DISUSUN OLEH:
1.IBNU MAS’UD
2.KARIN NUR AZIZAH
Parung, 20 September
2018
Penyusun
Kelompok 11
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………….I
DAFTAR ISI …………..…………………………………...................................................I
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………………….!
1.1 LATAR BELAKANG ……………………………………………………………….I
1.2 RUMUSAN MASALAH…………………………………………………………….I
1.3 TUJUAN DAN MANFAAT ……………………………………………………….I
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………..II
2.1 PENGERTIAN HAJI……………………………………………………..................III
2.2 JENIS DAN MACAM HAJI …………………………………………………………II
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………..7
3.1 KESIMPULAN ……………………………………………………………………….7
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………7
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Ibadah haji adalah rukun islam kelima setelah syahadat,shalat zakat dan puasa yang
wajib di laksanakan oleh setiap orang islam yang memenuhi syariat istitah,baik secara
finansial ,fisik ,maupun mental dan merupakan ibadah yang hanya wajib dilakukangsa
sekali seumur hidup.ibadah haji adalah bentuk ritual tahunan yang dilaksanakan kaum
muslim sedunia dengan berkunjung dan melaksanakan beberapa kegiatan di bberapa
tempat di arab Saudi pada suatu waktu yang dikenal sebagai musim haji (bulan
dzulhijjah).hal ini berbeda dengan ibadah umroh yang bisa dilaksanakan sewaktu-
waktu.Dalam penyelengaraanya,ibadah haji tidak saja hanya merupakan kewajiban
agama yang merupakan tanggung jawab individu ataupun masyarakat
umum,melainkan merupakan tugas nasional dan menyangkut martabat serta nama
baik bangsa oleh karena itu kegiatan penyelenggaraan ibadah haji menjadi tanggung
jawab pemerintah.namun partisipasi masyarakat merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari system dan management penyelenggaraan ibadah haji.Untuk
menunjang pelaksanaan pemberangkatan dari tanah air dan pelaksanaan
pemberangkatan dari tanah air dan pelaksanaan ibadah haji di arab Saudi,pemerintah
bahkan telah membuat berbagai macam kebijakan dan aturan petunjuk operasional
pelaksanaan pengurusan jamaah di daerah-daerah .Undang-Undang bahkan mengatur
secara tegas management pelayanan dan administrasi pelaksanaan ibadah haji di tanah
air namun demikian professional
BAB II
PEMBAHASAN
Artinya:
Aku penuhi panggilan-Mu ya Allah untuk berhaji.
5. Ketika tiba di Mekah
Jamaah haji ifrad ketika tiba di Mekah disunahkan melaksanakan tawaf
qudum (barudatang). Tawaf ini bukan tawaf umrah dan bukan tawaf haji. Tawaf
qudum bagi jamaah haji ifrad boleh dilanjutkan dengan sai atau tidak dengan sai.
Apabila tawaf dilanjutkan dengan sai, sainya sudah termasuk sai haji sehingga
pada waktu tawaf ifadah (rukun haji) tidak perlu lagi melakukan sai. Setelah
melakukan tawaf qudum, jamaah haji ifrad tidak diakhiri dengan tahalul sampai
selesai semua kegiatan haji. Hal itu dikarenakan pada waktu memakai ihram
diniatkan ibadah haji. Selanjutnya, menunggu waktu wukuf di Arafah pada
tanggal 9 Zulhijah.
Adapun urutan kegiatan dan doa pada pelaksanaan haji ifrad, sejak dari
wukuf sampai tawaf ifadah sama dengan pelaksanaan haji tamattu. Apabila
jamaah haji ifrad hendak melaksanakan umrah, umrah tersebut dilaksanakan
setelah pelaksanaan haji dengan mengambil miqat dari salah satu di antaranya,
yaitu Tan'im atau Ji'ranah atau miqat lainnya. Demikian, uratan tentang
pelaksanaan haji ifrad. Setelah selesai umrah, bagi jamaah haji yang belum ke
Madinah diberangkatkan ke Madinah. Sebelum ke Madinah, jamaah haji
disarankan agar melakukan tawaf (pamitan). Kegiatan jamaah haji di Madinah,
antara lain salat Arbain, ziarah ke tempat-tempat bersejarah, dan melaksanakan
amalan lainnya yang sesuai dengan syarak.
2. Pelaksanaan Haji Tamattu
Haji tamattu adalah melaksanakan umrah lebih dahulu, baru melakukan ibadah
haji. Jamaah haji tamattu, diwajibkan membayar dam nusuk (sesuai ketentuan
manasik). Pelaksanaan haji tamattu dimulai dengan melaksanakan umrah terlebih
dahulu,yaitu:
a. Bersuci (mandi,berwudu)
b. Berpakaian ihram
c. Salat sunah dua rakaat
d. Niat dari miqat dengan mengucapkan
Artinya:
Aku penuhipanggilan-MuyaAllahuntukberhaji
Artinya:
Aku sambut panggilan-Mu Ya Allah untuk berhaji dan umrah
Ketika tiba di Mekah, jamaah haji qirad yang bukan penduduk Mekah
disunahkan mengerjakan tawaf qudum. Tawaf qudum ini bukan tawaf umrah dan
bukan tawaf haji (hukumnya sunah), boleh diteruskan dengan sai atau tidak dengan
sai. Apabila diteruskan dengan sai, sainya sudah termasuk sai haji sehingga pada
waktu tawaf ifadah tidak perlu lagi melakukan sai.
Selesai mengerjakan tawaf qudum, tidak diakhiri dengan tahalul sampai seluruh
kegiatan haji. Adapun kegiatan dan doa pada pelaksanaan haji qirad, sejak dari wukuf
sampai dengan selesai sama dengan pelaksanaan haji tamattu.
Bagi jamaah haji qirad yang belum melaksanakan sai pada tawaf qudum maka ketika
melaksanakan tawaf ifadah harus diteruskan dengan sai. Selanjutnya, pada waktu
akan meninggalkan Mekah, jamaah haji qirad hendaklah melakukan tawaf wadak.
Bahasan ini sengaja kami susun bagi kaum muslimin yang akan
menunaikan haji, barangkali tahun ini atau tahun-tahun akan datang. Materi ini
amatlah ringkas, yang kami sarikan dari beberapa buku haji. Semoga kami pun
bisa mengambil manfaat dari apa yang kami susun. Bahasan ini dibagi menjadi
delapan pembahasan:
1. Hukum dan syarat haji
2. Tiga cara manasik haji
3. Rukun haji
4. Wajib haji
5. Larangan ketika ihram
6. Miqot
7. Tata cara manasik haji
8. Kesalahan-kesalahan ketika haji
C. Hukum Haji
Hukum haji adalah fardhu ‘ain, wajib bagi setiap muslim yang mampu, wajibnya sekali
seumur hidup. Haji merupakan bagian dari rukun Islam. Mengenai wajibnya haji telah
disebutkan dalam Al Qur’an, As Sunnah dan ijma’ (kesepakatan para ulama).
1. Dalil Al Qur’an
Allah Ta’ala berfirman,
َع إِلَ ْي ِه َسبِياًل َو َم ْن َكفَ َر فَإ ِ َّن هَّللا َ َغنِ ٌّي َع ِن ْال َعالَ ِمين cِ اس ِح ُّج ْالبَ ْي
َ ت َم ِن ا ْستَطَا ِ َّ َوهَّلِل ِ َعلَى الن
“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang
sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban
haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta
alam.” (QS. Ali Imron: 97). Ayat ini adalah dalil tentang wajibnya haji. Kalimat dalam
ayat tersebut menggunakan kalimat perintah yang berarti wajib. Kewajiban ini dikuatkan
lagi pada akhir ayat (yang artinya), “Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka
sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam”. Di
sini, Allah menjadikan lawan dari kewajiban dengan kekufuran. Artinya, meninggalkan
haji bukanlah perilaku muslim, namun perilaku non muslim.
2. Dalil As Sunnah
Dari Ibnu ‘Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
َ َو، َو ْال َح ِّج، َوإِيتَا ِء ال َّز َكا ِة، صالَ ِة
صوْ ِم َّ َوإِقَ ِام الc، ِ س َشهَا َد ِة أَ ْن الَ إِلَهَ إِال َّ هَّللا ُ َوأَ َّن ُم َح َّمدًا َرسُو ُل هَّللا
ٍ بُنِ َى ا ِإل ْسالَ ُم َعلَى َخ ْم
َضان
َ َر َم
“Islam dibangun di atas lima perkara: bersaksi tidak ada sesembahan yang berhak
disembah selain Allah dan mengaku Muhammad adalah utusan-Nya, mendirikan shalat,
menunaikan zakat, berhaji dan berpuasa di bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari no. 8 dan
Muslim no. 16). Hadits ini menunjukkan bahwa haji adalah bagian dari rukun Islam. Ini
berarti menunjukkan wajibnya.
Dari Abu Hurairah, ia berkata,
ٍ فَقَا َل َر ُج ٌل أَ ُك َّل ع.» ض هَّللا ُ َعلَ ْي ُك ُم ْال َح َّج فَ ُح ُّجوا
فَقَا َل َرسُو ُلcَام يَا َرسُو َل هَّللا ِ فَ َسكَتَ َحت َّى قَالَهَا ثَالَثًا َ « أَيُّهَا الن َّاسُ قَ ْد فَ َر
ُ « لَوْ قُ ْل-صلى هللا عليه وسلم- ِ هَّللا
ْ َم لَ َو َجبcْ ت نَ َع
ت َولَ َما ا ْستَطَ ْعتُ ْم
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berkhutbah di tengah-tengah kami. Beliau
bersabda, “Wahai sekalian manusia, Allah telah mewajibkan haji bagi kalian, maka
berhajilah.” Lantas ada yang bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah setiap tahun (kami mesti
berhaji)?” Beliau lantas diam, sampai orang tadi bertanya hingga tiga kali.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda, “Seandainya aku mengatakan
‘iya’, maka tentu haji akan diwajibkan bagi kalian setiap tahun, dan belum tentu kalian
sanggup.” (HR. Muslim no. 1337). Sungguh banyak sekali hadits yang menyebutkan
wajibnya haji hingga mencapai derajat mutawatir (jalur yang amat banyak) sehingga kita
dapat memastikan hukum haji itu wajib.