Abstrak
Dalam pendistribusian tenaga listrik terdapat gangguan baik di dalam sistem maupun di luar jaringan distribusi,
salah satunya adalah hubung singkat yang dapat mengakibatkan kerusakan sistem pada peralatan distribusi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah koordinasi proteksi pada penyulang Brenggolo sesuai dengan
kaidah setting waktu kerja (Top) berdasarkan grading time antar peralatan proteksi dengan standard IEC 60255
yaitu sebesar 0,3-0,5 detik. Metode penelitian yang digunakan menggunakan pendekatan kuantitatif, survey,
studi literatur dan simulasi pada software ETAP. Survey dilaksanakan di Gardu Induk 70 KV Pare dan PT. PLN
UP3 Kediri untuk melakukan studi literatur dan pengumpulan data kemudian melakukan simulasi pada ETAP
12.6. Teknik analisis yang dilakukan dengan cara membandingkan hasil data existing OCR dan perhitungan
OCR. Berdasarkan analisis ini didapatkan hasil perhitungan setting OCR outgoing adalah Ip = 0,825 A dan TMS
= 0,44, Setting GFR OCR outgoing yaitu Ip = 0,481 A dan TMS = 0,111 , Setting OCR Recloser yaitu Ip = 0,07
A dan TMS = 0,18 , Setting GFR Recloser yaitu Ip = 0,0481 A dan TMS = 0,1. Koordinasi setting proteksi hasil
perbaikan telah sesuai dengan standard IEC 60255 dengan grading time 0,3-0,5 detik dan tidak ada kurva
koordinasi yang saling memotong dan mendahului. Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi PT. PLN
UP3 Kediri untuk melukakan resetting OCR di penyulang Brenggolo agar tetap terus terciptanya keandalan
pada sistem jaringan distribusi.
Kata Kunci: Hubung Singkat, Koordinasi Proteksi, ETAP 12,6, OCR outgoing, Recloser
Abstract
short circuit can result in system damage to distribution equipment. This study aims to determine whether the
protection coordination of brenggolo refiners is in accordance with the rules of working time setting (Top) based
on the grading time between protection equipment in accordance with IEC 60255 standards, which is 0.3-0.5
seconds. Method research used quantitative approaches, surveys, literature studies and simulations on ETAP
software. The survey was conducted at the 70 KV Pare Substation and PT. PLN UP3 Kediri for literature
studies and data collection then conduct simulations on ETAP 12.6. Based on the results of the analysis carried
out by comparing the results of existing OCR data and OCR calculations obtained the calculation of the
outgoing OCR setting is Ip = 0.825 A and TMS = 0.44, the outgoing GFR Setting is Ip = 0.481 A and TMS =
0.111, the OCR Recloser Setting is Ip = 0.07 A and TMS = 0.18, Setting GFR Recloser is Ip = 0.0481 A and
TMS = 0.1. The coordination of the protection settings of the improved results has been in accordance with the
standard IEC 60255 with a grading time of 0.3-0.5 seconds and there are no coordination curves that intersect
and precede each other. This research can be used as a reference for PT. PLN UP3 Kediri to carry out OCR
resetting at the Brenggolo refinery in order to continue to create reliability in the distribution network system.
Keywords: Short Circuit, Protection Coordination, ETAP 12.6, outgoing OCR, Recloser
PENDAHULUAN koordinasi peralatan proteksi yang ada di dalam
Sistem tenaga listrik sangat dibutuhkan sistem distribusi. dalam penelitian ini, akan
dalam kegiatan manusia contohnya kegiatan dianalisis juga sebuah koordinasi recloser, fuse,
industri, pendidikan, ekonomi dll. Sistem dan OCR outgoing dengan menggunakan software
penyaluran tenaga listrik terdiri dari tiga sistem ETAP 12.6.0. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
yaitu pembangkit tenaga listrik, sistem penyaluran, mengetahui koordinasi proteksi pada sistem
dan sistem transmisi. Untuk sistem penyaluran jaringan distribusi 20kV pada penyulang Brenggolo
terbagi menjadi dua saluran yaitu saluran transmisi dan mengetahui berapa besar nilai arus gangguan
dan saluran distribusi (Edi, 1999). Untuk hubung singkat 3 fasa dan 1 fasa di Jaringan
mengoptimalkan dalam menyalurkan daya listrik distribusi 20kV Brenggolo.
ke konsumen maka sebuah sistem distribusi tenaga Pada penelitian ini “Analisis setting
listrik memerlukan sistem proteksi untuk koordinasi relay proteksi pada jaringan distribusi
melindungi dari sebuah gangguan. Gangguan yang 20 kv penyulang brenggolo di PT.PLN UP3 Kediri
sering terjadi pada saluran distribusi menurut SPLN di GI Pare” didapatkan rumusan masalah yaitu
52-3: 1983 adalah tegangan dan arus abnormal, apakah koordinasi kerja recloser, fuse, dan OCR
pemasangan yang kurang baik, penuaan, beban outgoing sudah sesuai dengan kaidah kerja proteksi
lebih dll. Sistem proteksi sangat diperlukan dalam yang benar dan tepat berdasarkan standard IEC
menjaga kontinuitas pada saluran distribusi. Selain 60225 agar peralatan proteksi di Jaringan distribusi
itu, dengan adanya sistem proteksi dapat bekerja secara andal, efektif, cepat, dan selektif.
melindungi peralatan yang di sekitarnya, sehingga Sistem Jaringan Distribusi
peralatan tersebut dapat aman dari gangguan yang
Sistem distribusi merupakan bagian dari
kapan saja bisa terjadi. Beberapa peralatan proteksi
sistem tenaga listrik yang berguna untuk
yaitu PMT, recloser, Fuse Cut Out (FCO), Load
menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik
Break Switch Motorized (LBSM), OCR, GFR dll
besar (Bulk Power Source) sampai ke konsumen.
(Wahyu, 2021)
Sistem pembangkit (generation plant) adalah satu
Penelitian yang dilakukan oleh Divya S.
atau lebih unit pembangkit yang akan
Nair dan Reshma S. mengemukakan bahwa
mengkonversikan energi mekanik menjadi energi
terdapat dua alasan utama mengapa suatu gangguan
listrik di mana harus menghasilkan daya listrik
pada sistem tenaga listrik perlu dideteksi dengan
yang cukup sesuai kebutuhan konsumen. Sistem
cepat oleh sistem proteksi. Penelitian yang
transmisi berfungsi mentransfer energi listrik dari
dilakukan oleh Rize mengemukakan bahwa
unit-unit pembangkitan di berbagai lokasi dengan
terdapat beberapa hal penyebab terjadinya
jarak yang jauh ke sistem distribusi, sedangkan
gangguan yang menyebabkan kasus trip PMT pada
sistem distribusi berfungsi untuk menghantarkan
suatu sistem jaringan 20 kV yaitu perubahan
energi listrik ke konsumen (Azanto, 2016)
impedansi saluran, perubahan karakteristik beban,
atau kurang tepatnya analisis arus hubung singkat Gangguan Hubung Singkat
ketika melakukan setting proteksi. Penyebab
Hubung singkat adalah gangguan yang
tersebut dapat mempengaruhi keandalan sistem
terjadi akibat adanya penurunan kekuatan dasar
proteksi dalam suatu sistem tenaga listrik.
isolasi (basic insulation strength) antara sesama
Penelitian ini mengacu pada penelitian yang
kawat fasa, atau antara kawat fasa dengan tanah,
dilakukan oleh Taufiq Hidayat tentang “Analisis
yang menyebabkan kenaikan arus secara berlebihan
resetting recloser pada saluran WLI 06 trafo 30
atau biasa juga disebut gangguan arus lebih
MVA 150 kv Gardu Induk Weleri Kendal dengan
(Wulan, 2021). Jenis gangguan hubung singkat
simulasi ETAP 12.6.0.” dan penelitian Isa
yang akan disimulasikan pada penelitian ini yaitu
Abdullah tentang “Evaluasi Setting Relay OCR,
hubung singkat 3 fasa dan hubung singkat 1 fasa
GFR Dan Recloser Pasca Rekonfigurasi Jaringan
tanah.
Distribusi Pada Trafo 2 Gardu Induk Srondol
Semarang Menggunakan Etap 12.6.0”.
Teknik analisis penelitian yang digunakan
adalah perihal penjelasan mengenai koordinasi dan
setting antara recloser, fuse, dan OCR outgoing
menggunakan perhitungan secara manual, serta
Sistem Proteksi Mulai
2. Keandalan (Reability)
3. Selektifitas (Selectivity) Selesai
4. Kecepatan (Speed)
Gambar 1. Diagram alir penelitian
METODOLOGI PENELITIAN
Data Sistem Pembangkit
Pada penelitian ini menjelaskan tentang
analisis setting recloser pada penyulang Brenggolo Gardu Induk Pare 70 kV memiliki dua
Gardu Induk Pare terhadap besarnya arus gangguan buah trafo. Pada masing-masing trafo memiliki
hubung singkat pada jaringan distribusi untuk kapasitas sendiri-sendiri yaitu transformator 1
menentukan koordinasi recloser dan fuse dengan berkapasitas 30 MVA dan transformator 2
mempertimbangkan OCR dan GFR outgoing, berkapasitas 30 MVA. Gardu Induk Pare memiliki
kemudian akan di lakukan analisis koordinasi dan 10 (sepuluh) penyulang (feeder). Transformator 1
kerja recoser setelah setting. Perangkat lunak yang memiliki 5 (lima) penyulang (feeder) yaitu
akan di gunakan adalah Electrical Transient (penyulang Kepung, penyulang Bendo, penyulang
Analysis Program (ETAP) 12.6.0. Secara umum Brenggolo, penyulang BC I, dan penyulang Bogo)
langkah penelitian yang dilakukan sebagaimana sedangkan transformator 2 memiliki 5 (lima)
terlihat pada Gambar 1. penyulang (feeder) yaitu (penyulang
Karangnongko, penyulang Ngancar, penyulang
Sambirejo, penyulang Pare, dan penyulang BC II).
Penyulang (feeder) yang dianalisis berada pada
transformator 1 yaitu penyulang Brenggolo.
Adapun data existing diagram satu garis pada
penyulang Brenggolo yaitu sebagai berikut.
2
HASIL DAN PEMBAHASAN kV ( sisi sekunder )
X s (20 kV )= 2
× X s(70 kV )
Dalam penelitian ini dilakukan kV ( sisi primer )
perhitungan hubung singkat berdasarkan data
existing kemudian dilakukan setting recloser.
Gambar 3. Pemodelan single line diagram pada ETAP 12.6.
Selanjutnya dilakukan simulasi dan analisis setting
2
recloser setelah melakukan perhitungan. 20 kV
X s (20 kV )= 2
× 9,27 Ω
Pemodelan Single Line Diagram Penyulang 70 kV
Brenggolo
X s (20 kV )=0,7567 Ω
Berdasarkan pada data existing jaringan
yang diperoleh maka dapat dibuat pemodelan Perhitungan Impedansi jaringan
diagram satu garis menggunakan program ETAP Pada penyulang Brenggolo penghantar
12.6.0 seperti pada Gambar 5. yang digunakan adalah jenis kabel AAAC (A3C)
Perhitungan Impedansi Sumber dengan diameter 150 mm 2 yang memiliki panjang
Data hubung singkat di bus sisi primer 70 penyulang sejauh 25,852 km (PT.PLN UP3 Kediri,
kV di gardu induk Pare adalah sebesar 4,36 kA. 2022). Menurut SPLN 64 : 1985 impedansi kabel
maka impedansi sumber (Xs) adalah (Wellem, untuk urutan positif dan negatif
2020) : Z1 =0,2162+ j 0,3305 dan impedansi urutan nol
MVA sc= √ 3 × I sc × V ph(70 kV) Z 0=0,3631+ j 1,6180. Maka dapat diketahui
besar nilai impedansi pada penyulang sebagai
MVA sc= √ 3 × 4,36 kA × 70 kV berikut :
( )
Simulasi 0,02
Manual I hs 3 ϕ
Bus
Jarak
3 fasa 1 fasa 3 fasa 1 fasa −1
(km) I set
(A) (A) (A) (A) TMS OCR= × t op
2 0 4670,19 3432,34 4672 5502 0,14
3 1,27 3974,61 2659,09 3965 3192
Setting GFR
4 2,55 3435,88 2159,58 3686 2866
( )
0,02
3201 1994 I hs 1 ϕ−tanah
5 3,83 3015,83 1814,95 −1
6 5,12 2679,69 1562,01 3198 1989 I set
TMS OCR= × t op
7 6,39 2411,74 1372,78 2825 1513 0,14
8 7,67 2189,17 1222,97 2526 1216
I set OCR
9 10,23 1845,43 1003,27 2283 1014
I set sekunder=66 ×
1
400 : 5 TMS OCR=
(
I hs 3 ϕ 0,02
I set
−1 )
× t op
0,14
I set sekunder=0,825 A
( )
0,02
3435,88
−1
( )
0,02
I hs 3 ϕ 66
−1 TMS OCR= × 0,3
I set 0,14
TMS OCR= × t op
0,14
TMS OCR=0,18
( )
0,02
4670,2
−1
66 Setting TMS GFR
TMS OCR= × 0,7
0,14 I set=10 % × Ihs 1 ϕ
TMS OCR=0,44 I set=10 % × 481,483=48,1483
Perhitungan Setting GFR sisi penyulang 1
(outgoing)
I set sekunder=48,1483 ×
1000
I set=8 % × Ihs 1 ϕ−tanah terkecil (Wellem,
1
2020) I set sekunder=1020,8× =0,0481 A
1000
I set=8 % × 481,483=38,518 A
( )
0,02
481,483
−1 Pada hasil perhitungan yang diperoleh.
38,518 Didapatkan parameter setting relay pada tabel 10.
TMS OCR= × 0,7
0,14
Tabel 10. Setting koordinasi proteksi
TMS OCR=0,111 Setting Existing Perhitungan Standard
IEC 60255
Is Top Is Top
Perhitungan Setting Recloser (A) (s) (A) (s)
OCR 320 - 330 0,7 Grading
Setting TMS OCR Outgoing time
I beban maks = 60 A Recloser 250 - 66 0,3 0,3-0,5
Rasio CT = 1000 : 1
Kemudian untuk nilai TMS dari data existing dan
perhitungan maka diperoleh pada tabel 11.
Tabel 11. Setting koordinasi proteksi existing dan perhitungan
Existing Perhitungan
Setting TMS TMS
OCR GFR OCR GFR
OCR (Outgoing) 0,15 - 0,44 0,111
Recloser 0,08 - 0,18 0,1
KESIMPULAN
Dari hasil evaluasi setting relay proteksi,
berdasarkan Tabel 10 didapatkan bahwa setting
relay sudah sesuai dengan kaidah peralatan proteksi
pada jaringan distribusi dan tidak ada kurva
koordinasi yang saling memotong dan mendahului.
kondisi existing dan perhitungan memiliki
perbedaan pada nilai TMS, hal ini terjadi karena
penentuan waktu kerja (Top) yang berbeda, pada
setting proteksi hasil perbaikan waktu kerja relay
ditentukan berdasarkan standar IEC 60255 dengan
Gambar 6. Kurva koordinasi proteksi OCR
tujuan agar dapat dikoordinasikan dengan peralatan
yang ada di depannya. Waktu kerja (Top) pada
perhitungan dari masing-masing relay telah
memenuhi standar penentuan grading time antar
peralatan proteksi yaitu mulai dari Recloser = 0,3
detik dan Relay Outgoing = 0,7 detik. Penentuan
selisih waktu kerja antar peralatan proteksi (time
grading) telah memenuhi standar IEC 60255, IEEE
242-1986 dan SPLN 52-3:1983 dengan waktu kerja
interval antara 0,2-0,5 detik.
SARAN
Saran yang dapat penulis berikan dalam
penelitian ini yaitu berdasarkan analisis yang
didapat perlu adanya perawatan dan resetting
recloser secara berkala untuk menjaga sistem
proteksi agar selalu memenuhi persyaratan
kecepatan, sensitifitas, selektivitas dan kepekaan.
Kemudian perlunya tambahan peralatan proteksi
pada jarak 60-70% agar proteksi pada jaringan
Gambar 7. Kurva koordinasi proteksi GFR distribusi bekerja secara maksimal dan efektif demi
menghindari pemadaman yang cukup luas.
Pada gambar 7 menampilkan kurva
koordinasi recloser, OCR, dan fuse ketika terjadi DAFTAR PUSTAKA
gangguan hubung singkat 3 fasa sebesar 3206 Cahyono, Edi. 1999. Koordinasi pengamanan arus
ampere. Terlihat pada kurva urutan kerja lebih saluran udara tegangan menengah
menunjukan bahwa yang pertama bekerja adalah 20kv, tiga phasa empat kawat di cabang
recloser, kemudian fuse lalu kembali lagi ke semarang pada penyulang weleri tiga.
recloser untuk membuka dan menutup hingga Skripsi S1 Teknik Elektro, Fakultas Teknik,
Sekolah Tinggi Teknik PLN Jakarta.
lockout. Hal ini bertujuan agar recloser dapat
Kurniawan, Azanto Saputro. 2016. Analisis
membersihkan gangguan sementara yang koordinasi over current relay dan recloser
diakibatkan oleh sentuhan pohon,dll agar tidak pada system distribusi 20kv penyulang
palur12 menggunakan etap 12.6. Skripsi S1 SPLN 52-3 : 1983, “Pola Pengamanan Sistem,
Teknik Elektro. Fakultas Teknik, Bagian Tiga : Sistem Distribusi 6 kV dan 20
Universitas Muhammadiyah Surakarta. kV”. Indonesia. 1983.
Saputro, Jonathan M.W, Bambang Windardi, dan Galla, Wellem F., Agusthinus S. Sampeallo, and
Susatyo Handoko. 2018. Analisis koordinasi Julian I. Daris. Analisis gangguan hubung
proteksi relay ocr dan recloser pada singkat pada saluran udara 20 kv di
penyulang sgn 04 sanggrahan penyulang naioni pt. pln (persero) ulp
menggunakan etap 12.6.0. Jurnal Transient. kupang untuk menentukan kapasitas
Vol. 7, No. 2. pemutusan fuse cut out menggunakan etap
Abdullah, Isa, Juningtyastuti, dan Susatyo 12.6. Jurnal Media Elektro (2020): 101-112.
Handoko. 2016. Evaluasi setting relay ocr, Aly, M. M., Mahrous, H., & Mahmoud, M. M,
gfr dan recloser pasca rekonfigurasi Recloser-fuse coordination of radial
jaringan distribusi pada trafo 2 gardu induk distribution systems with different
srondol semarang menggunakan etap technologies of distributed generation. In
12.6.0. Jurnal Transient . Volume 5, No. 3. International Conference on Innovative
Nugrahadi, Bambang, Juningtyastuti, dan Trends in Computer Engineering (ITCE.)
Mochammad Facta. 2015. Koordinasi relay IEEE, pp. 420-425. 2019
arus lebih dan recloser pada trafo 60 mva Nair S. Divya dan Reshma “Optimal Coordination
gardu induk pandean lamper semarang of Protective Relays”. International
dengan simulasi etap 11.1.1. Jurnal Conference on Power, Energy and Control
Transient. Vol. 4, No. 3. (ICPEC).
A.J Onah (2012). Relay coordination in the PT PLN UP3 Kediri. 2022. Data single line
protection of radially connected power diagram, data panjang jaringan, data
system network. Departement Of Electrical beban, data setting recloser, data setting
Engineering. Michael Okpara University ocr dan gfr outgoing. Kediri.
Agriculture, Umudike, Abia State. Gardu Induk Pare. 2022. Data single line diagram,
Hidayat, Taufiq, Karnoto, dan Yuningtiastuti. 2016. data transformator tenaga, data hubung
Analisis resetting recloser pada saluran wli singkat. Kediri.
06 trafo 30 mva 150 kv gardu induk weleri
kendal dengan simulasi etap 12.6.0. Jurnal
Transient . Volume 5, No. 4.
Rumbaman, Wulan Nursyifa, Hari Purnama, dan
Supriyanto. 2021. Studi koordinasi proteksi
recloser fuse pada jaringan ieee 34 node
menggunakan etap. Industrial Research
Workshop and National Seminar. Bandung
Ramadhani, Icha Marsya, Toto Tohir, dan Yudi
Prana Hikmat. 2021. Analisis koordinasi
proteksi recloser dan sectionalizer pada
penyulang lbsr gi padalarang menggunakan
etap 12.6.0. Seminar Nasional Teknologi
dan Riset Terapan. Sukabumi.
Idriana, Elvi, dkk. 2021. Analisa setting koordinasi
proteksi over current relay pada jaringan
distribusi di pt. Pln (persero) ulp pangkalan
brandan. Jurnal Energi Elektrik. Volume 10,
No. 1.
Nugroho, Wahyu, Ramadoni Syahputera, dan
Slamet Suripto. 2019. Analisis penempatan,
setting dan kinerja recloser dan fuse cut out
pada penyulang pedan 6 pt pln (persero)
area klaten. Artikel Ilmiah. Fakultas Teknik,
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Ramadhan T, Rize. 2014. Studi koordinasi istem
pengaman penyulang trafo iv di gardu
induk waru. Fakultas Teknik, Universitas
Brawijaya. Malang.
IEC 60255. Overcurrent protection for phase
and earth faults.