Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Haji; Dasar Pensyari’atan dan Tata Caranya


(fiqih ibadah)
DOSEN PEMBIMBING:
Fitroh Muzayyanah S.Kom, M. Hum

DISUSUN OLEH:

1.IBNU MAS’UD
2.KARIN NUR AZIZAH

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIA


FAKULTAS AGAMA ISLAM
2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul“fiqih
ibadah (Haji; ppensyariatan dan tata caranya)”serta tak lupa pula penulis haturkan
shalawatserta salam kepada junjungan nabi kita Muhammad SAW yang telah membawa kita
dari jaman kebodohan menuju jaman yang sekarang ini yakni jaman yang penuh dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Makalah ini dipersiapkan dan di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah serta
menambah wawasan ilmu pengetahuan, di dalam makalah ini penulis menyadari bahwa
penulisannya masih sangat sederhana dan jauh dari kesempurnaan namun, besar harapan
penulis semoga makalah yang di susun ini bisa bermanfaat. Makalah ini dapat terselesaikan
atas usaha keras penulis dan bantuan rekan rekan dalam diskusi untuk mengisi kekuranganya.
Dalam pembuatan makalah ini penulis sangat menyadari bahwa baik dalam
penyampaian maupun penulisan masih banyak kekurangannya untuk itu saran dan kritik dari
berbagai pihak sangat penulis harapkan untuk penunjang dalam pembuatan makalah penulis
berikutnya.

Parung, 20 September
2018
Penyusun

Kelompok 11
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………….I
DAFTAR ISI …………..…………………………………...................................................I
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………………….!
1.1 LATAR BELAKANG ……………………………………………………………….I
1.2 RUMUSAN MASALAH…………………………………………………………….I
1.3 TUJUAN DAN MANFAAT ……………………………………………………….I
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………..II
2.1 PENGERTIAN HAJI……………………………………………………..................III
2.2 JENIS DAN MACAM HAJI …………………………………………………………II
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………..7
3.1 KESIMPULAN ……………………………………………………………………….7
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………7
BAB I
PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG
Ibadah haji adalah rukun islam kelima setelah syahadat,shalat zakat dan puasa yang
wajib di laksanakan oleh setiap orang islam yang memenuhi syariat istitah,baik secara
finansial ,fisik ,maupun mental dan merupakan ibadah yang hanya wajib dilakukangsa
sekali seumur hidup.ibadah haji adalah bentuk ritual tahunan yang dilaksanakan kaum
muslim sedunia dengan berkunjung dan melaksanakan beberapa kegiatan di bberapa
tempat di arab Saudi pada suatu waktu yang dikenal sebagai musim haji (bulan
dzulhijjah).hal ini berbeda dengan ibadah umroh yang bisa dilaksanakan sewaktu-
waktu.Dalam penyelengaraanya,ibadah haji tidak saja hanya merupakan kewajiban
agama yang merupakan tanggung jawab individu ataupun masyarakat
umum,melainkan merupakan tugas nasional dan menyangkut martabat serta nama
baik bangsa oleh karena itu kegiatan penyelenggaraan ibadah haji menjadi tanggung
jawab pemerintah.namun partisipasi masyarakat merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari system dan management penyelenggaraan ibadah haji.Untuk
menunjang pelaksanaan pemberangkatan dari tanah air dan pelaksanaan
pemberangkatan dari tanah air dan pelaksanaan ibadah haji di arab Saudi,pemerintah
bahkan telah membuat berbagai macam kebijakan dan aturan petunjuk operasional
pelaksanaan pengurusan jamaah di daerah-daerah .Undang-Undang bahkan mengatur
secara tegas management pelayanan dan administrasi pelaksanaan ibadah haji di tanah
air namun demikian professional
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian haji adalah berkunjung ke baitullah


Haji menurut bahasa adalah tujuan,maksud,dan menyengaja.sedangkan secara
istilah adalah menuju kebaitullah pada waktu dan tempat –tempat tertentu untuk
melaksanakan amalan –amalan ibadah yang telah di tentukan syariat islam

B. Jenis-Jenis Pelaksanaan Haji


1. Pelaksanaan Haji Ifrad
Haji Ifrad adalah pelaksanaan haji saja. Jamaah haji yang memilih cara ini
tidak diwajibkan membayar dam. Pelaksanaan haji ifrad biasa dipilih oleh jamaah
haji yang masa waktu wukufnya sudah dekat (kurang lebih) lima hari.
Haji ifrad dapat dilakukan dengan empat cara, yaitu sebagai berikut..
1. Melaksanakan haji saja, tanpa melakukan umrah
2. Melaksanakan haji lebih dahulu baru melakukan umrah.
3. Melaksanakan umrah sebelum bulan-bulan haji, lalu berihram haji pada bulan
haji.
4. Melaksanakan umrah pada bulan-bulan haji, lalu pulang ke tanah air dan
berangkat kembali ke tanah suci untuk melaksanakan haji.
Namun pada umumnya, dikatkana haji ifrad ialah mendahulukan haji
daripada umrah. Artinya melaksanakan haji dahulu dan setelah selesai haji, baru
melaksanakan umrah.
Beberapa perbuatan berikut dilakukan bagi jamaah haji ifrad ketika
melaksanakan haji
1. Bersuci (mandi dan berwudu)
2. Berpakaian ihram
3. Salat sunah dua rakaat
4. Berniat haji dengan mengucapkan
Niat Haji Ifrad:

Artinya:
Aku penuhi panggilan-Mu ya Allah untuk berhaji.
5. Ketika tiba di Mekah
Jamaah haji ifrad ketika tiba di Mekah disunahkan melaksanakan tawaf
qudum (barudatang). Tawaf ini bukan tawaf umrah dan bukan tawaf haji. Tawaf
qudum bagi jamaah haji ifrad boleh dilanjutkan dengan sai atau tidak dengan sai.
Apabila tawaf dilanjutkan dengan sai, sainya sudah termasuk sai haji sehingga
pada waktu tawaf ifadah (rukun haji) tidak perlu lagi melakukan sai. Setelah
melakukan tawaf qudum, jamaah haji ifrad tidak diakhiri dengan tahalul sampai
selesai semua kegiatan haji. Hal itu dikarenakan pada waktu memakai ihram
diniatkan ibadah haji. Selanjutnya, menunggu waktu wukuf di Arafah pada
tanggal 9 Zulhijah.
Adapun urutan kegiatan dan doa pada pelaksanaan haji ifrad, sejak dari
wukuf sampai tawaf ifadah sama dengan pelaksanaan haji tamattu. Apabila
jamaah haji ifrad hendak melaksanakan umrah, umrah tersebut dilaksanakan
setelah pelaksanaan haji dengan mengambil miqat dari salah satu di antaranya,
yaitu Tan'im atau Ji'ranah atau miqat lainnya. Demikian, uratan tentang
pelaksanaan haji ifrad. Setelah selesai umrah, bagi jamaah haji yang belum ke
Madinah diberangkatkan ke Madinah. Sebelum ke Madinah, jamaah haji
disarankan agar melakukan tawaf (pamitan). Kegiatan jamaah haji di Madinah,
antara lain salat Arbain, ziarah ke tempat-tempat bersejarah, dan melaksanakan
amalan lainnya yang sesuai dengan syarak.
2. Pelaksanaan Haji Tamattu
Haji tamattu adalah melaksanakan umrah lebih dahulu, baru melakukan ibadah
haji. Jamaah haji tamattu, diwajibkan membayar dam nusuk (sesuai ketentuan
manasik). Pelaksanaan haji tamattu dimulai dengan melaksanakan umrah terlebih
dahulu,yaitu:
a. Bersuci (mandi,berwudu)
b. Berpakaian ihram
c. Salat sunah dua rakaat
d. Niat dari miqat dengan mengucapkan

Artinya:Aku penuhi panggilan-Mu Ya Allah untuk berumrah


e. Membaca talbiah,selawat dan doa
f. Masuk mekah dan berdoa
g. Masuk masjidil haram, melihat ka'bah dan berdoa
h. Melintasi maqam ibrahim ketika hendak tawaf disunahkan berdoa
i. Tawaf sebanyak tujuh kali putaran
j. Sai dimulai dari Bukit Safa dan berakhir di Bukit Marwah sebanyak tujuh kali
perjalanan
k. Mencukur rambut sebagai tanda selesainya pelaksanaan umrah.Selesai
melaksanakan umrah, jamaah haji tamattu' menunggu tanggal 8 Zulhijah untuk
melaksanakan haji,yaitu: Bersuci(mandi dan berwudu) dan Berpakaian ihram
3. Salat sunahdua rakaat
4. Niat dari miqat dengan mengucapkan

Artinya:
Aku penuhipanggilan-MuyaAllahuntukberhaji

5.Berangkat ke Arafah (tangga l8 Zulhijah)


6.Wukuf di Arafah (tangga l9 Zulhijah)
7.Berangkat ke Muzdalifah setelah matahari terbenam
8.Mabitdi Muzdalifah (malam tanggal 10 Zulhijah)
9.Mabitdi Minauntuk melontar tiga jamrah, dan
10. Kembali ke Mekah untuk melakukan tawaf ifadah,sai,dan tawaf wadak.

5. Pelaksanaan Haji Qirad 


Haji Qirad adalah melaksanakan haji dan umrah di dalam satu niat dan satu
pekerjaan sekaligus. Dalam hal ini, jamaah haji qirad wajib membayar dam
nusuk.  Pelaksanaan haji dengan cara qirad dapat dipilih bagi jamaah haji yang karena
sesuatu hal, ia tidak dapat melaksanakan umrah sebelum dan sesudah hajinya,
termasuk di antaranya jamaah haji yang masa tinggalnya di Mekah sangat terbatas.
Pelaksanaan haji qirad dimulai dengan bersuci (mandi dan berwudu), berpakaian
ihram, salat sunah dua rakaat, niat haji dan umrah dengan mengucapkan

Artinya:
Aku sambut panggilan-Mu Ya Allah untuk berhaji dan umrah
Ketika tiba di Mekah, jamaah haji qirad yang bukan penduduk Mekah
disunahkan mengerjakan tawaf qudum. Tawaf qudum ini bukan tawaf umrah dan
bukan tawaf haji (hukumnya sunah), boleh diteruskan dengan sai atau tidak dengan
sai. Apabila diteruskan dengan sai, sainya sudah termasuk sai haji sehingga pada
waktu tawaf ifadah tidak perlu lagi melakukan sai.
Selesai mengerjakan tawaf qudum, tidak diakhiri dengan tahalul sampai seluruh
kegiatan haji. Adapun kegiatan dan doa pada pelaksanaan haji qirad, sejak dari wukuf
sampai dengan selesai sama dengan pelaksanaan haji tamattu.
Bagi jamaah haji qirad yang belum melaksanakan sai pada tawaf qudum maka ketika
melaksanakan tawaf ifadah harus diteruskan dengan sai. Selanjutnya, pada waktu
akan meninggalkan Mekah, jamaah haji qirad hendaklah melakukan tawaf wadak.
Bahasan ini sengaja kami susun bagi kaum muslimin yang akan
menunaikan haji, barangkali tahun ini atau tahun-tahun akan datang. Materi ini
amatlah ringkas, yang kami sarikan dari beberapa buku haji. Semoga kami pun
bisa mengambil manfaat dari apa yang kami susun. Bahasan ini dibagi menjadi
delapan pembahasan:
1. Hukum dan syarat haji
2. Tiga cara manasik haji
3. Rukun haji
4. Wajib haji
5. Larangan ketika ihram
6. Miqot
7. Tata cara manasik haji
8. Kesalahan-kesalahan ketika haji

C. Hukum Haji
Hukum haji adalah fardhu ‘ain, wajib bagi setiap muslim yang mampu, wajibnya sekali
seumur hidup. Haji merupakan bagian dari rukun Islam. Mengenai wajibnya haji telah
disebutkan dalam Al Qur’an, As Sunnah dan ijma’ (kesepakatan para ulama).
1. Dalil Al Qur’an
Allah Ta’ala berfirman,
َ‫ع إِلَ ْي ِه َسبِياًل َو َم ْن َكفَ َر فَإ ِ َّن هَّللا َ َغنِ ٌّي َع ِن ْال َعالَ ِمين‬ cِ ‫اس ِح ُّج ْالبَ ْي‬
َ ‫ت َم ِن ا ْستَطَا‬ ِ َّ ‫َوهَّلِل ِ َعلَى الن‬
“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang
sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban
haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta
alam.” (QS. Ali Imron: 97). Ayat ini adalah dalil tentang wajibnya haji. Kalimat dalam
ayat tersebut menggunakan kalimat perintah yang berarti wajib. Kewajiban ini dikuatkan
lagi pada akhir ayat (yang artinya), “Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka
sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam”. Di
sini, Allah menjadikan lawan dari kewajiban dengan kekufuran. Artinya, meninggalkan
haji bukanlah perilaku muslim, namun perilaku non muslim.

2. Dalil As Sunnah
Dari Ibnu ‘Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda,
َ ‫ َو‬، ‫ َو ْال َح ِّج‬، ‫ َوإِيتَا ِء ال َّز َكا ِة‬، ‫صالَ ِة‬
‫صوْ ِم‬ َّ ‫ َوإِقَ ِام ال‬c، ِ ‫س َشهَا َد ِة أَ ْن الَ إِلَهَ إِال َّ هَّللا ُ َوأَ َّن ُم َح َّمدًا َرسُو ُل هَّللا‬
ٍ ‫بُنِ َى ا ِإل ْسالَ ُم َعلَى َخ ْم‬
َ‫ضان‬
َ ‫َر َم‬
“Islam dibangun di atas lima perkara: bersaksi tidak ada sesembahan yang berhak
disembah selain Allah dan mengaku Muhammad adalah utusan-Nya, mendirikan shalat,
menunaikan zakat, berhaji dan berpuasa di bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari no. 8 dan
Muslim no. 16). Hadits ini menunjukkan bahwa haji adalah bagian dari rukun Islam. Ini
berarti menunjukkan wajibnya.
Dari Abu Hurairah, ia berkata,
ٍ ‫ فَقَا َل َر ُج ٌل أَ ُك َّل ع‬.» ‫ض هَّللا ُ َعلَ ْي ُك ُم ْال َح َّج فَ ُح ُّجوا‬
‫ فَقَا َل َرسُو ُل‬c‫َام يَا َرسُو َل هَّللا ِ فَ َسكَتَ َحت َّى قَالَهَا ثَالَثًا‬ َ ‫« أَيُّهَا الن َّاسُ قَ ْد فَ َر‬
ُ ‫ « لَوْ قُ ْل‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫هَّللا‬
ْ َ‫م لَ َو َجب‬cْ ‫ت نَ َع‬
‫ت َولَ َما ا ْستَطَ ْعتُ ْم‬
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam  pernah berkhutbah di tengah-tengah kami. Beliau
bersabda, “Wahai sekalian manusia, Allah telah mewajibkan haji bagi kalian, maka
berhajilah.” Lantas ada yang bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah setiap tahun (kami mesti
berhaji)?” Beliau lantas diam, sampai orang tadi bertanya hingga tiga kali.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam  lantas bersabda, “Seandainya aku mengatakan
‘iya’, maka tentu haji akan diwajibkan bagi kalian setiap tahun, dan belum tentu kalian
sanggup.” (HR. Muslim no. 1337). Sungguh banyak sekali hadits yang menyebutkan
wajibnya haji hingga mencapai derajat mutawatir (jalur yang amat banyak) sehingga kita
dapat memastikan hukum haji itu wajib.

3. Dalil Ijma’ (Konsensus Ulama)


Para ulama pun sepakat bahwa hukum haji itu wajib sekali seumur hidup bagi yang mampu.
Bahkan kewajiban haji termasuk perkara al ma’lum minad diini bidh dhoruroh (dengan
sendirinya sudah diketahui wajibnya) dan yang mengingkari kewajibannya dinyatakan  
kafir.

SYARAT WAJIB HAJI


1. Islam
2. Berakal
3. Baligh
4. Merdeka
5. Mampu
Kelima syarat di atas adalah syarat yang disepakati oleh para ulama. Sampai-sampai Ibnu
Qudamah dalam Al Mughni berkata, “Saya tidak mengetahui ada khilaf (perselisihan)
dalam penetapan syarat-syarat ini.” (Al Mughni, 3:164)
Catatan:
1.Seandainya anak kecil berhaji, maka hajinya sah. Namun hajinya tersebut dianggap
haji tathowwu’ (sunnah). Jika sudah baligh, ia masih tetap terkena kewajiban haji. Hal ini
berdasarkan kesepakatan para ulama (baca: ijma’).
1.Syarat mampu bagi laki-laki dan perempuan adalah
1. Mampu dari sisi bekal mencakup kelebihan dari tiga kebutuhan
2. bagi keluarga yang ditinggal dan yang diberi nafkah, tinggal dan
pakaian,
3. Syarat mampu yang khusus bagi perempuan adalah: suami atau mahrom.

SYARAT SAHNYA HAJI


1. Islam
2. Berakal
3. Miqot zamani, artinya haji dilakukan di waktu tertentu (pada bulan
4. bulan haji), tidak di waktu lainnya. ‘Abullah bin ‘Umar, mayoritas sahabat dan
ulama sesudahnya berkata bahwa waktu tersebut adalah
5.Miqot makani, artinya haji (penunaian rukun dan wajib haji) dilakukan di tempat tertentu
yang telah ditetapkan, tidak sah dilakukan tempat
lainnya.Wukuf dilakukan di daerah Arafah. Thowaf dilakukan di sekeliling Ka’bah.Sa’i
dilakukan di jalan antara Shofa dan Marwah. Dan seterusnya.

Anda mungkin juga menyukai