Anda di halaman 1dari 14

HAJI

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Fikih


Jurusan Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Adab
dan Humaniora UIN Alauddin Makassar

Oleh:

Qayyim Al-Faqih : 40100122079


Putri Amaliah : 40100122080
Nusaibah Isba Suardi : 40100122081

FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA ARAB


UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2022

i
KATA PENGANTAR

Segala puji milik Allah yang Esa. Berkat limpahan karunia nikmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Haji” dengan lancar.

Penyusunan makalah ini dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Fikih
yang diampu oleh Bapak Dr. Abd Rahman R, M.Ag. Proses penyusunannya tak
lepas dari masukan berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ucapkan terima kasih atas
bimbingannya.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini,


baik dari segi tanda baca, tata bahasa maupun isi. Sehingga penulis terbuka dalam
menerima segala kritik saran yang membangun dari pembaca.

Gowa, April 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ i

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1

A. Latar Belakang .......................................................................................1


B. Rumusan masalah...................................................................................1
C. Tujuan ...................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................3

A. Pengertian Haji .......................................................................................3


B. Hukum Pelaksanaan Haji .......................................................................4
C. Macam-macam dan Tatacara Pelaksanaan Haji .....................................5
D. Perbedaan Haji dan Umrah ...................................................................8

BAB III PENUTUP ...............................................................................................10

A. Kesimpulan .........................................................................................10
B. Saran .....................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Agama Islam bertugas mendidik dzahir manusia, mensucikan jiwa manusia,


dan membebaskan diri manusia dari hawa nafsu. Dengan ibadah yang tulus ikhlas
dan aqidah yang murni sesuai kehendak Allah, insya Allah akan menjadi orang
yang beruntung. Ibadah dalam agama Islam banyak macamnya. Haji dan umroh
adalah salah satunya. Haji merupakan rukun iman yang kelima setelah syahadat,
sholat, zakat, dan puasa. Ibadah haji adalah ibadah yang baik karena tidak hanya
menahan hawa nafsu dan menggunakan tenaga dalam mengerjakannya, namun
juga semangat dan harta.

Rukun Islam yang terakhir adalah naik haji ke Baitullah. Maksudnya adalah
berkunjung ke tanah suci (Baitullah) untuk melaksanakan serangkaian amal ibadah
sesuai dengan syarat, rukun, dan waktu yang telah ditentukan. Ibadah haji
ditentukan kepada muslim yang mampu. Pengertian mampu atau kuasa yaitu
mempunyai bekal yang cukup untuk pergi dan bekal bagi keluarga yang
ditinggalkannya. Sama halnya dengan umrah yang dapat dilakukan pada bulan-
bulan lain selain bulan Zulhijah. Haji dan umrah merupakan suatu kegiatan rohani
yang di dalamnya terdapat pengorbanan, ungkapan rasa syukur, berbuat kebajikan
dengan kerelaan hati, melaksanakan perintah Allah, serta mewujud-kan pertemuan
besar dengan umat Islam lainnya di seluruh dunia.

Dalam mengerjakan haji, diperlukan penem-puhan jarak yang demikian


jauh untuk men-capai Baitullah, dengan segala kesukaran dan kesulitan dalam
perjalanan, berpisah dengan sanak keluarga hanya dengan satu tujuan untuk
mencapai kepuasan batin dan kenikmatan rohani.

Haji dan Umrah, adalah kewajiban bagi setiap muslim yang berakal dan
memiliki kemampuan, namun dari kalangan umum seperti petani, pedagang,
pegawai negeri bahkan para pengusaha sukses pun masih ada yang belum mengerti
tentang Haji dan Umrah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian haji?
2. Bagaimana hukum pelaksanaan haji?
3. Ada berapa macam dan bagaimana tatacara pelaksanaan haji?
4. Apa perbedaan haji dan umrah?

1
C. Tujuan
1. Untuk menjelaskan pengertian haji
2. Untuk menjelaskan hukum pelaksanaan haji
3. Untuk menjelaskan macam-macam dan tatacara pelaksanaan haji
4. Untuk menjelaskan perbedaan haji dan umrah

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Haji
Arti kata haji berasal dari bahasa Arab hajja-yahujju-hujjan, yang berarti
qoshada, yakni bermaksud atau berkunjung. Sedangkan dalam istilah agama, haji
adalah sengaja berkunjung ke Baitullah Al-Haram (Ka’bah) di Makkah Al-
Mukarromah untuk melakukan serangkaian amalan yang telah diatur dan
ditetapkan oleh Allah SWT sebagai ibadah dan persembahan dari hamba kepada
Tuhan1. Haji adalah sengaja mengunjungi Baitullah untuk melakukan serangkaian
ibadah ditempat-tempat tertentu pada waktutertentu dan cara-cara tertentu dengan
mengharap ridha Allah SWT.

Tempat-tempat tertentu yang dimaksud adalah ka’bah diMakkah, Shafa dan


Marwa, Muzdalifah, dan Arafah. Sedangkan aktivitas tertentunya adalah ihram,
thawaf, sa’i, dan wukuf di Arafah. Sementara waktu tertentunya adalah bulan
Syawwal, Dzul Qa’dah, dan 10 hari pertama Dzulhijjah2.

Dari berbagai penjelasan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa haji adalah
sengaja mengunjungi Baitullah (Ka’bah) untuk mengerjakan ibadah dengan cara,
tempat, dan dalam waktu tertentu.

1. Syarat-Syarat dalam Haji

a) Islam
b) Baligh
c) Berakal
d) Merdeka
e) Mampu atau kuasa

1
Djamaluddin Dimjati, Panduan Ibadah Haji dan Umroh Lengkap, (Solo:PT Era Adicitra
Intermedia, 2011), h. 3.
2
Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, FiqhIbadah,
(Jakarta: Amzah, 2009), h. 482.

3
2. Rukun-Rukun dalam Haji
a) Ihram disertai niat
b) Wuquf (berhenti) di Arafah. Kecuali ibadah umrah, tidak di adakan
wuquf di Arafah
c) Thawaf di Baitullah
d) Sa’i antara Shafa dan Marwah
e) Bercukur untuk tahallul
f) Tertib
3. Wajib Haji
a) Berniat di Miqat. Yaitu tempat yang sudah di tentukan memulai niat
haji.
b) Bermalam di Muzdalifah pada malam tanggal 10 Zulhidjah yang
dilakukan sesudah mengerjakan wukuf di Arafah.
c) Meluntar jumrah aqabah di Mina sebanyak tujuh kali dengan batu pada
tanggal 10 Zulhidjah.
d) Bermalam di Mina tanggal 11, 12, dan 13 Zulhidjah.
e) Meluntar jumrah ula, jumrah wustah, dan jumrah aqabah pada tanggal
11, 12, dan 13 Zulhidjah tujuh kali.
f) Meninggalkan segala yang di haramkan dalam waktu mengerjakan
ibadah haji.
B. Hukum Pelaksanaan Haji

Hukum melaksanakan haji adalah wajib bagi setiap muslim yang mampu,
sesuai dengan firman Allah dalam Surah Ali Imran Ayat 97. Ibadah haji, fardhu
adalah sesuatu yang apabila tidak dikerjakan sesuai ketentuannya, maka ibadah
haji tidak sah; seperti tidak melakukan wukuf di ‘Arafah. Wajib dalam ibadah haji
atau umrah adalah sesuatu yang jika diabaikan secara keseluruhan, atau tidak
memenuhi sya-ratnya maka haji atau umrah tetap sah, tetapi orang yang
bersangkutan harus melaksanakan sanksi yang telah ditetapkan. Misalnya, kewa-
jiban melempar jumroh, bila ia diabaikan, maka ia harus diganti dengan
membayar dam (denda). Sesuatu yang sunnah bila dilakukan, atau sesuatu yang
makruh, jika ditinggalkan dapat mendukung kesempurnaan ibadah haji dan
umrah. Sedang sesuatu yang mubah, tidak berdampak apa pun terhadap ibadah.

4
C. Macam-macam dan Tatacara Pelaksanaan Haji

1. Haji Tamattu’
Haji tamattu’ adalah melaksanakan ibadah umrah terlebih dahulu dan setelah
itu baru melakukan ibadah haji3. Jenis haji ini biasanya dilaksanakan oleh jamaah
haji Indonesia karena dianggap lebih mudah dari pada haji ifrad dan haji qiran.

Berihram dari miqat dengan niat untuk berumrah saja:

‫لبيك اللهما عمرة‬


“Aku memenuhi panggilan-Mu ya Allah untuk melakukan umrah.”

Setibanya di Makkah langsung melaksanakan Thawaf Qudum atau thawaf


awal kedatangan, lalu diteruskan dengan menegrjakan sa’i, dan diakhiri dengan
tahallul. Setelah itu jamaah boleh melepaskan pakaian ihram dan terbebas dari
larangan-larangan ihram4.

Kemudian, pada tanggal 8 Dzulhijjah, harus berihram kembali dari tempat tinggal
atau pemondokan dengan niat untuk berhaji:

‫لبيك اللهم حجا‬

“Aku memenuhi panggilan-Mu ya Allah untuk melakukan haji.”

Selanjutnya, berangkat ke Arafah untuk melaksanakan wuquf yang jatuh


setelah tergelincirnya matahari tanggal 9 Dzulhijjah. Setelah shalat magrib dan
isya’ dengan dijama’, lalu berangkat ke Muzdalifah untuk Mabit di sana. Selama
mabit di Muzdalifah, jamaah haji bisa mencari kerikil untuk melontar jamrah
Aqobah sebanyak 7-10 butir. Jika melontar jamrah sampai tanggal 13 Dzulhijjah
maka jumlah kerikil yang dikumpulkan sebanyak 70 butir kerikil. Lewat tengah
malam jamaah haji akan diberangkatkan lagi menuju ke kemah di Mina untuk
melaksanakan melontar jamrah. Melempar Jumrah Aqabah pada tanggal 10

3
Umi Aqilla, Buku Pintar Tuntunan Haji & Umrah, (Jakarta: Al-Magfirah,2012), h. 27.
4
Moh. Nafi’ CH, Haji dan Umrah; Sebuah Cermin Hidup, Editor: Andriansyah
Syihabuddin, dkk, (---: Emir, 2015), h. 98.

5
Dzulhijjah dan kemudian memotong rambut sebagai tanda sudah Tahallul Awal
dan seluruh larangan haji telah gugur, kecuali bersetubuh, bercumbu rayu,
menikah dan menikahkan. Setelah itu menuju Masjidil Haram untuk Thawaf
Ifadhah dan sa’i dengan demikian sudah bertahallul Tsani (kedua atau terakhir),
sehingga seluruh larangan haji telah gugur. Bagi jamaah yang memilih cara
Tamattu’ dalam pelaksanaan ibadah hajinya, dia wajib membayar dam Nusuk,
yaitu menyembelih kambing. Kalau tidak mampu karena kehabisan bekal (uang)
maka berpuasa 10 hari (3 hari di Tanah Suci dan 7 hari di Tanah Air)5.

2. Haji Ifrad

Haji ifrad ini adalah kebalikan dari haji tamattu’, yaitu dengan
mengerjakan haji terlebih dahulu lalu mengerjakan umrah. Jamaah yang
melaksanakan haji ini tidak diwajibkan membayar dam6. Pelaksanaan haji dengan
cara ifrad ini menjadi pilihan bagi jamaah haji Indonesia gelombang II yang
datang ke Makkah sudah mendekati waktu wukuf.

Berihram dari miqat dengan niat untuk berhaji:


‫لبيك اللهم حجا‬

“Aku memenuhi panggilan-Mu ya Allah untuk melakukan haji.”

Setibanya di Makkah langsung melaksanakan Thawaf Qudum. Setelah


Thawaf Qudum selesai, boleh dilanjutkan dengan Sa’i. Bila dilanjut dengan Sa’i,
maka sa’inya sudah termasuk sa’i haji, sehingga pada waktu Thawaf Ifadhah
kelak, tidak perlu sa’i lagi. Setelah Thawaf Qudum usai, baik berlanjut dengan sa’i
atau tidak, jangan diakhiri dengan potong rambut, karena bisa terkena dam. Untuk
kegiatan selanjutnya, baik berupa amalan perbuatan maupun bacaan pada

5
Djamaluddin Dimjati, Panduan Ibadah..., h.55-56
6
M. Ali Nursidi, dkk., (ed.), Segala Hal..., h. 19.

6
pelaksanaan haji ifrad ini sejak dari Wuquf sampai selesai, sama dengan
pelaksanaan haji tamattu’7.

Setelah selesai melaksanakan seluruh rangkaian ibadah haji dengan baik


dan kembali ke Maktab untuk beristirahat secukupnya, selanjutnya bersiap-siap
untuk melaksanakan ibadah umrah. Niat umrah di Miqat Makani umrah:

‫لبيك اللهم عمرة‬

“Aku memenuhi panggilan-Mu ya Allah untuk melakukan umrah.”

Masuk Masjidil Haram lalu mengerjakan thawaf umrah dengan sunnah-


sunnahnya. Sa’i dan diakhiri dengan Tahallul. Dengan potong rambut tersebut,
berarti selesailah seluruh rangkaian ibadah umrah dan sudah bertahallul, sehingga
semua larangan sudah tidak berlaku lagi8.

3. Haji Qiran

Pelaksanaan ibadah haji dengan cara qiran adalah pelaksanaan ibadah haji
dan ibadah umrah bersama-sama9. Bagi yang memilih cara haji qiran ini, dia
terkena peraturan untuk membayar dam, berupa menyembelih seekor kambing
(dam nusuk)10. Niatnya adalah sebagai berikut:

‫لبيك اللهم حجا و عمرة‬

“Aku memenuhi panggilan-Mu ya Allah untuk melakukan haji dan umrah.”

Setibanya di Makkah langsung melakukan Thawaf Qudum, boleh


dilanjutkan dengan Sa’i atau tanpa Sa’i. Bila diteruskan dengan Sa’i, maka Sa’i
tersebut dihitung sebagai Sa’i untuk haji dan umrah, sehingga pada saat Thawaf

7
Djamaluddin Dimjati, Panduan Ibadah..., h. 60.
8
Djamaluddin Dimjati, Panduan Ibadah..., h. 61.
9
Djamaluddin Dimjati, Panduan Ibadah..., h. 25.
10
Djamaluddin Dimjati, Panduan Ibadah..., h. 64.

7
Ifadhah nanti tidak perlu Sa’i lagi. Jika tanpa Sa’i, nanti pada saat Thawaf Ifadhah
harus diikuti dengan Sa’i. Selesai Thawaf Qudum tidak boleh bertahallul. Untuk
kegiatan selanjutnya yang berupa amal perbuatan maupun bacaan, pada
pelaksanaan haji qiran ini, sejak dari Wuquf sampai selesai sama dengan pada
pelaksanaan haji tamattu’11.

D. Perbedaan Haji dan Umrah

Beberapa perbedaan haji dan umroh akan dijelaskan pada poin-poin yang
ada di bawah ini.

1. Rukun Ibadah
Perbedaan haji dan umroh yang pertama adalah dilihat dari rukun ibadah.
Rukun ibadah haji adalah niat ihram, wukuf di Arafah, tawaf, sai dan memotong
rambut. Sedangkan rukun pada ibadah umroh terletak pada tidak adanya rukun
wukuf di padang Arafah.

Adanya rukun dalam ibadah juga menjadi syarat keabsahan ibadah yang dilakukan.
Hal tersebut juga berlaku pada ibadah haji dan ibadah umroh. Rukun pada ibadah
haji dan ibadah umroh bisa dinilai batal ketika tidak bisa dilakukan dan tidak diganti
dengan denda.

2. Waktu Pelaksanaan
Seperti yang dijelaskan sebelumnya ibadah haji hanya dilakukan pada bulan
haji. Artinya ibadah haji bisa dilakukan berdasarkan waktu yang telah ditetapkan
oleh syara’. Selain itu ibadah haji juga dilaksanakan satu kali dalam satu tahun.

Umumnya ibadah haji akan dilaksanakan mulai bulan Syawal hingga hari raya Idul
Adha. Hal tersebut juga dijelaskan pada hadits riwayat bukhari yang diterangkan

11
Djamaluddin Dimjati, Panduan Ibadah..., h. 64.

8
oleh Abdullah bin Umar, “Bulan-bulan haji adalah Syawal, Zul Qa’dah, dan 10 hari
(pertama) Zulhijjah.” (HR. Bukhari).

Lalu untuk ibadah umroh bisa dilakukan tanpa ada keterikatan oleh waktu. Artinya
ibadah umroh bisa dilakukan kapanpun atau bisa dilakukan sepanjang tahun.

3. Hukum Ibadah
Perbedaan haji dan umroh yang berikutnya dilihat berdasarkan hukum
ibadahnya. Pada hukum haji wajib dilakukan bagi yang mampu. Ibadah haji
merupakan rukun islam kelima yang hukumnya wajib dilakukan umat muslim bagi
yang memenuhi syarat. Hal tersebut juga sudah dijelaskan pada firman Allah.

“Menunaikan ibadah haji adalah kewajiban terhadap Allah, yaitu bagi mereka yang
mampu mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barang siapa mengingkari kewajiban
haji ini, maka sesungguhnya Allah adalah Tuhan Yang Maha Kaya yang tidak
memerlukan sesuatu apapun dari semesta alam.” (QS. Ali Imron: 97)

Sedangkan untuk hukum ibadah umroh adalah Sunnah. Ibadah umroh dapat dinilai
sebagai penyempurna ibadah yang selayaknya dilakukan oleh umat Islam. Akan
tetapi pada hukum ibadah umroh juga memiliki perbedaan pendapat. Pada mazhab
Hanafi dan Maliki, ibadah umroh merupakan sunnah. Namun pada mazhab Syafi’i
dan Hanbali, ibadah umroh memiliki hukum wajib.12

12
https://www.gramedia.com/literasi/perbedaan-haji-dan-umroh/ (diakses 2/4/2023)

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Masalah pelaksanaan Haji dan Umroh adalah masalah yang penting, karena
termasuk dari bagian rukun Islam yang ke lima. Pelaksaan ibadah Haji dan
Umroh haruslah sesuai dengan tata cara yang telah diatur dalam syari’at Islam
dalam hal ini seseorang yang ingin melaksanakan ibadah Haji dan Umroh
haruslah mengetahui Rukun, Syarat, sesuatu yang diwajibkan dalam Ibadah Haji
dan Umroh serta kesunnahan-kesunnahannya.
Tata cara pelaksanaan haji harus sesuai dengan syarat, rukun, wajib dan
sunnat haji. Islam, Syarat haji diantaranya: Baligh, Berakal, Merdeka,
Kekuasaan (mampu} sedangkan Rukun Haji adalah: Ihram yaitu berpakaian
ihram, dan niyat ihram dan haji, Wukuf di Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah;
Thawaf, Sa'i, Tahallul dan Tertib atau berurutan. Yang bertujuan agar hajinya
sah dan di terima Allah SWT.
B. Saran

Bagi semua umat Islam khususnya mahasiswa untuk lebih memahami


tentang Haji lebih mendalam agar bertambah pula pengetahuan dan Iman kita.
Dan mengamalkan kepada orang-orang Islam khususnya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Aqilla Umi, (2012). Buku Pintar Tuntunan Haji & Umrah. Jakarta: Al-
Magfirah.
Azzam Abdul Aziz Muhammad dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, (2009).
Fiqh Ibadah, Jakarta: Amzah.
Dimjati Djamaluddin, Panduan Ibadah.
Dimjati Djamaluddin, (2011). Panduan Ibadah Haji dan Umroh Lengkap, Solo:
PT Era Adicitra Intermedia.
M. Ali Nursidi, dkk., (ed.), Segala.
Nafi’Moh. CH, (2015), Haji dan Umrah; Sebuah Cermin Hidup, Editor:
Andriansyah Syihabuddin, dkk.
https://www.gramedia.com/literasi/perbedaan-haji-dan-umroh/ (diakses
2/4/2023)

11

Anda mungkin juga menyukai