Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN KUNJUNGAN

GARDU INDUK BANARAN

Oleh

Faris Attatoriq Fasha 17310730029

Bagus Hadi Saputra 173107300

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS ISLAM KADIRI
KEDIRI
2019
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Listrik merupakan salah satu kebutuhan primer bagi manusia. Di zaman modern seperti
sekarang ini, kebutuhan manusia tidak terlepas dari penggunaan listrik. Tidak hanya
digunakan sebagai penerangan di malam hari, namun aktivitas di siang hari pun tidak lepas
dari penggunaan listrik. Oleh karena itu, dibutuhkan pasokan listrik secara terus menerus dari
penyedia listrik.

Salah satu cara penyaluran tenaga listrik mulai dari pembangkit-pembangkit tenaga
listrik menuju beban adalah dengan menggunakan sistem transmisi tenaga listrik. Sistem
transmisi ini berasal dari bagian sekunder trafo step-up pada pembangkit tenaga listrik hingga
ke trafo primer dari trafo distribusi yang berada di gardu induk. Gardu Induk (GI) merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari saluran transmisi distribusi listrik. Dimana suatu system
tenaga yang dipusatkan pada suatu tempat berisi saluran transmisi dan
distribusi,perlengkapan hubung bagi,transfomator, dan peralatan pengaman serta peralatan
control. Khusus untuk wilayah Kediri dan sekitarnya, sistem transmisi yang ditetapkan PT.
PLN saat ini adalah 150 kV, 70kV, dan 20 kV. Dalam sistem tenaga listrik, standar di
Indonesia menetapkan bahwa tegangan diatas 20kV merupakan tegangan tinggi.

Dengan adanya beberapa penjelasan di atas, maka dapat dilihat betapa pentingnya
mempelajari tegangan tinggi. Adapun isi laporan selanjutnya akan membahas perlatan
tegangan tinggi yang terdapat di Gardu Induk Banaran.

1.2 Dasar Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan kunjungan industri ini terlaksana atas kesepakatan antara dosen pengampu
mata kuliah Elektronika Daya dengan mahasiswa Teknik Elektro 2017 sebagai tugas.

1.3 Tujuan Pelaksanaan Kegiatan

Adapun beberapa tujuan dari pelaksanaan kegiatan kunjungan ini adalah:

 Sebagai tugas dari mata kuliah elektronika daya


 Sebagai pembelajaran bagi mahasiswa untuk membandingkan teori yang ada dengan
kondisi di lapangan;
 Sebagai wadah untuk menambah wawasan mahasiswa mengenai Teknik Tegangan
Tinggi.
1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan

Adapun waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan kunjungan ini adalah:

Hari, Tanggal : Jum’at, 13 Desember 2019

Tempat : PLN Gardu Induk Banaran

Alamat : Jl. Kapten Tendean No.16, Tosaren, Kec. Pesantren, Kota Kediri, Jawa
Timur 64133

1.5 Metode Penyusunan Laporan

Laporan kunjungan industri disusun berdasarkan observasi langsung di lapangan,


wawancara dengan narasumber, dan studi literature.
BAB II

ISI
2.1 Peralatan pada Gardu Induk Banaran

Gardu Induk (GI) merupakan bagian yang tak terpisahkan dari saluran transmisi distribusi
listrik.Dimana suatu system tenaga yang dipusatkan pada suatu tempat berisi saluran
transmisi dan distribusi,perlengkapan hubung bagi,transfomator, dan peralatan pengaman
serta peralatan control. Fungsi utama dari gardu induk adalah untuk mengatur aliran daya
listrik dari saluran transmisi ke saluran transmisi lainnya yang kemudian didistribusikan ke
konsumen, sebagai tempat control, sebagai pengaman operasi system, sebagai tempat untuk
menurunkan tegangan transmisi menjadi tegangan distribusi. Oleh karena itu,jika dilihat dari
segi manfaat dan kegunaan dari gardu induk itu sendiri,maka peralatan dan komponen dari
gardu induk harus memiliki keandalan yang tinggi serta kualitas yang tidak diragukan
lagi,atau dapat dikatakan harus optimal dalam kinerjanya sehingga masyarakat sebagai
konsumen tidak merasa dirugikan oleh kinerjanya. Sesuatu yang berhubungan dengan
rekonstruksi pembangunan gardu induk harus memiliki syarat-syarat yang berlaku dan
pembangunan gardu induk harus diperhatikan besarnya beban.

2.2 Line Trap

Alat pertama yang ditemui setelah kawat SUTT masuk ke GI adalah line trap. Line trap
pada system tenaga listrik biasa disebut juga wave trap . line trap ini digunakan untuk
menangkap frekuensi PLC (Power Line Carrier) biasanya frekuensi yang digunakan dalam
MHz sedangkan frekuensi tegangan listrik tidak ditangkap (frekuensi 50 Hz atau 60 Hz).
Frekuensi PLC dan frekuensi system tenaga listrik jelas memiliki perbedaan. Frekuensi PLC
digunakan untuk komunikasi data maupun SCADA sedangkan frekuensi system tenaga
listrik yang digunakan untuk system tegangan AC.

Karena line trap dipasang seri dengan kawat saluran udara tegangan tinggi, maka harus
mampu dialiri arus listrik yang sesuai dengan kemampuan arus dari kawat tersebut. Selain itu
juga harus tahan terhadap tekanan-tekanan baik berupa panas maupun mekanis yang timbul
karena mengalirnya arus kerja yang besar atau karena adanya arus hubung singkat yang
mungkin terjadi.
2.3 Busbar atau Rel

Merupakan titik pertemuan/hubungan antara trafo-trafo tenaga, Saluran Udara TT,


Saluran Kabel TT dan peralatan listrik lainnya untuk menerima dan menyalurkan tenaga
listrik/daya listrik. Busbar merupakan bagian utama dalam suatu gardu induk yang berfungsi
sebagai tempat terhubungnya semua bay yang ada pada gardu induk tersebut, baik bay line
maupun bay trafo. Sistem gardu induk yang dikelola oleh PT PLN (Persero) beroperasi pada
beberapa level tegangan.

Level tegangan ini dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu tegangan ekstra tinggi dan
tegangan tinggi. Gardu induk yang beroperasi pada level tegangan 500 kV dan 275 kV
disebut sebagai GITET (Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi), sedangkan gardu induk yang
beroperasi pada level tegangan 150 kV dan 70 kV disebut sebagai GI (Gardu Induk). GITET
dibangun dengan konfigurasi sistem satu setengah PMT, sedangkan GI umumnya
menggunakan konfigurasi 1 breaker (single breaker). Namun, pada beberapa GI yang
tersambung langsung dengan pembangkit juga menggunakan konfigurasi sistem satu
setengah PMT.
2.4 Lightning Arrester

Lightning arrester terletak di bagian paling depan dari sebuah gardu induk karena
peralatan ini memegang peranan penting sebagai pengaman utama terhadap trafo dari
tegangan surja yang terjadi ketika terjadi sambaran petir. Sambaran petir pada jaringan
hantaran udara sistem tenaga listrik merupakan suntikan muatan listrik yang menimbulkan
kenaikan tegangan sesaat yang cukup besar pada jaringan. Agar tegangan lebih tersebut tidak
merusak isolasi peralatan pada jaringan, maka dipasang pelindung yang akan mengalirkan
surja petir tersebut ke tanah.

2.5 Pemisah (PMS) atau Disconnecting Switch (DS)

Disconnecting switch merupakan peralatan pada sistem tenaga listrik yang berfungsi
sebagai saklar pemisah yang dapat memutus dan menyambung rangkaian , biasa dipakai
ketika dilakukan perawatan atau perbaikan. DS hanya boleh dioperasikan tanpa arus atau
dalam keadaan tangpa beban. Pemisah tidak memiliki pemadam busur api seperti pemutus.
2.6 Pemutus (PMT) atau Circuit Breaker (CB)

Circuit breaker adalah peralatan sistem tenaga yang berfungsi untuk memutuskan
hubungan antara sisi sumber tenaga listrik dan sisi beban yang dapat bekerja secara otomatis
ketika terjadi gangguan atau secara manual ketika dilakukan perawatan atau perbaikan. Untuk
melindungi peralatan, maka sebelum masuk ke trafo line terlebih dahulu dimasukkan ke
dalam Pemutus Tenaga (PMT). Circuit Breaker (CB) atau Pemutus Tenaga (PMT)
merupakan peralatan sakelar/switching mekanis, yang mampu menutup, mengalirkan dan
memutus arus beban dalam kondisi normal serta mampu menutup, mengalirkan (dalam
periode waktu tertentu) dan memutus arus beban dalam spesifik kondisi gangguan. PMT ini
dilengkap dengan pemadam busur api berupa gas SF6.

2.7 Transformator Daya

Transformator adalah mesin listrik statis yang memindahkan daya dan frekuensi dari
sisi primer ke sisi sekunder dengan mengubah parameter arus dan tegangan dengan prinsip
induksi elektromagnetik. Transformator menggunakan prinsip hukum induksi faraday dan
hukum lorentz dalam menyalurkan daya, dimana arus bolak balik yang mengalir mengelilingi
suatu inti besi maka inti besi itu akan berubah menjadi magnet.
Dalam operasi penyaluran tenaga listrik transformator dapat dikatakan jantung dari
transmisi dan distribusi.Dalam kondisi ini suatu transformator diharapkan dapat beroperasi
secara maksimal (kalau bias secara terus menerus tanpa berhenri).Mengingat kerja keras dari
suatu transformator seperti itu, maka cara pemeliharaan juga dituntut sebaik munkin.Oleh
karena itu tranformator harus dipelihara dengan menggunakan system dan peralatan yang
benar,baik dan tepat.

2.8 SAS (Substation Automation System)

SAS kependekan dari Substation Automation System atau bila di Indonesiakan menjadi gardu
induk otomasi merupakan salah satu revolusi dari sistem penyaluran tenaga listrik dari sistem
dijaga menjadi sistem tidak dijaga.

Sistem dijaga atau konvensional merupakan desain awal dari gardu induk-gardu induk di
Indonesia dimana segala macam pengoperasian peralatan dan monitoring dilakukan di site
atau gardu induk melalui operator. Perkembangan selanjutnya mulai diterapkan sistem
SCADA atau Supervisory Control and data Acquisition yang memungkinkan monitoring
besaran listrik dan kontrol terhadap peralatan dari remote atau jarak jauh. Namun dalam
sistem ini masih terdapat keterbatasan dalam sistem control maupun monitoring karena
keterbatasan channel sehingga informasi dari Gardu Induk tidak secara detail diterima di
Master Control. Selain itu media komunikasi juga belum menyediakan bandwidth yang
cukup lebar untuk lalu lintas data karena masih mengunakan PLC (Power Line Carrier).
Selain hal tersebut di atas device di gardu induk umumnya juga belum support untuk
diterapkan pola automasi atau tidak dijaga.
Seiring berkembang pesatnya teknologi informasi dan kelistrikan muncul ide untuk
mengintegrasikan peralatan peralatan dengan suatu protocol yang disepakati secara
internasional. Di bidang kelistrikan sendiri telah dikembangkan IED atau Intelligence
Electronic Device pada peralatan sekunder sehingga user bisa memprogram sesuai dengan
kebutuhan sistem, selain itu IED tersebut juga dibuat berdasarkan protocol bersama yaitu IEC
61850 yang memungkinkan integrasi dari berbagai merk. Di bidang penyaluran tenaga listrik
terutama di Gardu Induk (Substation) diterapkan Sistem SAS untuk mengefektifkan dan
mengefisiensikan proses transfer informasi (daya listrik dan status device) dan kontrol
terhadap peralatan Gardu induk. SAS membawa perubahan besar di bidang penyaluran
tenaga listrik. Pengaturan daya menjadi lebih cepat karena monitoring langsung secara real
time oleh Dispatcher RCC (Remote Control Center) serta kontrol peralatan yang juga
langsung dieksekusi dari tempat tersebut.
2.9 Baterai Cadangan Gardu Induk
Bateri merupakan suatu alat yang menghasilkan energi listrik dengan proses reaksi
kimia. Baterai dapat berupa susunan beberapa sel atau satu sel saja. Tiap sel dari baterai
terdiri dari elektroda positif (anoda) dan elektroda negatif atau katoda, dan larutan elektrolit.
Jenis elektroda dan elektrolit pada baterai tergantung dari pabrik yang memproduksi baterai
tersebut. Baterai digunakan sebagai sumber penghasil arus searah atau DC. Di gardu-gardu
induk maupun pusat-pusat pembangkit tenaga listrik baterai ini berfungsi sebagai:
1. Sumber tenaga motor-motor untuk PMT, PMS, tap changer, trafo tenaga dan sebagainya.
2. Sumber tenaga untuk alat-alat kontrol , tanda-tanda isyarat ( signal dan alarm)
3. Tenaga untuk peralatan telekomunikasi (PLC)
4. Tenaga untuk penerangan darurat
5. Tenaga untuk relay proteksi
Charger Baterai Cadangan
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Setelah melakukan kunjungan industry di GI Banaran maka dapat disimpulkan bahwa:

a. Peralatan-peralatan yang terdapat pada Gardu Induk Banaran berupa line trap, trafo
daya, CT, PT, lightning arrester, Relay, pemutus, Busbar dan pemisah
b. Pada GI terdapat line trap yang berfungsi untuk memisahkan frekuensi untuk system
indormasi dan system tenaga listrik.
c. Sumber DC pada peralatan proteksi yang ada di GI menggunakan battery

Anda mungkin juga menyukai