Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

FIQIH IBADAH
Tentang
“HAJI DAN UMRAH”

Dosen Pengampu :

Ismail Syakban, S.Pd.I M.Pd

Disusun Oleh :

Ahsanul Ula Ramadhan NIM 22030030

Marguna Ali Nasution NIM 22030019

Pajar Siddiq Nasution NIM 22030017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT

2023M/ 1444 H
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanya milik Allah Subhanahu Wa Ta’ala Penguasa
alam semesta yang telah menurunkan petunjuk untuk manusia sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas pada mata kuliah“Fiqih
Ibadah“ yang berjudul “Haji dan Umrah” dengan tepat waktu.
Salawat serta salam semoga senantiasa dicurahkan kepada Nabi Muhammad

‫ ﷺ‬Yang telah mengibahkan hidupnya di jalan Allah dan juga kepada orang-orang
yang senantiasa berjuang di jalannya hingga akhir zaman.

Penyelesaian makalah ini tak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai
belah pihak, didasari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh
karna itu kami pemakalah membuka ruang selapang-lapangnya untuk kritik dan saran
demi kesempurnaan makalah ini, terutama untuk Bapak Ismail Syakban, S.Pd.I, M.Pd
kami mengharapkan Kritik dan sarannya dari Ibuk atas perhatiannya kami ucapkan
terima kasih.

Padang, 27 Mei 2023

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .................................................................................... 2
C. Tujuan ...................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 3

A. Pengertian Haji dan Umrah....................................................................... 3


B. Dasar Hukum Haji dan Umrah ................................................................. 3
C. Perbedaan Haji dan Umrah ....................................................................... 4
D. Syarat dan Rukun Haji dan Umrah ........................................................... 6
E. Hikmah Haji dan Umrah........................................................................... 8

BAB III PENUTUP .......................................................................................... 10

A. Kesimpulan ............................................................................................ 10
B. Saran ...................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Haji dan Umrah merupakan kewajiban bagi setiap umat muslim dan
muslimat, yang mana dilakukan untuk mendapatkan pahala dan ridha Allah SWT,
kewajiban setiap umat islam melaksanakan ibadah Haji merupakan bentuk
implementasi dari rukun islam yang kelima, seseorang yang telah memiliki
kemampuan untuk melaksanakan ibadah Haji, sedangkan orang yang melaksanakan
ibadah Haji lebih dari satu kali, maka ia tercatat melaksanakan Haji sunnah, karena
kewajiban Haji bagi umat islam ini hanya sekali dalam seumur hidup.

Haji merupakan perjalanan tersendiri didalam dunia traveling dan wisata.


Seorang muslim dalam perjalanan itu berpindah dari negaranya menuju negeri yang
aman, yang mana Allah telah bersumpah dengannya didalam Al-Qur’an, untuk wukuf
dipadang arafah dan thawaf di baitullah yang suci.

Islam menjadikannya sebagai lambang tauhid kepada Allah dan kesatuan


kaum muslimin, maka selaku umat islam kita diwajibkan untuk menghadap kiblat
ketika kita sedang beribadah shalat, dan kemudian kita diwajibkan untuk mendatangi
baitullah untuk melakukan thawaf dan wukuf sekali dalam seumur hidup.

Agama Islam bertugas mendidik dzahir manusia, mensucikan jiwa manusia,


dan membebaskan diri manusia dari hawa nafsu. Dengan ibadah yang tulus ikhlas dan
aqidah yang murni sesuai kehendak Allah, insya Allah kita akan menjadi orang
yang beruntung. Ibadah dalam agama Islam banyak macamnya. Haji adalah salah
satunyayang merupakan rukun iman yang kelima.

Ibadah haji merupakan ibadah yang baik karena tidak hanya menahan hawa
nafsu dan menggunakan tenaga dalam mengerjakannya, namun juga semangat dan

1
harta. Dalam mengerjakan haji, kita menempuh jarak yang demikian jauh untuk
mencapai Baitullah, dengan segala kesukaran dan kesulitan dalam perjalanan,
berpisah dengan sanak keluarga dengan satu tujuan untuk mencapai kepuasan batin
dan kenikmatan rohani.

Untuk memperdalam pengetahuan kita, kami sebagai penulis mencoba


memberi penjelasan secara singkat mengenai pengertian haji dan umrah, dasar
hukum, syarat, rukun wajib haji dan umrah serta hikmah dari haji dan umrah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Haji dan Umrah?
2. Apa Dasar Hukum Haji dan Umrah ?
3. Apa Perbedaan Haji dan Umrah?
4. Apa saja Syarat dan Rukun Haji dan Umrah?
5. Apa Hikmah Haji dan Umrah?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian Haji dan Umrah.
2. Untuk mengetahui Dasar Hukum Haji dan Umrah.
3. Untuk mengetahui Perbedaan Haji dan Umrah.
4. Untuk mengetahui Syarat dan Rukun Haji dan Umrah.
5. Untuk mengetahui Hikmah Haji dan Umrah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Haji dan Umrah


1. Pengertian Haji

Asal mula arti haji menurut lughah atau arti bahasa (etimologi) adalah “al-
qashdu” atau “menyengaja”. Sedangkan arti haji dilihat dari segi istilah (terminology)
berarti bersengaja mendatangi Baitullah (ka’bah) untuk melakukan beberapa amal
ibadah dengan tata cara yang tertentu dan dilaksanakan pada waktu tertentu pula,
menurut syarat-syarat yang ditentukan oleh syara‟, semata-mata untuk mencari ridho
Allah.

Wajib dalam ibadah haji atau umrah adalah sesuatu yang jika diabaikan
secara keseluruhan, atau tidak memenuhi syaratnya maka haji atau umrah tetap sah,
tetapi orang yang bersangkutan harus melaksanakan sanksi yang telah ditetapkan.
Misalnya, kewajiban melempar jumroh, bila ia diabaikan, maka ia harus diganti
dengan membayar dam (denda).

2. Pengertian Umrah

Adapun umrah menurut bahasa bermakna “ziara”. Sedangkan menurut


syara’ umrah ialah menziarahi ka’bah, melakukan tawaf di sekelilingnya, bersa’i
antara Shafa dan Marwah dan mencukur atau menggunting rambut dengan cara
tertentu dandapat dilaksanakan setiap waktu.

B. Dasar Hukum Haji dan Umrah

Seperti di ketahui, dalam setiap aktivitas ibadah, ada hal-hal yang bersifat
fardhu,wajib, sunnah, dan makruh, di samping ada juga mubah (boleh - boleh saja
dikerjakan ) dan haram.

3
Dalam ibadah haji, fardhu adalah sesuatu yang apabila tidak dikerjakan
sesuai ketentuannya, maka ibadah haji tidak sah ; seperti tidak melakukan wukuf
di‘Arafah.

Wajib dalam ibadah haji atau umrah adalah sesuatu yang jika diabaikan
secara keseluruhan, atau tidak memenuhi syaratnya maka haji atau umrah tetap sah,
tetapiorang yang bersangkutan harus melaksanakan sanksi yang telah ditetapkan.
Misalnya, kewajiban melempar jumroh, bila ia diabaikan, maka ia harus diganti
dengan membayar dam (denda).

Sesuatu yang sunnah bila dilakukan, atau sesuatu yang makruh, jika
ditinggalkan dapat mendukung kesempurnaan ibadah haji dan umrah. Sedang sesuatu
yang mubah, tidak berdampak apa pun terhadap ibadah.

C. Perbedaan Haji dan Umrah

Perbedaan haji dan umrah ini mengacu pada hukum-hukum dalam


menjalankan ibadah, rukun yang harus diikuti, serta perbedaan waktu dalam
pelaksanaannya. Berikut adalah penjelasan rinci mengenai perbedaan haji dan umrah.

1. Perbedaan haji dan umrah berdasarkan hukumnya

Jika menilik mengenai perbedaan haji dan umrah berdasarkan hukumnya,


Anda memahami bahwa ibadah haji ini memiliki hukum yang wajib. Bahkan
kewajiban umat muslim ini juga dapat ditemukan dalam rukun Islam kelima. Namun
perlu dipahami dalam rukun Islam, dijelaskan bahwa ibadah haji menjadi wajib jika
seseorang dinilai mampu. Kemampuan ini tidak hanya sekadar datang dari aspek
finansial saja.

Tentu Anda mengetahui bahwa dalam perbedaan haji dan umrah, biaya
berangkat haji biasanya punya harga yang lebih besar. Namun, orang yang mampu
untuk berangkat menunaikan ibadah haji ini juga harus siap dan mampu dari aspek

4
fisik dan mental. Pasalnya, perbedaan haji dan umrah juga dapat ditemukan dari
aspek waktu. Ibadah haji biasanya dilaksanakan dalam jangka waktu yang lebih lama
dibandingkan umrah. Sehingga aspek fisik dan mental perlu diperkuat agar Anda bisa
fokus menjalankan ibadah dengan tenang.

Sedangkan ibadah umrah memiliki hukum sunnah muakad. Perbedaan haji


dan umrah berdasarkan hukumnya ini berarti, ibadah umrah dianjurkan lebih baik
untuk dilaksanakan, tapi jika tidak pun tidak apa-apa. Meskipun begitu, sama halnya
dengan ibadah haji, Anda yang ingin menjalankan umrah pun perlu memiliki
kesiapan atau taraf kemampuan baik secara finansial maupun non finansial.

Bagi Anda yang memiliki keinginan haji atau umrah, pastikan Anda sudah
mempersiapkan segala aspek yang dibutuhkan. Terutama dalam aspek finansial.
Alangkah baiknya jika Anda mulai mengelola keuangan dengan cara menabung
untuk bisa menunaikan ibadah haji dan umrah dengan aman dan nyaman di masa
depan.

2. Perbedaan haji dan umrah berdasarkan rukun

Dalam menjalankan ibadah di Tanah Suci, ada perbedaan haji dan umrah
berdasarkan rukun yang perlu dilakukan sebagai jamaah. Dalam menjalankan ibadah
haji, Anda perlu menunaikan rukun haji yang meliputi niat ihram, wukuf di Arafah,
tawaf, sai, dan memotong rambut. Sedangkan untuk ibadah umrah, perbedaan haji
dan umrah terletak tidak adanya rukun wukuf di Arafah. Jadi, sebagai jamaah umrah
Anda hanya perlu menunaikan rukun niat ihram, tawaf, sai, dan memotong rambut.

3. Perbedaan haji dan umrah berdasarkan waktu

Perbedaan haji dan umrah yang cukup signifikan adalah waktu


pelaksanaannya. Sebagaimana yang Anda ketahui bahwa ibadah haji dilaksanakan
dalam waktu yang terbatas. Pelaksanaan ibadah haji hanya dilakukan sejak akhir
bulan Syawal hingga awal bulan Dzulhijjah. Sebagai gambaran, Anda akan

5
melaksanakan ibadah haji kurang lebih selama 40 hari di Tanah Suci. Oleh karena
itu, kesiapan secara finansial, fisik, dan juga psikologis perlu Anda perhatikan
sebelum berangkat haji agar ibadah Anda bisa berjalan dengan lancar dan tenang.
Untuk ibadah umrah sendiri, Anda sebagai jamaah bisa merencanakan
pemberangkatan ibadah kapan saja sesuai keinginan.

D. Syarat dan Rukun Haji dan Umrah


1. Syarat Haji dan Umrah

Adapun syarat-syarat wajib melakukan ibadah haji dan umrah adalah :

a) Islam (Muslim)
Adalahseseorang yang beragama islam dan bukan seorang kafir ataupun
orang murtad, islam itu merupakan syarat mutlak untuk melakukan
ibadah haji.
b) Baligh (dewasa)
Sebagaimana dikatakan oleh nabi Muhammad SAW “Kalam dibebaskan
dari mencatat atas anak kecil sampai ia menjadi baligh, orang tidur
sampai ia bangun,dan orang yang gila sampai ia sembuh”. Jadi
seseorang yang sudah mencapai usia dewasa saja yang wajib menjalankan
ibadah haji dan umroh.
c) Aqil (berakal sehat)
Seseorang yang tidak gila atau tolol
d) Merdeka (bukan seorang budak)
Karena seorang budak itu sudah mempunyai kewajiban dari tuannya,
terkecualituannya memberikan izin, dan seorang budak biasannya
seseorang yang tidakmampu dalam hal biaya.
e) Mampu (Istitha‟ah)
Kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan dalam hal kendaraan,
bekal, dan pengongkosan (biaya)Adapun Syarat wajib haji bagi

6
perempuan, hendaklah ia berjalan bersama-samadengan mahramnya,
bersama-sama dengan suaminya, atau bersama-sama dengan perempuan
yang dipercayai.
2. Rukun Haji dan Umrah

Rukun haji dan umrah merupakan ketentuan-ketentuan/perbuatan-perbuatan


yang wajib dikerjakan dalam ibadah haji apabila ditinggalkan, meskipun hanya salah
satunya, ibadah haji atau umrahnya itu tidak sah. Adapun rukun-rukun haji dan umrah
itu adalah sebagai berikut :

1) Ihram
Adalah keadaan seseorang yang telah beniat untuk melaksanakan ibadah haji
Atau umrah. Mereka yang melakukan ihram disebut dengan istilah tunggal
"muhrim"dan jamak "muhrimun" . Calon jamaah haji dan umrah harus
melaksanakannya sebelum di miqat dan diakhiri dengan tahallul. Pakaian
ihram untuk pria terdiri dari dua helai kain putih yang tak terjahit dantidak
bersambung semacam sarung. Dipakai satu helai untuk selendang panjang
serta satu helai lainnya untuk kain panjang yang dililitkan sebagai penutup
aurat. Sedangkan pakaian ihram untuk kaum wanita adalah berpakaian yang
menutup aurat seperti halnya pakaian biasa (pakaian berjahit) dengan muka
dan telapak tangan tetap terbuka.
2) Wukuf di arafah
Yakni menetap di Arafah, setelah condongnya matahari (ke arah Barat) jatuh
pada hari ke 9 bulan dzulhijjah sampai terbit fajar pada hari penyembelihan
kurban yakni tanggal 10 dzulhijjah.
3) Thawaf
Yang dimaksud dengan Thawaf adalah mengelilingi ka’bah sebayak tujuh
kali, dimulai dari tempat hajar aswad (batu hitam) tepat pada garis lantai yang
berwarna coklat, dengan posisi ka’bah berada disebelah kiri dirinya(kebalikan
arah jarum jam).

7
4) Sa‟i antara Shafa dan Marwah
Sai adalah lari-lari kecil sebayak tujuh kali dimulai dari bukit Shafa
dan berakhir di bukit Marwah yang jaraknya sekitar 400 meter,untuk melestari
kan pengalaman Hajar, Ibunda nabi Ismail yang mondar –mandir saat ia
mencari air untuk dirinya dan putranya, karena usaha dan tawakalnya kepada
Allah, akhirnya Allah memberinya nikmat berupa mengalirnya mata air zam-
zam.
5) Tahallul/Bercukur
Tahallul adalah menghalalkan pada dirinya apa yang sebelumnya diharamkan
bagi dirinya karena sedang ihram. Tahallul ditandai dengan memotong rambut
kepala beberapa helai atau mencukurnya sampai habis (lebih afdol).
6) Tertib/berurutan
Sedangkan Rukun dalam umrah sama dengan haji yang membedakan adalah
dalam umrah tidak terdapat wukuf.

E. Hikmah Haji dan Umrah

Ada beberapa hikmah yang dapat diambil dari pelaksanaan haji dan umrah,
baik dariaspek waktu maupun pelaksanaannya. Di antara hikmah-hikmahnya adalah
sebagai berikut :

1. Dalam pelaksanaan ihram, manusia dilatih untuk dapat mengendalikan hawa


nafsu, khususnya syahwat, perbuatan-perbuatan dosa, dan hal-hal yang
menyenangkan dirinya (hedonis).
2. Dalam pelaksanaan thawaf, ka’bah merupakan simbol monoteisme (tauhid).
Melakukan thawaf disekeliling ka’bah merupakan simbol bahwa segala
usaha kegiatan hidup manusia didunia ini tidak akan pernah lepas dari
pengawasan dan kekuasaan Allah. Dengan dzikir ketika thawaf yang disertai
penghayatan yangmendalam, diharapkan akan tertanam dalam jiwa orang

8
yang membacanya kesadaran bahwa manusia itu sangat lemah. Di sini orang
akan menganggap bahwa manusia tidak layak berlaku sombong dan angkuh.
3. Ibadah sa’i antara Shafa dan Marwah mengingatkan sejarah perjuangan Siti
Hajar ketika mencari air. Ini mengisyaratkan bahwa orang yang haji
diharapkan memiliki etos kerja tinggi, tidak boleh berpangku tangan,
mengharap rezeki datang dari langit.
4. Wukuf diarafah bisa disebut sebagai malam perenungan. Arafah sendiri
berarti pengalaman. Maksudnya, orang yang melakukan haji dan umrah
diharapkan dapat mengenal jati dirinya, menyadari segala kesalahannya dan
bertekad untuk tidak mengulanginya.
5. Melempar jumrah terkait erat dengan kisah ibrahim ketika melempar setan.
Hal ini dimaksudkan agar orang yang melakukan haji dan umrah memiliki
tekad dan semangat untuk tidak terbujuk rayuan setan yang merusak dunia
ini.
6. Bermalam di mina dan muzdalifah dan diistilahkan malam istirahat dari
rangkaian ibadah haji. Disini orang dapat memulihkan kondisi yang sangat
lelah. Ini sebagaiisyarat bahwa manusia memerlukan waktu istirahat dalam
hidup ; tidak selamanya bekerja sampai tidak ingat menjaga kondisi badan.
7. Dalam tahallul terkadang ajaran agar manusia mampu mengendalikan sifat p
embawaannya. Tahallul diibaratkan sebagai lampu hijau yang mengisyaratka
nkendaraan boleh berjalan kembali setelah untuk sementara diharuskan
berhenti.
8. Khusus untuk ibadah umrah, ibadah ini memberi kesempatan yang sangat
leluasa kepada kaum muslimin untuk mengunjungi ka’bah karena waktunya
tidak ditentukan.

9
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Masyarakat memiliki pengertian hubungan yang terjalin antar beberapa


kelompok orang untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama. Sedangkan
masyarakat sekolah berarti hubungan yang terjalin antar beberapa kelompok
orang yang ada di dalam lingkungan sekolah untuk bekerja sama dalam mencapai
tujuan bersama.

Budaya sekolah merupakan kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai, norma, ritual,


mitos yang dibentuk dalam perjalanan panjang sekolah yang dipegang bersama oleh
kepala sekolah, guru, staf administrasi, dan siswa sebagai dasar mereka dalam
memahami dan memecahkan berbagai persoalan yang muncul di sekolah. Interaksi
yang terus-menerus antara guru dengan murid dalam situasi belajar mengharuskan
masing-masing memahami norma-norma kelakuan serta isyarat-isyarat yang
melambangkan norma-norma tertentu. Norma-norma sosial yang terdapat dalam
situasi belajar diantaranya adalah norma agama, norma kesopanan, norma kelaziman,
norma kesusilaan, dan norma hukum.

B. SARAN

Disini penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh
dari sempurna, sehingga keritik dan saran yang membangun untuk penulisan
makalah-makalah selanjutnya sangat diharapkan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ash Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi ,1998, Pedoman Haji, Semarang :


PT.Pustaka Rizki PutraAsy-Syekh Muhammad bin Qasim Al-Ghazy, 1991.

Fath-Hul Qarib, Surabaya : AlHidayah.

Shihab, M. Quraish, 2000. Haji, Bandung : Mizan.Abidin, Slamet, 1998.

Fiqih Ibadah, Bandung : CV. Pustaka Setia.SH, Andy lolo Tonang, H. 1989.

Bimbingan Manasik Ziarah dan Perjalanan Haji,DepartemenAgama.http://madani


annida-kumpulan makalah pai haji

Rasjid, H. sulaiman, 2001.

Fiqih Islam, Bandung : PT. Sinar Baru Algensindo. http://id. wikipedia. org/ wiki /
Tawaf Rasjid, H. Sulaiman, 1954.

Fiqih Islam, jakarta: AttahiriyahKarman. H, 2001.

Materi Pendidikan Agama Islam,bandung : PT RemajaRosdakarya

11

Anda mungkin juga menyukai