Anda di halaman 1dari 58

KEPUTUSAN

MUSYARAWAH DAERAH (MUSDA)

Majelis Ulama Indonesia Kota Bandung


Periode 2021 – 2026

04 Shafar 1443 H/11 September 2021 M.

Tema:
Sinergitas Ulama-Umaro Menuju Bandung Unggul,
Nyaman, Sejahtera, dan Agamis

BANDUNG
2021
SAMBUTAN PEMBUKAAN
KETUA UMUM MAJELIS ULAMA INDONESIA KOTA BANDUNG

PADA MUSYAWARAH DAERAH KE-X


Bandung, 11 September 2021

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Pertama-tama, marilah kita bersyukur karena pada hari ini, di
saat situasi masih diliputi krisis Pandemi-Covid 19 kita masih dapat
berkumpul untuk bermusyawarah, mendiskusikan secara penuh
kekeluargaan, penuh rasa egalitarianisme, khususnya dalam rangka
Musyawarah Daerah Majelis Ulama Indonesia (Musda-MUI) Kota
Bandung. Selanjutnya atas nama seluruh jajaran Majelis Ulama
Indonesia Kota Bandung, kami haturkan terima kasih yang sedalam-
dalamnya, khususnya kepada para ulama, pemerintah Kota Bandung
serta unsur Muspida lainnya, atas perhatian dan dukungan yang tidak
ternilai, sehingga program demi program selama lima tahun terakhir
dapat kami lalui dengan baik.
Secara khusus kami juga ingin menyampaikan ucapan terima
kasih kepada Bapak Walikota, atas prestasi yang diperoleh, sejumlah
terobosan cerdas yang diambil untuk mewujudkan Bandung yang
Unggul, Nyaman, Sejahtera, dan Agamis, yang didukung oleh
perangkat yang tetap kondusif, yang saya yakin semuanya untuk
kebaikan warga Kota Bandung. Apresiasi juga ingin saya sampaikan
kepada aparat keamanan yang telah berhasil memelihara Bandung tetap
aman dan kondusif.
Kami juga menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya,
khususnya kepada MUI Propinsi Jawa Barat, kepada seluruh pimpinan
Ormas Islam, tokoh masyarakat, panitia, dan seluruh masyarakat Kota
Bandung, atas partisipasi yang sangat besar artinya, khususnya bagi
perjalanan MUI selama lima tahun berjalan.
Pada kesempatan Musda yang akan mengakhiri kepengurusan
masa bakti periode 2016-2021 ini, perkenankan pula kami
menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya, terutama atas
kelalaian kami dalam mengemban amanah, memangku kepemimpinan
MUI Kota Bandung. Kami menyadari sepenuhnya, betapa besar harapan
umat kepada lembaga keulamaan ini. Namun kami juga menyadari
sepenuhnya, kami belum cukup mampu memenuhi harapan tersebut
secara maksimal. Tidak sedikit persoalan yang kami hadapi, mulai dari
keterbatasan waktu yang dimiliki para pengurus, hingga masalah-
masalah eksternal yang seringkali sulit dihindari, perjalanan organisasi
pun kadang menjadi sangat dilematis.
Musyawarah Daerah ini dilaksanakan sebagai salah satu
komitmen organisasi kami untuk merespon sebuah dinamika yang
senantiasa melingkupi perjalanannya, termasuk perjalanan MUI pada
lima tahun terakhir. Karena itu dengan segala kerendahan hati, pada
Musda kali ini telah diagendakan sejumlah pokok bahasan terkait peran
dan fungsi ulama serta lembaga keulamaan, yang kemudian akan
menjadi salah satu oleh-oleh moral bagi pihak-pihak terkait, baik
pemerintah maupun non-pemerintah.
Ke depan, kita akan lebih dekat dengan tantangan, berpacu
dengan waktu, tantangan memulihkan situasi, merawat suasana
khususnya Pasca Covid yang mudah-mudahan tidak akan lama lagi
selesai, karena kesulitan demi kesulitan bukan hanya di depan mata tapi
sudah berada di tengah kehidupan kita. Belum lagi munculnya beragam
tantangan moral maupun sosial, dan lain sebagainya, semuanya
menuntut lembaga keulamaan ini lebih jeli dalam melihat, responsif
dalam bertindak, dengan tetap mengedepankan uswatun hasanah bagi
masyarakat, serta membangun budaya kerja di atas prinsip al-
muhafadzah bil qadimilsholih, wal ahdzu bil jadidil ashlah, seimbang
dalam menyikapi keadaan, antara khauf dan roja tetap seimbang, kerja
di antara tarikan-tarikan optimisme dan pesimisme. Kita pun wajib terus
melakukan berbagai instrospeksi, muhasabah, mawas diri untuk
kepentingan kabaikan semua. Faidza faraghta fan-shab, wa ilaa
rabbika far-ghab.
Karena itu, untuk mempertahankan agar tetap berada pada arus
zamannya, ke depan kita perlu tetap menjaga stabilitas kerja keras, kerja
cerdas, kerja ikhlas, fokus dan tuntas. Pertahankan tradisi kerja sama
antara ulama-umara dan semua unsur masyarakat sebagai pilar
pembinaan umat. MUI harus tetap mampu membawa citra
keulamaannya secara santun dalam membawa masa depan umat, dan
jangan pernah meninggalkan ataupun ditinggalkan umat.
Hanya dengan cara itu kita dapat menghadapi situasi sosial yang
tidak menguntungkan, seperti perkembangan Islam Phobia sebagai
dampak berbagai peristiwa kekerasan yang sebetulnya terjadi jauh di
luar bangsa dan wilayah kita. Karena itu sebagai perwujudan misi
rahmatan lil’alamin, kita memikul beban membenahi citra Islam yang
tetap santun, wasathan litaskunu syuhada.
MUI juga masih perlu melakukan evaluasi secara komprehensif
khususnya berkaitan dengan ikhtiar membangun suasana sosial yang
agamis. MUI akan tetap berkomitmen mewujudkan Bandung Agamis
sebagai pilar penting meraih prestasi Bandung Juara. Karena pada titik
inilah saya kira MUI dapat mengambil bagian, ikut berpartisipasi
mensukseskan pembangunan kota yang terus ditata, tanpa kehilangan
identitas sebagai masyarakat agamis.
Di tengah dinamika kehidupan beragama seperti inilah, Musda
kali ini kita laksanakan. Melalui momen penting ini, mari kita evaluasi
bersama, agar semua kita tetap sanggup memelihara sikap konsisten
dengan janji. Ulama pun tidak bisa hanya menjadi penonton dalam
segala keadaan, tapi harus jadi pelopor kebaikan. Itulah sebabnya,
dalam konteks yang lebih mikro, Kota Bandung, sekali lagi, MUI tetap
memiliki tanggung jawab moral untuk memelihara dan ikut mengelola
agenda Bandung Agamis yang hingga kini masih menyisakan banyak
tantangan, terutama di tingkat implementasi.
Terakhir, sebelum dilanjutkan dengan musyawarah-
musyawarah, diskusi-diskusi pada forum Musda kali ini, saya ingin
menyampaikan harapan internal MUI kecamatan-kecamatan se-Kota
Bandung, terkait kelanjutan tanggung jawab organisatoris, saya ingin
tegaskan, semuanya saya serahkan sepenuhnya kepada musyawirin yang
terhormat, untuk mengambil keputusan terbaik untuk perjalanan MUI
Kota Bandung ke depan.
Demikian yang dapat saya sampaikan, dan kepada Bapak Wali
Kota kami mohon perkenan memberikan arahan sekaligus membuka
Musda kali ini, agar MUI ke depan tetap dapat berkiprah, mampu
melakukan inisiasi-inisiasi produktif, dan tidak terlepas dari rel
perjalanan membangun Bandung yang lebih baik. Mudah-mudahan kita
senantiasa ada dalam bimbingan Allah SWT.
Wabillahittaufiq wal hidayah,
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Ketua Umum,

Prof. Dr. KH. Miftah Faridl


JADWAL ACARA
MUSYAWARAH DAERAH KE-X
MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI) KOTA BANDUNG

Bandung, 11 September 2021

WAKTU AGENDA
08:00 – 09:00 Registrasi Peserta.
09.00 – 10.30 Pembukaan : MC.
- Pembacaan Ayat Suci Al-Qur’an : Dr. H. Asep
Fathurrahman, Lc., MA.
- Menyanyikan Lagu Indonesia Raya : Dr. Harun
Heri.T.SE.,MM
- Laporan Ketua Panitia MUSDA X MUI Kota
Bandung :
KH. Maftuh Kholil.
- Sambutan Ketua Umum MUI Kota Bandung,
dilanjutkan Pembacaan Komitmen MUI Kota
Bandung
Prof. Dr. KH. Miftah Faridl.
- Sambutan Ketua Umum MUI Propinsi Jawa Barat
:
Prof. Dr. KH. Rachmat Syafi’i, MA.
- Sambutan Perkenalan Kapolrestabes Bandung
Kombes Pol. Aswin Sipayung, S.Ik., MH.
- Sambutan Perkenalan DANDIM 0618/BS
Kolonel Inf. Sapta Budhi Purnama.
- Amanat Walikota Kota Bandung dan Pembukaan
secara resmi MUSDA X MUI Kota Bandung:
H. Oded Mohamad Danial S.A.P.
- Serah Terima Wakaf Buku dari Prof. Miftah
Faridl kepada Nadzir MUI Kota Bandung dan
penandatangan Surat Ikrar Wakaf.
- Do’a : Drs. KH. Asep Djamaludin.
- Gunting Pita Gedung Perpustakaan oleh Wali
Kota Bandung.
10.40-11.40 Pleno I:
- Penetapan Pimpinan Sidang.
- Pengesahan Tata Tertib dan Acara MUSDA X
MUI Kota Bandung.
- Penyampaian dan Penerimaan Laporan
Pertanggung Jawaban MUI Kota Bandung Prof.
Dr. KH. Miftah Faridl.
WAKTU AGENDA
10.40-11.40 Pleno II:
- Penetapan dan Pengesahan Komisi-Komisi :
1. Komisi A (Pedoman Organisasi).
2. Komisi B (Program Kerja).
3. Komisi C (Taushiah/Rekomendasi).
4. Komisi D (Fatwa).
- Penetapan Pembahasan Komisi-Komisi
diserahkan kepada pengurus baru.
Pleno III:
Pernyataan Demisioner.
KEPUTUSAN
MUSYAWARAH FORMATUR MUI KOTA BANDUNG
Tahun 1442 H/2021 M
Nomor : /MUSDA/2021

Tentang:
DEWAN PERTIMBANGAN DAN DEWAN PIMPINAN HARIAN
MAJELIS ULAMA INDONESIA KOTA BANDUNG
PERIODE 2021-2026

Bissmilahirrahmanirrahiim

Musyawarah Daerah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Bandung


tahun 1427 H/2006 M setelah:
Menimbang : Perlu segera ditetapkan kepengurusan dewan
pimpinan harian MUI Kota Bandung Periode
2021-2026.
Mengingat : 1. Pedoman Dasar MUI Bab VIII Pasal 11 ayat 2
tentang Musyawarah Daerah.
2. Pedoman Rumah tangga Bab II Pasal 8 ayat 1
tentang Musyawarah Daerah.

Memperhatikan : Hasil musyawarah ketua dan anggota Formatur


sesuai ketetapan Musda MUI Kota Bandung.
Dengan bertawakkal kepada Allah SWT:
MEMUTUSKAN

Menetapkan :
Pertama : Kepengurusan Dewan Pimpinan Harian Majelis
Ulama Indonesia (MUI) Kota Bandung Periode
2021-2026 sebagaimana terlampir.
Kedua : Pimpinan Harian menyusun komisi-komisi
paling lambat dua minggu sejak ditetapkannya
keputusan ini.
Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak ditetapkannya.

Ditetapkan di : Bandung
Pada Tanggal : September 2021

MUSDA MUI KOTA BANDUNG


FORMATUR

Ketua Sekretaris

(...............................) (...............................)
SURAT KEPUTUSAN
50/SK/MUI-KB/V/2021

Tentang :
Susunan Panitia Pelaksana Musyawarah Daerah Ke-X
Majelis Ulama Indonesia Kota Bandung Tahun 1442 H/2021 M

Bismillahirrahmaanirrahiim.
MENIMBANG : 1. Bahwa Masa kepengurusan MUI Kota
Bandung sebagai hasil Keputusan
Musyawarah Daerah MUI Kota Bandung
(MUSDA) Ke-IX telah berakhir.
2. Pedoman Dasar Pedoman Rumah Tangga
hasil MUNAS 2015 Pasal 8 ayat 3
“Musyawarah Daerah Kabupaten/Kota
diadakan sekali dalam 5 (lima) tahun dan
dihadiri Oleh Pengurus Majelis Ulama
Indonesia Kabupaten/Kota dan utusan-
utusan dari Majelis Ulama Indonesia
Kecamatan serta Unsur Ormas Islam
tingkat Kabupaten/Kota.”
3. Bahwa demi kelancaran pelaksanaan
Musyawarah Daerah MUI Kota Bandung
tersebut perlu secepatnya dibentuk
Susunan Panitia Pelaksana Musyawarah
Daerah Majelis Ulama Indonesia Kota
Bandung 1442 H/2021 H.

MENGINGAT : 1. Hasil Keputusan Rapat Pengurus Harian


MUI Kota Bandung yang diadakan pada
hari Selasa tanggal 06 April 2021, tentang
persiapan penyelenggaraan Musyawarah
Daerah (MUSDA) MUI Kota Bandung.
2. MUSDA ke X MUI Kota Bandung tahun
1442 H./2021 M. akan segera dilaksanakan
berdasarkan Surat Keputusan Dewan
Majelis Ulama Indonesia Nomor : Kep-
702/MUI/XII/2015

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN Susunan Panitia Penyelenggara Musyawarah


Daerah (MUSDA) ke X MUI Kota Bandung,
yang susunan panitianya sebagaimana
tercantum dalam daftar lampiran.
Dengan ketentuan sebagai berikut :
Pelaksanaan MUSDA X MUI Kota
Bandung 2021 s/d 2026 Insya Allah
dilaksanakan pada:
- Waktu : Belum ditentukan
- Tempat : Belum ditentukan
- Thema : Belum ditentukan
Surat Keputusan ini berlaku sejak ditetapkannya dan, apabila
dikemudian hari dalam Surat Keputusan ini terdapat kekeliruan akan
diadakan perubahan seperlunya.

Faidza ‘Azamta Fatawakkal ‘Alallah

Ditetapkan di : Bandung
Pada tanggal : 12 Syawwal 1442 H.
24 Mei 2021 M
Lampiran : Surat Keputusan Majelis Ulama Indonesia Kota
Bandung
Nomor : 50/SK/MUI-KB/V/2021
Tentang : Susunan Panitia Pelaksana Musyawarah
Daerah IX Majelis Ulama Indonesia Kota
Bandung Tahun 1442 H/2021 M

SUSUNAN PANITIA PELAKSANA


MUSYAWARAH DAERAH MAJELIS ULAMA INDONESIA
KOTA BANDUNG
TAHUN 2021

I. Pananggung Jawab : Ketua Umum MUI Kota Bandung.


(Prof. DR. KH. Miftah Faridl)

II. Pelaksana
A. Pengarah (Steering Committee)
- Ketua : Prof. DR. H. Asep Saeful Muhtadi, MA
- Sekretaris : Dr. H. Asep Faturahman, LC., MA
- Anggota : 1. Dr. H. Cecep Sudirman Anshari, MA
2. Dr. H. Irfan Safrudin, MA
3. Dr. H. Ahmad Hasan Ridwan, MA
4. Dr. H. Hajar Sanusi
5. Dr. KH. Syukriadi Sambas, M.Si
6. Dr. H. Asep Z Ausop, MA

B. Penyelenggara (Organizing Committee)


- Ketua : KH. Drs. Maftuh Kholil
- Wakil Ketua : Drs. KH. Asep Ismail, M.Pdi
- Sekretaris : Dr. H. Nandang Koswara, M.Pd
- Wakil Sekretaris : Rochman Supriatna
- Bendahara : Drs. H. Aris Muhtar
- Anggota : Dr. H. Tata Sukayat, M.Ag
Drs. H. Asep Djamaludin
Dr. H. Ir Arsyad Ahmad
Drs. H. Rahmat Firdaus, M.Si
H. Hamang
Seksi -seksi
- Acara : Drs. KH. Cece Djuaeni
Drs. H. ATeng Taufiq

- Konsumsi : H. Kasmun Wibowo


Dede Suhana, S.Ag

- Humas dan Publikasi : Dr. H. Budi Saefudin, M.Ag


Dr. Harun Heri Trismiyanto
- Akomodasi : Drs. H. Ahmad Afandi Mubin
Drs. RE. Kusmana
- Peralatan : Drs. H. Sholehudin
: Drs. H. Syarifudin Bebil
- Keamanan : Drs. H. Kholis Badrudin
H.Naswari
TATA TERTIB MUSYAWARAH DAERAH KE-X
MAJELIS ULAMA INDONESIA KOTA BANDUNG
TAHUN 2021

PASAL 1
LANDASAN DAN DASAR

Landasan dasar penyelenggaraan Musyawarah Daerah (MUSDA X)


Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Bandung tahun 2021 selanjutnya
disebut MUSDA X MUI Kota Bandung adalah :
1. Pedoman Dasar MUI bab VIII pasal 11, ayat (2) tentang
Musyawarah dan Rapat-rapat.
2. Pedoman Rumah Tangga MUI bab II pasal 8, ayat (1)

PASAL 2
PESERTA MUSDA X

Peserta MUSDA X terdiri dari (PRT Bab II Pasal 8, ayat 3):


1. Pengurus MUI:
a. Pengurus MUI Kota Bandung.
b. Pengurus MUI Kecamatan yang karena alasan keterbatasan
Pandemi dan aturan Prokes yang harus diikuti, diwakili oleh 4
orang yang mewakili 30 kecamatan.
2. Pengurus organisasi kemasyarakatan (Ormas) Islam tingkat Kota
Bandung yang ditetapkan oleh MUI Kota Bandung yaitu:
a. Nahdlatul Ulama (NU).
b. Muhammadiyah.
c. Persatuan Islam.
3. Unsur Pesantren.

PASAL 3
KEWAJIBAN DAN HAK PESERTA

1. Setiap peserta memiliki hak bicara dan hak suara sesuai ketentuan di
Masa Pandemi yang sangat terbatas.
2. Hak suara direpresentasikan oleh tata tertib pemilihan.

15
PASAL 4
SIDANG-SIDANG

1. MUSDA X terdiri dari empat persidangan, yaitu Sidang Pleno I,


Sidang Pleno II, Sidang Pleno III, dan Sidang Pleno IV.
2. Sidang-sidang seperti disebut pada poin 1 dianggap sah apabila
dihadiri oleh lebih dari setengah utusan yang seharusnya hadir.

PASAL 7
PIMPINAN MUSDA X

1. MUSDA X dipimpin oleh Dewan Pimpinan MUI Kota Bandung


yang dalam hal ini adalah tim pengarah (steering committee)
MUSDA X, dan atau pimpinan yang dipilih oleh Peserta MUSDA X
2. Pimpinan MUSDA X bertugas memimpin jalannya sidang-sidang
MUSDA X agar tetap dalam suasana kebersamaan dengan dilandasi
semangat ukhuwwah Islamiyah serta ahlakul karimah.

PASAL 8
PENGAMBILAN KEPUTUSAN

1. Keputusan-keputusan MUSDA X diambil dengan cara musyawarah


untuk mufakat.
2. Apabila musyawarah untuk mufakat tidak dapat dicapai, maka
keputusan diserahkan kepada kedaulatan Musyawarah melalui
proses pemilihan/pengambilan suara terbanyak.

PASAL 9
RISALAH PERSIDANGAN

Untuk setiap persidangan harus dibuat risalah atau berita acara, yakni
laporan jalannya sidang secara tertulis yang berisi :
a. Tempat dan Acara sidang.
b. Hari/tanggal sidang dan jam permulaan serta penutupan sidang.
c. Pimpinan sidang.

16
d. Nama-nama utusan dan peninjau yang hadir.
e. Materi pembicaraan selama sidang.
f. Keputusan dan Kesimpulan Sidang.
g. Keterangan lain yang dianggap perlu untuk dicatat.

PASAL 10
KETENTUAN PENUTUP

1. Segala sesuatu yang belum diatur dalam tata Tertib ini, akan
diputuskan oleh MUSDA X kota Bandung sejauh tidak bertentangan
dengan PD/PRT MUI.
2. Tata tertib ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan sampai
selesainya MUSDA X MUI Kota Bandung.

Ditetapkan di : Bandung
Pada Tanggal : 11 September 2021

SIDANG PLENO I
MUSYAWARAH DAERAH MUI KOTA BANDUNG

Sekretaris
Ketua

( ) ( )

17
TATA TERTIB PEMILIHAN KETUA UMUM
DAN PEMBENTUKAN DEWAN PIMPINAN
MUI KOTA BANDUNG

Pasal 1
Tata Cara Pemilihan
(PRT Bab I, Pasal 1, ayat 2)

1. Pemilihan Ketua Umum dilakukan secara musyawarah dan mufakat.


2. Pemilihan Ketua Umum, dilakukan oleh tim formatur yang terdiri
dari: (a) ketua umum lama/demisioner, (b) sekretaris umum lama, (c)
representasi ormas, yang dalam hal ini diwakili oleh NU,
Muhammadiyah, dan Persis, (d) representasi MUI Kecamatan-
kecamatan yang dalam hal ini diwakili oleh 4 orang sesuai hasil
kesepakatan seluruh kecamatan, (e) unsur pesantren yang dalam hal
ini diwakili oleh Pimpinan Pesantren Sukamiskin, dan (f) unsur
Dewan Pertimbangan.
3. Ketua umum terpilih selanjutnya menetapkan susunan kepengurusan
selengkapnya paling lambat 7 kali 24 jam sejak terpilihnya sebagai
ketua umum.
4. Pemilihan pengurus harian oleh ketua umum sesuai mandat yang
diterimanya.
5. Formatur dapat mengajukan anggota pengurus yang memenuhi
kriteria, untuk selanjutnya ditetapkan Ketua Umum terpilih.

Pasal 2
Proses Pemilihan

1. Ketua umum dapat dipilih secara aklamasi atau ditentukan oleh


formatur dalam rapat formatur.
2. Setelah memilih ketua umum, formatur juga menentukan Ketua
Dewan Pertimbangan.
3. Ketua umum terpilih selanjutnya menyusun kelengkapan pengurus
harian sesuai kewenangannya selambat-lambatnya 7 kali 24 jam.

18
4. Ketua Umum bersama pengurus harian menyusun kelengkapan
komisi paling lambat 10 kali 24 jam.
5. Dalam hal ketua umum ditentukan formatur, maka ketua umum
hanya dapat dipilih dari anggota formatur.

Pasal 3
Anggota Formatur

1. Formatur dipilih sebanyak 11 orang, terdiri dari:


a. Unsur pengurus lama 2 orang (Ketua Umum dan
Sekretaris Umum).
b. Unsur Wilayah/Kecamatan 4 orang.
c. Unsur Dewan Pertimbangan.
d. Unsur pesantren 1 orang.
e. Unsur Ormas Islam 3 orang.
2. Masing-masing unsur melakukan pemilihan secara musyawarah dan
mufakat, untuk selanjutnya diajukan untuk disyahkan sebagai
anggota formatur.

Pasal 4
Tahap Penyusunan Pengurus

1. Formatur menentukan Ketua Umum yang dipilih dari kalangan


formatur sesuai kriteria yang telah disepakati.
2. Ketua umum terpilih didampingi oleh 2 orang wakil ketua yang
ditentukan sesuai petunjuk ketua umum terpilih.
3. Ketua Umum terpilih selanjutnya memilih dan menentukan
Sekretaris Umum, dan ketua-ketua komisi.
4. Ketua umum, sekretaris umum yang didampingi wakil-wakil ketua,
selanjutnya dibantu oleh ketua-letua komisi menjalankan roda
organisasi.
5. Pengurus harian selanjutnya memilih dan menentukan kelengkapan
kepengurusan MUI Kota Bandung paling lama 1 minggu sejak
pelaksanaan Musda.

19
Pasal 5
Kriteria Ketua Umum MUI Kota Bandung
(PRT Bab I Pasal 1 ayat 6)

1. Beragama Islam.
2. Taqwa kepada Allah SWT, yakni telah tertib menjalankan rukun
Islam dan mendukung syari’at Islam.
3. Warga negara Indonesia yang sehat jasmani dan rohani.
4. Untuk mengantisipasi dinamika masyarakat Kota Bandung, Ketua
Umum minimal berlatar belakang pendidikan formal sekurang-
kurangnya Strata Dua (S2).
5. Mempunyai keahlian di bidang agama Islam dan/atau bidang ilmu
pengetahuan, teknologi, dan kemasyarakatan serta memiliki jiwa
pengabdian kepada masyarakat dan agama Islam.
6. Menerima Pedoman Dasar dan Pedoman Rumah Tangga Majelis
Ulama Indonesia, serta program kerja dan peraturan-peraturan
Majelis Ulama Indonesia.
7. Jabatan ketua umum dan sekretaris jenderal/umum tidak boleh
dirangkap dengan jabatan politik dan pengurus harian partai politik
8. Menerima eksistensi NKRI.
Pasal 6
Penutup
Segala sesuatu yang belum diatur dalam Tata Cara Pemilihan ini akan
diputuskan kemudian oleh Musyawarah sejauh tidak bertentangan
dengan PD/PRT MUI yang berlaku.

Ditetapkan : di Bandung
Pada Tanggal:11 September 2021

PIMPINAN SIDANG

Ketua Sekretaris

(.................................... ) ( ................................ )
20
LAPORAN UMUM
MAJELIS ULAMA INDONESIA KOTA BANDUNG
PERIODE 2021-2026

A. Pendahuluan
Musyawarah Daerah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota
Bandung ini pada dasarnya merupakan perwujudan dinamika organisasi
selama kurun waktu tertentu, dan sekaligus menjadi momentum penting
untuk melakukan evaluasi komprehensif tentang kiprah organisasi
sekaligus merumuskan agenda lima tahun berikutnya. Sementara kiprah
MUI sendiri merupakan potret pengabdian dalam mewujudkan misi
kenabian sesuai dengan peran moral dan sosialnya sebagai pewaris para
nabi.
Pada momentum pertanggungjawaban lima tahunan ini, paparan
program-program pengabdian selama satu periode akan dilihat dalam
bingkai relasi-relasi fungsional antara ulama, umat, dan umara.
Ketiganya menjadi pilar penting pembangunan masyarakat sejahtera dan
agamis yang menjadi komitmen bersama menuju Bandung yang lebih
baik. Bahkan, pada beberapa tahun terakhir, MUI Kota Bandung juga
dituntut ikut ambil bagian dalam proses pencapaian target Kota Bandung
yang Unggul, Nyaman, Sejahtera, dan Agamis. Dalam relasi-relasi
sinergis inilah saya akan menyampaikan kondisi obyektif kepengurusan
MUI Kota Bandung selama lima tahun terakhir.
Perjalanan MUI Kota Bandung pada lima tahun terakhir, diakui
ataupun tidak, memperlihatkan dinamika yang tidak sederhana. Selama
satu periode yang segera akan berakhir ini, MUI telah melalui jalan
terjal dalam rentang yang ekstrim antara keharusan mempertahankan
peran keagamaan dengan tantangan arus sosial politik yang seolah tidak
pernah berhenti menyentuh kehidupan organisasi. Tidak jarang, lantaran
tantangan berat itu, beberapa agenda keumatan terpaksa tertunda
sementara dan seolah tampak terabaikan.
Dinamika itu kemudian memasuki situasi sosial yang sangat
tidak kondusif, terutama dengan masuknya era Pandemi Covid-19 yang
sangat mengganggu tatanan sosial, ekonomi dan kehidupan beragama
secara signifikan. Era Pandemi yang diawali akhir 2019 atau awal 2020,

21
telah menguras pikiran para pegiat kemasyarakatan dan juga
pemerintahan. Berbagai loncatan dalam tatanan keagamaan pun terjadi
begitu banyak menggoyang kehidupan. Tapi Alhamdulillah, MUI Kota
Bandung, sejauh yang kami rasakan, dapat menyiasati loncatan-loncatan
tersebut.

B. Mempertegas Peran
Dalam tarikan-tarikan dilematis antara fungsi dan peran
keulamaan ini pula, MUI kerap dihadapkan pada tantangan riil,
khususnya dalam kaitannya dengan relasi kekuasaan yang menjadi jalan
kemitraan yang harus dilaluinya. Kita tidak bisa tutup mata, bahwa
pemerintah adalah mitra produktif dalam pembinaan masyarakat. Bukan
saja karena ia memiliki fasilitas dan perangkat struktur yang lebih
lengkap, tapi juga karena tuntutan konstitusi yang mengikat eksistensi
lembaga-lembaga sosial keagamaan, termasuk kelembagaan ulama ini.
Dalam rentang waktu 2021-2026, MUI Kota Bandung pernah
melalui jalan politik praktis yang tidak bisa dihindari. Posisi dilematis
kelembagaan ulama ini pada akhirnya telah melahirkan berbagai
kalkulasi yang sesungguhnya bukan wilayah utama aktivitasnya. Tidak
heran jika pada tingkat tertentu MUI harus menuai berbagai tuduhan
yang sangat merugikan eksisten sosialnya di mata umat. Tapi, proses
politik pemilihan kepala daerah itu akhirnya dapat dilalui dengan tetap
memelihara fungsi sosial yang diembannya. Proses politik itupun
berjalan dengan lancar dan menghasilkan kepemimpinan yang insya
Allah menjadi harapan warga Bandung.
Cukup banyak memang isu-isu sosial yang menuntut kepedulian
lembaga keulamaan ini, khususnya selama periode terakhir ini. Setelah
kontroversi di seputar tuduhan Islam sebagai agama radikal, isu
sertifikasi ulama/da’i, yang juga tidak kalah nyaringnya di masyarakat,
isu kemunculan komunisme gaya baru, dan yang juga tidak pernah
berhenti yaitu adanya usaha-usaha membenturkan antar sesama umat
yang sangat menggaunggu kondusifitas kehidupan. MUI harus
mengambil sikap. Sepanjang periode ini pula muncul silang pendapat di
seputar izin pendirian rumah ibadah, kecemburuan perlakuan atas
sekelompok kecil pemeluk agama pun tidak bisa dihindari, meski tidak
sampai pada anggapan adanya diskriminasi dan ketidakadilan.

22
Dalam keadaan seperti itulah, MUI Kota Bandung periode ini
telah melewati hari-hari berat yang sarat tantangan. Kita seolah-olah
berada di antara kekuatan-kekuatan yang harus dijembatani, sehingga
jika berjalan tanpa prinsip, kredibilitas kelembagaan ini pun akan
dengan sendirinya luntur. Tuntutan yang tidak saja akan berimplikasi
pada keutuhan moral masyarakat seperti itu, tapi pada gilirannya juga
akan memberikan efek ideologis yang tidak sederhana.
Hingga di penghujung periode, pada beberapa waktu terakhir,
MUI masih menghadapi beban psikologis berkaitan dengan kehidupan
beragama. Soal keyakinan memang bukan persoalan sederhana dalam
beragama. Tapi MUI tidak bisa membiarkan munculnya keyakinan yang
dapat mengganggu, apalagi menodai, agama Islam. Hal ini bukan saja
karena pertimbangan akidah, tapi yang tidak kalah pentingnya juga
karena dapat mengganggu kerukunan yang selama ini kita pelihara
bersama.
Atas nama hak azasi manusia, sejumlah keinginan masyarakat
kerap muncul dan dapat mengganggu keharmonisan hubungan antar
umat beragama. Padahal pada saat yang sama, MUI pun dituntut
konsisten dengan prinsip akidah yang dianutnya dan dianut oleh
mayoritas masyarakatnya. Pada posisi seperti inilah tidak jarang MUI
menjadi ujung kepercayaan umat di satu sisi, sementara di sisi lain, MUI
pun harus mengamankan agenda kerukunan yang menjadi salah satu
peran negara.

C. Optimasi Potensi
Namun demikian, ada hal positif yang saat ini menjadi aset
berharga MUI Kota Bandung. Kami memiliki sumber daya manusia
yang relatif kuat. MUI Kota Bandung tanpa disadari telah menjadi
wadah integrasi kekuatan intelektual dan spiritual. Dalam perjalanannya
merakit aktivitas, kedua potensi itu perlahan merekat kolaborasi ulama
dan cendikia secara harmonis dan seimbang, meskipun diakui bahwa
kekuatan itu masih belum maksimal terutama karena keterbatasan waktu
yang dimiliki.
Dengan potensi seperti itulah, MUI dapat ambil bagian secara
produktif dalam merumuskan, menyosialisasikan, dan berusaha
mewujudkan agenda Bandung yang Unggul, Nyaman, Sejahtera, dan

23
Agamis. Sebagai lembaga yang mewadahi para pemilik ilmu (‘ulama),
dalam mewujudkan setiap programnya, MUI Kota Bandung berusaha
menciptakan iklim ilmiah dengan mengedepankan obyektifitas yang
independen. Nuansa keilmuannya senantiasa mewarnai seluruh aktifitas
yang diperankannya. Sehingga berbagai persoalan yang muncul
bersamaan dengan arus perubahan masyarakat, secara bertahap telah
dilihat dalam kacamata yang tetap mengedepankan obyektifitas.
Di atas pilar-pilar itulah, MUI tetap berusaha istiqamah pada
misi utamanya sebagai uswatun hasanah bagi komunitas yang berada
dalam lingkaran pembinaannya. Secara moral MUI memiliki peran
sebagai benteng kebajikan yang akan menjadi ukuran baik-buruknya
umat. Sebagai lembaga yang seharusnya selalu mengedepankan moral
dan agama, MUI memainkan kekuatan tersendiri bagi masa depan
masyarakatnya. Dalam garis moral itulah, program demi program
diikhtiarkan untuk diwujudkan dengan tetap berorientasi pada
kepentingan umat.
Selain potensi SDM yang menjadi kekuatan kehidupan
organisasi, MUI Kota Bandung memiliki asset fisik yang relatif
memadai. Sebagai usaha penyelamatan asset yang diamanahkan periode
sebelumnya, saat ini MUI memiliki fasilitas fisik yang dapat
dimanfaatkan untuk pembinaan umat. Perluasan sekretariat, renovasi
masjid, dan penambahan gedung yang lokasinya tidak berjarak jauh dari
sekretariat utama, adalah di antara usaha yang dimaksudkan untuk lebih
optimal dalam mengabdi pada masyarakat, menjalankan amanah
organisasi.

D. Prioritas Pengabdian
Selama periode lima tahun pengabdiannya, MUI masih
memprioritaskan pembenahan, pemeliharaan suasana sosial keagamaan
yang dipandang kondusif bagi kehidupan. Bandung yang dari tahun ke
tahun terus berubah menuju kota yang semakin metropolis ini, tidak bisa
dihindari, bahwa bersamaan dengan itu akan muncul pula berbagai
dampak yang dapat mengganggu keutuhan masyarakat, baik secara
moral maupun sosial. Karena itu, setelah melakukan evaluasi dan
analisis terhadap kinerja MUI sejak awal periode tahun 2021 hingga
akhir periode tahun 2026 ini, ada beberapa catatan penting untuk terus

24
dipikirkan ulang, terutama dalam kaitannya dengan mempersiapkan
agenda-agenda MUI ke depan.
Pertama, sebagai salah satu ikhtiar bersama mewujudkan tatanan
umat di atas spirit agama, maka agenda Bandung Agamis yang menjadi
spirit Bandung yang Unggul, Nyaman, dan Sejahtera, tetap relevan
untuk dikawal dan dikembangkan sesuai peran dan fungsi kelembagaan
MUI. Seiring dinamika masyarakat yang hampir selalu bersentuhan
dengan berbagai persoalan sosial politik, sejalan dengan semangat
Bandung Agamis ini, maka MUI juga dituntut mampu berperan sebagai
kekuatan penyejuk yang senantiasa memberikan pesan-pesan moral
politik bagi kepentingan umat.
Kedua, dalam upaya mempertajam peran dan fungsi legitimasi
hukum atas persoalan-persoalan sosial keagamaan yang terus
berkembang, maka semangat fleksibilitas hukum yang menjadi salah
satu karakteristik ajaran yang dimilikinya, perlu mendapat perhatian
serius dari seluruh lapisan, dengan MUI sebagai mediator untuk
mempertemukan berbagai pemikiran yang berkembang secara obyektif.
Dakwah yang selama ini diperuntukan bagi peningkatan kualitas umat,
tampaknya perlu dikaji kembali sehingga tetap responsif terhadap
persoalan-persoalan yang berkembang di tengah kehidupan.
Ketiga, di tengah ancaman semakin memudarnya karakter
bangsa, bersamaan dengan terus berkembangnya fasilitas teknologis
berkaitan dengan semakin derasnya arus globalisasi informasi, maka
perlu melakukan ikhtiar rekontekstualisasi gerakan dakwah Islam,
khususnya untuk mengantisipasi tantangan media yang dari hari ke hari
semakin memberikan dampak yang menghawatirkan bagi kehidupan
masyarakat. Untuk meminimalisir dampak negatif yang ditimbulkannya,
MUI sejatinya dapat menghimpun potensi untuk mengawal bersama
lembaga-lembaga terkait. MUI juga diharapkan harus sanggup
mengawal berkembangnya konten-konten media sosial yang semakin
mengkhawatirkan.
Keempat, di tengah arus semakin meningkatnya keberanian
masyarakat dalam menggugat, mempertanyakan, dan bahkan mengambil
alih fungsi sejumlah fasilitas umum seperti masjid, madrasah, dan lain-
lain, hanya karena status formalnya yang belum jelas, kita harus
mengamankan asset umat dengan melegalisasi statusnya yang hingga

25
saat ini masih terabaikan. Dengan bersinergi bersama pemerintah, MUI
sejatinya dapat memfasilitasi proses ini.
Kelima, untuk mendorong meningkatnya kualitas sumber daya
ummat, MUI sengaja memprioritaskan berkembangnya fasilitas literasi,
seperti melalui penerbitan buku-buku eksklusif wawasan ke-MUI-an.
Dalam rentang periode yang dilaluinya, MUI berhasil menerbitkan
buku-buku, seperti (1) Ulama-ulama Perintis: Biografi Pemikiran dan
Keteladanan, (2) Meretas Jalan Dakwah: Benang Merah Gerakan
Ormas Islam, (3) Ilmu Farā’idl, (4) Pedoman Pemulasaraan Jenazah,
(5) Dakwah untuk Kehidupan, (6) Mendidik Beragama, (7) Merajut
Kehidupan Beragama, (8) Taushiyah-tausiyah Ramadhan, dan terakhir,
di penghujung periode, (9) MUI Kota Bandung: Kiprah di Pentas
Sejarah, yang substansinya merupakan hasil penelitian MUI Kota
Bandung, dan sejumlah buku lain yang ditulis mandiri oleh beberapa
pengurus MUI Kota Bandung dan diterbitkan Penerbit berskala nasional
lainnya.
Bahkan, di penghujung periode, MUI mendapat anugerah dengan
diterimanya wakaf buku dari Prof. Dr. Miftah Faridl. Beliau wakafkan
buku-buku dari perpustakaan pribadinya untuk pengembangan
perpustakaan MUI. Lebih dari seribu buku diwakafkan untuk
perpustakaan MUI. Perpustakaan dapat diakses masyarakat, meskipun
hingga Musyda ini masih dipersiapkan regulasi yang dapat menjamin
keamanannya.
Selain itu, MUI juga menerbitkan buletin Bandung Agamis, terbit
setiap hari Jum’at dan disebarkan ke masjid-masjid kecamatan seluruh
Kota Bandung. Buletin yang memuat tulisan-tulisan pengurus MUI
berisi pencerahan keagamaan, sosial, dan keumatan sepanjang
terjangkau pemikiran penulisnya dan disesuaikan dengan kapasitas
intelektual umumnya para pembacanya. Kecuali, selama masa pandemi,
penerbitan buletin dihentikan sementara karena terganjal teknis
penyebarannya.
Untuk menambah kesempatan yang lebih luas lagi bagi umat
dalam menambah wawasan ke-MUI-an dan keagamaan, MUI Kota
Bandung juga membuka media on-line. Melalui kerja sama dengan
Buana Indonesia membentuk BuanaJabar.com, yang substansi
muatannya menyangkut informasi-informasi di seputar syiar MUI Kota

26
Bandung dan wawasan keagamaan yang diproduksi oleh para pegiat
MUI. Media ini dimaksudkan untuk membantu media Buletin Jum’at
yang terbit masih sangat terbatas, sementara kebutuhan dan daya
jangkau semakin meluas.
Mungkin, karena rentetan kegiatan yang diinisiasi MUI Kota
Bandung, eksistensi kelembagaan ulama ini dapat menuai popularitas
yang tidak sederhana. Tidak sedikit lembaga majelis ulama datang untuk
melakukan studi banding, ataupun bertukar informasi dan pengalaman,
baik MUI daerah-daerah di dalam provinsi sendiri maupun MUI dari
luar provinsi di Indonesia, dan bahkan dari luar negeri. Daerah-daerah
dalam provinsi tercatat misalnya: MUI Kabupaten Cianjur, MUI Kota
Depok, MUI Kota dan Kabupaten Bogor. Dari provinsi lain di
Indonesia, misalnya: MUI Kota Medan, MUI Pekalongan, MUI
Bukittinggi, MUI Provinsi Kalimantan Selatan, MUI Mamuju Utara,
MUI Provinsi Bali, dan MUI Deli Serdang. Sedangkan lembaga yang
sempat datang dari Luar Negeri, antara lain, dari Masjid Syaidina Umar
Al-Khatab, Malaysia.
Di antara titik pusat yang menjadi perhatian para pengunjung
adalah adanya fakta konstitusi dan praktik bahwa Bandung sebagai
”Rumah Bersama” semua umat beragama. Sebagai wadah agama
rahmatan lil’alamin, MUI menempatkan dirinya sebagai mediator
kehidupan harmoni umat beragama. MUI menjadi lembaga terdepan
dalam ikut mensponsori hadir dan berkiprahnya Forum Komunikasi
Umat Beragama (FKUB) Kota Bandung. Meski MUI merupakan
lembaga milik umat Islam, tapi tidak secara ekslusif menafikan hak
hidup para pemeluk agama yang berbeda. Semua pemeluk agama
memiliki hak yang sama untuk hidup menikmati nyamannya Kota
Bandung.
Untuk mengikat kebersamaan, sekaligus menjalin sinergi ulama-
umaro-ummat, MUI secara rutin menjadi pelaksana Silaturahmi Ulama-
Umaro yang dilaksanaan bersama Pemerintah Kota Bandung dan
dihadiri tokoh masyarakat, pimpinan Ormas Islam serta figur sosial
lainnya. Silaturahmi dilaksanakan, selain untuk mengikat kohesifitas
silaturahmi, juga untuk membangun kesamaan visi dan persepsi
khususnya untuk membangun Bandung yang lebih baik.

27
Selain berkiprah di ranah sendiri, MUI juga kerap bermitra
dengan lembaga lain yang memliki missi sama. Tidak kurang dari tiga
kali bermitra dengan Tarbiyah Al-Qur’an (TARQI), terutama dalam
melaksanakan (i) Pelatihan Muballigh sebanyak dua kali, dan Pelatihan
Muballigh pun sempat dilaksanakan atas kerja sama dengan Yayasan
Saung Kadeudeuh, (ii) MUI juga menyelenggarakan pelatihan Imam dan
Khatib yang diikuti sejumlah peserta se-Kota Bandung, dan (iii)
Pelatihan Manajemen Masjid yang diperuntukan bagi para pegiat DKM
yang ada di seputar Kota Bandung. Bahkan, dalam konteks pengabdian
kepada masyarakat, MUI pun sempat bekerja sama dengan Palang
Merah Indonesia (PMI) dengan menyuarakan pentingnya membina
kepedulian untuk dapat berbagi menyelamatkan jiwa orang lain melalui
gerakan donor darah. Masih dalam kerangka implementasi dakwah,
amar makruf nahyi munkar, MUI Kota Bandung pun menjalin kerja
sama dengan Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Bandung, untuk
bersama-sama mencegah dan memberantas penyalahgunaan peredaran
gelap narkotika dan prekursor narkotika yang selanjutnya disebut P4GN.
Keenam, untuk mengantisipasi penurunan kemampuan
perekonomian masyarakat selama masa Pandemi Covid-19, MUI telah
berusaha melalui kantung-kantung koperasi syari’ah berbasis masjid ikut
mendorong memperkuat stabilitas perekonomian masyarakat. MUI juga
diharapkan dapat berperan serta dalam ikut terlibat mensukseskan usaha-
usaha pemulihan ekonomi, dengan mengembangkan kesejahteraan
masyarkat berbasis masjid. Selain itu, tentu MUI juga ikut mendorong
sekemampuan disiplin diterapkannya Prokes guna mencegah penularan
virus yang tidak diharapkan.
Dalam konteks memelihara kerukunan masyarakat, dengan tetap
memegang teguh prinsip amar ma’ruf nahyi munkar, MUI ke depan
harus tetap sanggup mengedepankan ukhuwah sebagai perekat intern
dan antar umat beragama. Inilah di antara fasilitas sosial yang paling
mungkin dan sebaiknya dilakukan, sesuai kapasitas formal yang
diembannya, sebagai lembaga pewaris para nabi untuk mewujudkan
tatanan masyarakat yang tetap mencintai al-Qur’an, sunnah para Nabi,
serta berbagai produk ijtihad para ulama sesuai tantangan yang
dihadapinya.

28
E. Implementasi Agenda Kerja
Di tengah hiruk pikuk datang silih bergantinya persoalan, MUI
Kota Bandung sesuai dengan Bidang-bidang garapannya, Alhamdulillah
dapat merealisasikan sejumlah agenda, antara lain: Pertama, Bidang
Fatwa dan Konsultasi Agama, berperan, di samping merumuskan fatwa
yang dibutuhkan ummat, juga sebagai penyambung lidah keputusan
fatwa lembaga yang ada di atasnya.
Kedua, Bidang Dakwah, melaksanakan intensifikasi gerakan
dakwah baik perorangan maupun kelembagaan, serta menyiapkan
panduan dakwah di kalangan umat perkotaan. MUI juga secara
konsisten melayani kebutuhan imam/khatib jum’ah masjid-masjid yang
membutuhkan khususnya yang ada di seputar Kota Bandung.
Ketiga, Bidang Pendidikan dan Latihan, melaksanakan pelatihan
da’i beberapa angkatan, baik mandiri maupun melalui kerja sama.
Keempat, Bidang Organisasi, Litbang, dan Sosbud, menerbitkan
buku-buku bermutu sebagai bahan referensi umat Islam di Kota
Bandung, dan menyediakan perpustakaaan bagi kepentingan
pencerdasan ummat.
Kelima, Bidang Ukhuwah dan Hubungan Antarlembaga,
menyelenggarakan secara berkala silaturahm ulama-umaro dan ummat
sebagai jembatan sinergi antar lembaga.
Keenam, Bidang Hubungan Antarumat Beragama dan Bina
Mualaf, meluruskan kemungkinan munculnya aliran-aliran, paham-
paham menyimpang dari Agama mainstreams.
Ketujuh, Bidang Bandung Bermartabat dan Lingkungan,
melakukan kajian-kajian dan pengembangan lingkungan kawasan
Bandung menuju Bandung Bermartabat.
Kedelapan, Bidang Pengembangan Ekonomi Umat,
mengembangkan dan melakukan pembinaan Koperasi Syari’ah berbasis
Masjid. Hingga saat ini sudah hampir seluruh kecamatan di Kota
Bandung sudah memiliki koperasi syariah, atau ada pula yang
menamakan dirinya sebagai Baitul Mal Wattamwil. Target idealnya, tiap
kelurahan memiliki koperasi syariah.
Kesembilan, Bidang Pemuda, meski baru pada tahap rintisan
melaksanakan kerja sama antar pemuda masjid untuk melakukan
pembinaan mental generasi muda. Bidang ini sejatinya menjadi prioritas

29
garapan ulama, mengingat semakin terasa krisis akhlak yang menimpa
lapisan anak-anak dan pemuda kita.
Kesepuluh, Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Anak,
menghidupkan lembaga-lembaga Majelis Taklim yang pada umumnya
diminati kalangan ibu-ibu. Bidang ini juga kerap memenuhi kebutuhan
narasumber majelis-majelis taklim yang sewaktu-waktu dibutuhkan
dalam acara-acara keislaman.

F. Perjalanan Keuangan
Secara finansial, MUI Kota Bandung hidup, salah satunya, atas
bantuan Hibah Pemerintah Kota Bandung. Setiap tahunnya, pemerintah
menghibahkan anggaran khusus untuk kebutuhan operasional MUI Kota
Bandung, yang penggunaanya diperuntukan bagi:
1. Kegiatan-Kegiatan operasional MUI Kota Bandung.
2. Bantuan Dana Operasional MUI Kecamatan-kecamatan se-Kota
Bandung.
3. Bantuan Dana operasional MUI Kelurahan-kelurahan se-Kota
Bandung.
4. Penyelenggaraan Silaturahmi Ulama-Umaro yang dilaksankan 2 kali
dalam setahun, menjelang Ramadhan dan menjelang Idul Fitri.
Namun setelah pandemic Covid menjadi 1 kali sesuai penurunan
dana hibah, serta mengurangi kerumunan.
Alhamdulillah, dengan sikap syukur, dana tersebut dapat dimanfaatkan
secara efektif dan dapat mencukupi kebutuhan.
Karena itu, melalui forum Musyda ini, kami menyampaikan
terima kasih kepada pemerintah Kota Bandung yang telah ikut andil
mengucurkan Hibah kepada MUI, sehingga pergerakan MUI dapat
berjalan dengan lancar.
Selain dana hibah, MUI juga sewaktu-waktu mendapat masukan
dari hasil penyewaan Gedung Pertemuan MUI yang beralamat di Jln
Sadang Serang, 13 Bandung. Gedung disewakan untuk resepsi
pernikahan atau pertemuan lainnya sebelum pandemic Covid 19.
Di samping itu, MUI juga menerima bantuan-bantuan dari
donatur sukarela tidak mengikat.

30
G. Penutup
Akhirnya kami menghaturkan penghargaan yang setingi tingginya
kepada seluruh jajaran Pengurus MUI Kota Bandung, MUI Kecamatan
dan MUI Kelurahan yang telah membantu dan melaksanakan program-
program Majelis Ulama Indonesia Kota Bandung.
Selama periode 2016-2021, Majelis Ulama Indonesia Kota
Bandung telah kehilangan kader-kader terbaik, semoga amal ibadah
serta perjuangannya di terima Allah SWT. Adapun pengurus yang wafat
sebagai berikut :
1. KH. M. Tajudin Subki (Ketua Dewan Pertimbangan).
2. Drs.KH.M. Ishaq Rauf, M.Si (Wakil Sekretaris Dewan
Pertimbangan).
3. Drs. KH. U Saefudin (Anggota Dewan Pertimbangan).
4. KH. E. Huzaemi (Anggota Dewan Pertimbangan).
5. Drs.H. Tjetje Soebrata SH,. MM (Anggota Dewan Pertimbangan).
6. Drs. H. M. Sidik Hasan (Anggota Dewan Pertimbangan).
7. Drs.H. Nandang Sarifuddin, M.Pd.I (Anggota Bidang).
8. Drs. KH. Ahmad Hidayat (Anggota Bidang).
9. Ade Mumad, S.Ag (Anggota Bidang).
10. KH Abdul Hanan, S.Ag (Anggota Bidang).
11. Drs. KH. M.A.E. Ruchendi (Anggota Bidang).
12. Beberapa Pengurus MUI Kecamatan dan Kelurahan.

"Allahummaghfirlahu warhamhu wa’aafihi wa’fu’anhu, waakrim


nuzulahu wawasi’madkholahu, waghsilhu bil maai watstsalji wal
barod, wanaqqihi min khotooya kamaa yunaqqotstsaubul abyadhu
minadanas, wa abdilhu daaron khoiron min daarihi, wa ahlan
khoiron min ahlihi, wa zaujan khoiron min zaujihi waqqihi fitnatal
qobri, wa ‘adzabannar."

Demikian garis besar Laporan Pertanggungjawaban Umum


Kepengurusan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Bandung selama
periode 2016-2021.

31
KOMITMEN
MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI) KOTA BANDUNG
PADA MUSYAWARAH DAERAH KE-X
Bandung, 11 September 2021

Bismillahirrahmanirrahiem,
Dalam rangka mempertahankan sinergi produktif untuk memelihara
kondusifitas Kota Bandung, MUI Kota Bandung berkomitmen:
1. Memelihara kondusifitas Kota Bandung dengan mempertahankan
dan merawat sinergi ulama-umara, khususnya dalam upaya menjaga
kehidupan harmoni dalam memerankan fungsi-fungsi yang
sejatinya dimainkan MUI Kota Bandung dan Pemerintah Kota
Bandung.
2. MUI Kota Bandung berkomitmen untuk ikut mengamankan misi
utama Pemerintah Kota Bandung untuk menciptakan Kota Bandung
yang “Unggul, Nyaman, Sejahtera, dan Agamis”, dalam suasana
kehidupan yang rukun, harmoni, dan penuh toleransi.
3. Sesuai fungsi dan peran yang dipegangnya, MUI Kota Bandung
ikut berusaha mengantisipasi iklim kehidupan warga yang dinamis
dan stabil khususnya Pasca Pandemi Covid-19 yang mudah-
mudahan tidak akan lama lagi selesai, karena kesulitan demi
kesulitan bukan hanya di depan mata tapi sudah berada di tengah
kehidupan kita.
4. Dengan tetap mengedepankan prinsip uswatun hasanah bagi
masyarakat, serta membangun budaya kerja di atas prinsip al-
muhafadzah bil qadimil salih, wal ahdu bil jadidil ashlah, Kita pun
wajib terus melakukan berbagai instrospeksi, muhasabah, mawas
diri untuk kepentingan kebaikan semua. Faidza faraghta fan-shab,
wa ilaa rabbika far-ghab.

Wabillahittaufiq wal hidayah,


Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Ketua Umum,

Prof. Dr. KH. Miftah Faridl


32
POKOK-POKOK PENGEMBANGAN PROGRAM
MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI) KOTA BANDUNG
PERIODE 2021-2026

Mukaddimah
Pokok-pokok pengembangan program ini merupakan rumusan
aspiratif yang berkembang selama pelaksanaan Musda MUI Kota
Bandung yang diselenggarakan pada bulan September tahun 2021.
Beberapa pertimbangan menyangkut potensi dan masalah yang menjadi
faktor pendukung terlaksananya program atau penyebab terhambatnya
pelaksanaan program merupakan fokus analisis dalam upaya
mengevaluasi, yang kemudian dijadikan bahan pertimbangan dalam
merealisasikan program-program pengabdiannya untuk satu periode ke
depan.
Dengan mengacu pada motto Kota Bandung, menuju Kota
Bandung yang Unggul, Nyaman, Sejahtera, dan Agamis, maka
dituntut peran dan partisipasi lembaga keulamaan ini untuk ikut ambil
bagian mensukseskan cita-cita mulia itu Paling tidak dalam aspek
penciptaan Bandung Agamis, MUI memiliki peran sentral untuk ikut
mewujudkannya. Dengan segala keterbatasan yang dimilikinya, MUI
berusaha tampil sebagai leading sektor proses implementasi agenda
dimaksud.

Dasar Pemikiran
Majelis Ulama Indonesia merupakan wadah para alim ulama untuk
memberikan pelayanan konstruktif pada masyarakat sesuai perspektif
yang dimilikinya. Pesan-pesan agama seperti tertuang dalam Kitab Suci
dan Sunnah Nabi merupakann acuan utamanya. Karena itu, di kalangan
masyarakat Islam, ulama sendiri tetap ditempatkan sebagai salah satu
figur elit yang mempunyai kedudukan terhormat di antara kelompok-
kelompok elit lainnya.
Mereka diakui memiliki pengetahuan tentang Ayat-ayat Allah,
baik yang bersifat kawniyyah maupun qur`âniyyah. Karenanya mereka
diakui sebagai penyebar dan pemelihara ajaran Islam, pemimpin dan
pembimbing umat, khususnya dalam upaya menegakkan amar ma`ruf

33
nahy munkar, memperbaiki dan meluruskan yang salah dan
menyimpang, menyempurnakan hal-hal yang masih dipandang tidak
benar, baik melalui lisan, tangan atau kekuasaan, dan bahkan hanya
sebatas suara hatinya. Sehingga karena ketulusan mereka pulalah
masyarakat Islam mengikuti hampir setiap fatwa yang dikeluarkannya.
Ulama di tengah masyarakatnya merupakan aktor perubahan
sosial yang memiliki pengaruh kuat. Hal ini bisa disebabkan oleh
beberapa hal, di antaranya, bahwa ulama adalah pemangku hukum
agama Islam. Sedangkan hukum agama Islam mengatur tidak hanya
hubungan antara individu dengan Tuhan tetapi juga hampir semua
hubungan sosial dan personal, sehingga dengan demikian memberikan
kekuasaan yang sangat luas kepada para ulama dalam masyarakatnya.
Dengan demikian tidak salah jika kemudian masyarakat mempercayakan
kepada ulama untuk memberikan bimbingan dan keputusan tentang
berbagai hal menyangkut hidup dan kehidupan.
Sistem sosial masyarakat yang dihadapi ulama pada saat ini telah
mengalami perubahan diferensiasi fungsional. Perubahan ini disebabkan
oleh munculnya sejumlah kelembagaan dalam tatanan masyarakat baru.
Pemunculan tersebut membuat tumbuhnya lapisan sosial baru yang tidak
menjadikan ulama sebagai panutan, atau bahkan menjadi saingan,
karena mengambil sejumlah peran yang semula dilakukan oleh ulama.
Di sinilah posisi ulama dalam masyarakat yang tengah berubah
dapat dipetakan. Posisi sentralnya akan berpengaruh pada proses
perubahan, yang jika dibiarkan tanpa kendali sosial sedikitpun,
perubahan itu akan lebih berpihak pada perubahan yang regres
ketimbang progres. Peran ulama tidak lagi bisa dipandang sederhana,
seperti halnya ulama pada era tradisionalisme. Ulama adalah penyejuk
umat ketika kehausan, sekaligus penentram suasana ketika dilanda
ketidakharmonisan.

Sifat dan Orientasi Program


Program kerja dikembangkan secara independen dengan tetap
memelihara sinergi dengan arah kebijakan pembangunan yang
berlangsung, khususnya di Kota Bandung. MUI di satu sisi merupakan
bagian dari sistem sosial politik yang tidak bisa dipisahkan dari sistem

34
tata kelola pemerintahan, sementara di sisi lain, MUI juga tetap terikat
pada kekuatan moral yang harus diperankannya.
Independensi program ini dimaksudkan untuk memelihara
orientasi keumatan dalam mengemban misi dakwah untuk menyebarkan
rahmat bagi sekalian alam (rahmatan lil’alamin), di atas semangat
ukhuwah (persaudaraan), ta’awuniyah (tolong menolong dan
kerjasama), tasamuh (toleransi dan moderat), qudwah (kepeloporan),
dan syuriyah (permusyawaratan).
Sedangkan dimensi sinergi dengan unsur lainnya, khususnya
pemerintahan, dimaksudkan untuk memberikan muatan nilai-nilai
moralitas dan semangat spiritualitas dalam proses pembangunan di
berbagai bidang. Aspek ini juga dimaksudkan untuk membuka arah
partisipasi bagi MUI dengan tetap memelihara integritas kelembagaan
sebagai wadah para pewaris nabi.

Sketsa Problematika Keumatan


Beberapa waktu terakhir, masyarakat kita dihadapkan pada
banyak persoalan sosial, yang dalam batas-batas tertentu hampir selalu
berkaitan dengan masalah agama (masail al-diniyah), khususnya terkait
munculnya wabah Covid-19 yang telah berimbas pada tatanan
kehidupan keagamaan. Bukan hanya telah merusak tatanan kehidupan
ekonomi, tapi juga telah berimbas pada munculnya kegaduhan
religiusitas masyarakat beragama. Kontroversi di seputar boleh-tidaknya
shalat berjamaah, misalnya, sedikit banyak telah menyeret kaum
agamawan khususnya para alim-ulama untuk terlibat secara aktif
menyelesaikan masalah.
Secara politis berkembang pula isu-isu yang tidak kalah
krusialnya seperti terorisme yang dikaitkan dengan Islam dan pesantren,
masalah politisasi agama dengan mengait-ngaitkan partai politik ke
dalam wilayah agama, dan lain sebagainya. Terakhir bahkan
berkembang pula berbagai isu yang dapat mengganggu hubungan antar
umat beragama yang dikaitkan dengan kasus pemurtadan dan problem
rumah ibadah sesuatu agama, termasuk adanya musibah bencana Covid-
19 yang dikait-kaitkan dengan keyakinan sebagai ujian ataupun adzab
dari Allah.

35
Tema agama memang tidak bisa dianggap sederhana. Secara
Sosiologis, agama dapat berperan sebagai kekuatan perekat integrasi,
tapi pada saat yang sama, agama juga dapat berubah menjadi pemicu
konflik yang sulit dihindari. Persoalan agama biasanya bermula dari hal
yang sangat sederhana. Soal terminologi yang digunakan, misalnya,
dapat saja berubah menjadi sumber konflik hanya karena perbedaan
interpretasi yang sulit dihindari. Beberapa kasus sosial yang melahirkan
ketegangan hubungan antar umat beragama khususnya yang terjadi di
Kota Bandung, dapat membengkak setelah melibatkan variable agama.
Padahal, sangat mungkin, pada awalnya kasus-kasus tersebut sama
sekali tidak berkaitan dengan isu agama.
Termasuk ke dalam masalah ini adalah semakin krusialnya isu
terorisme. Isu ini sejak awal telah dimasukkan ke dalam wilayah agama
dengan “mengidentikkan” pelakunya sebagai pemeluk agama tertentu
(Islam). Lebih krusial lagi ketika identifikasi itu telah berkembang
dengan menyebut kelembagaan agama tersebut, yaitu pesantren.
Kontroversi di seputar “sidik jari”, sertifikasi ulama, dan lain sebagainya
yang berkembang pada beberapa waktu terakhir, sebetulnya karena
adanya kesan diskriminasi terhadap komunitas pesantren. Isu ini
memang akan mendorong terbentuknya kesan umum bahwa pesantren
merupakan pihak yang paling bertanggung jawab tentang adanya teror
(khususnya dalam bentuk bom bunuh diri) di sejumlah tempat di
Indonesia.
Dari gambaran sederhana di atas, pada kurun lima tahun ke
depan, secara garis besar dapat diperkirakan masih akan mengemuka
paling tidak enam masalah krusial yaitu:
1. Masalah isu terorisme yang dengan segala variabelnya telah
membuat sebagian pihak bereaksi keras, dan tampaknya masih akan
menjadi tema sosial, politik, dan agama yang hangat mewarnai
kehidupan masyarakat.
2. Masalah hubungan antar umat beragama dengan mengangkat
dimensi toleransi dalam bingkai ”Islam Wasathiyah” yang juga
telah mengundang silang pendapat yang sangat tidak
menguntungkan bagi kepentingan pembangunan masyarakat, yang
hingga saat ini masih menyisakan masalah-masalah krusial di
tengah kehidupan yang serba tidak menentu.

36
3. Munculnya pemikiran-pemikiran dan bahkan aliran yang dinilai
sesat sebagai bentuk perkembangan pemikiran keagamaan yang
keluar dari mainstream keberagamaan masyarakat muslim
Indonesia.
4. Pada kurun lima tahun ke depan juga masyarakat akan kembali
berpartisipasi pada momen politik, yakni pergantian kepemimpinan
mulai dari tingkat nasional, regional, dan lokal, yang dalam banyak
hal akan membutuhkan garis penyejuk agar proses itu tetap
produktif bagi kepentingan umat.
5. Masalah dampak perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi yang pada akhirnya telah menyentuh wilayah agama,
etika, dan moral sosial masyarakat, seperti munculnya kegelisahan
masyarakat lantaran berkembangnya konten-konten media sosial
yang dipandang tidak sealur dengan etika sosial yang berlaku.
6. Masih munculnya perilaku-perilaku tak acuh pada ikhtiar
menjadikan Bandung sebagai kota yang unggul, nyaman, sejahtera
dan agamis, seperti masih rendahnya ”tanggung jawab sosial” warga
dalam ikut berpartisipasi memelihara kota sebagai tempat
tinggalnya sendiri.

Potensi dan Daya Dukung


Kekuatan ulama terletak pada dua hal, yaitu: Pertama, karena
ulama memiliki perasaan kemasyarakatan yang dalam dan tinggi
(high developed social senses); dan kedua, karena ulama selalu
melandaskan sesuatu kepada kesepakatan bersama (general
consensus). Dengan kedua kekuatan tersebut, peranan ulama dalam
masyarakat tidak hanya terbatas dalam bidang keagamaan namun
juga dalam bidang lain, bahkan dalam struktur-struktur sosial
masyarakat. Sehingga ia bisa berperan sebagai pressure group dan
ruling class baik pada masyarakat perkotaan maupun pedesaan.
Selain itu, masyarakat Kota Bandung juga dikenal sangat plural
dengan potensi para akademisi yang cukup dominan. Rata-rata lama
sekolah yang tengah menuju angka 12, merupakan potensi sosial
yang sangat mahal dan besar. Potensi sumber daya manusia ini
merupakan pendukung utama pencapaian target seperti sudah
menjadi komitmen politik pemerintah Kota Bandung.

37
Di sisi lain, masyarakat yang dibangun dalam semangat
religiusitas dengan mayoritas penduduk beragama Islam, masih
akan menjadi daya dukung yang sangat besar dalam membangun
dan menemukan solusi atas berbagai masalah yang dihadapinya.
Pendekatan agama akan menjadi alternatif yang paling mungkin
ditawarkan, sehingga penyelesaian masalah-masalah sosial akan
memberikan hikmah yang lebih besar bagi kesejahteraan
masyarakat.

Tujuan dan Sasaran


Pokok-pokok pengembangan program ini disusun untuk
memberikan arah kebijakan kepada pengurus MUI Kota Bandung
Periode 2021-2026 dalam mencapai tujuan utama organisasi, yakni:
(1) mengupayakan terbentuknya umat Islam yang berkualitas
(khaira ummat) dan memiliki akhlaq mulia (akhlaq al-karimah), (2)
mewujudkan kemampuan ekonomi umat yang kuat (al-iqtishadiyah
al-Islamiyah al-quwwah), serta (3) membangun iklim sosial yang
sehat lahir maupun bathin pasca Pandemi Covid-19.
Tujuan organisasi ini selanjutnya dikembangkan untuk
mencapai sasaran utamanya meningkatkan pemahaman,
penghayatan, dan pengamalan ajaran Islam di kalangan umat
khususnya di Kota Bandung, sesuai dengan arah perubahan dan
kecenderungan masyarakat setempat. Selain itu, organisasi ini juga
berkewajiban secara moral menjadikan Islam sebagai spirit
kehidupan untuk menciptakan suasana yang lebih baik.
Sebagai sasaran antara dalam mencapai tujuan tersebut,
selanjutnya dikembangkan melalui upaya meningkatkan mutu
kinerja organisasi MUI Kota Bandung, membangun jaringan kerja
sama dengan lembaga-lembaga sosial keagamaan lainnya, serta
membina hubungan fungsional dengan lembaga pemerintahan, baik
lokal, regional maupun nasional.
Diharapkan, ke depan, selain intensif melakukan pembinaan
umat, MUI Kota Bandung juga dapat berpartisipasi dalam
pembangunan masyarakat secara keseluruhan dengan mengacu pada
tujuan terbentuknya Bandung sebagai Kota yang Unggul, Nyaman,
Sejahtera, dan Agamis. Dalam suasana keagaman itulah diharapkan,

38
masyarakat Kota Bandung dapat mengantisipasi berbagai tantangan
kehidupan, khususnya tantangan media informasi dan komunikasi.

Program Strategis
Dalam banyak hal, umat mayoritas ini sering mendapat ujian
sosial yang dapat mengganggu situasi kehidupan beragama.
Beberapa waktu terakhir muncul anggapan bahwa umat Islam
dianggap tidak appreciate atas kenyataan pluralitas masyarakat,
khususnya di Kota Bandung. Karena itu, sebelum berkembang
menjadi konflik yang lebih besar, hal ini perlu diantisipasi melalui
fungsi-fungsi kelembagaan agama dan sosial secara obyektif dan
elegan sehingga ditemukan solusi yang bisa diterima semua pihak.
MUI Kecamatan sebagai garda terdepan yang langsung
bersentuhan dengan masyarakat, merupakan kekuatan moral yang
harus bisa diandalkan untuk tujuan penciptaan situasi sosial yang
tetap kondusif. Bukan hanya itu, bahkan fungsi-fungsi sampingan
seperti fungsi dan peran sosial politik dan bahkan ekonomi, para
kaum agamawan tetap diharapkan menjadi pemegang kendali
moralitas masyarakat.
Berdasarkan analisis masalah, potensi, serta arah
pengembangan kelembagaan MUI Kota Bandung, maka untuk lima
tahun ke depan perlu dikembangkan program-program strategis
yang dapat menyentuh aspek-aspek sebagai berikut:

Pertama aspek pengembangan Knowledge, antara lain:


1. Ikut memberikan kontribusi pada Pemerintah Kota Bandung bagi
pelaksanaan dan pengembangan pembangunan Bandung Agamis.
2. Memperkuat kelembagaan fatwa dengan melahirkan rumusan-
rumusan yang dapat membimbing umat dalam menjalani
kehidupannya sehari-hari, khususnya dalam mengantisipasi
perubahan-perubahan praktik keagamaan di masa Pandemi
Covid-19..
3. Pengembangan aspek pendidikan, termasuk Pendidikan Kader
Ulama (PKU) untuk menjemput masa depan yang lebih siap,
khususnya dalam menyediakan tenaga pembimbing umat, dan ke

39
depan, agenda-agenda diklat serta kajian-kajian perlu digerakkan
untuk memperkuat posisi ulama di mata ummat.

Kedua aspek pengembangan Akhlak, antara lain:


4. Ikut serta dalam bidang hukum dan perundang-undangan sebagai
perangkat dalam kaitannya dengan kehidupan berbangsa dan
bernegara. Proaktif ikut menyusun rumusan-rumusan peraturan
daerah yang berpihak pada umat beragama.
5. Pemberdayaan ekonomi umat melalui penguatan lembaga-
lembaga ekonomi syariah berbasis masjid dalam ikut
memulihkan iklim ekonomi Pasca Pandemi Covid-19..
6. Penguatan kepedulian pada sektor perempuan, remaja, pemuda,
pelajar dan keluarga.
7. Memperkuat kepedulian dalam merespon perkembangan
informatika dan komunikasi, seperti upaya antisipatif atas
berkembangnya konten media sosial yang tidak sejalan etika dan
moral.

Ketiga aspek pengembangan Skill, antara lain:


8. Penguatan bidang dakwah dan pengembangan masyarakat
sebagai tiang penyangga kekuatan masyarakat muslim khususnya
dan warga kota pada umumnya yang lebih kondusif.
9. Penguatan aspek kajian dan penelitian untuk menyediakan data
dan bahan-bahan analisis secara obyektif yang lebih berpihak
pada umat.
10. Kajian-kajian dan pengembangan pemikiran tentang konsep
lingkungan hidup yang baik, sehat, dan Islami.

Keempat aspek pengembangan Institusi/kelembagaan, antara


lain:
11. Memperkuat peran-peran partisipatif lembaga keulamaan dalam
ikut mewujudkan Bandung yang Unggul, Nyaman, Sejahtera,
dan Agamis sebatas kemampuan dan kapasitas yang dimilikinya.
12. Ikut menciptakan dan memelihara keharmonisan hubungan hidup
antar umat beragama di tengah pluralitas masyarakat Kota
Bandung.

40
KETETAPAN UMUM DAN REKOMENDASI
MUSYAWARAH DAERAH MAJELIS ULAMA INDONESIA
KOTA BANDUNG

Mukaddimah
Sejak masa kelahirannya, eksistensi kelembagaan Majelis Ulama
Indonesia, salah satunya, terletak pada kekuatan moral sebagai alat
kontrol dalam ikut mengendalikan tatanan masyarakat yang etis dan
agamis. Pada pelaksanaannya, diperlukan sinergi produktif dengan
kelembagaan lainnya, baik pemerintah maupun non-pemerintah.
MUI Kota Bandung sejatinya merupakan mitra strategis dan
sinergis pemerintah Kota Bandung, khususnya dalam ikut mewujudkan
Bandung yang Unggul, Nyaman, Sejahtera, dan Agamis. Paling tidak,
dalam upaya pencapaian Bandung sebagai Kota Agamis, MUI memiliki
peran penting dan strategis.
Karena itu, untuk mewujudkan sinergi dimaksud sekaligus
mewujudkan partisipasi dalam proses pembangunan masyarakat, melalui
forum Musyawarah Daerah ini, MUI Kota Bandung merasa perlu
merumuskan permasalahan-permasalahan aktual yang perlu mendapat
perhatian bersama.

Landasan
1. Pedoman Dasar Majelis Ulama Indonesia (PD-MUI) Bab III, pasal 4
tentang fungsi MUI yang berbunyi : “sebagai pemberi fatwa kepada
umat Islam dan pemerintah, baik diminta maupun tidak diminta”.
2. Pada pasal 6 bab yang sama tentang usaha-usaha, menyatakan
bahwa MUI melaksanakan usaha ”menjadi penghubung antara
ulama dan umara (pemerintah) dan penerjemah timbal balik antara
pemerintah dan umat guna mencapai masyarakat berkualitas (khaira
ummah) yang diridlai Allah SWT (baldatun thayyibatun wa rabbun
ghafur)”.
3. Hasil kajian, saran, dan pendapat yang berkembang pada fórum
komisi rekomendasi Musda MUI Kota Bandung, pada September
2021.

41
Rekomendasi
Berdasarkan pemikiran dan saran-saran yang berkembang dalam
kajian isu-isu strategis, sekurang-kurangnya ada tiga sasaran
rekomendasi yang akan menjadi prioritas pengabdian MUI Kota
Bandung untuk lima tahun ke depan.

A. Beberapa Isu Strategis yang Perlu Mendapat Perhatian


1. Dalam ikut memikul tanggung jawab moral menuju Bandung
sebagai Kota yang Unggul, Nyaman, Sejehtera, dan Agamis,
MUI Kota Bandung dapat ikut merumuskan pola-pola strategis
implementasi gagasan itu untuk menjadi salah satu bahan
masukan bagi pengambilan kebijakan pemerintah Kota Bandung.
2. Mengingat masih banyaknya (untuk tidak menyebut kebanyakan)
status lahan dan/atau bangunan masjid yang masih belum legal
dan definitif, sebagai salah satu sarana penciptaan Bandung
Agamis, maka perlu segera dilakukan pendampingan dalam
rangka penataan administratif lahan/aset tersebut dan proses
sertifikasi wakaf. Sertifikasi lahan masjid dan pemutihan IMB
bangunan seluruh masjid di Kota Bandung, salah satunya, dapat
dilakukan secara kerja sama melalui tahapan MoU antara
Walikota-BPN-MUI-Kemenag dan ditindaklanjuti dengan tim
khusus, yang pelaksanaannya terus dikoordinasikan dengan MUI
Kota Bandung.
3. Sebagai salah satu identitas masyarakat Kota Agamis, khususnya
terkait gerakan Magrib Mengaji untuk umat Islam di Kota
Bandung, perlu segera ditindaklanjuti secara legal formal dengan
mengefektifkan proses monitoring implementasinya di lapangan,
dan diperkuat oleh Perda terkait penguatan eksistensi dan
program Diniyah, serta perlu ditindaklanjuti dengan penerbitan
Perwal sebagai dasar pelaksanaan Perda dimaksud. Anak lulus
sekolah dasar perlu memperoleh 2 STTB, Ijazah dan Sertifikat
Iqra.
4. Untuk merealisasikan penciptaan iklim sosial yang agamis,
Pemkot perlu terus mendorong para pengusaha untuk
menyediakan tempat ibadah masjid, terutama di tempat-tempat
umum seperti di mall, hotel, kantor pemerintah, BUMN, pasar,

42
terminal, rumah sakit, tempat wisata dan perumahan-perumahan
yang ada di Kota Bandung, sebagai salah satu standar
pembangunan.
5. Selanjutnya, sebagai solusi atas semakin maraknya praktik
rentenir yang berakibat buruk bagi masyarakat, perlu lebih
meningkatkan program menggalakan Kopersi Syari’ah berbasis
masjid, sekaligus penguatan kapasitas para da’i, mubaligh,
khotib, ulama, dan juru penerang lainnya untuk
mensosialisasikannya kepada masyarakat.
6. Memperkuat kelembagaan sertifikasi halal, seperti untuk
menjaring Halal Life Style (hotel, wisata, makanan, kosmetik,
obat-obatan, fashion, hiburan, dan lain-lain).
7. Berkenaan dengan maraknya berbagai penayangan acara di
media sosial dengan konten-konten yang dinilai telah memasuki
wilayah yang dilarang agama, MUI Kota Bandung memohon
kiranya pemerintah untuk lebih aktif mensosialisasikan
pemberlakuan UU Pornografi yang telah lama diundangkan,
sekaligus melakukan kontrol secara ketat terhadap berbagai
tayangan yang dapat merusak moral dan keyakinan agama
masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut, MUI Kota Bandung
perlu segera mengambil langkah-langkah:
a. Membentuk Komisi Pengkaji Media (KPM) yang berfungsi
mengkaji, memantau, sekaligus memberikan masukan dan
rekomendasi kepada pihak terkait berkaitan dengan bentuk-
bentuk tayangan di media.
b. Memberikan kewenangan penuh kepada komisi untuk
melakukan berbagai langkah penting dan melaporkan
kegiatannya kepada MUI Kota Bandung.
c. Melakukan pendekatan dan kerja sama dengan pihak-pihak
terkait, seperti dengan KPID, Diskominfo, dan lain-lain,
untuk bersama-sama memantau media.
2. Dibentuk Lembaga konsultasi keluarga sakinah untuk mengatasi
problem dan krisis kehidupan Rumah Tangga.

43
B. Lain-lain
1. Setelah melihat langsung berbagai perubahan positif, kemajuan-
kemajuan yang terjadi di Kota Bandung, kami memandang perlu
dipelihara kontinuitasnya untuk menuju Bandung yang unggul,
nyaman, sejahtera dan agamis. Untuk itu kami berpendapat
sekaligus mendukung penuh pemerintahan di bawah
kepemimpinan Wali Kota dan Wakilnya yang saat ini definitif
berjalan, Mang Oded dan Kang Yana. Semoga keduanya tetap
diberi kekuatan untuk terus bekerja dengan tetap berkonsentrasi
mewujudkan Bandung yang lebih baik.
2. Untuk menciptakan tetap tumbuh dan berkembangnya semangat
religiusitas serta terpeliharanya nilai-nilai moralitas dalam
kehidupan dan lingkungan masyarakat, MUI Kota Bandung tetap
berkomitmen mendukung program Bandung Agamis yang
dicanangkan oleh Pemerintah Kota Bandung, sekaligus
memohon kepada pemerintah untuk segera mewujudkannya
dalam agenda-agenda nyata, dan menghimbau kepada seluruh
warga Kota Bandung untuk ikut aktif berpartisipasi
menyukseskan program tersebut sesuai kapasitas masing-masing.

Selanjutnya, Musda merekomendasikan kepada Pengurus MUI


Kota Bandung Periode 2021-2026 untuk melakukan kajian-kajian
tematik, khususnya terkait isu-isu sebagai berikut:
1. Pentingnya tersedia tempat ibadah yang layak dan nyaman,
terutama di tempat-tempat umum seperti mal, pusat-pusat
perkantoran, rumah sakit, pasar, dan lain sebagainya, perlu
dilakukan “lomba” masjid untuk menstimulasi penyediaan sarana
ibadah yang representatif.
2. Perlu melakukan Kajian intensif tentang fenomena semakin
berkembangnya paham komunisme dan sekularisme di negara
Indonesia.
3. Terkait Perda miras, perlu direview tentang batasan yang
menjualnya. Masih banyak kasus yang diakibatkan oleh miras.
4. Kajian tentang perlunya label haram, selain label halal. Untuk
perlindungan umat Islam di Kota Bandung, Perlu direkomendasikan

44
tentang Miras dan Babi dengan memakai label “Haram untuk Umat
Islam”.
5. Kajian tentang pemulihan iklim ekonomi Pasca Pandemi Covid-19,
yang kini sangat terasa oleh hampir semua kalangan masyarakat.
6. Perlunya usaha-usaha penyelamatan umat dari gangguan akidah,
termasuk komunisme, radikalisme, fundamentalisme, dan lain
sebagainya. Perlu pelurusan makna radikalisme dan
fundamentalisme secara proporsional.
7. Perlu kajian dan rekomendasi terkait pakaian seragam sekolah,
khususnya bagi anak-anak muslimah.
8. Perlu diadakan diskusi, kajian tentang pentingnya pendidikan
keimanan/aqidah dan ketaqwaan dalam pendidikan nasional.
9. Penegasan tentang bahaya gerakan komunisme dan perlu adanya
sosialisasi yang lebih massif.
10. Di sekolah-sekolah, perlu penguatan pentingnya baca qur’an bagi
anak-anak sekolah yang beragama Islam.
11. Perlu kajian tentang pembatasan waktu hiburan malam, yang telah
ditetapkan hingga pukul 12.00 atau pukul 00.00.
12. Kajian tentang wakaf produktif dan zakat produktif untuk
pemberdayaan ekonomi masyarakat dan ketahanan pangan
masyarakat.

45
POKOK-POKOK PENGEMBANGAN ORGANISASI
MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI) KOTA BANDUNG
PERIODE 2021-2026

Bandung, September 2021

Mukaddimah
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Bandung merupakan
lembaga keulamaan yang tidak bisa lepas dari norma-norma organisasi
yang mengikat eksistensinya. Dalam menjalankan kiprahnya MUI Kota
Bandung harus melengkapi bangunan organisasinya sejalan dengan visi
dan misi organisasi MUI di atasnya, baik pusat maupun provinsi.
Karena itu, organisasi ini dapat dikembangkan bukan saja karena ia
harus sanggup merespon kebutuhan faktual masyarakat yang
dihadapinya, tapi juga agar tetap konsisten berpegang pada norma-
norma organisasi dimaksud.

Dinamika Organisasi MUI


Perjalanan dan kiprah organisasi ini hampir selalu berada dalam
rentang tarikan-tarikan dinamika kehidupan organisasi, baik pusat,
provinsi, kota, hingga ke kecamatan-kecamatan dan kelurahan. Sebagai
organisasi tempat berhimpunnya para ulama, MUI tidak bisa melepaskan
diri dari dinamika sosial politik yang dihadapinya. Meskipun ia bukan
organisasi politik, tapi dalam sistem politik negara ini, MUI tetap
merupakan sub-sistem dari sistem negara yang memayunginya.
Karena itu, ia harus selalu responsif pada permasalahan
masyarakat yang dihadapinya, dan pada saat yang sama ia juga tetap
harus sejalan dengan induk organisasinya. Sebab secara formal, MUI
Kota tetap membutuhkan legitimasi MUI yang ada di atasnya, baik
provinsi maupun pusat. Pada titik inilah dinamika organisasi MUI,
khususnya MUI tingkat kota, dapat dipetakan secara obyektif, dengan
tetap memelihara prinsip independensi kelembagaannya.

Potensi dan Daya Dukung


Di antara kekuatan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota
Bandung terletak pada dua hal, yaitu: Pertama, ketersediaan sumber
46
daya manusia yang dengan keragaman profesinya dipandang siap
menghadapi beragam tantangan; dan kedua, kekuatan solidaritas yang
dibangun di atas semangat ukhuwah sehingga memungkinkan
melakukan kesepakatan-kesepakatan bersama (general consensus) yang
lebih produktif. Dengan kedua kekuatan tersebut, peranan MUI dalam
masyarakat tidak hanya terbatas dalam bidang keagamaan namun juga
dalam bidang lain, bahkan dalam struktur-struktur sosial masyarakat.
Di sisi lain, masyarakat yang dibangun dalam semangat
religiusitas masih akan menjadi daya dukung yang sangat besar dalam
membangun dan menemukan solusi atas berbagai masalah yang
dihadapinya. Pendekatan agama akan menjadi alternatif yang paling
mungkin ditawarkan, sehingga penyelesaian masalah-masalah sosial
akan memberikan hikmah yang lebih besar bagi kesejahteraan
masyarakat.
Masyarakat Kota Bandung adalah masyarakat beragama dengan
mayoritas penduduk beragama Islam. Pemeluk Islam merupakan jumlah
terbesar yang tinggal hampir di semua kawasan geografis Kota
Bandung. Kondisi ini dapat menjadi kekuatan pendukung, meskipun jika
tidak dikelola dengan baik bisa juga sebaliknya.

Pengembangan Struktur Organisasi


Dari gambaran sederhana di atas, pada kurun lima tahun ke
depan, secara garis besar pengembangan organisasi akan diorientasikan
pada:
1. Sinergi positif dengan kelembagaan MUI yang ada di atasnya, yaitu
kepengurusan MUI Provinsi Jawa Barat dan MUI Pusat secara
struktural administratif (PD MUI Bab V, Pasal 8 tentang hubungan
organisasi).
2. Pengembangan organisasi disesuaikan dengan tuntutan
kebutuhan, dan dikembangkan dengan tetap mempertimbangkan
kemampuan, kesanggupan, dan keahlian dalam konteks sumber
daya manusia yang dimiliki.

Dengan mempertimbangkan dua hal tersebut, sesuai Pedoman


Rumah Tangga (PRT) MUI Bab I, Pasal 2, 3, dan 4, maka struktur

47
organisasi Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Bandung disusun
sebagai berikut:
1. Dewan Pertimbangan, memberikan pertimbangan, nasihat,
bimbingan, masukan-masukan, dan bantuan kepada Dewan
Pimpinan dalam pelaksanaan usahanya; membahas isu-isu strategis
yang dihadapi umat Islam.
Dewan Pertimbangan memerankan fungsi strategis bagi perjalanan
kiprah dan kemajuan organisasi MUI.
2. Dewan Pimpinan Harian, merupakan pelaksana keputusan-
keputusan musyawarah, rapat kerja, rapat koordinasi, serta rapat-
rapat pengurus lainnya.

Dewan Pimpinan Harian terdiri dari:


Ketua Umum Merupakan pimpinan yang
bertanggung jawab secara
keseluruhan organisasi.
Wakil Ketua Umum Bertanggung jawab
mengkoordinasikan bidang-
bidang: (3), (4), (7), (8), dan (9).
Wakil Ketua Umum Bertanggung jawab
mengkoordinasikan bidang-
bidang: (1), (2), (5), (6) dan (10).

Ketua-ketua Bidang, yang terdiri dari:


1. Ketua Bidang Fatwa dan Bertanggung jawab dalam urusan
Konsultasi Agama fatwa dan pelayanan konsultasi
agama.
2. Ketua Bidang Dakwah Bertanggung jawab dalam
pelaksanaan dakwah Islamiyah.
3. Ketua Bidang Pendidikan Bertanggung jawab dalam
dan Pelatihan penyelenggaraan pendidikan,
pengkaderan, dan pelatihan.
4. Ketua Bidang Penelitian Bertanggung jawab dalam
dan Pengembangan memelihara fungsi organisasi,
penelitian dan pengembangan,
serta bina sosial budaya Islami.

48
5. Ketua Bidang Ukhuwah Bertanggung jawab dalam
dan Hubungan antar memelihara ukhuwah serta
Lembaga membangun hubungan antar
lembaga.
6. Ketua Bidang Ekonomi Bertanggung jawab dalam
pengembangan ekonomi umat,
dan koperasi berbasis masjid.
7. Ketua Bina Mualaf Bertanggung jawab dalam
pembinaan mualaf.
8. Ketua Bidang Hubungan Bertanggung jawab dalam
Antar Umat Beragama memelihara hubungan antara
umat beragama.
9. Ketua Bidang Bandung Bertanggung jawab dalam
Bermartabat memelihara hubungan ulama-
umara dalam rangka Bandung
Bermartabat.
10. Ketua Bidang Lingkungan Bertanggung jawab dalam
Hidup memelihara dan pembinaan
terhadap lingkungan hidup fisik
dan lingkungan hidup sosial
religi.
11. Ketua Bidang Pemuda Bertanggung jawab dalam
pembinaan dan pengembangan
kepemudaan.
12. Ketua Bidang Wanita Bertanggung jawab dalam
pembinaan dan pemberdayaan
wanita.
Sekretaris Umum Bertanggung jawab dalam bidang
ketatalaksanaan ketatausahaan
dan umum.
Sekretaris Bertanggung jawab
mendampingi bidang-bidang
yang dibebankan kepadanya
(sesuai pembidangan koordinasi
wakil ketua).
Sekretaris Bertanggung jawab

49
mendampingi bidang-bidang
yang dibebankan kepadanya
(sesuai pembidangan koordinasi
wakil ketua).
Sekretaris Bertanggung jawab memfasilitasi
aspek administratif yang
dijalankan oleh kelembagaan
MUI lainnya.
Bendahara Umum Bertanggung jawab dalam
kebijakan keuangan organisasi
Bendahara Membantu Bendahara umum
dalam bidang belanja harian,
bidang keluar-masuk keuangan
lainnya.
Bendahara Membantu Bendahara umum
dalam bidang pembukuan dan
pengawasan.

3. Selanjutnya Dewan Pimpinan Harian menentukan Komisi-komisi


sesuai bidang-bidang yang telah dibentuk.
4. Penyusunan komisi-komisi ditentukan dalam musyawarah Dewan
Pimpinan Harian selambat-lambatnya dua minggu sejak
penyelenggaraan Musda.
5. Secara keseluruhan, kepengurusan MUI Kota Bandung mulai
beraktivitas setelah ditetapkan dengan Surat Keputusan, dan
dilakukan pengukuhan sesuai ketentuan yang berlaku.

50
LAMPIRAN-LAMPIRAN
SUSUNAN PENGURUS MAJELIS ULAMA INDONESIA
KOTA BANDUNG
MASA KHIDMAT 2021 – 2026

I. DEWAN PERTIMBANGAN
Ketua : Dr. KH Syukriadi Sambas, M.Si
Wakil Ketua : Drs. KH. Ateng Muhaemin
Wakil Ketua : Dr. KH Agus Syihabudin. M.A. MBA
Wakil Ketua : Drs. H. Tedi Ahmad Junaedi. M.Si
(kemenag ex officio)
Sekretaris : Dr. H. Irfan Safruddin., M.Ag
Anggota : 1. Prof. Dr. H. Dedi Mulyasana
2. Prof. Dr. H. Syarif Hidayat
3. Prof. Dr. H. Edi Setiadi., SH., MH
4. Prof. Dr. H. Djaja Djahari., M.Pd
5. Prof. Dr. H. Sofyan Tsauri., M.Pd
6. Dr. KH. A. Suherman., M.Pd
7. H. Maman Suparman., SH
8. Dr. H. Iman Setiawan Latief., S.Ag
9. Dr. H. Muhammad Faiz., SH., MH
10. Dr. KH. Rahmatullah Yusuf., M.Sc
11. dr. H. Hanny Handjaja Ronosulistyo.,
Sp.OG (K), MM
12. Dr. KH. A. Syaefurridjal., M.Ag
13. Dr. K.H. Engkos Kosasih. LC.M.Ag
14. Drs. KH. Buchori Muslim
15. Drs. KH. Iding Badrudin , M.Ag
16. Drs. KH. Saud Effendie
17. KH. E. Abdul Aziz Haedar
18. H. Rifqi Ali Mubarok., S.Ag.M.Si
19. KH. Fauzi Garib
20. KH. Afifudin Abdul Muin
21. H. M. Erwinudin Tarwin
22. H. Hasan Arief
23. Hj. Siti Fatimah Avalpo Suprayogi
51
II. DEWAN PIMPINAN HARIAN
Ketua Umum : Prof. Dr.K.H. Miftah Faridl
Wakil Ketua Umum : Prof. Dr.H. Asep Saeful Muhtadi, MA
Wakil Ketua Umum : KH. Maftuh Kholil

KETUA KOORDINATOR KOMISI - KOMISI


1. Fatwa Dan Konsultasi : Drs. KH. Asep Djamaludin
Agama
2. Bidang Dakwah : Dr. KH. Tata Sukayat., M.Ag
3. Pendidikan Dan : Dr. KH . Hajar Sanusi, M.Ag
Pelatihan
4. Penelitian Dan : Dr. H. Ahmad Hasan Ridwan, M.Ag
Pengembangan
5. Ukhuwah Dan : Drs. KH. Asep Mulyana Ismail., M.Pdi
Hubungan Antar
Lembaga
6. Ekonomi : Dr. Ir. H. Arsyad Ahmad., M.Pd
7. Bina Muallaf : Dr. KH. Cecep Sudirman
Anshary, MA. M.Pd
8. Hubungan Antar Umat : KH. Agus Syarif Hidayatullah.,
Beragama LC.MA
9. Bandung Bermartabat : H. Husni Ahmadi.,SE
10. Lingkungan Hidup : Dr. H. Asep Zaenal Ausop., MA
11. Humas. Dokumentasi : Drs. KH. Tjetje Djuaeni
Dan Perpustakaan
12. Pemuda : Dr. H. Nandang Koswara., M.Pd
13. Wanita : Dr. Hj. Ati., M.Ag

Sekretaris Umum : Dr. H. Asep Ahmad Fathurohman.,


LC, M.Ag
Sekretaris : Dr. H. Budi Saefudin, M.Ag

52
Sekretaris : Dr. Harun Heri Trismiyanto SE.,MM
Sekretaris : H. Arief Chandra Permana., SE
Bendahara Umum : Drs. H. Rachmat Firdaus., M.Si
Bendahara : Drs. H. Aris Muchtar
Bendahara : H. Muhammad Hamang Giharto.,
B.Sc., Ak

ANGGOTA BIDANG/ KOMISI – KOMISI

1. Bidang/Komisi Fatwa dan Konsultasi Agama.


Ketua: Drs. KH. Asep Djamaludin.
Anggota:
53
1.1. Drs. KH. O. Zaenal Muttaqien.
1.2. Iwan Permana., S.Sy.,M.E.Sy
1.3. Dr. Yusuf., M.Pd.
1.4. Drs. KH. Agus R. Sanusi.
1.5. Herwin Purnama Jaya., S.Pd.

2. Bidang/Komisi Dakwah.
Ketua: Dr. KH. Tata Sukayat., M.Ag.
Anggota:
2.1. Dr. H. Ucup Fathuddin., M.Ag
2.2. Dr. H. Cartono., S.Pd., M.Pd.,M.T.
2.3. Drs. Sapta Sugema.,MM.
2.4. Drs. H. Mualip.,M.Pdi.
2.5. KH. Engkus Suhendar., M.Ag.

3. Bidang/Komisi Pendidikan dan Pelatihan


Ketua: Dr. KH . Hajar Sanusi, M.Ag.
Anggota:
3.1. Dr. H. Dadang Ihwanudin., S.Ag.ME., SY.
3.2. H. Ismail Solihin., SE.M.Si.
3.3. Roni Thobroni., S.Sos.M.Si.
3.4. H. A. Rofik Husen., S.Ip. M.Si.
3.5. Dr. Ir. H. Kahar Mulyani., MM.

4. Bidang/Komisi Penelitian dan Pengembangan.


Ketua: Dr. H. Ahmad Hasan Ridwan, M.Ag.
Anggota:
4.1. Dr. H. R. Edi Komarudin., M.Ag.
4.2. Ardiansyah Ashari Husein., LC.M.Ag.
4.3. Abdurrahman Wahid., LC.MA.
4.4. Malki Ahmad Natsir.,PhD., M.IRKH
4.5. Dr. Latief Awaludin., M.Ag.
5. Bidang/Komisi Ukhuwah dan Hubungan Antar Lembaga.
Ketua: Drs. K.H. Asep Mulyana Ismail., M.Pdi.
Anggota:
5.1. Sirojul Munir., SH.MH.
5.2. Drs. RE. Kusmana M.Pd.
54
5.3. Drs. H. Ahmad Apandi Mubin.
5.4. Mahbun., M.Ag.
5.5. Drs. Ahmad Baehaqi., S.Pd.

6. Bidang/Komisi Ekonomi.
Ketua: Dr. Ir. H. Arsyad Ahmad., M.Pd.
Anggota:
6.1. Drs. H. Cholis Badrudin.
6.2. Imam Harjono,SE.,MOS.,M.Ak
6.3. Budiyana., SE.
6.4. Helma Agustiawan., S.MB.
6.5. H. Lucky Lukmanul Hakim., SE.

7. Bidang/Komisi Bina Muallaf.


Ketua: Dr. KH. Cecep Sudirman Anshary, MA., M.Pd.
Anggota:
7.1. Drs. H. Suryanto.
7.2. Dr. Sufyan.
7.3. Angga Nugraha., S.Ag.
7.4. Eri Noviana., S.Si.ME.SY.
7.5. Dede Suhana., S.Ag.

8. Bidang/Komisi Hubungan Antar Umat Beragama.


Ketua: KH. Agus Syarif Hidayatullah., LC., MA.
Anggota:
8.1. Wahyu Afif Al Gofiki., SS.
8.2. Abdusani Ramdani., M.Pdi.
8.3. Muhammad Rindu Fajar., LC. MA.
8.4. Nasrulloh Jamaludin., M.Ag.
8.5. H. Erdi Hardiman.

9. Bidang/Komisi Bandung Bermartabat.


Ketua: H. Husni Ahmadi.,SE.
Anggota:
9.1. KH. Ahmad Haidar.
9.2. Dr. Thyazen Abdo Hizam Al Hakimi., M.Farm.APT.

55
9.3. Roni Ilham Subagja., SHI.,MSM.
9.4. Arif Nurakhman., SE.
9.5. Rio Zakaria., SH.MH.

10. Bidang/Komisi Lingkungan Hidup.


Ketua: DR. H. Asep Zaenal Ausop., MA.
Anggota:
10.1. Urfan Hilmi.,LC.M.Ag.
10.2. H. Andri Mulyadi.
10.3. Dr. KH. Ahmad Chumaidi.
10.4. Dr. Ir. Tedi Surahman.
10.5. Ir. Salim.

11. Bidang/Komisi Humas, Dokumentasi dan Perpustakaan.


Ketua: Drs. KH. Tjetje Djuaeni.
Anggota:
11.1. Drs. H. Ateng Taufiq., M.Pd.
11.2. Drs. H. Solehuddin.
11.3. Muksin., S.Ag.
11.4. H. Farid Muhammad Ramdani., LC.M.Pd.
11.5. H. Asep Permana., S.Ip.

12. Bidang/Komisi Pemuda.


Ketua: Dr. H. Nandang Koswara., M.Pd
Anggota:
12.1. Drs. H. Syarifudin Bebil.
12.2. H. Cecep Firdaus Muttaqin., S.Th.I
12.3. Agus Rohman., S.HI.
12.4. Dadang Hamdullah., S.Ag.
12.5. Hendri Fajar Agustin., S.Ag.

13. Bidang/Komisi Wanita.


Ketua: Dr. Hj. Ati., M.Ag
Anggota:
13.1. Dra. Hj. Lela Nurlela., M.Ag.
13.2. Lia Hadiani., M.Ag.

56
13.3. Shohib Khoiri., LC.MA
13.4. M. Zein Fitri.,M.Pdi.
13.5. Dra. Hj. Yeti Sulaiman.

57
58

Anda mungkin juga menyukai