MAKALAH
Oleh:
i
KATA PENGANTAR
Segala puji milik Allah yang Esa. Berkat limpahan karunia nikmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Haji” dengan lancar.
Penyusunan makalah ini dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Fikih
yang diampu oleh Bapak Dr. Abd Rahman R, M.Ag. Proses penyusunannya tak
lepas dari masukan berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ucapkan terima kasih atas
bimbingannya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan .........................................................................................10
B. Saran .....................................................................................................10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rukun Islam yang terakhir adalah naik haji ke Baitullah. Maksudnya adalah
berkunjung ke tanah suci (Baitullah) untuk melaksanakan serangkaian amal ibadah
sesuai dengan syarat, rukun, dan waktu yang telah ditentukan. Ibadah haji
ditentukan kepada muslim yang mampu. Pengertian mampu atau kuasa yaitu
mempunyai bekal yang cukup untuk pergi dan bekal bagi keluarga yang
ditinggalkannya. Sama halnya dengan umrah yang dapat dilakukan pada bulan-
bulan lain selain bulan Zulhijah. Haji dan umrah merupakan suatu kegiatan rohani
yang di dalamnya terdapat pengorbanan, ungkapan rasa syukur, berbuat kebajikan
dengan kerelaan hati, melaksanakan perintah Allah, serta mewujud-kan pertemuan
besar dengan umat Islam lainnya di seluruh dunia.
Haji dan Umrah, adalah kewajiban bagi setiap muslim yang berakal dan
memiliki kemampuan, namun dari kalangan umum seperti petani, pedagang,
pegawai negeri bahkan para pengusaha sukses pun masih ada yang belum mengerti
tentang Haji dan Umrah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian haji?
2. Bagaimana hukum pelaksanaan haji?
3. Ada berapa macam dan bagaimana tatacara pelaksanaan haji?
4. Apa perbedaan haji dan umrah?
1
C. Tujuan
1. Untuk menjelaskan pengertian haji
2. Untuk menjelaskan hukum pelaksanaan haji
3. Untuk menjelaskan macam-macam dan tatacara pelaksanaan haji
4. Untuk menjelaskan perbedaan haji dan umrah
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Haji
Arti kata haji berasal dari bahasa Arab hajja-yahujju-hujjan, yang berarti
qoshada, yakni bermaksud atau berkunjung. Sedangkan dalam istilah agama, haji
adalah sengaja berkunjung ke Baitullah Al-Haram (Ka’bah) di Makkah Al-
Mukarromah untuk melakukan serangkaian amalan yang telah diatur dan
ditetapkan oleh Allah SWT sebagai ibadah dan persembahan dari hamba kepada
Tuhan1. Haji adalah sengaja mengunjungi Baitullah untuk melakukan serangkaian
ibadah ditempat-tempat tertentu pada waktutertentu dan cara-cara tertentu dengan
mengharap ridha Allah SWT.
Dari berbagai penjelasan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa haji adalah
sengaja mengunjungi Baitullah (Ka’bah) untuk mengerjakan ibadah dengan cara,
tempat, dan dalam waktu tertentu.
a) Islam
b) Baligh
c) Berakal
d) Merdeka
e) Mampu atau kuasa
1
Djamaluddin Dimjati, Panduan Ibadah Haji dan Umroh Lengkap, (Solo:PT Era Adicitra
Intermedia, 2011), h. 3.
2
Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, FiqhIbadah,
(Jakarta: Amzah, 2009), h. 482.
3
2. Rukun-Rukun dalam Haji
a) Ihram disertai niat
b) Wuquf (berhenti) di Arafah. Kecuali ibadah umrah, tidak di adakan
wuquf di Arafah
c) Thawaf di Baitullah
d) Sa’i antara Shafa dan Marwah
e) Bercukur untuk tahallul
f) Tertib
3. Wajib Haji
a) Berniat di Miqat. Yaitu tempat yang sudah di tentukan memulai niat
haji.
b) Bermalam di Muzdalifah pada malam tanggal 10 Zulhidjah yang
dilakukan sesudah mengerjakan wukuf di Arafah.
c) Meluntar jumrah aqabah di Mina sebanyak tujuh kali dengan batu pada
tanggal 10 Zulhidjah.
d) Bermalam di Mina tanggal 11, 12, dan 13 Zulhidjah.
e) Meluntar jumrah ula, jumrah wustah, dan jumrah aqabah pada tanggal
11, 12, dan 13 Zulhidjah tujuh kali.
f) Meninggalkan segala yang di haramkan dalam waktu mengerjakan
ibadah haji.
B. Hukum Pelaksanaan Haji
Hukum melaksanakan haji adalah wajib bagi setiap muslim yang mampu,
sesuai dengan firman Allah dalam Surah Ali Imran Ayat 97. Ibadah haji, fardhu
adalah sesuatu yang apabila tidak dikerjakan sesuai ketentuannya, maka ibadah
haji tidak sah; seperti tidak melakukan wukuf di ‘Arafah. Wajib dalam ibadah haji
atau umrah adalah sesuatu yang jika diabaikan secara keseluruhan, atau tidak
memenuhi sya-ratnya maka haji atau umrah tetap sah, tetapi orang yang
bersangkutan harus melaksanakan sanksi yang telah ditetapkan. Misalnya, kewa-
jiban melempar jumroh, bila ia diabaikan, maka ia harus diganti dengan
membayar dam (denda). Sesuatu yang sunnah bila dilakukan, atau sesuatu yang
makruh, jika ditinggalkan dapat mendukung kesempurnaan ibadah haji dan
umrah. Sedang sesuatu yang mubah, tidak berdampak apa pun terhadap ibadah.
4
C. Macam-macam dan Tatacara Pelaksanaan Haji
1. Haji Tamattu’
Haji tamattu’ adalah melaksanakan ibadah umrah terlebih dahulu dan setelah
itu baru melakukan ibadah haji3. Jenis haji ini biasanya dilaksanakan oleh jamaah
haji Indonesia karena dianggap lebih mudah dari pada haji ifrad dan haji qiran.
Kemudian, pada tanggal 8 Dzulhijjah, harus berihram kembali dari tempat tinggal
atau pemondokan dengan niat untuk berhaji:
3
Umi Aqilla, Buku Pintar Tuntunan Haji & Umrah, (Jakarta: Al-Magfirah,2012), h. 27.
4
Moh. Nafi’ CH, Haji dan Umrah; Sebuah Cermin Hidup, Editor: Andriansyah
Syihabuddin, dkk, (---: Emir, 2015), h. 98.
5
Dzulhijjah dan kemudian memotong rambut sebagai tanda sudah Tahallul Awal
dan seluruh larangan haji telah gugur, kecuali bersetubuh, bercumbu rayu,
menikah dan menikahkan. Setelah itu menuju Masjidil Haram untuk Thawaf
Ifadhah dan sa’i dengan demikian sudah bertahallul Tsani (kedua atau terakhir),
sehingga seluruh larangan haji telah gugur. Bagi jamaah yang memilih cara
Tamattu’ dalam pelaksanaan ibadah hajinya, dia wajib membayar dam Nusuk,
yaitu menyembelih kambing. Kalau tidak mampu karena kehabisan bekal (uang)
maka berpuasa 10 hari (3 hari di Tanah Suci dan 7 hari di Tanah Air)5.
2. Haji Ifrad
Haji ifrad ini adalah kebalikan dari haji tamattu’, yaitu dengan
mengerjakan haji terlebih dahulu lalu mengerjakan umrah. Jamaah yang
melaksanakan haji ini tidak diwajibkan membayar dam6. Pelaksanaan haji dengan
cara ifrad ini menjadi pilihan bagi jamaah haji Indonesia gelombang II yang
datang ke Makkah sudah mendekati waktu wukuf.
5
Djamaluddin Dimjati, Panduan Ibadah..., h.55-56
6
M. Ali Nursidi, dkk., (ed.), Segala Hal..., h. 19.
6
pelaksanaan haji ifrad ini sejak dari Wuquf sampai selesai, sama dengan
pelaksanaan haji tamattu’7.
3. Haji Qiran
Pelaksanaan ibadah haji dengan cara qiran adalah pelaksanaan ibadah haji
dan ibadah umrah bersama-sama9. Bagi yang memilih cara haji qiran ini, dia
terkena peraturan untuk membayar dam, berupa menyembelih seekor kambing
(dam nusuk)10. Niatnya adalah sebagai berikut:
7
Djamaluddin Dimjati, Panduan Ibadah..., h. 60.
8
Djamaluddin Dimjati, Panduan Ibadah..., h. 61.
9
Djamaluddin Dimjati, Panduan Ibadah..., h. 25.
10
Djamaluddin Dimjati, Panduan Ibadah..., h. 64.
7
Ifadhah nanti tidak perlu Sa’i lagi. Jika tanpa Sa’i, nanti pada saat Thawaf Ifadhah
harus diikuti dengan Sa’i. Selesai Thawaf Qudum tidak boleh bertahallul. Untuk
kegiatan selanjutnya yang berupa amal perbuatan maupun bacaan, pada
pelaksanaan haji qiran ini, sejak dari Wuquf sampai selesai sama dengan pada
pelaksanaan haji tamattu’11.
Beberapa perbedaan haji dan umroh akan dijelaskan pada poin-poin yang
ada di bawah ini.
1. Rukun Ibadah
Perbedaan haji dan umroh yang pertama adalah dilihat dari rukun ibadah.
Rukun ibadah haji adalah niat ihram, wukuf di Arafah, tawaf, sai dan memotong
rambut. Sedangkan rukun pada ibadah umroh terletak pada tidak adanya rukun
wukuf di padang Arafah.
Adanya rukun dalam ibadah juga menjadi syarat keabsahan ibadah yang dilakukan.
Hal tersebut juga berlaku pada ibadah haji dan ibadah umroh. Rukun pada ibadah
haji dan ibadah umroh bisa dinilai batal ketika tidak bisa dilakukan dan tidak diganti
dengan denda.
2. Waktu Pelaksanaan
Seperti yang dijelaskan sebelumnya ibadah haji hanya dilakukan pada bulan
haji. Artinya ibadah haji bisa dilakukan berdasarkan waktu yang telah ditetapkan
oleh syara’. Selain itu ibadah haji juga dilaksanakan satu kali dalam satu tahun.
Umumnya ibadah haji akan dilaksanakan mulai bulan Syawal hingga hari raya Idul
Adha. Hal tersebut juga dijelaskan pada hadits riwayat bukhari yang diterangkan
11
Djamaluddin Dimjati, Panduan Ibadah..., h. 64.
8
oleh Abdullah bin Umar, “Bulan-bulan haji adalah Syawal, Zul Qa’dah, dan 10 hari
(pertama) Zulhijjah.” (HR. Bukhari).
Lalu untuk ibadah umroh bisa dilakukan tanpa ada keterikatan oleh waktu. Artinya
ibadah umroh bisa dilakukan kapanpun atau bisa dilakukan sepanjang tahun.
3. Hukum Ibadah
Perbedaan haji dan umroh yang berikutnya dilihat berdasarkan hukum
ibadahnya. Pada hukum haji wajib dilakukan bagi yang mampu. Ibadah haji
merupakan rukun islam kelima yang hukumnya wajib dilakukan umat muslim bagi
yang memenuhi syarat. Hal tersebut juga sudah dijelaskan pada firman Allah.
“Menunaikan ibadah haji adalah kewajiban terhadap Allah, yaitu bagi mereka yang
mampu mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barang siapa mengingkari kewajiban
haji ini, maka sesungguhnya Allah adalah Tuhan Yang Maha Kaya yang tidak
memerlukan sesuatu apapun dari semesta alam.” (QS. Ali Imron: 97)
Sedangkan untuk hukum ibadah umroh adalah Sunnah. Ibadah umroh dapat dinilai
sebagai penyempurna ibadah yang selayaknya dilakukan oleh umat Islam. Akan
tetapi pada hukum ibadah umroh juga memiliki perbedaan pendapat. Pada mazhab
Hanafi dan Maliki, ibadah umroh merupakan sunnah. Namun pada mazhab Syafi’i
dan Hanbali, ibadah umroh memiliki hukum wajib.12
12
https://www.gramedia.com/literasi/perbedaan-haji-dan-umroh/ (diakses 2/4/2023)
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masalah pelaksanaan Haji dan Umroh adalah masalah yang penting, karena
termasuk dari bagian rukun Islam yang ke lima. Pelaksaan ibadah Haji dan
Umroh haruslah sesuai dengan tata cara yang telah diatur dalam syari’at Islam
dalam hal ini seseorang yang ingin melaksanakan ibadah Haji dan Umroh
haruslah mengetahui Rukun, Syarat, sesuatu yang diwajibkan dalam Ibadah Haji
dan Umroh serta kesunnahan-kesunnahannya.
Tata cara pelaksanaan haji harus sesuai dengan syarat, rukun, wajib dan
sunnat haji. Islam, Syarat haji diantaranya: Baligh, Berakal, Merdeka,
Kekuasaan (mampu} sedangkan Rukun Haji adalah: Ihram yaitu berpakaian
ihram, dan niyat ihram dan haji, Wukuf di Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah;
Thawaf, Sa'i, Tahallul dan Tertib atau berurutan. Yang bertujuan agar hajinya
sah dan di terima Allah SWT.
B. Saran
10
DAFTAR PUSTAKA
Aqilla Umi, (2012). Buku Pintar Tuntunan Haji & Umrah. Jakarta: Al-
Magfirah.
Azzam Abdul Aziz Muhammad dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, (2009).
Fiqh Ibadah, Jakarta: Amzah.
Dimjati Djamaluddin, Panduan Ibadah.
Dimjati Djamaluddin, (2011). Panduan Ibadah Haji dan Umroh Lengkap, Solo:
PT Era Adicitra Intermedia.
M. Ali Nursidi, dkk., (ed.), Segala.
Nafi’Moh. CH, (2015), Haji dan Umrah; Sebuah Cermin Hidup, Editor:
Andriansyah Syihabuddin, dkk.
https://www.gramedia.com/literasi/perbedaan-haji-dan-umroh/ (diakses
2/4/2023)
11