Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

HAJI

Untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Ibadah Ahlak dan Muamalat.

Dosen Pengampu: Neng Lia Yulianengsih, M.Pd

Disusun oleh :

Nadia Trimudita (205223014)

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA DAERAH

STKIP MUHAMMADIYAH KUNINGAN

2022-2023
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan

BAB II PEMBAHASAN MATERI

2.1 Pengertian Haji

2.1 Syarat, Rukun dan Wajib Haji

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ibadah adalah merendahkan diri atau tunduk. Pengertian ibadah adalah


menggambarkan perilaku mendekatkan diri kepada sang pencipta atau Tuhan. Perilaku
dari pengertian ibadah adalah dilakukan secara rutin atau terus-menerus sampai waktu
yang tidak ditentukan.

Pengertian ibadah adalah tunduk kepada segala perintah dan larangan-Nya.


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengertian ibadah adalah perbuatan untuk
menyatakan bakti kepada Allah SWT, yang didasari ketaatan mengerjakan perintah-Nya
dan menjauhi larangan-Nya.

Makna dari pengertian ibadah adalah lekat dengan ajaran agama Islam. Dalam Islam,
pengertian ibadah adalah terbagi menjadi tiga bagian. Apa saja? Mulai dari ibadah
dengan anggota badan, hati, dan diucapkan secara lisan. Pengertian ibadah tersebut sesuai
dengan bentuk syahadat yang menyatakan tidak ada Tuhan selain Allah SWT dan
Rasulullah Muhammad SAW adalah utusan Allah SWT.

Ibadah haji termasuk ibadah pokok yang menjadi salah satu rukun Islam yang
kelima, Setelah syahadat, shalat, zakat, dan puasa. Sesuai dengan salah satu hadits nabi
yang mengatakan “Islam itu dibina atas lima tiang (rukun) yaitu kesaksian bahwa tidak
ada tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasul Allah, mendirikan sholat,
membayar zakat, puasa Ramadhan dan haji ke Baitullah bagi yang mampu
melaksanakannya”

Haji adalah aktifitas suci yang pada dasarnya pelaksanaanya diwajibkan oleh Allah
SWT kepada umatnya yang telah mencapai syarat istitha’ah (mampu) secara segi
finansial, fisik, maupun secara batinnya. Bagi seluruh umat Islam, hampir semua
muslim mendambakan untuk dapat menunaikan ibadah haji ketanah suci minimal satu
kali seumur hidup, karena orang yang melaksanakan ibadah haji berarti telah
menyempurnakan agamanya selain itu haji menjadi suatu kewajiban bagi seorang
muslim jika mampu melakukannya.
Dalam pelaksanaan ibadah haji yang dilakukan oleh umat Islam dari seluruh dunia
setiap tahunnya mengandung makna dan nilai-nilai moral yang tinggi yang diperlukan
dalam rangka membangun sumberdaya manusia yang ideal dan unggul. Hal ini
tergantung kepada orang yang melaksanakannya dan manusia yang mampu menangkap
makna yang substansial dan seluruh rangkaian ibadah haji dari mulai mengenakan
pakaian ihram, wukuf, melontar jumroh, tahallul, thawaf, sa’i, dan lain sebagainya.
Artinya pada tataran kemanusiaan, seharusnya ibadah haji memberikan kontribusi yang
cukup signifikan dalam proses perubahan masyarakat kearah yang lebih baik.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka kami merumuskan beberapa masalah yang
akan kami kaji, di antaranya :
1. Apa Pengertian Haji?
2. Apa saja Syarat, Rukun, dan Wajib Haji ?

C. Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Psikologi Pendidikan serta menambah pengetahuan dan diharapkan bermanfaat bagi
pembaca, khususnya :
1. untuk mengetahui pengertian Ibadah Haji.
2. Memahami apasaja Dasar, Syarat, Rukun, dan Wajib Haji.
3. Untuk Mengetahui Hal apasaja yang di lakukan selama Ibadah Haji.
BAB II

PEMBAHASAN MATERI

A. Pengertian, Syarat, Rukun, dan Wajib Haji

A. Pengertian Haji

Arti kata haji berasal dari bahasa Arab hajja-yahujju-hujjan, yang berarti qoshada,
yakni bermaksud atau berkunjung. Sedangkan dalam istilah agama, haji adalah sengaja
berkunjung ke Baitullah Al-Haram (Ka’bah) di Makkah Al-Mukarromah untuk
melakukan serangkaian amalan yang telah diatur dan ditetapkan oleh Allah SWT
sebagai ibadah dan persembahan dari hamba kepada Tuhan.1 Haji adalah sengaja
mengunjungi Baitullah untuk melakukan serangkaian ibadah ditempat-tempat tertentu
pada waktu tertentu dan cara-cara tertentu dengan mengharap ridha Allah SWT.
Tempat-tempat tertentu yang dimaksud adalah ka’bah di Makkah, Shafa dan Marwa,
Muzdalifah, dan Arafah. Sedangkan aktivitas tertentunya adalah ihram, thawaf, sa’i, dan
wukuf di Arafah. Sementara waktu tertentunya adalah bulan Syawwal, Dzul Qa’dah,
dan 10 hari pertama Dzulhijjah.2
Dari berbagai penjelasan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa haji adalah
sengaja mengunjungi Baitullah (Ka’bah) untuk mengerjakan ibadah dengan cara,
tempat, dan dalam waktu tertentu.

B. Syarat Haji

Adapun syarat-syarat haji sebagai berikut:

a) Islam. Setiap dari kita (orang Islam) berkewajiban untuk menunaikan ibadah
haji jika telah terpenuhi semua persyaratan-persyaratannya. Dan jelas pula
bahwa orang non Muslim tidak berkewajiban untuk menunaikan ibadah haji,
sehingga jika ada di antara mereka yang ikut melaksanakan ibadah haji, maka
ibadah haji mereka dianggap tidak sah.
b) Berakal. Artinya, setiap orang muslim yang waras, tidak mengalami gangguan
mental dan kejiwaan, maka ia berkewajiban untuk menunaikan ibadah haji.
c) Dewasa (baligh). Dengan demikian anak kecil (belum baligh) yang diajak
bersama oleh orang tuanya untuk menunaikan ibadah haji, maka kewajiban
ibadah haji tersebut belum gugur atas dirinya. Sehingga ia tetap berkewajiban
untuk menunaikannya saat ia telah memasuki masa akil baligh nanti.
d) Mampu. Yang meliputi: ketersediaan alat transportasi, bekal, keamanan jalur
perjalanan, dan kemampuan tempuh perjalanan.
e) Merdeka. Seorang budak tidak wajib melakukan ibadah haji karena ia bertugas
melakukan kewajiban yang dibebankan.
C. Rukun dan Wajib Haji

1. Rukun Haji

Rukun haji menurut jumhur ulama (mayoritas ulama), ada enam untuk rukun
ibadah haji, diantaranya: a. Ihram disertai dengan niat b. Wukuf di Arafah c.
Thawaf di Baitullah d. Sa'i antara Shafa dan Marwah e. Bercukur untuk tahallul f.
Tertib Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa rukun-rukun tersebut harus
dikerjakan dan tidak boleh digantikan orang untuk mengerjakannya. Karena rukun
ini tidak bisa ditebus dengan membayar dam (Mulyono, 2013: 33-34).

2. Wajib Haji

Wajib secara syar'i adalah sesuatu hal atau perbuatan yang harus dikerjakan.
Seandainya tidak dikerjakan maka ibadahnya tidak sah. Akan tetapi, dalam haji jika
terpaksa tidak melakukan kewajiban haji, ibadahnya tetap sah, tetapi harus
membayar dam (denda) yang telah ditentukan. Haji memiliki lima kewajiban
diantaranya:

a. Berpakaian ihram dari miqat Miqat dalam berihram terdapat 2 (macam), yaitu
miqat zamani dan miqot makani. Miqat zamani adalah batas waktu para jama’ah
mengerjakan haji ( 1 syawawal sampai terbitnya fajar pada tanggal 10
Dzulhijjah). Jadi, bagi orang yang berihram selain pada hari yang ditentukan,
maka ihramnya tidak sah. Ini dikhususkan bagi para jama’ah haji, karena waktu
umrah tidak ditentukan atau dapat dilaksanakan kapan saja sesuai waktu yang
diinginkan. Oleh karena itu, miqot zamani ini bukanlah merupakan bagian dari
kewajiban haji, tetapi merupakan syarat mutlak bagi para jama’ah haji. Jadi,
tidak boleh tidak harus dikerjakan karena hal ini tidak bisa dibayar dengan dam
(denda). Adapun miqot makani adalah suatu tempat dimana para jama’ah
menggunakan pakaian ihram berserta niatnya ketika hendak mengerjakan ibadah
haji. Tempatnya pun berbeda-beda, sesuai denganarah daerah masingmasing
para jama’ah.

b. Bermalam di Mudzalifah Mudzalifah adalah antara Arafah dan Mina. Mabid di


Mudzalifah adalah berada di Mudzalifah mulai dari tenggah malam tanggal 10
Dzulhijjah hingga terbit fajar. Yang dimaksud mabid disini adalah bermalam
(menginap), atau menginjakkan kaki di area Mudzalifah, atau cukup di atas
mobil, seseorang dapat saja memasuki mulai magrib. Dalam keadaan demikian
ini ia melakukan shlat fardhu dalam keadaan jama’ qosor. dan harus
meninggalkan Mudzalifah sebelum terbit matahari pada tanggal 10 Dhulhijjah.
c. Melontar jumroh Aqabah Melempar jumrah aqobah ini hanya dilakukan pada
tanggal 10 dzulhijjah dan mulai tenggah malam dan sampai subuh saja.

d. Bermalam di Mina Wilayah mina terletak di Mudzalifah dan mekkah al-


mukkarromah. Waktu mabit di mina yaitu antara malam tanggal 11, 12, dan 13
dzulhijjah.

e. Melontar jumrah Ula, Wustha, dan Aqabah Molantar jumrah merupakan wajib
haji. Jama’ah yang tidak melontar selama tiga hari wajib membayar dengan dam
dan apabila meninggalkan sebagaian lontaran, maka harus membayar fidiyah.
Pelaksanaan lontar jumrah ini.

f.Thowaf Wada Thowaf wada bagi yang akan meninggalkan mekkah. Thowaf wada
merupakan pengormatan akhir kebaitullah.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan.
Haji sebagai rukun islam yang kelima, adalah sebuah perjalanan suci dalam
memenuhi panggilan Ilahi. Dalam pelaksanaannya, dibutuhkan persiapan yang
cukup matang dalam rangka perjalanan ke Baitullah. Berdasarkan uraian dari bab
satu sampai dengan bab empat sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1) Dalam pelaksanaan penyelenggaraan ibadah haji di kementerian agama kota
semarang telah melakukan perencanaan berdasarkan perencanaan yang disiapkan
dengan memperhatikan fungsifungsi perencanaan dalam manajemen sehingga dalam
pelaksanaan di lapangan dapat berjalan sesuai rencana
2) Disamping perencanaan yang didasarkan dengan fungsi perencanaan yang ada,
pada dasarnya peningkatan pelayanan pelaksanaan ibadah haji ini di tetapkan
dengan prosedur yang telah di tetapkan oleh pemerintah walaupun dalam efektifitas
perencanaan yang ada terkadang tidak sesuai dengan yang diharapkan
3) Faktor-faktor pendukung dari perencanaan ibadah haji di kementerian agama kota
semarang antara lain: adanya kerja sama yang sangat sinergis antara para staf yang
ada di kementerian agama kota semarang. Disamping itu, kerjasama dengan pihak-
pihak yang terkait sangat baik dan bisa dioptimalkan dikarenakan adanya landasan
hukum penyelenggaraan ibadah haji yang dilaksanakan oleh kementerian agama
kota semarang. Sedangkan faktor penghambat meliputi:problem internal dan
eksternal, yaitu dari pihak staf pelaksana haji dan calon jama’ah haji. Di pihak
pegawai adalah tumpang tindihnya pembagian pekerjaan yang ada pada kementerian
agama kota semarang. Sedangkan dari calon jama’ah haji yaitu: kurangnya
pemahaman informasi yang di berikan oleh pihak kementerian agama kota semarang
sehingga menimbulkan salah tafsir dan kesimpang siurang pada calon jama’ah.
Disamping itu, kurangnya pemahaman administratif terkait pelaksanaan pelayanan
ibadah haji, sehingga menimbulkan lambannya pengurusan data-data terkait
pelayanan administratif
DAFTAR PUSTAKA

https://www.prudentialsyariah.co.id/id/pulse/article/pengertian-haji-syarat-dan-
rukunnya/

https://www.google.com/amp/s/www.detik.com/hikmah/haji-dan-umrah/d-
6748375/apa-itu-haji-ini-pengertian-secara-bahasa-dan-istilahnya/amp

https://uin-alauddin.ac.id/tulisan/detail/haji,--makna-dan-hikmahnya

https://uin-alauddin.ac.id/tulisan/detail/haji,--makna-dan-hikmahnya

https://www.gramedia.com/literasi/rukun-haji/

Anda mungkin juga menyukai