Anda di halaman 1dari 56

ANALISA SUSUT DAYA DAN ENERGI PADA JARINGAN

DISTRIBUSI PADA GARDU INDUK GIS BARAT PENYULANG


SAMBO MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP 19.0.1 DI PT PLN
( PERSERO ) ULP RIVAI

LAPORAN AKHIR
Disusun untuk memenuhi syarat menyelesaikan pendidikan Diploma III
Program Studi Jurusan Teknik Elektro Program Studi Teknik Listrik

Oleh :

THAHARA BAKTI NASUTION

NIM. 061930311086

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA


PALEMBANG
2022

LEMBAR PERSETUJUAN LAPORAN AKHIR

ANALISA SUSUT DAYA DAN ENERGI PADA JARINGAN


DISTRIBUSI PADA GARDU INDUK GIS BARAT PENYULANG
SAMBO MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP 19.0.1 DI PT PLN
( PERSERO ) ULP RIVAI

Oleh :

THAHARA BAKTI NASUTION

NIM. 061930311086

Menyetujui,
Palembang, juni 2022
Pembimbing I, Pembimbing II,

Herman Yani, S.T., M.Eng. Ir. Markori, M.T.


NIP. 196510011990031006 NIP. 197603022008122001

Mengetahui,
Ketua Jurusan Ketua Program Studi
Teknik Elektro, Teknik Listrik,

Ir. Iskandar Lutfi, M.T. Anton Firmansyah, S.T., M.T.


NIP.196501291991031002 NIP.197509242008121001
IDENTITAS LAPORAN AKHIR

1. a. Judul Laporan Akhir


Analisa Susut Daya dan Energi Pada Jaringan Distribusi Pada Gardu Induk
GIS Barat Penyulang Sambo Menggunakan Software ETAP 19.0.1 Di PT.PLN
( Persero ) ULP Rivai

b. Bidang Ilmu :Teknik Listrik

2. a. Nama :Thahara Bakti Nasution

b. Jumlah Anggota :1 (satu) orang

3. Alamat Mahasiswa :Jl. Bangka Block C1 No 2 RT/RW 55/22

Komplek Pusri Borang Kelurahan Sako

Kecamatan Sako Kota Palembang

Sumatera Selatan

4. Lokasi Pengambilan Data :PT.PLN (Persero) ULP Rivai


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


PT. PLN (Persero) ULP Rivai adalah penyedia energi listrik untuk wilayah
Rivai dan sekitarnya. Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari PT.
PLN (Persero) ULP Rivai. Dalam pendistribusian energi listrik dari pembangkit
hingga sampai ke konsumen sering ditemui berbagai kendala pada saluran distribusi
yang menyebabkan penurunan kualitas dalam pendistribusian energi tersebut.
Masalah tersebut antara lain timbulnya susut tegangan dan susut daya. Susut tegangan
timbul karena adanya impedansi sepanjang saluran dan besar daya nominal saluran
serta panjang saluran yang selanjutnya menimbulkan susut daya. Pada penelitian ini,
penulis melakukan perhitungan susut daya dan energi pada Penyulang Sambo.
Metode untuk mencari kerugian pada energi listrik yang memperlihatkan
faktor rugi daya pada jaringan dan rugi beban, perlu dihitung untuk mengetahui
kerugian finansial pada konsumen dan menentukan tarif pembayaran konsumen.
Berdasarkan SPLN 72: 1987 dapat didesain sebuah jaringan tegangan
menengah (JTM) dengan kriteria susut tegangan untuk jaringan spindle maksimum 2
% dan rugi tegangan untuk jaringan open loop dan radial maksimum 5 %. Sedangkan
susut daya jaringan maksimum yang dizinkan yaitu 1% maksimum untuk jaringan
spindel dan 2,3 % maksimum untuk jaringan open loop dan radial.
Setelah melakukan perhitungan maka akan didapatkan susut daya dan rugi
energi (rugi kWh) dinyatakan dalam bentuk rupiah. Faktor penyebab susut daya ada
dua yaitu faktor teknis dan non teknis. Rugi teknis adalah pada penghantar saluran,
adanya tahanan dari tahanan dari penghantar yang dialiri arus sehingga muncul rugi
teknisi (I2R) pada jaringan tersebut. Jaringan distribusi lebih rawan mengalami
gangguan jika dibandingkan dengan jaringan transmisi, hampir 90% berasal dari
jaringan distribusi. Hal ini karena penyaluran energi lisrik ke konsumen dilakukan
secara terus menerus. Penyebab susut daya (losses) bisa diakibatkan oleh beberapa
faktor antara lain kebocoran isolator akibat penurunan tegangan, kelebihan beban,
penurunan tegangan merupakan indikator utama dalam kualitas daya dan memiliki
pengaruh besar pada keadaan normal peralatan listrik. Oleh karena itu, penulis
mengambil judul “ Analisis Susut daya dan Energi Pada Jaringan Distribusi Pada
Gardu GIS Barat Penyulang Sambo Menggunakan Software ETAP 19.0.1 Di
PT.PLN ULP Rivai ”. Dalam penelitian ini membahas perhitungan untuk mengetahui
susut daya dan energi dilakukan dengan menggunakan ETAP 12.6 (Electrical
Transient and Analysis Program). Tujuan dari penelitian ini adalahh untuk
mengetahui hilangnya daya dan energy.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis


merumuskan permasalahan yang dibahas adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui besarnya susut energy yang terjadi pada jaringan distribusi
gardu induk gis barat penyulang sambo.
2. analisa terhadap nilai susut tersebut, melalui metode pengukuran serta
perhitungan hasil dari software ETAP.

1.3 Batasan Masalah

Karena ruang lingkup permasalahan sangat luas, maka dalam pembahasan


laporan akhir ini penulis akan membahas khusus mengenai susut daya dan energi
pada jaringan distribusi gardu induk gis barat penyulang sambo Palembang.

1.4 Tujuan dan Manfaat

1.4.1 Tujuan
Adapun Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam laporan akhir
ini sebagai berikut.
1. Membahas hilangnya susut daya dan energi pada saat sumber energi
listrik didistribusikan ke konsumen.
2. Mengetahui nilai resistansi dan reaktansi penghantar yang digunakan
pada penyulang sambo 20 kV gardu induk gis barat.
3. Mengetahui perbandingan besarnya nilai susut daya pada penyulang
sambo 20 kV di gardu induk gis barat scara perhitungan manual dan
dengan software etap 19.0.1.

1.4.2 Manfaat
Adapun manfaat yang ingin disampaikan penulis dalam laporan akhir
ini sebagai berikut.
1. Dapat menjelaskan perhitungan rugi-rugi daya pada jaringan distribusi
di gardu induk seduduk putih penyulang camar.
2. Dapat menjelaskan perhitungan susut ( losses ) pada jaringan
penghantar 3 fasa.

1.5 Metode Penelitian


Metode penulisan pada laporan akhir ini untuk memperoleh hasil yang
maksimal adalah :
1.5.1 Metode Literatur
Mengumpulkan teori – teori dasar dan teori pendukung dari
berbagai sumber dan mempeoleh materi dari buku – buku referensi, situs
internet mengenai hal yang menyangkut pada kajian yang akan dibahas.
1.5.2 Metode Observasi
Pengamatan langsung pada objek yang dibahas serta
mengumpulkan data – data sisem kelistrikan mengenai topik yang
berhubungan dengan penyusunan laporan akhir.
1.5.3 Metode Diskusi
Melakukan diskusi mengenai topik yang dibahas dengan dosen
pembimbing yang telah ditetapkan oleh pihak jurusan Teknik Listrik
1.6 Sistematika Penulisan
Penyusunan laporan akhir terbagi dalam lima 5 bab yang membahas
perencanaan sistem kerja teori – teori penunjang dan pengujiannya, baik secara
keseluruhan maupun secara pembagian. Berikut adalah rincian pembagian 5 bab :

BAB I PENDAHULUAN
Menjelaskan secara garis besar latar belakang masalah, tujuan, pembatasan
masalah, metode penulisan yang digunakan, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Menjelaskan tentang tinjauan pustaka yang menjelaskan teori-teori
mengenai susut daya dan energi pada jaringan distribusi, gardu induk, penyulang
dan prosedur penggunaan etap.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Berisi pembahasan tentang keadaan umum serta prosedur yang digunakan
dalam proses pengambilan dan pengolahan data.
BAB IV PEMBAHASAN
Bab ini membahas perhtiungan susut ( losses ) pada penghantar jaringan 3
fasa, perhitungan perkiraan kerugian dana akibat rugi-rugi daya menggunakan
software etap.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini memuat kesimpulan dan saran mengenai pokok-pokok penting
yang diperoleh dari penulisan laporan akhir.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Sistem Distribusi Tenaga Listrik


Suatu Sistem Distribusi Tenaga Listrik secara sederhana terdiri atas sistem
pembangkit, sistem transmisi dan Gardu Induk, sistem distribusi serta sistem
sambungan pelayanan. Sistem-sistem ini saling berkaitan dan membentuk suatu
sistem tenaga listrik. Sistem distribusi adalah sistem yang berfungsi
mendistribusikan tenaga listrik kepada para konsumen. Sistem distribusi terbagi 2
bagian yaitu sistem distribusi tegangan menengah (JTM) dan sistem distribusi
tegangan rendah.

Gambar 2.1 Pola Sistem Tenaga Listrik


Sistem Distribusi Tegangan Menengah mempunyai tegangan kerja di atas 1
kV dan setinggi-tingginya 35 kV. Sistem Distribusi Tegangan Rendah mempunyai
tegangan kerja setinggi-tingginya 1 kV. Jaringan Distribusi Tegangan Menengah
berawal dari Gardu Induk/Pusat Listrik pada sistem terpisah/isolated. Pada
beberapa tempat berawal dari pembangkit listrik. Bentuk jaringan dapat berbentuk
radial atau tertutup. Jaringan distribusi Tegangan Rendah berbentuk radial murni.
Sambungan Tenaga Listrik (SLT) adalah bagian paling hilir dari sistem distribusi
tenaga listrik. Pada Sambungan Tenaga Listrik tersambung Alat Pembatas dan
Pengukur (APP) yang selanjutnya menyalurkan tenaga listrik kepada pemanfaat.
Konstruksi keempat sistem tersebut dapat berupa Saluran Udara atau Saluran
Bawah Tanah disesuaikan dengan kebijakan manajemen, masalah kontinuitas
pelayanan, jenis pelanggan, pada beban atas permintaan khusus dan masalah biaya
investasi.

2.2 Aspek Perencanaan Jaringan Distribusi


Jaringan distribusi Tegangan Menengah saluran udara dipakai umumnya
untuk daerah dengan jangkauan luas, daerah padat beban rendah atau daerah-
daerah penyangga antara kota dan desa.
Biaya investasi Saluran Udara relatif murah, mudah dalam
pembangunannya, mudah pada aspek pengoperasian, akan tetapi padat
pemeliharaan. Jaringan Distribusi Menengah saluran bawah tanah dipakai
umumnya untuk daerah padat beban tinggi (beban puncak lebih dari 2,5 MVA/km 2
dengan luas minimal 10 km2) dengan jangkauan terbatas. Biaya investasi mahal,
sulit dalam pembangunan, mudah dalam pengoperasian dan pemeliharaan, tingkat
kontinuitas tinggi. Pada jaringan dengan saluran bawah tanah selalu direncanakan
dalam bentuk “loap” guna menghindari pemadaman (black-out) akibat gangguan.

2.3 Konfigurasi Sistem Saluran Distribusi


Secara umum konfigurasi suatu jaringan tenaga listrik hanya mempunyai 2
konsep konfigurasi :
2. Jaringan radial
Yaitu jaringan yang hanya mempunyai satu pasokan tenaga listrik,
jika terjadi gangguan akan terjadi “black-out” atau padam pada bagian
yang tidak dapat dipasok.
3. Jaringan bentuk tertutup
Yaitu jaringan yang mempunyai alternatif pasokan tenaga listrik jika
terjadi gangguan. Sehingga bagian yang mengalami pemadaman (black-
out) dapat dikurangi atau bahkan dihindari.

Gambar 2.2 Pola Jaringan Distribusi Dasar

Berdasarkan kedua pola dasar tersebut, dibuat konfigurasi-konfigurasi jaringan


sesuai dengan maksud perencanaannya sebagai berikut :
a. Konfigurasi Tulang Ikan (Fish-Bone)
Konfigurasi fishbone ini adalah tipikal konfigurasi dari saluran
udaraTegangan Menengah beroperasi radial. Pengurangan luas
pemadaman dilakukan dengan mengisolasi bagian yang terkena gangguan
dengan memakai pemisah Pole Top Switch (PTS), Air Break Switch
(ABSW) dengan koordinasi relai atau dengan sistem SCADA. Pemutus
balik otomatis PBO (Automatic Recloser) dipasang pada saluran utama
dan saklar seksi otomatis SSO ( Automatic Sectionalizer pada
percabangan.

Gambar 2.3 Konfigurasi Tulang Ikan (Fishbone)


b. Konfigurasi Kluster (Cluster /Leap Frog)
luran udara Tegangan Menengah yang sudah bertipikal sistem
tertutup, namun beroperasi radial (Radial Open Loop) Saluran bagian
tengah merupakan penyulang cadangan dengan luas penampang

penghantar.

Gambar 2.4 Konfugurasi Kluster (Leap Frog)


c. Konfigurasi Spindel (Spindle Configuration)
Konfigurasi spindel umumnya dipakai pada saluran kabel bawah
tanah. Pada konfigurasi ini dikenal 2 jenis penyulang yaitu penyulang
cadangan (standby atau express feeder) dan penyulang operasi (working
feeder). Penyulang cadangan tidak dibebani dan berfungsi sebagai back-
up supply jika terjadi gangguan pada penyulang operasi. Untuk
konfigurasi 2 penyulang, maka faktor pembebanan hanya 50.Berdasarkan
konsep Spindel jumlah penyulang pada 1 spindel adalah 6 penyulang
operasi dan 1 penyulang cadangan sehingga faktor pembebanan
konfigurasi spindel penuh adalah 85 %. Ujung-ujung penyulang berakhir
pada gardu yang disebut Gardu Hubung dengan kondisi penyulang operasi
“NO” (Normally Open), kecuali penyulang cadangan dengan kondisi
“NC” (Normally Close).

Gambar 2.5 Jaringan Spindel ( Spindle Configuration )

d. Konfigurasi Fork
Konfigurasi ini memungkinkan 1 (satu) Gardu Distribusi dipasok
dari penyulang berbeda dengan selang waktu pemadaman sangat singkat
(Short Break Time). Jika penyulang operasi mengalami gangguan, dapat
dipasok dari penyulang cadangan secara efektif dalam waktu sangat
singkat dengan menggunakan fasilitas Automatic Change Over Switch
(ACOS). Pencabangan dapat dilakukan dengan sadapan Tee-Off (TO) dari
Saluran Udara atau dari Saluran Kabel tanah melalui Gardu Distribusi.

Gambar 2.6 Konfigurasi Fork


e. Konfigurasi Spotload (Parallel Spot Configuration)
Konfigurasi yang terdiri sejumlah penyulang beroperasi paralel dari
sumber atau Gardu Induk yang berakhir pada Gardu Distribusi.
Konfigurasi ini dipakai jika beban pelanggan melebihi kemampuan hantar
arus penghantar. Salah satu penyulang berfungsi sebagai penyulang
cadangan, guna mempertahankan kontinuitas penyaluran. Sistem harus
dilengkapi dengan rele arah (Directional Relay) pada Gardu Hubung.
Gardu Hubung & Directional Relay
Gambar 2.7 Konfigurasi Spotload (Parallel Spot Configuration)
f. Konfigurasi Jala-Jala (Grid, Mesti)
Konfigurasi jala-jala, memungkinkan pasokan tenaga listrik dari
berbagai arah ke titik beban dan umumnya dipakai pada daerah padat
beban tinggi.

Gambar 2.8 Konfigurasi Jala-jala (Grid, Mesti)


g. Konfigurasi Lain-Lain
Selain dari model konfigurasi jaringan yang umum dikenal
sebagaimana diatas, terdapat beberapa model struktur jaringan yang dapat
dipergunakan sebagai alternatif model-model struktur jaringan.

1. Struktur Garpu dan Bunga


Struktur ini dipakai jika pusat beban berada jauh dari pusat
listrik/Gardu Induk. Jaringan Tegangan Menengah (JTM)
berfungsi sebagai pemasok, Gardu Hubung sebagai Gardu
Pembagi, Pemutus Tenaga sebagai pengaman dengan rele
proteksi gangguan fasa-fasa dan fasa-tanah.
Gambar 2.9 Konfigurasi Struktur Garpu

Gambar 2.10 Konfigurasi Struktur Bunga

2. Struktur Rantai
Struktur ini dipakai pada suatu kawasan yang luas
dengan pusat-pusat beban yang berjauhan satu sama lain. Spot
area merupakan daerah pembebanan.
Gambar 2.11 Konfigurasi Struktur RantaiSaluran Udara Tegangan Menengah
2.4.1 Konsep Perencanaan
Jaringan distribusi tenaga listrik saluran udara ini, terutama untuk
distribusi tenaga listrik yang beroperasi secara radial, dengan jangkauan luas,
biaya murah, dengan keandalan kontunuitas penyaluran minimal tingkat-2.
Untuk mengurangi luasnya dampak pemadaman akibat gangguan dipasang
fasilitas-faslitas Pole Top Switch/Air Break Switch, PBO, SSO, FCO pada
posisi tertentu. Pemakaian Saluran Udara sebagai sistem distribusi daerah
perkotaan dapat dilakukan dengan memperpendek panjang saluran dan didesain
menjadi struktur “Radial Open Loop”. Pemakaian penghantar berisolasi guna
mengurangi akibat gangguan tidak menetap dan pemasangan kawat petir dapat
meningkatkan tingkat kontinuitas penyaluran. Untuk perencanaan di suatu
daerah baru, pemilihan PBO, SSO, FCO merupakan satu kesatuan yang
memperhatikan koordinasi proteksi dan optimasi operasi distribusi dan sistem
pembumian transformator Gardu Induk pada jaringan tersebut.
Pada penyulang sistem radial, disisi pangkal harus dipasang PBO
dengan setiap percabangan dipasang pemutus FCO khusus untuk sistem dengan
pembumian langsung. Untuk sistem pembumian dengan tahanan tidak
direkomendasikan penggunaan FCO. Pada sistem jaringan tertutup dengan
instalasi garduphi-section, seluruh pemutus menggunakan SSO.

2.4.2 Proteksi Jaringan


Tujuan dari pada suatu sistem proteksi pada Saluran Udara Tegangan
Menengah (SUTM) adalah mengurangi sejauh mungkin pengaruh gangguan
pada penyaluran tenaga listrik serta memberikan perlindungan yang maksimal
bagi operator, lingkungan dan peralatan dalam hal terjadinya gangguan yang
menetap (permanen).Sistem proteksi pada SUTM memakai :

1. Relai hubung tanah dan relai hubung singkat fasa-fasa untuk


kemungkinan gangguan penghantar dengan bumi dan antar penghantar.
2. Pemutus Balik Otomatis PBO (Automatic Recloser), Saklar Seksi
Otomatis SSO (Automatic Sectionaizer). PBO dipasang pada saluran
utama, sementara SSO dipasang pada saluran pencabangan, sedangkan
di Gardu Induk dilengkapi dengan auto reclosing relay.
3. Lightning Arrester (LA) sebagai pelindung kenaikan tegangan
peralatanakibat surja petir. Lightning Arrester dipasang pada tiang
awal/tiang akhir, kabel Tee-Off (TO) pada jaringan dan gardu
transformator serta pada isolator tumpu.
4. Pembumian bagian konduktif terbuka dan bagian konduktif extra pada
tiap- tiap 4 tiang atau pertimbangan lain dengan nilai pentanahan tidak
melebihi 10 Ohm.
5. Kawat tanah (shield wire) untuk mengurangi gangguan akibat sambaran
petir langsung. Instalasi kawat tanah dapat dipasang pada SUTM di
daerah padat petir yang terbuka.
6. Penggunaan Fused Cut-Out (FCO) pada jaringan pencabangan.
7. Penggunaan Sela Tanduk (Arcing Horn).

2.4.3 Konstruksi SUTM


Konstruksi jaringan dimulai dari sumber tenaga listrik / Gardu Induk
dengan kabel tanah Tegangan Menengah kearah tiang pertama saluran udara.
Tiang pertama disebut tiang awal, tiang tengah disebut tiang penumpu (line
pole) atau tiang penegang (suspension pole), jika jalur SUTM membelok
disebut tiang sudut dan berakhir pada tiang ujung (end pole).Untuk saluran
yang sangat panjang dan lurus pada titik-titik tertentu dipasang tiang peregang.
Fungsi tiang peregang adalah untuk mengurangi besarnya tekanan mekanis
pada tiang awal / ujung serta untuk memudahkan operasional dan pemeliharaan
jaringan. Topang tarik (guy wire) dapat dipakai pada tiang sudut dan tiang
ujung tetapi tidak dipasang pada tiang awal. Pada tempat-tempat tertentu jika
sulit memasang guy wire pada tiang akhir atau tiang sudut, dapat dipakai tiang
dengan kekuatan tarik besar.
Isolator digunakan sebagai penumpu dan pemegang penghantar pada
tiang, hanya dipakai 2 jenis isolator yaitu isolator peregang (hang
isolator/suspension isolator) dan isolator penumpu (line-post/pin-post/pin-
insulator). Isolator peregang dipasang pada tiang awal / akhir / sudut. Isolator
penumpu dipasang pada tiang penumpu dan sudut.
Konfigurasi konstruksi (Pole Top Construction) dapat berbentuk
vertikal, horizontal atau delta. Konstruksi sistem pembumian dengan tahanan
( R = 12 Ohm, 40 Ohm dan 500 Ohm) atau dengan multi grounded common
netral (solid grounded) yaitu dengan adanya penghantar netral bersama TM,
TR. Isolator dipasang pada palang (cross arm/bracket/ travers) tahan karat
(Galvanized Steel Profile).
Penghantar Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) ini dapat berupa:
1. A3C (All Alumunium Alloy Conductor)
2. A3C-S (Half insulated A3C, HIC) ; atau full insulated (FIC).
3. Full insulatedA3C twisted (A3C-TC)
Luas penampang penghantar 35 mm2, 50 mm2, 70 mm2, 150 mm2, 240 mm2.

2.4.4 Penggunaan Tiang


Saluran udara Tegangan Menengah memakai tiang dengan beban
kerja (working load) 200 daN, 350 daN dan 500 daN, dengan panjang tiang
11 meter, 12 meter, 13 meter dan 14 meter.Penggunaan tiang dengan beban
kerja tertentu disesuaikan dengan banyaknya sirkuit perjalur saluran udara,
besar penampang penghantar dan posisi/fungsi tiang (tiang awal, tiang
tengah, tiang sudut).

2.4.5 Area Jangkauan Pelayanan SUTM


Mengingat sifat perencanaannya, jangkauan SUTM dibatasi atas
besarnya jatuh tegangan yaitu pada besaran sadapan/tap changer transformator
Konfigurasi konstruksi (Pole Top Construction) dapat berbentuk vertikal,
horizontal atau delta. Konstruksi sistem pembumian dengan tahanan (R=
12 Ohm, 40 Ohm dan 500 Ohm) atau dengan multi grounded common netral
(solid grounded) yaitu dengan adanya penghantar netral bersama TM, TR.
Isolator dipasang pada palang (cross arm/bracket/ travers) tahan karat
(Galvanized Steel Profile).
Penghantar Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) ini dapat berupa:
distribusi. Dalam hal ini optimalisasi susut energi tidak diperhitungkan.

Gambar 2.12 Monogram Saluran Udara Tegangan Menengah

Keterangan Gambar 2.12


1. Saluran Kabel bawah tanah
2. Tiang PertamaSaluran Udara
3. Lightning Arrester (LA)
4. Gardu Distribusi portal + FCO + LA
5. Fused Cut Out (FCO)
6. PBO ( automatic recloser)
7. Pole Top Switch/ABSW
8. SSO (Sectionalizer)
9. Gardu Distribusi beton
10. Kawat tanah
11. Guy-Wire
12. Pembumian bagian konduktif terbuka

2.5 Saluran Kabel Tanah Tegangan Menengah


2.5.1 Konsep Perencanaan
Mengingat biaya investasi yang mahal dan keunggulannya
dibandingkan dengan saluran udara tegangan menengah, saluran kabel tanah
tegangan menengah (SKTM) dipakai pada hal-hal khusus :
1. Daerah padat beban tinggi
2. Segi estetika
3. Jenis Pelanggan Kritis
4. Permintaan khusus
Pada tingkat keandalan kontinuitas sedikitnya tingkat-3, kabel tanah
digunakan untuk pemakaian :
1. Kabel Keluar (Opstik kabel dari pembangkit / GI ke tiang SUTM)
2. Kabel Tee-Off dari SUTM ke gardu beton
3. Penyeberangan sungai, jalur kereta api
Konfigurasi jaringan kabel tanah didesain dalam bentuk “Radial Open
Loop”, sebaiknya dengan sesama kabel tanah. Apabila “loop” dengan
hanya 1 (satu) penyulang, maka pembebanan kabel hanya 50 %. Jika
sistem memakai penyulang cadangan (Express Feeder) dapat dibebani 100
% kapasitas kabel.
Bentuk konfigurasi yang umum adalah :
1. Struktur Spindel, minimal 2 penyulang berbeban dan 1 penyulang cadangan /
tanpa beban.
2. Struktur Kluster.
3. Spotload untuk pelanggan dengan beban lebih besar daripada kapasitas
kabel.
4. "Loop" antara 2 penyulang baik dari 1 sumber pembangkit atau dari sumber
yang berbeda (Fork system).

2.5.2 Proteksi Jaringan


Proteksi jaringan kabel tanah hanya dilindungi dari 2 penyebab
gangguan, gangguan fasa-fasa dan gangguan fasa-tanah. Relai terpasang pada
kubikel 20 kV di Gardu Induk, relai tipe arus lebih. Fase-fase dan arus lebih
hubung tanah dengan karakteristik sesuai kebutuhan (IDMT atau Inverse
Relay). Jenis kabel yang dipakai adalah multicore atau single core belted
cable dengan copper screen. Cooper screen pada terminal Gardu Induk dan
atau Gardu Distribusi dapat dibumikan atau tidak, sesuai dengan konsep
proteksinya dengan kemampuan dialiri arus listrik 1000 Ampere selama 1
detik. Sambungan kabel dengan saluran udara Tegangan Menengah dipasang
Lightning Arrester untuk melindungi kabel akibat surja petir dengan nilai arus
pengenal 10 kA pada tiang pertama dan ujung serta 5 kA pada tiang
tengah.Tambahan pemakaian fused cut-out dapat dipertimbangkan
sesuai kebutuhan.
Untuk sambungan sistem spot load ditambahkan rele diferensial atau
directional pada Gardu Hubung sisi pelanggan Spotload.

2.5.3 Konstruksi SKTM


Sesuai standar pabrik, kabel tanah pada kondisi tanah (specific
thermal resistivity of soil) 1000 C cm/w dengan kedalaman 70 cm, untuk
penggelaran 1 kabel mempunyai Kemampuan Hantar Arus (KHA) 100%.
Kemampuan hantar arus kabel harus dikoreksi jika persyaratan tersebut
berubah.
Penggunaan kabel dengan penampang yang lebih besar pada jalur
keluar dari Gardu Induk atau sumber tenaga listrik harus dipertimbangkan.
Kabel harus dilindungi terhadap kemungkinan gangguan mekanis dengan
pasir, pipa pelindung, buis beton atau pelat beton. Jalur jaringan kabel, titik
belok dan sambungan kabel harus diberi tanda guna memudahkan
inspeksi,pemeliharaan , ,dl

2.5.4 Area Jangkauan Pelayanan SKTM


Pada sistem Spindel, berdasarkan data statistik, laju kegagalan dan tingkat
kontinuitas pelayanan, panjang kabel SKTM hendaknya tidak lebih dari 8 kms. Pada
sistem Radial, jangkauan pelayanan dibatasi oleh persyaratan tegangan pelayanan.

2.6 Parameter Listrik Saluran Distribusi


Saluran distribusi tenaga listrik adalah merupakan sarana penyaluran tenaga
listrik bagian hilir setelah saluran transmisi yang telah dibangkitkan oleh suatu sistem
pembangkit, mempunyai konstanta-konstanta yang dapat mempengaruhi
karakteristik dalam menyalurkan tenaga listrik. Adapun konstanta- konstanta tersebut
adalah resistansi, induktansi, kapasitansi. Kapasitansi pada saluran distribusi dengan
saluran pendek (short lines < 80 km) nilai kapasitansinya dapat diabaikan Resistansi
Saluran (R)
Resistansi dari penghantar saluran distribusi adalah penyebab yang utama dari
rugi daya (losses) pada saluran distribusi. Resistansi dari suatu konduktor (kawat
penghantar) diberikan oleh:
Power Loss dalam konduktor:
power loss dalam konduktor
R= ………………………………...……….…..(2.1)
(I )2
Resistansi direct-current ( RDC ) diberikan dengan formula :
l
RDC¿ ρ A …………………………………………………..................(2.2)

Dimana :
ρ : resistivity konduktor (Q.m)
l : panjang konduktor (m)
A : cross sectional area (mm2)
Nilai resistivity konduktor pada temperatur 20° C :
 untuk tembaga, ρ = 10,66 Ω.cmil/ft atau = 1,77 x 10-8Ω.m.
 untuk aluminium, ρ = 17 Ω.cmil/ft atau = 2,83 x 10-8Ω.m.
Konduktor pilin 3 strand menyebabkan kenaikan resistansi sebesar 1%. Konduktor
dengan strand terkonsentrasi (concentrically stranded conductors), menyebabkan
kenaikan resistansi 2%. Pengaruh kenaikan temperatur terhadap resistansi dapat
ditentukan dari formula berikut :
R 1 T +t 2
= … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … …(2.3)
R 2 T +t 1

Dimana R1 dan R2 adalah resistansi masing-masing konduktor pada temperatur t1 dan


t2, dan T adalah suatu konstanta yang nilainya sebagai berikut :
T = 234,5 untuk tembaga dengan konduktivitas 100%
T = 241 untuk tembaga dengan konduktivitas 97,3%
T = 228 untuk aluminium dengan konduktivitas 61%.

2.6.2 Induktansi Saluran (L)


Induktansi saluran menggambarkan besarnya fluks magnet T yang
dihasilkan untuk setiap ampere arus dari saluran, atau menggambarkan besarnya
tegangan induksi untuk setiap perubahan arus terhadap waktu. Karena fluks
magnet yang dihasilkan oleh setiap ampere arus sangat tergantung dari konfigurasi
saluran, maka induktansi ditentukan oleh konfigurasi saluran. Induktansi rata-rata
per fasa per satuan panjang untuk saluran tiga fasa dirumuskan sebagai :
Reaktansi saluran (XL) dapat diperoleh setelah melakukan perhitungan induktansi
saluran terlebih dahulu. Untuk menentukan besarnya induktansi saluran pada
jaringan distribusi dapat dihitungdengan menggunakan
persamaan :

......(2.4)

Dimana D adalah jarak antara konduktor dan r adalah radius masing-masing


konduktor tersebut. Untuk menentukan besarnya jarak antar konduktor pada
jaringan distribusi dapat dihitung dengan persamaan
Untuk menghitung nilai r penghantar menggunakan persamaan :
2
A=π r ……………………………….…………………………….(2.5)
Maka:
r =√ A /π …………………………………………………………. (2.6)

Gambar 2.13 Konfigurasi Horizontal Konduktor Tiga Fasa


Dari persamaan 2.5 maka dapat dicari nilai reaktansi induktif saluran dengan
menggunakan persamaan 2.6 di bawah ini:
XL = 2.π.f.L…………………….……………………………..(2.7)
dimana:
 XL = Reaktansi induktif saluran (H/km)
 2 = sudut arus bolak-balik
 F = frekuensi sistem (50 Hz)
 L = Induktansi konduktor (H/m)
2.7 Segitiga Daya
Daya semu (S) merupakan resultan dari dua komponen, yaitu daya nyata
(P) dan komponen daya reaktif (Q). Hubungan ini disebut dengan segitiga daya
dan dalam bentuk vektor dapat digambarkan :

Gambar 2.14 Karakteristik Beban Kapasitif

Gambar 2.15 Karakteristik Beban Induktif


 P = V. I Cos φ………………………………….……………………(2.8)
 Q = V. I Sin φ ………………………………………………………(2.9)
 S = √ ¿ ¿atau S = V. I ……………………………………….(2.10)
 Faktor Daya = Daya Nyata = Cos < φ………………………………(2.11)
2.8 Korelasi Susut Tegangan dan Susut Daya Terhadap Standar Jaringan
Di dalam merencanakan sistem distribusi tenaga listrik sangat diperlukan
adanya kriteria dalam mendesain sebuah Sistem Distribusi Tenaga Listrik, mulai
dari SUTM, Gardu Distribusi (Gardu Trafo Tiang = GTT), SUTR maupun
Sambungan Rumah (SR).
Kriteria yang akan dijadikan patokan adalah :
1. Besaran Susut Tegangan
2. Besaran Susut Daya
3. F aktor Daya (Cos O)
4. Loss Load Factor (LLF)
Sistem Distribusi Tenaga Listrik yang akan ditinjau adalah: Sistem Tegangan
Menengah 20 kV. Untuk membuat kriteria desain akan berpedoman kepada SPLN
yang ada dan ketentuan - ketentuan lain yang berlaku.
Panjang sebuah Jaringan Tegangan Menengah dapat didesain dengan
mempertimbangkan susut tegangan dan susut daya jaringan. Untuk mendapatkan
nilai rugi tegangan dan rugi daya yang dikehendaki perlu memasukkan parameter -
paramater antara lain :

1. Ukuran (luas penampang) Penghantar

2. Beban Nominal Penghantar

3. Panjang Jaringan

Berdasarkan SPLN 72: 1987 dapat didesain sebuah jaringan tegangan

menengah (JTM) dengan kriteria rugi tegangan sebagai berikut :

1. Susut Tegangan Spindel maksimum 2 %

2. Susut Tegangan Open Loop dan Radial maksimum 5 %

Untuk mendesain jaringan dengan pertimbangan susut jaringan, maka susut


jaringan maksimum yang diizinkan :

1. Susut daya maksimum Spindel maksimum 1 %


2. Susut daya maksimum Open Loop dan Radial maksimum 2,3 %

Dalam pengoperasian Jaringan Listrik Tegangan Menengah, pembebanan


tidak boleh melebihi kemampuan nominal jaringan yang telah direncanakan,
sehingga susut tegangan dan susut daya dapat tercapai. Untuk diujung saluran dan
beban seimbang pada sistem 3 fasa 3 kawat dan 3 fasa 4 kawat, susut tegangan
dapat dihitung dengan formula :

dimana :

 P = Daya Nominal yang tersalur ( MVA )

 R = Resistansi Jaringan ( Q/km )

 X = Reaktansi Jaringan ( Q/km )

 L = Panjang Jaringan ( km )

 Cos θ = 0,85 (0,90) dan sin θ = 0,526 (0,435)

 KV = Tegangan L - L (20kV)

Korelasi rugi daya (losses) terhadap standar jaringan pada saluran dan beban
seimbang pada sistem 3 fasa 3 kawat dan 3 fasa 4 kawat, susut daya dapat dihitung
dengan formula :

ΔP = 3 x I2 x R x L x LLF (watt)……………………………………………(2.12)

dimana :
 I = Arus beban yang mengalir pada Jaringan (A)
 R = Resistansi Jaringan (Ohm/km)
 L = Panjang Jaringan (km)
 LLF = Loss Load Factor

Loss Load Factor sebagai koefisien yang diperhitungkan dalam menghitung rugi
daya sebagai perbandingan antara rugi - rugi daya rata-rata terhadap rugi daya
beban puncak.

LLF = 0,3. LF + 0,7.LF2…………………………………………….………(2.13)

dimana :

LF = Load Factor Sistem Regional

Beban rata−Rata
LF = ………………………………………………………..
Beban puncak
(2.14)

2.9 Perhitungan Perkiraan Kerugian Dana Akibat Rugi-rugi Daya


Perusahaan pemasok listrik mengalami kerugian yang cukup besar setiap
bulannya karena hilangnya energy akibat rugi0rugi daya. Besaran yang hilang saat
proses pentramisian harus dihitung dan diantisipasi, sehingga besar daya yang hilang
maka dapat dilakukan perhitungan untuk mengetahui energy yang hilang.
Perhitungan dilakukan dengan persamaan :
W = p x t = V x I x t (2.14)
Keterangan :
 W = Energi listrik (Watt.jam)
 P = Daya alat listrik (Watt)
 t = Lama pemakaian (jam)
 V = Tegangan beban (Volt)
 I = Arus yang mengalir ( Ampere )
W
Biaya Listrik = ( ¿ x TDL……………………………………………………
1000
(2.15)
W
Keterangan : = Pemakaian Litrik (kWh)
1000
TDL = Tarif Dasar Listrik

2.10 Electric Transient and Analysis Program (ETAP)


ETAP 19.0.1 adalah suatu Software analisis yang comprehensive untuk
mendesain dan mensimulasikan suatu sistem rangkaian tenaga. Analisis yang
ditawarkan oleh ETAP yang digunakan penulis adalah drop tegangan dan losses
jaringan. ETAP juga bisa memberikan warning terhadap bus - bus yang under voltage
dan over voltage sehingga pengguna bisa mengetahui bus mana yang tidak beroperasi
optimal. Untuk menganalisa suatu rangkaian diperlukan data rangkaian yang lengkap
dan akurat sehingga hasil perhitungan ETAP bisa dipertanggung jawabkan.
ETAP mengintegrasikan data - data rangkaian tenaga listrik seperti kapasitas
pembangkit, panjang jaringan, resistansi jaringan per km, kapasitas busbar, rating
trafo, impedansi urutan nol, positif dan negatif suatu peralatan listrik seperti trafo,
generator dan penghantar.
ETAP memungkinkan anda untuk bekerja secara langsung dengan diagram satu
garis grafis dan sistem kabel bawah tanah raceway. Program ini telah dirancang
berdasarkan tiga konsep kunci:
1. Virtual reality operasi
Program operasi menyerupai istemoperasi listrik nyata sedekat mungkin.
2. Integrasi total data
ETAP menggabungkan listrik, atribut logis, mekanik dan fisik dari elemen
sistem dalam database yang sama.
3. Kesederhanaan di data entri
ETAP melacak dara rinci untuk setiap alat listrik. Editor data dapat proses
entri data dengan meminta data minimum untuk studi tertentu.

2.10.1 Mempersiapkan plant


Persiapan yang perlu dilakukan dalam analisa/desain dengan bantuan
ETAP adalah:
1. Single line diagram.
2. Data peralatan baik elektris maupun mekanis.
3. Library untuk mempermudah mengedit data.

2.10.2 Membuat Proyek Baru


Berikut ini merupakan langkah - langkah untuk mebuat proyek
baru:Klik tombol New atau klik menu file lalu akan mncul kotak dialog
sebagai berikut.

Gambar 2.16 Membuat File Proyek Baru

1. Lalu ketik nama di kolom project file. Lalu klik OK.


2. Lalu akan muncul kotak dialog User Information yang berisi data
pengguna software. Isi nama dan deskripsikan proyek yang akan dibuat.
Lalu klik OK.
3. File proyek baru telah dibuat dan siap untuk menggambar one line
diagram.

2.10.3 Menggambar single line diagram


Menggambar single line diagram dilakukan dengan cara memilih
simbol peralatan listrik pada menu bar disebelah kanan layar. Klik pada
simbol, kemudian arahkan kursor pada media gambar. Untuk
menempatkan peralatan pada media gambar, klik kursor pada media
gambar. Untuk mempercepat proses penyusunan single line diagram,
semua komponen dapat diletakkan secara langsung pada media gambar.
Untuk mengetahui kontunuitas antar komponen dapat di cek dengan
Continuty Check pada menu bar utama.

2.10.4 Menjalankan Simulasi Load Flow


Setelah SLD selesai dibuat, maka bisa diketahui aliran daya satu
system kelistrikan yang telah dibuat dengan melakukan dengan
melakukan running load flow. Langkahnya sebagai berikut.
Gambar 2.17 Lembar Simulasi Load Flow

1. Klik load flow


2. Klik run load flow

Gambar 2.18 Hasil Simulasi Load Flow

Maka akan didapatkan hasil simulasi yang digunakann dengan


huruf berwarna merah seperti pada gambar di atas, terdapat nilai daya
aktif dan daya reaktif ( P + JQ ) serta presentase tegangan. Kita dapat
mengatur nilai apa yang akan ditampilkan pada simulasi bisa berupa
arus, faktor daya, yaitu dengan cara mengubah display option.
3. Klik display option

Dipilih yang akan


mati

Gambar 2.19 Hasil Menu Display Option


Kita juga dapat melihat kondisi hasil yang kurang bagus baik itu
presentase tegangan maupun peralatan yang spesifikasinya kurang baik,
dalam hal ini bisa overload dengan menggunakan alert view.
4. Klik alert view

Gambar 2.20 Menu Alert View


Dari gambar diatas ditunjukkan bahwa CB 6, CB 7, CB 8,
mengalami overload, artinya harus diganti dengan rating CB yang
lebih besar. Untuk menampilkan hasil simulasi loadflow yang lengkap
yaitu dengan menggunakan menu report manager.
5. Klik report manager
Gambar 2.21 Report Manager
Maka dengan mendapatkan file lengkap hasil simulasi loadflow
data bisa di analisis dari segi tegangan, arus, daya antar bus, losses, dll.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian


Metode yang digunakan dalam menulis laporan ini yaitu dengan metode
refrensi, metode observasi, metode analisis dan metode konsultasi. Metode
refrensi dilakukan dengan pencarian referensi–referensi atau landasan teori yang
akan digunakan untuk menunjang dan mempermudah pembuatan laporan akhir.
Landasan teori yang didapatkan mengenai susut daya, energi dan faktor-faktor
yang menjadi penyebab hilangnya susut daya. Metode dilakukan dengan cara
melakukan pengamatan dan pengumpulan data yang nantinya digunakan sebagai
bahan dalam menghitungan menyusun tugas akhir. Data yang diperoleh berasal
dari PT. PLN (Persero) ULP Rivai. Metode analisis dilakukan dengan cara
menganalisa data yang diperoleh dari proses pengambilan data. Proses ini dapat
mengetahui apakah suatu sistem dapat bekerja dengan baik atau tidak. Dalam
proses ini menggunakan software ETAP 19.0.1 dengan tujuan hanya untuk
membandingkan dari kedua perhitungan tersebut. Metode diskusi dan konsultasi
dilakukan dengan cara melakukan bimbingan baik dengan dosen pembimbing
maupun mentor pada saat dilapangan.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


Dalam Proses perumusan laporan akhir ini dilakukan pada PT. PLN
(Persero) ULP Rivai. Pengambilan data dilakukan selama satu bulan penuh
dengan mencatat tegangan dan arus setiap harinya dan beban puncak yang dicatat
pukul 10.00 dan 19.00 WIB. Untuk mengetahui susut daya dan energi pada
jaringan distribusi pada penyulang sambo digunakan simulasi dengan software
ETAP 19.0.1.
3.3 Penyulang Sambo
Penulis akan membahas secara spesifik tentang evaluasi susut daya dan energi
penyulang sambo. Penyulang sambo ( Saluran Distribusi Tegangan 20 kV ) adalah
Jaringan Tegangan Menengah (JTM) yang berfungsi menyalurkan tenaga listrik
tenaga listrik dari Gardu Induk GIS Barat ke setiap gardu distribusi atau pemakaian
tegangan menengah area Ilir III dengan tegangan menengah 20 kV.

Gambar 3.1 Single Line Diagram Penyulsang Sambo

Panjang saluran Penyulang Sambo adalah 5,42 KMS ( kilometer-sirkuit).


Terdapat sebanyak 18 31buah gardu distribusi di Penyulang Sambo. Dengan
mayoritas pemakaian pelanggan rumah tangga.
Jenis pengantar yang digunakan pada Penyulang Sambo adalah AAAC ( All
Alloys Alumunium Conductor ) 150 mm2 , AAAC-S 150mm2, dan NA2XSEYBY
150 mm2.

Tabel. 3.1 jenis Pengantar Yang Digunakan


N Jenis Pengantar Ukuran (mm2) Panjang Pengantar (Km)
O
1 AAAC 150 4,21
2 AAAC-S 150 1,16
3 NA2XSEYBY 240 0,05

3.3.1 Mapsource Penyulang Sambo


Dari panjang penyulang beserta gardu distribusi penyulang
Sambo dapat diukur dengan mapsource. Dimulai dari gardu induk sampai
dengan beban paling ujung penyulang Sambo dapat diukur dengan akurat
karena berdasarkan maping gps.

Gambar 3.2 Mapsource Penyulang Sambo

Tabel 3.2 Data Beban Puncak Siang dan Malam pada Penyulang Sambo Bulan Mei
2022

Beban Puncak Penyulang Sambo Bulan Mei 2022


Siang Malam
Tanggal
Arus Daya Arus Daya
(A) (MW) (A) (MW)
1 28 0,93 34 1,1
2 25 0,84 33 1,09
3 23 0,78 31 1,06
4 24 0,81 27 0,9
5 29 0,96 16 0,52
6 33 0,97 29 1
7 28 0,93 30 1,03
8 28 1 33 1,09
9 34 1,1 36 1,16
10 35 1,3 37 1,19
11 34 1,1 37 1,19
12 34 1,1 37 1,19
13 33 1,09 36 1,16
14 31 1,06 35 1,13
15 31 1,06 35 1,13
16 32 1,08 34 1,1
17 29 1 33 1,09
18 35 1,13 36 1,16
19 34 1,0 37 1,19
20 35 1,13 38 1,22
21 30 1,03 16 0,52
22 14 0,45 19 0,6
23 29 0,95 33 1,09
24 31 1,06 33 1,09
25 28 0,93 30 1,03
26 26 0,87 31 1,06
27 32 1,08 34 1,0
28 28 0,93 32 1,08
29 29 0,95 33 1,09
30 31 1,06 35 1,13
31 31 1,06 34 1,0
Rata -rata 29.80645 1 32.03226 1
Keterangan: Beban puncak terkecil
Beban puncak terbesar

Tabel 3.3 Resistansi Penghantar


No Jenis Luas Resistansi
Penghantar Penampang Penghantar
( mm2) (Ω/km)
1 AAAC (Al) 150 0,225
2 AAAC-S (Al) 150 0,225
3 NA2xSEFGbY (Al) 240 0,270

Tabel 3.4 Jarak Antar Konduktor


NO Konduktor Jarak ( m )
1 Konduktor 1-2 1,2
2 Konduktor 2-3 0,8
3 Konduktor 1-3 2

Tabel 3.5 Faktor Daya dan Load Factor


No Nama Penyulang Cos φ Load Faktor
1 Sambo 0,85 0,9
3.4 Mengitung Pendekatan Rugi-Rugi Energi Secara Finansial
Hilangnya daya pada saluran distribusi mengakibatkan kerugian finansial bagi
perusahaan pemasok listrik (PLN). Untuk mengetahui kerugian finansial PT. PLN
yang disebabkan oleh adanya rugi-rugi daya dapat dilakukan dengan melihat tariff
tenaga listrik (TTL) pada Mei tahun 2022 yang ditaksir dengan rata-rata terlampir
seperti pada table berikut :

Tabel 3.6 Tarif Tenaga listrik (TTL) bersubsidi dan nonsubsidi pada bulan mei 2022
Daya Listrik Tarif Listrik
No.
(VA) (Rp./kWh) keterangan
1 450 415
Subsidi
2 900 586
3 900 1352
4 1300 1.444,70
5 2200 1.444,70 Nonsubsidi
6 3500 - 5500 1.444,70
7 6600 - keatas 1.444,70
Rata - rata tariff 1.161,4

3.5 Tahapan penelitian


Adapun prosedur penelitiann sebagai berikut :
1. Mencari refrensi buku, jurnal, ataupun laporan akhir dari mahasiswa polsri
sebelumnya yang melakukan penelitian dengan objek yang hampir sama.
2. Melakukan proses wawancara pada pihak staff dan karyawan PLN. ULP
Rivai mengenai susut energi, dan rugi-rugi daya.
3. Membuat diagram single line pada software etap dan memasukan data.
Kemudian simulasi single line diaktifkan.
4. Menganalisa hasil perhitungan yang didapat pada software etap.

3.6 Flowchart
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Hasil Perhitungan Manual


4.1.1 Perhitungan Nilai Tahanan jenis (Resitivitas) Penghantar
Resistansi yang dihitung merupakan nilai resistasnsi pada suhu 75 C yang
diasumsikan suhu pada saat beban puncak dan nilai tahanan T 0 = 228 untuk
alumunium dengan konduktivitas 61%. Menentukan nilai resistansi ini menggunakan
persamaan (2.2).
A. AAAC 150 mm2

( )
R t2 228+75
=
0,225 228+20
248 Rt2 = 303 (0,225)
248 Rt2 = 68,175
Rt2 = 0,274 (Ω/km)
B. AAACS 150 mm2

( )
R t2 228+75
=
0,225 228+20
248 Rt2 = 303 (0,225)
248 Rt2 = 68,175
Rt2 = 0,274 (Ω/km)
C. NA2XSEYBY (AL) 240 mm2

( )
R t2 228+75
=
0,125 228+20
248 Rt2 = 303 (0,125)
248 Rt2 = 37,875
Rt2 = 0,152 (Ω/km)
4.1.2 Perhitungan Faktor Beban
Untuk perhitungan faktor beban agar dapat menghitung faktor losses pada
saluran digunakan persamaan (2-14)
Tabel 4.1 Beban rata – rata dan beban puncak Bulan Mei
Penyulang Sambo Arus (A) Daya (MW)
Beban rata – rata 32 1
Beban Puncak 38 1,22

Dimana total faktor beban pada Penyulang Sambo untuk Bulan Mei yakni :
32
Faktor Beban (LF) = = 0,846 => 0,85 %
38

4.1.3 Perhitungan Nilai Loss Load Facktor (LLF)


Perhitungan nilai LLF digunakan sebagai koefisien untuk menghitung susut
daya sebagai perbandingan antara susut daya rata – rata terhadap susut daya beban
puncak. Untuk menghitung LLF menggunakan persamaan (2.13) :
LLF = 0,3 LF + 0,7 (LF)2
= 0,3 x 0,85 + 0,7 (0,85)2
= 0,225 + 0,505
= 0,76
4.1.4 Perhitungan Reaktansi Saluran
Untuk mendapatkan nilai reaktansi pada saluran maka digunakan persamaan

a. AAAC 150 mm2

r ¿
√ 150
3,14
= 6,911 mm = 0,06911 m

D ¿ √3 1,2 x 0,8 x 2=1,242 m


L ¿ ¿10-7
L = (0,5 + 4,6 log 178,713 x 10-7
L = (0,5 + 4,6 (2,252)) x 10-7
L = (0,5 + 10,35) x 10-7
L = 10,85 x 10-7 H/m
L = 10,85 x 10-4 H/km
XL = 2 x 3,14 x 50 x 10,85 x 10-4
XL = 0,3406 Ω/km

b. AAAC-S 150 mm2

r ¿
√ 150
3,14
= 6,911 mm = 0,06911 m

¿ √ 1,2 x 0,8 x 2=1,242 m


3
D
L ¿ ¿10-7
L = (0,5 + 4,6 log 178,713 x 10-7
L = (0,5 + 4,6 (2,252)) x 10-7
L = (0,5 + 10,35) x 10-7
L = 10,85 x 10-7 H/m
L = 10,85 x 10-4 H/km
XL = 2 x 3,14 x 50 x 10,85 x 10-4
XL = 0,3406 Ω/km

c. NA2XSEYFGBY (AL) 240 mm2


Nilai reaktansi adalah 0,098 Ω/km

4.1.5 Perhitungan Kapasitas Penyaluran


Mengambil dari persamaan 2.8 yaitu
1. Beban Puncak Siang Hari
P = √ 3 V I cos θ
P = 1,73 x 20000 x 35 x 0,85
P = 1.089 KW
2. Beban Puncak Siang Hari
P = √ 3 V I cos θ
P = 1,73 x 20000 x 38 x 0,85
P = 1.117.000 W
P = 1.117 KW

4.1.5 Perhitungan Rugi Daya Rata Rata Bulan Mei


Rugi daya pada saluran ditentukan dengan menggunakan persamaan 2.12, dan
data pada tabel 3. Yaitu rata – rata beban puncak siang dan malam pada penyulang
sambo pada bulan mei.
A. Beban puncak siang rata - rata
1. AAAC 150 mm2
ΔP = 3 x I2 x R x L x LLF
= 3 x (35)2 x 0,264 x 4,21 x 0,76
= 3104 W

2. AAACS 150 mm2


ΔP = 3 x I2 x R x L x LLF
= 3 x (35)2 x 0,264 x 1,16 x 0,76
= 855 W

3. NA2XSEYBY (AL)
ΔP = 3 x I2 x R x L x LLF
= 3 x (35)2 x 0,152 x 0,05 x 0,76
= 754,11 W
Total Rugi daya pada beban puncak siang rata – rata adalah 4713 W
PR = Ps – Ploss
= 1130000 – 4713
= 1125 KW
1125000
%= = 1,04 %
1080900

B. Beban puncak malam rata - rata


1. AAAC 150 mm2
ΔP = 3 x I2 x R x L x LLF
= 3 x (38)2 x 0,264 x 4,21 x 0,76
= 3659 W

2. AAACS 150 mm2


ΔP = 3 x I2 x R x L x LLF
= 3 x (38)2 x 0,264 x 1,16 x 0,76
= 1008 W

3. NA2XSEYBY (AL)
ΔP = 3 x I2 x R x L x LLF
= 3 x (38)2 x 0,152 x 0,05 x 0,76
= 444,46 W
Total Rugi daya pada beban puncak siang rata – rata adalah 5111,46 W
PR = Ps – Ploss
= 1220000 – 5111,46
= 1214 KW
1214000
%= = 1,08 %
1118580
4.1.6 Perhitungan Rata-Rata Plosses
P losses siang+ Plosses Malam 3104+3659
 Rata –rata Plosses AAAC = = = 3381 W
2 2
P losses siang+ Plosses Malam 855+1008
 Rata –rata Plosses AAAC-S = = = 931 W
2 2
P losses siang+ Plosses Malam 754,11+ 444,46
 Rata –rata Plosses NA2XSEYBY = = =
2 2
599W

4.1.7 Perhitungan Wlosses per hari


 Rata –rata Wlosses AAAC = 3381 W x 24 jam = 81,14 kWh
 Rata –rata Wlosses AAAC-S = = 931 Wx 24 jam= 22,34 kWh
 Rata –rata Wlosses NA2XSEYBY = 599 W x 24 jam = 14,37 kWh

Tabel 4.1 Hasil Perhitungan manual


No Jenis beban Ploss (kW) %Ploss PR (kW) PS (kW)
1 Beban Puncak Siang 4.7 1.04 1125 1130
2 Beban Puncak Malam 5.1 1.08 1214 1220

4.2 Hasil Simulasi ETAP 19.0.1


Tabel 4.1 Hasil Simulasi ETAP 19.0.1
No Jenis Beban Ploss (kW) %Ploss Pr (Kw) Ps (kW)
1 Beban Puncak Siang 4.6 1,01 446.4 451
2 Beban Puncak Malam 6.0 1,17 503 509

A. Pada Beban Puncak Siang


Pada beban puncak siang terlihat pada data tabel bahwa susut daya yang terjadi
sebesar 4.6 kW
4600
%Ploss = = 1.01 %
451000
Pr = 451 kW – 4.6 kW = 446.4
B. Pada Beban Puncak Malam
Pada beban puncak malam terlihat pada data tabel bahwa susut daya yang terjadi
sebesar 6.0 kW
6000
%Ploss = = 1,17 %
509000
Pr = 509 kW – 6 kW =503 kW

4.3 Perbandingan Hasil Susut Daya ETAP dan Perhitungan Manual


Tabel 4.2 Hasil susut daya simulasi etap dan perhitungan manual
No Jenis ETAP Manual
Siang Malam Siang Malam
1 Susut Daya 4.6 6.0 4.7 5.1
2 % Susut Daya 1,01 1,17 1,04 1,08

4.3.1 Grafik Perbandingan hasil simulasi ETAP dan Perhitungan Manual Mei 2022

0
ETAP MANUAL

SIANG MALAM Column1


Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Susut Daya Beban Puncak Mei 2022
1.2

1.15

1.1

1.05

0.95

0.9
MANUAL ETAP

SIANG MALAM Column1

Gambar 4.2 Grafik Perbandingan % Susut Daya Beban Puncak Mei 2022

4.4 Evaluasi Hasil Susut Daya Etap dan Perhitungan Manual

Dari grafik 4.1 terlihat bahwa hasil susut daya didapat yang terjadi saat beban
puncak siang maupun saat beban puncak malam pada Penyulang Sambo dengan
menggunakan simulasi ETAP 19.0.1 mendekati atau sama dengan hasilnya dengan
perhitungan manual. Adapun untuk simulasi dengan ETAP 19.0.1 yaitu untuk beban
puncak siang sebesar 446,4 kW dan untuk beban puncak malam sebesar 503 kW
Sedangkan untuk perhitungan manual hasilnya sebesar 1130 kW pada beban puncak
siang dan hasilnya 1220 kW pada beban puncak malam. Pada grafik 4.2 terlihat untuk
nilai persentase susut daya terhadap beban puncak dengan perhitungan manual yaitu
sebesar 1,04 % untuk beban siang dan 1,08 % untuk beban malam. Sedangkan
dengan simulasi ETAP persentasenya sebesar 1,01 % untuk beban siang dan 1,17 %
untuk beban malam. Dengan merujuk SPLN 1:1978 bahwa susut daya yang diizinkan
hanya sebesar 2%, maka dengan evaluasi ini dapat diketahui bahwa jaringan
distribusi pada Penyulang Sambo bisa dikatakan handal dan optimal dikarenakan
susut daya yang tidak melebihi dari standart susut.

BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil evaluasi susut daya terhadap penyulang sambo, dapat disimpulkan
bahwa :

1. Parameter – parameter penyebab susut daya diantaranya nilai resistansi, reaktansi,


panjang penghantar yang berpengaruh terhadap nilai susut daya dan faktor daya
beban yang mempengaruhi daya kapasitas penyaluran beban puncak.
2. Untuk penghantar SUTM yaitu AAAC 150 mm2 nilai 0,264 Ω/km dan
resistansinya adalah 0,3406 mH/Km. adapun untuk penghantar SKTM yaitu
NA2XSEYBY (Al) 240 mm2 nilai resistansinya adalah 0,152 Ω/km dan nilai
reaktansinya 0,098 mH/Km.
3. Perbandingan dan hasil susut daya penyulang yang didapat dengan simulasi ETAP
19.0.1 pada beban puncak siang sebesar 446,4 kW dan pada beban puncak malam
sebesar 503 kW sedangkan manual nilainya lebih besar yaitu sebesar 1130 kW
pada beban puncak siang dan pada beban puncak malam adalah 1220 kW.
Adapun nilai persentase susut daya dengan ETAP 19.0.1 yaitu pada beban puncak
siang 1,04 % dan 1,08% pada beban malam. Sedangkan hasil manual yaitu 1,01 %
pada beban puncak siang dan 1,17 % pada beban malam

5.2 Saran
Sebaiknya cukup menggunakan ETAP 19.0.1 karena hasilnya efektif dan pasti
hanya saja butuh ketelitian dalam merangkai dan memasukkan parameter – parameter
pada ETAP 19.0.1
DAFTAR PUSTAKA

1. Cekmas Cekdin dan Taufik Barlian. 2013. Rangkaian Listrik.


Yogyakarta: Andi Yoyakarta.

2. Firmansyah, Anton. 2016. Modul Pelatihan ETAP. Palembang: Tidak


Diterbitkan.

3. Khoiriyah, Siti. Analisa Susut Daya dan Energi Di Gardu Induk Bringin
G-4 Menggunakan Software ETAP 12.6. Dalam
http://eprints.ums.ac.id/60918/4/cek%20siti.pdf diakses pada 21
maret 2022.

4. PT. PLN (Persero). 2012. Desain Kriteria Jaringan Distribusi. Jakarta:


PT. PLN (Persero) Pusat Pelatihan dan Pendidikan.

5. Ratno, dkk. 2010. Kriteria Desain Enjinering Konstruksi Jaringan


Distrubusi Tenaga Listrik. Jakarta: PT. PLN (Persero).

6. Saputra, Eko Marshel. Analisa Susut Tegangan dan Susut Daya Jaringan
Distribusi Tegangan Menengah 20 KV Pada Penyulang Beruang Di
Gardu Induk Bukit Siguntang Menggunakan Software ETAP 12.6.
Dalam http://eprints.polsri.ac.id/3819/ diakses pada 21 maret 2022.
Lampiran 1 Beban Malam
Lampiran 2 Beban Siang
Lampiran 3 Rangkaian
Penyulang Sambo di
ETAP 19.0.1

Anda mungkin juga menyukai