Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“MACAM-MACAM DAN DAM DALAM HAJI DAN UMROH”


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Studi Fiqih yang Diampu Oleh

Bapak Taaib Maghfur,S.S.,M.pd.I

Disusun Oleh:
Kelompok 10

Rofi’ul Ilmi (220302110001)

Safira Pramesti (220302110115)

Ahmad Faisal (220302110144)

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA


INGGRIS

FAKULTAS HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK


IBRAHIM MALANG
2024
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ibadah Haji adalah rukun Islam kelima setelah syahadat, shalat, zakat, dan puasa yang
wajib dilaksanakan oleh setiap orang Islam yang memenuhi syarat istitah, baik secara finansial,
fisik, maupun mental dan merupakan ibadah yang hanya wajib di lakukan sekali seumur hidup.
Ibadah haji adalah bentuk ritual tahunan yang dilaksanakan kaum muslimin sedunia dengan
berkunjung dan melaksanakan beberapa kegiatan di beberapa tempat di Arab Saudi pada suatu
waktu yang dikenal sebagai musim haji (bulan Dzulhijjah). Hal ini berbeda dengan ibadah
umroh yang dilaksanakan sewaktu-waktu.
Dalam penyelenggaraannya, ibadah haji tidak saja hanya merupakan kewajiban agama
yang merupakan tanggung jawab individu ataupun masyarakat muslim, melainkan merupakan
tugas nasional dan menyangkut martabat serta nama baik bangsa oleh karena itu kegiatan
penyelenggaraan ibadah haji menjadi tanggung jawab pemerintah. Namun prinsip masyarakat
merupaka bagian yang tidak terpisahkan dari sistem dan menejemen penyelenggaraan ibadah
haji. Untuk menunjang pelaksanaan pemberangkatan dari tanah air dan pelaksanaan ibadah haji
di Arab Saudi, pemerintah bahkan telah membuat berbagai macam kebijakan dan aturan
petunjuk operasional pelaksanaan pengurusan jamaah di daerah-daerah. Undang-undang No.
13/2008 bahkan mengatur secara tegas manajemen pelayanan dan administrasi pelaksanaan
ibadah haji di tanah air.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Haji dan Umrah ?
2. Apasaja Macam-Macam Haji dan Umrah
3. Bagaimana Cara pelaksanaan dari Macam-Macam Haji dan Umrah?
4. Apa yang dimaksud dengan DAM Haji dan Umrah ?
5. Apasaja Macam-Macam DAM Haji dan Umrah dan Pemberlakuannya?
6. Apasaja Bentuk dan Sifat dari DAM Haji dan Umrah?
7. Apa Dasar dan Dalil dari DAM?
8. Dimana tempat DAM harus dibayar ?
C. Tujuan Penulisan
1. Memahami Haji dan Umrah.
2. Memahami Macam-Macam Haji dan Umrah.
3. Mengetahui Cara pelaksanaan Macam-Macam Haji dan Umrah.
4. Memahami yang dimaksud dengan DAM Haji dan Umrah.
5. Memahami Macam-Macam DAM Haji dan Umrah dan Pemberlakuannya.
6. Memahami Bentuk dan Sifat dari DAM Haji dan Umrah.
7. Mengetahui Dasar dan Dalil dari DAM.
8. Mengetahui tempat DAM harus dibayar.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Haji dan Umrah


Haji menurut bahasa berasal dari kata Al-Hajju yang memiliki arti Al-Qasdhu yaitu sengaja
tujuan atau kedatangan. Sedangkan menurut istilah sengaja datang ke mekkah, mengunjungi
ka’bah dan tempat-tempat lainnya untuk melakukan serangkaian ibadah tertentu dengan syarat-
syarat yang telah ditentukan.Ibadah haji merupakan puncak pencapaian ritual seorang muslim
dalam menjalankan perintah Allah. Di dalam nya terdapat kegiatan lengkap meliputi : kegiatan
fisik, rohani, lisan, serta pengorbanan jiwa, waktu dan harta. Sedangkan pengertian umrah adalah
menurut bahasa artinya ziarah. Sedangkan menurut istilah umrah berarti menziarahi ka’bah dan
melakukan rangkaian ibadah tertentu dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan.(Waliah, 2017)

B. Macam-Macam Haji

Macam-macam Pelaksanaan Ibadah Haji Seseorang yang ingin berhaji harus melaksanakan
ibadah haji sekaligus ibadah umrah. Jadi, setiap pelaksanaan ibadah haji yang waktunya tertentu
dan terbatas, harus melaksanakan ibadah umrah juga. Pasangan ibadah haji dan umrah ini cukup
disebut dengan ibadah haji saja. Dalam pelaksanaan ibadah haji ada tiga macam cara yang dapat
dilakukan dengan memilih salah satu cara di antara ketiga cara ini yaitu:(Masqon & Zubaidi,
2017)

1. Tamattu’

Cara pelaksanaan Haji Tamattu’, yaitu mendahulukan ibadah umrah dulu, kemudian
melaksanakan ibadah haji pada musim haji tahun itu juga.

2. Ifrad

Haji Ifrad ini adalah kebalikan dari Haji Tamattu’, yaitu dengan mendahulukan pelaksanaan
ibadah haji baru kemudian melaksanakan ibadah umrah di luar musim haji, atau dengan kata lain,
berihram untuk pelaksanaan ibadah haji sampai selesai, lalu berihram lagi untuk pelaksanaan
ibadah umrah di luar bulan-bulan haji.

3. Qiran

Pelaksanaan ibadah haji Qiran adalah pelaksanaan ibadah haji dan ibadah umrah Bersamaan.
C. Melaksanakan Macam Haji
Dikutip dari (Ja’far, 2018), Seorang muslim yang mengunjungi Tanah suci pada musim haji
untuk melaksanakan rukun Islam kelima ini, dapat memilih salah satu dari tiga alternatif
pelaksanaan ibadah haji yaitu mengerjakan haji Tamattu', haji Qiran atau haji Ifrad. Adapun
penjelasan dari tiga alternatif pelaksanaan ibadah haji sebagai berikut (Masqon & Zubaidi, 2017):

1. Tamattu’

Cara pelaksanaan Haji Tamattu’, yaitu mendahulukanibadah umrah dulu, kemudian


melaksanakan ibadahhaji pada musim haji tahun itu juga, atau dengan katalain, berihram untuk
umrah pada bulan-bulan haji (1 Syawal-hari Wukuf 9 Dzulhijah), kemudian bertahallul, setelah
itu berihram lagi untuk haji (menjelang Wukuf) sampai selesai hajinya. Dalam hal ini, dia wajib
membayar dam (denda).
Keterangan:
Setelah tiba di Makkah dengan berpakaian ihrom sejak dari Miqat, lalu singgah ke
pemondokan atau Maktab untuk menyimpan barang bawaan, kemudian pergi ke Masjidil
Haram untuk umrah, lalu kembali ke Maktab dengan memakai pakaian biasa lagi. Sambil
melakukan aktivitas ibadah di Makkah, dia menunggu sampai tanggal 8 Dzulhijah untuk
pelaksanaan berbagai rangkaian ibadah haji sampai selesai. Demikian inilah cara “Haji
Tamattu’.”

2. Ifrod

Haji Ifrad ini adalah kebalikan dari Haji Tamattu’, yaitu dengan mendahulukan
pelaksanaan ibadah haji baru kemudian melaksanakan ibadah umrah di luar musim haji, atau
dengan kata lain, berihram untuk pelaksanaan ibadah haji sampai selesai, lalu berihram lagi
untuk pelaksanaan ibadah umrah di luar bulanbulan haji, apabila sebelumnya (sebelum tanggal
1 Syawal pada tahun itu juga) belum berumrah yang berkaitan dengan ibadah haji.
Keterangan:
Setelah bulan-bulan haji tiba, orang yang ingin berhaji dengan cara Ifrad, begitu sampai di
pemondokan di Makkah dengan berihram serta meletakkan barang-barangnya dan beristirahat
secukupnya, hendaknya dia segera pergi ke Masjidil Haram untuk Thawaf Qudum (Thawaf
kedatangan).
Setelah itu dia boleh memilih, melanjutkan Sa’i, atau kembali ke pondokan. Apabila
dilanjutkan dengan Sa’i, maka Sa’inya ini dihitung sebagai Sa’i untuk haji sehingga besok
ketika Thawaf Ifadhah tidak perlu lagi Sa’i, Harus diingat, ketika selesai Sa’i tersebut tidak
boleh bercukur rambut. Setelah itu, kernbali ke pondokan, dengan tetap
Berpakaian ihram menunggu sampai se1esainya seluruh rangkaian ibadah haji, kemudian
dia berihram lagi untuk pelaksanaan ibadah umrah sampai selesai. Dengan cara ini, dia tidak
terkena dam (denda).

3. Qiron

Pelaksanaan ibadah haji dengan cara Qiran adalah pelaksanaan ibadah haji dan ibadah
umrah bersamasama. Hal tersebut “dikarenakan antara haji dan umrah terdapat amalan-amalan
yang sarna, seperti niat Thawaf, Sa’i dan cukur rambut yang dapat dilakukan sebagai amalan
haji sekaligus sebagai amalan umrah.
Keterangan:
Setelah sampai di Makkah dengan berpakaian ihram dan istirahat secukupnya di pondokan,
hendaklah segera melakukan Thawaf Qudum di Masjidil Haram. Setelah selesai, boleh
memilih, melanjutkan Sa’i atau kembali ke Maktab (pondokan). Apabila dilanjutkan dengan
bersa’i maka Sa’i tersebut dihitung sebagai Sa’i untuk haji, sehingga besok ketika melakukan
Thawaf Ifadhah tidak perlu melakukan Sa’i lagi. Perlu diingat bahwa selesai Sa’i tidak boleh
bercukur, kemudian kembali ke pondokan dengan tetap berihram menunggu sampai selesai
pelaksanaan ibadah haji dan ibadah umrah sekaligus.

D. Macam-Macam Umrah Dan Pelaksanaannya

Selain mengetahui tentang pengertian umroh, tidak ada salahnya Anda juga mengenal macam-
macam jenis ibadah umroh. Secara pemahamannya, ibadah umroh dibagi menjadi dua yakni
sebagai berikut.
1. Umroh Mufradah
Umroh Mufradah adalah ibadah umroh yang pelaksanaannya tidak terkait dengan
rangkaian haji, atau disebut juga umroh terpisah. Untuk umroh jenis ini, waktu ibadahnya tidak
tetap dan bisa dilakukan kapan saja sepanjang tahun. Bahkan, umroh ini juga bisa dilakukan
di bulan haji. Namun pelaksanaannya tidak terkait dengan rangkaian ibadah haji.
Umumnya yang melakukan umroh ini adalah jamaah yang memang hanya ingin
menunaikan umroh. Biasanya, jika haji bisa didaftarkan ke Kementerian Agama dan biro
perjalanan khusus, umroh Mufradah hanya bisa didaftarkan pada biro perjalanan umroh
reguler. Oleh karena itu, dalam melakukan umroh Mufradah pada akhirnya seringkali
melibatkan ziarah dan bepergian ke berbagai negara di sekitar Mekkah.
2. Umroh Tamattu’
Umroh Tamattu merupakan ibadah umroh yang erat kaitannya dengan rangkaian ibadah
haji. Jadi dapat dikatakan bahwa Anda wajib melakukan ibadah umroh ini sebelum melakukan
ritual haji lainnya.
Kedua ibadah ini menjadi satu kesatuan dan tidak terpisah, meski pada awalnya, rangkaian
ibadah umroh Tamattu lah yang diperkenalkan lebih dulu oleh Rasulullah. Waktunya pun
hanya boleh dilakukan pada bulan Haji atau 8 hari pertama bulan Dzulhijjah saja.

E. Pengertian DAM
Dikutip dari (Johari & Arifin, 2019), Menurut bahasa DAM berarti mengalirkan darah
menyembelih binatang kurban yang dilakukan pada saat ibadah haji. Dam adalah denda yang wajib
dilaksanakan oleh orang yang selama menunaikan ibadah haji dan umroh, melanggar larangan haji
atau meninggalkan wajib haji.
DAM (denda) secara keseluruhan adalah denda atau tebusan bagi mereka yang menunaikan
ibadah haji dan umrah tetapi melakukan pelanggaran ketentuan atau peraturan yang telah
ditetapkan oleh pihak penyelenggara haji dan umrah (Waliah, 2017). Pelanggaran itu misalnya
melakukan larangan-larangan ihram atau tidak dapat menyempurnakan wajib haji seperti mabit di
Mina atau Muzdalifah. Beberapa larangan dalam haji yaitu:
1. Bersetubuh, bermesra-mesraan, berbuat maksiat, dan bertengkar dalam haji.
2. Dilarang menikah dan menikahkan (menjadi wali).
3. Dilarang memakai pakaian yang berjahit, harum-haruman (minyak wangi), menutup
kepala, memakai sepatu yang menutup mata kaki. Adapun kaum wanita, mereka boleh
memakai pakaian yang menutupi seluruh tubuhnya, kecuali kedua telapak tangan.
4. Perempuan dilarang menutup muka dan kedua telapak tangan
5. Dilarang berburu atau membunuh binatang liar yang halal dimakan.

DAM sifatnya ada yang sunnah dan ada yang wajib. Jemaah haji rata-rata terkena kewajiban
dam karena melaksanakan haji tamattu. DAM atau denda sudah ada sejak adanya ritual ibadah
haji. Ibadah haji merupakan ibadah yang dilakukan sejak zaman Nabi Ibrahim As, yang
dilaksanakan sampai sekarang. Namun haji kala itu disalahgunakan, malah di gunakan untuk
berbangga-bangga dan memamerkan sukunya, sehingga pada saat itu ada yang sunnah dan ada
yang wajib.

F. Macam-Macam DAM
Ditinjau dari segi pelaksanaannya, DAM itu ada dua macam, yaitu:
a. DAM Tartib
yaitu melaksanakan dam secara tertib atau berurutan, Artinya, seseorang harus melakukan DAM
dari urutan pertama, lalu jika tidak sanggup melaksanakannya, kemudian melaksanakan DAM
urutan berikutnya, Contoh: DAM Haji Tamattu’ atau Haji Qiran berdasarkan urutannya adalah
menyembelih seekor kambing atau puasa 10 hari (3 hari di Tanah Suci dan 7 hari di tanah air).
Jika menyembelih kambing dia tidak sanggup karena bekalnya sudah tipis atau bahkan sudah
habis, maka dia dibolehkan mengambil dam urutan berikutnya, yaitu puasa 10 hari. Selagi dia
masih mampu untuk membeli seekor kambing dia tidak boleh mengambil puasa 10 hari
tersebut.(Masqon & Zubaidi, 2017)
b. DAM Takhyir
yaitu melaksanakan dam dengan memilih salah satu pilihan dari beberapa pilihan yang sudah
ditentukan, contoh: DAM melepas rambut 3 helai atau lebih atau memotong kuku tiga jari adalah
menyembelih kambing atau memberi makan 3 sha’ (beras, gandum, dan sebagainya) untuk 6
orang fakir miskin atau berpuasa 3 hari. Dia bebas memilih salah satu dari pilihan
tersebut.(Masqon & Zubaidi, 2017)

G. Bentuk-Bentuk DAM

No Pelanggaran Dam/Denda Waktu Pelaksanaan


I Tertib dan Taqdir
1. Haji Tamattu’ 1. Menyembelih seekor Mulai saat penyebab atau
2. Haji Qiran kambing pelanggaran,
3. Tidak Berniat Ihram dari 2. Kalau tidak mampu dilaksanakan secara
miqat makani puasa 10 hari: 3 hari tertib (berurutan sesuai
selama dalam dengan kemampuan)
4. Tidak mabit di pelaksanaan haji dan 7 [penyembelihan
muzdalifah tanpa alasan hari setelah kembali dilakukan di tanah
syar’i ke kampung halaman, haram, tidak ada waktu
5. Tidak mabit di mina jika puasa 3 hari tidak khusus menurut imam
tanpa alasan syar’i dapat dilaksanakan Syafi'i dan lebih afdal
6. Tidak melontar jumroh karena suatu hal maka melakukan
7. Meninggalkan thawaf harus melaksanakan penyembelihan di Mina,
wada’ qadha sesampai di sedangkan imam Hanafi
kampung halaman, mengatakan bahwa
dengan ketentuan penyembelihan
puasa 3 hari dengan 7 dilakukan pada hari
hari dipisahkan 4 hari. nahar
3. Jika tidak mampu, tanggal 10 Dzulhijjah]
membayar untuk
setiap
hari 1 mud (3/4 kg)
II Tertib dan Ta’dil
1. Bercampur dengan istri 1. Menyembelih seekor Dilaksanakan sejak
atau suami sebelum unta. pelanggaran terjadi
tahallul awal bagi ihram 2. Kalau tidak mampu dengan ketentuan
haji dan sebelum selesai menyembelih seekor amalan-amalan haji/
seluruh kegiatan umrah lembu. umrahnya tetap harus
(tahallul Tsani). 3. Kalau tidak mampu diselesaikan dengan
menyembelih lebih kewajiban mengganti
dari 7 ekor kambing. hajinya pada tahun
4. Kalau tidak mampu berikutnya (hajinya tidak
memberi makan sah) artinya fasadhul hajj
senilai seekor unta menurut kesepakatan
yang dibagikan ulama.
kepada fakir miskin
tanah haram.
5. Kalau tidak mampu,
berpuasa sebanyak
hitungan nilai mud
dan makanan yang
dibeli dengan harga
seekor unta.

2. Tertahan atau gagal 1. Menyembelih seekor


melaksanakan haji karena kambing dan langsung Dilaksanakan di tempat
suatu halangan yang bergunting (Bercukur) ia tertahan atau
merintangi di tengah Rambut sebagai setelah ia di kediaman.
jalan, sedangkan dia tahallul dari ihramnya.
sudah 2. Jika tidak mampu,
dalam keadaan ihram. memberi makanan
kepada fakir miskin
senilai harga kambing.
Jika tidak mampu
berusaha sebanyak
3. Jika tidak mampu
berpuasa sebanyak
hitungan jumlah mud
makanan yang dibeli
dengan
harga seekor kambing.
III Dam Takhyir dan Ta’dil Memilih Antara Dua
1. Berburu Binatang buruan Macam
saat di tanah haram 1. Menyembelih Sejak pelanggaran
2. Memotong atau mencabut binatang sebanding dilakukan dan dibayar
pohon dalam tanah haram atau senilai binatang sesuai dengan bentuk
Makkah (Kecuali yang yang diburu. Kalau dam yang dipilih.
sudah kering) unta perbandingannya
dengan lembu, kalau
kijang
perbandingannya
dengan kambing.
2. Memberi makanan
dengan nilai harga
binatang bandingan
dan dibagikan kepada
fakir miskin maka atau
berpuasa beberapa
hari sebanyak
bilangan Mud yang
dibeli dengan harga,
nilainya
yaitu 1 Mud 1 Hari.
IV Dam Takhyir dan Taqdir Memilih Antara Tiga
1. Membuang/ mencabut/ Macam
menggunting rambut atau 1. Menyembelih seekor Sejak pelanggaran
bulu dari mana-mana kambing [mencabut dilakukan dan dibayar
anggota tubuh tiga helai rambut lebih dari 3 sesuai dengan bentuk
atau lebih. helai, jika kurang dari dam yang dipilih.
2. Memakai pakaian yang itu maka berlaku bagi
dilarang dalam ihram. nomor 2 jika kurang
3. Mengecat kuku, dari itu maka berlaku
menanggalkan atau bagi nomor 2 atau 3].
membinasakan. 2. Bersedekah kepada 6
4. Memakai wangi-wangian. orang fakir miskin
5. Memakai minyak di (tiap orang 2 mud = 1
kepala, jenggot, semua Mud 3/4 liter).
kulit muka selain daripada 3. Berpuasa tiga hari.
bulu rambut di pipi dan di Memilih Antara Tiga
kaki. Macam
1. Memilih Antara tiga Menurut imam Syafi'i
6. Melakukan perkosaan, macam yakni tidak ada tanda
permulaan bersetubuh. 2. Menyembelih seekor bagi orang yang lupa,
7. Melakukan persetubuhan unta. Atau bersedekah tidak tahu hukum
selepas selesai tahallul seharga seekor unta. (bodoh), perempuan
awal, tetapi belum selesai Atau berpuasa yang dipaksa, dan
tahallul kedua. sebanyak hitungan hajinya tetap sah.
8. Melakukan persetubuhan setiap mud makanan
selepas persetubuhan yang dibeli dengan
yang merusak haji. harga seekor unta

H. Sifat-Sifat DAM
Ditinjau dari sifat dan ketentuannya, DAM ada 2 macam, yaitu: (Masqon & Zubaidi, 2017)
a. DAM Takhyir, yaitu dam yang sudah ditentukan dan diatur oleh syara’, berikut pilihan
lainnya. DAM ini bisa Tartib atau Takhyir. Contoh:
o DAM Taqdir yang Tartib, seperti tertulis pada dam Tartib di atas (macam-macam
dam).
o DAM Taqdir yang Takhyir, seperti tertulis pada DAM Takhyir di atas (macam-
macam dam) (Masqon & Zubaidi, 2017)

b. DAM Ta’dil, yaitu kebalikan dari dam Taqdir, yaitu DAM yang tidak ditentukan jumlah
nilainya, tetapi berdasarkan kelayakan, kepatutan, atau perkiraan harga yang dianggap sudah
sebanding. Contoh: DAM Ta’dil yang Tartib, seperti bersebadan suami-isiri yang merusak dan
membatalkan haji atau umrah, yaitu sebagai berikut:
o Menyembelih seekor unta, atau kalau tidak bisa,
o Menyembelih seekor sapi, atau kalau tidak bisa,
o Menyembelih 7 (tujuh) ekor kambing, atau kalau tidak bisa,
o Memberi makan kepada fakir miskin seharga unta, atau kalau tidak bisa
o Berpuasa sebanyak satu mud satu hari dari beras atau gandum seharga unta. Bila
harga unta 2000 riyal dan harga beras atau gandum 2 Riyal/ mud, maka keduanya
harus berpuasa 1000 (seribu) hari 2) Dam Ta’dil yang takhyir, seperti dam bagi
orang yang membunuh binatang, sebagai berikut:
o Bila yang dibunuh tersebut seekor kijang, misalnya, maka damnya adalah
menyembelih seekor kambing. Bila kuda yang dibunuh, maka damnya
menyembelih seekor sapi.
o Memberi makan kepada fakir miskin seharga binatang yang sepadan.
o Puasa sebanyak satu hari untuk satu mud sejumlah beras atau gandum seharga
binatang yang sepadan. Baginya boleh memilih salah satu dari tiga cara tersebut.

I. Pemberlakuan dan Penerapan dalam DAM


a. DAM tartib (Taqdir) menurut urutan pemberlakuan dan penerapannya, itu berlaku bagi;
(Masqon & Zubaidi, 2017)
o Jamaah yang bisa melakukan haji tamattu’ atau haji Qiran
o Niat haji atau umrahnya setelah melewati batas akhir (Miqat)
o Tidak Mabit di Muzdalifah
o Tidak Mabit di Mina malam tanggal 11, 12, atau 13 Dzulhijah
o Tidak melempar Jumrah
o Tidak melakukan Thawaf Wada’ Sedangkan jenis damnya adalah menyembelih
seekor kambing. Bila tidak mampu, dia harus melakukan puasa 10 hari, 3 hari di
tanah suci dan 7 hari di tanah air.

b. DAM Tartib (Ta’dil) berdasarkan urutan penerapan dan pemberlakuannya itu berlaku
bagi jamaah sebagai berikut;
o Jamaah yang tertahan atau terhalang sehingga tidak bisa meneruskan perjalanan
ibadah haji atau umrah
o Jamaah yang bersetubuh Sedangkan jenis dam lantaran terhalang atau tertahan
adalah:
1. Menyembelih seekor kambing, jika mampu
2. Memberi makan kepada fakir miskin seharga kambing, jika mampu
3. Berpuasa sebanyak satu mud satu hari dari beras atau gandum seharga
seekor kambing. Sedangkan jenis dam lantaran bersetubuh yang
membatalkan haji berikut: Menyembelih seekor unta, jika mampu,
menyembelih seekor sapi, jika mampu, menyembelih 7 ekor kambing, jika
mampu, memberi makanan seharga unta, jika mampu, berpuasa sebanyak
satu mud satu hari dari beras seharga seekor unta/ seekor sapi/7 ekor
kambing.

c. DAM Takhyir (Taqdir), boleh memilih salah satu, dan ini diterapkan dan diberlakukan
bagi jamaah yang melakukan hal-hal sebagai berikut:
o Menggugurkan rambut 3 helai atau lebih
o Memotong/menghilangkan kuku tiga jari atau lebih
o Menutup kepala secara langsung (menempel kepala) bagi pria
o Memakai pakaian berjahit (pakaian biasa) bagi laki-laki
o Menutup wajah/telapak tangan bagi wanita
o Memakai minyak wangi untuk rambut kepala atau muka
o Memakai wangi-wangian
o Bercumbu rayu
o Bersetubuh setelah Tahallul Awal sebelum Tahallul Tsani Sedangkan jenis damnya
adalah: menyembelih seekor kambing, memberi makan 3 sha’ beras/gandum
untuk 6 orang miskin, berpuasa 3 hari, bila merontokkan 1 helai
rambut/memotong 1 kuku, damnya adalah 1 mud atau puasa 1 hari, bila
menghilangkan 2 helai rambut/2 kuku, damnya adalah sedekah 2 mud atau puasa
2 hari

d. DAM takhyir (Ta'dil) boleh memilih DAM ini diberlakukan bagi jamaah yang
melakukan hal-hal sebagai berikut:
o Berburu atau membunuh binatang buruan di tanah haram
o Merusak tumbuh-tumbuhan atau tanaman di tanah Haram Sedangkan jenis
damnya sebagai berikut: Menyembelih binatang yang sepadan dengan binatang
yang dibunuh, memberi makan seharga binatang yang sepadan tersebuh, berpuasa
sebanyak 1 hari 1 mud dari beras atau gandum seharga binatang yang sepadan
Jika binatang yang sepadan tidak dapat diperoleh, maka damnya sebagai berikut:
o Memberi makan seharga Binatang yang dibunuh atau tumbuh-tumbuhan yang
dirusak.
o Berpuasa sebanyak 1 mud sehari dari harga Binatang yang dibunuh atau
tumbuhan yang dirusak.

Pelaksanaan dam, baik berupa penyembelihan maupun pemberian makanan, seluruhnya


harus dilakukan di Makkah AI-Mukarramah dan sekitarnya, kecuali dam bagi jamaah
yang terhalang (Ihshar), di mana pelaksanaan penyembelihannya di tempat mereka
terhalang, atau kalau hewan sembelihan di tempat tersebut tidak didapatkan, pelaksanaan
penyembelihannya dialihkan ke tanah haram.

J. Dasar dan Dalil DAM


Pertama, dalil dam karena meninggalkan ibadah yang diperintahkan dalam ihram, yaitu surat Al-
Baqarah ayat 196, khususnya pada frasa:
‫س َر فَ َما ال َحجِ إِلَى بِالعُم َرةِ تَ َمتَّ َع فَ َمن‬ ِ َ‫سبعَة ال َحجِ فِي أَيَّام ث َ ََلث َ ِة ف‬
َ ‫صيَا ُم يَ ِجد لَم فَ َمن ال َهدي ِ ِمنَ است َي‬ َ ‫َر َجعتُم إِذَا َو‬
Artinya, “Maka siapa yang mengerjakan umrah sebelum haji (tamatu’), dia (wajib menyembelih)
hadyu yang mudah didapat. Akan tetapi, jika tidak mendapatkannya, dia (wajib) berpuasa tiga
hari dalam (masa) haji dan tujuh (hari) setelah kamu kembali.”

Kedua, dalil dam karena mencukur rambut dan taraffuh (mengambil kenyamanan) seperti
memakai wewangian, minyak rambut dan semisalnya, juga berdasarkan surat Al-Baqarah ayat
196, tepatnya dalam frasa:

ُ ‫صيَام ِمن فَ ِفديَة َرأ ِس ِه ِمن أَذًى بِ ِه أَو َم ِريضًا ِمن ُكم َكانَ فَ َمن َم ِحلَّهُ ال َهد‬
‫ي َيبلُ َغ َحتَّى ُر ُءو َس ُكم تَح ِلقُوا َو َل‬ ِ ‫صدَقَة أَو‬
َ ‫سك أَو‬
ُ ُ‫ن‬
Artinya, “Dan jangan mencukur (rambut) kepalamu sebelum hadyu sampai di tempat
penyembelihannya. Jika ada di antara kamu yang sakit atau ada gangguan di kepala (lalu dia
bercukur), dia wajib berfidyah, yaitu berpuasa, bersedekah, atau berkurban..”

Ketiga, dalil dam yang wajib karena ihshar atau terhalang dari semua jalan untuk
menyempurnakan nusuk (haji atau umrah) sampai selesai. Ini berdasarkan frasa awal ayat 196
ِ ‫س َر فَ َما أُح‬
surat Al-Baqarah sebagai berikut: ‫صرتُم فَإِن ِ َّلِلِ َوالعُم َرة َ ال َح َّج َوأَتِ ُّموا‬ َ ‫ال َهدي ِ ِمنَ است َي‬
Artinya, “Dan sempurnakanlah haji dan umrah karena Allah. Lalu jika kalian terhalangi untuk
menyempurnakannya, maka kalian wajib membayar dam yang mudah (menyembelih kambing).”

K. Tempat Membayar DAM


1.Bank Pembangunan Islam (leDB)

2.Bank Al Raihi

3.Pos Saudi

4.Situs Adahi

Kemenag RI melalui PPIH meminta para jemaah haji Indonesia menghindari membayar Dam
melalui calo atau pedagang yang belum diketahui kredibilitasnya. Jangan juga tergiur dengan
pembayaran DAM yang lebih murah melalui situs-situs yang tidak dipahami atau mencurigakan.
BAB III
KESIMPULAN

Haji menurut bahasa berasal dari kata Al-Hajju yang memiliki arti Al-Qasdhu yaitu
sengaja tujuan atau kedatangan. Sedangkan menurut istilah sengaja datang ke mekkah,
mengunjungi ka’bah dan tempat-tempat lainnya untuk melakukan serangkaian ibadah tertentu
dengan syarat-syarat yang telah ditentukan. Sedangkan pengertian umrah adalah menurut bahasa
artinya ziarah. Sedangkan menurut istilah umrah berarti menziarahi ka’bah dan melakukan
rangkaian ibadah tertentu dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan.
Terdapat Macam-Macam Ibadah Haji yaitu: Tamattu’, Ifrad, Qiran, begitupula dengan
umrah yaitu Mufradah, dan Tamattu’.
DAM (denda) secara keseluruhan adalah denda atau tebusan bagi mereka yang
menunaikan ibadah haji dan umrah tetapi melakukan pelanggaran ketentuan atau peraturan yang
telah ditetapkan oleh pihak penyelenggara haji dan umrah. Beberapa larangan dalam haji yaitu:

1. Bersetubuh, bermesra-mesraan, berbuat maksiat, dan bertengkar dalam haji.


2. Dilarang menikah dan menikahkan (menjadi wali).
3. Dilarang memakai pakaian yang berjahit, harum-haruman (minyak wangi), menutup kepala,
memakai sepatu yang menutup mata kaki. Adapun kaum wanita, mereka boleh memakai
pakaian yang menutupi seluruh tubuhnya, kecuali kedua telapak tangan.
4. Perempuan dilarang menutup muka dan kedua telapak tangan
5. Dilarang berburu atau membunuh binatang liar yang halal dimakan
DAFTAR PUSTAKA

Ja’far, A. Y. A. (2018). Fiqih Praktis Haji & Umrah. Dar Al-Furqon.


Johari, & Arifin, J. (2019). Tuntunan Haji & Umroh (M. A. Yaqin (ed.); 1st ed.). CV.ISTANA
AGENCY.
Masqon, D., & Zubaidi, S. (2017). Panduan Praktis Haji & Umrah (M. Jamal (ed.); Issue 1).
UNIDA Gontor Press.
Waliah, I. (2017). Denda (DAM) Haji Dan Umrah (Vol. 1, Issue 1).

https://www.prudentialsyariah.co.id/id/pulse/article/keutamaan-umroh/

Anda mungkin juga menyukai