Anda di halaman 1dari 7

Pengoperasian Thermovisi Untuk Mengetahui Titik Panas

(Hotpoint) Pada Pms Bus 1 Bay Penghantar New Padang


Sidempuan #1 Pt. Pln (Persero) Gardu Induk Padang
Sidempuan
Farhan A. Pratama1, Liston R. Sinaga2, Rehulina Br Sembiring3
Program Studi Teknik Elektro, Jurusan Pendidiakan Teknik Elektro, Fakultas Teknik

1
Farhan@gmail.com
2
Liston@gmail.com
3
Rehulinasmb@gmail.com

ABSTRAK
Sistem tenaga listrik pastilah sangat memungkinkan untuk terjadinya gangguan, baik dari
segi internal maupun eksternal. Salah satu gangguan yang dapat mengganggu kualitas dan
kontinuitas energi listrik adalah suhu panas yang terjadi pada konduktor ataupun klem-klem
pertemuan antara konduktor dan peralatan listrik pada Pt. Pln (Persero) Gardu Induk Padang
Sidempuan. maka diperlukan proses pendekteksian terjadinya gangguan dengan cara mengamati suhu
atau hotspot pada masing-masing peralatan dengan metode thermovisi.. Pengukuran thermovisi pada
pelaksanaannya dilakukan dengan 2 (dua) pemeriksaan yaitu, pemeriksaan pada terminal utama dan
pemeriksaan pada Interrupter Chamber. Pengujian pengukuran ini dibantu dengan alat uji thermal
imagers yang dapat mengetahui nilai suhu pada klem sambungan konduktor dengan melihat sinar
inframerah yang dipancarkan oleh thermal imagers yang kemudian di tampilkan pada
display/monitor, sehingga dapat mendeteksi keadaan pada peralatan switchyard dalam keadaan
normal atau tidak normal. bahwa pada pms bus 1 arah bus 1 fasa R, klem pms line arah ct fasa S dan
klem pms line arah cvt fase S. Karena kondisi klem dan konduktor yang dilakukan inspeksi level 2
berupa thermovisi masih berada pada kondisi tahap II maka 25 tindakan yang perlu dilakukan yaitu
perlu dijadwalkan perbaikan untuk meminimalisir kerusakan dan menjaga keandalan sistem transmisi
gardu induk.
KATA KUNCI (Keywoard): Thermovisi, Hot Point, Switchyard, Substation Distribution

PENDAHULUAN
Pada sistem tenaga listrik pastilah sangat memungkinkan untuk terjadinya gangguan, baik dari segi
internal maupun eksternal. Gangguangangguan yang terjadi biasanya bisa diakibatkan dari alam
ataupun dari peralatan itu sendiri. Salah satu gangguan yang dapat mengganggu kualitas dan
kontinuitas energi listrik adalah suhu panas yang terjadi pada konduktor ataupun klem-klem
pertemuan antara konduktor dan peralatan listrik. Salah satu proses pendekteksian terjadinya
gangguan dengan cara mengamati suhu atau hotspot pada masing-masing peralatan dengan metode
thermovisi. Thermovisi merupakan instrumen untuk memvisualisasikan dan mendeteksi suhu pada
suatu objek yang ditangkap dan ditampilkan ke sebuah display dengan teknologi inframerah untuk
mengetahui suhu panas pada sambungan terminal antar kabel konduktor serta dapat mendeteksi
keadaan peralatan pada switchyard pada keadaan baik atau tidak. Pemanasan suhu pada titik-titik
atau bagian- bagian tertentu ini disebut Hot Point. Hal ini bisa berakibat fatal terhadap peralatan jika
terus menerus tanpa adanya pemantauan ataupun pemeriksaan rutin. Oleh sebab itu, dilakukan
pengujian suhu panas (hot point) dengan metode thermovisi pada gardu induk. Pengujian pengukuran
ini dibantu dengan alat uji thermal imagers yang dapat mengetahui nilai suhu pada klem sambungan
konduktor dengan melihat sinar inframerah yang dipancarkan oleh thermal imagers yang kemudian
di tampilkan pada display/monitor, sehingga dapat mendeteksi keadaan pada peralatan switchyard
dalam keadaan normal atau tidak normal.

METODE

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Landasan Teori
1. Transmisi Tenaga Listrik
Transmisi tenaga listrik merupakan proses penyaluran tenaga listrik dari tempat pembangkit tenaga
listrik (power plant) hingga saluran distribusi listrik (substation distribution) sehingga dapat
disalurkan sampai pada pengguna listrik. Pada sistem tenaga listrik, jarak antara pembangkit dengan
beban cukup jauh. Ini dapat menimbulkan adanya penurunan kualitas tegangan yang diakibatkan
oleh rugi-rugi pada jaringan. Maka, tenaga listrik ditransmisikan pada tegangan tinggi untuk
mengurangi hilangnya listrik pada saat dihantarkan. (Pramono, 2010: 4-5)
Sistem transmisi tenaga listrik terdiri dari 2 bagian, yaitu saluran transmisi dan gardu induk
(transmission substation):
a. Saluran Transmisi
Saluran Transmisi merupakan media yang digunakan untuk mentransmisikan tenaga listrik. Saluran
Transmisi dengan menggunakan sistem arus bolak-balik tiga fasa merupakan sistem yang saat ini
banyak digunakan. Saluran transmisi berfungsi menyalurkan energi listrik dari satu substation (gardu
induk) ke gardu induk lainnya. Terdiri dari konduktor yang direntangkan antara tiang (tower) melalui
isolator, dengan sistem tegangan tinggi. Tegangan sistem transmisi tenaga listrik sesuai standarisasi
tegangan transmisi listrik di Indonesia adalah 150 kV untuk saluran tegangan tinggi dan 500 kV
untuk saluran ekstra tinggi (Pramono, 2010: 4-5).
Saluran transmisi dibagi menjadi 2 kategori, yaitu (Pramono, 2010: 8-9):
1. Saluran udara (overhead lines): merupakan saluran transmisi yang menyalurkan energi listrik
melalui kawat-kawat yang digantung pada isolator antara menara atau tiang transmisi.
2. Saluran kabel bawah tanah (underground cable): merupakan saluran transmisi yang menyalurkan
energi listrik melalui kabel yang dikubur di dalam tanah. Saluran ini biasanya dipasang di dalam
kota.
b. Gardu Induk
Gardu Induk merupakan suatu instalasi yang terdiri dari sekumpulan peralatan listrik yang disusun
menurut pola tertentu dengan menjalankan beberapa fungsi penting, yaitu (Nugraha, 2015):
1. Mentransformasikan tenaga listrik tegangan tinggi yang satu ketegangan yang lainnya atau
tegangan menengah.
2. Pengukuran pengawasan operasi serta pengaturan pengamanan dari sistem tenaga listrik.
3. Pengaturan daya ke gardu-gardu lainnya melalui tegangan tinggi dan gardu distribusi melalui
feeder tegangan menengah.
Agar gardu induk dapat menjalankan fungsi dan tujuannya, maka gardu dilengkapi dengan peralatan
serta fasilitas. Secara garis besar, peralatan-peralatan pada gardu induk tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Rel/Busbar: berfungsi sebagai titik pertemuan/hubungan (connecting) antara transformator daya,
SUTT, SKTT serta komponen listrik lainnya yang ada pada switchyard (Anungpln, Mei 2014).
2. Bay: merupakan suatu area di gardu induk tempat terpasangnya peralatan instalasi transmisi listrik
yang sebutan namanya disesuaikan dengan tujuan dan nama peralatan utama yang terpasang, seperti
bay penghantar, bay trafo, dan, bay kopel.
3. Transformator Daya: berfungsi untuk mentransformasikan daya listrik, dengan merubah besaran
tegangannya sedangkan frekuensinya tetap. Transformator daya juga berfungsi sebagai pengatur
tegangan (Anungpln, Mei 2014).
4. Instrument Transformer: secara proporsional menurunkan atau mengurangi voltase besar dan nilai
arus sehingga mudah digunakan pada instrumen dan komponen sensitif. Instrumen dan komponen ini
meliputi ammeter, voltmeter, dan relay proteksi arus lebih. Instrumen transformer terbagi menjadi
dua kategori yang berbeda: transformer potensial dan arus. Sebuah transformator potensial (PT)
digunakan untuk memasok voltase rendah ke voltmeter, dan transformator arus (CT) memasok arus
yang dapat diatur saat ini untuk amperemeter dan relay arus lebih (Nugraha, 2015).
5. Peralatan Penghubung: saluran transmisi dihubungkan pada bus melalui Transformator utama,
setiap saluran mempunyai pemutus beban (circuit breaker) dan pemisah (disconnecting switch) pada
sisi keluarnya. Pemutus beban ini dipakai untuk memutuskan atau menghubungkan beban bila terjadi
gangguan pada saluran transmisi atau alat lain, pemutus beban itu dipakai untuk memutuskan
hubungan secara otomatis. Pemutus beban dan pemisah dinamakan peralatan penghubung
(switchgear) (Nugraha, 2015).
6. Lightning Arrester (LA): saluran udara yang keluar dari pusat pembangkit listrik merupakan
bagian instalasi pusat pembangkit listrik yang paling rawan sambaran petir dan karenanya harus
diberi lightning arrester. LA adalah peralatan untuk menyalurkan lonjakan tegangan lebih karena
sambaran petir/surja petir atau tegangan surja hubung kedalam tanah untuk melindungi rangkaian
listrik. LA harus terletak di setiap ujung bay penghantar dan harus terletak sedekat mungkin dengan
transformator (Nugraha, 2015).
7. Panel Hubung: merupakan pusat saraf gardu induk. Pada panel hubung inilah operator dapat
mengamati keadaan peralatan, melakukan operasi peralatan serta pengukuran-pengukuran tegangan
dan arus, daya dan sebagainya. Bila terjadi gangguan, panel hubung ini membuka pemutus beban
secara otomatis melalui rele pengaman dan memisahkan bagian yang terganggu (Nugraha, 2015).
8. Baterai: merupakan sumber tenaga untuk sistem kontrol dan proteksi selalu mempunyai keandalan
dan stabilitas yang tinggi, maka pada saat gangguan terjadi, baterai sangat penting sebagai sumber
sumber suplai AC/DC untuk menggerakkan alat-alat kontrol dan proteksi. Baterai setiap saat secara
terus menerus harus terhubung dengan rectifier yang berfungsi untuk mengubah arus AC menjadi
arus DC sesuai kapasitas baterai (Nugraha, 2015).
9. Trafo Pemakaian Sendiri (TPS): berfungsi sebagai sumber tegangan AC 3 fasa 220/ 380 Volt.
Digunakan untuk kebutuhan internal gardu induk, seperti penerangan di switchyard, gedung kontrol,
halaman GI dan sekeliling GI, alat pendingin (AC), rectifier, Pompa air dan motor-motor listrik, dan
peralatan lain yang memerlukan listrik tegangan rendah (Tim BSE, 2014).

2. Pemisah (PMS) atau Disconnecting Switch (DS)


a. Pengertian PMS
Pemisah (PMS) atau Disconnecting switch (DS) adalah sebuah peralatan yang dipergunakan untuk
menyatakan secara visual bahwa suatu peralatan masih tersambung atau sudah bebas dari tegangan
kerja. Dari definisi di atas maka dapat diketahui fungsi dari pemisah (PMS) adalah sebuah alat yang
dapat menyambung atau memutuskan rangkaian dengan arus kerja yang rendah kurang lebih 5
Ampere. Pada dasarnya PMS dipakai untuk melakukan perawatan atau perbaikan pada jaringan
listrik. Agar area kerja aman bagi teknisi yang akan melakukan perbaikan, maka PMS harus dibuka
untuk memisahkan peralatan listrik lain atau instalasi lain yang bertegangan (Baskara, 2010: 2).
Prinsip utama PMS adalah tidak dapat memutuskan arus, yang kecil, misalnya arus pembangkitan
trafo atau arus pemuat riil, tetapi pembukaan dan penutupannya harus dilakukan setelah PMT lebih
dulu dibuka. Artinya, PMS boleh dibuka atau ditutup hanya pada rangkaian yang tidak berbeban
(Nugraha, 2015).
b. Jenis-jenis PMS
Menurut fungsinya, PMS dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu (PLN, 2014: 1):
1. Pemisah Tanah (Pisau Pentanahan/Pembumian): berfungsi untuk mengamankan dari arus tegangan
yang timbul sesudah saluran tegangan tinggi diputuskan atau induksi tegangan dari penghantar atau
kabel lainnya, untuk dialirkan langsung ke tanah. Hal ini perlu untuk keamanan bagi orangorang
yang bekerja pada peralatan instalasi.
2. Pemisah Peralatan: berfungsi untuk memisahkan peralatan listrik dari peralatan lain atau instalasi
lain yang bertegangan. PMS ini boleh dibuka atau ditutup hanya pada rangkaian jaringan yang tidak
berbeban.
c. Komponen-komponen PMS
Pemisah terdiri dari beberapa komponen yang masing-masing mempunyai fungsinya adalah sebagai
berikut (PLN, 2014: 2-8):
1. Dielektrik
Komponen subsistem pada peralatan pemisah adalah dielektrik/isolator. Isolator adalah alat yang
berfungsi sebagai isolasi dan pemegang mekanis dari perlengkapan atau penghantar yang dikenai
beda potensial.
2. Primary
Subsistem primary merupakan bagian dari PMS yang bersifat konduktif dan berfungsi untuk
menghantarkan/mengalirkan arus listrik. Subsistem ini terdiri dari dua bagian, yakni
pisau-pisau/kontak PMS dan klem.
3. Drive Mechanism (Mekanik Penggerak)
Memposisikan pisau/kontak PMS untuk membuka dan menutup yang terdiri dari Stang/Tuas
Penggerak dan Tenaga Penggerak.

3. Thermovisi
a. Pengertian
Selama beroperasi, peralatan yang menyalurkan arus listrik akan mengalami pemanasan karena
adanya I2R. I2R merupakan rugi-rugi tembaga yang disebabkan oleh arus beban mengalir pada
kawat tembaga. Bagian yang sering mengalami pemanasan dan harus diperhatikan adalah terminal
dan sambungan, terutama antara dua metal yang berbeda serta penampang konduktor yang mengecil
karena korosi atau rantas. Kenaikan I2R, disamping meningkatkan rugi-rugi juga dapat berakibat
buruk karena bila panas meningkat, kekuatan mekanis dari konduktor melemah, konduktor
bertambah panjang, penampang mengecil, panas bertambah besar, demikian seterusnya, sehingga
konduktor putus.

b. Standar Pengukuran
Pengukuran suhu dengan thermovisi akan selalu memberikan nilai absolut dari objek terukur. Untuk
menentukan dengan benar apakah suhu objek terlalu panas (overheating).
c. Rekomendasi
Hasil Pengukuran Rekomendasi hasil pengukuran merupakan tindakan pemeliharaan rutin yang
dilakukan dalam periode tertentu, dalam hal ini dilakukan rutin dalam periode triwulanan. Tindak
lanjut dilakukan sebagai tindakan pencegahan terjadinya kelainan atau unjuk kerja rendah pada
peralatan PMS (PLN, 2014: 28).
B. Pengalaman lapangan
a. Thermovisi PMS Bus 1 Bay Penghantar New Padang Sidempuan
Pada Senin, 17 Januari 2022, telah dilaksanakan Thermovisi di switchyard 150 KV GI Padang
Sidempuan. Pekerjaan dimulai pada pukul 17.00 WIB dan selesai pada pukul 19.00 WIB.
Pengukuran thermovisi yang dilakukan pada klem dan konduktor Bay Penghantar Padang
Sidempuan selama minggu pertama sampai minggu ketiga di bulan Januari.

B. Pembahasan
a. Thermovisi Sebagai Rangkaian Kegiatan Pemeliharaan
Pengukuran Thermovisi dimuat di dalam Buku Pedoman Pemeliharaan PLN No. 0520-2.K/DIR/2014
sebagai salah satu prosedur pemeliharaan peralatan atau aset PLN di Gardu Induk. Dalam buku ini
dijelaskan secara mendetail mengenai pengelolaan aset sesuai standar agar dapat memberikan
manfaat yang maksimum selama masa manfaatnya. Bagian-bagian dari Gardu Induk sendiri terdapat
banyak komponen yang berbahan konduktor yang perlu dilakukan pengecekan kerusakan secara
berkala, salah satunya seperti pengukuran thermovisi. Pengukuran thermovisi pada pelaksanaannya
dilakukan dengan 2 (dua) pemeriksaan yaitu, pemeriksaan pada terminal utama dan pemeriksaan
pada Interrupter Chamber.
Dalam pengujian ini ,saya dan teman teman melakukan thermovisi menggunakan alat SATIR D 300.
Pemeriksaan thermovision digunakan untuk melihat titik-titik sambungan pada instalasi Konduktor
dan klem, hal ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan suhu antara konduktor dan klem.
Dalam melaksanakan kegiatan thermovisi ada dua hal yang harus di perhatikan dalam hasil ukurnya
sesuai dalam setandar NETA :
1. Membandingkan hasil ukur, dengan suhu operasi objek.
2. Membandingkan hasil ukur dengan objek lain yang sama di sekitarnya. Yang dimaksud dengan
objek lain yang sama yaitu komponen yang mempunyai bentuk sama namun berbeda ukuran atau
lokasi

b. Implikasi Hasil Penelitian


KESIMPULAN DAN SARAN
Adapun kesimpulan yang bisa diambil dari pembahasan pengoperasian Thermovisi untuk
mengetahui titik panas (Hotpoint) pada PMS Bus 1 Bay Penghantar New Padang Sidempuan #1
PT. PLN (Persero) Gardu Induk Padang Sidempuan ini adalah: 1. Dalam melaksanakan kegiatan
thermovisi ada dua hal yang harus di perhatikan dalam hasil ukurnya sesuai dalam setandar
NETA, yaitu Membandingkan hasil ukur, dengan suhu operasi objek. dan Membandingkan hasil
ukur dengan objek lain yang sama di sekitarnya. 2. Dari hasil perhitungan data pengukuran pada
pembahasan nilai ΔT di atas terlihat bahwa nilai ΔT pada PMS tertinggi terjadi pada klem dan
konduktor PMS Line arah CVT fasa S dengan nilai ΔT sebesar 8.921 ℃, dan nilai ΔT terendah
terjadi pada PMS Line arah CT fasa T dengan nilai ΔT sebesar 0.517 ℃. 3. Berdasarkan standar
NETA, nilai ΔT pada PMS Bus 1 arah Bus 1 fasa R, klem PMS line arah CT fasa S dan klem
PMS line arah CVT fasa S berada pada kondisi tahap II maka tindakan yang perlu dilakukan
yaitu perlu dijadwalkan perbaikan untuk meminimalisir kerusakan dan menjaga keandalan sistem
transmisi gardu induk.

Adapun saran pada kegiatan pengoperasian Thermovisi untuk mengetahui titik panas (Hotpoint) pada
PMS Bus 1 Bay Penghantar New Padang Sidempuan #1 PT. PLN (Persero) Gardu Induk Padang
Sidempuan ini adalah: 1. Sebelum memulai thermovisi lengkapi diri dengan alat pelindung sesuai
standar yang telah ditetapkan 2. Diperlukan pendamping saat melakukan thermovisi agar tidak terjadi
kesalahan dalam melakukan thermovisi atau pengukuran 3. Pastikan alat atau peralatan thermovisi
berfungsi dengan baik

DAFTAR PUSTAKA

Anunln. 2014. Komponen-komponen/Peralatan pada Switchyard Gardu induk.


https://scadaku.wordpress.com/2014/05/22/komponen-komponen peralatan
pada switchyard-gardu-induk/. (diakses tanggal 22 Mei 2014).
Atmojo, Suryo Sardi, dan Agung Warsito. 2013. Manuver Pembebasan Tegangan
Sistem Distribusi Sisi Incoming 20 KV dan Busbar Guna Pekerjaan di Kubikel
GI Tambak Lorok PLN APD Jawa Tengah dan DIY. Semarang: Teknik Elektro
Universitas Diponegoro.
Baskara, Rieza Dwi dan Hermawan. 2010. Pemakaian dan Pemeliharaan Pemisah
(PMS) pada Gardu Induk 150 kV Srondol PT PLN (Persero) P3B JB Region
Jawa Tengah dan DIY UPT Semarang. Semarang: Jurusan Teknik Elektro
Universitas Diponegoro.
Fartika, Desti. 2020. Menentukan dan Melihat Titik Hotspot pada Tower 150 KV di
Pasar Kemis Baru - Pasar Kemis Lama dengan Menggunakan Metode
Thermovisi. Jakarta: Fakultas Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan Institut
Teknologi PLN.
Nugraha, M. Adi. 2015. Evaluasi Jarak Penempatan Arrester Terhadap Transformator
Daya 30 MVA 70/20 KV pada PT PLN (Persero) Gardu Induk Bukit Siguntang.
Other thesis, Politeknik Negeri Sriwijaya.
Pramono, Joko, Montario Candra Buwono, dan Zamrudi. 2010. Transmission of
Electrical Energy (Transmisi Tenaga Listrik). Jakarta: Departemen Teknik
Elektro Universitas Indonesia. Pramono, Joko, Montario Candra Buwono, dan
Zamrudi. 2010. Transmission Of Electrical Energy (Transmisi Tenaga Listrik.
Jakarta: Departemen Teknik Elektro Universitas Indonesia.
PT PLN (Persero). 2014. Buku Pedoman Pemeliharaan: Pemisah (PMS).
PDM/PGI/08:2014. Jakarta:
PT PLN (Persero). PT PLN (Persero). 2014. Buku Pedoman Pemeliharaan: Serandang
dan Pentanahan Gardu Induk. PDM/PGI/13:2014. Jakarta: PT PLN (Persero).
PT PLN (Persero). 2014. Buku Pedoman Pemeliharaan: Saluran Kabel Tegangan Tinggi
(SKTT/SKLT). PDM/STT/11:2014. Jakarta: PT PLN (Persero).
PT PLN (Persero). 2014. Buku Pedoman Pemeliharaan: Transformator Arus.
PDM/STT/02:2014. Jakarta: PT PLN (Persero).
PT PLN (Persero). 2018. Instruksi Kerja: Perbaikan Hotspot pada Peralatan Gardu
Induk. 8.003/IK/TRS.00.003/KOMISI-PDKB PUSAT/2018. Jakarta: PT PLN
(Persero).
PT PLN (Persero). 2018. Prosedur: Pelaksanaan Pekerjaan dalam Keadaan Bertegangan
Tegangan Tinggi dan Tegangan Ekstra Tinggi. 7.001/
PROS/TRS.00.003/KOMISI-PDKB PUSAT/2018. Jakarta: PT PLN (Persero).
Tim BSE. 2014. Gardu Induk SMK Kelas XI Semester 3. Jakarta: Buku Sekolah
Elektronik Kementerian Pendidian dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai