Anda di halaman 1dari 19

HAJI DAN UMRAH

Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah:


Fikih Ibadah

Disusun oleh:
Ratih Febriandita (201210367)
Rizya Eka Arfin Yusviyan (201210392)
Rofi’ul Fajaroh (201210394)

Dosen Pengampu:
Mughniatul Ilma, M.H.

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PONOROGO
2022
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang memberikan kedamaian jiwa ketika pemeluknya
melaksanakan ibadah, baik sholat, dzikir juga segala bentuk ibadah yang lain.
Agama ini adalah agama yang mengajarkan kebaikan dan juga menjadi daya tarik
tersendiri bagi peneliti dan sejarawan untuk dikaji dan diteliti baik itu dari segi ritual,
hakikat, dan banyak hal lain yang terdapat di dalamnya. 1
Salah satu ibadah yang juga termasuk dalam rukun Islam yang terakhir yaitu
ibadah haji. Ibadah haji sudah ada sejak Nabi Adam a.s. dan Siti Hawa, dimana
pelaksanaannya juga disusul oleh nabi Ibrahim a.s. dan nabi Ismail a.s. dan diteruskan
oleh Nabi Muhammad saw. Yang hingga saat ini dapat kita temui, dengan Mekkah
sebagai tempat yang ditentukan Allah SWT untuk tempat pelaksanaannya.2
Dengan demikian haji merupakan salah satu rukun Islam yang wajib kita
laksanakan bagi tiap muslim yang sudah mampu. Adapun umroh juga merupakan
ibadah yang dilaksanakn di Mekkah pula sebagai tempat pelaksanaannya, serta dalam
pelaksanaan kedua ibadah tersebut di atas dalam pelaksanaannya juga memiliki
beberapa rukun, cara, dan syarat yang wajib dipenuhi agar sah pelaksanannya menurut
syariat Islam, sehingga pembahasan yang lebih mendalam lagi akan dibahas pada bab
selanjutnya pada makalah ini. 3

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana ketentuan tentang haji dan macam-macamnya, syarat wajib dan syarat
sah haji, serta waktu pelaksanannya ?
2. Bagaimana penjelasan masing-masing rukun haji dan wajib haji ?
3. Apa saja kesunnahan, larangan, serta denda haji ?
4. Bagaimana ketentuan umrah, syarat sah, rukun, serta kesunnahan umrah ?
5. Bagaimana regulasi haji di Indonesia ?

1
Azalia Mutammimatul Khusna, Hakekat Ritual Ibadah Haji dan Maknanya Berdasarkan Pemikiran
William R. Roff, An-Nas: Jurnal Humaniora, 2018, Vol 2, No 1,
2
M. Noor Matdawam, Pelaksanaan Ibadah Haji dan Umroh, (Yogyakarta: Yayasan Bina Karier,
1986), h.56
3
Idawati, Persoalan-Persoalan Kontemporer Yang Terjadi Dalam Pelaksanaan Ibadah Haji, Jurnal
Warta, 2017, Edisi: 51, hal:2

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Haji
Kata haji berasal dari bahasa Arab yang artinya menyengaja atau menuju.
Maksudnya adalah sengaja mengunjungi Baitullah (Ka’bah) di Mekah untuk
melakukan ibadah kepada Allah Swt. pada waktu tertentu dan dengan cara tertentu
secara tertib. Adapun yang dimaksud dengan waktu tertentu ialah bulan-bulan haji
yang dimulai dari bulan Syawal sampai sepuluh hari pertama bulan Zulhijah. Puncak
pelaksanaan ibadah haji pada tanggal 9 Zulhijah yaitu saat dilangsungkannya ibadah
wukuf di padang Arafah. Adapun amal ibadah tertentu ialah tawaf, sa’i, wukuf, mabit
di Muzdalifah, melontar jumrah, mabit di Mina, dan lain-lain. 4
Menurut istilah, haji adalah sengaja mengunjungi Ka’bah dengan niat beribadah
pada waktu tertentu dengan syarat-syarat dan dengan cara-cara tertentu pula. Haji juga
diartikan menyengaja ke Mekah untuk menunaikan ibadah tawaf, sa’i, wukuf di Arafah
dan menunaikan rangkaian manasik dalam rangka memenuhi perintah Allah Swt. dan
mencari ridha-Nya
Sedangkan menurut KBBI Haji adalah rukun Islam kelima (kewajiban ibadah)
yg harus dilakukan oleh orang Islam yg mampu mengunjungi Ka’bah pada bulan Haji
dan mengerjakan amalan haji, seperti ihram, tawaf, sai, dan wukuf.5
B. Ketentuan Haji Dan Macam-Macamnya
Haji merupakan rukun Islam yang kelima. Hukum melaksanakan ibadah haji
adalah wajib bagi yang mampu melaksanakannya, sebagaimana dijelaskan dalam al-
Qur’ān surat Ali Imran ayat 97. Allah Swt. berfirman:

‫ت َم ِن‬ ِ ‫اس ِح ُّج ا ْل َب ْي‬


ِ ‫علَى النه‬ َ ‫ِفي ِه آ َياتٌ َب ِينَاتٌ َمقَا ُم ِإب َْرا ِهي َم ۖ َو َم ْن َد َخلَهُ ك‬
َ ِ‫َان آ ِمنا ۖ َو ِ هّلِل‬
‫ين‬َ ‫غ ِني ع َِن ا ْل َعا َل ِم‬ ‫س ِبيًل ۖ َو َم ْن َك َف َر َف ِإ هن ه‬
َ َ‫َّللا‬ َ ‫ستَ َطا‬
َ ‫ع إِ َل ْي ِه‬ ْ ‫ا‬
Artinya: “Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata,(di antaranya) maqam Ibrahim;
Barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji
adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup
mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji),

4
Djamaluddin Dimjati, Panduan Ibadah Haji dan Umroh Lengkap, (Solo: PT Era Adicitra
Intermedia, 2011), h. 3
5
Idawati, Persoalan-Persoalan Kontemporer Yang Terjadi Dalam Pelaksanaan Ibadah Haji, Jurnal
Warta, 2017, Edisi:51

2
Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta
alam.” (Q.S. Ali Imran/3:97) 6
Kewajiban haji adalah sekali dalam seumur hidup. Apabila ada yang melaksanakan
haji lebih dari sekali, hukumnya sunah.
Dalam pelaksanaan haji ada ketentuan haji yang bisa dilakukan dan wajib diketahui
oleh seseorang yang akan melaksanakan ibadah haji, diantaranya adalah macam
macam haji, syarat dan rukunnya. Adapun macam-macam haji diantaranya
a. Haji tamattu’ yaitu melaksanakan umrah terlebih dahulu kemudian
menggunakan pakaian ihram lagi untuk melaksanakan manasik haji. Jenis haji
inilah yang mudah dan paling banyak dilaksanakan jamaah haji Indonesia.
Namun demikian, pelaksanaan haji jenis ini diwajibkan membayar dam atau
berpuasa sepuluh hari, yaitu tiga hari pada waktu di tanah suci dan tujuh hari
setelah kembali ke tanah air.
b. Ifrad, Ini paling utama. Yaitu, mendahulukan haji sendirian. Setelah selesai,
keluar ke tanah halal, lalu berihram dan mengerjakan umrah. Tanah halal yang
paling utama untuk ihram umrah adalah dari al-Ji’ranah, kemudian at-Tan’im,
dan kemudian al-Hudaibiyah. Bagi yang mengerjakan haji ifrad tidak dikenakan
dam kecuali sunnah saja.
c. Qiran yaitu melaksanakan haji dan umrah dengan satu kali ihram. Artinya,
apabila seorang jamaah haji memilih jenis haji ini, maka jamaah tersebut
berihram dari miqat untuk haji dan umrah secara bersamaan.). 7 Cukuplah
baginya mengerjakan amalan haji, dan umrah masuk di dalam haji sebagaimana
wudhu masuk di dalam mandi junub. Hanya saja, jika ia mengerjakan thawaf
dan sa’i sebelum wukuf, maka sa’inya dihitung dari dua ibadah itu (haji dan
umrah). Adapun thawafnya tidak dihitung, karena syarat thawaffardhu di dalam
haji dilakukan setelah wukuf. Bagi yang mengerjakan haji qiran dikenakan dam
seekor kambing kecuali jika ia penduduk Makkah, karena ia tidak
meninggalkan miqat-nya, dan miqat-nya dalam Makkah. 8

6
Q.S. Ali Imran/3:97
7
Idawati, Persoalan-Persoalan Kontemporer Yang Terjadi Dalam Pelaksanaan Ibadah Haji, Jurnal
Warta Edisi : 51, Januari 2017
8
Jamaludin, Fiqh Ibadah, (Tasikmalaya, Latifah, 2017) h.237-238

3
C. Syarat Sah dan Syarat Wajib Haji
1. Syarat Haji
Syarat haji terbagi ke dalam dua bagian, yaitu syarat wajib haji dan syarat
sah haji. Syarat haji ialah perbuatan-perbuatan yang harus dipenuhi sebelum ibadah
haji dilaksanakan. Apabila syarat-syaratnya tidak terpenuhi, gugurlah kewajiban
haji seseorang.
a. Syarat Wajib Haji
Para ulama ahli fikih sepakat bahwa syarat wajib haji adalah sebagai berikut.
1) Islam.
2) Berakal (tidak gila).
3) Balig.
4) Ada mahramnya (wanita).
5) Mampu dalam segala hal (misalnya dalam hal biaya, kesehatan, keamanan,
dan nafkah bagi keluarga yang ditinggalkan). 9
b. Syarat Sah Haji
Sedangkan syarat sah haji adalah sebagai berikut.
1) Islam.
2) Balig.
3) Berakal.
4) Merdeka
D. Waktu Pelaksanaan Ibadah Haji
Pelaksanaan haji memiliki waktu yang lebih terbatas daripada umrah.
Pasalnya, haji hanya dapat dilakukan pada bulan-bulan haji, dimulai sejak Syawal
hingga awal Zulhijah. Hal itu tertuang dalam firman Allah SWT surah al-Baqarah:
19710, yang artinya “Musim haji itu (berlangsung) pada beberapa bulan yang telah
diketahui”. Sementara itu, Abdullah bin Umar turut berkata, "Bulan-bulan haji
Syawal, Zulqa’dah, dan 10 hari (pertama) Zulhijah.” (H.R. Bukhari).

9
Idawati, Persoalan-Persoalan Kontemporer Yang Terjadi Dalam Pelaksanaan Ibadah Haji, Jurnal
Warta, 2017, Edisi : 51
10
Terjemah Q.S Al-Baqarah/2: 97

4
E. Rukun Haji Dan Wajib Haji
 Rukun Haji
Adapun rukun haji adalah perbuatan-perbuatan yang harus dilaksanakan
atau dikerjakan sewaktu melaksanakan ibadah haji. Maka apabila ditinggalkan,
ibadah hajinya tidak sah. Adapun rukun haji adalah sebagai berikut.
a. Ihram
Berihram adalah niat memasuki aktivitas melaksanakan ibadah haji atau umrah
pada waktu dan tempat serta cara tertentu.11 Ibadah haji dan umrah harus
diawali dengan ihram. Apabila dengan sengaja jamaah miqat tanpa ihram, maka
dia harus kembali ke salah satu miqat untuk berihram. Apabila jamaah telah
berihram, maka sejak itu berlaku semua larangan ihram sampai tahallul.
b. Wukuf
Wukuf, yaitu hadir di padang Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah dari
tergelincirnya matahari hingga terbitnya fajar hari berikutnya. 12 Wukuf adalah
bentuk pengasingan diri yang merupakan gambaran bagaimana kelak manusia
dikumpulkan di padang Mahsyar. Wukuf di Arafah merupakan saat yang tepat
untuk mawas diri, merenungi atas seperti yang pernah dilakukan, menyesali dan
bertobat atas segala dosa yang dikerjakan, serta memikirkan seperti yang akan
dilakukan untuk menjadi muslim yang taat kepada Allah Swt.
Selama wukuf perbanyaklah berzikir, tahmid, tasbih, tahlil, dan istigfar.
Berdoalah sebanyak mungkin, karena doa yang kita panjatkan dengan ikhlas
dan khusyuk akan dikabulkan oleh Allah Swt. Wukuf yang dicontohkan
Rasulullah saw. diawali dengan shalat berjamaah dzuhur dan ashar dengan
jama’ takdim qashar. Setelah itu, dilanjutkan dengan khotbah guna memberikan
bimbingan wukuf, seruan-seruan ibadah, dan memanjatkan doa kepada Allah
Swt.
Pelaksanaan wukuf di Arafah hanya terjadi sekali dalam setahun, yaitu
setelah matahari tergelincir (melewati pukul 12 siang) pada tanggal 9

11
M. Quraish Shihab, Haji dan Umrah Bersama M. Quraish Shihab, (Tangerang: Lentera Hati,
2012), h. 227.
12
M. Quraish Shihab, Haji dan ..., h. 229

5
Dzulhijjah bila pada waktu tersebut jamaah tidak wukuf, maka hajinya tidak
sah.13
c. Tawaf
Tawaf adalah berputar mengelilingi Ka’bah dan dilakukan secara
berlawanan dengan arah jarum jam dengan posisi Ka’bah di sebelah kiri badan.
Tawaf dimulai dari Hajar Aswad dan diakhiri di Hajar Aswad pula, dilakukan
sebanyak tujuh kali putaran. Para ulama sepakat bahwa tawaf ada tiga macam,
yaitu:
1) Tawaf Qudum, yaitu tawaf yang dilakukan ketika jamaah haji baru tiba di
Mekah.
2) Tawaf Ifadhah, yaitu tawaf yang dilakukan pada hari qurban setelah
melontar jumrah aqabah. Inilah tawaf yang wajib dilakukan pada waktu
haji. Apabila ditinggalkan, maka hajinya batal.
3) Tawaf Wada’, yaitu tawaf perpisahan bagi jamaah yang akan meninggalkan
Mekah.14
Adapun Tawaf Sunnah adalah tawaf yang dilakukan kapan saja sesuai dengan
kemampuan jamaah.
Syarat sah tawaf adalah sebagai berikut.
1) Niat.
2) Menutup aurat.
3) Suci dari hadas.
4) Dilakukan sebanyak tujuh kali putaran.
5) Dimulai dan diakhiri di hajar aswad.
6) Posisi Ka’bah di sebelah kiri orang yang bertawaf.
7) Dilaksanakan di dalam Masjidil Haram.
d. Sa’i
Sa’i adalah berlari-lari kecil antara bukit Shofa dan bukit Marwah
sebanyak tujuh kali yang dimulai dari bukit Shafa dan berakhir di bukit
Marwah. Sa’i merupakan rangkaian ibadah haji atau umrah yang tidak dapat

13
Muhammad Noor, Haji dan Umroh, Jurnal Humaniora dan Teknologi, 2018, Volume 4, Nomor 1
14
Idawati, Persoalan-Persoalan Kontemporer Yang Terjadi Dalam Pelaksanaan Ibadah Haji, Jurnal
Warta, 2017, Edisi : 51

6
dilaksanakan kecuali setelah pelaksanaan thawaf yang sah, baik thawaf ifadhah
atau qudum.15 Syarat sah sa’i adalah sebagai berikut.
1) Dilakukan sebanyak tujuh kali putaran (berawal di bukit Shofa dan berakhir
di bukit Marwah)
2) Dilakukan setelah tawaf ifad- hah atau setelah tawaf qudum.
3) Menjalani secara sempurna ja- rak Shofa-Marwah dan Marwah- Shofa.
4) Dilakukan di tempat sa’i.
e. Tahallul
Tahallul adalah mencukur atau memotong rambut kepala sebagian atau
seluruhnya minimal tiga helai rambut. Tahallul dilakukan setelah melontar
jumrah aqabah pada tanggal 10 Dzulhijjah, yang disebut dengan tahallul awwal.
f. Tertib
Tertib yaitu berurutan dalam pelaksanaan mulai ihram hingga tahallul. 16

 Wajib Haji
Adapun wajib haji ada lima, yaitu berihram di miqat, mabit di Muzdalifah,
mabit di Mina, melontar jumrah, dan thawaf wada’. Berikut penjelasannya:
a. Berihram di miqat. Calon haji harus memulai niatnya dan dari titik awal tempat
itu yang berniat melaksanakan haji/umrah sudah harus memakai pakaian ihram.
Yalamlam adalah tempat berihram calon jamaah haji yang datang dari arah
Indonesia bila ia langsung akan menuju ke Makkah dan Bir Ali adalah tempat
berihram calon jamaah haji yang datang dari arah Indonesia menuju ke Madinah
terlebih dahulu.17
b. Mabit di Muzdalifah. Mabit di Muzdalifah adalah menginap semalam di
Muzdalifah pada malam tanggal 9 Dzulhijjah. Waktunya dikerjakan setelah
wukuf di Arafah.18
c. Mabit di Mina. Mabit di Mina adalah bermalam selama 3-4 hari di suatu
hamparan padang pasir yang panjangnya sekitar 3,5 km. Waktunya adalah
malam tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah. Bermalam di Mina dilakukan semalam
15
Jamaludin, Fiqh Ibadah.... h.231
16
Muhammad Noor, Haji dan Umroh, Jurnal Humaniora dan Teknolog, 2018, Volume 4, Nomor 1
17
M. Quraish Shihab, Haji dan Umrah Bersama M. Quraish Shihab, (Tangerang: Lentera Hati,
2012), h.242
18
Moch. Syarif Hidayatullah, Buku Pintar Ibadah Tuntunan Lengkap Semua Rukun Islam, (Jakarta:
Suluk, 2011), Cet. I, h. 234.

7
penuh, yang boleh dilakukan mulai sore hari sampai terbitnya fajar, dan juga
boleh bermalam paling sedikit 2/3 malam. 19
d. Melontar jumrah. Melontar jumrah adalah melempar batu pada sebuah tempat
yang diyakini untuk memperingati saat setan menggoda Nabi Ibrahim agar tidak
melaksanakan perintah Allah SWT untuk menyembelih putranya, Nabi
Ismail. 20 Tanggal 10 Dzulhijjah melontar jumrah aqabah dengan tujuh butir
kerikil. Dan pada hari-hari Tasyrik, yaitu 11, 12, dan 13 Dzulhijjah melontar
ketiga jumrah. 21
e. Thawaf wada’. Thawaf wada’ adalah suatu penghormatan terakhir kepada
Baitullah. Thawaf wada’ merupakan tugas terakhir dalam pelaksanaan ibadah
haji dan ibadah umroh di tanah suci yaitu di tanah Arab, tepatnya di kota
Makkah.22
F. Kesunnahan, Larangan, dan Denda Haji
Ibadah haji terdiri atas rukun haji, wajib haji, dan sunnah-sunnah haji. Semua ini
yang membuat ibadah haji menjadi sempurna. Masing-masing semua itu memiliki
konsekuensi yang berbeda-beda. Sebagian darinya berimplikasi serius bagi manasik haji
jamaah yang bersangkutan.
 Kesunnahan haji
Adapun untuk sunnah-sunnah haji menurut ulama Syafi’iyyah yang muktamad
adalah sebagai berikut:
1. Ifrad, yaitu mendahulukan haji dibandingkan umrah.
2. Talbiyah (membaca “Labbaik allahumma labbaik”).
3. Thawaf qudum atau thawaf penghormatan kepada baitullah, yang dilaksanakan di
hari pertama datang di Mekkah.
4. Shalat sunnah thawaf sebanyak dua rakaat, yang dilakukan setelah thawaf yang
dapat dilaksanakan dimana saja di tanah haram, diutamakan dilakukan di belakang
maqam Ibrahim. 23

19
Moch. Syarif Hidayatullah, Buku Pintar Ibadah Tuntunan Lengkap Semua Rukun Islam, (Jakarta:
Suluk, 2011), Cet. I, h. 240.
20
Ali Nursidin, dkk, Segala Hal Tentang Haji Dan Umrah, (Jakarta:Erlangga,2011), h. 46.
21
Moch. Syarif Hidayatullah, Buku Pintar......., h. 235.
22
Moch. Syarif Hidayatullah, Buku Pintar......., h. 242.
23
Afifuddin Muhajir, Fathul Mujibil Qarib, (Situbondo: Al-Maktabah Al-Asadiyyah, 2014), hal.91

8
 Larangan Haji
Hal-hal yang dilarang ketika melaksanakan ibadah haji menurut ulama Syafi’iyyah
yang muktamad adalah sebagai berikut:24
1. Mengenakan pakaian yang berjahit seperti ghamis, juba dan muza. Mengenakan
pakaian yang ditenun seperti baju jirah atau pakaian yang digelung seperti pakaian
yang digelungkan ke seluruh badan.
2. Menutup kepala atau sebagiannya bagi orang laki-laki dengan menggunakan
sesuatu yang dianggap sebagai penutup.
3. Bagi seorang wanita tidak boleh menutup wajahnya ketika berihram untuk tanpa
adanya suatu udzur. Namun seorang wanita diperkenankan untuk mengenakan
cadar yang direnggangkan tidak sampai menyentuh dari wajah dengan
menggunakan kayu dan sesamanya semisal untuk menghindari fitnah atau keadaan
darurat.
4. Menyisir rambut, akan tetapi keterangan di dalam kitab Syarh al Muhadzdzab
menyatakan bahwa sesungguhnya menyisir rambut hukumnya makruh, begitu juga
menggaruk rambut dengan kuku.
5. Mencukur rambut, mencabut atau membakarnya. Yang dikehendaki adalah
menghilangkan rambut dengan cara apapun, walaupun ia dalam keadaan lupa.
6. Memotong kuku, maksudnya menghilangkannya, baik kuku tangan atau kaki
dengan dipotong atau yang lainnya. Kecuali ketika keadaan darurat.
7. Memakai wangi-wangian, maksudnya menggunakan wewangian secara sengaja
dengan sesuatu yang memang ditujukan untuk menghasilkan bauh wangi seperti
misik dan kapur barus. Membunuh binatang buruan yang hidup di darat dan halal
dimakan, atau induknya ada yang halal dimakan seperti binatang liar dan burung,
dan juga haram memburunya, menguasainya, dan mengganggu bagian badan, bulu
halus dan kasar.
8. Melangsungkan akad nikah, untuk dirinya sendiri atau orang lain dengan cara wakil
atau menjadi wali.
9. Berhubungan badan dan bermesraan dengan syahwat.
10. Bersentuhan kulit dengan birahi. 25

24
AlHafiz K, Ini Larangan-Larangan dalam Ibadah Haji, 2018, diakses dari Aplikasi NU Online
pada tanggal 28-05-2022 pada pukul 17.13
25
Abi Abdul Jabar, Ihram: Larangan Selama Beribadah di Tanah Haram, Madaninews, 2019

9
 Denda Haji
Menurut bahasa denda disebut pula dam yang berarti mengalirkan darah
menyembelih binatang kurban yang dilakukan pada saat ibadah haji. Dam adalah
denda yang wajib dilaksanakan oleh orang yang selama menunaikan ibadah haji
dan umroh, melanggar larangan haji atau meninggalkan wajib haji. 26
Dam (denda) secara keseluruhan adalah denda atau tebusan bagi mereka
yang menunaikan ibadah haji dan umrah tetapi melakukan pelanggaran ketentuan
atau peraturan yang telah ditetapkan oleh pihak penyelenggara haji dan umrah.
 Macam –macam DAM
1) Tartib dan taqdir, yaitu kategori dam karena melaksanakan haji secara
tammatu’ atau qiron. Haji tamattu yaitu haji yang datang sebelum waktunya
untuk melaksanakan ibadah haji sehingga mereka biasanya melakukan
ihram untuk umrah, langsung dari miqatnya. 27
Setelah selesai melaksanakan ihram dan berakhir pada tahallul atau
memotong rambut, maka para jamaah ini menunggu sampai tiba waktunya
haji pada hari Tarwiyah dan Arafah pada tanggal 8-9 Dzulhijjah. Sedangkan
haji qiran yaitu proses ibadah haji dan umrah yang dilakukan bersamaan.
Sehingga seluruh ritual yang dijalani,seperti ihram, thawaf, sa’i dan
melempar jumrah atau mabit diniatkan untuk haji dan umrah. Begitu juga
dengan kewajiban-kewajiban yang lain. Kecuali saat wukuf yang
merupakan kewajiban haji. Dan pelaksanaan haji ini wajib mengeluarkan
dam. Jadi mulai ihram tidak dari miqat, tidak bermalam di muzdalifah, tidak
bermalam di mina dan tidak melempar jumroh. Dendanya adalah sebagai
berikut :
 Menyembelih seekor kambing.
 Jika tidak mampu ia wajib puasa 10 hari, 3 hari dikerjakan ditanah suci
dan 7 hari dikerjakan di tempat asal.
2) Tardib dan Ta’dil yaitu dam karena berjimak sebelum tahallul pertama serta
sebelum seluruh rangkaian haji selesai :

26
Ahmad Nidjam dan Hanan Alatif, Manajemen Haji, Edisi revisi, (Jakarta: Mediacitra, 2006). Hlm
27
M. Alvin Nur Choironi, 2017, dari Imam An-Nawawi, Al-Majmu’ala Syahril Muhadzab, diakses
dari NU Online pada tanggal 28-05-2022 pada pukul 20.15

10
 Menyembelih seekor unta atau seekor lembu, atau 7 ekor kambing
 Bila tidak menyembelih, ia wajib bersedekah kepada fakir miskin berupa
makan seharga unta/lembu.
 Bila tidak sanggup, ia harus berpuasa sebanyak harga unta dengan
perhitungan setiap satu mud (+0,8 kg) daging tersebut, ia harus berpuasa.28
3) Takhyir dan Ta’dil, yaitu dam karena berburu atau membunuh binatang
buruan. Dendanya adalah memilih salah satu dari 3 hal, yaitu :
 Menyembelih binatang yang sebading dengan binatang yang dibunuh.
 Bersedekah kepada fakir miskin seharga binatang tersebut.
 Puasa sebanyak harga binatang tersebut, setiap 1 mud wajib berpuasa 1
hari.
Dam karena memotong kayu di tanah haram maka dendanya adalah:
 Bagi kayu besar dendanya seekor unta atau sapi.
 Bagi kayu kecil dendanya seekor kambing.
Bagi yang terhalang dijalan, sehingga tidak dapat meneruskan
pekerjaan haji atau umrah, maka boleh tahallul dengan menyembelih seekor
kambing ditempat itu, kemudian bercukur atau memotong rambut dengan
niat tahallul. 29
4) Takhyir dan taqdir, yakni dam karena melanggar salah satu larangan haji
sebagai berikut : mencukur rambut atau bulu badan, memotong kuku,
memakai pakaian yang dilarang dalam ihram, memakai wangi-wangian,
bersenggama sesudah tahallul pertama, maka dendanya memilih salah satu
diantara 3 hal, yaitu :
 Menyembelih seekor kambing.
 Puasa tiga hari.
 Bersedekah 3 gantang (9.3 liter) makanan kepada 6 orang fakir miskin. 30

28
Ahmad Nidjam dan Hanan Alatif, Manajemen Haji, Edisi revisi, (Jakarta: Mediacitra, 2006).
29
Ibid. Hlm 50-57
30
M. Alvin Nur Choironi, 2017, dari Imam An-Nawawi, Al-Majmu’ala Syahril Muhadzab, diakses
dari NU Online pada tanggal 28-05-2022 pada pukul 20.15

11
G. Ketentuan Tentang Umroh
 Pengertian Umroh
Umroh secara bahasa berasal dari bahasa‫ االعمتار‬yang bermakna ‫الزيارة‬
(berpergian). Sedangkan pengertian umroh dalam terminologi ilmu fiqih adalah
berpergian menuju ke Baitullah untuk melaksanakan serangkaian ibadah umroh,
yakni tawaf dan sa’i atau dengan kata lain datang ke Baitullah untuk melaksanakan
umroh dengan syarat-syarat yang telah ditentukan.31 Sehingga, dalam definisi
ibadah umroh ada 4 unsur penting.Yaitu berpergian ke Baitullah, rukun umroh
(serangkaian ibadah umroh), dan syarat umroh.
Umrah merupakan sebuah ibadah yang menurut jumhur ulama (Syafi’iyyah
dan Hanabilah) adalah wajib dilaksanakan sekali seumur hidup bagi yang mampu.
Sedangkan ulama lain berpendapat bahwa umrah adalah ritual ibadah yang
memiliki dua kedudukan hukum. Umrah adalah ibadah wajib sebagai salah satu
rukun syarat dalam pelaksanaan ibadah haji. Sedangkan ia menjadi sunnah apabila
dilaksanakan terpisah diluar ibadah haji.
Umrah merupakan ibadah multi dimensional yang di dalamnya terdapat
perjalanan ruhani dan spiritualitas dimana kesiapan psikologis, fisik dan materi
menjadi bagian terpenting praktik ibadah ini. Umrah juga menuntut keseimbangan
antara spiritualitas dan materialisme, keseimbangan dunia dan akhirat dan juga
keseimbangan individual dan sosial. 32
Jika dipandang dari segi bahasa, umrah sendiri berarti meramaikan yaitu
meramaikan tempat suci Makkah dimana terdapat Masjid Haram dan Ka’bah
didalamnya. Namun dalam konteks ibadah, umrah tidak sekedar memiliki arti
meramaikan melainkan dalam pelaksanaannya, seluruh ummat Islam yang
menjalankannya dituntut agar dapat mengambil manfaat darinya. Hal tersebut
dikarenakan bahwa aktivitas umrah tersebut merupakan refleksi dari pengalaman
hamba-hamba Allah (Nabi Ibrahim dan putranya, Nabi Ismail) dalam menegakkan
kalimatu al-tauhid33

31
Amir Syarifuddin,Garis-garis Besar Fiqh,(Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 71.
32
Sucipto, “Umrah Sebagai Gaya Hidup, Eksistensi Diri dan Komoditas Industri: Menyaksikan
Perubahan Keagamaan Warga Kota”. Kontekstualita, (2013), Vol. 28, No. 1.
33
Nurcholish Madjid, Umrah dan Haji Perjalanan Religius, (Jakarta : Dian Rakyat, 2008), hlm. 3.

12
 Syarat sah umroh
1. Islam (orang yang beragama Islam disebut juga muslim)
2. Baligh (telah sampai umur dewasa, bagi laki-laki antara 11–15 tahun dan bagi
perempuan antara 9–12 tahun)
3. Berakal sehat (tidak mengalami gangguan jiwa)
4. Merdeka (bukan budak / hamba sahaya )
5. Ada mahrom (khusus bagi wanita )34

 Rukun umroh
1. Ihram (berniat untuk melakukan umroh)
2. Thawaf (mengelilingi Ka’bah sebanyak 7 kali dengan posisi Ka’bah berada
disebelah kiri jama’ah)
3. Sa’i (berlari kecil dari bukit Safa ke bukit Marwah dan sebaliknya sebanyak 7
kali yang berakhir di bukit Marwah)
4. Tahalul (mencukur rambut minimal 3 helai)
5. Tertib (melakukan umroh sesuai aturan yang ada) 35

 Kesunahan umroh
Dalam ibadah umroh ada hal-hal yang sifatnya wajib, ada juga hal yang
disunahkan. Amalan sunah dalam ibadah umroh berfungsi sebagai amalan
penyempurna atau pelengkap bagi pelaksanaan ibadah umroh, yaitu :
1. Mandi, memotong kuku, menipiskan kumis, mencabut bulu ketiak, dan
mencukur rambut kemaluan sebelum berihram (melafazhkan niat ihram).
2. Memakai minyak wangi setelah mandi, pemakaian bukan pada kain, melainkan
di badan kita, sebelum mengucapkan niat ihram. Sesudah melafalkan niat ihram
maka dilarang baginya untuk memakai minyak wangi dibadan maupun
dipakaian.
3. Berihram menggunakan dua lembar kain putih, satu dipakai sebagai selendang
dan yang lain menjadi sarung
4. Mengucapkan talbiyah sambil meninggikan suara,

34
Z. Zamzami, Ibadah Umrah, (Kudus: eprints IAIN Kudus), 2017, hal:12
35
Diakses dari https://medium.com/@umrohmalang/pengertian-syarat-dan-rukun-umroh-
583ee048b2fb pada tanggal 26-05-2022 pada pukul 06.39

13
َ‫ ِإ َّن ْال َح ْمدَ َوالنِِّ ْع َمةَ لَكَ َو ْال ُم ْلكَ ال‬، َ‫ لَـبَّـيْكَ الَ ش َْريَكَ لَكَ لَـبَّـيْك‬، َ‫لَـبَّـيْكَ اللَّ ُه َّم لَـبَّـيْك‬
‫ش َِريْكَ لَك‬
“Aku memenuhi panggilan-Mu Ya Allah (sungguh) Aku memenuhi panggilan-
Mu, (sungguh) Aku memenuhi panggilan-Mu tiada sekutu bagimu,
sesungguhnya seluruh pujian kesempurnaan, dan seluruh nikmat serta kekuasaan
hanya milik-Mu yang tiada sekutu bagi-Mu.”
5. Melaksanakan Al-Idhthiba’ pada saat thawaf. Al-Idhthiba’ adalah melilitkan kain
ihram ke bagian pundak kiri dan membiarkan pundak kanan terbuka melalui
bawah ketiak kanan.
6. Mencium Al-Hajarul Aswad jika dirasa memungkinkan, tanpa mengganggu dan
membuat kerusuhan pada jemaah umroh atau haji lainnya. Jika tak
memungkinkan cukup dengan menyentuhkannya ke tangan lalu mencium
tangannya tersebut. Dan jika masih tidak memungkinkan, maka cukup dengan
memakai isyarat melambaikan tangan.
7. Menyentuh Ar-Ruknul Yamani tanpa menciumnya, apabila tidak dapat
menyentuh maka tidak disunnahkan untuk berisyarat lambaian tangan. 36
8. Perbanyak dzikir dan berdo’a ketika thawaf
9. Meminum air zam-zam
10. Pada saat berada di antara Ar-Ruknul Yamani dan Al-Hajarul Aswad
mengucapkan doa :

َ ‫سنَةً َوقِنَا‬
َ َ ‫عذ‬
‫اب النَّا‬ َ ‫سنَةً َوفِي ْاْل ِخ َرةِ َح‬
َ ‫َربَّنَا آتِنَا فِي الدُّ ْنيَا َح‬
“Wahai Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan
peliharalah kami dari siksa neraka.” 37

H. Regulasi Haji di Indonesia


Regulasi haji adalah segala peraturan yang mengatur berbagai rangkaian kegiatan
dalam melaksanakan ibadah haji.

36
Alya Azzahra Furqon, dkk, Pelaksanaan Ibadah Haji dan Umrah Pada Masa Pandemi COVID-19,
2021, hal:17-18
37
Diakses dari https://hasuna.co.id/mengenal-sunah-sunah-dalam-umroh/ pada tanggal 25-05 2022
pada pukul 20.23

14
Dalam kehidupan bernegara, salah satu yang harus ditegakkan adalah kehidupan
hukum dalam bermasyarakat, pandangan ini disebakan karena Indonesia menganut
paham negara hukum. 38
Tak terkecuali ibadah haji. Menilik dari sejarahnya, penyelenggaraan haji di
Indonesia telah mengalami waktu yang sangat lama. Menurut sejarah, umat Islam
nusantara Indonesia menunaikan ibadah haji sejak Islam masuk Nusantara pada abad
ke-10 pada saat itu ibadah haji dilakukan secara massal seperti saat ini. 39
1) Regulasi Haji Indonesia sebelum Penjajahan
Dapat kita diketahui bahwa istana atau kerajaan memiliki peranan penting
dalam pengelolaan pemberangkatan haji, sekaligus menunjukkan kehadiran
tatakelola haji diawali dari kalangan elit yang memiliki kebutuhan kenyamanan
serta kemananan perjalanan.
2) Regulasi Haji pada masa Penjajahan
Pada masa penjajahan dan pemerintahan Hindia Belanda dan Jepang,
penyelenggaraan haji lebih berkonotasi ekonomi dan jauh dari tanggungjawab
pemerintah sebagai pelayan masyarakat. 40
3) Regulasi Haji setelah Indonesia merdeka
Setelah 54 tahun payung hukum tentang penyelenggaraan ibadah haji
adalah Keputusan Presiden, maka pada tahun 1999 diterapkan Undang-Undang
No. 17 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji. Isi dari undang-
undang tersebut menekankan kepada pelayanan, pembinaan dan perlindungan
kepada jemaah haji serta mengarah kepada sistem yang lebih
professional.Tahun 2008 pemerintah menerbitkan Undang-Undang No. 13
Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji yang baru sebagai pengganti
UU No. 17 tahun 1999. Penyempurnaan kebijakan paling mendasar dalam
undang-undang yang baru adalah penyelenggaraan haji. Tahun 2019 terbitlah
Undang-Undang Nomor 8 tahun 2019 perubahan atas Undang-Undang Nomor
13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah.41 Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang cipta Kerja

38
Teguh Prasetya dkk, Ilmu Hukum dan Filsafat Hukum (Studi Pemikiran Ahli Hukum Sepanjang
Zaman), Cet. 4, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 38
39
Zainal, “Regulasi Indonesia dalam Tinjauan Sejarah” Vol. 11, No. 2 (Desember 2012): h. 97-111.
40
Yeni Optarina, Analis Hukum Islam Terhadap Undang-Undang No: 8, Th: 2019 Tentang
Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah, Bandar Lampung: UIN Raden Intan Lampung, 2020, hal:65
41
Ibid, hal.71

15
BAB III
KESIMPULAN

Masalah pelaksanaan haji dan umrah adalah masalah yang penting, karena
termasuk dari bagian rukun Islam yang ke lima. Pelaksaan ibadah haji dan umrah haruslah
sesuai dengan tata cara yang telah diatur dalam syari’at Islam, dalam hal ini setiap muslim
yang ingin melaksanakan ibadah tersebut haruslah mengetahui Rukun, Syarat, sesuatu
yang diwajibkan dalam Ibadah Haji dan Umroh, memperhatikan apa saja hal dilarang serta
kesunnahan dalam menjalankan ibadahnya.
Haji merupakan salah satu rukun Islam yang wajib kita laksanakan bagi tiap
muslim yang sudah mampu yang hanya dapat dilakukan pada bulan-bulan haji, dimulai
sejak Syawal hingga awal Zulhijah. Adapun umroh juga merupakan ibadah yang
dilaksanakan di Mekkah pula sebagai tempat pelaksanaannya dan dapat dilaksanakan
sewaktu-waktu (setiap hari, setiap bulan, setiap tahun).
Rukun haji antara lain: ihram, wukuf Arafah, tawaf Ifadah, sa’i, tahallul, dan tertib,
sedangkan rukun umrah yaitu, ihram, thawaf, sa’i, tahalul, dan tertib. Adapun untuk
regulasi haji di Indonesia mengalami perubahan dan perjalanan yang panjang dari
sejarahnya, sebab menyesuaikan dengan kondisi dan juga kebijakan pemerintah, hingga
pada akhirnya Undang-Undang Nomor 8 tahun 2019 menjadi pijakan setelah Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah

16
DAFTAR PUSTAKA

Choironi, M. Alfin Nur. (2017). Imam An-Nawawi, Al-Majmu’ala Syahril Muhadzab, NU


Online, diakses pada tanggal 28-05-2022 pada pukul 20.15
Furqon, Alya Azzahra, dkk, Pelaksanaan Ibadah Haji dan Umrah Pada Masa Pandemi
COVID-19, 2021 diakses dari https://hasuna.co.id/mengenal-sunah-sunah-dalam-
umroh/ pada tanggal 25-05 2022 pada pukul 20.23
Idawati, (2017), Persoalan-Persoalan Kontemporer Yang Terjadi Dalam Pelaksanaan
Ibadah Haji, Jurnal Warta, Edisi 51.
Jabar, Abi Abdul. (2019). Ihram: Larangan Selama Beribadah di Tanah Haram,
Madaninews
Khusna, Azalia Mutammimatul, (2018). Hakekat Ritual Ibadah Haji dan Maknanya
Berdasarkan Pemikiran William R. Roff, An-Nas: Jurnal Humaniora, Vol 2, No 1
K, AlHafiz. (2018). Ini Larangan-Larangan dalam Ibadah Haji. Aplikasi NU Online,
diakses pada tanggal 28-05-2022 pada pukul 17.13
Noor, M. (2018). Haji dan Umroh. Jurnal Humaniora dan Teknologi. Volume 4, No 1.
Optarina, Yeni. (2020). Analis Hukum Islam Terhadap Undang-Undang No 8, Th 2019
Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah, Bandar Lampung: UIN Raden
Intan Lampung.
Prasetya, teguh, dkk. Ilmu Hukum dan Filsafat Hukum (Studi Pemikiran Ahli Hukum
Sepanjang Zaman), Cet. 4, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011).
Shihab, M. Quraish. Haji dan Umrah Bersama M. Quraish Shihab, (Tangerang: Lentera
Hati, 2012).
Sucipto. (2013). “Umrah Sebagai Gaya Hidup, Eksistensi Diri dan Komoditas Industri:
Menyaksikan Perubahan Keagamaan Warga Kota”. Kontekstualita, Vol. 28, No 1.
Zainal, (2012). “Regulasi Indonesia dalam Tinjauan Sejarah” Vol. 11, No. 2

17
18

Anda mungkin juga menyukai