PROPOSAL SKRIPSI
Oleh
Candra Heri Saputro
NIM 5301415001
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam suatu Sistem daya listrik terdiri dari berbagai komponen, antara lain
Sumber Energi, Pembangkit Energi, Sistem Transmisi, Sistem Distribusi dan Pusat
Beban. Sumber energi listrik berupa air, uap, gas dan lain sebagainya. Sumber
energi ini diubah oleh sistem pembangkit menjadi energi listrik yang ditransmisikan
tenaga listrik kepada konsumen. Oleh karena itu, kebutuhan akan daya listrik ini
kepuasan konsumen
Selama ini energi listrik telah menjadi kebutuhan vital untuk menunjang
kehidupan sehari-hari (Garg et al. 2018; Uddin et al. 2016). Konsumsi energi global
meningkat karena populasi manusia yang terus bertambah (Abdelkader et al. 2010).
Dalam 20 tahun terakhir, konsumsi energi dunia meningkat tajam sebesar 40%
(Wang et al. 2018). Kini konsumsi energi listrik global mencapai 10 TWH dan
memiliki deviasi tegangan dan frekuensi yang minimum, menjamin urutan fasa
yang benar, menjamin distorsi gelombang tegangan dan harmonik yang minimum
dan bebas dari surja tegangan, menjamin suplai tegangan dalam keadaan seimbang,
distribusi merupakan bagian jaringan listrik yang paling dekat dengan masyarakat.
Jaringan distribusi dikelompokkan menjadi dua, yaitu jaringan distribusi primer dan
jaringan distribusi sekunder. Tegangan distribusi primer yang dipakai PLN adalah
20 kV, 12 kV, 6 KV. Pada saat ini, tegangan distribusi primer yang cenderung
dikembangkan oleh PLN adalah 20 kV. Tegangan pada jaringan distribusi primer,
rendah yang besarnya adalah 380/220 V, dan disalurkan kembali melalui jaringan
kondisi fisis yang disebabkan kegagalan suatu perangkat, komponen atau suatu
berupa hubung langsung atau melalui impedansi. Istilah gangguan identik dengan
merupakan suatu hubungan abnormal (termasuk busur api) pada impedansi yang
relatif rendah terjadi secara kebetulan atau disengaja antara dua titik yang
peralatan dari gangguan dan menghindari dari kerusakan. Dengan adanya sistem
atau memadamkan gangguan yang telah terjadi dan melokalisirnya, dan membatasi
Gangguan Pada Penyulang KDS 5 dan KDS 6 Di PT. PLN (Persero) Area
penyulang KDS 5 dan KDS 6 karena berdasarkan data hasil observasi yang
yang terjadi akibat faktor meliputi hewan, petir, ulah manusia dan faktor internal
mengetahui semua jenis gangguan yang terjadi di sepanjang penyulang kudus 5 dan
tersebut ,dengan hal ini peneliti dapat mencarikan solusi yang tepat untuk
sebagai pertimbangan PT. PLN (Persero) Rayon Kudus untuk menangani gangguan
di kota Kudus.
1. Pada penyulang KDS 5 dan KDS 6 sering terjadi gangguan ,baik gangguan
listrik;
sistem distribusi
4.
6
relai OCR (Over Current Relay) dan GFR (Ground Fault Relay)
proteksi yang lebih bermutu maka permasalahan yang dapat diambil adalah :
gangguan yang terjadi di jalur penyulang KDS 5 dan KDS6 dari tahun
2017-2018 ?
keandalan sistem proteksi distribusi Penyulang KDS 5 dan KDS 6 Rayon Kudus
pemeliharaan dan inspeksi gangguan pada sistem proteksi jika terjadi gangguan
yang sama.
2. Manfaat praktis:
Sebagai kajian atau bahan pertimbangan PT. PLN (Area) Kudus untuk
BAB II
tenaga listrik. Gangguan pada jaringan distribusi lebih banyak terjadi pada saluran
udara (SUTM) yang umumnya tidak memakai isolasi dibanding dengan saluran
9
pembungkus.
Sumber gangguan pada jaringan distribusi dapat berasal dari dalam sistem
b. Beban lebih
e. Usia pemakaian
b. Sambaran petir
f. Penggalian tanah
h. Kerusakan sambungan
3. Gangguan Ketakstabilan
terus-menerus berlangsung dapat merusak peralatan listrik yang dialiri oleh arus
tersebut. Karena arus yang mengalir melebihi kapasitas peralatan listrik dan
beban lebih, pengaman tidak trip (Sarimun. 2011). Misalnya, kapasitas penghantar
350 A dan pengaman di setting 400 A tetapi beban mencapai 380 A, sehingga
lebih (over speed) pada generator. Tegangan lebih ini juga dapat terjadi
petir yang mengenai peralatan listrik atau saat pemutus tenaga yang
2011).
pembangkit, karena pembangkit yang besar jatuh (trip) dari cadangan putar
(spinning reserve), maka frekuensi akan terus turun atau bisa terjadi terpisahnya
sistem yang dapat menyebabkan gangguan yang lebih luas, bahkan terjadi
Gangguan yang sering terjadi dan berbahaya bagi sistem tenaga listrik
adalah gangguan hubung singkat. Adanya hubung singkat menimbulkan arus lebih
yang pada umumnya jauh lebih besar daripada arus pengenal peralatan dan terjadi
penurunan tegangan pada sistem tenaga listrik. Dimana besarnya arus hubung
singkat tergantung dari sumber yang memasok, luas penampang jaringan, dan
lokasi dimana gangguan hubung singkat tersebut terjadi. Akibat dari adanya arus
2. Gangguan Permanen
terjadi pada jaringan distribusi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu sebagai
berikut:
1. Gangguan Asimetris
dan arus yang mengalir pada setiap fasanya menjadi tidak seimbang.
2. Gangguan Simetris
gangguan yang terjadi pada tiap bagian harus dapat dideteksi dan dipisahkan dari
sistem lainnya dalam waktu secepat mungkin. Beberapa fungsi sistem pengaman
kepada konsumen.
gangguan arus lebih pada sistem distribusi sebelum gangguan tersebut meluas
keseluruh sistem yang ada. Peralatan yang banyak digunakan pada jaringan
3. Relai
(expulsion). Pengaman lebur ini ditempatkan pada sisi tegangan menengah (TM)
hubung singkat di trafo, atau sisi TM sebelum trafo, dan gangguan permanen antara
fasa ke tanah.
semua jenis pelebur, batas arus pelebur biasanya lebih tinggi daripada arus
normalnya. Pelebur yang melewatkan arus melampaui batas arus untuk waktu yang
lebih lama daripada waktu untuk melewatkan arus pemutus minimum, dapat
Penutup balik adalah alat pengaman arus lebih dimana waktu untuk
memutus dan menutup kembali dapat diatur dan bekerja secara otomatis. Pemutus
balik otomatis dilengkapi dengan sarana indikasi arus lebih, pengatur waktu
setelah melalui beberapa kali operasi buka-tutup. Contoh bentuk dari pemutus balik
membuka dan menutup kembali bila gangguan telah hilang. Jika gangguannya
2.1.2.1.3 Relai
supaya tetap dapat bekerja terus, dengan cara melepaskan bagian sistem
akibat gangguan tersebut tidak memberikan akibat negatif yang lebih luas
1. Relai Arus Lebih (Over Current Relay) Relai arus lebih (OCR) merupakan
pengaman sistem distribusi dari gangguan antar fasa, baik hubung singkat
relai ini memiliki prinsip kerja yang sama dengan relai arus lebih.
Relai momen (instant) berperan sebagai pengaman untuk arus yang besar
jaringan.
beban tidak seimbang yang disebabkan adanya penghantar yang putus arah
lebih. Gangguan ini bisa terjadi akibat proses switching pada saluran dan akibat
sambaran petir. Bila gangguan ini dibiarkan maka dapat merusak peralatan listrik.
Oleh karena itu, peralatan listrik itu harus dilindungi dari gangguan tegangan lebih
Dalam hal melindungi saluran tenaga listrik, ada beberapa cara yang dapat
diterapkan. Salah satu cara yang paling mudah adalah dengan menggunakan kawat
tanah (overhead groundwire) pada saluran. Prinsip dari pemakaian kawat tanah ini
adalah bahwa kawat tanah akan menjadi sasaran sambaran petir sehingga
terhadap tegangan surja dengan membatasi surja tegangan lebih yang datang dan
mengalirkan ke tanah. Alat ini berlaku sebagai jalan pintas (bypass) sekitar isolasi.
19
Penangkap petir membentuk jalan yang mudah dilalui oleh arus petir, sehingga
Pada keadaan normal penangkap petir berlaku sebagai isolator dan bila
timbul surja berlaku sebagai konduktor yang melewatkan aliran arus yang tinggi.
Setelah surja hilang, penangkap petir harus dengan cepat kembali menjadi isolator,
referensi dalam penelitian ini. Adapun penelitian tersebut dari Shofiyah (2014)
(Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Area Garut Rayon Garut Kota”
pada feeder di seluruh unit PLN (persero) area Garut Jawa barat.Hasil dari
penelitian ini yaitu gangguan paling banyak terjadi akibat laying-layang adalah
SUTM 20KV Penyulang Senggiring 3 di PT. PLN (Persero) Area Pontianak”. Pada
kerja komponen system proteksi yaitu relay GFR dan OCR, hasilnya seting pada
uji coba setelah dibandingkan dengan dilapangan didapatkan bahwa relai tidak
20
berfungsi secara maksimal, sehingga perlu adanya peremajaan relay dengan relai
yang baru dan diseting sesuai dengan cascade proteksi pada penyulang Senggiring
3 Pontianak.
mengetahui perhitungan nilai indeks. Hasil dari penelitian ini yaitu didapatkan hasil
indeks SAIFI, SAIDI, dan CAIDI melebihi standar yang ditetapkan oleh PLN pada
SPLN No 59 tahun 1985 yaitu SAIFI: 3,21 kali/tahun dan SAIDI: 21,094 jam/tahun.
Pauh Limo dengan tujuan jika terjadi gangguan pada salah satu penyulang maka
relai OCR hasil perhitungan sudah benar dan koordinasi kerja relai sudah baik. Dari
uji selektifitas diperoleh waktu kerja relai pada penyulang Kuranji = 0,3 detik,
penyulang Koto Tingga = 0,298 detik, Penyulang Teluk Bayur-2 = 0,292 detik,
Penyulang Teluk Bayur-1 = 3 detik, Penyulang BLKI = 0,3 detik, penyulang Kandis
= 0,3 detik, dan penyulang UNAND = 0,3 detik. Pada sisi incoming waktu kerja
Pada Penyulang 20 KV Dengan Over Current Relay (Ocr) Dan Ground Fault Relay
(Gfr)” dalam penelitianya ia mengitung seting relay OCR dan GFR untuk
mengetahui arus gangguan yang terjadi pada penyulang 20 KV. Hasilnya diperoleh
bahwa besar arus gangguan satu fasa ke tanah yang terjadi pada saluran kabel 20
11.640 Ampere.
disebutkan diatas, akan tetapi yang membedakan dalam tiap penelitian adalah
metode penelitian, teknik analisis data, serta subjek penelitian. Hal ini pula yang
teknik analisis data deskriptif presentase dan menggunakan subjek penelitian yaitu
penyulang KDS 5 dan KDS 6 PT. PLN (Persero) Area Kudus, Jawa Tengah.
utama dari sistem proteksi selain mencegah kerusakan pada peralatan jaringan
yang terkena dampak kerusakan, sehingga jaringan lainya tidak merasakan efek dari
kepekaan, kecepatan, selektifitas, yang mana ketiga unsur tersebut harus ada dalam
sistem proteksi.Sebuah kerusakan pada jaringan listrik sekecil apapun harus mampu
dideteksi oleh pengaman agar nantinya dapat secara cepat diberikan penanganan,
dan harus cepat mendeteksi dengan hitungan seper sekian detik gejala kerusakan
dengan jaringan yang masih normal sehingga kerusakan tidak dapat meluas ke
jaringan lainya.
Gangguan jaringan merupakan hal yang mungkin terjadi pada suatu sistem
yang berakibat pada konsumen dan PLN.Gangguan dapat dibagi menjadi dua yaitu
karena faktor dari luar (cuaca, hewan, manusia) dan faktor dari dalam (kerusakan
non teknis atau kerusakan peralatan itu sendiri).Gangguan paling banyak terjadi
akibat faktor eksternal yaitu karena pengaruh hewan, pengaruh cuaca, dan akibat
ulah manusia itu sendiri.Sistem proteksi harus mampu mendeteksi segala bentuk
suatu jaringan, ini berakibat pada kerusakan peralata jaringan lainya dan bahkan
jaringan bisa diakibatkan oleh kesalahan setting peralatan proteksi atau karena
faktor usia peralatan tersebut karena tiap komponen proteksi harus dilakukan
dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui keandalan sistem proteksi distribusi
terhadap frekuensi gangguan yang terjadi di PT. PLN (Persero) Area Kudus.Penulis
berharap dengan hasil penelitian yang dilakukan ini dapat menjadikan evaluasi bagi
BAB III
METODE PENELITIAN
proteksi ini pada bulan April-Juni 2019. Penelitian ini dilaksanakan di PT. PLN (Persero)
4 Kamera 25 Megapixels
5 Alat Tulis
nilai variable mandiri, baik satu variable atau lebih (independen) tanpa membuat
pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel
penelitian ini merupakan penilitian deskriptif kuantitatif, data yang diperoleh dari
dalam suatu penelitian. Desain dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.1
25
langkah yang paling strategis dalam penelitian. Hal ini dikarenakan tujuan utama
dari penelitian adalah untuk memperoleh data. Teknik pengumpulan data yang
1. Metode Observasi
2. Metode Wawancara
data. Teknik analisis data adalah suatu teknik yang digunakan untuk mengolah data
hasil penelitian agar diperoleh suatu kesimpulan. Rumus yang digunakan dalam
Keterangan :
Keterangan :
sampai dengan 99 %.
Dari hasil penelitian ini data gangguan dan kinerja Relai OCR dan GFR
penyulang KDS 5 dan KDS 6 PT. PLN (Persero) Area Kudus dari tahun 2017 sampai