PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembahasan tentang islam dan budaya islam sangatlah penting bagi kita
kaum islam di masa mendatang. Islam adalah agama yang benar, yaitu agama
yang bersumber pada Al-quran dan As-sunnah(Hadits Nabi, dll), Islam memiliki
lima pilar dasar agama atau yang sering kita sebut dengan “Rukun Islam”.
Rukun islam (lima pilar dasar ini) diantaranya yaitu, membaca dua kalimat
syahadat, melaksanakan sholat, mengeluarkan zakat, berpuasa, dan
melaksanakan haji jika mampu. Dari kelima pilar ini kami ditugaskan untuk
membahas Haji dan Umroh
Haji dan Umrah, adalah kewajiban bagi setiap muslim yang berakal dan
memiliki kemampuan, namun dari kalangan umum seperti petani, pedagang,
pegawai negeri bahkan para pengusaha sukses pun masih ada yang belum
mengerti tentang Haji dan Umrah. Sehingga dengan penjelasan makalah ini.
Semoga pembaca bisa mengerti lebih banyak tentang Haji dan Umrah.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian Haji dan Umrah ?
2. Apa saja syarat-syarat serta rukun Haji dan Umrah ?
3. Apakah persamaan dan perbedaan yang mendasar dari Haji dan Umrah
dan jenis-jenisnya ?
4. Bagaimanakah praktek dari pelaksanaan Haji dan Umroh
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian Haji dan Umrah
2. Untuk mengetahui syarat-syarat serta rukun Haji dan Umrah
3. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan yang mendasar dari Haji
dan Umrah, dan jenis-jenisnya
4. Untuk mengetahui praktek dari pelaksanaan Haji dan Umroh
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian haji
Secara bahasa Haji adalah menuju ke suatu tempat secara berulang-ulang,
atau menuju ke suatu tempat yang dimuliakan atau diagungkan oleh suatu kaum
peradaban. Ibadah umat Islam ke mekkah (Baitullah) inilah yang disebut Haji.
Sebab Baitullah adalah tempat yang diagungkan dan tempat yang suci bagi umat
Islam. Adapun menurut istilah, kalangan ahli fiqh mengartikan bahwa Haji
adalah niatan datang ke Baitullah untuk menunaikan ritual ibadah tertentu. Ibnu
Al-Humam mengartikan bahwa Haji adalah pergi menuju Baitul Haram untuk
menunaikan aktivitas tertentu pada waktu tertentu. Para ahli fiqh lainnyajuga
berpendapat bahwa Haji adalah mengunjungi tempat-tempat tertentu dengan
perilaku tertentu pada waktu tertentu.
Penetapan waktu Haji sendiri ada kalangan yang berpendapat bahwa Haji
diwajibkan pada tahun ke-5 hijriyah, namun ada yang mengungkapkan lain yaitu
tahun 8 hijriyah, 9 hijriyah bahkan ada yang berpendapat jauh sebelum tahun
Hijriah. Namun Nabi Muhammad SAW baru menunaikan ibadah Haji pada
tahun 10 hijriyah sebab pada tahun 7 hijriyah beliau keluar ke Mekkah untuk
menunaikan dan tidak berhaji.
2. Pengertian Umroh
Secara etimologi Umrah berarti mengunjungi. Kalimat “i’tamarahu”
semakna dengan zarahu, mengunjungi. Umrah disebut juga dengan Haji kecil,
karena punya kesamaan dengan haji dalam hal ihram, thawaf, sa’i, dan
mencukur atau memotong rambut.
2
Secara arti syara’ Umrah adalah ziarah ke Baitul Haram dengan mekanisme
tertentu. Yaitu ihram, thawaf, sa’i dan tahallul. Umrah bisa dilakukan kapan saja.
3
demikian Hajinya seorang anak kecil tetaplah sah berdasarkan hadits yang
diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa ada seorang ibu mengangkat seorang
bocah ke hadapan Nabi dari dalam tandu kendaraanya, seraya berseru,“Wahai
Rasulullah, apakah ini boleh haji?” beliau menjawab,”Ya, dan bagimu
pahala(nya).”
Jika seorang anak kecil sudah bisa membedakan sesuatu, kemudian ia
berihram dengan izin orangtuanya, maka ihramnya dianggap sah, namun jika
tanpa izin orangtuanya, dari sinilah terdapat dua arus pendapat, Pertama,
dianggap sah sesuai keabsahan takbiratul ihramnya dalam sholat.
Kedua, Hajinya bisa dianggap tidak sah, karena berbeda dengan shalat
yang tanpa biaya, Haji memerlukan biaya dan harta benda yang tidak sedikit
jumlahnya, sebab itu hajinya anak kecil walaupun ia sudah bisa membedakan
sesuatu sekalipun, tidaklah sah tanpa seizin orangtuanya. Demikian ini
pendapat kebanyakan kalangan mazhab Hanbali.
Berdasarkan kesepakatan beberapa ulama Haji tidak wajib bagi budak sahaya,
haji memerlukan waktu yang lama, karenanya jika seorang budak
melaksanakan haji maka ia pasti meninggalkan kewajiban atas majikannya.
Budak diperbolehkan atau diwajibkan haji ketika mereka sudah di merdekakan
oleh majikannya, Dalam hadits lain berdasarkan penelusuran Ibnu Abbas
dikatakan bahwa Nabi bersabda: “Jika anak kecil yang berhaji telah berusia
baligh, maka ia tetap wajib menunaikan haji lagi, dan jika seorang budak
melakukan haji, kemudian ia dimerdekakan (penuh) maka ia wajib
menunaikan haji lagi.”. penjelelasan atas hadits ini adalah mereka
melaksanakan Haji ketika mereka belum diwajibkan, sehingga disaat mereka
sudah diwajibkan untuk Haji, maka apa yang dilakukan dahulu tidak
mencukupinya.
C. Rukun Haji
5
Rukun haji adalah kegiatan-kegiatan yang apabila tidak dikerjakan, maka
Hajinya dianggap batal. Berbeda dengan wajib Haji, wajib Haji adalah suatu
perbuatan yang perlu dikerjakan, namun wajib Haji ini tidak menentukan sah
nya suatu ibadah haji, apabila wajib haji tidak dikerjakan maka wajib digantinya
dengan dam (denda).
a) Ihram (berniat)
6
5. Bagi yang datang dari Madinah, tempatnya di Dzulhulaifah Bir Ali (Abyar
'Ali) ()ﺫواَلحليِفه اَﺑﻳاَﺭ علﻲ.
6. Bagi yang datang dari bahagian Iraq pula adalah di Dzatu 'Irq ()ﺫاَﺕ عرﻕ
Sunnah sebelum memulai ihram diantarnya adalah mandi, menggunakan
wewangian pada tubuh dan rambut, mencukur kumis dan memotong kuku.
Untuk pakaian ihram bagi laki-laki dan perempuan berbeda, untuk laki-laki
berupa pakaian yang tidak dijahit dan tidak bertutup kepala, sedangkan
perempuan seperti halnya shalat (tertutup semua kecuali muka dan telapak
tangan).
Waktu wukuf adalah tanggal 9 dzulhijjah pada waktu dzuhur, setiap seorang
yang Haji wajib baginya untuk berada di padang Arafah pada waktu tersebut.
Wukuf adalah rukun penting dalam Haji, jika wukuf tidak dilaksanakan dengan
alasan apapun, maka Hajinya dinyatakan tidak sah dan harus diulang pada waktu
berikutnya. Pada waktu wukuf disunnahkan untuk memperbanyak istighfar,
zikir, dan doa untuk kepentingan diri sendiri maupun orang banyak, dengan
mengangkat kedua tangan dan menghadap kiblat.
Thawaf adalah mengelilingi Ka’bah 7 kali putaran dengan tata cara yang khusus.
Syarat Thawwaf :
7
• Hajar Aswad di kiri badan, boleh menghadapnya dengan badan dan
kepala tapi arah kaki tetap ke depan.
• Ka’bah selalu di sebelah kiri badan selama Thawwaf.
• Berjalan menuju ke depan tidak mundur ke belakang atau jalan
menyamping.
• Seluruh badan di luar Ka’bah (tidak dalam Hijir Ismail atu Syadzarwan).
• Mengakhiri setiap putaran di batas Hajar Aswad dan melebihkannya /
melewatinya pada putaran terakhir.
• Mengelilingi Ka’bah 7 kali putaran.
Barang siapa ragu tentang jumlah putaran Thawwafnya maka diambil hitungan
yang lebih sedikit.
Sunnah Thawwaf ;
8
• Menyalami Hajar Aswad dan menciumnya setiap mengawali /
mengakhiri putaran jika memungkinkan. Jika tidak, maka cukup
mengangkat tangan memberi isyarat ke Hajar Aswad sambil bertakbir.
• Raml (berlari kecil) di tiga putaran pertama sambil bertakbir.
• Idhtiba’ bagi pria (yaitu meletakkan tengah kain ihram bagian atas yang
menjadi selendang di bawah ketiak kanan, dan kedua ujungnya di atas
pundak kiri).
• Menyalami Rukun Yamani setiap putaran jika memungkinkan. Jika tidak,
maka cukup mengangkat tangan memberi Isyarat ke Rukun Yamani
sambil bertakbir.
• Membaca Do’a Ma’tsur ;
1. Di awal Thawaf
2. Di Rukun ‘Iraqi
3. Di bawah Al-Mizaab (pancuran) di luar Hijr.
4. Di antara Rukun Syami dan Yamani.
5. Di Rukun Yamani dan Hajar Aswad.
6. Di setiap putaran.
Makruh Tawwaf ;
9
• Meletakkan tangan di belakang tulang punggung.
• Meletakkan tangan di mulut kecuali saat menguap.
• Memasukkan / menyilangkan jari jemari tangan kanan dan kiri.
• Makan dan minum serta tertawaatau mengobrol yang tak berarti.
• Menahan angin atau hajat baik besar maupun kecil.
d) Sa’i
Adalah Berlari-lari kecil antar bukit Shafa dan Marwah. Adapun syarat untuk
Sa’i yaitu:
e) Mencukur rambut
Mencukur atau mengunting adalah rukun haji sebagai penghalal terhadap hal
yang diharamkan dalam Haji. Dalam mencukur rambut sedikitnya adalah tiga
helai rambut, dan bagi perempuan tidak perlu dicukur melainkan hanya dipotong
saja.
f) Tertib
10
Tertib berurutan, mendahulukan yang semestinya paling utama. Yaitu
mendahulukan Ihram dari rukun yang lain, mendahulukan Wukuf dari Thawaf,
mendahulukan sa’i daripada bercukur.
Dilihat dari waktu pelaksanaan, Haji memiliki waktu-waktu tertentu yakni ketika
syawal, dzulqo'dah, dan 10 hari pertama dari bulan dzulhijjah. Sedangkan
Umrah, yaitu boleh melaksanakannya setiap waktu, kecuali waktu-waktu haji
bagi orang yang berniat ihram haji saja di dalamnya.
Ibadah umrah tidak memiliki waktu tertentu dan tidak bisa ketinggalan
waktu.
Umrah tidak ada melontar jumrah tidak ada wukuf di Arafah dan tidak ada
pula singgah di Muzdalifah.
Tidak adanya jamak antara dua shalat seperti dalam pelaksanaan ibadah
haji. Demikian menurut Ulama Hanafiyah, Malikiyah, dan Hanabilah.
Sedangkan ulama Syafi'iyah berpendapat diperbolehkannya jamak dan
qashar. Karena menurut mereka, haji dan umrah bukanlah sebab bagi
bolehnya jamak antara dua shalat, melainkan sebabnya adalah karena
dalam kondisi safar (perjalanan).
Miqat umrah untuk semua orang adalah Tanah Halal. Sedangkan dalam
ibadah haji, miqat bagi orang Makkah adalah Tanah Haram.
Dalam Umroh tidak adanya pelakasanaan thawaf qudum dan tidak ada
pula khutbah.
11
Menurut pendapat ulama Malikiyah dan Hanafiyah, hukum ibadah umrah
adalah sunah muakkad sedangkan haji hukumnya adalah fardhu. Menurut
ulama Hanafiyah, pada ibadah umrah tidak ada Thawaf Wada sebagaimana
dalam pelaksanaan ibadah haji.
Membatalkan umrah dan melakukan thawaf dalam keadaan junub tidak
diwajibkan membayar denda seekor unta yang digemukkan (al-badanah)
sebagaimana diwajibkan dalam pelaksanaan ibadah haji.
E. Jenis Haji
Terdapat tiga jenis haji yang disepakati oleh para ulama, yakni:
1. Haji qiran
2. Haji tamattu’
3. Haji ifrad
1. Haji Qiran
Haji qiran berarti mengerjakan haji dan umrah secara bersamaan dan
ketika membaca talbiyah mengucapkan: labaika bi haj wa umrah (aku datang
memenuhi panggilan-Mu untuk menunaikan haji dan umrah), dan ini
mengharuskan pelakunya untuk tetap dalam keadaan ihram hingga selesai
mengerjakan umrah dan haji sekaligus.
1. Berihram dengan niat umrah dan haji sekaligus dari miqat dengan
mengucapkan ‘labbaika umratan wa hajjan’.
2. Berihram dengan niat umrah terlebih dahulu kemudian memasukkan niat
haji ke dalam niat umrah sebelum melakukan thawaf umrah.
12
Ada bentuk lain dari haji qiran yang menjadi perselisihan para ulama, yaitu
berihram dengan niat hanya akan melakukan haji saja, lalu mengerjakan umrah
sebelum melakukan apapun dari rangkaian kegiatan haji, seperti thawaf dan sa’i.
Orang yang melakukan haji qiran harus tetap dalam keadaan ihram, dan apabila
telah tiba di Makkah, dia melakukan thawaf qudum lalu melakukan sa’i untuk
haji dan umrah. Setelah itu tetap dalam keadaan ihram hingga tiba saat
bertahallul pada hari Idul Adha. Dia wajib membayar hadyu (menyembelih
seekor domba) sebagaimana dalam haji tamattu’.
2. Haji Tamattu’
3. Haji Ifrad
Haji ifrad berarti mengerjakan haji saja dari miqat, dan ketika membaca
talbiyah mengucapkan: labbaik bi hajj (aku datang memenuhi panggilan-Mu
untuk menunaikan haji), dan orang yang mengerjakannya tetap berada dalam
keadaan ihram hingga selesainya seluruh rangkaian ibadah haji.
Apabila dia tiba di Makkah, langsung melakukan thawaf qudum dan sa’i haji,
dan tidak boleh bertahallul kecuali pada hari raya (10 Dzulhijjah). Dengan
demikian, sebenarnya kegiatan orang yang melakukan haji qiran dan orang yang
[1] Dr. Abdullah bin Muhammad bin Ahmad Ath-Thayyar. Fiqih Ibadah: Kumpulan Fatwa Lengkap Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin. (Surakarta:
Media Zikir, 2010). hlm. 471.
13
melakukan haji ifrad itu sama, perbedaannya bahwa orang yang melakukan haji
qiran mendapatkan ibadah umrah dan haji (sekaligus) dan harus membayar
hadyu, sedangkan orang yang melakukan haji ifrad hanya melakukan haji dan
tidak wajib membayar hadyu.
Para ulama berbeda pendapat tentang jenis haji yang paling utama.
Mazhad Syafi’i mengatakan, haji ifrad dan haji tamattu’ lebih utama daripada
haji qiran. Mazhab Hanafi berpendapat, haji qiran lebih utama daripada haji
tamattu’, dan haji tamattu’ lebih utama dari haji ifrad. Mazhab Maliki
mengatakan, haji ifrad lebih utama daripada haji tamattu’ dan haji qiran.
Sementara mazhab Hanbali berpendapat, haji tamattu’ lebih utama daripada haji
qiran dan ifrad, dan inilah pendapat yang lebih pas dan lebih mudah
dilaksanakan oleh orang yang menunaikan ibadah haji. Ini juga merupakan cara
pelaksanaan ibadah haji yang dicita-citakan Rasulullah Saw. dan telah
diperintahkan kepada sahabat-sahabatnya.
5. Badal Haji
Badal Haji adalah sebuah istilah yang dikenal dalam fiqih Islam. Istilah yang
lebih sering digunakan dalam kitab-kitab fiqih adalah al-hajju ‘anil ghair, yaitu
berhaji untuk orang lain.
Tentunya tindakan ini bukan hal yang mengada-ada, tetapi berdasarkan praktek
yang dikerjakan oleh para shahabat nabi dan direkomendasikan langsung oleh
beliau SAW.
14
Dari Ibnu Abbas ra bahwa seorang wanita dari Juhainnah datang kepada Nabi
SAW dan bertanya: Sesungguhnya ibuku nadzar untuk hajji, namun belum
terlaksana sampai ia meninggal, apakah saya harus melakukah haji untuknya?”
Rasulullah SAW menjawab, “Ya, bagaimana pendapatmu kalau ibumu
mempunyai hutang, apakah kamu membayarnya? Bayarlah hutang Allah, karena
hutang Allah lebih berhak untuk dibayar.” (HR Bukhari).
Hadits yang sahih ini menjelaskan bahwa seseorang boleh melakukan ibadah
haji, namun bukan untuk dirinya melainkan untuk orang lain. Dalam hal ini
untuk ibunya yang sudah meninggal dunia dan belum sempat melakukan ibadah
haji.
Ketentuan Badal haji sebagai berikut:
1- Tidak sah badal haji dari orang yang mampu melakukan haji Islam dengan
badannya.
2- Badal haji hanya untuk orang sakit yang tidak bisa diharapkan sembuhnya,
atau untuk orang yang tidak mampu secara fisik, atau untuk orang yang telah
meninggal dunia.
3- Membadalkan haji bukan untuk orang yang tidak mampu secara harta. Karena
jika yang dibadalkan hajinya itu miskin (tidak mampu berhaji dilihat dari
hartanya), maka gugur kewajiban haji untuknya. Membadalkan haji cuma untuk
orang yang tidak mampu secara fisik saja.
6- Tidak boleh seseorang membadalkan haji dua orang atau lebih dalam sekali
haji.
15
7- Tidak boleh bagi seorang pun membadalkan haji dengan maksud untuk cari
harta. Seharusnya tujuannya membadalkan haji adalah untuk melakukan ibadah
haji dan sampai ke tempat-tempat suci serta berbuat baik kepada saudaranya
dengan melakukan badal haji untuknya.
9- Lebih afdhol, anak membadalkan haji kedua orang tuanya atau kerabat
membadalkan haji kerabatnya. Namun jika orang lain selain kerabat yang
membadalkan, juga boleh.
Dalam Praktek Haji dan Umroh Terdapat Beberapa hal yan harus
diperhatikan, seperti wajib ,sunah serta larangan dan denda didalam pelaksanna
ibadah haji dan umroh
1. Wajib Haji
Amalan dalam ibadah Haji yang wajib dikerjakan disebut wajib Haji. Wajib Haji
tidak menentukan sahnya ibadah haji. Jika tidak dikerjakan Haji tetap sah, namun
dikenakan dam (denda).
Berikut adalah beberapa wajib haji, yaitu :
Miqat adalah tempat dan waktu yang disediakan untuk melaksanakan ibadah Haji.
Ihram dari Miqat bermaksud niat Haji ataupun niat Umrah dari miqat, baik miqat
zamani maupun miqat makani.
16
Miqat makani adalah tempat awal melaksanakan ihram bagi yang akan Haji dan
Umrah.
b. Bermalam di Muzdalifah
Melempar ketiga jumrah ini dilaksanakan pada tanggal 11, 12, dan 13 dzulhijjah,
diuatamakan sesudah tergelincirnya matahari. Dalam hal ini ada yang
melaksanakan hanya pada tanggal 11 dan 12 saja kemudian ia kembali ke
mekkah, inilah yang disebut dengan nafar awal. Selain nafar awal ada juga yang
dissebut nafar sani, yaitu orang yang baru datang pada tangal 13 dzulhijjah nya,
orang-orang ini diharuskan melempar jumrah tiga sekaligus, yang masing-masing
tujuh kali lemparan.
e. Bermalam di Mina
17
Pada tanggal 11-1 dzulhijjah ini lah yang diwajibkan bermalam di Mina. bagi
yang nafar awal diperbolehkan hanya bermalam pada tanggal 11-12 saja.
f. Thawaf wada’
2. Sunnah-sunnah Haji
Cukup banyak sunnah-sunnah haji. Diantara berikut ini adalah sunnah-sunnah
yang berhubungan dengan ihram, thawaf, sa’i, dan wukuf. Yaitu :
18
mengurangi kesehatan seorang haji, maka ini hukumnya tidak dosa. Adapun jika
larangan ini sengaja dilanggar maka ia akan berdosa.
Artinya: “(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barang siapa
yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak
boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan
haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah
mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa
dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.” (QS. Al
Baqarah:197).
Dilarang membunuh binatang darat yang liar dan halal dimakan. Firman Allah
SWT:
19
“...Dan diharamkan atasmu (menangkap) binatang buruan darat selama kamu
dalam ihram...” (Al-Maidah: 96).
b. Memburu dan membunuh hewan darat. Dendanya adalah memilih salah satu
diantara tiga berikut ini:
1. Menyembelih hewan yang setara dengan yang diburu atau dibunuhnya
20
c. Melakukan larangan sebagai berikut: Mencukur rambut, Memotong kuku,
memakai pakaian berjahit (laki-laki), berminyak rambut, memakai wangi-
wangian, bersetubuh setelah tahalul pertama, maka dikenakan denda dengan
pilihan sebagi berikut:
1. Menyembelih satu ekor kambing
e. Disaat melanggar salah satu Wajib Haji, maka dikenakan denda yang sama
dengan melakukan haji tamattu’ atau qiran.
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:
• Haji adalah suatu kewajiban bagi setiap mukmin yang mampu untuk
mengunjungi Baitullah di Mekah, sekali dalam seumur hidup
• Syarat-syarat Haji : Islam, Baligh, Merdeka, dan Mampu
• Rukun Haji : Ihram, Wukuf di Arafah, Thawaf, Sa’I, Tahalul, dan Tertib
• Wajib Haji : Ihram dari miqat, bermalam di Muzdalifah dan Mina, melontar
Jumrah Aqabah, melontar 3 jumrah (ula, wustha, aqabah), menjauhkan diri
dari dari larangan-laranganya dan Thawaf Wada’.
• Ada 3 cara melaksanakan Haji yaitu, Tammatu’, Ifrad, dan Qiran
• Larangan bagi yang berihram :
• Laki-laki dilarang memakai pakaian berjahit,dan penutup kepala
• Bagi wanita dilarang menutup muka dan telapak tangan
• Laki dan Wanita dilarang memakai parfum, minyak rambut, dan mencukur
rambut
• Dilarang nikah dan menikahkan atau menjadi wali aqad nikah
• Dilarang bersetubuh
• Dilarang membunuh binatang darat
• Dam (denda), menurut arti darah, tapi menurut istilah adalah menyembelih
binatang ternak sebagai denda karena melanggar larangan-larangan haji atau
meninggalkan wajib haji
• Umrah adalah ziarah ke Makkah dengan memenuhi syarat dan rukunnya
• Hikmah Haji dan Umrah adalah menumbuhkan jiwa tauhid tinggi,
membentuk sikap mental dan akhlaq yang mulia, dan Ukhuwah Islamiyah.
22
• Dan ada beberapa perbedaan antara Haji dan Umrah yang bisa dibaca di Sub
bab pembahasan terakhir.
B. Saran
Haji adalah sebuah kewajiban bagi setaip mukmin yang mampu, dan
Umrah dapat diartikan sebagai Ziarah ke Makkah. Demikianlah makalah yang
dapat kami buat. Kami sangat menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini
belum mendekati sempurna bahkan jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu kritik
dan saran sangat diharapkan. Semoga makalah ini bisa menjadi lebih baik dan
bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
C. Pendapat Kelompok
Dari semua referensi yang kami dapatkan, kami berpendapat bahwa Haji
adalah salah satu dari lima pilar utama Islam (rukun Islam) yaitu yang kelima dan
wajib dilaksanakan umat muslim bagi mereka yang mampu serta dilaksanakan
satu kali seumur hidupnya. Firman Allah SWT dalam surah Ali 'Imran (3) ayat 97
yang kami sebutkan diatas. Kemudian juga Allah SWT berfirman yang artinya:
"Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah..." (QS.Al
Baqarah:196).
Haji berarti dengan sengaja mendatangai Baitullah (ka’bah) untuk melakukan
beberapa hal ibadah dengan cara tertentu dan pelaksanaan tertentu juga, sesuai
dengan syarat-syarat yang syara’, yang ditujuakan untuk mencari ridho Allah
SWT, Sedangkan Umrah dapat dikatakan sebagai Ziarah ke Makkah sesuai dengan
syarat dan rukunnya, Umrah bisa kapan saja. Keduanya memilik persamaan dan
juga perbedaan yang kami bahas dalam makalah ini.
Persamaan itu diantaranya adalah:
Hukumnya yaitu fardhu ain, terdapat hadits yang menyatakan bahwa, “Haji dan
umrah itu kedua-duanya fardhu, kamu boleh memilih salah satunya” (Hadits
23
riwayat Imam Baihaqi). Sementara itu kedua ibadah ini dianjurkan untuk
disempurnakan pada, “Sempurnakanlah haji dan umrahmu hanya karena Allah”
(QS. Al-Baqarah: 196)
Jenisnya, dimana Haji ada 3 jenis yaitu Ifrad, Tammattu’ dan Qiran, sedangkan
umrah hanya ada satu jenis saja
Prosesinya, Berikut ini perbedaan tata cara ibadah haji dengan ibadah umrah
yaitu, wuquf di Arafah, melontar jumrah, bermalam di Mina selama Tasyrik,
miqatnya ibadah haji adalah tanah haram, dan mendapatkan gelar Haji setelah
melakukannya. Dalam umrah tidak diharuskan wuquf di Arafah pada
pelaksanaanya, selain itu tidak ada juga prosesi pelemparan jumrah di Mina.
Miqat dalam ibadah umrah adalah halalnya pelaku. Sementara pelaku ibadah
umrah tidak mendapatkan gelar seperti halnya Haji. Ada juga perbedaan antara
rukun pada haji dan umrah. Haji mempunyai enam rukun sedangkan umrah
hanya mempunyai lima. Umrah yang hanya terdiri dari niat, thawaf, sa’i dan
juga tahallul, Sedangkan Haji terdiri dari rukun yang sama pada umrah ditambah
dengan wuquf, berlamalam di Mina dan Mudzalifah dan melontar jumrah.
Haji dan Umrah adalah sebuah kewajiban bagi umat muslim, Rukun islam
adalah sebuah kewajiban, Syahdat, Sholat, Zakat, Puasa, dan Haji. Haji dan
Umrah dilaksanakan bagi yang mampu.
Dengan membuat makalah ini, saya selaku anggota kelompok yang
“mengetik” teringat akan kata-kata guru saya, bahwa “Shalat jumat berturut-
turut selama 40 kali, akan mendapatkan amalan yang sama seperti Haji”
24
Subhanallah. Semoga kita selalu diberi umur yang panjang dan diberi
kemudahan untuk melaksanakan kewajiban ini. Aamiin
DAFTAR PUSTAKA
25