
lambat. Salah kerja mengakibatkan pemadaman yang sebenarnya tidak
perlu terjadi. Jadi pada prinsipnya pengaman tidak boleh salah kerja,
dengan kata lain security-nya harus tinggi.
c. Availability
Availability yaitu perbandingan antara waktu di mana pengaman
dalam keadaan berfungsi/siap kerja dan waktu total dalam operasinya.
Sistem proteksi yang baik dilengkapi dengan kemampuan
mendeteksi terputusnya sirkit trip, sirkit sekunder arus, dan sirkit sekunder
tegangan serta hilangnya tegangan searah (DC voltage), dan memberikan
alarm sehingga bisa segera diperbaiki, sebelum kegagalan proteksi dalam
gangguan yang sesungguhnya, benar-benar terjadi. Jadi availability dan
keandalannya tinggi.
3. Selektifitas (Selectivity)

Pengaman harus dapat memisahkan bagian sistem yang terganggu


sekecil mungkin yaitu hanya seksi atau peralatan yang terganggu saja
yang termasuk dalam kawasan pengamanan utamanya. Pengamanan
sedemikian disebut pengamanan yang selektif.
Jadi relai harus dapat membedakan apakah:

Gangguan terletak di kawasan pengamanan utamanya dimana ia

harus bekerja cepat, atau


Gangguan terletak di seksi berikutnya dimana ia harus bekerja
dengan waktu tunda (sebagai pengaman cadangan-jauh), atau

menahan diri untuk tidak trip, atau


Gangguannya diluar daerah pengamanannya, atau sama sekali
tidak ada gangguan, dimana ia harus tidak bekerja sama sekali.
Untuk itu relai-relai, yang didalam sistem terletak secara seri, di

koordinir dengan mengatur peningkatan waktu (time grading) atau


peningkatan setting arus (current grading), atau gabungan dari keduanya.
Untuk itulah relai dibuat dengan bermacam-macam jenis dan
karakteristiknya. Dengan pemilihan jenis dan karakteristik relai yang tepat,
spesifikasi trafo arus (CT) yang benar, serta penentuan setting relai yang
terkoordinir dengan baik, selektifitas yang baik dapat diperoleh.
4. Kecepatan (speed)
Untuk memperkecil kerugian/ kerusakan akibat gangguan, maka
bagian yang terganggu harus dipisahkan secepat mungkin dari bagian
sistem lainnya.
Waktu total pembebasan sistem dari gangguan, atau disingkat
waktu total pembebasan gangguan (total fault clearing time), adalah waktu
sejak munculnya gangguan, sampai bagian yang terganggu benar-benar
terpisah dari bagian sistem lainnya.

ttotal= tstart+ td+ tPMT


Dimana :
10

ttotal

= waktu total pembebasan gangguan

tstart

= waktu start relay (waktu kerja tanpa waktu tunda)

td

= waktu tunda relay untuk koordinasi

tPMT

= waktu pemutusan arus gangguan PMT.

Dengan peralatan proteksi sekarang, yang mempunyai tstart sekitar


20-30 milidetik, tPMT = 23 cycle (40-60 milidetik), maka ttotal pengaman
utama tanpa waktu tunda bisa kurang dari 0.1 detik. Sistem Tegangan
Ekstra Tinggi memerlukan ttotal pengaman utama 80-90 milidetik,
sedangkan pengaman arus lebih pada Jaringan Tegangan Menengah (JTM)
bisa mencapai beberapa detik, karena harus dikoordinir dengan pengaman
disebelah hilirnya.
Kecepatan itu penting untuk:
-

Menghindari kerusakan secara thermis pada peralatan yang


dilalui arus gangguan serta membatasi kerusakan pada alat

yang terganggu.
Mempertahankan kestabilan sistem
Membatasi ionisasi (busur api) pada gangguan disaluran
udara yang akan berarti memperbesar kemungkinan
berhasilnya

penutupan-balik

PMT

(reclosing)

dan

mempersingkat dead time-nya (interval waktu antara buka


dan tutup).
Untuk menciptakan selektifitas yang baik, suatu relai dapat
diberikan waktu tunda namun harus sesingkat mungkin dengan
mempertimbangkan resiko yang ada. Jika risikonya terlalu besar maka
perlu diusahakan cara pengamanan lain yang lebih cepat.
2. Gangguan Hubung Singkat [3] [5]
Dalam sebuah jaringan transmisi, gangguan hubung singkat
merupakan salah satu jenis gangguan yang sering terjadi. Untuk
mengantisipasi gangguan hubung singkat dalam jaringan transmisi, relay
arus lebih (OCR) merupakan salah satu jenis relay yang diandalkan untuk
mendeteksi adanya gangguan tersebut.

11

Hubung singkat adalah salah satu gangguan dalam sistem tenaga


listrik dan mempunyai karakteristik transient yang harus dapat diatasi oleh
peralatan pengaman. Terjadinya hubung singkat mengakibatkan timbulnya
lonjakan arus dengan magnitude lebih tinggi dari keadaan normal. Hal ini
akan mengakibatkan tegangan di titik hubung singkat tersebut menjadi
sangat rendah. Yang dapat mengakibatkan kerusakan pada isolasi,
kerusakan mekanis pada konduktor, bunga api listrik, dan juga kerusakan
terburuk, yaitu kegagalan operasi sistem secara keseluruhan.
Ada beberapa jenis gangguan hubung singkat atau short circuit
pada sistem tenaga listrik (ditunjukkan pada Gambar 1), yaitu:
1. Simetri atau seimbang
a. Tiga phasa (LLL)
b. Tiga phasa ke tanah (LLLG)
2. Tidak simetri atau tidak seimbang
a. Satu phasa ke tanah (LG)
b. Dua phasa ke tanah (LLG)
c. Antar phasa (LL)

Gambar 6.3 Gangguan Hubung Singkat : a) LLL b) LLLG c) LL d) LLG e)


LG

Berikut adalah tabel jenis gangguan hubung singkat.


Tabel 1 Jenis gangguan hubung singkat
No. Jenis Gangguan
Hubung Singkat

Gambar Jenis Gangguan


Hubung Singkat
12

Rumus Arus Hubung Singkat

1.

3 Fasa (3)

2.

1 Fasa ke tanah
(1 ground)

3.

2 Fasa / Line to
Line (L-L)

4.

2 Fasa ke tanah /
Line to Line to
Ground (1
ground)

3. Relay Arus Lebih[4] [6]


Relay arus lebih adalah relay yang akan bekerja terhadap arus
lebih. Relay arus lebih akan bekerja bila arus yang mengalir melebihi
nilai pengaturannya ( I set ).
1.

Prinsip Kerja
Pada dasarnya, relay arus lebih adalah suatu alat yang

mendeteksi besaran arus yang melalui suatu jaringan dengan bantuan


trafo arus (CT). Harga atau besaran yang boleh melewati disebut
dengan setting. Macam-macam karakteristik relay arus lebih yaitu :

2.

a.

Relay waktu seketika (Instantaneous relay)

b.

Relay arus lebih waktu tertentu (Definite time relay)

Relay Waktu Seketika (Instantaneous relay)


Relay waktu seketika adalah relay yang bekerja seketika (tanpa

waktu tunda) ketika arus yang mengalir melebihi nilai pengaturannya,


relay akan bekerja dalam waktu beberapa mili detik (10 20 ms).
Karakteristik relay waktu seketika dapat kita lihat pada gambar 2
dibawah ini.

13

Gambar 6.4 Karakteristik relay waktu seketika


Relay ini jarang berdiri sendiri dalam operasinya, tetapi
umumnya relay ini dikombinasikan dengan relay arus lebih yang
memiliki karakteristik lain.
3.

Relay arus lebih waktu tertentu (definite time relay)


Relay jenis ini akan memberikan perintah pada PMT ketika

terjadi gangguan hubung singkat dan besarnya arus gangguan


melampaui nilai pengaturan arusnya (Iset). Karakteristik relay arus
lebih waktu tertentu dapat dilihat pada gambar 3 dibawah ini.

Gambar 6.5 Karakteristik relay waktu definite


4.

Relay arus lebih waktu terbalik.


Relay jenis ini akan bekerja dengan waktu tunda yang tergantung

dari besarnya arus. Tetapi relay ini akan bekerja dengan karakteristik
secara terbalik (inverse time). Semakin besar arus yang terdeteksi,
maka semakin kecil waktu tundanya. Karakteristik ini dapat
dibedakan dalam tiga kelompok :
a)
b)
c)

Standard inverse
Very inverse
Extremely inverse
14

d)

Long Time Inverse

Gambar 4 Karakteristik Relay waktu Inverse


Rumus karakteristik menurut standart IEC ( International
Electric Commition ) ditunjukkan pada persamaan dibawah ini :
Standart Inverse
..................................................................... (6.1)
Very Inverse
........................................................................ (6.2)
Extremely Inverse
........................................................................ (6.3)
Long Time Inverse
.......................................................................... (6.4)

Keterangan :
T

= waktu kerja rele dengan satuan detik

Ihs

= arus hubung singkat dengan satuan Ampere

Iset

= arus setelan rele dengan satuan Ampere

15

TMS = Time Multiple Setting (karakteristik kerja rele yang dinginkan


sesuai dengan hasil perhitungan)
4. PSO (Particle Swarm Optimization)
Particle swarm optimization (Kennedy dan Eberhart 1995;
Kennedy, Eberhart dan Shi, 2001) adalah populasi optimasi stokastik
berdasarkan

teknik

untuk

pemecahan

masalah

optimasi

yang

berkesinambungan. Hal ini terinspirasi oleh perilaku sosial dalam kawanan


burung dan ikan ketika mencari makan.
PSO merupakan komputasi cerdas berbasis teknik yang dapat
menentukan suatu permasalahan tanpa dipengaruhi oleh ukuran dan
ketidaklinieran suatu permasalahan dan dapat konvergen ke solulsi optimal
pada bamyak permasalahan. PSO dapat secara efektif digunakan untuk
optimisasi suatu permasalahan yang berbeda-beda pada permasalahan
sistem tenaga listrik.
Sedangkan SV-MPSO (Simplified Velocity Modified Particle
Swarm Optimization) adalah hasil dari modifikasi PSO yang tidak
menyertakan pengaruh dari Pbest dari formula perhitungannya. SMPSO
terbukti dapat memberikan solusi yang baik pada kasus-kasus global
dengan tingkat konvergensi yang cepat. [1]
Beberapa istilah umum yang biasa digunakan dalam Optimisasi
Particle Swarm dapat didefinisikan sebagai berikut :
1. Swarm/ Populasi
Populasi dari suatu algoritma.
2. Particle/ Individu
Anggota (individu) pada suatu swarm. Setiap partikel
merepresentasikan suatu solusi yang potensial pada permasalahan
yang diselesaikan. Posisi dari suatu partikel adalah ditentukan oleh
representasi solusi saat itu.
3. Pbest (Personal best)
Posisi Pbest suatu partikel yang menunjukkan posisi partikel yang
dipersiapkan untuk mendapatkan suatu solusi yang terbaik.

16

4. Gbest (Global best)


Posisi terbaik partikel pada swarm.
5. Velocity (vektor)
Vektor yang menggerakkan proses optimisasi yang menentukan
arah di mana suatu partikel diperlukan untuk berpindah (move) untuk
memperbaiki posisinya semula.
6. Inertia weight
Inertia weight di simbolkan w, parameter ini digunakan untuk
mengontrol dampak dari adanya velocity yang diberikan oleh suatu
partikel.
VII. METODE PENELITIAN
Tahap I Studi Literatur
Pada tahap ini dilakukan studi literatur dengan mempelajari jurnal-jurnal
ilmiah luar negeri maupun dalam negeri, untuk mengetahui sejauh mana
penelitian tentang hal ini akan dikembangkan. Kemudian dilanjutkan dengan
membaca beberapa buku yang berhubungan secara langsung dengan materi
maupun metode penelitian yang akan dipakai.
Tahap II Pengambilan Data
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data data berupa data topologi
jaringan serta data setting proteksi jaringan tranmisi 150 KV GITET Ungaran.
Pengambilan data dilakukan dengan menghubungi dan datang langsung ke kantor
pihak terkait. Yaitu pihak APP Area Semarang selaku pemegang pengelolaan dan
perencana setting proteksi jaringan transmisi di wilayahnya. Kemudian menyalin
file-file data tersebut atas seizin Supervisor Teknik APP Semarang, GITET 500
KV Ungaran, Jawa Tengah.
Tahap III Pengolahan Data
Pada tahap ini dilakukan pengolahan data dengan pembuatan simulasi
pembanding yang lebih sederhana dan dapat mewakili dari topologi jaringan yang
sudah ada dengan menggunakan software ETAP 7.00.

17

Tahap IV Analisis Hasil Simulasi


Pada tahap ini dilakukan tahap analisis, yang diawali dengan mengambil
data nilai arus gangguan yang terjadi pada simulasi jaringan menggunakan
software ETAP 7.5, kemudian dilanjutkan dengan perhitungan setting arus dan
waktu proteksi relay DOCR. Setelah itu melakukan iterasi dan mensimulasikan
hasil menggunakan MATLAB2008 sehingga didapatkan nilai fitness dan jumlah
miss-coordinating relai. Sehingga didapat hasil pengujian yang paling optimal
yang dapat diterapkan pada sistem secara nyata.
Tahap V Pembuatan Laporan
Pada tahap ini akan dibuat laporan lengkap penelitian dengan menyertakan
perhitungan, hasil simulasi, dan program. Laporan tersebut juga dilengkapi
dengan menampilkan grafik hasil penelitian dan dibandingkan antara sebelum dan
sesudah dilakukan optimalisasi koordinasi DOCR pada sistem.
VIII. JADWAL PENELITIAN
Jadwal penelitian tampak pada Tabel 1 berikut;
Tabel 1 Jadwal Penelitian
N
o

WAKTU PELAKSANAAN

Kegiatan
Novemb
er

Desem
ber

Janua
ri

Februa
ri

Maret

April

2014
2014
2015
2015
2015
2015
1 2 3 4 12 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Studi Literatur
Pengambilan
2 Data
Pengolahan
3 Data
4 Analisis
Penyusunan
5 Laporan

18

Keterangan:

Studi literatur: merupakan tahap untuk mencari sumber-sumber dan


teori-teori yang mendukung jalannya penelitian. Studi literatur ini meliputi

mencari bahan di perpustakaan, jurnal-jurnal, buku teks, dan web


Pengambilan data: proses pengumpulan data-data yang diperlukan untuk

membuat laporan penelitian


Pengolahan data: merupakan langkah pembuatan simulasi yang mewakili

topologi jaringan yang sudah ada dengan menggunakan software.


Analisis : melakukan analisis dari data berupa perhitungan setting waktu
proteksi pada relay arus lebih dengan menggunakan arus gangguan yang

didapat dari simulasi.


Pembuatan laporan: proses untuk melaporkan hasil penelitian kepada
khalayak umum

IX. PENUTUP
Proposal Tugas Akhir ini dibuat untuk melengkapi prasyarat
pengajuan tugas akhir dan dapat terjadi beberapa perubahan setelah
melakukan bimbingan dengan dosen pembimbing sebelum disahkan.

DAFTAR PUSTAKA
[1]

Vijayakumar ,D., Nema, R.K. 2010. Superiority of PSO Relay


Coordination Algorithm over Non-Linear Programming: A
Comparison, Review and Verification, IEEE.
[2] Akhirul, Beni., Martiningsih,Wahyuni., Wiryadinata, Romi.
2010. Optimalisasi Koordinasi DOCR (Directional
Overcurrent Relay) Pada Jaringan Distribusi 20 kV
Menggunakan SV-MPSO (Simplified Velocity Modified
Particle Swarm Optimization)., Jurusan Teknik Elektro,
Universitas Sultan Agung Tirtayasa. Indonesia
[3] Setyaatmoko, Franky Dwi. 2011. Studi Arus Gangguan Hubung Singkat
Menggunakan Pemodelan ATP/EMTP pada Jaringan Distribusi 20 kV
di Sulawesi Selatan, Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga, Jurusan
Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi
Sepuluh November, Indonesia.

19

[4]

Darmanto, Nugroho Agus. Handoko, Susatyo. 2006. Analisis Koordinasi


OCR Recloser Penyulang Kaliwungu 03, Jurusan Teknik Elektro,
Fakultas Teknik., Universitas Diponegoro, Indonesia.
[5] Laksana, Eka Setya. 2011. Analisis Koordinasi Sistem Pengaman Incoming
dan Penyulang Transformator 3 di GI Sukolilo Surabaya, Jurusan
Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi
Sepuluh November, Indonesia.
[6] Priyono, Sugeng. 2005. Koordinasi Sistem Proteksi Trafo 30 MVA di Gardu
Induk 20 kV Krapyak, Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,
Universitas Diponegoro, Indonesia.

20

Anda mungkin juga menyukai