Anda di halaman 1dari 88

Kultum Puasa Tentang Orang-Orang yang Merugi di

Bulan Ramadan
Kultum puasa Ramadan ini membahas tentang orang orang yang merugi di bulan Ramadan. Hal
ini bisa disebabkan karena tidak melaksanakan amal-amal yang baik pada bulan Ramadan.
Padahal bulan puasa Ramadan ini memiliki segudang berkah dan pahala untuk digapai.

Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah SAW bersabda, yang artinya:”Apabila datang bulan
Ramadhan, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setanpun dibelenggu”.
[HR. Muslim].

Dari sabda Nabi Muhammad SAW tersebut tentunya kita menyadari betapa pentingnya bulan
Ramadan. Oleh karena itu, dalam kultum puasa kali ini akan dibahas tentang orang orang yang
tidak mendapatkan berkah dan malah merugi saat bulan Ramadan datang.

Seperti Nabi Muhammad SAW bersabda, yang artinya: “Betapa banyak orang yang berpuasa,
namun tidak mendapatkan apa-apa selain lapar, dan berapa banyak orang sholat di tengah malam
tidak mendapatkan apa-apa selain begadang” [HR. Nasa’i].

Hal ini menandakan bahwa kultum puasa Ramadan tentang orang orang yang merugi di bulan
Ramadan ini sangat penting dan berguna bagi umat islam. Jangan sampai kita hanya menahan
lapar tapi tidak mendapatkan pahala.

3 dari 4 halaman

Orang-Orang yang Merugi di Bulan Ramadan


1. Orang yang Puasa Hanya Mendapatkan Lapar dan Haus

Orang yang puasa hanya mendapatkan lapar dan haus adalah orang orang yang pahala puasanya
telah hilang. Hal ini karena mereka melakukan hal-hal seperti berdusta, bergunjing, serta melihat
aurat lawan jenis dengan hawa nafsu. Dimana hal hal tersebut adalah beberapa contoh perbuatan
yang menghilangkan pahala puasa.

“Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut,
kecuali rasa lapar dan dahaga.” (HR. Ath Thobrani)
Kultum puasa ini mengajak kita untuk memanfaatkan datangnya bulan Ramadan sebaik mungkin
untuk menabung pahala sebanyak-banyaknya. Karena bulan Ramadan ini menawarkan banyak
sekali kebaikan-kebaikan yang harusnya kita lakukan untuk mencapai takwa.

2. Orang yang Tidak Mengikuti Tarawih Sampai Selesai

Sering sekali kita melihat ada orang yang sudah keluar sebelum shalat tawarih selesai. Orang
orang yang tidak mengikuti tarawih sampai selesai tersebut menjadi salah satu bahasan kultum
puasa kali ini. Biasanya banyak orang yang sudah keluar dari masjid sebelum dimulainya shalat
witir. Nabi Muhammad SAW bersabda:

“Orang yang shalat tarawih mengikuti imam sampai selesai, ditulis baginya pahala shalat
semalam suntuk.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad)

Dengan sabda Rasulullah SAW tersebut, tentunya akan sangat merugi bagi siapa saja yang
mengingglkan shalat tarawih sebelum selesai.

4 dari 4 halaman

Orang-Orang yang Merugi di Bulan Ramadan


3. Orang yang Jarang Membaca Al Qur’an di Bulan Ramadan

Membaca Al-Qur’an sebagai kitab umat islam merupakan amalan yang menjanjikan banyak
pahala. Apalagi bila dilakukan di bulan Ramadan. Kultum puasa ini akan menjelaskan tentang
orang yang merugi karena jarang membaca Al-Qur’an di bulan Ramadan.

Nabi Muhammad SAW bersabda: “Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Al Qur’an, maka
baginya satu kebaikan dan satu kebaikan itu dilipatgandakan dengan sepuluh (pahala). Aku tidak
mengatakan Alif Laam Mim adalah satu huruf, akan tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf dan
Mim satu huruf”. (HR. Tirmidzi)

Dari sabda Rasulullah SAW tersebut kita bisa melihat betapa besarnya pahala yang kita dapatkan
bila membaca Al-Qur’an saat bulan Ramadan. Jadi di kultum puasa kali ini, membaca Al-Qur’an
sudah seharusnya menjadi salah satu hal rutin yang kita kerjakan di bulan Ramadan. Oleh karena
itu, setidaknya kita bisa mengamalkan baca Al-Qur’an serutin mungkin. Banyak juga orang yang
membuat target mengkhatamkan Al-Qur’an di bulan Ramadan ini. Kamu bisa membaca Al-
Qur’an setelah selesai berbuka puasa, setelah tarawih, serta menjelang imsak.
4. Orang yang tidak Menjaga Shalat

Shalat adalah tiang agama, jadi shalat adalah amalan terpenting bagi seorang umat islam.
Tentunya tidak hanya di bulan Ramadan saja kita diwajibkan untuk shalat, tapi setiap hari dengan
tidak terkecuali.

“Sesungguhnya pertama kali yang dihisab dari segenap amalan seorang hamba di hari kiamat
kelak adalah shalatnya. Bila shalatnya baik maka beruntunglah ia dan bilamana shalatnya rusak,
sungguh kerugian menimpanya.” (HR Tirmidzi).

Meninggalkan shalat wajib sama saja dengan puasa atau menahan haus dan lapar yang kita
kerjakan menjadi sia sia. Maka dari itu, shalat adalah amalan terpenting yang harus kamu
laksanakan setiap harinya.

Itulah kultum puasa singkat tentang orang orang yang merugi di bulan Ramadan. Semoga kita
tidak termasuk ke dalam bagian orang yang merugi tersebut dan senantiasa menjadi pribadi yang
menjaga amal ibadahnya.

Ceramah Singkat Ramadhan


1. Kultum tentang obat penyakit hati
Salah satu materi kultum yang sangat tepat disampaikan saat bulan ramadhan ialah materi
tentang penyucian jiwa atau yang disebut dengan istilah tasyfiatun nufus dari adanya penyakit
hati. Materi ini sangat penting untuk disampaikan pada bulan ramadhan. Berikut sajian
kultum yang dapat Anda sampaikan.

Hadirin yang dirahmati Allah, diakui atau tidak, manusia memang sulit untuk selalu taat
beribadah kepada Allah. Hal ini disebabkan karena selain dibekali dengan akal, manusia juga
dibekali dengan hawa nafsu.

Setiap manusia memiliki tingkat hawa nafsu yang berbeda-beda. Ada yang dirinya dikuasai
hawa nafsu hingga sering melakukan kemaksiatan, ada yang dirinya mampu mengendalikan
hawa nafsu sehingga dapat menjadi pribadi yang taat.

Padahal banyak ayat Al-Qur’an maupun hadits menyebutkan bahwa iman, islam, dan ketaan
pada Allah SWT adalah sebuah kenikmatan yang tiada duanya. Namun mengapa, orang-
orang cenderung susah untuk selalu taat dan merasa berat untuk manjaga iman agar tetap
Islam, melakukan perintah-perintah Allah?

Jawabannya karena manusia tersebut memiliki penyakit hati. Dari mana datangnya penyakit
hati? Dari kemaksiatan-kemaksiatan yang seringkali kita lakukan. Sekali manusia melakukan
kemaksiatan, maka dalam hatinya akan terdapat satu titik hitam. Jika ia bertaubat, titik hitam
itu akan terhapus.
Namun jika ia terus-terusan melakukan kemaksiatan, sedang ia tak mau bertaubat, titik hitam
itu akan seamkin bertambah. Semakin ia melakukan kemaksiatan, titik-titik hitam akan
menutupi hatinya yang disebut dengan istilah ar-raan. Inilah yang menyebabkan seseorang
kehilangan ketaatan.

Lantas bagaimana menghilangkan penyakit hati yang ada pada manusia? Seperti halnya
penyakit lainnya, hal yang pertama dan paling utama ialah mengobati. Mengobati penyakit
dengan menghindari pantangan-pantangan yang menyebabkan kambuhnya penyakit hati.

Hati manusia harus dipaksa untuk melakukan amalan-alaman yang dianjurkan oleh Allah
SWT. Hati manusia haru dipaksa untuk mendengarkan berbagai nasihat baik, serta
berbagaiilmu yangberasal dari Al-Qur’an dan hadits. Dengan begitu, penyakit hati akan
berangsung-angsur sembuh.

Terlebih di bulan ramadhan ini, bulan yang mulia, yang dapat kita manfaatkan untuk
berlomba-lomba menghilangkan penyakit hati, memupuk ketaan, dan menjaga iman.
Senantiasa belajar ilmu agama dan melakukan amal-amal kebajikan, karena kedua hal
tersebut adalah nutrisi bagi hati manusia.

Ceramah Agama Islam Singkat di Bulan


Ramadhan
2. Kultum tentang menjadi pribadi yang lebih baik di bulan ramadhan
Hadirin yang berbahagia, bulan ramadhan ialah bulan yang istimewa, bulan yang penuh
berkah, dimana kita sebagai umat Islam harus berlomba-lomba dalam melakukan amalan-
amalan yang dianjurkan, serta melakukan berbagai kebaikan.

Bulan ramdhan ini adalah bulan yang pas bagi kita umat muslim untuk berubah. Tak ada
salahnya merubah diri menjadi lebih baik. Yang biasanya kita hanya membaca al-Qur’an
disaat sempat, di bulan ramadhan ini, kita harus memperbanyak baca Al-Qur’an.

Jika di bulan-bulan sebelumnya kita jarang sholat malam, di bulan ramadhan ini kita dapat
memulai kebiasaan baik tersebut. Saat bangun sahur, kita bisa menyempatkan diri untuk
mendirikan sholat malam.

Apabial di bulan-bulan sebelumnya kita jarang mendengarkan ceraman, di bulan ramadhan


ini kita bisa meningkatkan jadwal kita untuk mengikuti pengajian-pengajian. Karena hati kita
juga perlu nutrisi untuk bisa tetap isiqomah beribadah kepada Allah SWT.

Di bulan ramadhan ini kita bisa memulai kebiasaan-kebiasaan baik, yang nantinya akan
diteruskan hingga bulan-bulan selanjutnya. Bulan ini merupakan kesempatan untuk merubah
diri menjadi pribadi yang lebih baik. Karena di bulan yang penuh rahmat ini, setan-setan di
belenggu, pintu neraka ditutup, dan pintu surga dibuka.
Sehingga lebih mudah bagi kita untuk merubah kebiasaan buruk menjadi kebiasaan yang
lebih baik. Kebiasaan baik memang harus dipaksa terlebih dahulu, dan kita harus bisa
memaksakan kebiasaan-kebiasaan itu untuk bisa terus kita lakukan.

Hadirin yang dirahmati Allah, sebagaimana Al-Qur’an diturunkan pada bulan, yang berarti
bulan ramadhan merupakan bulan untuk momen perubahan. Begitu juga manusia, harus bisa
melakukan perubahan di bulan ramadhan yang penuh berkah ini.

Yang dulunya tidak menutup aurat, bisa merubah diri dengan senantiasa memakai busana
yang tertutup. Yang dulunya maloas mempelajari agama, kini menjadi sadar akan pentingnya
ilmu agama, yang dulu suka melakukan kemaksiatan, kini bernagsung-angsur merubah ke
ranah kebajikan, dan begitu seterusnya.

Materi Kultum Ramadhan Singkat yang


Menarik
3. Kultum tantang amalan utama di bulan Ramadhan
Bapak ibu yang berbahagia, di bulan ramadhan ini, kita seharusnya mengisi hari-hari dengan
hal-hal yang bermanfaat, supaya bulan ramadhan tidak kita tinggalkan dengan sia-sia. Ada
beberapa amalan utama yang dapat kita gunakan untuk mengisi hari-hari di bulan ramadhan.
Diantaranya ialah:

 Membaca Al-Qur’an
Di bulan ramadhan, kita tentu akan lebih sering mendengar orang-orang tadarsu di masjid
ataupun mushola. Hal ini karena memang membaca Al-Qur’an di bulan ramadhan merupaan
amalan dengan pahala yang berlipat gAnda.

Sesuai dengan hadits Rasulullah SAW, dimana ada seseorang membaca satu huruf al-Qur’an,
maka baginya mendapatkan satu kebaikan, dan satu kebaikan tersebut akan dibalas dengan
sepuluh kali lipat.

Itulah sebabnya mengapa membaca Al-Qur’an menjadi aamlana utama di bulan ramadhan.
Karena semakin banyak kita membaca Al-Qurlan, maka semakin banyak pahala yang kita
dapatkan.

 Mendirikan sholat malam


Sholat malam di bulan ramdhan memang menjadi amalan utama yang dapat kita terapkan
sehari-sehari. Sebagaimana hadits rasul yang menyebutkan bahwa barang siapa mendirikan
sholat malam karena beriman dan mengaharap pahala dari Allah SWT, maka Allah akan
mengampuni dosa-dosanya yang kecil di masa lalu.

 Memperbanyak sedekah
Islam merupakan agama yang menganjurkan umatnya untuk senantiasa suka memberi. Jika
memberi di jalan Allah, maka rezeki kita tidak akna berkurang, namun malah bertambah.
Itulah mengapa di bulan ramdhan, sedekah merupakan salah satu amalan utama yang
dianjurkan untuk dilakukan oleh setiap muslim.

Seperti yang dilakukan oleh Rasulullah, beliau sangat dermawan di bulan Ramadhan. Dalam
sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, menyebutkan bahwa Rasulullah SAW
bersabda, sesungguhnya sedekah dapat memadamkan kemurkaan Allah dan dapat menolah
kejelekan.

Tak hanya itu, masih banyak keutamaan-keutamana lain yang bisa kita dapatkan dari
sedekah. Allah SWT mengumpamakan orang yang bersedekah di jalan Allah, ibarat sebutir
biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, dan pada setiap tangkainya terdapat seratus biji.

 Mencari malam lailatul Qodr


Malam lailatul qadr terdapat pada malam-malam ganjil di sepuluh hari terakhir pada bulan
ramadhan. Oelh sebab itu, banyak umat muslim yang berlomba-lomba untuk mendapatkan
malam lailatul qadr tersebut.

 Memberi buka pada orang yang berpuasa


Memuliakan orang yang berpuasa, salah satunya ialah dengan memberinya buka merupakan
amalan utama yang dapat kita terapkan di bulan ramadhan. Seperti hadits Rasulullah SAW,
barang siapa memberikan makna untuk berbuka puasa, maka ia akan mendapatkan pahala
seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi sedikitpun pahala orang yang puasa.

Mari kita lakukan amalan-amalan utama yang dianjurkan pada bulan ramadhan, untuk
mendapatkan rahmat dari Allah SWT. Kita dapat meningkatkan amalan tersebut semaksimal
mungkinuntuk mendapatkan berkah dari Allah SWT.

Materi Kultum Ramadhan Singkat Padat dan


Jelas
4. Kultum tentang keutamaan sepuluh hari terakhir bulan ramadhan
Sebagian dari ulama membagi ramadhan menjadi tiga bagian. Fase sepuluh hari pertama
yang merupakan fase rahmat, fase sepuluh hari kedua yaitu fase maghfiroh, dan fase sepuluh
hari terakhir yang disebut dengan fase pembebasan dari api neraka. Di fase terakhir ini, kita
harus meningkatkan ibadah kita untuk mendapatkan pembebasan dari api neraka.

Seperti yang dilakuakn oleh Rasulullah SAW, sebagai suri tauladan yang baik, Rasulullah
senantiasa memaksimalkan ibadah di sepuluh terakhir bulan ramadhan. Bahkan beliau juga
turut mebangun istri dan anak-anaknya untuk bisa ikut beribadah bersama.

Dalam sepuluh hari terakhir bulan ramadhan, terdapat keutamaan-keutamaan yang bisa kita
dapatkan. salah satu keutamaannya ialah, di sepuluh hari terakhir bulan ramadhan ini
merupakan turunnya lailatul qadr.
Malam lailatul qadr merupakan malam yang dinanti-nanti setiap umat muslim, karena pada
malam ini, setiap ibadah yang dilakuakn dengan selalu mengharap ridho Allah akan seniali
dengan ibadah selama 1000 bulan.

Oleh sebab itu, umat muslim berlomba-lomba untuk bisa bertemu dengan malam lailatur qadr
dengan bangun di malam hari dan melaksanakan i’tikaf di masjid dengan mengharap rahmat
dan ridho Allah SWT.

Kita dapat melakuakn rangkaian ibadah di malam-malam sepuluh hari terakhir bulan
ramadhan seperti misalnya shalat malam, membaca al-qur’an, dzikir, membaca al-qur’an dan
amalan lain yang dilakukan dengan khusyuk.

Keutamaan lain di sepuluh hari terakhir bulan ramadhan adalah hari-hari ini merupakan
pamungkas, sehingga setiap muslim sebaiknya mengakhiri bulan ramadhan dengan berbagai
kebaikan. Karena amal perbuatan itu dilihat dari akhirnya. Bagaimana kita daoat
mengerahkan daya dan upaya untuk maksimal beribadah kepada Allah SWT.

Ceramah Ramadhan Singkat dan Lucu


5. Kultum tentang hikmah bulan ramadhan
Hadirin yang dirahmati Allah, Seringkali bulan ramadhan terasa sangat cepat berlalu. Tentu
kita tak ingin melewatkan bulan ramadan dengan sia-sia. Salah satu yang dapat kita lakukan
dengan meningkatkan iabdah dan memperbaiki diri menuju pribadi yang lebih baik.

Banyak diantara kita yang berusah semaksimal mungkin untuk meningkatkan ibadah di bulan
ramadhan. Namun tahukan Anda apa hikmah yang ada di balik bulan yang penuh rahmat ini.
Supaya ibadah kita tidak sia-sia, kit ajuga harus mengetahui hikmah yang terdapat di bulan
ramadhan.

Hikmah yang pertama ialah, bulan ramadhan dapat melatih kita dalam hal keikhlasan. Kita
dilatih untuk ikhlas berpuasa di bulan ramadhan. Melakukan puasa hanya untuk mendapatkan
ridho dari Allah SWT. Jika ibadah yang lainnya dapat terlihat mudah di mata manusia,
namun tidak dengan puasa.

Hanya diri kita sendiri dan Allah yang mengetahui bahwa kita sedang berpuasa. Oleh karena
itu, kita harus senantiasa ikhlas saat melakuan ibadah puasa. Tidak berharap dilihat atau
dipuji oleh manusia lainnya.

Hikmah kedua ialah, bulan ramadhan juga dapat melatih kita untuk senantiasa istiqomah.
Tentu kit amerasa berat untuk melakukan puasa selama sebulan penuh lamanya. Bagi yang
tidak kuat, akan memilih untuk berhenti berpuasa di tengah jalan. Lain halnya jika kita
mampu mengendalikan diri dan istiqomah menjalani puasa sebulan penuh. Kita akan
mendapatkan hikmah nikmat puasa.

Tata Cara Menyampaikan Kultum Ramadhan


Meskipun terlihat sepele, namun untuk menyampaikan juga diperlukan berbagai persiapan.
Karena berbicara di depan umum berbeda dengan berbicara empat mata. Oleh sebab itu,
Anda harus mengetahui tata cara menyampaikan kultum supaya penyampaian kultum dapat
berjaloan dengan lancar. Adapun tata caranya antara lain sebagai berikut:

1. Persiapkan materi dengan matang


Hal yang paling utama dalam penyampaian kultum adalah materi. Anda harus
mempersiapkan dan memahami materi secara matang sebelum menyampaikannya. Materi
kultum ramadhan bisa berisi nilai-nilai ketaatan, keutamaan bulan ramadhan, rahmad dan
ampunan Alaah, dan lain sebagainya.

2. Sampaikan pada diri sendiri terlebih dahulu sebelum menampaikan pada orang
lain
Sebelum menyampaikan berbagai materi untuk kultum ramadhan, alangkah lebih baiknya
jkika setiap materi tersebut telah tersampaikan pada hati Anda. Sehingga Anda tak hanya
menyampaikan teori, namun materi yang Anda sampaikan adalah apa yang telah
Anda rasakan dab alami. Hal ini tentu akan membuat kultum Anda menjadi lebih bermakna.

3. Disampaikan dengan bahasa yang mudah dipahami


Jamaah kultum tentu terdiri dari berbagai kalangan. Baik itu kalangan terpelajar ataupun
tidak. Oleh sebab itu, sebaiknya gunakan bahasa yang mudah dipahami, oleh masyarakat luas
khususnya masyarakat awam.

Sampaikan kultum dengan bahasa yang sopan, disampan dengan hikmat sehingga dapat
menyentuh hati para jamaah kultum. Dan yang dapat diabaikan, sampaikan secara singkat,
padat, dan materi kultum tersampaikan dengan jelas. Jangan menyampaikan dengan bertele-
tele karena sesuai namanya, kultum hanya kuliah selama tujuh menit.

Demikian penjelasan singkat tentang kultum ramadhan yang dapat Anda jadikan sebagai
bahan referensi. Semoga artikel ini bermanfaat bagi Anda yang sedang mencari referensi
bahan materi untuk mengisi kultum di bulan ramadhan.

Kultum Ramadhan: Mencusikan Jiwa di


Bulan Ramadhan
Nur Fitri Hadi, MA

May 9, 2019

Ceramah Singkat

Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh


َّ‫س َت ْغ ِف ُر ُه‬ ْ َ‫ون‬ َ َّ‫ه‬ ُ ‫ع ْي ُن‬ِ ‫س َت‬ ْ َ‫ون‬ َ َّ‫م ُد ُه‬ َ ‫ح‬ ْ َ‫ََّلِلَّن‬
ِ ِ ‫د‬ َ ‫م‬ ْ ‫ح‬ ْ َّ‫إن‬
َ ‫َّال‬ ِ
َّ‫س َنا‬ِ ‫َّش ُر ْو ِرَّأَ ْن ُف‬ ُ ‫ن‬ ْ ‫م‬ ِ َّ‫اهلل‬ِ ِ‫ع ْو ُذَّب‬ ُ َ‫ون‬ َ َّ،‫ه‬ ِ ‫بَّإِلَ ْي‬ ُ ‫ونَ ُت ْو‬ َ
َّ‫ضل‬ ِ ‫م‬ َ ‫َّهللا‬
ُ َّ‫َّف ََل‬ ُ ‫د ِه‬ ِ ‫نَّيَ ْه‬ ْ ‫م‬ َ َّ،‫مالِ َنا‬ َ ‫ع‬ ْ َ‫س ِي ِّ َئاتَِّأ‬ َ ‫و‬ َ
َ ‫ن‬
َّ‫ََّل‬ ْ َ‫ه ُدَّأ‬ َ ‫ش‬ ْ َ ‫وأ‬ َ َّ،‫ه‬ ُ َ‫يَّل‬ َ ‫َّها ِد‬ َ ‫َّف ََل‬ َ ‫ل‬ ْ ‫ض ِل‬ ْ ‫نَّ ُي‬ ْ ‫م‬ َ ‫و‬ َ َّ،‫ه‬ ُ َ‫ل‬
َّ‫ه ُدَّأَن‬ َ ‫ش‬ ْ َ ‫وأ‬ َ َّ،‫ه‬ ُ َ‫كَّل‬ َ ‫َّش ِر ْي‬ َ ‫ََّل‬ َ ‫د ُه‬ َ ‫ح‬ ْ ‫و‬ ُ
َ َّ‫َّهللا‬ ‫هَّإَِل‬ َ َ‫َّإِل‬
ِ ‫َّعلَ ْي‬
َّ‫ه‬ َ ‫ىَّهللا‬
ُ ‫صل‬ َ َّ‫ه‬ ُ ‫س ْو ُل‬ ُ ‫و َر‬ َ َّ‫ع ْب ُد ُه‬ َ ًَّ‫حمدا‬ َ ‫م‬ ُ
َ ‫سل‬
َّ‫م‬ َ ‫و‬ َ َّ،‫ن‬ َ ‫ع ْي‬ ِ ‫م‬ َ ‫ج‬ْ َ‫هَّأ‬ ِ ِ‫حاب‬ َ ‫ص‬ ْ َ‫وأ‬ َ َّ‫ه‬ِ ِ‫علَىَّآل‬ َ ‫و‬ َ
‫كثِ ْي ًرا‬ َ َّ‫ما‬ ً ‫س ِل ْي‬ ْ َ ‫ت‬.

َّ‫أَماَّبَ ْع ُد‬:
Segala puji bagi Allah yang telah mempertemukan kita dengan bulan
Ramadhan. Kita memohon kepada Allah agar memberi kita taufik di bulan
ini untuk mengisinya dengan amal shaleh yang terbaik. Dan juga menunjuki
kita agar istiqomah dalam ketaatan di bulan ini, sehingga kita bisa
menutupnya dengan amal kebajikan juga.

Seorang muslim adalah orang-orang yang selalu dalam kebaikan. Khususnya


kepada mereka yang dianugerahkan Allah Ta’ala berjumpa dengan bulan
Ramadhan ini. Masa-masa yang penuh dengan kebaikan dan ibadah. Semoga
Allah memberi taufik kepada kita semua untuk memanfaatkannya dengan
sempurna. Mengisinya dengan berbagai macam ketaatan; puasa, shalat
malam, membaca Alquran, sedekah, dll. Jangan sampai kita menjadi orang-
orang yang terhalangi dari kebaikan, ketika peluang kebaikan itu dibuka
selebar-lebarnya. Mereka inilah orang-orang tujuan hidupnya hanya apa yang
mereka inginkan. Sehingga berlalu hari-hari penuh kebaikan, mereka dalam
keadaan lalai dan tak peduli.

Padahal seseorang itu hanya ada dua kemungkinan. Pertama, ia


menggunakan waktunya dalam kebaikan. Sehingga ia banyak mendapatkan
kemanfaatan. Atau yang kedua ia gunakan waktunya dalam keburukan.
Sehingga kemudharatanlah yang ia dapatkan. Sebagaimana sabda Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam,

َّ‫هاَّأَ ْو‬
َ ‫م ْعتِ ُق‬ َ ‫ه‬
َُّ ‫َّف‬ ٌ ِ‫َّفبَائ‬:َّ
َ ‫عَّنَ ْف‬
ُ ‫س‬ َ ‫اسَّيَ ْغ ُد ْو‬
ِ ‫لَّالن‬ ُّ ‫ك‬ ُ
َ ‫م ْوبِ ُق‬
‫ها‬ ُ
“Setiap manusia melakukan perbuatan: ada yang menjual dirinya kemudian
memerdekakannya atau membinasakannya.” (HR. Muslim).

Manusia, mereka sendirilah yang mengarahkan dan mengatur diri mereka -


setelah Allah-. Apabila mereka mengarahkan diri mereka kepada kabaikan,
mensucikannya dengan ketaatan, dan mengekangnya untuk kemanfaatan,
maka apa yang mereka lakukan adalah sebaik-baik amanah. Namun, jika
mereka tidak mampu mengarahkan diri mereka, tentu sulit diharapkan kalau
mereka akan mampu mengarahkan orang lain. Kalau mereka menelantarkan
diri mereka sendiri, mereka pun tak akan mampu membina masyarakatnya.

Jika mereka membiarkan diri mereka melakukan apa yang mereka inginkan
berupa kemaksiatan dan kemalasan, mereka inilah orang-orang yang
menelantarkan dirinya. Jika mereka menelantarkan dirinya, apalagi yang bisa
ia jaga? Bagi setiap orang, dirinya sendiri adalah sesuatu yang paling ia
berarti baginya. Allah Ta’ala berfirman,
َّ‫ها‬ َ ‫و َّتَ ْق‬
َ ٰ‫وى‬ َ ‫جو َر‬
َ َّ‫ها‬ ُ ‫ه‬
ُ ‫اَّف‬ َ ‫م‬ َ ‫اَّ*َّفأَ ْل‬
َ ‫ه‬ َ ‫ه‬َ ٰ‫اَّسوى‬
َ َ ‫و‬
‫م‬ ٍ ‫ونَ ْف‬
َ َّ‫س‬ َ
*‫ها‬ َ ٰ‫منَّ َزكى‬ َ َ‫ق ْدَّأَ ْفل‬
َ َّ‫ح‬ َ

“Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan


kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. sesungguhnya
beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu.” [Quran Asy-Syams: 7-9].

Dia mensucikan dirinya dari kemaksiatan dan dosa. Dan setiap mereka
mengerjakan ketaatan juga kebaikan, artinya mereka telah mensucikan diri
mereka. Kemudian firman Allah:

‫ها‬ َ َّ‫من‬
َ ٰ‫دسى‬ َ َّ‫اب‬
َ ‫خ‬ َ ‫و‬
َ َّ‫ق ْد‬ َ
“Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” [Quran Asy-
Syams: 10].

Yaitu dia kotori jiwanya dengan dosa, kemaksiatan, dan keburukan. Dia
terlantarkan dirinya dengan memperturutkan semua hasratnya dan
meninggalkannya tak terurus. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

ُ ‫حي‬
َّ‫م‬ ْ ‫ت‬
َ ‫َّٱل‬
ِ ‫ج‬ ِِّ ‫و ُب‬
ِ ‫ر َز‬ َ َّ*َّ‫ى‬ َ ‫اَّس‬
َّ ٰ ‫ع‬ َ ‫م‬ ُ ‫نس‬
َ َّ‫ن‬ ِ ْ ‫ذك ُر‬
َ ٰ ‫َّٱْل‬ َ ‫مَّيَ َت‬
َ ‫يَ ْو‬
َّ ٰ ‫منَّيَ َر‬
‫ى‬ َ ِ‫ل‬
“Pada hari (ketika) manusia teringat akan apa yang telah dikerjakannya, dan
diperlihatkan neraka dengan jelas kepada setiap orang yang melihat.” [Quran
An-Nazi’at: 35-36].
Pada hari itu orang-orang ingat semua dengan apa yang telah mereka
kerjakan. Bayangkan! Sesuatu yang kita lakukan satu tahun lalu saja kita
sudah lupa. Bagaimana sekiranya, kita tengah menunggu pengadilan, tiba-
tiba kita teringat semua kesalahan yang pernah kita lakukan. Mental kita pun
terasa jatuh. Kita dihinggapi ketakutan yang besar. Dalam keadaan takut
tersebut, ditampakkanlah kepada kita neraka jahim. Semakin membuat kita
ngeri dan ketakutan.

Neraka itu ditampakkan di hadapannya. Ia melihat langsung dengan kedua


matanya. Neraka yang sewaktu di dunia hanyalah cerita saja. Sewaktu di
dunia kita tak pernah melihat neraka. Neraka hanya disebutkan saja oleh
Allah Ta’ala dalam Alquran atau oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
dalam hadits beliau. Neraka saat itu berada di alam gaib. Kita hanya
mengimaninya. Kemudian kita beramal untuk menghindarinya. Namun di
akhirat, hal itu menjadi kenyataan. Manusia benar-benar melihat neraka
dengan kedua mata yang ada di kepalanya. Setelah dulunya tersembunyi,
pada hari itu Allah tampakkan.

ُّ ‫حيَوٰ َة‬
‫َّٱلد ْنيَا‬ ْ ‫و َءاثَ َر‬
َ ‫َّٱل‬ َ َّ*َّ‫ى‬ َ
‫غ‬ َ ‫نَّط‬ َ
‫م‬ َّ‫ا‬‫م‬َ‫فأ‬
َ
ٰ
“Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan
dunia.” [Quran An-Nazi’at: 37-38].

Bagi orang-orang demikian, tempat kembali mereka adalah seburuk-buruk


tempat. Tempat kembalinya adalah neraka. Dia tak mendapati tempat selain
itu. Nas-alullah al-‘afiyah..
َّ‫ن‬ َ
‫َّع‬‫س‬َ ْ
‫ف‬ ‫ىَّٱلن‬‫ه‬َ َ ‫ن‬‫و‬َ َّ‫ۦ‬
‫ه‬
ِ ِّ ‫ب‬‫ر‬َ َّ‫م‬َ ‫ا‬‫ق‬َ َ
‫م‬ َّ َ
‫اف‬ َ
‫خ‬ َّ‫ن‬ْ َ
‫م‬ َّ‫ا‬ ‫م‬ َ ‫وأ‬ َ
ِ ِ
َّ ٰ ‫و‬
‫ى‬ َ ‫ٱل‬
َ ‫ه‬ ْ

“Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan


menahan diri dari keinginan hawa nafsunya.” [Quran An-Nazi’at: 40].

Orang ini takut tentang bagaimana nanti keadaannya di hadapan Rabbnya.


Bagaimana saat ia berdiri di hadapan Allah mempertanggung-jawabkan
semua yang telah ia lakukan. Dan yakinlah, semua orang akan melewati
keadaan ini. Ia akan berdiri di hadapan Allah Ta’ala. Kemudian Allah Azza
wa Jalla menghisab semua yang telah ia lakukan. Dia takut kepada kebesaran
Tuhannya ketika di dunia. Kemudian ia beramal untuk persiapan perjumpaan
ini.

ْ ‫َّ*َّفإن‬ ْ ‫َّعن‬
َّ‫ى‬
َ ‫ه‬ َ ‫جن‬
ِ َّ‫ة‬ َ ‫َّٱل‬ َِ ‫ى‬ َ ‫َّٱل‬
َ ‫ه‬
ٰ ‫و‬ َ ‫هىَّٱلن ْف‬
ِ َ ‫س‬ َ َ‫ون‬ َ
َ ‫م ْأ‬
َّ ٰ ‫و‬
‫ى‬ ْ
َ ‫ٱل‬
“Dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya. maka sesungguhnya
surgalah tempat tinggal(nya).” [Quran An-Nazi’at: 40-41].

Surga adalah tempat yang kekal. Suatu tempat yang lebarnya saja seluas
langit dan bumi. Adapun neraka -wal ‘iyadzubillah- adalah tempat yang
sempit, sulit, dan penuh derita. Dan tempat ini pun kekal menjadi tempat
tinggal para pelaku dosa. Karena ini disebut oleh Allah sebagai tempat
tinggal, mereka tak akan keluar darinya. Kedua tempat tinggal ini sangatlah
berbeda. Perbedaan yang tak mampu dijelaskan oleh akal.

Jamaah shalat tarawih sekalian,


Inilah pembagian manusia di akhirat kelak. Sebagian ada yang memasuki
neraka. Dan sebagian yang lain memasuki surga. Semua tergantung dengan
amalan seseorang ketika di dunia. Jika amalannya baik, ia mendapat surge
yang penuh dengan kenikmatan. Jika amalannya buruk, ia akan dijebloskan
ke dalam neraka yang penuh dengan penderitaan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjadikan untuk hamba-hambanya


waktu-waktu yang mendukung mereka untuk melakukan amalan ketaatan.
Waktu yang mereka bisa menunaikan apa yang Allah wajibkan kepada
mereka. Sehingga mereka sukses mendapatkan ridha dari Rabb mereka.
Mereka masuk surga di hari kiamat kelak.

Adapun jika mereka sia-siakan wasiat-wasiat Rab mereka. Lebih memilih


mengikuti hawa nafsu mereka. Menelantarkan kewajiban yang telah
ditetapkan kepada mereka. Kemudian menerabas apa yang Allah Ta’ala
larang. Maka mereka akan mendapatkan apa yang dijanjikan kepada mereka.

ٌ ‫ك‬ َٰٓ ُ ‫و ُق‬


َّ‫ة‬ َ ‫م ٰلَ ِئ‬ َ َّ‫ها‬ َ ‫جا َر ُة‬
َ ‫َّعلَ ْي‬ َ ‫ح‬
ِ ‫ٱل‬ْ ‫و‬
َ َّ‫اس‬ُ ‫هاَّٱلن‬ َ ‫ود‬ َ َّ‫نَا ًرا‬
ْ ‫ه‬
َّ‫م‬ ُ ‫ر‬ َ َ‫مآَّأ‬
ََّ ‫م‬ َ َّ‫َّٱَلِل‬
َ ‫ون‬َ ‫ص‬ ُ ‫ادََّلَّيَ ْع‬ٌ ‫د‬ َ ‫ش‬ِ ٌَّ‫غ ََلظ‬ ِ
ََّ ‫م ُر‬
‫ون‬ َ ‫ماَّ ُي ْؤ‬ َ ‫ع ُل‬
َ َّ‫ون‬ َ ‫ويَ ْف‬ َ
“Api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap
apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan.” [Quran At-Tahrim: 6].
َّ‫د‬
ٍ ‫حم‬ ُ َّ‫َّعلَىَّنَبِيِ ِّ َنا‬
َ ‫م‬ َ ‫ك‬ َ ‫وبَا َر‬
َ َّ‫م‬
َ ‫سل‬ َ ‫و‬ ُ
َ َّ‫ىَّهللا‬ ‫صل‬َ ‫و‬َ
‫ع ْين‬ ِ ‫م‬ ْ َ‫هَّأ‬
َ ‫ج‬ ِ ‫ح ِب‬ْ ‫ص‬
َ ‫و‬
َ َّ‫ه‬
ِ ِ‫وآل‬ َ
Wassalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.

Oleh tim KhotbahJumat.com

Berikut adalah Contoh Kultum Singkat Bulan Ramadhan. Setidaknya ada enam
amalan utama yang dapat kita maksimalkan selama bulan Ramadan, diantaranya
yaitu;
1. Membaca Alquran.
Rasulullah Muhammad SAW bersabda, sebagaimana hadis dengan kualitas
`hadis hasan dan sahih’ yang diriwayatkan Ibnu Masud: Barang siapa yang
membaca satu huruf dari kitab Allah, maka baginya satu kebaikan, dan satu
kebaikan itu dibalas dengan sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan Alif
lam mim itu satu huruf; tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf.
(HR At-Tirmizi).

Alquran diturunkan pada bulan Ramadan. Maka tak heran jika Rasulullah lebih
sering dan lebih banyak membaca Alquran pada Ramadan dibanding bulan
ain.
2. Memperbanyak Sedekah.
Islam adalah agama yang mengajak dan menganjurkan orang untuk suka
memberi, berbuat kebaiakan, dan mengamalkan kebajikan.

Allah SWT berfirman dalam surah Albaqarah, “Perumpamaan orang yang


menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan
tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi
siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas, Maha Mengetahui (QS 2:261).”

Sebuah hadis yang diriwayatkan Anas bin Malik menyebutkan bahwa


Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya sedekah itu memadamkan kemurkaan
Allah dan menolak kejelekan (HR At-Tirmizi).”

Dalam hadis lain disebutkan, “Rasullulah SAW adalah orang yang paling
dermawan (pemurah) dan kedermawanannya itu sangat menonjol pada bulan
Ramadan. Ketika malaikat jibril menerimanya di setiap malam selama
Ramadan, maka ia mengajaknya untuk men-tadabburi Alquran. Sungguh
Rasulullah ketika ditemui malaikat jibril lebih dermawan daripada angin yang
berembus. (HR Bukhari dan Muslim).”
3. Memberi buka kepada orang yang berpuasa.
Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang memberi makan untuk berbuka
puasa kepada orang yang berpuasa, maka ia akan mendapatkan pahala orang
yang berpuasa, sebagaimana orang yang berpuasa tanpa mengurangi sedikit
pun pahala dari orang yang berpuasa (HR Ahmad dan An-Nasa’i).”
4. Melaksanakan Qiyamul Lail.
Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang menjalankan qiyamu Ramadan
karena beriman dan mengharapkan pahala dari Allah, maka dosa-dosanya
(yang kecil) yang telah lalu akan diampuni.” (HR Bukhari).
5. Melaksanakan Ibadah Umrah.
Rasulullah SAW bersabda, “Umrah pada Ramadan sama dengan haji. Atau
dikatakan, `Haji bersamaku’.” (HR Bukhari-Muslim).
6. Mencari Lalaitul Qadr.
Malam Lailatul Qadr adalah malam ganjil pada sepuluh malam terakhir
Ramadan. Bilangan malam tersebut adalah saat-saat dimana kita menuggu
kedatangan Laitul Qadr. Maka gapailah salah satu malam di Ramadan yang
lebih baik dari malam seribu bulan.

Itulah 6 Amalan Utama di Bulan Ramadhan yang dapat kita tingkatkan semaksimal
mungkin di bulan yang penuh barokah ini. Demikian yang dapat kami sampaikan pada
pertemuan kali ini, semoga bermanfaat bagi para pembaca semua. Dan tidak lupa
kami mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa ramadhan, semoga amal
ibadah kita diterima oleh Allah SWT. Amien.

Syukur dan Sabar dalam Kehidupan


By
Tongkrongan Islami

Share
Advertisement

Tongkronganislami.net – Dalam sebuah kesempatan, Nabi Muhammad


S.a.w pernah menggambarkan tentang sifat-sifat seorang muslim. Beliau
mengatakan:

ْ ‫ َخيْر ُكلهُ أ َ ْم َره ُ إن‬. ‫ْس‬


َ ‫ال ُمؤْ من أل َ ْمر‬.
‫ع َجبا‬ َ ‫ل ْل ُمؤْ من إل أل َ َحد ذَاكَ َولَي‬. ‫صابَتْهُ إ ْن‬
َ َ ‫سرا ُء أ‬
َ ‫شك ََر‬َ . َ‫ لَهُ َخيْرا فَ َكان‬. ‫َوإ ْن‬
ُ‫صابَتْه‬ َ َ ‫ضرا ُء أ‬َ ‫صبَ َر‬ َ ، َ‫لَهُ َخيْرا فَ َكان‬. (‫)مسلم رواه‬

Sungguh menakjubkan perkaranya orang mukmin itu, karena semua urusan


orang mukmin itu penuh dengan kebaikan. Hal ini tidak akan terjadi pada
orang lain, kecuali orang mukmin saja. Jika mendapat kesenangan, (syakar)
ia bersyukur, maka hal itu menjadi kebaikan baginya. Dan apabila ditimpa
kesulitan, (shabar) ia bersabar, maka hal itu pun menjadi kebaikan baginya.
(HR. Muslim)

Bersyukur karena mendapat kesenangan adalah watak khas seorang


mukmin. Karena ia menyadari sepenuhnya bahwa tanpa Allah dirinya
tidaklah berarti apa-apa. Kalau pun ia sedang mendapatkan rizki yang
melimpah, jelas bukan karena usahanya semata, tetapi karena Allah-lah
yang melapangkan rizkinya melalui usahanya itu.

Kalau ada seorang mukmin yang sakit, lalu sembuh, jelas bukan karena
keahlian dokter atau tabib dalam meracikkan obat-obatan, melainkan Allah-
lah yang menyembuhkannya. Itulah keyakinan seorang mukmin. Usaha
adalah sarana menuju sukses, dan kesediaannya untuk berobat ke dokter
adalah bagian dari ikhtiarnya untuk sembuh dari penyakit yang dideritanya.

‫ الشعراء( يَ ْشفين فَ ُه َو َمرضْتُ َوإذَا‬: 80

Dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku. (Q, s. as-
Syu’arā’/26:80)

Betapa banyak orang yang bekerja keras banting-tulang, namun tetap saja
selalu mengalami kegagalan. Betapa banyak pula orang sakit yang
mendatangi dokter yang paling canggih sekalipun, namun tetap saja
penyakitnya tidak kunjung hilang. Apa maknanya ini? Maknanya adalah
bahwa manusia hanya bisa berusaha, Allah-lah Yang Menentukan segalanya.
Maka, orang muslim yang mendapatkan kesenangan lalu bersyukur, pada
hakekatnya ia paham betul bahwa apa yang diperolehnya itu adalah
pemberian Allah.

Selain sifat syukur adalah sifat sabar. Orang mukmin itu penyabar. Ia tidak
pernah mengeluh tentang berbagai cobaan hidup yang dihadapinya. Ia sadar
sepenuhnya bahwa kesulitan yang menimpanya merupakan cobaan dari
Allah. Ibarat anak sekolah, semakin tinggi kelasnya, maka semakin sulit
soal-soal ujiannya. Tetapi begitu lulus, ia akan bahagia sekali.

Apabila siswa kelas satu dan kelas enam SD ujiannya sama, maka namanya
bukan ujian. Karena ujian untuk menentukan tingkat, maka tingkat
kesulitannya pun bervariasi sesuai dengan tingkatan pengetahuan yang
dimiliki para siswa. Ujian untuk menaikkan derajat.
Apa artinya kelulusan bagi siswa SMU kalau soal-soal ujian yang
dikerjakannya ternyata milik siswa kelas satu SD. Maka dari itu, harus
disadari betul bahwa ujian Allah itu sebanding dengan kesanggupan hamba-
Nya untuk menghadapinya. Mustahil Allah akan menimpakan ujian dan
cobaan hidup kepada hamba-Nya di luar kemampuannya. Dan Allah Maha
Mengetahui tentang kadar dan kemampuan hamba-Nya dalam menghadapi
sebuah ujian.

ُ ِّ‫ت َما لَ َها ُو ْسعَ َها إل نَ ْفسا َللاُ يُكَل‬


َ‫ف ل‬ َ ‫علَ ْي َها َك‬
ْ َ‫سب‬ َ َ ‫ا ْكت‬
ْ َ‫سب‬
َ ‫ت َما َو‬

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan


kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya
dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Q, s. al-
Baqarah / 2:286)

Maka dari itu, jika seorang mukmin sedang ditimpa kesulitan hidup, maka ia
harus memahaminya sebagai bagian dari ujian Allah. Ia harus yakin dengan
sepenuh hati bahwa Allah sedang berniat untuk mengangkat derajatnya
melalui ujian itu. Oleh karenanya, sikap sabar adalah pilihan yang tepat.

Namun demikian, harus tetap dipahami bahwa sabar itu bukan berarti sikap
nerimo, pasrah atau nglokro. Sabar itu sikap menerima kenyataan tetapi
yang didahului dengan perjuangan dan usaha keras, disertai kesinambungan
upaya yang terus-menerus. Maka, jika ada orang yang ketika ditimpa
kesulitan lalu buru-buru pasrah tanpa diiringi dengan usaha untuk
mengatasinya, tidak dapat dikatakan sebagai sabar, melainkan sebagai
pemalas!

Cobalah perhatikan firman Allah dalam surat Alu Imran ayat 200:

‫صب ُرواْ آ َمنُواْ الذينَ أَيُّ َها يَا‬


ْ ‫صاب ُرواْ ا‬ ُ ‫َللا َواتقُواْ َو َراب‬
َ ‫طواْ َو‬ َ ‫ت ُ ْفلحُونَ لَعَل ُك ْم‬

Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah


kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga, dan bertakwalah kepada Allah,
supaya kamu menjadi orang-orang yang beruntung. (Q, s. Alu Imrān /3:200)
Itulah watak orang mukmin: syukur di kala senang, dan sabar di kala susah.
Ketahuilah bahwa syukurnya itu akan menambah ni’mat yang ada pada
dirinya, dan sabarnya itu akan menghilangkan musibah yang menimpanya.

‫شك َْرت ُ ْم لَئن َربُّ ُك ْم تَأَذنَ َوإ ْذ‬


َ ‫لَشَديد َعذَابي إن َكف َْرت ُ ْم َولَئن ألَزي َدن ُك ْم‬

Dan (ingatlah), tatkala Tuhanmu memaklumkan: “Sesungguhnya jika kamu


bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (Q, s.
Ibrahim / 14:7)

Baca Juga:

Sumber: https://www.tongkronganislami.net/syukur-dan-sabar-dalam-kehidupan/

Ketahuilah, Ada 4 Golongan Manusia


Senantiasa Dirindukan Surga!
By
Tongkrongan Islami

Share
Advertisement

Tongkrongan Islami – Surga merupakan tempat terindah yang dijanjikan


Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada hamba-Nya yang bertakwa, dimana di
dalam surga berisi kenikmatan dan kebahagiaan hakiki yang tidak pernah
terbayangkan sebelumnya.

Siapapun pasti mendambakan surga, dan dengan Rahmat-Nya manusia bisa


memasuki surga. Seandainya umat manusia mengetahui gambaran surga,
tentu mereka akan berusaha sekuat tenaga untuk meraihnya.

Mereka akan senantiasa mengerjakan segala perintah-Nya dan menjauhi


segala larangan-Nya. Namun begitu, ternyata ada empat golongan manusia
yang dirindukan surga. Siapa sajakah mereka, apakah kita salah
satunya? Mari kita simak ulasan lengkapnya berikut ini.

1. Orang yang gemar membaca kitab suci Al-Qur’an


Golongan pertama manusia yang dirindukan surga adalah mereka yang
gemar membaca kitab suci Al-Qur’an. Al-Qur’an merupakan pedoman hidup
umat Islam, membaca dan memahami serta mengamalkannya menjadi
bentuk ibadah yang sangat besar pahalanya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang


selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan
sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam
dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak
merugi.” (QS. Al-Fathir: 29).

Adalah sebuah anugerah yang istimewa ketika surga merindukan manusia


yang gemar membaca Al-Qur’an. Karena dengan bacaan tersebut, Allah
telah pula memberikan ketenangan batin, kasih sayang dan kecintaan-Nya,
serta kemuliaan dan selalu diingat oleh Allah Subhanahu wa
Ta’ala. Subhanallah.

Balasan berupa pahala yang sangat besar juga telah disiapkan bagi mereka
yang gemar membaca kitab suci Al-Qur’an sebagaimana sabda Rasulullah
Sallallahu ‘alaihi wa Sallam berikut ini:

“Siapa yang membaca satu huruf dari Al-Qur’an maka baginya satu kebaikan
dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan
semisalnya dan aku tidak mengatakan AlifLaamMiim satu huruf akan tetapi
Alif satu huruf, Laam satu huruf, dan Miim satu huruf.” (HR. Tirmidzi).

2. Orang yang mampu menjaga lisannya

Golongan manusia yang dirindukan surga berikutnya adalah mereka yang


senantiasa menjaga lidahnya dari perkataan yang tidak baik. Orang yang
mampu menjaga lisannya tentu tidak akan menyakiti orang lain dengan
perkataannya. Hendaklah kita menjaga lisan kita sebagai bentuk ketaatan
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan perkataan yang baik dan
bermanfaat.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kamu sekalian kepada Allah dan katakanlah perkataan yang
benar, niscaya Allah memperbaiki amalan-amalanmu dan mengampuni dosa-
dosamu. Siapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah
mendapat kemenangan yang besar.” (QS. Al-Ahzab: 70-71).

Lidah memang bisa menimbulkan masalah besar jika tidak mampu


menjaganya dengan perkataan yang baik dan benar. Lidah bisa lebih tajam
dari pedang, karena dengan lidah seseorang bisa melakukan fitnah,
menyebarkan kebohongan dan kebencian sehingga menimbulkan pertikaian
bahkan perpecahan.

Dari Abi Hurairah Radhiyallahu ‘anhu sesungguhnya Rasulullah Sallallahu


‘alaihi wa Sallam bersabda: “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari
akhir maka hendaklah ia berkata baik atau lebih baik diam, barangsiapa yang
beriman maka hendaklah ia memuliakan tetangganya dan barang siapa yang
beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia memuliakan
tamunya.” (HR. Bukhari).

3. Orang yang memberikan makanan kepada mereka


yang sedang kelaparan

Golongan selanjutnya yang dirindukan surga adalah mereka yang


memberikan makanan kepada orang yang sedang kelaparan. Kebiasaan
bersedekah dan membantu orang lain yang membutuhkan memiliki banyak
keutamaan karena amalan tersebut merupakan perbuatan yang sangat mulia
dan berpahala besar.

Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Allah tidak menarik


kekasih-kekasih-Nya kecuali atas kedermawaan dan akhlak yang
baik.” (HR. Ibnu Hibban).

4. Orang yang berpuasa di bulan suci Ramadhan


Di bulan suci Ramadhan Allah telah menjanjikan kepada hamba-Nya
ampunan dan pembebasan dari panas api neraka. Terutama bagi mereka
yang ikhlas menjalankan ibadah puasa, menghidupkan malamnya dengan
sholat dan senantiasa mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Siapa yang berpuasa di


bulan Ramadhan, karena iman dan ikhlas maka akan diampuni dosa-dosanya
yang telah lalu.” (HR. Bukhari Muslim).

Rasulullah SAW juga bersabda: “Di surga ada delapan pintu. Diantaranya
ada pintu yang dinamakan Ar-Rayyan. Tidak dibolehkan memasukinya
kecuali orang-orang yang berpuasa.” (HR. Bukhari).

Setelah mengetahui ciri-ciri empat golongan manusia yang dirindukan surga


tersebut, maka sudah sepatutnya bagi kita untuk berlomba-lomba dalam
kebaikan, keimanan dan ketakwaan. Wallahu a’lam Bish-shawab.

Baca Juga:

 Benarkah dalam Islam Tidak ada Jaminan masuk Surga, Sebaliknya


Malah Neraka?
 Penjelasan Lengkap Hadis Masuk Surga Bukan Karena Amal

Semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita dan menerima amal ibadah kita
sehingga kita termasuk dalam golongan manusia yang dirindukan
surga. Allahumma Aamiin.

Sumber: https://www.tongkronganislami.net/4-golongan-manusia-senantiasa-
dirindukan-surga/

3 Amalan Harian Muslim Sejati yang


Dicintai Oleh Alllah SWT
By
Tongkrongan Islami

Share

Advertisement

Tongkrongan Islami – Sebagai seorang Muslim seharusnya selalu melakukan


aktivitasnya semaksimal mungkin untuk meniru sunnah Rasulullah SAW.
Dalam kesempatan hidup yang diberikan oleh Allah SWT di dunia ini, setiap
detik adalah ladang pahala bagi setiap muslim. Maka dari itu janganlah kita
lewatkan dengan sia- sia setiap jengkal waktu yang berputar.
Berikut ini adalah 3 amalan harian seorang Muslim yang patut kita tiru dan
amalkan. Amalan yang dicintai-Nya, amalan yang akan mendekatkan dirimu
kepada-Nya, amalan yang akan menentramkan hatimu dimanapun kau
berada, amalan yang akan menjadi tabunganmu. Semoga kita selalu
senantiasa terpacu untuk mengukir prestasi amal sholih yang nantinya
memperberat timbangan kebaikan kita ketika yaumil akhir nanti.

Mensyukuri Nikmat Lisan Dengan Perbanyak Dzikir Kepada


Allah

Dengan senantiasa berdzikir kepada Allah, maka akan turunlah rahmat Allah
untukmu. Ketika rahmat Allah telah turun maka akan diangkat segala cobaan
dan datanglah kesembuhan. Sesungguhnya Allah menerangkan
bahwasannya dengan berdzikir kepada-Nya adalah obat yang mujarab, yakni
penyembuhan bagi hati.
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Ingatlah kalian kepada-Ku niscaya Aku
pun akan mengingat kalian.” (QS. al-Baqarah: 152).

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Hai orang-orang yang beriman,


ingatlah kepada Allah dengan sebanyak-banyaknya…” (QS. al-Ahzab: 41).

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Hai orang-orang yang beriman,


janganlah harta dan anak-anak kalian melalaikan kalian dari mengingat
Allah.”(QS. al-Munafiqun: 9).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah suatu kaum


berkumpul seraya mengingat Allah, melainkan pasti malaikat akan menaungi
mereka, rahmat meliputi mereka, ketentraman turun kepada mereka, dan
Allah akan menyebut-nyebut nama mereka di hadapan malaikat yang di sisi-
Nya.” (HR. Muslim)

Allah Tahu yang Kita Mau Maka senantiasalah Berdo’a Pada-


Nya
Ya, kita perlu berdoa, karena Allah suka jika hamba-Nya berdoa kepada-Nya.
Doa adalah bukti bahwa kita mengakui kelemahan kita di hadapan Allah,
merasa rendah di hadapan-Nya dan senantiasa membutuhkan pertolongan-
Nya. Doa adalah pengakuan manusia, bahwa dirinya hanyalah seorang
hamba di hadapan Allah.

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Rabb kalian berfirman; Berdoalah


kepada-Ku niscaya Aku kabulkan. Sesungguhnya orang-orang yang
menyombongkan diri sehingga tidak mau beribadah (berdoa) kepada-Ku
pasti akan masuk neraka dalam keadaan hina.” (QS. Ghafir: 60).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tiada suatu urusan yang


lebih mulia bagi Allah daripada doa.” (HR. al-Hakim).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang tidak


berdoa kepada Allah subhanah, maka Allah murka kepada dirinya.” (HR.
Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Senantiasa Memohon Ampun Kepada Allah

Manusia adalah makhluk yang tak luput dari kesalahan. Sebaliknya Allah
adalah Zat Yg Maha Pengampun, karenanya Allah berfirman dalam Surat ali
Imran ayat 133 agar manusia bersegera mencari ampunan-Nya agar bisa
berobah dari orang yg berbuat salah (zolimullinafsih atau muqtashid)
menjadi orang-orang yg unggul dalam berbuat kebaikkan.

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Tidaklah Allah akan menyiksa mereka
sementara kamu berada di tengah-tengah mereka, dan tidaklah Allah akan
menyiksa mereka sedangkan mereka selalu beristighfar/meminta ampunan.”
(QS. al-Anfal: 33).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Demi Allah, sesungguhnya


aku setiap hari meminta ampunan dan bertaubat kepada Allah lebih dari
tujuh puluh kali.” (HR. Bukhari).
Wahai Saudaraku seiman… perjalanan waktu telah menggiring kita semakin
mendekati kematian. Marilah kita isi umur kita dengan dzikir, doa, dan
taubat kepada-Nya. Dengan begitu mudah-mudahan kita termasuk golongan
yang dicintai-Nya, diampuni oleh-Nya, dan mendapat rahmat dari-Nya…
Amiin.

Sumber: https://www.tongkronganislami.net/amalan-harian/

Benarkah dalam Islam Tidak ada Jaminan


masuk Surga, Sebaliknya Malah Neraka?
By
Tongkrongan Islami

Share

Advertisement
Tongkronganislami.net – Menurut mereka di dalam Islam tidak ada jaminan
masuk surga, semuanya pasti masuk neraka. Sedangkan dalam alkitab
terdapat jaminan keselamatan (diartikan masuk surga) bagi yang percaya
kepada Yesus Kristus. Cukup dengan percaya/iman pasti masuk Surga (Kata
mereka sih gitu). Ayat alkitab dibawah ini merupakan tanggapan untuk
membuktikannya :

Yohanes 5:24: “ Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa


mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia
mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum sebab ia sudah pindah
dari dalam maut ke dalam hidup.”

Yohanes 3 ayat 18: “Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan


dihukum, barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman,
sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah.”

Yohanes 11:26 : “dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku,
tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?”

Yohanes:14:6 Kata Yesus kepadanya: “Akulah jalan dan kebenaran dan


hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui
Aku.

Markus 16:16 : “Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi
siapa yang tidak percaya akan dihukum”.

Yohanes 6:58 : “Inilah roti yang telah turun dari sorga, bukan roti seperti
yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan
roti ini, ia akan hidup selama-lamanya.”

Ayat-ayat tersebut punya pola pengandaian, banyak memakai kata


‘barangsiapa’ dan ‘akan’ artinya : KALAU anda percaya kepada Yesus, maka
NANTI anda AKAN masuk surga.

Padanan dari ayat tersebut dalam Al-Qur’an sebenarnya banyak :


Al Baqarah 82 : Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka
itu penghuni surga; mereka kekal di dalamnya.

An Nisaa 57 : Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan-


amalan yang shaleh, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam surga
yang di dalamnya mengalir sungai-sungai;

An Nisaa 122 : Orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan saleh,


kelak akan Kami masukkan ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di
dalamnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah telah membuat
suatu janji yang benar. Dan siapakah yang lebih benar perkataannya dari
pada Allah ?

Al A’raaf 42 : dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal


yang saleh, Kami tidak memikulkan kewajiban kepada diri seseorang
melainkan sekedar kesanggupannya, mereka itulah penghuni-penghuni
surga; mereka kekal di dalamnya.

Yunus 9 : Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-


amal saleh, mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena keimanannya,
di bawah mereka mengalir sungai-sungai di dalam syurga yang penuh
keni`matan.

Huud 23 : Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-


amal saleh dan merendahkan diri kepada Tuhan mereka, mereka itu adalah
penghuni-penghuni syurga; mereka kekal di dalamnya.

Ar Ra’d 29 : Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka


kebahagiaan dan tempat kembali yang baik.

Ibrahim 23 : Dan dimasukkanlah orang-orang yang beriman dan beramal


saleh ke dalam syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka
kekal di dalamnya dengan seizin Tuhan mereka. Ucapan penghormatan
mereka dalam syurga itu ialah “salaam”
Al Kahfi 107 : Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh,
bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal

Maryam 60 : kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh,


maka mereka itu akan masuk syurga dan tidak dianiaya (dirugikan)
sedikitpun

Thaahaa 75 : Dan barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan


beriman, lagi sungguh-sungguh telah beramal saleh, maka mereka itulah
orang-orang yang memperoleh tempat-tempat yang tinggi (mulia)

Al Hajj 14 : Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang yang beriman


dan mengerjakan amal yang saleh ke dalam surga-surga yang di bawahnya
mengalir sungai-sungai. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia
kehendaki.

Al Hajj 23 : Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang beriman dan


mengerjakan amal yang saleh ke dalam surga-surga yang di bawahnya
mengalir sungai-sungai.

Al Hajj 56 : Kekuasaan di hari itu ada pada Allah, Dia memberi keputusan di
antara mereka. Maka orang-orang yang beriman dan beramal saleh adalah di
dalam syurga yang penuh keni`matan.

Al Ankabuut 7 : Dan orang-orang yang beriman dan beramal saleh, benar-


benar akan Kami hapuskan dari mereka dosa-dosa mereka dan benar-benar
akan Kami beri mereka balasan yang lebih baik dari apa yang mereka
kerjakan.

Al Ankabuut 58 : Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-


amal yang saleh, sesungguhnya akan Kami tempatkan mereka pada tempat-
tempat yang tinggi di dalam syurga, yang mengalir sungai-sungai di
bawahnya, mereka kekal di dalamnya. Itulah sebaik-baik pembalasan bagi
orang-orang yang beramal
Ar Ruum 15 : Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal
saleh, maka mereka di dalam taman (surga) bergembira.

Luqman 8 : Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan


amal-amal saleh, bagi mereka syurga-syurga yang penuh keni`matan

As Sajdah 19 : Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal


saleh, maka bagi mereka jannah tempat kediaman, sebagai pahala terhadap
apa yang mereka kerjakan.

Asy Syura 22 : Dan orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal


saleh (berada) di dalam taman-taman surga, mereka memperoleh apa yang
mereka kehendaki di sisi Tuhan mereka. Yang demikian itu adalah karunia
yang besar.

Al Jatsiyah 30 : Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal


saleh maka Tuhan mereka memasukkan mereka ke dalam rahmat-Nya
(surga). Itulah keberuntungan yang nyata.

At Taghaabun 9 : (Ingatlah) hari (dimana) Allah mengumpulkan kamu pada


hari pengumpulan, itulah hari dinampakkan kesalahan-kesalahan. Dan
barangsiapa yang beriman kepada Allah dan beramal saleh, niscaya Allah
akan menutupi kesalahan-kesalahannya dan memasukkannya ke dalam
jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di
dalamnya. Itulah keberuntungan yang besar.

At- Thalaaq 11 : Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan mengerjakan


amal yang saleh niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam surga-surga
yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya
selama-lamanya. Sesungguhnya Allah memberikan rezki yang baik
kepadanya.

Al Buruuj 11 : Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan


amal-amal yang saleh bagi mereka surga yang mengalir di bawahnya sungai-
sungai; itulah keberuntungan yang besar.
Berbeda dengan ajaran Kristen yang mengaitkan soal masuk surga HANYA
dengan percaya(sekalipun dalam beberapa diskusi kristener sering
mengatakan bahwa kalau sudah percaya maka perbuatannya sudah pasti
merupakan amal shaleh, ini perlu didiskusikan lebih lanjut, fakta yang ada,
amal saleh/perbuatan baik bisa dilakukan semua orang, tidak peduli apapun
agamanya, bahkan atheis sekalipun) maka Al-Qur’an mengaitkan surga
dengan iman dan amal saleh, artinya beriman saja tidak akan membuat anda
masuk sorga kalau tidak pernah beramal saleh, sebaliknya semua amal saleh
anda akan sia-sia kalau tidak didasari iman kepada Allah.

Semua ayat Al-Qur’an tersebut tidak diartikan bahwa anda yang merasa
telah beriman dan beramal saleh PASTI masuk surga, karena selama anda
menjalani hidup maka dipastikan iman dan amal saleh anda selalu berubah,
kadang naik dan kadang turun, itu adalah hal yang manusiawi dan terjadi
pada semua orang.

Kondisi keimanan dan amal saleh yang tidak stabil tersebut bisa disebabkan
oleh ujian yang diberikan Allah kepada manusia yang punya kodrat memiliki
kecenderungan kearah baik dan buruk. Al-Qur’an sendiri menyampaikan :

Ali Imran 142 : Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga,
padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad diantaramu dan
belum nyata orang-orang yang sabar.

Al Ankabuut 2 : Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja)


mengatakan : “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?

Ali Imran 186 : Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan
dirimu.

Al Hujuurat 3 : Sesungguhnya orang yang merendahkan suaranya di sisi


Rasulullah mereka itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah
untuk bertakwa. Bagi mereka ampunan dan pahala yang besar.
Al An’aam 145 : Dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di
bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain)
beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya
kepadamu.

Al An’aam 53 : Dan demikianlah telah Kami uji sebahagian mereka (orang-


orang kaya) dengan sebahagian mereka (orang-orang miskin), supaya
(orang-orang yang kaya itu) berkata: “Orang-orang semacam inikah di
antara kita yang diberi anugerah Allah kepada mereka?” (Allah berfirman):
“Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur
(kepadaNya) ?”

Al Anbiyaa 35 : Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan


menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang
sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.

Muhammad 31 : Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu


agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara
kamu, dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu.

Al Mulk 2 : Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu,
siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi
Maha Pengampun,

Al Insaan 2 : Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes


mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan
larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat.

Jadi menurut Al-Qur’an, hidup di dunia tidak lain hanyalah periode untuk
menguji keimanan dan perbuatan kita, mengapa harus diuji..?? karena
hanya dengan ujianlah bisa dibuktikan apakah seorang manusia memang
menjalankan hidupnya sesuai perintah Allah atau tidak.
Dalam menjalani hidup sering kita tergelincir melakukan dosa, itu juga
manusiawi karena mana ada manusia yang tidak punya dosa..? untuk itu
Allah memberikan mekanisme lain :

Ali Imran 135-136 : Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan


perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu
memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat
mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan
perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu balasannya
ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir
sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik
pahala orang-orang yang beramal.

An Nisaa 64 : Dan Kami tidak mengutus seseorang rasul melainkan untuk


dita`ati dengan seizin Allah. Sesungguhnya jikalau mereka ketika
menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah,
dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka
mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.

An Nisaa 106 : dan mohonlah ampun kepada Allah. Sesungguhnya Allah


Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

An Nisaa 110 : Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan


menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia
mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Al maaidah 39 : Maka barangsiapa bertaubat (di antara pencuri-pencuri itu)


sesudah melakukan kejahatan itu dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya
Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.

Al Maaidah 73-74 : Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan:


“Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga”, padahal sekali-kali tidak
ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa
yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan
ditimpa siksaan yang pedih. Maka mengapa mereka tidak bertaubat kepada
Allah dan memohon ampun kepada-Nya ?. Dan Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.

Al A’raaf 153 : Orang-orang yang mengerjakan kejahatan, kemudian


bertaubat sesudah itu dan beriman; sesungguhnya Tuhan kamu sesudah
taubat yang disertai dengan iman itu adalah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.

An Anfaal 39 : Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu: “Jika mereka


berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni mereka
tentang dosa-dosa mereka yang sudah lalu;

ini sebagian dari ayat Al-Qur’an tentang pengampunan Allah, masih banyak
ayat yang lain lagi, terus terang saya capek mengutipnya karena sangat
banyak ayatnya, silahkan anda cari sendiri dalam Al-Qur’an!.

Jadi ayat alkitab memang tidak pernah menyatakan adanya jaminan anda
masuk surga karena percaya kepada Yesus, karena semua ayat yang dikutip
diatas hanyalah kalimat pengandaian, dan itu sama saja dengan ayat yang
ada dalam Al-Qur’an.

Lalu mengapa umat Kristen sampai bisa punya pikiran SUDAH dijamin dan
PASTI masuk surga, hanya dengan syarat percaya..?? itu datangnya dari
doktrin gereja yang dicekoki terus-menerus, menjadi ‘candu spriritual’, bikin
mabok dan melayang-layang, lupa bahwa kita harus terus menjalani
kehidupan dengan segala kemungkinan, bisa istiqomah (konsisten) dengan
keimanan dan amal saleh kita, bisa juga terjerumus, Al-Qur’an mengatakan :

Al Baqarah 111 : Dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata: “Sekali-kali


tidak akan masuk surga kecuali orang-orang (yang beragama) Yahudi atau
Nasrani”. Demikian itu (hanya) angan-angan mereka yang kosong belaka.
Katakanlah: “Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang
benar”.
Tahu artinya ‘angan-angan kosong’..? sesuatu yang belum ada ditangan, tapi
pikiran sudah merasa itu sudah ada ditangan, itu namanya angan-angan
kosong dan Al-Qur’an telah memperingatkan anda dengan bahasa yang lugas
dan jelas..Nah para pembaca, dihadapan anda ada 2 pilihan soal
keselamatan dan jaminan masuk surga, mana yang akan anda pilih..? anda
mau ‘melayang-layang’ menikmati angan-angan kosong anda atau anda
kembali kedunia nyata, menjalani sisa kehidupan anda, selalu berhati-hati
agar tidak tergelincir, selalu memohon kepada Allah sebagai satu-satunya
Tuhan yang bisa memberi anda petunjuk atau malah akan menyesatkan
anda kalau anda menghadap-Nya dengan sombong, prasangka buruk dan
kedurhakaan. Semuanya terserah anda…

MENJAWAB: APAKAH MENURUT QS.MARYAM 19:71 SEMUA PASTI MASUK


NERAKA?

Mereka hanya melihat pada ayat QS. Maryam 19: 71 tanpa memperhatikan
ayat selanjutnya, padahal dengan melihat ayat selanjutnya akan dilihat
dengan sangan mudah bahwa tuduhan mereka semua orang akan masuk
neraka menurut Alqur’an adalah salah besar:

َ َ‫( َم ْقضيًّا َحتْما َربِّك‬71


‫علَى َكانَ َوار ُدهَا إل م ْن ُك ْم َوإ ْن‬

Artinya: Dan tidak ada seorangpun daripadamu, melainkan mendatangi


neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah
ditetapkan.(QS.Maryam 19:71)

Kemudian Allah mengarahkan firman-Nya kepada manusia seluruhnya dan


menerangkan bahwa semua orang akan dibawa ke tempat dimana neraka
berada. Mereka di dekatkan ke neraka itu dan berdiri di sekelilingnya. Hal ini
sudah menjadi ketetapan-Nya yang tidak dapat dirubah lagi dan harus
terlaksana.

As Suddy meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud bahwa manusia seluruhnya di


bawa ke “Siraat” (titian). Kemudian mereka menyeberangi Sirat itu dengan
membawa amal perbuatan mereka. Di antara mereka ada yang melaluinya
secepat kilat, ada secepat angin, secepat burung melayang, secepat kuda
berlari, secepat unta dan ada pula yang secepat lari manusia. Diriwayatkan
bahwa Rasulullah bersabda; Semua manusia akan mendatangi neraka
kemudian mereka akan kembali membawa amal perbuatan mereka.

Supaya lebih jelas kita lihat ayat selanjutnya

‫ جثيًّا في َها الظالمينَ َونَذَ ُر اتقَ ْوا الذينَ نُنَجِّي ثُم‬72

Artinya: Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa


dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam keadaan
berlutut. (QS. Maryam 19:72)

Pada ayat ini Allah menegaskan bahwa Dia di kala itu melepaskan orang-
orang yang bertakwa dari siksaan neraka dan membiarkan orang-orng kafir
jatuh ke dalamnya dalam keadaan berlutut.

Allah menerangkan bahwa yang dilepaskan dari siksaan neraka itu ialah
orang-orang yang bertakwa bukan orang-orang yang beriman saja, karena
orang-orang yang beriman saja belum tentu termasuk orang-orang yang
bertakwa karena banyak di antara orang-orang yang beriman melanggar
perintah-perintah Allah dan mengerjakan larangannya.

Apabila dosanya lebih banyak dari amal kebaikannya maka ia akan disiksa
lebih dahulu dalam neraka sesuai dengan dosa yang diperbuatnya kemudian
barulah dikeluarkan dari neraka setelah menerima siksaan yang sepadan
dengan dosanya, lalu dimasukkan ke surga.

Adapun orang-orang yang amal kebaikannya lebih banyak dari dosanya,


maka dia dimasukkan ke dalam surga setelah dosa-dosanya itu diampuni
oleh Allah dengan rahmat dan kasih sayangnya. Hal yang demikian tersebut
dalam firman Allah.

‫حامية نار هيه ما أدراك وما هاوية فأمه موازينه خفت من وأما راضية عيشة في فهو موازينه ثقلت من فأما‬
Artinya: Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikannya),
maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan. Dan adapun orang-
orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya maka tempat kembalinya ialah
neraka Hawiyah. Dan tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu? (Yaitu) api
yang sangat panas. (Q.S. Al Qari’ah: 6-11)

Syaikh ‘Abdul Muhsin menyatakan bahwa penafsiran paling populer


mengenai ayat di atas ada dua pendapat. Pertama, semua orang akan
memasuki neraka, akan tetapi kaum Mukminin tidak mengalami bahaya.
Kedua, semua orang akan melewati shirâth (jembatan) sesuai dengan kadar
amal shalehnya.

Jembatan ini terbentang di atas permukaan neraka Jahannam. Jadi, orang


yang melewatinya dikatakan telah mendatangi neraka. Penafsiran ini dinukil
Ibnu Katsîr rahimahullâh dari Ibnu Mas’ûd radhiallâhu’anhu.

Al-wurûd dalam firman Allah Surat Maryam ayat 71 adalah melintasi


shirâth.”

Untuk menguatkan pendapat ini, Imam Ibnul Abil ‘Izzi rahimahullâh


berhujjah dengan ayat selanjutnya (QS. Maryam 19:72) dan hadits riwayat
Imam Muslim rahimahullâh dalam kitab Shahihnya no. 6354.

Imam Muslim rahimahullâh meriwayatkan dengan sanadnya dari Umm


Mubasysyir radhiallâhu’anha, ia mendengar Nabi Shallallahu ‘Alaihi
Wassallam bersabda saat berada di samping Hafshah radhiallâhu’anha,

“Tidak ada seorang pun dari orang-orang yang telah berbaiat di bawah
pohon (ikut serta dalam perjanjian Hudaibiyah, red) yang akan masuk
neraka”.

Hafshah (dengan merasa heran) berkata, “Mereka akan memasukinya wahai


Rasulullah”.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassallam pun menyanggahnya. Kemudian Hafshah
radhiallâhu’anha berdalil dengan membaca ayat di atas (QS. Maryam19:71).

(Mendengar ini) Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassallam kemudian (mendudukkan


masalah seraya) bersabda: “Sungguh Allah telah berfirman setelahnya:
Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan
membiarkan orang-orang zhalim di dalam (neraka) dalam keadaan
berlutut)”. (QS. Maryam 19: 72)

Usai mengetengahkan hadits di atas, Imam Ibnu Abil ‘Izzi rahimahullâh


mengatakan bahwa Beliau (Rasulullah) Shallallahu ‘Alaihi Wassallam
mengisyaratkan (dalam hadits tersebut) bahwa maksud al-wurûd
(mendatangi neraka) tidak mesti memasukinya.

Selamatnya (seseorang) dari mara bahaya tidak mesti ia telah


mengalaminya. Seperti halnya seseorang yang dikejar musuh yang hendak
membunuhnya, namun musuh tidak sanggup menangkapnya, maka untuk
orang yang tidak tertangkap ini bisa dikatakan Allah telah
menyelamatkannya.

Sebagaimana Allâh Ta’ala berfirman yang artinya: “Dan ketika adzab Kami
datang, Kami selamatkan Hûd…” (Qs. Hûd /11:58),

“Maka ketika keputusan Kami datang, Kami selamatkan Saleh…” (Qs. Hûd
/11:66),

“Maka ketika keputusan Kami datang, Kami selamatkan Syu’aib…” (Qs. D


/11:94).

Siksa Allâh Ta’ala tidak ditimpakan kepada mereka, akan tetapi menimpa
orang selain mereka. Jika tidak ada faktor-faktor keselamatan yang Allâh
Ta’ala anugerahkan bagi mereka secara khusus, niscaya siksa akan menimpa
mereka juga.
Demikian pula pengertian al-wurûd (mendatangi neraka), maksudnya adalah
orang-orang akan melewati neraka dengan melintasi shirâth, kemudian Allâh
Ta’ala menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-
orang zhalim di neraka dalam keadaan berlutut”

Senada dengan keterangan di atas, sebelumnya Imam Nawâwi rahimahullâh


(wafat tahun 676 H) pun merâjihkan arti kata al-wurûd adalah menyeberangi
shirâth. Beliau rahimahullâh berkata saat menerangkan hadits Umm
Mubasysyir radhiallâhu’anha: “Yang benar, maksud al-wurûd
(mendatanginya) dalam ayat (Qs Maryam/19:71) adalah melewati shirâth.
Shirâth adalah sebuah jembatan yang terbentang di atas neraka Jahanam.
Para penghuni neraka akan terjatuh ke dalamnya. Sementara selain mereka
akan selamat”.

Dalam kitab al-Jawâbuss Shahîh (1/228), Syaikhul Islâm Ibnu Taimiyah


rahimahullâh juga merâjihkan bahwa pengertian al-wurûd adalah
menyeberangi shirâth.

Syaikh Abu Bakar al-Jazairi hafizhahullâh juga memilih pendapat ini dalam
tafsirnya.

Orang-orang yang Bertakwa Selamat Melintasi Shirâth

Allâh Ta’ala menyelamatkan orang-orang yang bertakwa kepada-Nya sesuai


dengan amal mereka. Amal shaleh akan sangat berpengaruh dalam proses
melewati shirâth. Semakin banyak amal shaleh seseorang di dunia, maka ia
akan semakin cepat menyeberanginya.

Syaikh as-Sa’di rahimahullâh mengatakan: “Orang-orang menyeberanginya


sesuai dengan kadar amaliahnya (di dunia). Sebagian melewatinya secepat
kedipan mata, atau secepat angin, atau secepat jalannya kuda terlatih atau
seperti kecepatan larinya hewan ternak. Sebagian (menyeberanginya)
dengan berlari-lari, berjalan atau merangkak. Sebagian yang lain tersambar
dan terjerumus jatuh di dalam neraka. Masing-masing sesuai dengan kadar
ketakwaannya. “
Sebagaimana Allâh Ta’ala berfirman yang artinya “Kemudian Kami akan
menyelamatkan orang-orang yang bertakwa (kepada Allah Ta’ala dengan
menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya) dan membiarkan
orang-orang zhalim (yang menzhalimi diri mereka sendiri dengan kekufuran
dan maksiat) di dalam (neraka) dalam keadaan berlutut.”

Pelajaran Dari Ayat

Mengandung penetapan kewajiban mengimani keberadaan neraka.

Penetapan kewajiban mengimani shirâth.

Penetapan kepastian menyeberangi jembatan di atas neraka.

Ketetapan Allâh Ta’ala pasti terjadi.

Orang-orang bertakwa akan selamat dari siksa neraka.

Orang-orang fâjir (berbuat jahat) akan binasa karena kesyirikan dan maksiat
mereka.

Orang-orang Kristen suka sekali berkhayal cukup dengan iman/percaya pasti


masuk surga. Apa benar anda sudah sangat yakin dengan keimanan anda
bisa selamat? Apa anda benar-benar orang beriman?

Jika jawabannya iya, boleh dunk saya tes! Beranikah anda mempraktekkan
ayat ini:

Matius 17: 20: “Ia berkata kepada mereka : “Karena kamu kurang percaya.
Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai
iman sebesar biji sawi saja, kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah
dari tempat ini ke sana, — maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada
yang mustahil bagimu”
Saya rasa iman anda tidak lebih kecil dari biji sawi kan? Coba dunk pindahin
gunung?! Saya mau lihat bener ga sih iman kristen bisa membuat orang
mampu mindahin gunung!

Markus 16: 17-18:

(17) Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka


akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam
bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, (18) mereka akan memegang ular,
dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat
celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu
akan sembuh.

Hayo siapa yg berani memegang ular dan minum racun? Kan kata Yesus
orang yg beriman ga akan mati dipatok ular atau minum racun.

Sumber: https://www.tongkronganislami.net/benarkah-dalam-islam-tidak-ada-
jaminan/

2 Karakter Muslim yang harus Anda Miliki


By
Tongkrongan Islami

Share
‫‪Advertisement‬‬

‫‪Keimanan merupakan akar dari sifat-sifat positif dan sumber pencipta nilai-‬‬
‫‪nilai keislaman yang sebenarnya, dan tidak ada nilai yang mungkin ada dalam‬‬
‫‪Islam yang tidak berdasarkan keimanan. Seorang muslim yang mukmin akan‬‬
‫‪mempunyai karakteristik mental yang baik. Diantara karakter mental muslim‬‬
‫‪sejati itu adalah sabar, tawakal, tidak mudah putus asa/mempunyai semangat‬‬
‫‪yang besar (pantang menyerah), dan istiqamah.‬‬
‫‪Kesabaran merupakan salah satu manifestasi mental mulia[1] seorang muslim‬‬
‫‪yang mukmin ketika menghadapi semua hal baik itu termasuk kategori‬‬
‫‪musibah atau yang lainnya. Sebab ia menganggap semuanya itu dari Allah dan‬‬
‫]‪yang berhak melakukan atau membuat apapun adalah Allah. Dan sabar[2‬‬
‫‪adalah senjata ampuh bagi seorang muslim yang taat. Dalam hadisnya, Rasul‬‬
‫‪mengatakan :‬‬
‫ع ْن دينَار ابْنَ يَ ْعني َحجاج َحدثَنَا نُ َميْر ابْنُ َحدثَنَا‬ ‫ع ْن ذَ ْك َوانَ بْن ُم َحمد َ‬‫ش ْهر َ‬ ‫ع ْن َح ْوشَب بْن َ‬ ‫ع ْمرو َ‬ ‫سةَ بْن َ‬ ‫قَا َل َ‬
‫عبَ َ‬
‫سو َل أَتَيْتُ‬ ‫صلى َللا َر ُ‬ ‫علَيْه َللاُ َ‬ ‫سو َل يَا فَقُ ْلتُ َو َ‬
‫سل َم َ‬ ‫علَى ت َبعَكَ َم ْن َللا َر ُ‬‫عبْد ُحر قَا َل ْاأل َ ْمر َهذَا َ‬ ‫قَا َل ْاْلس ََْل ُم َما قُ ْلتُ َو َ‬
‫طعَا ُم ْالك َََلم ط ُ‬
‫يب‬ ‫ي ق ُ ْلتُ قَا َل َوالس َما َحة ُ الصب ُْر قَا َل ْاْلي َمانُ َما قُ ْلتُ الطعَام َوإ ْ‬
‫ض ُل ْاْلس ََْلم أ َ ُّ‬ ‫ْال ُمسْل ُمونَ َ‬
‫سل َم َم ْن قَا َل أ َ ْف َ‬
‫سانه م ْن‬ ‫ي قُ ْلتُ قَا َل َويَده ل َ‬ ‫ض ُل ْاْلي َمان أ َ ُّ‬
‫سن ُخلُق قَا َل أ َ ْف َ‬‫ي قُ ْلتُ قَا َل َح َ‬ ‫ض ُل الص ََلة أ َ ُّ‬ ‫ي قُ ْلتُ قَا َل ْالقُنُوت ُ‬
‫طو ُل قَا َل أ َ ْف َ‬ ‫أ َ ُّ‬
‫ض ُل ْالهجْ َرة‬ ‫عز َربُّكَ كَرهَ َما ت َ ْه ُج َر أ َ ْن قَا َل أ َ ْف َ‬ ‫ي قُ ْلتُ قَا َل َو َجل َ‬
‫ض ُل ْالج َهاد فَأ َ ُّ‬ ‫قَا َل َد ُمهُ َوأ ُ ْهريقَ َج َوا ُدهُ عُق َر َم ْن قَا َل أ َ ْف َ‬
‫ي قُ ْلتُ‬
‫عات أ َ ُّ‬ ‫ض ُل السا َ‬ ‫ف قَا َل أ َ ْف َ‬ ‫طلُ َع َحتى َم ْش ُهو َدة َم ْكتُوبَة الص ََلة ُ ثُم ْاْلخ ُر الليْل َج ْو ُ‬ ‫طلَ َع فَإذَا ْالفَجْ ُر يَ ْ‬
‫ص ََلة َ فَ ََل ْالفَجْ ُر َ‬
‫َ‬
‫ي َحتى الر ْكعَتَيْن إل‬ ‫صليْتَ فَإذَا ْالفَجْ َر ت ُ َ‬
‫صلِّ َ‬ ‫ص ََلة َ َ‬ ‫صبْح َ‬ ‫ع ْن فَأ َ ْمس ْك ال ُّ‬‫س ت َْطلُ َع َحتى الص ََلة َ‬
‫ت فَإذَا الش ْم ُ‬ ‫طلَعَ ْ‬
‫س َ‬ ‫فَإن َها الش ْم ُ‬
‫طان قَ ْرن َْي في ت َْطلُ ُع‬ ‫ش ْي َ‬
‫ار َوإن َ‬ ‫صلُّونَ ْال ُكف َ‬
‫ع ْن فَأ َ ْمس ْك لَ َها يُ َ‬
‫ت فَإذَا ت َْرت َف َع َحتى الص ََلة َ‬ ‫َم ْكتُوبَة فَالص ََلة ُ ْ‬
‫ارتَفَعَ ْ‬
‫وم َحتى َم ْش ُهو َدة‬ ‫ام ِّ‬
‫الظ ُّل يَقُ َ‬ ‫ع ْن فَأ َ ْمس ْك َكذَلكَ َكانَ فَإذَا ُّ‬
‫الر ْمح قيَ َ‬ ‫ت فَإذَا ت َمي َل َحتى الص ََلة َ‬ ‫َم ْش ُهو َدة َم ْكتُوبَة فَالص ََلة ُ َمالَ ْ‬
‫س ت َ ْغ ُر َ‬
‫ب َحتى‬ ‫ع ْن فَأ َ ْمس ْك ُ‬
‫غ ُروب َها ع ْن َد َكانَ فَإذَا الش ْم ُ‬ ‫يب أ َ ْو ت َ ْغ ُر ُ‬
‫ب فَإن َها الص ََلة َ‬ ‫طان قَ ْرن َْي في ت َغ ُ‬‫ش ْي َ‬ ‫صلُّونَ ْال ُكف َ‬
‫ار َوإن َ‬ ‫يُ َ‬
‫)‪ : 18618‬أحمد رواه( لَ َها‬
ُ ‫ش ْعبَةُ َحدثَنَا‬
‫غ ْن َدر َحدثَنَا بَشار بْنُ ُم َحم ُد َحدثَنَا‬ ُ ‫ع ْن‬ َ ‫ي أَنَسا‬
َ ‫سم ْعتُ قَا َل ثَابت‬ َ ‫ع ْنهُ َللاُ َرض‬
َ ‫ع ْن‬ َ ‫ي‬
ِّ ‫صلى النب‬ َ ُ‫علَيْه َللا‬
َ ‫سل َم‬
َ ‫َو‬
‫)البخاري رواه( ْاألُولَى الص ْد َمة ع ْن َد الصب ُْر قَا َل‬
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basyar telah menceritakan
kepada kami Gundar telah menceritakan kepada kami Syu’bah dari Tsabit
berkata aku telah mendengar Anas r.a. dari Nabi Saw. berkata: “ Sabar ketika
awal kejadian (musibah)” (HR. Bukhari).
Setelah ditakhrij[3], ternyata ada hadis lain yang sama baik dari lafalnya
maupun maknanya.
Seorang muslim yang mukmin memiliki sikap yang sabar atas segala yang
menimpa dirinya, karena ia menganggap semuanya itu berasal dari allah Swt.
semata tidak dari yang lainnya. Seperti yang termaktub dalam ayat quran,
(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan:
“Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”[4] dan “Jadikanlah sabar dan shalat
sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat,
kecuali bagi orang-orang yang khusyu’,”[5]

2 Karakter Muslim yang harus Anda Miliki (foto: www.telegraph.co.uk)


Seorang yang beriman sempurna juga membedakan diri melalui perhatian
seksama yang diberikan pada laku ibadahnya. Sepanjang hidup – selama
mampu – ia bergairah menegakkan shalat, berpuasa, membayar zakat, yakni,
memenuhi laku ibadah yang ditetapkan Allah sebagai wajib. Dalam banyak
ayat, Allah memberitahu kita tentang kegirangan yang dirasakan Muslim yang
taat selagi menjalankan laku ibadah mereka:

“Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridaan Tuhannya, mendirikan


shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka,
secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan
kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang
baik).”[6]
Selain sabar, Sikap yang semestinya dimiliki setiap muslim adalah tawakal
atau berserah diri/pasrah. Akan tetapi pada kenyataanya tidak semua muslim
mempunyai sikap seperti itu. Hal itu dikarenakan hanya muslim sejatilah yang
punya sikap tersebut.
‫ع ْمرو بْنُ بَ ْك ُر أ َ ْخبَ َرني َحي َْوة ُ َحدثَنَا الرحْ َمن َعبْد أَبُو َحدثَنَا‬
َ ُ‫سم َع أَنه‬ َ ‫سم َع إنهُ يَقُو ُل ُه َبي َْرة َ بْنَ َللا‬
َ ‫ع ْب َد‬ َ ‫ْال َج ْيشَاني ت َميم أَبَا‬
‫سم َع يَقُو ُل‬ ُ َ‫ي ْالخَطاب بْن‬
َ ‫ع َم َر‬ َ ‫ع ْنهُ َللاُ َرض‬ َ ‫سم َع إنهُ يَقُو ُل‬
َ ‫صلى َللا نَبي‬ َ ُ‫علَيْه َللا‬ َ ‫سل َم‬ َ ‫تَت ََوكلُونَ أَن ُك ْم لَ ْو يَقُو ُل َو‬
‫علَى‬
َ ‫ح خ َماصا ت َ ْغدُو الطي َْر يَ ْر ُز ُق َك َما لَ َرزَ قَ ُك ْم ت ََو ُّكله َحق َللا‬ َ ‫)ماجه وابن الترمذي رواه( ب‬
ُ ‫طانا َوت َُرو‬
Telah bercerita kepada kami Abu Abd Rahman telah bercerita kepada kami
Haiwah telah memberi kabar kepadaku Bakar bin ‘Amr bahwasannya dia telah
mendengar ‘Abdullah bin Hurairah berkata bahwasannya dia telah mendengar
Abu Namim al-Jaisaniy berkata mendengar ‘Umar bin Khotob r.a. berkata
bahwasannya dia mendengar Nabi Saw. bersabda “Jika saja kamu sekalian
bertawakal kepada Allah dengan sepenuh hati niscaya Allah akan memberi
rizki untukmu sekalian, sebagaimana Ia memberi rizki kepada burung, burung
itu pergi dalam keadaan lapar dan pulang dalam keadaan keknyang.” (HR. al-
Turmudzi dan Ibn majah).
Maksud dari hadis di atas menurut Imam Ahmad adalah tawakal tidak hanya
pasrah begitu saja pada Tuhan, akan tetapi harus ada upaya kerja keras dan
usaha semaksimal mungkin (ikhtiar). Sebab bukan tawakal jika hanya pasrah
menunggu nasib sembari berpangku tangan tanpa berusaha. Sikap yang
seperti itu (hannya pasrah semata) adalah bentuk kesalahpahaman
mengartikan tawakal. Rasulullah memberikan perumpamaan burung dengan
pulang perginya ia justru dalam rangka usaha mencari rizki. Jika burung itu
hanya malas-malasan berdiam diri di sarangnya, tentulah rizkinya tidak akan
datang menghampirinya.
Rasul pun pernah menegur atau memberi nasihat pada seorang badui yang
hanya membiarkan ontanya tidak diikat karena menurut dia itulah cermin
sikap tawakal.
‫وتوكل اعقلها‬
“Ikat dan bertawakallah!” (HR. Al-Turmudzi dan al-Tabrani)[7]
Nabi Daud pun pernah memberikan nasihat pada putranya, Sulaiman : “Hai
putraku bukti taqwa seseorang ada tiga, yaitu :
Bertawakal secara baik dalam menempuh sesuatu yang belum tercapai.
Lega hati terhadap apa yang telah terlaksana (terjadi pada dirinya).
Sabar dengan lepasnya sesusatu yang telah diraih (dipegang) tanganmu.[8]
Tawakal berarti membebaskan hati dari segala ketergantungan kepada selain
Allah dan menyerahkan keputusan segala sesuatunya hanya kepada-Nya.
Seorang muslim sejati (mukmin) hanya akan bertawakal kepada Allah Swt.
semata, itu dijelaskan dalam firman-Nya
“Dan kepunyaan Allah-lah apa yang ghaib di langit dan di bumi dan kepada-
Nya-lah dikembalikan urusan-urusan semuanya, Maka sembahlah Dia, dan
bertawakkallah kepada-Nya. dan sekali-kali Tuhanmu tidak lalai dari apa yang
kamu kerjakan.”[9]
Tawakal merupakan salah satu buah dari keimanan. Setiap orang yang
beriman memandang bahwa semua urusan kehidudpan dan semua manfaat
serta madharat ada di tangan Allah, dan ia akan menyerahkan semuanya itu
kepada-Nya semata serta ia rela (ridho) atas segala kehendak-Nya. Dia tidak
takut menghadapi masa depan, tidak akan kaget dengan segala kejutan.
Hatinya akan tetap selalu tenang dan tenteram, karena ia yakin akan keadilan
Allah Swt. Oleh sebab itu, Islam menetapkan bahwa iman harus diikuti oleh
sikap tawakal. Allah berfirman :
“Berkatalah dua orang diantara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang
Allah telah memberi nikmat atas keduanya: “Serbulah mereka dengan melalui
pintu gerbang (kota) itu, Maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan
menang. dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu
benar-benar orang yang beriman”.[10]
“(Dia-lah) Allah tidak ada Tuhan selain Dia. dan hendaklah orang-orang
mukmin bertawakkal kepada Allah saja.”[11]
Merefleksikan sikap-sikap tersebut pada era sekarang tidaklah mudah. Akan
tetapi walaupun begitu kita harus mencobanya. Sebab dengan bermental kuat,
manusia akan hidup dalam koridor yang benar. Misalnya ketika menghadapi
ujian baik berupa ujian fisik maupun batin, maka pakailah senjata seorang
muslim yang mukmin berupa sabar dan tabah jangan selalu menghujat Tuhan
ataupun yang lainnya. Saat ini banyak sekali musibah-musibah yang menimpa
bangsa kita, bangsa Indonesia. Maka jikalau kita tidak punya ketahanan
mental yang amatm, maka kita akan tidak bisa mngendalikan keadaan.

Catatan Kaki
[1] Bey Arifin Rahasia Ketahanan Mental dan Bina Mental dalam Islam
(Surabaya: Mutiara Ilmu), hlm. 56-57.
[2] Sabar di sini tidak hanya diam dan pasrah tanpa adanya pertimbangan dan
upaya lain, akan tetapi mafhum mukhalafah dari pernyataan awal.
[3] Penulis mencoba mentakhrij.
[4] Artinya: Sesungguhnya Kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah Kami
kembali. kalimat ini dinamakan kalimat istirjaa (pernyataan kembali kepada
Allah). Disunatkan menyebutnya waktu ditimpa marabahaya baik besar
maupun kecil. (QS. Al-Baqarah : 156).
[5] (QS. Al-Baqarah : 45).
[6] (QS Al-Rad, 13: 22).
[7] Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak (Yogyakarta: LPII, 1999), hlm. 44-46.
[8] Abu Laits al-Samarkandy, Tanbih al-Ghafilin terj. Abu Imam Taqiyudin
(Surabaya: Mutiara Ilmu, 1986), hlm. 459-460.
[9] (QS. Huud : 123).
[10] (QS. Al-Maidah : 23).
[11] (QS. Al-Taghabun : 13).

Sumber: https://www.tongkronganislami.net/2-karakter-muslim-yang-harus-anda-

Waktu Mustajab Terkabulya doa di


miliki/

Bulan Ramadhan
By
Tongkrongan Islami

Share

Advertisement

Tongkronganislami.net – Sebagai bulan yang penuh berkah, ampunan,


dan segala keutamaan yang tidak didapati pada bulan lainnya, maka sudah
sepantasnya kita memanfaatkan setiap waktu yang ada pada bulan
Ramadhan untuk melakukan kebaikan dan amal shaleh sebanyak dan
sebagus mungkin.

Banyak dan bagusnya amal seorang hamba di bulan Ramadhan


menunjukkan keseriusan dirinya dalam memanfaatkan kesempatan yang
belum tentu berulang pada tahun mendatang.
Salah satu amalan yang biasa lebih sering dilakukan oleh kaum Muslimin
dibanding pada bulan lainnya adalah berdoa, baik selepas shalat maupun
pada waktu-waktu tertentu. Bahkan di beberapa masjid, kaum muslimin
ramai menengadahkan tangannya ke langit pada sebagian waktu di bulan
Ramadhan. Lalu apa saja saat yang mustajab untuk memanjatkan doa di
bulan Ramadhan? Berikut ulasan singkatnya.

Sebelum kita membahas tentang waktu yang mustajab untuk berdoa di


bulan Ramadhan, ada baiknya kita sama menyimak ayat berikut:

‫سأَلَكَ َوإذَا‬
َ ‫عنِّي عبَادي‬ ُ ‫عان إذَا الداع َدع َْوة َ أُج‬
َ ‫يب قَريب فَإنِّي‬ َ ‫شدُونَ لَعَل ُه ْم بي َو ْليُؤْ منُوا لي فَ ْليَ ْست َجيبُوا َد‬
ُ ‫يَ ْر‬

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka


(jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan
orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka
itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-
Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran [Q.S. al-Baqarah (2):
186].”

Ayat ini berada pada beberapa ayat yang membahas tentang puasa
Ramadhan, baik sebelum maupun sesudahnya. Seolah mengandung makna
bahwa Ramadhan bukan melulu soal hukum dan aturan sebagaimana
bahasan pada ayat-ayat sebelum dan sesudahnya, namun juga
memperbanyak doa dan memohon kepada Allah swt.

Hal ini sebagaimana yang dijelaskan oleh imam Ibnu Katsir (II/66) dalam
Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim. Terkabulnya doa mempersyaratkan benarnya
i’tiqad (keyakinan) kepada Allah swt dan dan kesempurnaan taat
sebagaimana yang tercantum dalam akhir ayat ini (Majmu’ah al-Fatawa,
XIV/33-34).

Anjuran memperbanyak doa di bulan Ramadhan juga dikuatkan oleh riwayat


berikut:

ُ ‫عتَقَا َء هلل إن وسلم عليه هللا صلى هللا ر‬


‫سو ُل قال‬ ُ ‫ُمسْتجابة دعوة منهم عبد لكل وليلة يوم كل في‬
“Rasulallah saw bersabda: Sesungguhnya Allah membebaskan beberapa
orang pada setiap hari dan malam (Ramadhan). Setiap hamba diantara
mereka ada do’a yang dikabulkan (H.R. Ahmad no. 7443. Dinilai sahih oleh
Ahmad Muhammad Syakir dalah tahqiq beliau atas Musnad Ahmad, VII/250-
251, terbitan Dar al-Hadits, Kairo 1416 H/1995 M).

LALU APA SAJA WAKTU MUSTAJAB


UNTUK BEDOA KETIKA RAMADHAN?
Waktu pertama, orang yang sedang berpuasa.

َ ‫سو ُل قَا َل قَا َل ه َُري َْرة َ أَبي‬


‫ع ْن‬ َ ُ‫علَيْه َللا‬
ُ ‫صلى َللا َر‬ َ ‫عدْل َوإ َمام يُ ْفط َر َحتى الصائ ُم َدع َْوت ُ ُه ُم ت ُ َر ُّد َل ث َ ََلثَة َو‬
َ ‫سل َم‬ َ ُ ‫َو َدع َْوة‬
‫ظلُوم‬ ْ ‫ْال َم‬

“Dari Abu Hurairah, ia berkata (bahwa) Rasulallah saw bersabda: Ada tiga
orang yang doanya tidak tertolak; Orang puasa sampai berbuka, pemimpin
yang adil, dan orang yang terzalimi (H.R. at-Tirmidzi no. 3598, Ibnu Majah
no. 1752, Ahmad no. 8043. Dinilai hasan oleh Syaikh Syu’aib al-Arnauth).”

Puasa yang dimaksud dalam redaksi hadits ini tidak hanya dibatasi pada
puasa Ramadhan, tetapi juga mencakup puasa yang lainnya, baik sunnah
maupun wajib. Namun puasa Ramadhan adalah lebih utama dari semua
puasa sebagaimana yang sama kita ketahui, sebab Allah sendiri yang
langsung memberi ganjaran atas puasa yang kita lakukan.

Adapun doa yang dipanjatkan adalah untuk kebaikan dunia dan akhirat, atau
berdoa sesuai dengan hajat yang dibutuhkan selama bukan berdoa untuk
terjadinya kezaliman atau bertujuan untuk memutus tali silaturahim.

Kedua, ketika berbuka puasa

‫ظلُوم َو َدع َْوة ُ يُ ْفط ُر حينَ َوالصائ ُم ْالعَاد ُل ْاْل َما ُم َدع َْوت ُ ُه ُم ت ُ َر ُّد َل ث َ ََلثَة‬
ْ ‫ْال َم‬

“Tiga orang yang tidak tertolak doanya; Pepimpin yang adil, Orang puasa
ketika berbuka, dan doa orang yang terzalimi (H.R. at-Tirmidzi no. 2526,
Ibnu Hibba no. 7387. Dinilai sahih oleh Syaikh Syu’aib al-Arnauth karena ada
beberapa syawahid/riwayat pendukung)”.

Orang yang berbuka puasa adalah orang yang telah melaksanakan ketaatan,
sehingga berpotensi besar doa yang ia panjatkan akan dikabulkan oleh Allah
swt.

Waktu ketiga, ketika sahur


ُ ُ‫يب يَ ْدعُونى َم ْن يَقُو ُل اْلخ ُر الليْل ثُل‬
َ َ‫ث يَ ْبقَى حينَ ال ُّد ْنيَا الس َماء إلَى لَ ْيلَة ُكل َوتَعَالَى تَب‬
‫اركَ َربُّنَا يَ ْنز ُل‬ َ ‫يَ ْسأَلُنى َم ْن لَهُ فَأ َ ْست َج‬
ُ‫لَهُ فَأ َ ْغف َر يَ ْست َ ْغف ُرنى َم ْن فَأُعْطيَه‬

“Rabb kita tabaraka wa ta’ala turun ke langit dunia ketika tersisa sepertiga
malam terakhir. Lantas Allah berfirman, “Siapa saja yang berdo’a kepada-Ku,
maka akan Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku, maka Aku beri.
Siapa yang meminta ampunan kepada-Ku, maka akan Aku ampuni.” (HR.
Bukhari, no. 1145 dan Muslim, no. 758).

Waktu keempat, malam lailatul qadar.

Sebab malam ini adalah lebih baik dari seribu bulan [Q.S. al-Qadr: 1-5].
Seseorang boleh berdoa dengan doa apa saja selama bukan mengandung
kezaliman dan pemutusan hubungan kerabat. Namun terdapat doa yang
Rasulallah saw ajarkan kepada ‘Aisyah ra:

‫ع ْن‬ َ َ‫شة‬
َ ‫ع ْن ب َُر ْي َدة َ بْن َللا‬
َ ‫عبْد‬ َ ‫ت أَن َها‬
َ ‫عائ‬ ُ ‫عفُو إنكَ الل ُهم تَقُولينَ قَا َل أ َ ْدعُو َما ْالقَدْر لَ ْيلَةَ َوافَ ْقتُ إ ْن أ َ َرأَيْتَ َللا َر‬
ْ َ‫سو َل يَا قَال‬ َ
ُّ‫ْف ْالعَ ْف َو تُحب‬
ُ ‫عنِّي فَاع‬ َ

“Dari Abdullah bin Buraidah, dari ‘Aisyah, beliau bertanya, Wahai Rasulallah!
Jika aku mendapati malam lailatul qadar, doa apa yang aku panjatkan? Rasul
saw menjawab, katakanlah ‘Ya Allah, Sungguh Engkau Maha Pemaaf, suka
(memberi) maaf, maka maafkanlah aku (H.R.at-Tirmidzi no. 3513, Ibnu
Majah no. 3850, Ahmad no. 25384)”.
Oleh karenanya, silahkan membaca doa yang Rasul saw ajarkan kemudian
berdoa sesuai dengan hajat kita. Lalu kapan lailatul qadar itu datang?
Rasulallah saw menjelaskan:

َ َ‫شة‬
‫ع ْن‬ َ ‫عائ‬
َ ‫ي‬ َ ‫سو َل أَن‬
َ ‫ع ْن َها َللاُ َرض‬ َ ُ‫علَيْه هللا‬
ُ ‫صلى َللا َر‬ َ ‫م ْن األ َ َواخر العَ ْشر منَ الوتْر في القَدْر لَ ْيلَةَ ت َ َحر ْوا قَا َل َو‬
َ ‫سل َم‬
َ‫ضان‬ َ ‫َر َم‬

“Dari ‘Aisyah ra, bahwa Rasulallah saw bersabda: Carilah lailatul qadar pada
malam ganjil di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan (H.R. al-Bukhari no.
2017).”

Waktu-waktu yang disebutkan di atas adalah berdasar pada penjelasan dari


hadits Rasulallah saw. Namun yang perlu kita ingat bersama, Ramadhan
adalah bulan yang penuh dengan rahmat, pahala, dan ampunan Allah swt
pada semua harinya.

Oleh sebabnya, amal shaleh (termasuk doa) tidak hanya dilakukan pada
waktu tertentu saja, karena jika demikian kita mengecilkan makna
Ramadhan sebagai bulan yang Allah pilih untuk hamba-hambanya yang
beriman dan tidak Allah tetapkan waktu semisal ini untuk umat terdahulu.

Baca Juga:

1. Meninggal di Bulan Ramadhan, Apakah pasti Khusnul Khotimah?


2. Golongan Orang-orang yang Celaka Akibat Puasa Ramadhan

Selain waktu mustajab di bulan Ramadhan, kita juga hendaknya


memperhatikan waktu mustajab yang berlaku sepanjang tahun, baik
Ramadhan maupun selainnya. Beberapa diantaranya adalah ketika hari
jum’at, selepas shalat fardlu, ketika turun hujan, sedang safar, dan
sebagainya. Wallahu a’lam bi ash-shawab.

Sumber: https://www.tongkronganislami.net/waktu-mustajab-terkabulya-doa-di-
bulan-ramadhan/
Meninggal di Bulan Ramadhan, Apakah
pasti Khusnul Khotimah?
By
Tongkrongan Islami

Share

Advertisement

Tongkronganislami.net – Banyak saudara kita yang ingin berjumpa


dengan Ramadhan, namun Allah swt telah mencukupkan jatah umur mereka
di dunia. Ada yang Allah jemput sebelum memasuki Ramadhan, dan ada pula
setelah mereka berpuasa barang beberapa hari.
Namun ada juga saudara seiman yang masih diberi nikmat hidup oleh Allah
swt, tapi belum melaksanakan apa yang semestinya dikerjakan. Semoga
Allah swt menjaga kita semua dari perbuatan zalim terhadap-Nya.

Berkaitan dengan meninggal di bulan Ramadhan, ada anggapan di


masyarakat kita bahwa meninggal dalam bulan mulia ini merupakan salah
satu tanda akhir hidup yang baik atau husnul khatimah. Tentu semua orang
menginginkan akhir hayat yang baik sebagai sebuah akhir yang indah.
Husnul khatimah merupakan salah satu tanda kebaikan seorang hamba
selama hidup di dunia.

LALU APA ITU HUSNUL KHATIMAH?


APAKAH MENINGGAL DI BULAN
RAMADHAN TERMASUK SALAH SATU
DIANTARANYA?
Husnul khatimah merupakan keadaan seorang hamba, dimana sebelum
meninggal dunia ia mendapat taufik untuk menjauhi hal-hal yang
mengundang kemurkaan Allah, bertaubat dari dosa-dosa dan maksiat,
menjadi taat dan beramal shaleh, lalu ia meninggal dalam keadaan seperti
ini. Dalil yang menunjukkan hal ini adalah sabda Rasulallah saw:

َ ‫سو ُل قَا َل قَا َل أَنَس‬


‫ع ْن‬ َ ُ‫علَيْه َللا‬
ُ ‫صلى هللا َر‬ َ ‫ْف فَقي َل ا ْست َ ْع َملَهُ َخيْرا بعَبْد َللاُ أ َ َرا َد إذَا َو‬
َ ‫سل َم‬ َ ‫سو َل يَا يَ ْست َ ْعملُهُ َكي‬
ُ ‫قَا َل هللا َر‬
ُ‫صالح لعَ َمل ي َُوفِّقُه‬َ ‫ْال َم ْوت قَ ْب َل‬

“Dari Anas ia berkata, Rasulallah saw bersabda: Apabila Allah menghendaki


kebaikan pada seorang hamba,maka Dia akan mempekerjakannya. Beliau
ditanya, bagaimana Allah mempekerjakannya wahai Rasulallah? Beliau
menjawab, Allah memberinya taufik untuk beramal shaleh sebelum ia
meninggal [H.R. at-Tirmidzi (2142), Ahmad (11625), Ibnu Hibban (341)].”

‫سو ُل قَا َل‬ َ ُ‫علَيْه هللا‬


ُ ‫صلى َللا َر‬ َ ‫سلَهُ َخيْرا بعَبْد َللاُ أ َ َرا َد إذَا َو‬
َ ‫سل َم‬ َ ‫سلُهُ َو َما قي َل‬
َ ‫ع‬ َ ‫ع َمَل لَهُ َللاُ يَ ْفت َ ُح قَا َل‬
َ ‫ع‬ َ ‫صالحا‬َ ‫َم ْوته قَ ْب َل‬
‫ضهُ ثُم‬
ُ ‫علَيْه يَ ْقب‬
َ
“Rasulallah saw bersabda: Apabila Allah menghendaki kebaikan pada
seorang hamba, maka ia akan memberinya madu. Rasulallah saw ditanya,
bagaimanakah madu itu? Beliau menjawab, Allah membuka (kesempatan)
untuk beramal shaleh baginya sebelum meninggal kemudian Allah cabut
nyawanya [H.R. Ahmad (17784), Ibnu Hibban (342, 343), ath-Thabrani
dalam al-Mu’jam al-Ausath (3298, 4656)].”

Husnul khatimah mempunyai beberapa ciri. Sebagian hanya diketahui oleh


orang yang mengalami (baca:meninggal) dan sebagian lainnya bsa dilihat
oleh manusia.

Adapun tanda husnul khatimah yang bisa dilihat oleh banyak orang
merupakan bentuk kabar gembira dan tanda keridla-an Allah swt. Hal ini
juga menunjukkan keutamaan dan karamah Allah kepadanya. Demikian
seperti yang tercantum dalam firman Allah:

َ ُ‫عدُونَ ُك ْنت ُ ْم التي ب ْال َجنة َوأَبْش ُروا تَحْ زَ نُوا َو َل تَخَافُوا أَل ْال َم ََلئ َكة‬
‫علَيْه ُم تَتَنَز ُل ا ْستَقَا ُموا ثُم َللاُ َربُّنَا قَالُوا الذينَ إن‬ َ ‫تُو‬

“Sesungguhnya orang-orang yang menyatakan, Rabb kami adalah Allah


kemudian mereka istiqamah (dengan pernyataan itu), maka malaikat akan
turun (memberi berita bahwa) jangan kalian takut dan jangan pula bersedih.
Bergembiralah dengan surga yang dijanjikan kepada kalian [Q.S. Fushilat
(41): 30].”

Kabar gembira ini terjadi ketika maut menjemput orang beriman


sebagaimana yang dikatakan oleh Syaikh Abdurrahman as-Sa’di dalam
tafsirnya. Makna ini juga ditunjukkan oleh hadits:

‫ع ْن‬َ َ‫شة‬ َ ‫عائ‬َ ‫ت‬ ْ َ‫سو ُل قَا َل قَال‬


ُ ‫صلى هللا َر‬ َ ُ‫علَيْه هللا‬ َ ‫سل َم‬ َ ‫لقَا َءه ُ هللاُ كَرهَ هللا لقَا َء كَرهَ َو َم ْن لقَا َءهُ هللاُ أ َ َحب هللا لقَا َء أ َ َحب َم ْن َو‬
ُ‫ْس فَقَا َل ْال َم ْوتَ نَ ْك َرهُ فَ ُكلُّنَا ْال َم ْوت أَك ََراهيَةُ هللا نَبي يَا فَقُ ْلت‬
َ ‫ش َر إذَا ْال ُمؤْ منَ َولَكن َكذَلك لَي‬ ِّ ُ‫َو َجنته َورض َْوانه هللا ب َرحْ َمة ب‬
‫ش َر إذَا ْالكَاف َر َوإن لقَا َءهُ هللاُ فَأ َ َحب هللا لقَا َء أ َ َحب‬ ِّ ُ‫سخَطه هللا بعَذَاب ب‬ َ ‫لقَا َءه ُ هللاُ َوكَرهَ هللا لقَا َء كَرهَ َو‬

“Dari ‘Aisyah r.a. ia berkata (bahwa) Rasulallah saw bersabda: Siapa yang
senang berjumpa dengan Allah, maka Allah (juga) senang berjumpa
dengannya. Dan barangsiapa yang tidak senang berjumpa dengan Allah,
maka Allah pun tidak senang berjumpa dengannya. Aku (‘Aisyah) bertanya,
Wahai Nabi Allah, Apakah (yang dimaksud) benci kematian? Sebab setiap
kami tidak suka dengan kematian. Rasulallah saw menjawa, bukan itu
maksudnya. Akan tetapi (maksudnya adalah) apabila seorang mukmin diberi
kabar gembira tentang rahmat dan ridla Allah, maka ia ingin berjumpa
dengan-Nya dan Allah pun ingin berjumpa dengannya. Sebab sungguh orang
kafir apabila diberi tahu tentang azab dan murka Allah, ia tidak suka
berjumpa dengannya dan Allah pun tidak suka berjumpa dengannya (H.R. al-
Bukhari dan Muslim).”

Mengomentari hadits ini, imam an-Nawawi mengatakan, sifat cinta dan benci
yang diperhitungkan dalam syara’ adalah ketika terjadi sakaratul maut,
dimana taubat pada waktu itu tidak diterima lagi. Ketika itu, ditampakkan
keadaan orang yang meninggal, sehingga terlihat apa yang kembali
kepadanya (apa yang ia dapatkan). Dengan kalimat lain, orang yang beriman
ingin bertemu dengan Allah ketika terjadi sakaratul maut sebab mengatahui
apa yang akan ia dapatkan. Sedangkan orang yang ingkar kepada Allah tidak
akan menyukainya, pun karena mereka tahu balasan apa yang akan didapat
selepas kematiannya.

Tanda Tanda Khusnul Khatimah

1. Mampu mengucapkan syahadat di akhir hayat (Laa ilaaha ilaallah)


(lihat Sunan Abi Dawud, hadits no. 3116 dan Shahih Sunan Abi
Dawud, hadits no. 2673)
2. Dahi mengeluarkan keringat, sebagaimana riwayat dari Buraidah ibn
al-Hushain (lihat Musnad Ahmad, hadits no. 22513, Sunan at-
Tirmidzi, hadits no. 980, Sunan an-Nasa’i, hadits no. 1828).
3. Meninggal pada malam atau hari Jum’at (lihat Musnad Ahmad,
hadits no. 6546, Sunan at-Tirmidzi, hadits no. 1074).
4. Terbunuh di medan perang di jalan Allah/membela agama Allah
(lihat Q.S. Ali Imran (3): 169-170, Shahih Muslim, hadits no. 1915).
5. Orang yang meninggal karena wabah penyakit (lihat Shahih al-
Bukhari, hadits no. 2830 dan 3474, Shahih Muslim, hadits no.
1916).
6. Orang yang meninggal karena penyakit perut (‫( )البطون داء‬lihat Shahih
Muslim, hadits no. 1915).
7. Orang yang meninggal karena tertimpa benda/bangunan (‫ )الهدم‬dan
yang mati karena tenggelam (lihat Shahih al-Bukhari, hadits no.
2829 dan Shahih Muslim, hadits no. 1915).
8. Wanita yang meninggal setelah melahirkan, atau ketika dalam
keadaan hamil (lihat Sunan Abi Dawud, hadits no. 3111, Musnad
Ahmad, hadits no. 17341, Kitab al-Janaiz karya Syaikh al-Albani,
hal. 39).
9. Orang yang meninggal karena terbakar dan karena peradangan
pada selaput dada/alblora (lihat Shahih at-Targhib wa at-Tarhib
karya Syaikh al-Albani, no. 1396).
10. Meninggal karena mempertahankan agama, harta, atau jiwa
(lihat Sunan at-Tirmidzi, hadits no. 1421).
11. Meninggal ketika ribath; menjaga wilayah perbatasan dari
serangan musuh (lihat Shahih Muslim, hadits no. 1913).
12. Meninggal ketika sedang melakukan ketaatan/amal shaleh, misal
sedekah, shalat, puasa, dan sebagainya (lihat Musnad Ahmad,
hadist no 22813).

Berdasarkan keterangan ini, orang yang sedang berpuasa kemudian


meninggal dunia dapat dikategorikan sebagai orang yang meninggal ketika
sedang menjalankan ketaatan kepada Allah swt. Namun meski demikian, kita
tidak boleh serta merta mengklaim bahwa yang bersangkutan termasuk
penghni surga kecuali pada mereka yang telah disebutkan oleh Rasulallah
saw, seperti Empat Khalifah.

Hal lain yang perlu dicatat adalah, husnul khatimah hanya berlaku bagi
hambanya yang beriman dan meninggal dalam keadaan beriman, serta
ketaatan yang dilakukan juga karena mengharap ridla Allah swt.

Baca Juga:

Sumber: https://www.tongkronganislami.net/meninggal-di-bulan-ramadhan-
apakah-pasti-khusnul-khotimah/
Kultum Singkat: Ancaman bagi Orang
yang Meninggalkan Puasa Ramadhan
[1440 H / 2019 M ]
By
Tongkrongan Islami

Share

Advertisement
Kultum Singkat Ramadhan Terbaru 1440 H /
2019 M [Ancaman Bagi Muslim yang
Meninggalkan Puasa]
‫ رجَلن أتاني إذ نائم أنا بينا‬، ‫بضبعي فأخذا‬، ‫ وعرا جبَل بي فأتيا‬، ‫ فقال‬: ‫ اصعد‬، ‫ فقلت‬: ‫ أطيقه ل إني‬، ‫ فقال‬: ‫إنا‬
‫ لك سنسهله‬، ‫ شديدة بأصوات إذا الجبل سواء في كنت إذا حتى فصعدت‬، ‫ قلت‬: ‫ قالوا ؟ األصوات هذه ما‬: ‫عواء هذا‬
‫ النار أهل‬، ‫ بي انطلق ثم‬، ‫ بعراقيبهم معلقين بقوم أنا فإذا‬، ‫ أشداقهم مشققة‬، ‫ قال دما أشداقهم تسيل‬: ‫ قلت‬: ‫؟ هؤلء من‬
‫ قال‬: ‫صومهم تحلة قبل يفطرون الذين هؤلء‬

Ketika aku tidur, aku didatangi oleh dua orang laki-laki, lalu keduanya
menarik lenganku dan membawaku ke gunung yang terjal. Keduanya
berkata, ”Naiklah”. Lalu kukatakan, ”Sesungguhnya aku tidak mampu.”
Kemudian keduanya berkata,”Kami akan memudahkanmu”. Maka aku pun
menaikinya sehingga ketika aku sampai di kegelapan gunung, tiba-tiba ada
suara yang sangat keras. Lalu aku bertanya,”Suara apa itu?” Mereka
menjawab,”Itu adalah suara jeritan para penghuni neraka.” Kemudian
dibawalah aku berjalan-jalan dan aku sudah bersama orang-orang yang
bergantungan pada urat besar di atas tumit mereka, mulut mereka robek,
dan dari robekan itu mengalirlah darah. Kemudian aku (Abu Umamah)
bertanya,”Siapakah mereka itu?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjawab,”Mereka adalah orang-orang yang berbuka (membatalkan puasa)
sebelum tiba waktunya.” [HR. Abu Daud]

Meskipun hadis ini adalah mimpi Nabi SAW dan beberapa ulama
mendaifkannya. kita dapat mengambil pelajaran bahwa seoarang yang tidak
menjalankan ibadah (berbuka tanpa uzur yang dibenarkan) diibaratkan
seperti manusia yang disiksa dengan cara yang mengerikan.

Selain hadis ini ada beberapa ancaman bagi yang meninggalkan puasa, yang
akan kami uraikan di bawah ini:

Pertama: Ia melanggar perintah allah SWT dalam menyempurnakan ibadah


(membatalkan puasa sebelum waktu berbuka). Allah SWT berfirman:
ُ ‫ض ْال َخ ْي‬
‫ط لَ ُك ُم يَتَبَينَ َحتى َوا ْش َربُوا َو ُكلُوا‬ ُ َ‫ام أَت ُّموا ثُم ۖ ْالفَجْ ر منَ ْاألَس َْود ْال َخيْط منَ ْاأل َ ْبي‬ ِّ ‫الليْل إلَى ال‬
َ َ‫صي‬

Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang
hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai datang
malam [QS Al-Baqarah: 187]

‫َللا أَطيعُوا آ َمنُوا الذينَ أَيُّ َها يَا‬


َ ‫سو َل َوأَطيعُوا‬
ُ ‫أ َ ْع َمالَكُ ْم تُبْطلُوا َو َل الر‬

“Hai orang-orang yang beriman taatlah kepada Allah dan taatlah kepada
rasulnya dan janganlah kamu membatalkan amal-amalmu [QS. Muhammad:
33]

Kedua: Ia telah menjerumuskan diri pada perangkap syahwat. Seorang


muslim yang tidak menuntasknpuasanya karena menuruti keinginan
syahwatnya, berarti ia telah terperangkap dalam jeratan syahwat yang
sangat ditakutkan Rasulullah SAW. Sebagaimana dalam Sabdanya:

Aku mengkhawatirkan atas umatku syirik dan syahwat tersembunyi. Abu


Umamah bertanya, “wahai Rasulullah, Apakah umatmu akan melakukan
kesyirikan setelahmu? Beliau menjawab, ya memang meraka tidak
menyembah matahri, bulan batu dan berhala. Akan tetapi mereka
memamerkan perbuatan mereka. Sedang syahwat tersembunyi adalah
apabila salah seorang diantara kamu di pagi hari berpuasa lalu syahwatnya
menggodanya hingga ia meninggalkan puasanya. [HR Ahmad]

Ketiga: Ia menjerumuskan diri terhadap siksa yang sangat pedih di


akhirat. Seorang yang tidak menuntaskan puasanya akan mendapat siksa
yang sangat pedih di akhirat sebagaimana yang disebutkan dalam hadis
berikut:

‫ض ْبعَي فَأ َ َخذَا َر ُج ََلن أَت َاني إ ْذ نَائم أَنَا بَ ْينَا‬ َ ‫ساقَ ب‬ َ ‫ال َحديثَ َو‬، ْ ‫قَا َل َوفيه‬: ‫طلَقَا ثُم‬ َ ‫ بعَ َراقيبه ْم ُمعَلقُونَ قَ ْوم فَإذَا بي ا ْن‬، ‫ُمشَققَة‬
‫ َدما أ َ ْش َداقُ ُه ْم ت َسي ُل أ َ ْش َداقُ ُه ْم‬، ُ‫ق ُ ْلت‬: ‫قَا َل َهؤ َُلء؟ َم ْن‬: ‫ص ْومه ْم ت َحلة قَ ْب َل يُ ْفط ُرونَ الذينَ َهؤ َُلء‬
َ

“Pada saat kami tidur, ada dua orang laki-laki yang menghampiriku seraya
membopong saya”, lalu beliau melanjutkan ucapannya yang di antaranya:
“Kemudian mereka berdua membawaku, kemudian terlihat ada suatu kaum
yang sedang digantung di tunggangan mereka, pipi bagian bawahnya robek
dan mengalirkan darah, saya berkata: “Siapa mereka ?”, dia berkata:
“Mereka adalah orang-orang yang berbuka sebelum puasanya
sempurna”. [HR. An-Nasa’i]

Langkah dalam Menuntaskan Puasa di Bulan Ramadhan

Pertama: Senantiasa menghadirkan dalam benak kita akibat buruk


meninggalkan ibadah puasa sebelum tuntas. Jangan sampai siksaan dan
hukuman bagi orang yang tidak menuntaskan puasa hanya terbayang dalam
benak saat membaca maupun mendengar hadis tentang ini. Namun tidak
diamalkan dalam diri, yaitu berusaha menjaga puasa hingga menjelang buka
puasa dengan cara selalu mengingat ancaman bagi yang meninggalkannya.

Ingatan terkait dengan puasa sudah sepantasnya diiringi dengan ingatan


akan pahala yang akan didapatkan jika dikerjakan selama bulan ramadhan
(baca: 5 Ganjaran Puasa Ramadhan). Gambaran ini, dimaksudkan untuk
mendorong diri agar menuntaskan ibadah puasa ramadhan.

Kedua: Senantiasa berkumpul dengan orang-orang yang rajin beribadah.

Kebersamaan seorang muslim di tengah komunitas orang-orang saleh akan


memberikan imunitas kepada dirinya sehingga ia tidak mudah terpedaya
oleh dorongan syahwatnya dan tidak mudah pula terperangkap oleh tipu
daya setan.

Rasulullah SAW bersabda; Hendaknya kalian berkomitemen terhadap


jamaah, dan waspada terhdap perpecahan, karena setan akan bersama
seorang yang sendirian dan ia dari dua orang akan lebih menjauh [HR
Tirmidzi]

Sumber: https://www.tongkronganislami.net/kultum-singkat-meninggalkan-puasa-
ramadhan/
Waspada Terhadap Sebab Utama Puasa
Ramadhan Sia-Sia
By
Tongkrongan Islami

Share

Advertisement

BETAPA BANYAK ORANG YANG


BERPUASA, IA TIDAK MENDAPATKAN
DARI PUASANYA KECUALI SIA-SIA
(HR. IBNU MAJAH)
Dalam hadis ini rasulullah SAW memperingatkan bahwa banyak orang yang
melakukan ibadah puasa dengan meninggalkan makan, minum
dan hubungan intim suami istri di siang hari. Namun, semua itu hanya sia-
sia belaka dan sama sekali tidak mengundang pahala, karena ia melakukan
tindakan-tibdakan yang merusak pahala puasa. Ia tidak mendapatkan papun
yang dijanjikan Allah SWT kecual dahaga dan lapar.

Penyebab Utama Puasa Seorang Muslim Menjadi Sia-sia

a. Perkataan dan Tindakan Zur

Perkataan dan tindakan zur ialah semua perkataan dan tindakan yang
menyimpang dari kebenaran seperti kebohongan, tuduhan dusta, kesaksian
palsu, tipu daya, dan kejatahan lainya yang disebabkan oleh ucapan.

Perkataan dan tindakan zur ini akan merusak pahal puasa dan menjadikanya
sia-sia. Rasulullah SAW bersabda:

‫ع لَ ْم َم ْن‬ ُّ ‫ْس به َو ْالعَ َم َل‬


ْ ‫الزور قَ ْو َل يَ َد‬ َ ‫ع أ َ ْن فى َحا َجة لِل فَلَي‬ َ ُ‫َوش ََرابَه‬
َ ‫طعَا َمهُ يَ َد‬

Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dan tindakan zur maka
Allah SWT tidak membutuhkan upaya darinya untuk meninggalkan makan
dan minumannya (HR. Bukhari)

b. Kejahilan

Kejahilan adalah semua perkataan dan tindakan bodoh yang merugikan diri
sendiri maupun orang lain. Seperti bernadzar berdiri di bawah terik sinar
matahari dengan satu kaki, menyiksa diri sendiri dengan meninggalkan
sahur dan tidur karena ingin mendekatkan diri kepada Allah SWT. Begitu
juga semua tindakan yang dapat mencelakakan orang lain baik secara fisik,
materi maupun mental.
c. Menggunjing dan Sejenisnya

Ghibah atau menggunjing dan membicarakan aib seorang Muslim dapat


merusak puasa sehingga menjadi ibadah sia-sia yang tidak berdaya guna
(baca: rugi di bulan ramadhan). Rasulullah SAW bersabda:

‫جنة الصيام‬، ‫صائم إني فليقل قاتله أو أحد سابه فإن يصخب ول يرفث فَل أحدكم صوم يوم كان فإذا‬

“Puasa itu perisai, jika sesorang diantara kalian berpuasa, janganlah berkata
keji dan janganlah berkelahi, dan jika seseorang mencelanya atau
memusuhinya maka katkanlah aku sedang berpuasa.” (Muttafaqun ‘alaihi)

Selain itu dalam riwayat lain juga disebutkan: Puasa adalah perisai selama
seorang yang berpuasa tidak merusaknya, “ Dengan apa seseorang merusak
puasanya?” Beliau menjawab, dengan kebohongan atau ghibah. (HR.
Tabrani)

d. Melakukan Hal Yang Sia-sia

Nyanyian, permainan dan canda tanda tawa yang berlebihan termasuk hal
yang sia-sia dan dapat merusak pahala puasa. Seorang yang berpuasa lalu ia
mendengaran nyanyian atau melakukan permainan remi dan domino dari
pagi sampai magrib maka pahala puasanya dapat menjadi rusak karena hal
yang sia-sia tersebut. Rasulullah SAW bersabda.

َ ‫الصيَا ُم لَي‬
‫ْس‬ ِّ َ‫ َوالش َرب األ َ ْكل من‬، ‫الصيَا ُم إن َما‬
ِّ َ‫ َوالرفَث الل ْغو من‬، ‫سابكَ فَإ ْن‬ َ ‫ فَ ْلتَقُ ْل‬: ‫صائم إنِّي‬
َ ‫علَيْكَ َج ُه َل أ َ ْو أ َ َحد‬ َ ،
‫صائم إنِّي‬
َ

Puasa tidak sekedar menahan diri dari makan dan minum. Sesungguhnya
puasa itu menahan diri dari kesia-siaan dan kekejian. Jika ada seorang yang
mencelamu atau bertindak bodoh kepadamu maka katakanlah:
sesungguhnya akub sedang berpuasa. ( HR. Baihaqi dan Al-Hakim)

Sumber: https://www.tongkronganislami.net/waspada-terhadap-sebab-utama-
puasa-ramadhan-sia-sia/
Gelisah Indikator Mutu Puasa Seorang
Muslim di Bulan Ramadhan
By
Tongkrongan Islami

Share

Advertisement

Tongkronganislami.net – Seorang muslim hendaknya mampu mendeteksi


sejauh mana kulitas ubudiyahnya dalam menjalankan ibadah puasa. Apakah
ia berada pada tingkatan atas, tingkatan menengah, ataukah justru pada
tingkatan paling rendah? Minimal ada tiga tingkatan kualitas ubudyah dalam
menjalankan ibadah puasa:
Pertama: Tingkatan dimana seorang yang berpuasa mampu menahan segala
lapar, dahaga dan penderitaan yang dahsyat demi menuntaskan ibadah
puasa yang sudah diniatkannya (baca: tujuan puasa). Seorang Muslim pada
tingkatan ini akan mampu berpuasa dalam kondisi yang sangat panas dan
melelahkan sekalipun seperti yang diriwayatkan dalam hadis.

Abu Darda RA menuturkan, “kami Keluar bersama Rasululah SAW di Bulan


Ramadhan dalam suasana yang sangat panas. Hingga ada seorang di antara
kami meletakkan tangan di atas kepalanya karena cuaca yang panas sekali.
Diantara kami tidak ada yang berpuasa kecuali Rasulullah SAW dan Abdullah
bin Rawahah (HR. Muslim)

Kedua: Tingkatan dimana seorang yang berpuasa membatalkan puasanya


karena adanya uzur syar’i, seperti sakit atau musafir (bepergian) karena
tidak mampu berpuasa. Meskipun ia boleh membatalkan puasa karena uzur
syar’i , namun dalam hati kecilnya ada perasaan sedih dan gelisah karena ia
tidak dapat melaksanakan puasa sebagaimana mestinya. Inilah tingkatan
yang dimaksud dalam hadis di atas,

Berpergian adalah sepenggal siksaan. Karena selama bepergian seorang


lelaki akan disibukkan dari puasa, sholat dan ibadah-ibadahnya. Apabila
salah seorang diantara kamu telah menyelesaikan tujuan dari bepergiannya
maka hendaknya ia bersegera kembali kepada keluarganya (HR Ahmad)

Ketiga: Tingkatan dimana seorang yang berpuasa begitu mudahnya


membatalkan puasa yang sudah diniatkan hanya karena godaan minum dan
makanan yang ada di depan matanaya. Inilah yang dinamakan syahwat
tersembunyi yang dikhawatirkan rasulullah SAW.

Syaddad bin Aus RA berkata, Aku mendengar rasulullah SAW bersabda “Aku
mengkhawatirkan atas umatku syirik dan syahwat tersembunyi.” Aku
bertanya, “Wahai Rasulullah SAW, apakah umatmu akan melakukan
kesyirikan sepeninggalmu?’ Nabi SAW menjawab “ya, mereka memang tidak
menyembah matahari, bulan batu dan berhala. Namun mereka akan
memamerkan kebaikan mereka. Sedang syahwat tersembunyi adalah apabila
seorang di antara mereka di pagi hari sudah meniatkan puasa, lalu muncul
suatu keinginan pada dirinya sehingga ia pun meninggalkan puasanya.” (HR.
Ahmad, Ibnu Majah dan Al-Hakim)

Hal ini berbeda dengan kondisi orang seorang yang sebenarnya tidak ingin
berpuasa, namun karena tidak memiliki sesuatu untuk di makan akhirnya ia
berpuasa, sehingga ketika mendapatkan makanan ia membatalkan puasa.
Atau membatalkan puasa sunnah demi menghormati orang yang
mengundang atau memberikan jamuan kepadannnya.

Aisyah r.a. menuturkan, Pada suatu hari Nabi SAW mendatangiku seraya
bertanya, “Apakah ada suatu makanan?” kami menjawab tidak ada. Nabi pun
bersabda, “ Kalau begitu aku berpuasa.” Setelah itu beliau datang lagi, lalu
kami berkata, “wahai Rasulullah, kami telah diberi hadiah bubur hais dan
kami simpan sebagian untukmu.” Nabi pun Bersabda, “Berikanlah kepadaku,
meski sebenarnya aku telah meniatkan puasa.” Lantas beliaupun
memakannya. (HR Ahmad)

Sumber: https://www.tongkronganislami.net/gelisah-indikator-mutu-puasa-
seorang-muslim/

Ilmu Asbabun Nuzul: Memahami Sebab-


Sebab Turunya Ayat Al-Qur’an
By
Tongkrongan Islami

Share
Advertisement

Ilmu Asbabun Nuzul: Memahami Sebab-Sebab


Turunya Ayat Al-Qur’an
Oleh: Sirajuddin

Al-Quran yang terdiri dari 114 surah dan susunanya ditentukan oleh Allah
swt. dengan cara tauqifi, tidak menggunakkan metode sebagaimana metode-
metode penyusunan buku-buku ilmiah. Metode ini tidak terdapat dalam al-
Quran al-karim yang di dalamnya banyak persoalan yang silih- berganti
ditengakkan.

Turunya ayat-ayat al-Quran bukan berarti tanpa latar belakang historis


meskipun tidak semua ayat, akan tetapi sebagian ayat turun karena latar
belakang tertentu[1]. Seperti yang telah kita pahami merupakan suatu
keniscayaan sesuatu yang terjadi atau tercipta mesti ada penyebabnya. Itu
merupakan sunatullah di alam ini[2]
Begitu pula ayat-ayat al-Quran yang Allah turunkan juga ada sebab-sebab
turunya, dapat kita banyangkan betapa sulitnya para ulama dalam
memahami dan menafsirkan ayat-ayat al-Quran tanpa mengetahui Asbabun
Nuzulnya. Asbab al-nuzul merupakan pembantu ilmu tafsir dalam
menetapkan ta’wil yang lebih tepat dan tafsir yang lebih benar bagi ayat-
ayat al-Quran .

Oleh karena itu mempelajari, memahami, dan mengkaji asbabun


nuzul menjadi penting. Pendapat ahli tafsir tidaklah dapat menguraikan
segala kesimpulan dan tidaklah pula dapat menerangkan muthasyabihat
sebagai mana tidak dapat menjelaskan yang mujmal

Juga sangatlah relevan apa yang dikatakan oleh al-wahidy yang dikutip al-
Shuyutiy.

‫نزولها وبيان قصتها على الوقوف دون الية تفسير معرفة يمكن ل‬

Tidak mungkin menafsirkan ayat (Al-Quran) tanpa mengetahui kisah dan


penjelasan sebab turunnya

Epistimologi tersebut melatarbelakangi ulama klasik (terutama mufasir bil


ma’tsur ) meletakan ilmu asbabun nuzul sebagai ilmu penting diantara ilmu-
ilmu al-Quran. Dalam perkembangan tafsir, perhatian terahadap ilmu asbab
al-nuzul mengalami dinamisasi. Meskipun dikalangan umat Islam banyak
yang masih mempertahankan epitimologi klasik, tetapi ada yang mencoba
merekontruksi bahkan mengkritisi ilmu asbab al-nuzul tersebut terutama dari
pemikir kontemporer.

Persoalan akidah kadang bergandengan dengan persoalan hukum dan kritik,


sejarah umat-umat yang lalu disatukan dengan nasehat, ultimatum,
dorongan atau tanda-tanda kebesaran Allah yang ada di alam. Terkadang
pula ada suatu persoalan atau hukum yang diterangkan tiba-tiba timbul
persoalan lain yang pada pandangan pertama tidak ada hubungnannya
antara satu dengan yang lain.
Misalnya apa yang terdapat dalam Q.S. al-Baqarah ayat: 216-221, yang
mengatur hukum perang berurutan dengan hukum minuman keras,
perjudian, persoalan anak yatim dan perkawinan dengan orang-orang
musyrik.

Hal demikian itu dimaksudkan agar memberikan kesan bahwa ajaran-ajaran


al-Quran dan hukum-hukum yang tercakup di dalamnya merupakan
satu kesatuan yang harus ditaati oleh penganutnya secara keseluruhan
tanpa ada pemisahan antara satu dengan yang lainnya.

Periode Pertama Turunya Al-Qur’an

Diketahui bahwa Muhammad saw, pada awal turunnya wahyu pertama


(iqra’), belum dilantik menjadi Rasul. Dengan wahyu pertama itu, beliau baru
merupakan seorang nabi yang tidak ditugaskan menyampaikan apa yang
sudah diterima. Baru setelah turun wahyu yang kedualah baru beliau
ditugaskan menyampaikan wahyu-wahyu yang diterimanya, dengan adanya
firman Allah: “ Wahai yang berselimut, bangkit dan berilah peringatan.” (QS
Al- Mudatsir : 1-2).

Kemudian setelah itu kandungan wahyu ilahi berkisar dalam tiga hal:

1. Pendidikan bagi rasulullah saw,dalam membentuk kepribadiannya.


Perhatikan firmannya: Wahai orang yang berselimut, bersihkanlah
pakaianmu. Tinggalkanlah kotoran(syirik). Janganlah memberikan
sesuatu dengan mengharap menerima lebih banyak darinya, dan
sabarlah engkau melaksanakan perintah-perintah Tuhanmu” (QS
74: 1-7). Perintah ini disebabkan karena Sesungguhnya kami akan
menurunkan kepadamu wahyu yang sangat berat (QS 73: 5).
Demikian ayat-ayat yang merupakan bimbingan beliau demi
suksesnya dakwah.
2. Pengetahuan-pengetahuan dasar mengenai sifat dan af’al Allah,
karena yang mengetahuinya dengan sebenarnya akan mengetahui
pula persoalan-pesoalan tauhid dan tanzih (penyucian) Allah swt.
3. Keterangan mengenai dasar-dasar Islamiah, serta bantahan-
bantahhan secara umum mengenai pandangan hidup masyarakat
jahiliyyah ketika itu. Periode ini berlangsung sekitar 4-5 tahun dan
telah menimbulkan bermacam-macam reaksi di kalangan
masyarakat Arab ketika itu. Reaksi-reaksi tersebut nyata dalam tiga
hal pokok:

 Segolongan kecil dari mereka menerima dengan baik ajaran al-


Quran.
 Sebagian besar dari masyarakat tersebut menolak ajaran al-Quran,
karena kebodohan mereka (QS 21 : 24 ), keteguhan mereka
mempertahankan adat dan tradisi nenek moyang mereka (QS 43 :
22) atau karena adanya maksud-maksud tertentu dari satu
golongan.
 Dakwah al-Quran mulai melebar melampaui perbatasan Makkah
menuju daerah-daerah sekitarnya.

Periode Kedua Turunya Al-Qura’n

Peride kedua dari sejarah turunnya al-Quran berlangsung selama 8-9 tahun,
dimana terjadi pertarungan hebat antara gerakan Islam dan Jahiliyah.
Gerakan oposisi terhadap Islam menggunakan segala cara dan sistem untuk
mengahalangi kemajuan dakwah Islamiah. Dimulai dari fitnah, intimidasi dan
penganiayaan, yang mengakibatkan para penganut ajaran al-Quran pada
waktu itu hijrah ke Habsyah dan para akhirnya mereka semua termasuk
Rasulullah saw. berhijrah ke Madinah.

Pada saat tersebut ayat al-Quran, di satu pihak silih berganti turun
menerangkan kewajiban-kewajiban prinspil penganutnya sesui dengan
kondisi dakwah ketika itu, sepeti : Ajaklah mereka ke jalan Tuhanmu
(agama) dengan hikmah dan tuntunan yang baik, serta bantahlah mereka
dengan cara yang sebaik-baiknya (QS 16 : 125)
Periode Ketiga Turunnya Al-Qura’an

Selama masa periode ini dakwah al-Quran telah dapat mewujudkan suatu
prestasi besar kerena penganut-penganutnya telah dapat hidup bebas
melaksanakan ajaran-ajaran agama Yatsrib (yang kemudian diberi nama
dengan al-madinah al-munawwarah).periode ini berlangsung selama 10
tahun, di mana timbul bermcam-macam peristiwa, problem dan
persoalan,seperti: , Prinsip-prinsip apakah yang harus diterapkan dalam
masyarakat demi mencapai kebahagiaan, bagaimana menhadapi sikap-sikap
orang-orang munafik, sehingga hal ini diterangkan dalam al-Quran sebagai
berikut:

“tidakkah sepatunya kamu sekalian memerangi golongan yang mengingkari


janjinya dan hendak mengusit Rasul, sedangkan merekalah yang memerangi
peperangan. Apakah kamu takut kepada mereka?. Sesungguhnya Allah lebih
berhak untuk ditakuti jika kamu sekalian benar-benar orang yang beriman.
Perangilah! Allh akan menyiksa mereka dengan perantaraan kamu sekalian
serata menghina-rendahkanmereka; dan Allah akan menerangkan kamu
semua serta memuaskan hati segolongan orang-orang beriman “.(Q.S. 9:
13-14).

Uraian di atas menunjukkan bahwa ayat-ayat al-Quran di sesuaikan dengan


keadaan masyarakat saat itu.

Pengertian Asbabun Nuzul

Menurut bahasa (etimologi), asbabun nuzul berarti turunnya ayat-ayat al-


Quran[3] dari kata “asbab” jamak dari “sababa” yang artinya sebab-sebab,
nuzul yang artinya turun. Yang dimaksud disini adalah ayat al-Quran. Asbab
al-nuzul adalah suatu peristiwa atau saja yang menyebabkan turunnya ayat-
ayat al-Quran baik secara langsung atau tidak langsung.

Menurut istilah atau secara terminologi asbabun nuzul terdapat banyak


pengertian, diantaranya :
Menurut Az-Zarqani, “Asbabun nuzul adalah hal khusus atau sesuatu yang
terjadi serta hubungan dengan turunnya ayat al-Quran yang berfungsi
sebagai penjelas hukum pada saat peristiwa itu terjadi”.

Menurut Ash-Shabuni, “asbabun nuzul adalah peristiwa atau kejadian yang


menyebabkan turunnya satu atau beberapa ayat mulia yang berhubungan
dengan peristiwa dan kejadian tersebut, baik berupa pertanyaan yang
diajukan kepada Nabi atau kejadian yang berkaitan dengan urusan agama”.

Subhi Shalih

‫وقوعه زمن لحكمه مبينة او عنه مجيبة او له متضمنة بسببه اواآيات اْلية نزلت ما‬

“Asbabun Nuzul adalah sesuatu yang menjadi sebab turunnya satu atau
beberapa ayat Al-Quran yang terkadang menyiratkan suatu peristiwa sebagai
respon atasnya atau sebagai penjelas terhadap hukum-hukum ketika
peristiwa itu terjadi”.[4]

Mana’ al-Qathan

‫سؤال او كحادثة وقوعه وقت بشأنه قرآن مانزل‬

“Asbabun nuzul adalah peristiwa yang menyebabkan turunnya Al-Quran


berkenaan dengannya waktu peristiwa itu terjadi, baik berupa satu kejadian
atau berupa pertanyaan yang diajukan kepada Nabi”[5].

Nurcholis Madjid

Menyatakan bahwa asbab al-nuzul adalah konsep, teori atau berita tentang
adanya sebab-sebab turunnya wahyu tertentu dari Al-Quran kepada Nabi
saw baik berupa satu ayat, satu rangkaian ayat maupun satu surat [6].

Macam-macam Bentuk Asbabun Nuzul


Dipandang dari segi peristiwa nuzul-nya, ayat Al-Quran ada dua
macam: pertama, ayat yang diturunkan tanpa ada keterkaitannya denagan
sebab tertentu, tetapi semata-mata sebagai hidayah bagi manusi. Kedua,
ayat Al-Quran yang diturunkan lantaran ada sebab atau kasus tertentu.

Para pakar ilmu-ilmu Al-Quran, misalnya Syekh Abdul al-‘Azhim al-Zarqaniy


dalam manahil al-Irfannya mendefinisikan Asbab al-Nuzul sebagai berikut:
Kasus atau Sesutu yang terjadi yang ada hubungannya dengan turunnya
ayat, atau ayat-ayat Al-Quran sebagai penjelasan hukum pada saat
terjadinya kasus. Karena pada hakikatnya Rasulullah s.a.w hanyalah sebagai
pembawa risalah. Beliau tidak memegang otoritas untuk menetapkan suatu
hukum syari’at. Hukum itu sendiri datang dari Allah swt.melalui wahyu yang
dibawa oleh malaikat jibril.[7]

Menurut Imam al-Ja’bari mengatakan bahwa nuzul al-Quran (turunnya al-


Quran) itu terbagi menjadi dua bagian : satu turun sejak awal (tidak ada
sebab musababnya), sedangkan bagian yang lainnya itu turun disertai
dengan adanya peristiwa atau adanya pertanyaan. Dalam bagian yang kedua
inilah terdapat beberapa masalah.[8] Ada pula yang mengatakan
bahwa asbabun nuzul itu dibagi dalam dua bentuk, yaitu :

Terjadinya suatu peristiwa, lalu turun ayat untuk menjelaskannya.


Contohnya, adalah peristiwa yang dilaporkan oleh Ibn Abbas bahwa pada
suatu hari Nabi Muhaammad s.a.w. naik ke atas bukit Safa lalu menyeru
manusia, “Wahai manusia di pagi ini berkumpullah.” Setelah mereka
berkumpul, Nabi s.a.w. berkata, “bagaimana pendapat kalian bila saya
beritahukan bahwa ada musuh yang datang dari balik buki itu, kalian
percayakah kepada saya ?” Mereka memjawab, Kami tidak pernah
mengetahui engkau berdusta.

Adanya pertanyaan yang diajukan kepada Nabi s.a.w. lalu turun ayat untuk
menjawabnya. Misalnya, pertanyaan seorang perempuan bernama Khaulah
binti Sa’labah kepada Nabi s.a.w. bahwa suaminya, Aus bin as-Samit telah
men-zihar-nya, yang berarti mereka harus cerai.[9]
Jadi dari beberapa paendapat para ulama di atas, jelaslah bahwa turunnya
ayat al-Quran dilatarbelakangi oleh beberapa peritiwa atau sebab sehingga
turunlah ayat atau wahyu dari Alla s.w.t. untuk menjawab berbagai
persoalan yang dihadapi oleh nabi Muhammad s.a.w. dalam mwnjalankan
risalahnya atau perintah Allah s.w.t.

Manfaat Memahami Ilmu Asbabun Nuzul dalam Proses


Penetapan Hukum

Beberapa urgensi abbab al-nuzul dalam memahami al-Quran dan kaitannya


dalam menetapkan hukum, dapat dilihat sebagai berikut :

1. Penegasan bahwa Al-Quran benar-benar dari Allah SWT


2. Penegasan bahwa Allah benar-benar memberikan perhatian penuh
pada rasulullah saw dalam menjalankan misi risalahnya.
3. Penegasan bahwa Allah selalu bersama para hambanya dengan
menghilangkan duka cita mereka
4. Sarana memahami ayat secara tepat.[10]
5. Mengatasi keraguan ayat yang diduga mengandung pengertian
umum
6. Mengkhususkan hukum yang terkandung dalam al-Quran
7. Mengidentifikasikan pelaku yang menyebabkan turunnya ayat al-
Quran
8. Memudahkan untuk menghafal dan memahami ayat serta untuk
memantapkan wahyu di hati orang yang mendengarnya.[11]
9. Mengetahui makna serta rahasia-rahasia yang terkandung dalam al-
Quran.[12]
10. Seorang dapat menentukan apakah ayat mengandung pesan
khusus atau umum dan dalam keadaan bagaimana ayat itu mesti
diterapkan.

Penerapan asbabun nuzul dalam penafsiran al-Quran adalah untuk lebih


memahami ayat dan menghilangkan keraguan, disamping itu untuk
menghindari kesan adanya pembatasan secara mutlak terhadap suatu ayat.
Penerapan asbabun nuzul sifatnya sangat kasusistik dan tidak bisa
diterapkan untuk semua ayat al-Quran. Penerapan asbab al-nuzul yang
sangat terbatas dikalangan ulama menimbulkan kesan ambigu. Di satu sisi
kegunaan asbab al-nuzul diakui oleh mayoritas ulama, namun di sisi lain
penerapannya sangat kasusistik. Minimnya peran asbab al-nuzul dalam
penafsiran. al- Qur’an disebabkan asbabun nuzul lebih dipahami dalam
konteks mikro, sehingga ruang lingkup pembahasannya Penerapan asbab al-
nuzul dalam penafsiran al-Quran adalah untuk lebih memahami ayat dan
menjadi sangat terbatas. Selain itu juga disebabkan oleh kebiasaan ulama
berpegang pada kata-kata yang umum dan bukan sebab yang khusus (al-
ibrah bi ‘umum al-lafd laa bi khusus as sabab).

Memegangi keumuman kata dan mengabaikan kekhususan sebab pada


semua teks al-Quran menghasilkan pemikiran yang sulit diterima. Akibat
yang serius adalah munculnya penghancuran terhadap hikmah pentasyrián
secara bertahap dalam masalah halal-haram, terutama berkaitan makanan
dan minuman, selain itu juga mengancam hukum itu sendiri.

Kajian asbabun nuzul di samping meneliti fakta sejarah dibalik suatu ayat,
juga mengetahui hikmah pentasyrián ayat-ayat hukum. Hikmah pentasyrián
tidak akan nampak jika keumuman kata tetap dijadikan pegangan. Ayat-ayat
mengenai pelarangan khamr yang diturunkan secara bertahap merupakan
ilustrasi betapa pentingnya kekhususan sebab. Ayat-ayat tersebut adalah :

1. Mereka bertanya kepadamu tentang khamr dan judi. Katakanlah


keduanya mengandung dosa besar dan manfaat bagi orang banyak,
namun dosanya lebih besar dari pada manfaatnya (QS. al-Baqarah
(2): 219).
2. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendekati shalat
sementara kalian dalam keadaan mabuk, hingga kalian mengetahui
apa yang kalian katakan (QS. an-Nisa’ (4): 43).
3. Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya khamr, judi,
berkurban untuk berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah
adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Oleh karena
itu jauhilah, semoga beruntung. Setan hanyalah ingin menimbulkan
permusuhan dan saling membenci diantara kamu melalui khamr dan
judi, dan setan ingin menghalangi kalian dari ingat kepada Allah dan
shalat. Oleh karena itu, apakah kalian bersedia menghentikannya?
(QS. al-Maidah (5): 90-91).

Ayat pertama tentang khamr (QS. al-Baqarah (2): 219) turun dalam kondisi
masyarakat yang begitu keras memegangi manfaat khamr, kemudian
ditanamkan pemahaman dalam benak mereka tentang manfaat dan dosanya
dengan penegasan bahwa dosanya lebih besar.

Ayat kedua (QS. an-Nisa’ (4): 43) mencoba mengurangi intensitas minum
khamr dengan larangan meminum khamr sebelum masuk waktu shalat.
Kondisi masyarakat saat itu adalah minum khamr hampir sepanjang hari.
Pengharaman khamr baru dilakukan dengan turunnya QS. al-Maidah (5): 90-
91.

Apabila keumuman kata dijadikan pegangan, boleh jadi orang akan


mengambil ayat yang pertama atau yang kedua. Akibatnya sangat
membahayakan. Dari uraian tersebut juga menunjukan fungsi asbab al-
nuzul sebagai penjelas hikmah pentasyrián hukum.

Faedah Mengetahui Ilmu Asbab Al-Nuzul

Beberapa pakar ‘Ulum Al-Quran,misalnya al-Zarqaniy dan al-Suyuthiy,


mensinyalir adanya sementara kalangan yang beranggapan bahwa
mengetahui Asbab al-Nuzul tidak ada gunanya. Hal itu dianggapnya tidak
lebih daripada sejarah turnnya ayat yang tidak ada kaitannya dengan
pemahaman al-Quran.

Anggapan semacam ini, oleh kebanyakan ulama termasuk diantaranya Ibnu


Taimiyah yang mendalami ilmu-ilmu al-Quran, dinilai sebagai pandangan
yang keliru. Karena bayak sekali yang dibantu oleh pemahaman Asbab al-
Nuzul itu di di dalam upaya memahami al-Quran. Faedah-faedah itu
diantaranya:
1. Membantu di dalam memahani, sekaligus mengatasi ketidakpastian
di dalam menangkap ayat-ayat Al-Quran.
2. Mengatasi kerguan terhadap ayat yang diduga mengandung
pengertian umum.
3. Untuk menjernihkan dan meluruskan persoalan di dalam memahami
ayat Al-Quran.

Di satu sisi mengetehui sebab memiliki beberapa feadah antara lain :

1. Mengetahui hikmah di balik pensyariatan hukum.


2. Menghususkan hukum dengan sababun al-nuzul. Ini berlaku bagi
orang yang berpendapat bahwa “Al-‘ibrah bi khususis sabab”.
3. Sesungguhnya lafadz itu biasa jadi bersifat umum, dan ada dalil
yang berfungsi untuk men-takhshis (menghususkannya). Apabila
sebab itu diketahui maka takhshis (penghususan) itu hanya terbatas
pada sesautu yang digambarkan.
4. Mendapatkan makna yang dimaksud dan menghilangkan isykal
(sesuatu yang sulit).
5. Menghindarkan kesalahpahaman terhadap adanya pembatasan
dalam ayat.
6. Mengenal nama kepada siapakah ayat itu diturunkan dan
menentukan yang mubham atau yang belum jelas pada ayat
itu.[13]

Dalam pandangan lain asbab al-nuzul mempunyai arti penting dalam


memahami al-Quran. Seseorang tidak akan mencapai pengertian yang baik
jika tidak memahami riwayat asbab al-nuzul suatu ayat. Al-Wahidi (w.
468/1075), seorang ulama klasik dalam bidang ini mengemukakan :
“Pengetahuan tentang tafsir dan ayat-ayat tidak mungkin, jika tidak
dilengkapi dengan pengetahuan tentang pristiwa dan penjelasan yang
berkaitan dengan diturunkan suatu ayat.”[14]

Al-Wahidi (w. 468/1075) mengatakan ; fungsi mengetahui asbab al-nuzul


antara lain sebagai berikut : Mengetahui hikmah dan rahasia
diundangkannya suatu hukum dan perhatian syara’ terhadap kepentingan
umum, tanpa membedakan etnik, jenis kelamin, dan agama.
Megetahui asbab al-nuzul membantu memberikan kejelasan terhadap
beberapa ayat.
Pengetahuan asbab al-nuzul dapat menghususkan (takhshish) hukum
terbatas pada sebab, terutama ulama yang menganut kaidah “sabab khusus”
(khusushis al-sabab).

Yang paling penting ialah asbabun nuzul dapat membantu memahami


apakah suatu atyat ayat berlaku umum atau berlaku khusus, selanjutnya
dalam hal apa ayat diturunkan. Maksud yang sesungguhnya suatu ayat dapat
dipahami melalui pengenalan asbab al-nuzul.[15]18

Dalam hal ini para ulama ushul berbeda pendapat tentang: “Hal al-‘brah bi
‘umumil lafdzi au bikhushusis sabab” ?. Artinya: apakah yang diambil
sebagai pedoman suatu hukum itu berdasarkan ‘umumil lafdzi (lafadznya
secara umum), atau kerena sebab tertentu ?.

Yang lebih tepat menurut ulama ushul adalah yang pertama. Telah turun
beberapa ayat dengan sebab turunnya, tetapi para ulama telah sepakat
secara penerapan ayat-ayat itu tidak hanya tebatas pada sebab-sebab
turunya saja tetapi juga pada yang lainnya.

Misalnya, Imam Zamakhsyari mengatakan tentang surah al-humazah, “boleh


saja sebab turunnya surat ini bersifat khusus, tetapi ancaman yang ada pada
surat ini bersifat umum, agar setiap orang yang melakukan perbuatan yang
buruk seperti itu juga akan mengalami nasib yang sama, dan agar hal
tersebut juga berlaku atau berfungsi sebagai sindiran”.

Imam Suyuthi berpendapat bahwa di antara dalil yang menunjukan bahwa


konteks secara umum itu dijadikan sebagai standar hukum adalah
berbdalilnya sahabat Nabi dan selain mereka dalam bebagai peristiwa yang
ada dengan konteks umum dari ayat-ayat yang turun bedsarkan sebab-
sebab tertentu. Hal itu telah menjadi kebiasaan yang beredar secara umum
di antara mereka.
Terdapat riwayat dari Ibn Abbas yang menunjuk tentang “I’tibar al-Umum”:
sesungguhnys Ibnu abbas mengatakan tentang ayat as-saryqah, bahwa ayat
itu turun berkenaan dengan seorang wanita yang mencuri. Ibnu Taimiyah
berkata, “berkenaan dengan hal ini banyak kita dapatkan mereka(para
ulama (Al-Quran) sebagai berikut: ayat ini turun pada persoalan begini,
terutama hal yang disebutkan itu adalah orangnya, seperti perkataan
mereka: ‘sesungguhnya ayat zihar itu turun berkenaan dengan istri tsabit bin
Qais, dan sesungguhnya firman Allah: ‘wa anihkum bimaa anzalallah…’(Q.s.
al-Maidah: 49) turun berkenaan dengan bani Quraidhah dan bani an-Nadhir’,
serta hal-hal yang serupa dengan itu dari berbagai riwayat yang disebutkan
bahwa itu diturunkan berkenaan dengan suatu kaum dari orang-orang
musyrik di Makkah atau kaum Yahudi dan Nasrani atau pada kaum yang
beriman.

Telah disebutkan di atas bahwa bentuk dari sababun nuzul itu bersifat
qath’iyyatud dukhul fi al-‘am (sesuatu yang harus masuk atau termasuk di
dalam konteks umum). Jadi kadang-kadang ayat itu diturunkan berdasarkan
sebab-sebab yang khusus sementara ia diletakkan bersamaan dengan ayat-
ayat yang umum dalamrangka memerhatikan sususnan Al-Quran dan
keindahan untaian kalimat-kalimatnya,sehingga yang khusus itu lebih dekat
dari bentuk sebab dalam kaitannya bahwa ia masuk di dalam yang unmum
secara pasti.

Dengan demikian kita akan lebih teliti dan jauh dari kekeliruan ketika
memahami persoalan atau makna yang terkandung di dalam ayat Al-Quran.

Catatan Kaki

[1]Quraisy Shihab, Membumikan al-Quran Cet; xxxi, Bandung: Mizan, 2007,


h.88.
[2]Tengku Muhammad hasbi al-shidiqi, Ilmu Al-Quran ; Ilmu-Ilmu Pokok
Dalam Penafsiran Al-Quran, Semarang: Pustaka Rizki, 2002, h.13.

[3] Rosihan Anwar, Ulum al-Quran, Bandung: Pustaka Setia, 2008, h. 60.

[4]Subhi al-shalih, Mabahits fi’ulum al-Quran, Dar al-Qalam li al-Malayyin,


Beirut, 1988, h. 132.

[5]Mana’ al-Qathan, Mabahits fi Ulumul Qur’an, Mansyurat al-Ahsan al-


Hadits, t.tp., 1973, h. 78.

[6]Moh. Ahmadehirjin, al-Quran dan Ulumul Qur’an, Yogyakarta: PT. Dana


Bhakti Primayasa, 1998, h. 30.

[7]Jalaluddin as-suyuthi,al-itqon fi ‘Ulum al-Quran, Dar al-Fikr, Beirut.

[8]Imam Suyuthi, Studi Al-Quran Komprehensif (Al-Itqan fi Ulumil Qur’an),


Solo: Indiva Pustaka, 2008, h. 123.

Sumber: https://www.tongkronganislami.net/ilmu-asbabun-nuzul/

Golongan Orang-orang yang Celaka


Akibat Puasa Ramadhan
By
Tongkrongan Islami

Share
Advertisement

Tongkronganislami.net – Sesungguhnya setiap ibadah mempunyai dua


potensi yang selalu beriringan satu sama lainnya. Satu sisi sebuah ibadah
mungkin akan menjadi ladang pahala yang akan kita panen di kampung
akhirat nanti. Tapi sisi lain, jika kita tidak memenuhi syarat, adab dan
rukunnya bisa jadi sebuah ibadah justru menjadi fitnah bagi kita di hari akhir
nanti. Naudzu billah min dzalik…

Contoh yang paling jelas dalam masalah ini terdapat dalam sebuah ayat
yang sudah sama-sama kita hafal bersama, dalam surat al-Maun disebutkan
ancaman Allah SWT kepada orang-orang yang shalat. Allah berfirman dalam
kitabnya yang mulia: “Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang salat,
(yaitu) orang-orang yang lalai dari salatnya” (QS Al-Maun: 3)

Ayat di atas begitu lugas mengingatkan pada kita bahwa sholat bisa menjadi
fitnah dan ancaman di akhirat nanti saat kita menjalankan tidak sesuai
aturannya.
LALU BAGAIMANA DENGAN IBADAH
PUASA RAMADHAN KITA? APAKAH
ADA ANCAMAN TENTANG PUASA
YANG KITA JALANKAN?
Sungguh setidaknya ada dua dalil yang juga mengingatkan kita dengan
gamblang tentang bahaya orang berpuasa jika tidak memenuhi adab dan
aturannya.

Dalil pertama, Rasulullah SAW telah memberikan prediksi bagaimana banyak


orang yang berpuasa tanpa hasil apapun keculai hanya lapar dahaga. Beliau
bersabda dari lisannya yang mulia :

“Betapa Banyak Orang berpuasa tapi tidak mendapat (pahala) apa-apa dari
puasanya kecuali hanya lapar, dan betapa banyak orang yang sholat malam
(tarawih) tapi tidak mendapatkan apa-apa selain begadang saja” (HR An-
Nasai)

Dalil di atas seharusnya menjadi warning atau peringatan dini bagi kita
dalam meniti hari-hari Ramadhan kita, agar tidak termasuk golongan yang
celaka dalam arti berpuasa tanpa pahala.

Peringatan berikutnya adalah dalam lafadz doa Jibril alaihissalam, dimana ia


mendoakan keburukan kepada mereka yang mendapati Ramadhan tapi tidak
mendapat ampunan dari Allah SWT.

Diriwayatkan dalam hadits yang panjang: “Dari Abu Hurairah: Rasulullah


Shallallahu’alaihi Wasallam naik mimbar lalu bersabda: ‘Amin, Amin, Amin’.
Para sahabat bertanya : “Kenapa engkau berkata demikian, wahai
Rasulullah?” Kemudian beliau bersabda, “Baru saja Jibril berkata kepadaku:
‘Allah melaknat seorang hamba yang melewati Ramadhan tanpa
mendapatkan ampunan’, maka kukatakan, ‘Amin’, kemudian Jibril berkata
lagi, ‘Allah melaknat seorang hamba yang mengetahui kedua orang tuanya
masih hidup, namun tidak membuatnya masuk Jannah (karena tidak
berbakti kepada mereka berdua)’, maka aku berkata: ‘Amin’. Kemudian Jibril
berkata lagi. ‘Allah melaknat seorang hambar yang tidak bershalawat ketika
disebut namamu’, maka kukatakan, ‘Amin”(HR Ibnu Khuzaimah dishahihkan
oleh Albani )

Naudzu billah tsumma naudzu billah …

Ibaratnya dalam pepatah bahasa kita, sudah jatuh tertimpa tangga. Tidak
mendapatkan ampunan ramadhan merupakan musibah luar biasa, belum lagi
ditambah doa laknat dari Jibril alaihissalam yang diaminkan oleh Rasulullah
SAW. Semoga kita tidak termasuk dalam dua golongan yang disebutkan
dalam dua hadits yang saya sebutkan di atas.

Rasanya menjadi penting bagi kita untuk mengetahui mengapa orang yang
berpuasa bisa mendapat kecelakaan yang sedemikian buruk semacam itu.
Setidaknya ada empat kesalahan orang berpuasa yang bisa menjerumuskan
mereka dalam dosa dan kehinaan, mari bersama merenungkannya.

Rasulullah SAW bersabda dalam hadits yang sudah sangat populer di telinga
kita: Innamal a’maalu binniyaaat. Yaitu: Sesungguhnya setiap amal
bergantung pada niatnya ….( HR Muttafaqi Alaih).

Maka berpuasa tanpa keikhlasan ibaratnya surat perjanjian tanpa stempel


dan materai, menjadi tidak berlaku dan sia sia begitu saja. Pertanyaannya
adalah, puasa semestinya melatih orang untuk ikhlas, karena ia merupakan
ibadah antara seorang hamba dan Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda :

Dari Abu Hurairah ra, dari Nabi SAW bersabda: “Semua amal manusia adalah
miliknya, kecuali puasa, sesungguhnya ia adalah milik-Ku dan Aku yang akan
memberikan balasannya, (H.R. Bukhari).

Tapi sungguh sayang sekali, ternyata masih ada yang ternoda keikhlasannya
dalam berpuasa karena godaan riya, harta maupun kecenderungan diri
pribadi. Puasa diliputi riya, karena ingin dianggap, dihargai dan dipuji orang
lain sebagai orang yang berpuasa.
Bisa jadi karena ewuh pakewuh dengan mertua, atau takut dengan pimpinan
di kantor, atau mungkin ingin eksis di tengah rekan sejawat. Semua itu
sungguh meluruhkan pahala puasa yang mulia.

Ada pula orang yang berpuasa karena mengincar harta, mungkin saja ini
lebih banyak terjadi pada anak-anak kita yang mengidamkan hadiah dari
para orangtua saat lebaran nanti, karena mampu menyelesaikan puasa
dengan sempurna.

Selain itu, ada juga yang berpuasa dengan bersemangat, bukan karena
kewajiban semata tetapi juga karena keinginan pribadi untuk diet dan
menurunkan berat badan. Sungguh ini semua jika tidak dihapus dalam hati,
akan mengotori keikhlasan puasa kita, dan kita terjerumus dalam golongan
mereka yang berpuasa tanpa pahala.

Yang kedua adalah mereka yang berpuasa tanpa ilmu. Tidak mengetahui
mana yang membatalkan dan mana yang tidak. Maka mereka menjalani
puasa tanpa aturan, atau memahami tidak dengan sepenuhnya benar.
Akibatnya, puasa mereka menjadi begitu rapuh dan tanpa makna.
Menyangka telah melakukan hal yang benar padahal sejatinya salah.

Dari Ibnu Abbas, Rasulullah SAW bersabda: “seorang faqih (ahli ilmu agama)
lebih ditakuti syetan dari pada seribu ahli ibadah (tanpa ilmu) “. (HR Ibnu
Majah).

Maka marilah meningkatkan kualitas ibadah puasa kita dengan memahami


sepenuhnya hukum-hukum seputarnya. Mari terus membaca, mengkaji dan
bertanya, agar bisa menjalankan seluruh rangkaian ibadahnya dengan
keyakinan yang nyaris sempurna.

Golongan orang berpuasa yang celaka ketiga adalah merkea yang berpuasa
hanya dari makan minum dan berhubungan badan semata, dan merasa
bahwa dengan itu mereka sudah memenuhi semua ketentuan dan tuntutan
puasa.
Barangkali kita perlu mengingat lebih dalam himbauan rasulullah SAW
berkaitan dalam masalah ini: “Barang siapa yang tidak meninggalkan
berkata dusta dan beramal kedustaan, maka Allah SWT tidak membutuhkan
dia meninggalkan makan dan minumnya” (HR Bukhori)
Mereka dalam masalah ini berpuasa tetapi tidak mampu menundukkan nafsu
dan emosinya. Maka mereka menodai siang hari ramadhan dengan lisan
yang tak terjaga dari ghibah, marah dan berkata dusta, atau anggota badan
yang tidak terjaga dari dosa dan kemaksiatan.

Yang keempat adalah mereka yang menjalankan ibadah puasa dengan penuh
kemalasan, dalam arti tidak menyadari kemuliaan bulan Ramadhan yang
bertaburan berkah. Mereka tidak menyadari dan memahami bahwa
Ramadhan bukan hanya bulan puasa saja, tetapi lebih dari itu ia adalah
bulan musim kebaikan yang disyariatkan banyak amal kebaikan.

Rasulullah SAW bersabda tentang bulan mulia ini: “(Bulan dimana) dibuka
pintu-pintu surga, ditutup pintu-pintu neraka, syetan-syetan dibelenggu. Dan
berserulah malaikat : wahai pencari kebaikan, sambutlah. Wahai pencari
kejahatan, berhentilah” (demikian) sampai berakhirnya ramadhan (HR
Ahmad)

Golongan ini berpuasa tetapi tidak menjalankan tarawih, tilawah dan


tadarus. Tidak pula berusaha untuk bersedakah, memberi berbuka pada
orang yang berpuasa. Atau tidak pula menyempatkan diri untuk i’tikaf dan
amal kebaikan secara umum. Mereka hanya berpuasa dan menjadikan puasa
sebagai alasan untuk bermalas-malasan di siang hari, lalu makan pestapora
di malam hari.

Akhirnya, semoga kita terhindar dari peringatan Rasulullah SAW tentang


mereka yang berpuasa tapi sia-sia dalam pahala dan keutamannya. Semoga
Allah SWT menjaga kita agar tidak terjerumus dalam empat golongan
mereka yang berpuasa tapi celaka. Wallahu a’lam bisshowab

Baca Juga:
Sumber: https://www.tongkronganislami.net/golongan-orang-orang-yang-celaka-
akibat-puasa-ramadhan/

Anda mungkin juga menyukai