Disusun untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Fiqih di Madrasah
Dosen Pengampu:
Sheila Fakhria
Disusun Oleh:
FAKULTAS TARBIYAH
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
dengan tema “ Umroh Dan Haji ” dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Fiqih Di Madrasah
dengan dosen pengampu Ibu Sheila Fakriha . Selain itu, makalah ini bertujuan
menambah wawasan tentang Fiqih Di Madrasah bagi pembaca maupun penulis.
Penyajian dalam makalah ini diharapkan dapat diterima serta dapat menambah
wawasan para pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER .................................................................................................................. i
C. Tujuan ..........................................................................................................2
A. Kesimpulan ...............................................................................................13
B. Saran ..........................................................................................................13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Haji Dan Umroh
1. Definisi Haji
Definisi haji dapat dilihat dari dua segi yaitu secara etimologi dan secara
terminologi.
a. Secara Etimologi
Haji asal maknanya adalah menyengaja sesuatu. Haji yang di
maksud disini menurut syara’ ialah sengaja mengunjungi ka’bah untuk
melakukan beberapa amal ibadah dengan syarat-syarat tertentu.1 Dalam
arti lain haji menurut bahasa (etimologi) berarti (sengaja) atau al-qashd
ilamu’azhzham (pergi menuju sesuatu yang diagungkan) adalah menuju
ke suatu tempat secara berulang kali atau menuju kepada sesuatu yang di
agungkan.2
b. Secara terminologi
Dalam arti terminologis diantara rumusannya adalah menziarahi
ka’bah dengan melakukan serangkaian ibadah di masjidil haram dan
sekitarnya. Menurut kalangan ahli fiqh mengkhususkan hanya untuk
niatan datang ke Baitullah guna menunaikan ritual-ritual peribadatan
(manasik) tertentu.
Ibnu Al-Humam mengatakan, haji adalah pergi menuju Baitul Haram
untuk menunaikan aktivitas tertentu pada waktu tertentu. Pakar fiqh lain
mengatakan haji adalah pergi mengunjungi tempat-tempat tertentu, dengan
perilaku tertentu dan pada waktu tertentu. Maksud dari tempat-tempat tertentu
adalah Ka’bah di Mekkah, Shafa dan Marwa, Muzdalifah dan Arafah, perilaku
tertentu adalah ihram, thawaf, sa’i dan wukuf, sementara waktu tertentu adalah
bulan Syawal, Dzul Qa’dah, dan 10 hari pertama Dzulhijjah.3 Inilah waktu haji
1
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2010), cet. 48, hlm. 247.
2
Abdul Aziz Muhammad Azzam dkk, Fiqh Ibadah Thaharah, Shalat, Zakat, Puasa dan Haji,
(Jakarta : Amzah, 2010), hlm. 481.
3
Abdul Aziz Muhammad Azzam dkk, Fiqh Ibadah Thaharah, Shalat, Zakat, Puasa dan Haji, ...,
hlm 482
3
secara global, merujuk pada firman Allah yang artinya: “(Musim) haji adalah
beberapa bulan yang dimaklumi (ialah Syawal, Dzul Qa’dah, dan Dzulhijjah)...”
(QS. Al- Baqarah(2) : 197).
Haji merupakan salah satu dari lima rukun Islam dan kewajiban yang
tergolong al ma’lum min ad-din bi adh-dharurah. Sehingga, barangsiapa yang
mengingkari kewajibannya, maka ia telah kafir dan murtad dari Islam.
Kewajiban haji ditetapkan dengan Al-Qur’an dan sunnah.
Haji merupakan salah satu rukun dan bangunan Islam yang kokoh. Allah
Swt berfirman, yang artinya:
“Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim.
Barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan
haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, Yaitu (bagi) orang yang sanggup
mengadakan perjalanan ke Baitullah Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji),
maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta
alam.” (Q.S. Ali-Imran/3:97)
2. Definisi umrah
Umrah adalah salah satu kegiatan ibadah dalam agama Islam. Hampir
mirip dengan ibadah haji, ibadah ini dilaksanakan dengan cara melakukan
beberapa ritual ibadah di kota suci Mekkah, khususnya di Masjidil Haram. Pada
istilah teknis syari'ah, Umrah berarti melaksanakan Tawaf di Ka'bah dan Sa'i
antara Shofa dan Marwah, setelah memakai ihram yang diambil dari Miqat.
Sering disebut pula dengan haji kecil. Pelaksanaan umrah ini didasarkan pada
firman Allah SWT, yang artinya “Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah
karena Allah…” (Q.S. Al-Baqarah/2:196)
4
b.Berakal
Salah satu syarat wajin haji dan umroh adalah berakal. Orang yang tidak
berakal seperti orang gila tidak wajib untuk melaksanakan haji.
c. Baligh
Anak kecil tidak wajib haji dan umrah. Namun sah jika mengerjakan haji
dan umrah, namun apabila anak sudah sampai umur maka si anak waib
haji kembali.
d. Mampu
Pengertian mampu itu ada dua macam, yaitu:
1). Mampu mengerjakan haji dengan sendirinya, dengan syarat sebagai
berikut:
a) Mempunyai bekal yang cukup untuk pergi ke Mekah dan
kembalinya.
b) Mampu dari segi adanya alat transportasi kesana, baik kepunyaan
sendiri ataupun dengan jalan menyewa.
c) Mampu dari segi fisik
d) Mampu dari segi keamanan, artinya perjalannya aman dimana orang-
orang yang melalui jalan itu selamat sentosa.
e) Bagi perempuan hendaklah ia berjalan bersama-sama dengan
mahramnya, bersama suaminya atau bersama perempuan yang
dipercayai.
f) Tidak sedang menjalani masa ‘iddah, baik karena cerai maupun
ditinggal mati suami.
2). Mampu mengerjakan haji yang bukan dikerjakan oleh yang
bersangkutan, tetapi dengan jalan menggantinya dengan orang lain.
4
Abdul Aziz Muhammad Azzam dkk, Fiqh Ibadah Thaharah, Shalat, Zakat, Puasa dan Haji,...,
hlm. 505-506
6
ihram dengan bacaan niat yang sama seperti bacaan niat haji
tamattu’.
c) Haji Qiran, yaitu ibadah haji dan umrah dikerjakan secara
bersama-sama pada musim haji, dan diantara keduanya tidak
dipisah dengan tahallul.5 Artinya terpadu.6 Artinya melaksanakan
haji dan umrah secara bersama-sama pada bulan haji dengan kata
lain berihram untuk menunaikan umrah dan haji sekaligus dan
menetapkan diri dalam keadaan berihram (tidak bertahallul)
hingga tanggal 10 Dzulhijjah.
2. Wuquf
Yaitu berada di Padang Arafah pada tangggal 9 Dzulhijjah dari
saat tergelincirnya matahari sampai terbitnya fajar pada tanggal
10 Dzulhijjah. Jamaah haji yang mengambil sebagian dari batasan
waktu tersebut sudah sah wukufnya. Wukuf diawali dengan
khutbah wukuf lalu shalat dzuhur dan ashar jama’ taqdim dan
qashar, setelah itu berdzikir, berdo’a sampai menjelang
terbenamnya matahari.
3. Thawaf,
Thawaf adalah mengelilingi ka’bah. Syarat-syarat tawaf adalah
sebagai berikut:
a. Menutup aurat,
b. Suci dari hadas dan najis,
c. Ka’bah hendaklah di sebelah kiri orang yang tawaf,
d. Permulaan tawaf itu hendaklah dari Hajar Aswad,
e. Tawaf itu hendaklah tujuh kali.
Macam-macam tawaf:
5
K.H. Abdul Hamid dan Beni Ahmad Saebani, Fikih Ibadah, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), Hal
272
6
Labib Mz, Fikih Islam, (Surabaya: Bintang Usaha Jaya, 2006), Hal. 426
7
a. Tawaf qudum, yaitu tawaf pembukaan atau tawaf selamat
datang yang dilakukan pada waktu jama’ah baru tiba di
Makkah.
b. Tawaf ifadah, yaitu merupakan salah satu dari beberapa
rukun haji, yang harus dilaksanakan sendiri jika tidak
hajinya batal.
c. Tawaf wada’, wada’ artinya perpisahan. Tawaf wada’
adalah salah satu ibadah wajib untuk dilaksanakan sebagai
pernyataan perpisahan dan penghormatan kepada Baitullah
dan Masjidil Haram.
d. Tawaf nazar, yaitu tawaf yang dikerjakan untuk memenuhi
nazar (janji) dan hukumnya wajib dikerjakan dan waktunya
kapan saja.
e. Tawaf sunat, adalah tawaf yang bisa dilakukan kapan saja.
Kalau dilakukan pada saat baru memasuki Masjidil Haram,
tawaf ini berfungsi sebagai pengganti shalat Tahiyatul
Masjid. Tawaf inilah yang disebut tawaf sunat atau disebut
Tawaf Tathawwu.
4. Sa’I, Yaitu berjalan cepat dari bukit shafa ke bukit Marwah bolak
balik selama tujuh kali dan dimulai dari bukit shafa. Syarat-syarat
sa’i adalah sebagai berikut:
a) Dimulai dari Bukit Shafa dan disudahi di Bukit Marwah
b) Sa’i itu dilakukan tujuh kali karena Rasulullah saw telah
melakukan sa’i sebanyak tujuh kali.
c) Waktu sa’i itu hendaklah sesudah tawaf
5) Tahallul, Bertahallul berarti menghilangkan sekurang-kurangnya
3 helai rambut.
6) Tertib, artinya mendahulukan yang dulu di antara rukun-rukun itu.
8
b. Wajib Haji
1) Memulai ihram dari miqat
Ketentuan masa (miqat zamani) adalah dari awal bulan syawal
sampai terbit fajar Hari Raya Haji yaitu tanggal 10 bulan Haji.
2) Kehadiran di muzdalifah walaupun hanya sesaat
Yaitu berhenti/ bermalam di Muzdalifah pada malam tanggal 10
Dzulhijjah, di Muzdalifah. Maka apabila ia berjalan dari
Muzdalifah tengah malam, ia wajib membayar denda (dam).
3) Melontar jumrah aqobah
Pada tanggal 10 Dzulhijjah , waktu melempar mulai setelah lewat
malam tanggal 10 Dzulhijjah sampai subuh tanggal 11
Dzulhijjah.
4) Melontar 3 Jumrah
Pada tanggal 11 dan 12 Dzulhijjah melontar 3 jumrah (Ula,
Wustho dan Aqobah) tiap-tiap jumrah dilontar tujuh batu kecil,
waktu melontar ialah sesudah tergelincir matahari pada tiap-tiap
hari. Syarat-syarat melontar: a) Melontar dengan tujuh batu,
dilontarkan satu persatu, b) Menertibkan tiga jumrah, dimulai dari
jumrah yang pertama (jumrah ula dekat Masjid Khifa), kemudian
yang di tengah (jumrah Wustho) dan sesudah itu yang akhir
(jumrah aqobah), dan c) Alat untuk melontar adalah batu kerikil.
5) Bermalam di Mina
Bermalam di Mina sampai tengah malam pada tanggal 11 dan 12
Dzulhijjah, beralasan atas perbuatan Rasulullah Saw. Selagi
beliau masih hidup.
6) Tawaf Wada’, Tawaf sewaktu akan meninggalkan mekah.
7) Menjauhkan diri dari segala larangan atau yang diharamkan
Manakala ibadah haji kita batal disebabkan oleh salah satu dari dua sebab
ini, maka pada tahun berikutnya masih diwajibkan menunaikan badal haji.
Badal haji adalah mengganti/menukar. Sementara kaitannya dengan
ibadah haji atau umrah, badal adalah menggantikan orang lain (karena uzur
atau meninggal dunia) untuk mengerjakan haji atau umrah. Bisa juga
menggantikan orang lain untuk melontar jumrah.
7
Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, ..., hlm 264-265
11
Terdapat beberapa perbedaan antara Haji dan Umroh. Ibadah Umrah itu
sendiri bisa dikatakan Haji kecil, karena ada beberapa manasik yang sama.
Namun antara Haji dan Umrah tidaklah sama. Perbedaan antara Haji dan Umrah
diantaranya:
1. Dari segi waktu, ibadah haji mempunyai waktu-waktu tertentu yaitu bulan-
bulan tertentu yang tidak sah niat ihram haji kecuali di dalamnya. Adapun
bulan-bulan tersebut yaitu: syawal, dzulqo’dah, dan 10 hari pertama dari
bulan dzulhijjah. Sedangkan umrah, maka hari-hari dalam setahun adalah
merupakan waktu dibolehkannnya untuk niat ibadah umrah, kecuali waktu
waktu haji bagi orang yang berniat ihram haji saja didalamnya.
2. Adapun dari segi manasik, dalam ibadah haji terdapat wukuf di arafah, mabit
di mudzdalifah dan di mina, melempar jumrah. Sedangkan umrah, hal-hal
diatas tidak perlu dilakukan. Yang mana umrah hanya terdiri: niat ihram,
tawaf dan sa’i, halq atapun tahallul
3. Ulama’ sepakat atas kewajiban menjalankan ibadah haji bagi yang mampu,
sedangkan dalam umrah terdapat perbedaan pendapat hukum
menjalankannya, apakah ia wajib atau tidak bagi yang mampu.
4. Dalam umrah tidak ada jamak antara dua shalat seperti dalam pelaksanaan
haji. Demikian menurut Ulama Hanafiyah, Malikiyah, dan Hanabilah.
Sedangkan ulama Syafi’iyah berpendapat dibolehkan jamak dan qashar.
Menurut mereka, haji dan umrah bukanlah sebab bagi bolehnya jamak antara
dua shalat, melainkan sebabnya adalah karena safar (perjalanan).
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Haji adalah pergi menuju Baitul Haram untuk menunaikan aktivitas tertentu pada
waktu tertentu dan tempat tertentu. Maksud dari tempat-tempat tertentu adalah
Ka’bah di Mekkah, Shafa dan Marwa, Muzdalifah dan Arafah, perilaku tertentu
adalah ihram, thawaf, sa’i dan wukuf, sementara waktu tertentu adalah bulan
Syawal, Dzul Qa’dah, dan 10 hari pertama Dzulhijjah. Sedangkan Umrah artinya
berkunjung atau berziarah dan waktunya tidak ditentukan (dapat dilakukan
kapanpun). Dalil hukum tentang kewajiban keduanya pun telah banyak tertulis
jelas di dalam Al-Qur’an dan sunnah Rosul.
2. Pelaksanaan haji dan umrah mempunyai syarat wajib yang sama diantaranya:
islam, baligh, berakal, dan mampu. Serta memiliki syarat sah yang sama yaitu
sah dilaksanakan pada waktu dan tempat tertentu yang telah ditentukan. Selain
itu terdapat pula rukun haji diantaranya ihram, wukuf, thawaf, sa’i, tahallul dan
tertib. Rukun umrah hampir sama dengan rukun haji namun dalam umrah tidak
ada wukuf di Arafah.
3. Sementara itu ada larangan-larangan haji dan umrah serta hal-hal yang
membatalkannya, larangan-larangannya berupa: dilarang menggunting kuku,
melaksanakan akad nikah, bersetubuh dsb. Hal-hal yang membatalkan haji dan
umrah adalah: 1. Jima’, senggama, bila dilakukan sebelum melontar jumrah
’aqabah. 2. Meninggalkan salah satu rukun haji.
4. Sedangkan perbedaan antara haji dan umrah dapat dilihat dari segi waktu, segi
manasik dsb.
B. Saran
Demikian makalah yang dapat kami sampaikan terkait dengan materi haji
dan umrah. Semoga apa yang kami sampaikan dapat bermanfaat untuk kita
semua. Segala kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT dan tempat kekurangan
dan kesalahan hanyalah milik kami. Kritik dan saran yang membangun kami
harapkan demi penulisan makalah selanjutnya, Terima kasih.
13
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Aziz Muhammad Azzam dkk, Fiqh Ibadah Thaharah, Shalat, Zakat, Puasa
dan Haji, (Jakarta : Amzah, 2010), hlm. 481.
Abdul Aziz Muhammad Azzam dkk, Fiqh Ibadah Thaharah, Shalat, Zakat, Puasa
dan Haji, ..., hlm 482
Abdul Aziz Muhammad Azzam dkk, Fiqh Ibadah Thaharah, Shalat, Zakat, Puasa
dan Haji,..., hlm. 505-506
K.H. Abdul Hamid dan Beni Ahmad Saebani, Fikih Ibadah, (Bandung: Pustaka
Setia, 2010), Hal 272
Labib Mz, Fikih Islam, (Surabaya: Bintang Usaha Jaya, 2006), Hal. 426
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2010), cet. 48,
hlm. 247.
Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, ..., hlm 264-265