Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS KOORDINASI SETTING RELAY PROTEKSI PADA JARINGAN DISTRIBUSI

20KV PENYULANG BRENGGOLO DI PT.PLN UP3 KEDIRI GI PARE


Ganesha Ardha Ibrahmusa
S1 Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya, Surabaya, Ketintang 60231, Indonesia.
Email: Ganesha.18077@mhs.unesa.ac.id
Joko
Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya, Ketintang 60231, Indonesia.
Email: joko@unesa.ac.id

Abstrak
Dalam pendistribusian tenaga listrik terdapat gangguan baik di dalam sistem maupun di luar jaringan distribusi,
salah satunya adalah hubung singkat yang dapat mengakibatkan kerusakan sistem pada peralatan distribusi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah koordinasi proteksi pada penyulang Brenggolo sesuai dengan
kaidah setting waktu kerja (Top) berdasarkan grading time antar peralatan proteksi dengan standard IEC 60255
yaitu sebesar 0,3-0,5 detik. Metode penelitian yang digunakan menggunakan pendekatan kuantitatif, survey,
studi literatur dan simulasi pada software ETAP. Survey dilaksanakan di Gardu Induk 70 KV Pare dan PT. PLN
UP3 Kediri untuk melakukan studi literatur dan pengumpulan data kemudian melakukan simulasi pada ETAP
12.6. Teknik analisis yang dilakukan dengan cara membandingkan hasil data existing OCR dan perhitungan
OCR. Berdasarkan analisis ini didapatkan hasil perhitungan setting OCR outgoing adalah Ip = 0,825 A dan TMS
= 0,44, Setting GFR OCR outgoing yaitu Ip = 0,481 A dan TMS = 0,111 , Setting OCR Recloser yaitu Ip = 0,07
A dan TMS = 0,18 , Setting GFR Recloser yaitu Ip = 0,0481 A dan TMS = 0,1. Koordinasi setting proteksi hasil
perbaikan telah sesuai dengan standard IEC 60255 dengan grading time 0,3-0,5 detik dan tidak ada kurva
koordinasi yang saling memotong dan mendahului. Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi PT. PLN
UP3 Kediri untuk melukakan resetting OCR di penyulang Brenggolo agar tetap terus terciptanya keandalan
pada sistem jaringan distribusi.
Kata Kunci: Hubung Singkat, Koordinasi Proteksi, ETAP 12,6, OCR outgoing, Recloser

Abstract
short circuit can result in system damage to distribution equipment. This study aims to determine whether the
protection coordination of brenggolo refiners is in accordance with the rules of working time setting (Top) based
on the grading time between protection equipment in accordance with IEC 60255 standards, which is 0.3-0.5
seconds. Method research used quantitative approaches, surveys, literature studies and simulations on ETAP
software. The survey was conducted at the 70 KV Pare Substation and PT. PLN UP3 Kediri for literature
studies and data collection then conduct simulations on ETAP 12.6. Based on the results of the analysis carried
out by comparing the results of existing OCR data and OCR calculations obtained the calculation of the
outgoing OCR setting is Ip = 0.825 A and TMS = 0.44, the outgoing GFR Setting is Ip = 0.481 A and TMS =
0.111, the OCR Recloser Setting is Ip = 0.07 A and TMS = 0.18, Setting GFR Recloser is Ip = 0.0481 A and
TMS = 0.1. The coordination of the protection settings of the improved results has been in accordance with the
standard IEC 60255 with a grading time of 0.3-0.5 seconds and there are no coordination curves that intersect
and precede each other. This research can be used as a reference for PT. PLN UP3 Kediri to carry out OCR
resetting at the Brenggolo refinery in order to continue to create reliability in the distribution network system.
Keywords: Short Circuit, Protection Coordination, ETAP 12.6, outgoing OCR, Recloser
PENDAHULUAN koordinasi peralatan proteksi yang ada di dalam
Sistem tenaga listrik sangat dibutuhkan sistem distribusi. dalam penelitian ini, akan
dalam kegiatan manusia contohnya kegiatan dianalisis juga sebuah koordinasi recloser, fuse,
industri, pendidikan, ekonomi dll. Sistem dan OCR outgoing dengan menggunakan software
penyaluran tenaga listrik terdiri dari tiga sistem ETAP 12.6.0. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
yaitu pembangkit tenaga listrik, sistem penyaluran, mengetahui koordinasi proteksi pada sistem
dan sistem transmisi. Untuk sistem penyaluran jaringan distribusi 20kV pada penyulang Brenggolo
terbagi menjadi dua saluran yaitu saluran transmisi dan mengetahui berapa besar nilai arus gangguan
dan saluran distribusi (Edi, 1999). Untuk hubung singkat 3 fasa dan 1 fasa di Jaringan
mengoptimalkan dalam menyalurkan daya listrik distribusi 20kV Brenggolo.
ke konsumen maka sebuah sistem distribusi tenaga Pada penelitian ini “Analisis setting
listrik memerlukan sistem proteksi untuk koordinasi relay proteksi pada jaringan distribusi
melindungi dari sebuah gangguan. Gangguan yang 20 kv penyulang brenggolo di PT.PLN UP3 Kediri
sering terjadi pada saluran distribusi menurut SPLN di GI Pare” didapatkan rumusan masalah yaitu
52-3: 1983 adalah tegangan dan arus abnormal, apakah koordinasi kerja recloser, fuse, dan OCR
pemasangan yang kurang baik, penuaan, beban outgoing sudah sesuai dengan kaidah kerja proteksi
lebih dll. Sistem proteksi sangat diperlukan dalam yang benar dan tepat berdasarkan standard IEC
menjaga kontinuitas pada saluran distribusi. Selain 60225 agar peralatan proteksi di Jaringan distribusi
itu, dengan adanya sistem proteksi dapat bekerja secara andal, efektif, cepat, dan selektif.
melindungi peralatan yang di sekitarnya, sehingga Sistem Jaringan Distribusi
peralatan tersebut dapat aman dari gangguan yang
Sistem distribusi merupakan bagian dari
kapan saja bisa terjadi. Beberapa peralatan proteksi
sistem tenaga listrik yang berguna untuk
yaitu PMT, recloser, Fuse Cut Out (FCO), Load
menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik
Break Switch Motorized (LBSM), OCR, GFR dll
besar (Bulk Power Source) sampai ke konsumen.
(Wahyu, 2021)
Sistem pembangkit (generation plant) adalah satu
Penelitian yang dilakukan oleh Divya S.
atau lebih unit pembangkit yang akan
Nair dan Reshma S. mengemukakan bahwa
mengkonversikan energi mekanik menjadi energi
terdapat dua alasan utama mengapa suatu gangguan
listrik di mana harus menghasilkan daya listrik
pada sistem tenaga listrik perlu dideteksi dengan
yang cukup sesuai kebutuhan konsumen. Sistem
cepat oleh sistem proteksi. Penelitian yang
transmisi berfungsi mentransfer energi listrik dari
dilakukan oleh Rize mengemukakan bahwa
unit-unit pembangkitan di berbagai lokasi dengan
terdapat beberapa hal penyebab terjadinya
jarak yang jauh ke sistem distribusi, sedangkan
gangguan yang menyebabkan kasus trip PMT pada
sistem distribusi berfungsi untuk menghantarkan
suatu sistem jaringan 20 kV yaitu perubahan
energi listrik ke konsumen (Azanto, 2016)
impedansi saluran, perubahan karakteristik beban,
atau kurang tepatnya analisis arus hubung singkat Gangguan Hubung Singkat
ketika melakukan setting proteksi. Penyebab
Hubung singkat adalah gangguan yang
tersebut dapat mempengaruhi keandalan sistem
terjadi akibat adanya penurunan kekuatan dasar
proteksi dalam suatu sistem tenaga listrik.
isolasi (basic insulation strength) antara sesama
Penelitian ini mengacu pada penelitian yang
kawat fasa, atau antara kawat fasa dengan tanah,
dilakukan oleh Taufiq Hidayat tentang “Analisis
yang menyebabkan kenaikan arus secara berlebihan
resetting recloser pada saluran WLI 06 trafo 30
atau biasa juga disebut gangguan arus lebih
MVA 150 kv Gardu Induk Weleri Kendal dengan
(Wulan, 2021). Jenis gangguan hubung singkat
simulasi ETAP 12.6.0.” dan penelitian Isa
yang akan disimulasikan pada penelitian ini yaitu
Abdullah tentang “Evaluasi Setting Relay OCR,
hubung singkat 3 fasa dan hubung singkat 1 fasa
GFR Dan Recloser Pasca Rekonfigurasi Jaringan
tanah.
Distribusi Pada Trafo 2 Gardu Induk Srondol
Semarang Menggunakan Etap 12.6.0”.
Teknik analisis penelitian yang digunakan
adalah perihal penjelasan mengenai koordinasi dan
setting antara recloser, fuse, dan OCR outgoing
menggunakan perhitungan secara manual, serta
Sistem Proteksi Mulai

Sistem proteksi adalah susunan perangkat


proteksi secara lengkap yang terdiri dari perangkat Studi Literatur
utama dan perangkat- perangkat lain yang Studi Lapangan
Wawancara
dibutuhkan untuk melakukan fungsi tertentu
berdasarkan prinsip-prinsip proteksi. Sistem
Pengumpulan Data
proteksi bekerja untuk mengamankan gangguan
atau menghilangkan kondisi tidak normal pada
Perhitungan Arus
sistem tenaga listrik. Proteksi tersebut bekerja saat Hubung Singkat Manual
& Simulasi
terjadinya gangguan dalam kawasan yang harus
dilindunginya. (Onah, 2012)
Pemodelan Jaringan

Syarat Sistem Proteksi


Perhitungan Nilai Parameter
Sistem proteksi harus memiliki syarat Setting

dalam menjalankan fungsinya sebagai pengaman


peralatan distribusi tenaga listrik. Setiap peralatan
Tidak
proteksi tentunya memiliki persyaratan yang harus Koordinasi Relay Perbaikan Setting
dipenuhi agar dapat mengamankan peralatan yang Bekerja Dengan Relay
Baik?
dilindunginya. Berikut ini adalah penjelasan dari
beberapa persyaratan sistem proteksi adalah Ya

sebagai berikut (Edi, 1999):


Analisis Hasil
1. Kepekaan (Sensitivity) Koordinasi Proteksi

2. Keandalan (Reability)
3. Selektifitas (Selectivity) Selesai
4. Kecepatan (Speed)
Gambar 1. Diagram alir penelitian
METODOLOGI PENELITIAN
Data Sistem Pembangkit
Pada penelitian ini menjelaskan tentang
analisis setting recloser pada penyulang Brenggolo Gardu Induk Pare 70 kV memiliki dua
Gardu Induk Pare terhadap besarnya arus gangguan buah trafo. Pada masing-masing trafo memiliki
hubung singkat pada jaringan distribusi untuk kapasitas sendiri-sendiri yaitu transformator 1
menentukan koordinasi recloser dan fuse dengan berkapasitas 30 MVA dan transformator 2
mempertimbangkan OCR dan GFR outgoing, berkapasitas 30 MVA. Gardu Induk Pare memiliki
kemudian akan di lakukan analisis koordinasi dan 10 (sepuluh) penyulang (feeder). Transformator 1
kerja recoser setelah setting. Perangkat lunak yang memiliki 5 (lima) penyulang (feeder) yaitu
akan di gunakan adalah Electrical Transient (penyulang Kepung, penyulang Bendo, penyulang
Analysis Program (ETAP) 12.6.0. Secara umum Brenggolo, penyulang BC I, dan penyulang Bogo)
langkah penelitian yang dilakukan sebagaimana sedangkan transformator 2 memiliki 5 (lima)
terlihat pada Gambar 1. penyulang (feeder) yaitu (penyulang
Karangnongko, penyulang Ngancar, penyulang
Sambirejo, penyulang Pare, dan penyulang BC II).
Penyulang (feeder) yang dianalisis berada pada
transformator 1 yaitu penyulang Brenggolo.
Adapun data existing diagram satu garis pada
penyulang Brenggolo yaitu sebagai berikut.

Diagram satu garis (Single Line Diagram)


Penyulang Brenggolo
Diagram satu garis pada penyulang
Brenggolo diperoleh di PT. PLN UP3 Kediri yang
dapat dilihat pada gambar 2.
Tabel 3. Data OCR
Arus
Daerah Rasio
Spesifikasi Pickup TMS
proteksi CT
(Ampere)
OCR sisi Alstom
400/5 320 0,15 SI
outgoing P127
Jungwoon
Recloser 1000/1 250 0,08 SI
R200C

Data pembebanan tiap trafo distribusi didapatkan


dari PT. PLN UP3 Kediri yaitu pada tabel berikut.
Tabel 4. Data Pembebanan Trafo Distribusi
Kapasitas Nama Kapasitas Beban
Beban
Nama Daya Daya (KW)
(KW)
Gambar 2. Diagram satu garis penyulang Brenggolo (KVA) (KVA)
(Sumber: PT. PLN UP3 Kediri) EF46
EF165 100 51,958 100 22,626
7
Pada penyulang Brenggolo terdapat 26 EF42
EF029 160 25,188 160 6,383
Trafo Distribusi yang memasok kebutuhan energi 9
listrik ke konsumen. Seperti pada gambar 4 trafo EF08
EF339 160 30,828 160 80,994
9
distribusi disimbolkan dengan bentuk delta.
EF09
Masing-masing memiliki kapasitas daya yang EF030 160 37,759 160 53,946
0
berbeda beda untuk memenuhi kebutuhan beban EF42
EF389 100 21,989 100 37,692
yang diinginkan. Terdapat pula pengaman proteksi 8
EF25
pada penyulang Pare yaitu 1 (satu) Recloser dan 6 EF111 100 50,504 50 30,17
9
(enam) proteksi pelebur (Fuse Cut Out). Adapula EF11
EF311 160 42,908 160 65,944
LBSM (Load Break Switch Motorized) yang 6
merupakan alat pengaman sistem jaringan yang EF071 160 56,273
EF45
100 12,357
berfungsi untuk melokalisir gangguan agar 8
EF11
pemadaman tidak meluas. Data Gardu Induk Pare EF017 160 50,649
7
160 86,907
dapat dilihat pada tabel 1. EF11
EF110 160 52,672 160 58,072
5
Tabel 1. Data Gardu Induk Pare
EF06
Data Gardu Induk Pare EF114 160 66,852 160 66,981
5
Tegangan 70 kV EF16
Arus Hubung Singkat 3 fasa 4,36 kA EF380 100 38,22 100 52,119
7
Arus Hubung Singkat 1 fasa 0,07 kA EF16
EF103 160 37,364 100 41,068
6
Berikut pada tabel 2 merupakan data transformator
yang diperoleh di PT. PLN UP3 Kediri Data penghantar penyulang Brenggolo yang
didapatkan pada PT. PLN UP3 Kediri yaitu dapat
Tabel 2. Data Transformator 2 Gardu Induk Pare
dilihat pada tabel 5.
Trafo 2 GI Pare
Merek B&D Transformer Tabel 5. Data Penghantar Penyulang Brenggolo
Standard IEC Jenis Panjang
Penyulang Bahan
Jenis Pasang luar Konduktor Penyulang
Daya 30 MVA A3C 3x150
Brenggolo 25,582 kms Aluminium
Tegangan 70/20 KV mm
Arus Nominal 247,44 A
Impedansi 12.08% Pada penyulang Brenggolo penghantar yang
Connection Symbol YNyn0 digunakan adalah jenis kabel AAAC (A3C) dengan
Frekuensi 50 Hz
diameter 150 mm 2 yang memiliki panjang
penyulang sejauh 25,852 kms. Menurut SPLN 64 :
1985 impedansi urutan positif dan negatif dan nol
dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Data Teknis Penghantar AAAC mm2


Untuk data existing setting OCR dan Recloser Kabel AAAC Data per Km (Ohm)
dapat dilihat pada tabel 3.
R jX
Z1/km (150 mm2 ¿ 0,2162 0,3305

Z2/km (150 mm2 ¿ 0,2162 0,3305

Z0/km (150 mm2 ¿ 0,3631 1,6180

2
HASIL DAN PEMBAHASAN kV ( sisi sekunder )
X s (20 kV )= 2
× X s(70 kV )
Dalam penelitian ini dilakukan kV ( sisi primer )
perhitungan hubung singkat berdasarkan data
existing kemudian dilakukan setting recloser.
Gambar 3. Pemodelan single line diagram pada ETAP 12.6.
Selanjutnya dilakukan simulasi dan analisis setting
2
recloser setelah melakukan perhitungan. 20 kV
X s (20 kV )= 2
× 9,27 Ω
Pemodelan Single Line Diagram Penyulang 70 kV
Brenggolo
X s (20 kV )=0,7567 Ω
Berdasarkan pada data existing jaringan
yang diperoleh maka dapat dibuat pemodelan Perhitungan Impedansi jaringan
diagram satu garis menggunakan program ETAP Pada penyulang Brenggolo penghantar
12.6.0 seperti pada Gambar 5. yang digunakan adalah jenis kabel AAAC (A3C)
Perhitungan Impedansi Sumber dengan diameter 150 mm 2 yang memiliki panjang
Data hubung singkat di bus sisi primer 70 penyulang sejauh 25,852 km (PT.PLN UP3 Kediri,
kV di gardu induk Pare adalah sebesar 4,36 kA. 2022). Menurut SPLN 64 : 1985 impedansi kabel
maka impedansi sumber (Xs) adalah (Wellem, untuk urutan positif dan negatif
2020) : Z1 =0,2162+ j 0,3305 dan impedansi urutan nol
MVA sc= √ 3 × I sc × V ph(70 kV) Z 0=0,3631+ j 1,6180. Maka dapat diketahui
besar nilai impedansi pada penyulang sebagai
MVA sc= √ 3 × 4,36 kA × 70 kV berikut :

MVA sc=528,622 MVA Tabel 7. Hasil perhitungan impedansi jaringan


Z1 =Z 2 Z0
2
kV ( sisi primer ) Jarak (Ohm) (Ohm)
X s (70 kV )= R jX R jX
MVA sc
0 0 0 0 0
2 1,27 0,274574 0,419735 0,461137 2,05486
70 kV
X s (70 kV )= 2,55 0,55131 0,842775 0,925905 4,1259
528,621
3,83 0,828046 1,265815 1,390673 6,19694
2
70 kV 5,12 1,106944 1,69216 1,859072 8,28416
X s (70 kV )=
528,621 6,39 1,381518 2,111895 2,320209 10,33902
7,67 1,658254 2,534935 2,784977 12,41006
X s (70 kV )=9,2694 Ω 10,23 2,211726 3,381015 3,714513 16,55214
12,79 2,765198 4,227095 4,644049 20,69422 Z1 eq =Z2 eq =Z1 penyulang+ X s + X T 1
15,34 3,316508 5,06987 5,569954 24,82012
17,9 3,86998 5,91595 6,49949 28,9622 Z1 eq =0,27457+ j 0,4197+ j 0,7567+ j1,716
20,46 4,423452 6,76203 7,429026 33,10428
Z1 eq =0,27457+ j2,89244 Ω
23,02 4,976924 7,60811 8,358562 37,24636
25,58 9,288824
5,5308284 8,454851 41,391676 Sehingga didapat nilai R dan X dalam per unit (pu)
2 2
bus 3 dengan jarak 1,27 km
R 0,27457
R pu= = =0,06864
Z base 4
Perhitungan Reaktansi Transformator
X 2,89244
Besarnya reaktansi trafo tenaga di gardu X pu = = = j 0 ,7231
Z base 4
induk Pare adalah 12,87%, agar dapat mengetahui
besarnya nilai reaktansi urutan positif, negatif dan Impedansi eqivalen urutan nol
reaktansi urutan nol dalam ohm, maka perlu
Z 0 eq=Z 0 penyulang+3 R n + X T 0
dihitung dulu besar nilai ohm pada 100% nya, yaitu
(Edi, 1999) :
Z 0 eq=0,461137+ j 2,0548+3 ×0+ j5,148
Urutan positif dan negatif ( X T 1=X T 2 ¿
kV (sisi sekunder)2 Z 0 eq=0,461137+ j 7 ,20286
X T (100 %)=
MVA trafo
R 0,461137
R pu= = =0,11528
20
2 Z base 4
X T (100 %)= =13,33 Ω
30
X 7,20286
X pu = = = j1,8007
X T (12,87 %) =Impedansi trafo × X t (100 %) Z base 4

X T 1=X T 2=12,87 % × 13,34 Ω=1,716 Ω Pada tabel 8. Merupakan hasil perhitungan


impedansi ekivalen dengan satuan per unit
Urutan nol ( X T 0 ¿ Tabel 8. Impedansi Ekivalen urutan positif/negatif dan urutan
nol dalam satuan per unit
X T 0=3 × X T 1=3 ×1,716 Ω=5,148 Ω Z1 eq =Z2 eq Z 0 eq
Jarak (pu) (pu)
Perhitungan arus base dan z base (Wahyu Nugroho,
r jx r jx
2021)
0 0 0,618175 0 1,287
MVA
I base= 1,27 0,0686435 0,72310875 0,11528425 1,800715

√3 ×V base 2,55 0,1378275 0,82886875 0,23147625 2,318475

3,83 0,2070115 0,93462875 0,34766825 2,836235


MVA 100
I base= = =2,887 kA 5,12 0,276736 1,041215 0,464768 3,35804
√3 ×V base √ 3 ×20 6,39 0,3453795 1,14614875 0,58005225 3,871755

7,67 0,4145635 1,25190875 0,69624425 4,389515


V ÷ √ 3 20 ÷ √ 3
Z base= base = =4 Ω 10,23 0,5529315 1,46342875 0,92862825 5,425035
I base 2,887 12,79 0,6912995 1,67494875 1,16101225 6,460555

15,34 0,829127 1,8856425 1,3924885 7,49203


Impedansi ekivalen urutan positif/negatif dan
17,9 0,967495 2,0971625 1,6248725 8,52755
nol
20,46 1,105863 2,3086825 1,8572565 9,56307
Dengan menggunakan persamaan dibawah
23,02 1,244231 2,5202025 2,0896405 10,59859
maka didapat impedansi ekivalen,
25,58
Z1 eq , Z 2eq ,dan Z 0 dan langsung dapat dihitung 2
1,3827071 2,73188775 2,32220605 11,634919

sesuai dengan titik lokasi gangguan sebagai berikut


Perhitungan Arus Hubung Singkat
(SPLN 52-3, 1983):
Menghitung gangguan hubung singkat 3 fasa (Edi, Dari Tabel 9. dapat dilihat bahwa besarnya arus
1999) gangguan hubung singkat dipengaruhi oleh jarak
E 1 titik gangguannya, semakin jauh jarak titik
I hs3 ϕ ( pu ) = = =1,37672 pu
gangguan maka akan semakin kecil gangguan arus
Z 1eq √
0,0686 42 +0,723 12
hubung singkatnya begitu juga sebaliknya, semakin
I hs3 ϕ ( A )=I hs3 ϕ ( pu ) × I base dekat jarak titik gangguan maka arus gangguan
hubung singkat semakin besar (Bambang, 2015).
I hs3 ϕ ( A )=1,37672× 2,887 kA ini disebabkan karena semakin besar nilai
impedansi ekivalen (tahanan gangguan) maka nilai
I hs3 ϕ ( A )=4670,198 A arus gangguan hubung singkat akan semakin kecil,
dan semakin dekat jarak titik lokasi gangguan maka
Menghitung gangguan hubung singkat 1 fasa - arus gangguan hubung singkat akan semakin besar,
tanah ini disebabkan karena adanya konfigurasi belitan
3×EA transformator tenaga yang mempengaruhi nilai
I hs1 ϕ −N ( pu )= tahanan gangguan (Mahrous, 2019)
Z +Z +Z
1 eq 2 eq 0 eq

Setting Recloser, OCR dan GFR Outgoing


3 ×1
I hs1 ϕ−N ( pu )= Pada perhitungan setting relay OCR dan
¿¿
Recloser menggunakan karakteristik standard
¿ 1,1889 pu inverse, perhitungan setting peralatan proteksi
dimulai dari recloser kemudian relay outgoing.
I hs1 ϕ−N ( A ) =I hs 1 ϕ ( pu ) × I base Penentuan setting waktu kerja (Top) berdasarkan
grading time antar peralatan proteksi sesuai IEC
I hs1 ϕ−N ( A ) =1,889× 2,887 kA 60255 sebesar 0,3-0,5 detik (Jonathan, 2018).
Sedangkan nilai minimum waktu kerja pada
I hs1 ϕ−N ( A ) =2659,097 A recloser adalah pada interval 0,2-0,4 detik. Berikut
merupakan rumus perhitungan setting relay OCR,
Sehingga dapat diperoleh perhitungan manual
GFR, dan Recloser pada penyulang Brenggolo
dengan menggunakan software EXCEL dan
Trafo 30 MVA GI Pare sesuai dengan standar IEC
simulasi ETAP. Sehingga diperoleh arus hubung
60255 dengan karakteristik standard invers (Isa,
singkat 3 fasa dan 1 fasa seperti pada tabel 9 di
2016).
bawah.
Tabel 9. Perhitungan manual arus hubung singkat
Setting OCR

( )
Simulasi 0,02
Manual I hs 3 ϕ
Bus
Jarak
3 fasa 1 fasa 3 fasa 1 fasa −1
(km) I set
(A) (A) (A) (A) TMS OCR= × t op
2 0 4670,19 3432,34 4672 5502 0,14
3 1,27 3974,61 2659,09 3965 3192
Setting GFR
4 2,55 3435,88 2159,58 3686 2866

( )
0,02
3201 1994 I hs 1 ϕ−tanah
5 3,83 3015,83 1814,95 −1
6 5,12 2679,69 1562,01 3198 1989 I set
TMS OCR= × t op
7 6,39 2411,74 1372,78 2825 1513 0,14
8 7,67 2189,17 1222,97 2526 1216
I set OCR
9 10,23 1845,43 1003,27 2283 1014

10 12,79 1593,266 850,11 1913 761


I set=1,05−1,2× I beban maksimum
1914 762
11 15,34 1401,53 737,72 Atau I set=I nominal penyulang
12 17,9 1250,013 651,19 1645 609

13 20,46 1127,79 582,78 1645 609 I set GFR


14 23,02 1027,17 527,34 1442 507 I set=0,12−0,4 × Ihs 1 ϕ−tanah terkecil
15 25,582 942,88 481,48 1442 507
Perhitungan Setting OCR sisi penyulang
(outgoing)
OCR sisi penyulang (outgoing) (Wahyu Nugroho, 2019) I set=1,1 × I beban maksimum
I beban maks = 60 A
I set primer =1,1× 60 A=66 A
Rasio CT = 400 : 5
1
I set=1,2 × I beban maksimum I set sekunder=I set primer ×
CT
I set primer =1,1× 60 A=66 A
1
1 I set sekunder=66 × =0,07 A
I set sekunder=I set primer × 1000
CT

I set sekunder=66 ×
1
400 : 5 TMS OCR=
(
I hs 3 ϕ 0,02
I set
−1 )
× t op
0,14
I set sekunder=0,825 A

( )
0,02
3435,88
−1
( )
0,02
I hs 3 ϕ 66
−1 TMS OCR= × 0,3
I set 0,14
TMS OCR= × t op
0,14
TMS OCR=0,18
( )
0,02
4670,2
−1
66 Setting TMS GFR
TMS OCR= × 0,7
0,14 I set=10 % × Ihs 1 ϕ
TMS OCR=0,44 I set=10 % × 481,483=48,1483
Perhitungan Setting GFR sisi penyulang 1
(outgoing)
I set sekunder=48,1483 ×
1000
I set=8 % × Ihs 1 ϕ−tanah terkecil (Wellem,
1
2020) I set sekunder=1020,8× =0,0481 A
1000
I set=8 % × 481,483=38,518 A

I set sekunder=I set primer ×


1
CT TMS OCR=
(
2552 0,02
48,1483
−1
× 0,2
)
0,14
1
( )
I set sekunder=38,518× =0,481 A 481,483
0,02
400 :5 −1
48,1483
TMS OCR= × 0,3
( )
0,02
I hs 1 ϕ−tanah 0,14
−1
I set
TMS OCR= × t op TMS OCR=0,1
0,14
Data setting existing dan perhitungan

( )
0,02
481,483
−1 Pada hasil perhitungan yang diperoleh.
38,518 Didapatkan parameter setting relay pada tabel 10.
TMS OCR= × 0,7
0,14
Tabel 10. Setting koordinasi proteksi
TMS OCR=0,111 Setting Existing Perhitungan Standard
IEC 60255
Is Top Is Top
Perhitungan Setting Recloser (A) (s) (A) (s)
OCR 320 - 330 0,7 Grading
Setting TMS OCR Outgoing time
I beban maks = 60 A Recloser 250 - 66 0,3 0,3-0,5

Rasio CT = 1000 : 1
Kemudian untuk nilai TMS dari data existing dan
perhitungan maka diperoleh pada tabel 11.
Tabel 11. Setting koordinasi proteksi existing dan perhitungan
Existing Perhitungan
Setting TMS TMS
OCR GFR OCR GFR
OCR (Outgoing) 0,15 - 0,44 0,111
Recloser 0,08 - 0,18 0,1

Setting relay yang dipasangkan pada


penyulang (Outgoing) dihitung berdasar arus
nominal yang di setting oleh PT. PLN UP3 Kediri
yaitu sebesar 60 A. Waktu tunda setiap peralatan
dimulai dari recloser yang diset untuk trip dengan
delay yang sangat kecil yaitu pada interval 0,3-0,4 Gambar 4. Urutan kerja proteksi recloser, fuse, dan OCR
detik (Jonathan M.W. Saputro, 2018). Pada relay outgoing
outgoing penyulang memiliki Top 0,7 detik. Top
Hasil simulasi berdasarkan hasil
tiap peralatan proteksi diset dengan selisih 0,4-0,5
perhitungan dapat dilihat koordinasi OCR dan
detik sesuai dengan Standard IEC 60225.
recloser telah sesuai dengan standar IEC dan
Perbedaan nilai TMS pada setting relay kondisi
standar PLN yaitu recloser bekerja terlebih dahulu
existing dan perhitungan dikarenakan pada
baru kemudian OCR sisi penyulang yang bekerja
penentuan nilai Iset dan waktu kerja (Top) yang
karena gangguan berada setelah recloser.
berbeda.

Perhitungan Pelebur (Fuse Cut Out)


Arus pengenal pada setiap cabang pada
jaringan ini kurang dari 100 A. menurut SPLN
1985 rating fuse yaitu 1.5 dikali arus pengenal.
Rating fuse yang digunakan adakah seperti pada
tabel berikut (Wulan, 2021).
kVA
I nominal =
kV √ 3
I rating fuse =I nominal × I inrushcurrent Gambar 5. Sequence Viewer koordinasi proteksi
Tabel 12. Rating fuse Pada setting Recloser Brenggolo, terlihat
Fuse Rating
pada Sequence Viewer gambar 5, Recloser diatur
Fuse 1 8T
Fuse 2 8T dengan tiga kali operasi buka tutup, pada operasi
Fuse 3 8T ketiga recloser akan melakukan operation to
Fuse 4 6T lockout yang merupakan aksi terakhir dari recloser
Fuse 5 8T untuk membuka secara permanen akibat dari
Fuse 6 8T
adanya gangguan permanen. Untuk kembali ke
Hasil Simulasi Koordinasi Proteksi pengaturan semula, gangguan terlebih dahulu harus
Pada gambar di bawah ini merupakan dihilangkan dan selanjutnya recloser akan kembali
koordinasi relay dari penyulang Brenggolo ditutup secara manual. Reclosing duration diatur
menggunakan “star-protective device selama 30 detik setiap operasi bukaan recloser.
coordination” pada simulasi ETAP 12.6.0. Dengan Kurva Koordinasi Proteksi
menggunakan data setting recloser, fuse, OCR dan
Setelah didapat hasil perhitungan arus
GFR outgoing kemudian dilakukan simulasi untuk
hubung singkat maka dapat diketahui hasil setting
koordinasi recloser dengan fuse, OCR dan GFR
TMS dan Iset setting recloser, OCR dan GFR
dengan jenis gangguan hubung singkat 3 fasa yang
outgoing pada penyulang Brenggolo. Kemudian
dapat dilihat pada gambar berikut.
dilakukan simulasi menggunakan ETAP 12.6.0
didapat hasil urutan kerja recloser, fuse, dan OCR
outgoing. Selanjutnya dapat dilihat grafik terjadinya pemutusan yang bersifat permanen.
koordinasi dari simulasi menggunakan ETAP Waktu pemutusan recloser yaitu 0,149 s dan OCR
12.6.0 seperti pada Gambar 6 di bawah ini. 2,1 s. Kemudian pada gambar 8 menampilkan
kurva koordinasi recloser dan OCR Ketika terjadi
gangguan hubung singkat 1 fasa sebesar 1986 A,
waktu pemutusan recloser yaitu 0,1 s dan OCR
0,358 s. Hasil perhitungan recloser untuk grafik
OCR maupun GFR telah sesuai dengan standar
PLN dan standar IEC.

KESIMPULAN
Dari hasil evaluasi setting relay proteksi,
berdasarkan Tabel 10 didapatkan bahwa setting
relay sudah sesuai dengan kaidah peralatan proteksi
pada jaringan distribusi dan tidak ada kurva
koordinasi yang saling memotong dan mendahului.
kondisi existing dan perhitungan memiliki
perbedaan pada nilai TMS, hal ini terjadi karena
penentuan waktu kerja (Top) yang berbeda, pada
setting proteksi hasil perbaikan waktu kerja relay
ditentukan berdasarkan standar IEC 60255 dengan
Gambar 6. Kurva koordinasi proteksi OCR
tujuan agar dapat dikoordinasikan dengan peralatan
yang ada di depannya. Waktu kerja (Top) pada
perhitungan dari masing-masing relay telah
memenuhi standar penentuan grading time antar
peralatan proteksi yaitu mulai dari Recloser = 0,3
detik dan Relay Outgoing = 0,7 detik. Penentuan
selisih waktu kerja antar peralatan proteksi (time
grading) telah memenuhi standar IEC 60255, IEEE
242-1986 dan SPLN 52-3:1983 dengan waktu kerja
interval antara 0,2-0,5 detik.

SARAN
Saran yang dapat penulis berikan dalam
penelitian ini yaitu berdasarkan analisis yang
didapat perlu adanya perawatan dan resetting
recloser secara berkala untuk menjaga sistem
proteksi agar selalu memenuhi persyaratan
kecepatan, sensitifitas, selektivitas dan kepekaan.
Kemudian perlunya tambahan peralatan proteksi
pada jarak 60-70% agar proteksi pada jaringan
Gambar 7. Kurva koordinasi proteksi GFR distribusi bekerja secara maksimal dan efektif demi
menghindari pemadaman yang cukup luas.
Pada gambar 7 menampilkan kurva
koordinasi recloser, OCR, dan fuse ketika terjadi DAFTAR PUSTAKA
gangguan hubung singkat 3 fasa sebesar 3206 Cahyono, Edi. 1999. Koordinasi pengamanan arus
ampere. Terlihat pada kurva urutan kerja lebih saluran udara tegangan menengah
menunjukan bahwa yang pertama bekerja adalah 20kv, tiga phasa empat kawat di cabang
recloser, kemudian fuse lalu kembali lagi ke semarang pada penyulang weleri tiga.
recloser untuk membuka dan menutup hingga Skripsi S1 Teknik Elektro, Fakultas Teknik,
Sekolah Tinggi Teknik PLN Jakarta.
lockout. Hal ini bertujuan agar recloser dapat
Kurniawan, Azanto Saputro. 2016. Analisis
membersihkan gangguan sementara yang koordinasi over current relay dan recloser
diakibatkan oleh sentuhan pohon,dll agar tidak pada system distribusi 20kv penyulang
palur12 menggunakan etap 12.6. Skripsi S1 SPLN 52-3 : 1983, “Pola Pengamanan Sistem,
Teknik Elektro. Fakultas Teknik, Bagian Tiga : Sistem Distribusi 6 kV dan 20
Universitas Muhammadiyah Surakarta. kV”. Indonesia. 1983.
Saputro, Jonathan M.W, Bambang Windardi, dan Galla, Wellem F., Agusthinus S. Sampeallo, and
Susatyo Handoko. 2018. Analisis koordinasi Julian I. Daris. Analisis gangguan hubung
proteksi relay ocr dan recloser pada singkat pada saluran udara 20 kv di
penyulang sgn 04 sanggrahan penyulang naioni pt. pln (persero) ulp
menggunakan etap 12.6.0. Jurnal Transient. kupang untuk menentukan kapasitas
Vol. 7, No. 2. pemutusan fuse cut out menggunakan etap
Abdullah, Isa, Juningtyastuti, dan Susatyo 12.6. Jurnal Media Elektro (2020): 101-112.
Handoko. 2016. Evaluasi setting relay ocr, Aly, M. M., Mahrous, H., & Mahmoud, M. M,
gfr dan recloser pasca rekonfigurasi Recloser-fuse coordination of radial
jaringan distribusi pada trafo 2 gardu induk distribution systems with different
srondol semarang menggunakan etap technologies of distributed generation. In
12.6.0. Jurnal Transient . Volume 5, No. 3. International Conference on Innovative
Nugrahadi, Bambang, Juningtyastuti, dan Trends in Computer Engineering (ITCE.)
Mochammad Facta. 2015. Koordinasi relay IEEE, pp. 420-425. 2019
arus lebih dan recloser pada trafo 60 mva Nair S. Divya dan Reshma “Optimal Coordination
gardu induk pandean lamper semarang of Protective Relays”. International
dengan simulasi etap 11.1.1. Jurnal Conference on Power, Energy and Control
Transient. Vol. 4, No. 3. (ICPEC).
A.J Onah (2012). Relay coordination in the PT PLN UP3 Kediri. 2022. Data single line
protection of radially connected power diagram, data panjang jaringan, data
system network. Departement Of Electrical beban, data setting recloser, data setting
Engineering. Michael Okpara University ocr dan gfr outgoing. Kediri.
Agriculture, Umudike, Abia State. Gardu Induk Pare. 2022. Data single line diagram,
Hidayat, Taufiq, Karnoto, dan Yuningtiastuti. 2016. data transformator tenaga, data hubung
Analisis resetting recloser pada saluran wli singkat. Kediri.
06 trafo 30 mva 150 kv gardu induk weleri
kendal dengan simulasi etap 12.6.0. Jurnal
Transient . Volume 5, No. 4.
Rumbaman, Wulan Nursyifa, Hari Purnama, dan
Supriyanto. 2021. Studi koordinasi proteksi
recloser fuse pada jaringan ieee 34 node
menggunakan etap. Industrial Research
Workshop and National Seminar. Bandung
Ramadhani, Icha Marsya, Toto Tohir, dan Yudi
Prana Hikmat. 2021. Analisis koordinasi
proteksi recloser dan sectionalizer pada
penyulang lbsr gi padalarang menggunakan
etap 12.6.0. Seminar Nasional Teknologi
dan Riset Terapan. Sukabumi.
Idriana, Elvi, dkk. 2021. Analisa setting koordinasi
proteksi over current relay pada jaringan
distribusi di pt. Pln (persero) ulp pangkalan
brandan. Jurnal Energi Elektrik. Volume 10,
No. 1.
Nugroho, Wahyu, Ramadoni Syahputera, dan
Slamet Suripto. 2019. Analisis penempatan,
setting dan kinerja recloser dan fuse cut out
pada penyulang pedan 6 pt pln (persero)
area klaten. Artikel Ilmiah. Fakultas Teknik,
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Ramadhan T, Rize. 2014. Studi koordinasi istem
pengaman penyulang trafo iv di gardu
induk waru. Fakultas Teknik, Universitas
Brawijaya. Malang.
IEC 60255. Overcurrent protection for phase
and earth faults.

Anda mungkin juga menyukai