Anda di halaman 1dari 48

TUGAS AKHIR

ANALISIS PENYEBAB GANGGUAN JARINGAN PADA DISTRIBUSI

LISTRIK MENGGUNAKAN METODE POHON KESALAHAN

DI PT.PLN (PERSERO) ULP RANTEPAO

Oleh:

Nama Mahasiswa

STB: xxxxxx

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA TORAJA

2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Energi listrik menjadi salah satu kebutuhan yang sangat vital bagi

kehidupan masyarakat saat ini. Karena segala aktivitas yang berkaitan dengan

kebutuhan sehari-hari tidak terlepas dari kebutuhan akan energi listrik. Hal ini

yang membuat energi listrik menjadi kebutuhan pokok yang sangat penting

bagi kehidupan masyarakat saat ini (Nur, 2013). Untuk mengatasi kebutuhan

energi listrik tersebut, pihak pemerintah juga sudah memikirkannya antara

lain melalui pembangunan pembangkit tenaga listrik berskala besar dan kecil.

Dengan mengelola dan meningkatkan sumber daya alam yang dapat di

pergunakan sebagai pembangkitan energi listrik. Sehingga energi listrik dapat

disalurkan keseluruh wilayah melalui jaringan transmisi dan jaringan

distribusi (Rendra, 2010).

Selama ini energi listrik telah menjadi kebutuhan vital untuk

menunjang kehidupan sehari-hari (Garg et al. 2018; Uddin et al. 2016).

Konsumsi energi global meningkat karena populasi manusia yang terus

bertambah (Abdelkader et al. 2010). Dalam 20 tahun terakhir, konsumsi

energi dunia meningkat tajam sebesar 40% (Wang et al. 2018). Kini konsumsi

energi listrik global mencapai 10 TWH dan diperkirakan akan mencapai 30

TWH pada tahun 2050 (Yilmaz et al. 2015). Meningkatnya kebutuhan

masyarakat akan energi listrik maka PLN harus memperhatikan kualitas

energi yang disalurkan dari pembangkit hingga sampai kepada konsumen.

Kualitas energi listrik menjadi poin penting dalam pendistribusian energi

1
2

listrik karena energi listrik harus memenuhi persyaratan untuk sampai ke

konsumen, diantaranya yaitu dapat memenuhi beban puncak, memiliki

deviasi tegangan dan frekuensi yang minimum, menjamin urutan fasa yang

benar, menjamin distorsi gelombang tegangan dan harmonik yang minimum

dan bebas dari surja tegangan, menjamin suplai tegangan dalam keadaan

seimbang, dan memberikan suplai tenaga dengan keandalan yang tinggi.

Energi listrik disalurkan ke masyarakat melalui jaringan distribusi, oleh sebab

itu jaringan distribusi merupakan bagian jaringan listrik yang paling dekat

dengan masyarakat.

Dalam sistem distribusi tenaga listrik tegangan rendah sering terjadi

gangguan-gangguan yang dapat mengakibatkan terganggunya pendistribusian

tenaga listrik kekonsumen. Gangguan adalah penghalang dari suatu sistem

yang sedang beroperasi atau suatu keadaan dari sistem penyaluran tenaga

listrik menyimpang dari kondisi normal yang berakibat munculnya berbagai

masalah. Ganguan pada sistem distribusi adalah terganggunya sistem tenaga

listrik yang menyebabkan bekerjanya relay pengaman penyulang bekerja

untuk membuka circuit breaker di gardu induk yang menyebabkan

terputusnya suplay tenaga listrik (Dasman, 2017). Berbagai Permasalahan

yang sering muncul pada sistem distribusi energi listrik seperti, drop tegangan

yang menyebabkan tegangan listrik menjadi menurun, susut daya yang

diakibatkan pembagian beban tidak merata.

Kinerja sistem distribusi merupakan tingkat keberhasilan sebuah

sistem atau bagian dari sebuah sistem, untuk dapat memberikan hasil yang

lebih baik pada waktu dan kondisi tertentu. Untuk dapat menentukan tingkat
3

kinerja dari sebuah sistem, perlu dilakukan kajian berupa perhitungan dan

analisa terhadap tingkat keberhasilan pada sistem yang ditinjau pada periode

tertentu, untuk kemudian dibandingkan dengan standar yang sudah ditetapkan

sebelumnya. Kontinuitas pelayanan merupakan salah satu unsur dari kualitas

pelayanan, dan kesemuanya tergantung pada jenis dan tipe penyalur dan

peralatan pengaman yang digunakan. Jaringan distribusi sebagai saran

penyalur energi listrik mempunyai tingkat kontinuitas pelayanan berdasarkan

jangka waktu mengoperasikan kembali saluran setelah mengalami gangguan.

Suatu gangguan didalam peralatan listrik didefinisikan sebagai terjadinya

suatu kerusakan didalam jaringan listrik yang menyebabkan aliran arus listrik

keluar dari saluran yang seharusnya (Suswanto, 2009).

Sumber gangguan terdiri atas dua faktor yaitu faktor internal dan

faktor eksternal, gangguan internal disebabkan oleh perubahan sifat hambatan

yang ada, misalnya isolator yang retak karena faktor umur, sedangkan

gangguan dari luar berupa gejala alam antara lain petir, hewan, pohon, debu,

hujan, dan sebagainya. (Sulasno, 2001: 108). Gangguan dari faktor internal

berupa kerusakan peralatan sangat mungkin terjadi disetiap penyulang pada

jaringan distribusi, mengingat peralatan memiliki usia sehingga perlu adanya

peremajaan.

Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa sudah bertahun-tahun

lamanya di PT. PLN (Persero) ULP Rantepao, kehandalan ataupun model

kehandalan sistem distribusi kurang begitu diperhatikan. Dibandingkan dari

sistem pembangkitan yang mempunyai biaya investasi yang lebih besar, dan

dampak yang sangat luas apabila sebuah pembangkit mengalami kegagalan


4

produksi. Untuk melakukan evaluasi kinerja jaringan sistem distribusi tenaga

listrik, umumnya digunakan parameter-parameter untuk mengevaluasi sistem

distribusi radial. Indeks kehandalan yang dimaksud adalah indeks yang

berorientasi pelanggan seperti System Average Interruption Frequency Index

(SAIFI), System Average Interruption Duration Index (SAIDI), Customer

Average Interruption Duration Index (CAIDI), Average Service Availability

Index (ASAI) dan Average Service Unvailability Index (ASUI). Keandalan

suatu jaringan distribusi mutlak diperlukan untuk menjaga kontinuitas

penyaluran tenaga listrik ke konsumen. Gangguan pada suatu sistem tenaga

listrik atau penyediaan listrik ini tidak dikehendaki, tetapi merupakan

kenyataan yang tidak dapat dihindarkan (Marsudi, 2006).

Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka penulis tertarik

untuk melaksanakan penelitian dengan judul “Analisis Penyebab Gangguan

Jaringan Pada Distribusi Listrik Menggunakan Metode Pohon Kesalahan Di

PT.PLN (Persero) ULP Rantepao”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini yaitu:

1. Apa penyebab utama gangguan jaringan distribusi listrik di PT. PLN

(Persero) ULP Rantepao?

2. Bagaimana cara mengatasi penyebab gangguan jaringan pada distribusi

listrik di PT. PLN (Persero) ULP Rantepao?


5

3. Bagaimana memecahkan masalah penyebab gangguan jaringan pada

distribusi listrik menggunakan metode pohon kesalahan di PT.PLN

(Persero) ULP Rantepao?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui:

1. Penyebab utama gangguan jaringan distribusi listrik di PT. PLN (Persero)

ULP Rantepao.

2. Cara mengatasi penyebab gangguan jaringan pada distribusi listrik di PT.

PLN (Persero) ULP Rantepao.

3. Memecahkan masalah penyebab gangguan jaringan pada distribusi listrik

menggunakan metode pohon kesalahan di PT.PLN (Persero) ULP

Rantepao.

1.4. Batasan Masalah

Penelitian perlu dibatasai dikarenakan keterbatasan waktu, tenaga, dan

biaya agar hasil penelitian lebih efektif, efisien, akurat, dan mendalam.

Adapun batasan masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Penelitian ini hanya berfokus pada masalah gangguan jaringan pada

distribusi listrik.

2. Penelitian ini hanya dilaksanakan di PT.PLN (Persero) ULP Rantepao.

3. Pemecahan masalah dalam penelitian ini hanya menggunakan metode

pohon kesalahan.
6

1.5. Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-

pihak terkait, yaitu:

1. Bagi Civitas Akademika

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi wujud dari Tri

Darma Perguruan Tinggi khususnya bidang pendidikan yang hasil dari

penelitian ini digunakan perguruan tinggi sebagai persembahan kepada

masyarakat.

2. Bagi PT.PLN (Persero) ULP Rantepao

Diharapkan hasil penelitian ini dapat mempermudah PT.PLN

(Persero) ULP Rantepao jika terjadi gangguan pada distribusi jaringan

listrik.

3. Bagi Masyarakat

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah wawasan

pengetahuan masyarakat terkait gangguan apa saja yang mungkin terjadi

pada distribusi jaringan listrik dan solusi untuk menanganinya jika terjadi

gangguan tersebut.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi referensi rujukan

pustaka bagi peneliti selanjutnya yang akan melaksanakan penelitian

dengan tema sejenis.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kajian Pustaka

2.1.1. Sistem Jaringan Tenaga Listrik

2.1.1.1. Sistem Tenaga Listrik

Sistem tenaga listrik adalah sekumpulan Pusat-Pusat Tenaga

Listrik yang di interkoneksi satu dengan yang lainnya, melalui

transmisi atau distribusi untuk memasok ke beban atau satu Pusat

Listrik dimana mempunyai beberapa unit generator yang diparalel

(Sarimun, 2011). Sistem Tenaga Listrik adalah suatu sistem yang

terdiri dari beberapa komponen berupa pembangkitan, transmisi,

distribusi dan beban yang saling berhubungan dan berkerja sama

untuk melayani kebutuhan tenaga listrik bagi pelanggan sesuai

kebutuhan. Pada umumnya suatu sistem tenaga listrik yang lengkap

memiliki empat unsur (Rendra, 2010). Pertama, adanya suatu unsur

pembangkit tenaga listrik. Tegangan yang dihasilkan oleh pusat

tenaga listrik itu biasanya merupakan tegangan menengah (TM)

(Marsudi, 2006).

Kedua, suatu sistem transmisi lengkap dengan gardu induk.

Karena Pusat-Pusat Listrik berada jauh di di luar pusat beban, maka

dibutuhkan tegangan tinggi (TT) atau tegangan extra tinggi (TET)

agar pasokan tenaga listrik, terutama tegangan dan frekuensi, tetap

stabil. Ketiga, adanya saluran distribusi, yang biasanya terdiri atas

saluran distribusi primer dengan tegangan menengah (TM) dan

7
8

saluran distribusi sekunder dengan tegangan rendah (TR). Keempat,

adanya unsur pemakaian atas utilisasi yang terdiri atas instalasi

pemakaian tenaga listrik.Instalasi rumah tangga biasanya memakai

tegangan rendah, sedangkan pemakai besar seperti industri

mempergunakan tegangan menengah atau tegangan tinggi.

2.1.1.2. Sistem Distribusi

Sistem distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik

yang berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya

besar (bulk power source) sampai ke konsumen (Suhadi, 2008:11).

Pada umumnya sistem distribusi tenaga listrik di Indonesia terdiri atas

beberapa bagian, sebagai berikut.

1. Gardu Induk (GI)

2. Saluran Tegangan Menengah (TM)/ Distribusi Primer

3. Gardu Distribusi (GD)

4. Saluran Tegangan Rendah (TR)/ Distribusi Sekunder

Gardu induk akan menerima daya dari saluran transmisi

kemudian menyalurkannya melalui saluran distribusi primer menuju

gardu distribusi. Sistem jaringan distribusi terdiri dari dua buah bagian

yaitu jaringan distribusi primer dan jaringan distribusi sekunder.

Jaringan distribusi primer umumnya bertegangan tinggi (20 kV atau 6

kV). Tegangan tersebut kemudian diturunkan oleh transformator

distribusi pada gardu distribusi menjadi tegangan rendah (220 atau

380 Volt) untuk selanjutnya disalurkan ke konsumen melalui saluran

distribusi sekunder (Rendra, 2010). Pada Gambar 2.1 ditunjukkan


9

bagaimana skema penyaluran daya hingga ke konsumen melalui

jaringan distribusi. Dari penjelasan di atas dapat diketahui fungsi

sistem distribusi tenaga listrik, yaitu sebagai berikut (Suhadi,

2008:11).

1. Untuk pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke pelanggan.

2. Merupakan subsistem tenaga listrik yang yang langsung

berhubungan dengan pelanggan karena catu daya pada pusat-pusat

beban (pelanggan) dilayani langsung melalui jaringan distribusi

(Kadir, 2000).
10

Gambar 2.1 Sistem Tenaga Listrik

2.1.1.3. Beban

Beban adalah peralatan listrik di lokasi konsumen yang

memanfaatkan energi listrik dari sistem tersebut. Energi listrik yang

dibangkitkan dari pembangkit listrik yang jauh disalurkan melalui

kawat-kawat atau saluran transmisi menuju gardu induk (GI). Oleh

karena itu dalam penyaluran tenaga listrik yang dibangkitkan

diperlukan kawat-kawat atau saluran transmisi. Karena tegangan yang


11

dibangkitkan oleh generator pada umumya rendah, maka tegangan ini

biasanya dinaikkan dengan pertolongan transformator daya ke tingkat

yang lebih tinggi antara 30 KV - 500 KV (negara-negara maju sudah

ada yang mencapai 1 MV) (Sarimun, 2011).

Gambar 2.2 Sistem Tenaga Listrik

2.1.2. Komponen Jaringan Distribusi Tenaga Listrik

Sistem distribusi merupakan keseluruhan komponen dari

sistem tenaga listrik yang menghubungkan secara langsung antara

sumber daya yang besar (seperti gardu transmisi) dengan konsumen

tenaga listrik.

2.1.2.1. Gardu Induk


12

Pada bagian ini jika sistem pendistribusian tenaga listrik

dilakukan secara langsung, maka bagian pertama dari sistem distribusi

tenaga listrik adalah Pusat Pembangkit Tenaga Listrik dan umumnya

terletak di pingiran kota. Untuk menyalurkan tenaga listrik ke pusat-

pusat beban (konsumen) dilakukan dengan jaringan distribusi primer

dan jaringan distribusi sekunder. Jika sistem pendistribusian tenaga

listrik dilakukan secara tak langsung, maka bagian pertama dari sistem

pendistribusian tenaga listrik adalah Gardu Induk yang berfungsi

menurunkan tegangan dari jaringan transmisi dan menyalurkan tenaga

listrik melalui jaringan distribusi primer.

2.1.2.2. Jaringan Distribusi Primer

Jaringan distribusi primer merupakan awal penyaluran tenaga

listrik dari Gardu Induk (GI) ke konsumen untuk sistem

pendistribusian langsung. Sedangkan untuk sistem pendistribusian tak

langsung merupakan tahap berikutnya dari jaringan transmisi dalam

upaya menyalurkan tenaga listrik ke konsumen. Jaringan distribusi

primer atau jaringan distribusi tegangan menengah memiliki tegangan

sistem sebesar 20 kV. Untuk wilayah kota tegangan diatas 20 kV tidak

diperkenankan, mengingat pada tegangan 30 kV akan terjadi gejala-

gejala korona yang dapat mengganggu frekuensi radio, TV,

telekomunikasi, dan telepon. Sifat pelayanan sistem distribusi sangat

luas dan kompleks, karena konsumen yang harus dilayani mempunyai

lokasi dan karakteristik yang berbeda. Sistem distribusi harus dapat


13

melayani konsumen yang terkonsentrasi di kota, pinggiran kota dan

konsumen di daerah terpencil.

Sedangkan dari karakteristiknya, terdapat konsumen

perumahan dan konsumen dunia industri. Sistem konstruksi saluran

distribusi terdiri dari saluran udara dan saluran bawah tanah.

Pemilihan konstruksi tersebut didasarkan pada pertimbangan sebagai

berikut: alasan teknis yaitu berupa persyaratan teknis, alasan

ekonomis, alasan estetika dan alasan pelayanan yaitu kontinuitas

pelayanan sesuai jenis konsumen. Pada jaringan distribusi primer

terdapat 4 jenis dasar yaitu:

1. Sistem Radial

Sistem distribusi dengan pola radial seperti Gambar 2.3

adalah sistem distribusi yang paling sederhana dan ekonomis.

Pada sistem ini terdapat beberapa penyulang yang menyuplai

beberapa gardu distribusi secara radial.

Gambar 2.3 Konfigurasi Jaringan Radial


Dalam penyulang tersebut dipasang gardu-gardu distribusi

untuk konsumen. Gardu distribusi adalah tempat dimana trafo

untuk konsumen dipasang. Bisa dalam bangunan beton atau

diletakan diatas tiang. Keuntungan dari sistem ini adalah sistem ini
14

tidak rumit dan lebih murah dibanding dengan sistem yang lain.

Namun keandalan sistem ini lebih rendah dibanding dengan sistem

lainnya. Kurangnya keandalan disebabkan karena hanya terdapat

satu jalur utama yang menyuplai gardu distribusi, sehingga apabila

jalur utama tersebut mengalami gangguan, maka seluruh gardu

akan ikut padam. Kerugian lain yaitu mutu tegangan pada gardu

distribusi yang paling ujung kurang baik, hal ini dikarenakan jatuh

tegangan terbesar ada diujung saluran.

2. Sistem Hantaran Penghubung (Tie Line)

Sistem distribusi Tie Line seperti Gambar 2.4. umumnya

digunakan untuk pelanggan penting yang tidak boleh padam

(Bandar Udara, Rumah Sakit, dan lain-lain).

Gambar 2.4 Konfigurasi Tie Line (Hantaran Penghubung)

Sistem ini memiliki minimal dua penyulang sekaligus

dengan tambahan Automatic Change Over Switch / Automatic

Transfer Switch, dan setiap penyulang terkoneksi ke gardu

pelanggan khusus tersebut sehingga bila salah satu penyulang


15

mengalami gangguan maka pasokan listrik akan dipindah ke

penyulang lain.

3. Sistem Loop

Pada Jaringan Tegangan Menengah Struktur Lingkaran

(Loop) seperti Gambar 2.5. dimungkinkan pemasokannya dari

beberapa gardu induk, sehingga dengan demikian tingkat

keandalannya relatif lebih baik.

Gambar 2.5 Gambar Rekonfigurasi Jaringan Loop

4. Sistem Spindel

Sistem Spindel seperti pada Gambar 2.6. adalah suatu pola

kombinasi jaringan dari pola Radial dan Ring. Spindel terdiri dari

beberapa penyulang (feeder) yang tegangannya diberikan dari

Gardu Induk dan tegangan tersebut berakhir pada sebuah Gardu

Hubung (GH).
16

Gambar 2.6 Konfigurasi Sistem Spindel

Pada sebuah sistem spindel biasanya terdiri dari beberapa

penyulang aktif dan sebuah penyulang cadangan (express) yang

akan dihubungkan melalui gardu hubung. Pola spindel biasanya

digunakan pada jaringan tegangan menengah (JTM) yang

menggunakan kabel tanah/saluran kabel tanah tegangan menengah

(SKTM). Namun pada pengoperasiannya, sistem spindel berfungsi

sebagai sistem radial. Di dalam sebuah penyulang aktif terdiri dari

gardu distribusi yang berfungsi untuk mendistribusikan tegangan

kepada konsumen baik konsumen tegangan rendah (TR) atau

tegangan menengah (TM).

2.1.2.3. Gardu Distribusi atau Trafo Distribusi

Gardu distribusi (trafo distribusi) berfungsi merubah tegangan

listrik dari jaringan distribusi primer menjadi tegangan terpakai yang

digunakan untuk konsumen dan disebut sebagai jaringan distribusi

sekunder. Kapasitas transformator yang digunakan pada transformator

distribusi ini tergantung pada jumlah beban yang akan dilayani dan

luas daerah pelayanan beban. Gardu distribusi (trafo distribusi) dapat

berupa transformator satu fasa dan juga berupa transformator tiga fasa.
17

2.1.2.4. Jaringan Distribusi Sekunder

Jaringan distribusi sekunder atau jaringan distribusi tegangan

rendah merupakan jaringan tenaga listrik yang langsung berhubungan

dengan konsumen. Oleh karena itu besarnya tegangan untuk jaringan

distribusi sekunder ini adalah 130/230 V dan 130/400 V untuk sistem

lama, atau 380/220 V untuk sistem baru.Tegangan untuk jaringan

distribusi dapat dibagi menjadi beberapa jenis, antara lain:

1. Tegangan Menengah (TM)

Tegangan menengah adalah tegangan dengan rentang 1 kV

sampai dengan 30 kV. Untuk negara Indonesia menggunakan

tegangan menengah sebesar 20 kV. Tegangan menengah dipakai

untuk penyaluran energi listrik dari GI menuju gardu-gardu

distribusi atau langsung menuju pelanggan tegangan menengah.

2. Tegangan Rendah (TR)

Tegangan rendah adalah tegangan dengan nilai di bawah 1

kV yang digunakan untuk penyaluran daya dari gardu distribusi

menuju pelanggan tegangan rendah. Penyalurannya dilakukan

dengan menggunakan sistem tiga fasa empat kawat yang

dilengkapi netral. Indonesia sendiri menggunakan tegangan rendah

380/220 V dimana tegangan 380 V merupakan besar tegangan

antar fasa dan tegangan 220 V merupakan tegangan fasa-netral.

Tegangan 20 KV ini disebut tegangan distribusi primer, sedang

untuk tegangan rendah sebesar 110V/220V/380V. Jaringan listrik


18

tegangan rendah menurut penaikkan dan pengisian tegangan ada 2

buah macam, yaitu:

a. Jaringan Distribusi Tegangan Rendah Langsung

Jaringan distribusi tegangan rendah langsung yaitu

Jaringan distribusi tegangan rendah yang ditarik dan diisi

tegangan langsung dan pembangkit tenaga listrik tanpa melalui

transformator. Adapun cara pemasangan sistem Jaringan

distribusi tegangan rendah langsung seperti terlihat pada

gambar di bawah ini:

Gambar 2.7. Jaringan Distribusi Tegangan Rendah Langsung

Keterangan:

A: Pemutus dan Pengaman Tegangan 220/380 V

B: Kabel Tanah Tegangan Rendah

C: Tiang Jaringan

D: Kawat Jaringan Konsuraen.

E: Pemakai / Konsumen Tegangan

Jaringan tersebut biasanya hanya menghasilkan

kapasitas kecil dan digunakan untuk keperluan lokal.

b. Jaringan Distribusi Tegangan Rendah Tak Langsung

Jaringan distribusi tegangan rendah tak langsung adalah

jaringan distribusi tegangan rendah yang ditarik dan diisi

dengan tegangan setelah melalui suatu 20 transformator penaik


19

tegangan (step up). Generator yang ada dipembangkit tenaga

listrik biasanya menghasilkan tenaga listrik dengan tegangan

antara 6 - 20 KV yang kemudian dengan transformator

tegangan tersebut dinaikkan menjadi 150 - 500 KV. Saluran

tegangan tinggi (STT) menyalurkan tenaga listrik menuju

pusat penerima selanjutnya tegangan tersebut diturunkan

kembali menjadi tegangan subtransmisi 70 KV pada gardu

induk (GI) tenaga listrik yang diterima kemudian disalurkan

menuju transformator distribusi (TD) dalam bentuk tegangan

menengah 20 KV. Melalui transformator distribusi yang

tersebar di berbagai pusat-pusat beban, tegangan primer ini

kemudian diturunkan menjadi tegangan rendah 220/380 V

yang akhirnya diterima pihak pemakai/konsumen. Bentuk

secara diagram blok dapat diperjelas seperti gambar di bawah:

Gambar 2.8. Jaringan Distribusi Tegangan Rendah Tidak

Langsung

Keterangan:

A. Pembangkit tenaga listrik (Generator, Transformator Step

Up)
20

B. Saluran Tegangan Tinggi (STT), yaitu Tegangan 150 - 500

KV

C. Gardu Induk (GI) 21 D. Saluran Sutransmisi (SST) yaitu 70

KV

E. Saluran Distribusi Primer (SDP) yaitu Tegangan Menengah

20 KV.

F. Beban

G. Generator

2.1.3. Permasalahan Pada Jaringan Distribusi

2.1.3.1. Gangguan Jaringan SUTM (Saluran Udara Tegangan

Menengah)

Gangguan pada sistem distribusi adalah terganggunya sistem

tenaga listrik yang menyebabkan bekerjanya relai pengaman

penyulang untuk membuka pemutus tenaga (circuit breaker) di gardu

induk yang menyebabkan terputusnya suplai tenaga listrik (Pusdiklat

PLN, 2010). Gangguan pada jaringan distribusi lebih banyak terjadi

pada saluran udara (SUTM) yang umumnya tidak memakai isolasi

dibanding dengan saluran distribusi yang ditanam dalam tanah

(SKTM) dengan menggunakan isolasi pembungkus. Menurut

Stevenson (1990: 316), gangguan adalah keadaan sistem yang tidak

normal sehingga rangkaian mengalami hubung singkat dan juga

rangkaian terbuka (open circuit). Kondisi gangguan pada sistem

jaringan distribusi primer tegangan menengah 20 KV dapat dibedakan

berdasarkan penyebabnya, yaitu:


21

1. Penyebab dari faktor luar

2. Penyebab dari faktor dalam

Menurut PT. PLN Udiklat Semarang dalam Setiawan (2003:

78), gangguan dapat terjadi setiap saat dengan berbagai macam sebab

yang dapat mengakibatkan rusaknya peralatan, terganggunya

kontinuitas penyaluran listrik pada konsumen, dan timbulnya bahaya

keselamatan manusia dan lingkungan. Penyebab terjadinya gangguan

pada jaringan distribusi dapat berasal dari dalam maupun dari luar

sistem jaringan. Gangguan yang berasal dari dalam terutama

disebabkan oleh perubahan sifat hambatan yang ada, misalnya isolator

yang retak karena faktor umur, sedangkan gangguan dari luar biasanya

berupa gejala alam antara lain petir, burung, pohon, debu, hujan, dan

sebagainya. (Sulasno, 2001: 108).

2.1.3.2. Gangguan Beban Lebih (over load)

Beban lebih kurang tepat apabila disebut gangguan, namun

karena beban lebih adalah suatu keadaan abnormal yang apabila

dibiarkan terus berlangsung dapat membahayakan peralatan, maka

beban lebih harus ikut ditinjau.Karena arus yang mengalir melebihi

kapasitas peralatan listrik dan kapasitas pengaman yang terpasang

melebihi kapasitas peralatan, sehingga saat beban lebih, pengaman

tidak trip (Sarimun Wahyudi, 2011). Beban lebih dapat

mengakibatkan pemanasan yang berlebihan yang selanjutnya dapat

mempercepat proses penuaan atau memperpendek umur peralatan.

(Setiawan, 2003: 78).


22

2.1.3.3. Gangguan Tegangan Lebih

Tegangan lebih dapat dibedakan sebagai berikut.

1. Tegangan lebih dengan power frekuensi terjadi karena kehilangan

beban atau penurunan beban jaringan akibat gangguan atau

manuver.

2. Tegangan lebih transien karena surja petir dan surja hubung

(Setiawan, 2003: 79).

Menurut Sulasno (2001: 108), sambaran petir mengandung

tegangan dan arus yang sangat tinggi sehingga dapat menembus

dielektrik isolasi udara, sedangkan porselin pada saluran udara

berkurang kekuatanya karena kotor atau retak oleh gaya mekanik.Pada

kenyataan ini menurunya hambatan isolasi menyebabkan arus kecil

mengalir yang akan mempercepat ionisasi sehingga arus semakin

besar dengan cepat sampai terjadi loncatan bunga api (flash over).

Sedangkan menurut Pabla (1991: 234A), penelitian menunjukan

bahwa petir merupakan penyebab sekitar sepertiga dari semua

kerusakan pada tegangan tinggi dan sistem distribusi.

2.1.3.4. Gangguan Kestabilan

Lepasnya pembangkit dapat menimbulkan ayunan daya

(power swing) atau menyebabkan unit-unit pembangkit lepas sinkron.

Ayunan juga dapat menyebabkan salah kerja relai. Lepas sinkron

dapat menyebabkan berkurangnya pembangkit, karena pembangkit

yang besar jatuh (trip) dari cadangan putar (spinning reserve), maka

frekuensi akan terus turun atau bisa terjadi terpisahnya sistem yang
23

dapat menyebabkan gangguan yang lebih luas, bahkan terjadi

keruntuhan sistem (collapse) (Sarimun Wahyudi, 2011).

2.1.3.5. Gangguan Hubung Singkat

Hubung singkat dapat terjadi antar fasa atau fasa dengan tanah

dan dapat bersifat temporer/sementara atau permanen. Gangguan yang

bersifat temporer dapat hilang dengan sendirinya atau dengan

memutuskan sesaat bagian yang terganggu dari sumber

teganganya.Gangguan yang bersifat permanen untuk membebaskanya

diperlukan tindakan perbaikan dan atau menyingkirkan penyebab

tersebut. (Setiawan, 2003: 78). Gangguan hubung singkat dapat

menimbulkan kerusakan pada rangkain listrik terutama jaringan

distribusi, peralatan, pengaman, transformator, dan sebagaianya.

(Sulasno, 2001: 108). Berdasarkan lama terjadinya gangguan hubung

singkat pada sistem distribusi dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

1. Gangguan Temporer

Gangguan yang bersifat sementara karena dapat hilang

dengan sendirinya dengan cara memutuskan bagian yang

terganggu sesaat, kemudian menutup balik kembali, baik secara

otomatis (autorecloser) maupun secara manual oleh operator. Bila

gangguan sementara terjadi berulang-ulang maka dapat

menyebabkan gangguan permanen dan merusak peralatan.

2. Gangguan Permanen

Gangguan bersifat tetap, sehingga untuk membebaskannya

perlu tindakan perbaikan atau penghilangan penyebab gangguan.


24

Hal ini ditandai dengan jatuhnya (trip) kembali pemutus tenaga

setelah operator memasukkan sistem kembali setelah terjadi

gangguan.

Berdasarkan kesimetrisannya, gangguan hubung singkat yang

mungkin terjadi pada jaringan distribusi dapat dibedakan menjadi dua

jenis yaitu sebagai berikut.

1. Gangguan Asimetris

Gangguan asimetris merupakan gangguan yang

mengakibatkan tegangan dan arus yang mengalir pada setiap

fasanya menjadi tidak seimbang. Gangguan ini terdiri dari:

a. Gangguan Hubung Singkat Satu Fasa ke Tanah

b. Gangguan Hubung Singkat Dua Fasa

c. Gangguan Hubung Singkat Dua Fasa ke Tanah

2. Gangguan Simetris

Gangguan simetris merupakan gangguan yang terjadi pada

semua fasanya (3 fasa) sehingga arus maupun tegangan setiap

fasanya tetap seimbang setelah gangguan terjadi.

2.1.3.6. Gangguan SUTM Akibat Pohon

Gangguan eksternal yang diakibatkan oleh pohon merupakan

gangguan yang terjadi pada jaringan distribusi, khususnya Jaringan

Tegangan Menengah (JTM). Sebagian besar gangguan pada saluran

udara tegangan menengah tidak disebabkan oleh petir melainkan oleh

sentuhan pohon (Suswanto, 2008:116). Gangguan ini tidak dapat

diprediksi kapan akan terjadi, namun masih dapat diminimalisir untuk


25

mengurangi resiko terjadinya gangguan akibat pohon. Pohon tumbang

atau ranting yang menempel pada jaringan SUTM dapat menyebabkan

arus hubung singkat antar fasa dan hubung singkat fasa ke tanah

sehingga akan terjadi pemadaman listrik (Suswanto, 2008:271).

Gambar 2.9 Bahaya pohon atau bangunan di dekat jaringan 20kV

Pada gardu induk di suatu wilayah pelayanan jaringan

tegangan menengah terdapat saklar utama yang dilengkapi dengan alat

pengaman (proteksi). Alat pengaman ini bekerja secara otomatis

memutuskan aliran listrik pada jaringan listrik PLN jika terjadi

hubung singkat atau hubung tanah, dengan tujuan melindungi jaringan

yang lain dari kerusakan yang lebih parah. Pengaman gardu induk

mengartikan sentuhan pohon sebagai hubung tanah, apabila arus

hubung tanah melebihi batas aman, secara otomatis aliran listrik akan

padam pada wilayah pelayanan jaringan tegangan menengah yang

mengalami gangguan tersebut.


26

Bila gangguan hubung singkat dibiarkan berlangsung dengan

lama pada suatu sistem daya, banyak pengaruh-pengaruh yang tidak

diinginkan yang dapat terjadi (Stevenson, 1982:317):

1. Berkurangnya batas-batas kestabilan untuk sistem daya.

2. Rusaknya perlengkapan yang berada dekat dengan gangguan yang

disebabkan oleh arus tak seimbang, atau tegangan rendah yang

ditimbulkan oleh hubung singkat.

3. Ledakan-ledakan yang mungkin terjadi pada peralatan yang

mengandung minyak isolasi sewaktu terjadinya suatu hubung

singkat, dan yang mungkin menimbulkan kebakaran sehingga

dapat membahayakan orang yang menanganinya dan merusak

peralatan-peralatan yang lain.

4. Terpecah-pecahnya keseluruhan daerah pelayanan sistem daya itu

oleh suatu rentetan tindakan pengamanan yang diambil oleh

sistem-system pengamanan yang berbeda-beda. Kejadian ini

dikenal sebagai “cascading”.

Peraturan tentang penanaman pohon juga sudah diatur dalam

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.20/MENHUT-II/2009 yang

berisi aturan-aturan penanaman pohon, artinya segala bentuk

penanaman harus mengacu pada peraturan pemerintah yang sudah

dibuat, apabila melanggar maka dapat dikenai sanksi. Hal ini juga

menjadi perhatian bagi PLN dalam upaya mengatasi gangguan akibat

pohon untuk masa yang akan datang mengingat pohon memiliki

potensi menyebabkan gangguan pada jaringan listrik. Keberadaan


27

pohon disekitar jaringan SUTM membuat pihak PLN merasa

waspada, oleh karena itu dibuatlah aturan mengenai jarak minimal

antara pohon dengan jaringan SUTM yaitu 2,5 meter (PT.PLN

(Persero), 2010:9).

PT. PLN (Persero) mempunyai peraturan tentang ruang bebas

atau ROW (Right of Way) dan jarak aman (Safety Distance). Jarak

aman adalah jarak antara bagian aktif/fasa dari jaringan terhadap

benda-benda disekelilingnya baik secara mekanis atau elektromagnetis

yang tidak memberikan pengaruh membahayakan. (PT.PLN (Persero),

2010:9). Hal ini mengacu pada keselamatan (safety) dan keamanan

benda atau objek yang berada disekitar jaringan SUTM terutama

untuk kabel yang tidak berisolasi atau kabel terbuka. Secara rinci

Jarak aman jaringan terhadap bangunan lain dapat dilihat pada tabel

2.1.

Tabel 2.1 Jarak Aman SUTM

No. Uraian Jarak Aman


1. Terhadap permukaan jalan raya ≥ 6 meter
2. Balkon rumah ≥ 2,5 meter
3. Atap rumah ≥ 2 meter
4. Dinding bangunan ≥ 2,5 meter
5. Antena TV/radio, Menara ≥ 2,5 meter
6. Pohon ≥ 2,5 meter
7. Lintasan kereta api ≥ 2 meter dari atap kereta
8. Underbuilt TM-TM ≥ 1 meter
9. Underbuilt TM-TR ≥ 1 meter

Khusus terhadap jaringan telekomunikasi, jarak aman minimal

adalah 1 m baik vertikal atau horizontal. Bila dibawah JTM terdapat

JTR, jarak minimal antara JTM dengan kabel JTR dibawahnya

minimal 120 cm.


28

2.1.2. Pohon Masalah

2.1.2.1. Definisi Pohon Masalah

Pohon masalah (problem tree) merupakan sebuah pendekatan/

metode yang digunakan untuk identifikasi penyebab suatu masalah.

Analisis pohon masalah dilakukan dengan membentuk pola pikir yang

lebih terstruktur mengenai komponen sebab akibat yang berkaitan

dengan masalah yang telah diprioritaskan. Metode ini dapat

diterapkan apabila sudah dilakukan identifikasi dan penentuan

prioritas masalah. Pohon masalah memiliki tiga bagian, yakni batang,

akar, dan cabang. Batang pohon menggambarkan masalah utama, akar

merupakan penyebab masalah inti, sedangkan cabang pohon mewakili

dampak. Penggunaan pohon masalah ini berkaitan dengan

perencanaan proyek. Hal ini terjadi karena komponen sebab akibat

dalam pohon masalah akan mempengaruhi desain intervensi yang

mungkin dilakukan.

Terdapat beberapa teori lain mengenai definisi pohon masalah,

antara lain:

1. Silverman (1994) menggunakan istilah Tree Diagram dan

menyatakan diagram sistematik atau diagram pohon dirancang

untuk mengurutkan hubungan sebab-akibat.

2. Modul Pola Kerja Terpadu (2008) menggunakan istilah pohon

masalah yang merupakan bagian dari analisis pohon. Analisis


29

pohon adalah suatu langkah pemecahan masalah dengan mencari

sebab dari suatu akibat.

2.1.2.2. Tujuan Pembuatan Pohon Masalah

Pembuatan pohon masalah memiliki tujuan yakni:

1. Membantu tim kerja organisasi melakukan analisis secara rinci

dalam mengeksplorasi penyebab munculnya permasalahan utama

yang telah ditetapkan sebelumnya. Eksplorasi penyebab masalah

dapat dilakukan dengan menggunakan metode five whys yakni

metode menggali penyebab persoalan dengan cara bertanya

“mengapa” sampai lima level atau tingkat.

2. Membantu tim kerja organisasi menganalisis pengaruh persoalan

utama terhadap kinerja/ hasil/ dampak bagi organisasi atau

stakeholder lainnya.

3. Membantu kelompok/tim kerja organisasi mengilustrasikan

hubungan antara masalah utama, penyebab masalah, dan dampak

dari masalah utama dalam suatu gambar atau grafik.

4. Membantu kelompok/tim kerja organisasi mencari solusi atas

persoalan utama dengan melihat komponen sebab akibat dari suatu

permasalahan.

2.1.2.3. Langkah-langkah Pembuatan Pohon Masalah

Terdapat dua model dalam membuat pohon masalah. Model

pertama, pohon masalah dibuat dengan cara menempatkan masalah

utama pada sebelah kiri dari gambar. Selanjutnya, penyebab


30

munculnya persoalan tersebut ditempatkan pada sebelah kanannya

(arah alur proses dari kiri ke kanan). Format penyusunan pohon

masalah Model Pertama ini dapat digambarkan pada gambar 2.10

berikut ini.

Gambar 2.10 Pohon Masalah model 1

Model kedua, pohon masalah dibuat dengan cara

menempatkan masalah utama pada titik sentral atau di tengah gambar.

Selanjutnya, penyebab munculnya persoalan tersebut ditempatkan

dibagian bawahnya (alur ke bawah) dan akibat dari masalah utama

ditempatkan di bagian atasnya (alur ke atas). Format penyusunan

pohon masalah Model Kedua ini dapat digambarkan pada gambar 2.11

berikut ini.
31

Gambar 2.11 Pohon Masalah model 2

Uraian selanjutnya dalam tulisan ini akan menggunakan Model

Kedua. Langkah-langkah dalam penyusunan Pohon Masalah Model

Kedua berikut contohnya dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Langkah pertama dalam menyusun pohon masalah adalah

mengidentifikasi dan merumuskan masalah utama organisasi

berdasarkan hasil analisis atas informasi yang tersedia. Banyak

cara yang dapat dilakukan untuk merumuskan masalah utama,

misalnya dengan cara diskusi, curah pendapat, dan lain-lain.

Masalah utama ini kita tempatkan pada bagian tengah dari gambar.

Gambar 2.12 Contoh perumusan masalah


32

2. Langkah kedua adalah menganalisis akibat atau pengaruh adanya

masalah utama yang telah dirumuskan pada poin 1 di atas.

Hubungan antara masalah dengan akibat ini dapat digambarkan

sebagai berikut.

Gambar 2.13 Contoh analisis dampak masalah

3. Langkah ketiga adalah menganalisis penyebab munculnya masalah

utama. Penyebab pada tahap ini kita namakan penyebab level

pertama. Hubungan antara masalah utama dengan penyebab level

pertama dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 2.14 Analisis penyebab

4. Langkah keempat adalah menganalisis lebih lanjut penyebab dari

penyebab level pertama. Penyebab dari munculnya penyebab level

pertama ini kita namakan penyebab level kedua. Hubungan antara

penyebab level pertama dengan penyebab level kedua dapat kita

gambarkan sebagai berikut.


33

Gambar 2.15 Analisis penyebab pertama

Gambar 2.16 Analisis penyebab kedua

5. Langkah kelima adalah menganalisis lebih lanjut penyebab dari

munculnya penyebab level kedua. Demikian seterusnya, analisis

dapat dilakukan sampai dengan level kelima. Contoh dalam tulisan

ini, penulis batasi hanya sampai dengan penyebab level kedua.

6. Langkah keenam adalah menyusun pohon masalah secara

keseluruhan. Berdasarkan langkah pertama sampai dengan kelima,

pohon masalah secara keseluruhan dapat digambarkan pada

Gambar berikut.
34

Gambar 2.17 Contoh pohon masalah

2.1.2.4. Kelebihan dan Kekurangan Pohon Masalah

1. Kelebihan Pohon Masalah

Pohon masalah membantu proses analisis dan penentuan

penyebab masalah semakin jelas dan komprehensif. Berikut

merupakan rincian mengenai kelebihan pohon masalah bagi

organisasi:

a. Membantu kelompok/tim kerja organisasi untuk merumuskan

persoalan utama atau masalah prioritas organisasi.

b. Membantu kelompok/tim kerja organisasi menganalisis secara

rinci dalam mengeksplorasi penyebab munculnya persoalan

dengan menggunakan metode five whys. Metode five whys

adalah suatu metode menggali penyebab persoalan dengan

cara bertanya “mengapa” sampai lima level atau tingkat.


35

c. Membantu kelompok/tim kerja organisasi menganalisis

pengaruh persoalan utama terhadap kinerja/hasil/dampak bagi

organisasi atau stakeholder lainnya.

d. Membantu kelompok/tim kerja organisasi mengilustrasikan

hubungan antara masalah utama, penyebab masalah, dan

dampak dari masalah utama dalam suatu gambar atau grafik.

e. Membantu kelompok/tim kerja organisasi mencari solusi atas

persoalan utama yang ada.

2. Kekurangan Pohon Masalah

Telah diketahui bahwa pohon masalah sangat membantu

dalam proses pengambilan keputusan, tetapi ada beberapa

kekurangan bila menggunakan pohon masalah, antara lain:

a. Membutuhkan waktu yang lama. Jika masalah yang terjadi

semakin kompleks akan lebih sulit dan lama dalam

menentukan penyebab utama masalah.

b. Dapat terjadi overlap terutama ketika kriteria yang digunakan

jumlahnya sangat banyak. Hal tersebut juga dapat

menyebabkan waktu pengambilan keputusan menjadi lebih

lama.

c. Hasil kualitas keputusan yang didapatkan dari metode pohon

masalah sangat bergantung pada bagaimana pohon tersebut

didesain. Sehingga jika pohon masalah yang dibuat kurang

optimal, maka akan berpengaruh pada kualitas dari keputusan

yang didapat.
36

d. Setiap kriteria pengambilan keputusan dapat menghasilkan

hasil keputusan yang berbeda. Sehingga perlu kecermatan

untuk menyesuaikan dengan kondisi dan keadaan dalam

menentukan penyebab utama masalah.

e. Pengakumulasian jumlah eror dari setiap tingkat dalam sebuah

pohon keputusan yang besar.

2.2. Kerangka Berfikir

Terdapat beberapa permasalahan dalam sistem jaringan diantaranya

gangguan jaringan SUTM, gangguan beban lebih, gangguan tegangan lebih,

gangguan kestabilan, gangguan hubung singkat dan gangguan SUTM akibat

pohon. Penulis menggunakan metode pohon kesalahan dalam memecahkan

permasalahan penyebab gangguan jaringan tersebut. Pohon masalah (problem

tree) merupakan sebuah pendekatan/ metode yang digunakan untuk

identifikasi penyebab suatu masalah. Analisis pohon masalah dilakukan

dengan membentuk pola pikir yang lebih terstruktur mengenai komponen

sebab akibat yang berkaitan dengan masalah yang telah diprioritaskan.

Metode ini dapat diterapkan apabila sudah dilakukan identifikasi dan

penentuan prioritas masalah.

2.3. Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Ha: Metode pohon kesalahan dapat memecahkan permasalahan penyebab

gangguan jaringan pada distribusi listrik di PT.PLN (Persero) ULP

Rantepao.
37

2. H0: Metode pohon kesalahan tidak dapat memecahkan permasalahan

penyebab gangguan jaringan pada distribusi listrik di PT.PLN (Persero)

ULP Rantepao.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Variabel dan Desain Penelitian

3.1.1. Variabel Penelitian

Pada dasarnya variabel penelitian adalah segala sesuatu yang

berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh penulis untuk dipelajari

sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut (Sugiyono, 2019:53).

Menurut Kerlinger dalam Sugiyono (2019:56) menyatakan bahwa

variabel adalah “(Construct) atau sifat yang akan dipelajari.

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dirumuskan bahwa

varibael penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,

obyek, organisasi atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang

ditetapkan oleh penulis untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Variabel independen dalam penelitian ini adalah

gangguan jaringan pada distribusi listrik di PT.PLN (Persero) ULP

Rantepao. Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah

metode pohon kesalahan. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel

yaitu sebagai berikut.

1. Variabel Bebas (Independen)

Menurut Sugiyono (2019:57) “Variabel bebas (Independen)

adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab

perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)”. Variabel

Independen yang menjadi sebab dalam penelitian ini yaitu tentang

36
39

gangguan jaringan pada distribusi listrik di PT.PLN (Persero) ULP

Rantepao.

2. Variabel Terikat (Dependen)

Menurut Sugiyono (2019:57) “Variabel Dependen dalam

Bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel

terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat, karena adanya variabel bebas”. Variabel dependen dari

penelitian ini adalah metode pohon kesalahan.

3.1.2. Desain Penelitian

Data yang diperoleh melalui penelitian itu adalah data empiris

yang memenuhi kriteria tertentu yaitu valid, reliable dan objektif.

Berdasarkan objek yang diteliti dan tujuan yang hendak dicapai, maka

pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono (2019:15) “penelitian

kuantitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada

filsafat posititivisme digunakan untuk meneliti pada populasi atau

sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian,

analisis data bersifat kuantitatif atau statistik, dengan tujuan untuk

menguji hipotesis yang telah ditetapkan”.

Hubungan kausalitas adalah hubungan antarvariabel di mana

perubahan satu variabel menyebabkan perubahan variabel lainnya tanpa

adanya kemungkinan akibat kebalikannya. Sedangkan hubungan

fungsional, kedua variabel atau lebih karena sifat fungsinya, perubahan

satu variabel menyebabkan variabel lainnya berubah. Metode yang


40

digunakan dalam penelitian ini adalah Survey. Menurut Sugiyono

(2019:17) menjelaskan “penelitian Survey adalah penelitian yang

dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari

adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga

ditemukan kejadian-kejadian relative, distribusi, dan hubungan-

hubungan antar variable sosiologis maupun psikologis”.

3.2. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut.

1. Gangguan Jaringan Pada Distribusi Listrik

Gangguan pada sistem distribusi adalah terganggunya sistem

tenaga listrik yang menyebabkan bekerjanya relai pengaman penyulang

untuk membuka pemutus tenaga (circuit breaker) di gardu induk yang

menyebabkan terputusnya suplai tenaga listrik (Pusdiklat PLN, 2010).

2. Metode Pohon Kesalahan

Silverman (1994) menggunakan istilah Tree Diagram dan

menyatakan diagram sistematik atau diagram pohon dirancang untuk

mengurutkan hubungan sebab-akibat. Modul Pola Kerja Terpadu (2008)

menggunakan istilah pohon masalah yang merupakan bagian dari analisis

pohon. Analisis pohon adalah suatu langkah pemecahan masalah dengan

mencari sebab dari suatu akibat.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan suatu cara yang digunakan

untuk memperoleh atau mengumpulkan data penelitian. Menurut Sugiyono


41

(2019:213) mengatakan bahwa “Pengumpulan data dapat dilakukan dalam

berbagai setting, berbagai sumber dan berbagai cara. Bila dilihat dari segi

cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat

dilakukan dengan wawancara, kuesioner, observasi, dan gabungan dari

ketiganya”. Adapun langkah-langkah penyebaran data penelitian ini sebagai

berikut:

1. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan munggunakan

kuesioner atau angket melalui google form, berupa pertanyaan yang

berkaitan dengan gangguan jaringan pada distribusi listrik di PT.PLN

(Persero) ULP Rantepao.

2. Selanjutnya kuesioner ini akan dibagikan kepada petugas/ karyawan di

PT.PLN (Persero) ULP Rantepao sebagai responden penelitian. Sehingga

dapat diperoleh data langsung atau primer mengenai gangguan jaringan

pada distribusi listrik.

3. Setelah data responden semua terkumpul maka langkah selanjutnya yaitu

mengolah hasil pengumpulan data dengan menggunakan metode pohon

kesalahan.

4. Penulis akan membuat kesimpulan serta melaporkan hasil penelitiannya

pada pihak yang bersangkutan dengan penelitian.

3.4. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan yang dilakukan setelah data dari

seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Teknik analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik deskriptif.

Analisis statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk


42

menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data

yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat

kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Dalam menganalisis

peneliti menggunakan langkah-langkah yaitu: menghitung skor jumlah data

yang sudah disesuaikan kebenarannya antara data observasi, wawancara, dan

dokumentasi kemudian data dianalisa dalam bentuk persen.

Data hasil penelitian berupa data primer yang terdiri dari observasi,

wawancara, dan dokumentasi. Apabila terdapat ketidakcocokan data hasil

penelitian maka dilacak terus sampai ditemukan kebenaran terhadap data.

Sehingga apabila dalam penelitian ini antara data observasi, wawancara dan

dokumentasi ternyata tidak sama, maka dilakukan pelacakan sampai didapat

data mana yang benar. Melalui analisis data ini akan memperoleh informasi

apakah data yang diperoleh dari observasi, wawancara, serta dokumentasi

saling melengkapi, memperluas, memperdalam, atau malah bertentangan.

Perhitungan yang digunakan yaitu rumus persentase Sugiyono (2019: 137)

sebagai berikut.

ST
PS= x 100
SM

Keterangan:

PS = Persentase Skor

ST = Skor Total yang dihasilkan

SM = Skor Maksimum yang Seharusnya Diperoleh

Data yang telah diperoleh dan telah disimpulkan selanjutnya

diinterpretasikan untuk mengetahui tingkat ketercapaian penerapan metode

pohon kesalahan pada gangguan jaringan pada distribusi listrik di PT.PLN


43

(Persero) ULP Rantepao. Data dikriteriakan menjadi 4 kelompok

menggunakan empat skala yaitu:

1. Sangat Baik (A), jika memiliki ketercapaian 86%-100%

2. Baik (B), jika memiliki ketercapaian 70%-85%

3. Cukup (C), jika memiliki ketercapaian 50%-69%

4. Kurang (D), jika memiliki ketercapaian 1%-49%

3.5. Bagan Alir Penelitian

Berdasarkan pemaparan teknik analisis data di atas, maka bagan alir

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Gambar 3.1 Bagan Alir Penelitian

3.6. Jadwal Penelitian

Penelitian ini rencana akan dilaksanakan pada 01 Desember 2022

hingga 01 Januari 2023. Adapun susunan jadwal penelitian ini adalah sebagai

berikut.
44

Nov 2022 Des 2022 Jan 2023


No. Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penyusunan
1.
Proposal
2. Penelitian
Penyusunan
3.
Hasil
Sidang
4.
Skripsi
Revisi
5.
Sidang
6. Finalisasi

Gambar 3.2 Jadwal Penelitian


DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian. Edisi Tujuh. Cetakan ke 15.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Arismunandar, A. 2001. Teknik Tegangan Tinggi. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.
Dasman. 2015. Evaluasi Keandalan Sistem Distribusi 20KV Menggunakan
Metode SAIDI dan SAIFI di PT. PLN (Persero) Rayon Lubuk Alung
Tahun 2015. Jurnal Teknik Elektro Institut Teknologi Padang. Vol.6,
No.2.
Heru Agus Surasa. 2007. Analisis Penyebab Losses Energi Listrik Akibat
Gangguan Jaringan Distribusi Menggunakan Metode Fault Tree
Analysis Dan Failure Mode And Effect Analysis Di Pt. Pln (Persero)
Unit Pelayanan Jaringan Sumberlawang. Teknik Elektro Universitas
Negeri Surakarta IEEE Std. 1366-2003. IEEE Guide for Electric Power
Distribution Reliability Indices.
Wahyudi, Ragil. 2016. Analisis keandalan sistem jaringan distribusi di gardu
induk bringin penyulang brg-2 pt. pln (persero) ul salatiga dengan
metode section technique. Skripsi. Teknik Elektro Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Kadir, Abdul. 2000. Distribusi dan Utilisasi Tenaga Listrik. Jakarta: Universitas
Indonesia (UI-Press).
Kelompok Kerja Standar Kontruksi Disribusi Jaringan Tenaga Listrik dan Pusat
Penelitian Sains dan Teknologi Universitas Indonesia. 2010. Buku
Standar Kontruksi Jaringan Tegangan Menengah Tenaga Listrik.
Jakarta: PT. PLN (Persero).
Kelompok Kerja Standar Kontruksi Jaringan Disribusi Tenaga Listrik dan Pusat
Penelitian Sains dan Teknologi Universitas Indonesia. 2010. Buku
Kriteria Desain Enjinering Kontruksi Jaringan Disribusi Tenaga Listrik.
Jakarta: PT. PLN (Persero).
Marsudi, Djiteng. 2006. Operasi Sistem Tenaga Listrik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Menak et al. 2018. Analisis Keandalan Sistem Distribusi 20 KV Pada Penyulang
Pangkalbalam GI Air Anyir di PLN Area Bangka. Fakultas Teknik.
Universitas Bangka Belitung.
Nur, Indah Arifani. 2013. Analisis Nilai Indeks Keandalan Sistem Jaringan
Distribusi Udara 20KV Pada Penyulang Pandean Lamper 1,5,8,9,10, di
GI Pandean Lamper. Tugas Akhir. Teknik Elektro Universitas
Diponegoro.
Pabla, A.S., Abdul Hadi,Ir. 1991. Sistem Distribusi Daya Listrik. Jakarta: Badan
Penerbit Erlangga

43
46

PT. PLN (Persero) Pusat Pendidikan Dan Pelatihan. 2014. Pengenalan Proteksi
Sistem Tenaga Listrik. Jakarta: PT.PLN (Persero).
PT. PLN (Persero). 1992. Buku Pedoman Standar Konstruksi Jaringan Distribusi
PLN. Semarang: PLN Distribusi Jawa Tengah.
Rendra, Prambudhi Setyo. 2010. Analisa Penentuan Lokasi Dan Jumlah
Sectionalizer Untuk Peningkatan Keandalan Sistem Distribusi. Tesis. 11
November 2014. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya.
Salim, M.A. 2016. Evaluasi Keandalan Sistem Distribusi Tenaga Listrik
Berdasarkan Mutu Pelayanan. Skripsi. Teknik Elektro Universitas Negeri
Semarang.
Sarimun, N., Wahyudi, 2011, Buku Saku Pelayanan Teknik Edisi Kedua, Depok:
Garamond.
Setiawan, T. T., Asni, A. B., & Sugeng, B. 2018. Analisis Keandalan Sistem
Distribusi 20 Kv dari Gi Industri Penyulang I. 5 sampai dengan Gardu
Hubung Rapak. 6(2). Jurnal Teknologi Terpadu Vol.6 No.2. Universitas
Balikpapan.
Shofiyah, I, N. 2014. Analisis Gangguan Penyulang Akibat Layang-layang di PT.
PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Area Garut Rayon
Garut Kota. Skripsi. Teknik Elektro Universitas Indonesia.
Standar Peraturan Listrik Negara Nomor 59 Tahun 1985. Keandalan Pada Sistem
Distribusi 20 kV dan 6 kV. Departemen Pertambangan dan Energi
Perusahaan Umum Listrik Negara.
Standar Peraturan Listrik Negara Nomor 68-2 Tahun 1986. Tingkat Jaminan
Sistem Tenaga Listrik. Departemen Pertambangan dan Energi Perusahaan
Umum Listrik Negara.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suhadi dkk. 2008. Teknik Distribusi Tenaga Listrik Jilid 1. Jakarta, Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Hal 11.
Sulasno, Ir., 2001. Teknik dan Sistem Distribusi Tenaga Listrik. Semarang: Badan
Penerbit UNDIP.
Suswanto, Daman. 2009. Bab 2 Klasifikasi Jaringan Distribusi. Sistem Distribusi
Tenaga Listrik. Padang.
Uddin, N., Rashid, M. M., Mostafa, M. G., Belayet, H., Salam, S. M., & Nithe, N.
A. (2016). Global Energy: Need, Present Status, Future Trend and key
Issues. 16(1).
47

Wang, Y., Li, M., Hassanien, R., Hassanien, E., Ma, X., & Li, G. (2018).
Photovoltaic Syste: The Comprehensive Case Study of the 120kWp Plant
in Kunming, China. Journal of Photoenergy Hindawi, 1–9
William D. Stevenson Jr. 1996. Analisa Sistem Tenaga Listrik. Jakarta: Erlangga,
Willis, H. Lee. 2004. Power Distribution Planning Reference Book Second
Edition, Revised and Expanded, Raleigh, NortCarolina, U.S.A. New
York-Basel: Marcel Dekker, Inc.

Anda mungkin juga menyukai