Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL TUGAS AKHIR

MENCEGAH TERJADINYA TITIK PANAS PADA KAWAT


PENGHANTAR SUTET 275 KV SEGMEN BINJAI-GALANG
UNTUK MENJAGA KEANDALAN SISTEM DAYA LISTRIK
DI PT. PLN (PERSERO) ULTG BINJAI

Diajukan Oleh:

(FRANSIUS P. NAINGGOLAN)
NIM: 1805033006

PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI MEDAN
MEDAN
2021

i
LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL TUGAS AKHIR

MENCEGAH TERJADINYA TITIK PANAS PADA KAWAT


PENGHANTAR SUTET 275 KV SEGMEN GALANG – BINJAI
UNTUK MENJAGA KEANDALAN SISTEM DAYA LISTRIK
DI PT. PLN (PERSERO) ULTG BINJAI

Diajukan Oleh:

(FRANSIUS P. NAINGGOLAN)
NIM: 1805033006

Medan, 29 April 2021

Menyetujui:

Dosen Pembimbing

(Darwis Tampubolon, S.T., M.T.)


NIP. 19600721 198503 1 002

Mengetahui:

Ketua Jurusan, Kepala Program Studi,

(Nobert Sitorus, S.T. M.T.) (Suparmono, S.T.,M.T.)


NIP. 19620825 198803 1 002 NIP. 19630531 198903 1 002

i
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB 1......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................2
1.3 Batasan Masalah........................................................................................2
1.4 Tujuan Tugas Akhir..................................................................................3
1.5 Manfaat Tugas Akhir................................................................................3
BAB 2......................................................................................................................4
KAJIAN PUSTAKA..............................................................................................4
2.1 Kajian Pustaka...........................................................................................4
2.2 Landasan Teori...........................................................................................5
2.2.1 Pengertian Titik Panas (Hot Point)....................................................5
2.2.2 Komponen Pembawa Arus (Current Carrying).................................5
2.2.3 Metode Pemeliharaan SUTT/SUTET................................................8
2.2.4 Pengujian Thermovisi.........................................................................9
2.3 Metode Pembuatan Tugas Akhir............................................................11
2.4 Jadwal dan Tempat Pembuatan Tugas Akhir.......................................12
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Daya listrik sudah menjadi kebutuhan yang sangat penting di era saat ini.
PLN sebagai Badan Usaha Milik Negara yang mengurusi bidang kelistrikan
mempunyai misi menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait,
berorientasi kepada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang
saham, menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat, mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong
kegiatan ekonomi, serta menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan
lingkungan. Misi tersebut akan tercapai jika daya listrik dari hulu sampai
hilirnya dapat tersalurkan dengan baik. Berawal dari pembangkit, energi
listrik mulai dibangkitkan oleh generator, energi listrik yang dibangkitkan
akan dikonversi pada tegangan tinggi dan akan disalurkan dengan sistem
transmisi yang melintasi jarak yang relatif jauh. Setelah energi listrik sudah
dekat dengan pelanggan, maka energi listrik akan didistribusikan dengan
skema penurunan tegangan.

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, sistem transmisi daya listrik


mempunya panjang saluran yang relatif jauh. Konduktor sebagai kawat
penghantar adalah pemeran utama dalam menyalurkan daya listrik tersebut.
Oleh karena jaraknya yang jauh, maka akan ditemukan banyak sambungan
pada konduktor. Sambungan pada konduktor rentan akan korosif yang
berakibat kepada munculnya titik panas (hot point). Titik panas akan
mengakibatkan kurangnya kualitas daya listrik karena akan ada rugi-rugi
daya disana. Untuk kondisi yang fatal, titik panas bisa mengakibatkan
putusnya konduktor yang berujung pada terjadinya pemadaman skala besar
atau blackout.
Lebih detail lagi, sistem transmisi berfungsi untuk menyalurkan daya listrik
dari sisi Pembangkit ke Gardu Induk Tegangan Tinggi/ Ekstra Tinggi dan
dari GITET/ GI/ GIS ke GITET/ GI/ GIS lain melalui kawat telanjang dengan
aman dan dengan rugi daya yang kecil. Keandalan dari sistem transmisi

1
SUTT/ SUTET akan sangat ditentukan oleh bagaimana sistem tersebut
dikelola, apalagi SUTT/ SUTET melintasi daerah terbuka sehingga rawan
terhadap gangguan eksternal seperti ganguan alam, gangguan binatang,
tumbuh tumbuhan maupun yang berasal dari aktifitas manusia, gangguan juga
dapat berasal dari kondisi internal transmisi.
Titik panas (hot point) adalah salah satu ganguan internal, dimana terjadi
panas berlebih pada komponen SUTT/SUTET. Komponen yang sering
mengalami titik panas adalah pada titik sambungan (junction). Adanya
korosif pada titik sambungan akan menyebabkan kenaikan suhu dan berakibat
terjadinya titik panas. Untuk mencegah terjadinya titik panas, maka perlu
dilakukan deteksi dini yaitu dengan penginderaan panas pada titik sambungan
dengan menggunakan thermovisi. Oleh alasan itu, penulis ingin mengangkat
judul tugas akhir “MENCEGAH TERJADINYA TITIK PANAS PADA
KAWAT PENGHANTAR SUTET 275 KV SEGMEN GALANG – BINJAI
UNTUK MENJAGA KEANDALAN SISTEM DAYA LISTRIK DI PT. PLN
(PERSERO) ULTG BINJAI”. Dengan demikian, diharapkan melalui deteksi
dini titik panas pada kawat penghantar SUTET 275 KV segmen Galang-
Binjai sebagai bentuk pemeliharaan 6 bulanan, dapat menjaga keandalan
sistem daya listrik di PT. PLN (Persero) ULTG Binjai.

1.2 Rumusan Masalah

1) Apa itu titik panas (hot point)?


2) Apa penyebab terjadinya titik panas (hot point)?
3) Bagaimana pengaruh titik panas (hot point) pada saluran transmisi?
4) Apa saja parameter yang dapat dipengaruhi adanya titik panas (hotpoint)?
5) Bagaimana cara mendeteksi titik panas (hot point) pada saluran
transmisi?
6) Apa rekomendasi selanjutnya setelah data pengukuran thermovisi telah
diperoleh?

1.3 Batasan Masalah


1) Tugas Akhir ini hanya membahas mendetail terkait titik panas (hot point)
pada titik sambungan (joint) pada saluran transmisi 275 KV segmen
Galang-Binjai.

2
2) Tugas Akhir ini tidak membahas mendetail secara sains terkait titik panas
(hot point).
3) Tugas Akhir ini hanya menganalisa pengaruh titik panas (hot point)
terhadap keandalan sistem daya listrik secara teknis kelistrikan saja.
1.4 Tujuan Tugas Akhir

1) Mengetahui apa itu titik panas (hot point).


2) Mengetahui penyebab terjadinya titik panas (hot point).
3) Mengetahui pengaruh titik panas (hot point) pada saluran transmisi.
4) Mengetahui parameter yang dapat dipengaruhi adanya titik panas
(hotpoint).
5) Mengetahui cara mendeteksi titik panas (hot point) pada saluran
transmisi menggunakan thermovisi.
6) Mengetahui langkah selanjutnya selanjutnya setelah data pengukuran
thermovisi telah diperoleh.

1.5 Manfaat Tugas Akhir

Manfaat penulisan tugas akhir ini adalah agar penulis dan pembaca
mengetahui dan memahami bagaimana penginderaan panas pada titik
sambungan kawat penghantar segmen Galang-Binjai menggunakan metode
yang baik dan benar sesuai prosedur yang berlaku, sehingga keandalan sistem
daya listrik dapat dijaga dan ditingkatkan. Melalui penulisan tugas akhir ini,
penulis dan pembaca juga diharapkan mampu menganalisa pengaruh titik
panas pada kawat penghantar, dan mengetahui rekomendasi langkah
selanjutnya setelah data uji thermovisi pada kawat penghantar telah diperoleh.

3
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka

Anak Agung Gede Ekayana dan I Wayan Teguh Wirapratama (2017), pada
jurnal yang berjudul “Realtime Monitoring Suhu Klem Jumper Pada Sistem
Transmisi Tegangan Tinggi”. Pada jurnal ini dibahas tentang sistem
monitoring suhu klem jumper pada sistem transmisi adalah sistem yang
bertujuan untuk memonitoring suhu klem jumper transmisi. Sistem ini akan
memantau tingkat kenaikan suhu klem secara realtime dengan menggunakan
sensor suhu Ds 18S20.
Ramadhani Roni Putra (2018), dalam skripsi yang berjudul “Thermovisi
untuk Melihat Hotspot pada Gardu Induk 150kv Palur”. Dalam skripsi ini
membahas tentang cara melihat hotspot dengan thermovisi.
Fartika, D., Erlina, E., & Christiono, C. (2020), dalam disertasi yang berjudul
“ Menentukan Dan Melihat Titik Hotspot Pada Tower 150 kV Di Pasar
Kemis Baru-Pasar Kemis Lama Dengan Menggunakan Metode Thermovisi”.
Dalam disertasi ini dijelaskan bagaimana cara menentukan titik hotspot
berdasarkan selisih suhu antara klem dan konduktor.
Lestari, D. A. (2020), dalam disertasi yang berjudul “Analisis Pengaruh Suhu
Terhadap Rugi-Rugi Daya Pada Penghantar 70 kV Gardu Induk Bukit
Siguntang”. Dalam disertasi ini dijelaskan bagaiamana kenaikan suhu pada
penghantar mengakibatkan kenaikan rugi-rugi penghantar.
Pada dokumen Instruksi Kerja Inspeksi Jaringan Transmisi dan Gardu Induk
Menggunakan Kamera Thermovisi Satir D Series No. IKA/05/TRS/UITJBT-
0079 dijelaskan petunjuk pengoperasian kamera thermovisi merk SATIR
Type D Series untuk mendukung pelaksanaan thermovisi pada jaringan
transmisi (SUTT/SUTET) dalam rangka meningkatkan keandalan sistem
transmisi.

4
2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pengertian Titik Panas (Hot Point)

Hot point atau titik panas banyak terjadi pada sistem transmisi tegangan
tinggi maupun tegangan ekstra tinggi. Hal ini terjadi karena adanya
peningkatan dari nilai arus listrik maupun nilai tahanan. Pada sistem
transmisi tegangan tinggi terjadi fluktuasi arus listrik sesuai dengan pola
pemakaian tenaga listrik maupun akibat dari manuver beban yang diatur
oleh dispatcher pengatur beban kelistrikan.

Kenaikan nilai tahanan pada titik sambungan (junction) turut mempengaruhi


kenaikan suhu atau hospot. Penyebab kenaikan nilai tahanan ini dipengaruhi
oleh banyak hal seperti mur baut yang kendur, adanya korosif dan
ketidaksesuaian ukuran konduktor dengan konektor

2.2.2 Komponen Pembawa Arus (Current Carrying)

Komponen yang termasuk dalam fungsi pembawa arus adalah komponen


SUTT & SUTET yang berfungsi dalam proses penyaluran arus listrik dari
Pembangkit ke GI / GITET atau dari GI / GITET ke GI / GITET lainnya.
Komponen-komponen yang termasuk fungsi pembawa arus, yaitu :

2.2.3 Konduktor Penghantar

Merupakan suatu media untuk menghantarkan arus listrik yang direntangkan


lewat tiang-tiang SUTT & SUTET melalui insulator-insulator sebagai
penyekat konduktor dengan tiang. Pada tiang tension, konduktor dipegang
oleh tension clamp / compression dead end clamp, sedangkan pada tiang
suspension dipegang oleh suspension clamp

Bahan konduktor yang dipergunakan untuk saluran energi listrik perlu


memiliki sifat sifat sebagai berikut :

a) Konduktivitas tinggi
b) Kekuatan tarik mekanik tinggi
c) Berat jenis yang rendah
d) Ekonomis

5
e) Lentur / tidak mudah patah.

Biasanya konduktor pada SUTT / SUTET merupakan konduktor berkas


(stranded) atau serabut yang dipilin, agar mempunyai kapasitas yang lebih
besar dibanding konduktor pejal dan mempermudah dalam penanganannya.
Jenis-jenis konduktor berdasarkan bahannya :

1) Konduktor jenis tembaga (BC : Bare Copper)


Konduktor ini merupakan penghantar yang baik karena memiliki
konduktivitas tinggi dan kekuatan mekanik yang cukup baik.
2) Konduktor jenis aluminium
Konduktor dengan bahan aluminium lebih ringan daripada konduktor jenis
tembaga, konduktivitas dan kekuatan mekaniknya lebih rendah. Jenis-jenis
konduktor alumunium antara lain :
a) Konduktor ACSR (Alumunium Conductor Steel Reinforced)
Konduktor jenis ini, bagian dalamnya berupa steel yang mempunyai
kuat mekanik tinggi, sedangkan bagian luarnya berupa aluminium yang
mempunyai konduktivitas tinggi. Karena sifat elektron lebih menyukai
bagian luar konduktor daripada bagian sebelah dalam konduktor, maka
pada sebagian besar SUTT maupun SUTET menggunakan konduktor
jenis ACSR. Untuk daerah yang udaranya mengandung kadar belerang
tinggi dipakai jenis ACSR/AS, yaitu konduktor jenis ACSR yang
konduktor steelnya dilapisi dengan aluminium.
b) Konduktor jenis TACSR (Thermal Aluminium Conductor Steel
Reinforced)
Pada saluran transmisi yang mempunyai kapasitas penyaluran / beban
sistem tinggi maka dipasang konduktor jenis TACSR. Konduktor jenis
ini mempunyai kapasitas lebih besar tetapi berat konduktor tidak
mengalami perubahan yang banyak, tapi berpengaruh terhadap sagging.
2.2.2.1 Sambungan konduktor (compression joint)
Sambungan konduktor adalah material untuk menyambung konduktor
penghantar yang cara penyambungannya dengan alat press tekanan tinggi.
Sambungan (joint) harus memenuhi beberapa syarat antara lain:
1) Konduktivitas listrik yang baik

6
2) Kekuatan mekanik yang besar

Ada 2 jenis teknik penyambungan konduktor penghantar ACSR &


TACSR, yaitu :

1) Sambungan dengan puntiran (sekarang sudah jarang dipergunakan)


2) Sambungan dengan press

Sambungan konduktor penghantar dengan press terdiri dari :

a) Selongsong steel, berfungsi untuk menyambung steel atau bagian


dalam konduktor penghantar ACSR & TACSR.
b) Selongsong aluminium berfungsi untuk menyambung aluminium atau
bagian luar konduktor penghantar ACSR & TACSR.

Penempatan compression joint harus memperhatikan hal-hal sebagai


berikut:

1) Diusahakan berada di tengah-tengah gawang atau bagian terendah dari


andongan konduktor.
2) Tidak boleh berada di dekat tower tension
3) Tidak boleh di atas jalan raya, rel KA, SUTT, dll
2.2.2.2 Konduktor penghubung (jumper)
Konduktor penghubung digunakan sebagai penghubung konduktor pada
tiang tension. Besar penampang, jenis bahan, dan jumlah konduktor pada
konduktor penghubung disesuaikan dengan konduktor yang terpasang
pada SUTT / SUTET tersebut.
Jarak konduktor penghubung dengan tiang diatur sesuai tegangan operasi
dari SUTT / SUTET konduktor pada tiang tension SUTET umumnya
dipasang counter weight sebagai pemberat agar posisi dan bentuk
konduktor penghubung tidak berubah. Pada tiang tertentu perlu dipasang
insulator support untuk menjaga agar jarak antara konduktor penghubung
dengan tiang tetap terpenuhi. Untuk menjaga jarak dan pemisah antar
konduktor konduktor penghubung pada konfigurasi 2 konduktor atau 4
konduktor perlu dipasang twin spacer ataupun quad spacer.

7
2.2.2.3 Klem konduktor penghantar
Klem konduktor penghantar digunakan untuk memegang konduktor
penghantar terhadap insulator.
Macam-macam klem konduktor penghantar :
1) Klem penegang (tension clamp)
Umumnya terbuat dari campuran aluminium atau tembaga sesuai dengan
kebutuhannya, dipergunakan untuk pengikat konduktor fasa pada insulator
penegang pada tiang penegang. Ada 2 (dua) macam klem penegang
konduktor penghantar yang umumnya dipergunakan, yaitu :
a) Klem penegang dengan mur baut (strain clamp)
b) Klem penegang dengan press
2) Klem jembatan (paralel groove clamp)
Klem ini digunakan pada tiang-tiang tipe penegang (tiang tension) yang
berfungsi sebagai penggandeng (penyambung) kedua ujung konduktor
dari klem penegang satu dengan klem penegang lainnya.

2.2.4 Metode Pemeliharaan SUTT/SUTET

Pemeliharaan SUTT/ SUTET memegang peranan sangat penting dalam


menunjang kualitas dan keandalan penyediaan tenaga listrik kepada
konsumen. Pemeliharaan SUTT/SUTET adalah proses kegiatan yang
bertujuan mempertahankan atau menjaga kondisi SUTT/ SUTET, sehingga
dalam pengoperasiannya SUTT/ SUTET dapat selalu berfungsi sesuai
dengan karakteristik desainnya dan mencegah terjadinya gangguan yang
merusak. Jadi, efektifitas dan efisiensi dari pemeliharaan SUTT/ SUTET
dapat dilihat dari:
1) Peningkatkan reliability, avaibility dan efficiency SUTT/ SUTET
2) Perpanjangan umur SUTT/ SUTET
3) Perpanjangan interval overhaul (pemeliharaan besar) pada SUTT/
SUTET
4) Pengurangan resiko terjadinya kegagalan atau kerusakan pada SUTT/
SUTET
5) Peningkatan keamanan

8
6) Pengurangan lama waktu padam
7) Waktu pemulihan yang efektif.
8) Biaya pemeliharaan yang efisien/ekonomis.

Predictive Maintanance, disebut juga dengan Pemeliharaan Berbasis


Kondisi (Condition Based Maintenance) adalah pemeliharaan yang
dilakukan dengan cara melakukan monitor dan membuat analisa trend
terhadap hasil pemeliharaan untuk dapat memprediksi kondisi dan gejala
kerusakan secara dini. Hasil monitor dan analisa trend hasil Predictitive
Maintenance merupakan input yang dijadikan sebagai acuan tindak lanjut
untuk Planned Corrective Maintenance. Ruang lingkup Predictive
Maintenance meliputi :

1) In service measurement
Adalah pengujian yang dilakukan saat peralatan operasi (bertegangan) untuk
dapat memprediksi kondisi dan gejala kerusakan peralatan secara dini yang
waktu pelaksanaannya disesuaikan dengan kondisi peralatan. Untuk SUTT
& SUTET, uraian kegiatan yang dilaksanakan meliputi pengujian
thermovisi, korona, puncture insulator, resistansi pentanahan tower.
2) Shutdown testing measurement
Adalah pengujian yang dilakukan saat peralatan tidak operasi (padam) untuk
dapat memprediksi kondisi dan gejala kerusakan peralatan secara dini.
Khususnya pada transmisi yang sudah habis masa manfaatnya.

2.2.5 Pengujian Thermovisi

Selama beroperasi, peralatan yang menyalurkan arus listrik akan mengalami


pemanasan karena adanya I2R. Bagian yang sering mengalami pemanasan
dan harus diperhatikan adalah terminal dan sambungan, terutama antara dua
metal yang berbeda serta penampang konduktor yang mengecil karena
korosi atau rantas. Kenaikan I2R, disamping meningkatkan rugi-rugi juga
dapat berakibat buruk karena bila panas meningkat, kekuatan mekanis dari
konduktor melemah, konduktor bertambah panjang, penampang mengecil,
panas bertambah besar, demikian seterusnya, sehingga konduktor putus.
Pengukuran panas secara langsung pada peralatan listrik yang sedang

9
beroperasi tidak mungkin dilakukan terutama untuk SUTTT dan SUTET,
karena tegangannya yang tinggi. Deteksi panas secara tidak langsung dapat
dilakukan dengan menggunakan teknik sinar infra merah. Sinar infra merah
atau infrared (disingkat IR) sebenarnya adalah bagian dari spektrum radiasi
gelombang elektromagnetik. IR mempunyai panjang gelombang antara 750
nm hingga 100 µm

Tingginya suhu dapat dilihat pada skala warna. Bila suhu tertinggi yang
terekam masih dibawah yang diijinkan, maka evaluasi foto dianggap
normal. Namun bila terjadi pemanasan lebih setempat, sehingga terdapat
perbedaan suhu yang signifikan (dari gradasi warna) antar bagian peralatan,
berapapun besarnya maka keadaan ini harus segera ditangani, karena pasti
terjadi penyimpangan.

2.2.4.1 Analisa uji thermovisi

Dalam menganalisa hasil thermovisi digunakan metode pembandingan


hasil ukur dengan hasil ukur objek lain yang sama disekitarnya (objek
tetangga) pada suhu operasinya, peralatan listrik yang rusak atau bekerja
dalam kondisi tidak normal akan memberikan hasil ukur yang berbeda
dengan peralatan listrik lain yang sama disekitarnya. Perbedaan hasil ukur
ini (Δt), dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu:

Tabel 2.1 Rekomendasi hasil uji thermovisi


Kategori Hasil Ukur ( ∆t ) Rekomedasi
I < 10°C Lanjutkan pengujian rutin 6 bulanan
Dijadwalkan perbaikan atau
II 10–30°C
penggantian seperlunya
Perbaiki atau ganti secepatnya
III > 30°C
maksimal 1 minggu
2.3 Metode Pembuatan Tugas Akhir
1) Metode literatur
Metode ini dilakukan dengan cara mengambil teori terkait dengan judul
tugas akhir yaitu hot point dan thermovisi dari buku, jurnal atau
browsing internet.
2) Metode diskusi

10
Melakukan konsultasi kepada dosen pembimbing, (supervisor / staf
pegawai PT PLN (Persero) ULTG Binjai dan teman-teman dalam
penyelesaian tugas akhir.
3) Observasi lapangan
Dengan melakukan pekerjaan pemeliharaan penginderaan panas
menggunakan thermovisi secara langsung pada saat pemeliharaan 6
bulanan bay penghantar segmen Galang-Binjai

2.4 Jadwal dan Tempat Pembuatan Tugas Akhir


Bulan
No Jenis Kegiatan Ma
Feb Apr Mei Juni Juli Agt
r
1 Pengumpulan Data
2 Pengajuan Proposal
Penulisan Bab 1 dan Bab
3
2
Penulisan Bab 3 dan Bab
4
4
Penulisan Bab 5 dan
5
Bagian Akhir
6 Revisi Bab 1 dan Bab 2
7 Revisi Bab 3 dan Bab 4
Revisi Bab 5 dan Bagian
8
Akhir
9 Rencana Sidang
Adapun tempat penulis dalam pembuatan tugas akhir berada di mess ULTG
Binjai, yang juga merupakan tempat tinggal penulis saat pelaksanaan PKL.

11
DAFTAR PUSTAKA

SKDIR 0520-2.K/DIR/2014. 2014, Buku Pedoman Pemeliharaan Saluran Udara


Tinggi Dan Ekstra Tinggi No dokumen : PDM/STT/10:2014, PT PLN
(Persero), Jakarta. Indonesia

SURAT EDARAN NO.032/PST/1994, Himpunan Buku Petunjuk dan


Pemeliharaan Peralatan Penyaluran Tenaga Listrik, PT PLN (Persero)
Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Jawa Bali, 2000.

INSTRUKSI KERJA Inspeksi Jaringan Transmisi dan Gardu Induk


Menggunakan Kamera Thermovisi Satir D Series No dokumen :
IKA/05/TRS/UITJBT-0079, PT PLN (Persero) Transmisi Jawa Bagian
Tengah, 2018.

Anak Agung Gede Ekayana. I Wayan Teguh Wirapratama, 2017, Real Time
Monitoring Suhu Klem Jumper Pada Sistem Transmisi Tegangan Tinggi.
Jurnal Nasional Pendidikan Teknik Informatika (JANAPATI).

Putra, R. 2018, Thermovisi Untuk Melihat Hotpoint Pada Gardu Induk 150KV
Palur. (Skripsi Yang Tidak Dipublikasikan, Universitas Muhammadiyah
Surakarta, 2018).

Fartika, D., Erlina, E., & Christiono, C. (2020). Menentukan Dan Melihat Titik
Hotspot Pada Tower 150 kV Di Pasar Kemis Baru-Pasar Kemis Lama
Dengan Menggunakan Metode Thermovisi (Doctoral dissertation, IT PLN).

Lestari, D. A. (2020). Analisis Pengaruh Suhu Terhadap Rugi-Rugi Daya Pada


Penghantar 70 kV Gardu Induk Bukit Siguntang (Doctoral dissertation,
021008 Universitas Tridinanti Palembang).

12

Anda mungkin juga menyukai