Anda di halaman 1dari 18

HAJI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas Mata Kuliah


Pengembangan Materi Fiqih

Dosen Pengampu: Gafururrahim, M. Pd

Disusun Oleh:
Venna Melani ( 2011167)
Irmawati (2011187)

FAKULTAS TARBIYAH PROGRAM STUDI


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SYAIKH ABDURRAHMAN SIDDIK BANGKA BELITUNG
2022
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Shalawat serta salam tidak lupa kita curahkan kepada baginda nabi besar kita Nabi
Muhammad SAW. Adapun makalah ini berisikan mengenai penjelasan tentan “Haji”.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pengembangan Materi Fiqih. Selain itu, makalah ini juga bertujuan menambah wawasan bagi
para pembaca dan juga penulis.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kategori sempurna, hal ini dengan
keterbatasan kemampuan dan kedangkalan ilmu yang penulis miliki. Dalam kesempatan ini
penulis juga mengucapkan terima kasih kepada bapak Gafurrahim, M.Pd selaku dosen
pengampu mata kuliah Pengembangan Materi Fiqih yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
dalami serta kepada semua pihak yang turut membantu menyelesaikan makalah ini dari awal
sampai akhir. Semoga Allah meridhai segala usaha kita semua, Aamiin.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan serta
pengetahuan kita semua.

Bangka, Mei 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I.........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.....................................................................................................................1

A. Latar Belakang..........................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.....................................................................................................2

C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................2

BAB II.......................................................................................................................................3

PEMBAHASAN.......................................................................................................................3

A. Definisi dan Hukum Haji..........................................................................................3

B. Rukun dan Wajib Haji..............................................................................................4

C. Jenis-jenis Haji...........................................................................................................8

D. Larangan dan Sunnah Haji......................................................................................9

E. Pelaksanaan Ibadah Haji........................................................................................11

BAB III....................................................................................................................................12

PENUTUP...............................................................................................................................12

A. Kesimpulan..............................................................................................................12

B. Saran.........................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ibadah haji merupakan perjalanan spiritual yang terdapat dalam rukun
Islam kelima. Seseorang mempunyai kewajiban untuk menunaikan ibadah haji,
minimal satu kali dalam seumur hidup, tetapi diberikan beban hanya kepada
muslim yang mampu secara fisik dan mental serta memiliki dana yang
diperlukan dari awal berangkat ibadah haji sampai kepada pulang kembali ke
tanah air. Ibadah haji merupakan sebuah hal yang unik, karena tidak hanya
dalam bentuk ritual saja, unsur-unsur lain diluar ritual juga diperlukan agar
pelaksanaan ibadah Haji dapat berjalan dengan lancar, sehingga ketika jemaah
pulang mendapatkan gelar haji yang mabrur. Dapat digarisbawahi bahwa
pentingnya unsur-unsur di luar ritual ibadah haji sangat menunjang kesuksesan
pelaksanaan ibadah haji, dan hal itu tidak boleh dikesampingkan.
Semua muslim memiliki kewajiban menunaikan ibadah haji, untuk bisa
menunaikan ibadah haji mereka harus bersabar dalam menunggu waktu yang
cukup lama, menempuh jarak yang jauh, dan memakan biaya yang sangat besar
pula. Bahkan di Indonesia para jemaah haji harus menunggu giliran panggilan
haji sampai beberapa tahun lamanya. Ketika tiba di Mekah mereka juga harus
berdesak dan bersabar dalam setiap langkahnya
Pada hakikatnya Penyelenggaraan ibadah haji merupakan pelayanan yang
termasuk bagian dari pelayanan publik. Setiap pelayanan publik harus
memperhatikan kepuasan publik. Oleh sebab itu, peningkatan kualitas
pelayanan haji perlu terus dilakukan, sebab hal tersebut akan berpengaruh pada
tingkat kepuasan para jemaah yang melaksanakan haji1.

1
Kementrian agama RI, Kepuasan jemaah haji terhadap kualitas penyelenggaraan ibadah haji
tahun 1430H/2009M, (Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, 2001), cet. ke-1,
h.3

1
Kegiatan haji merupakan kegiatan penting yang perlu adanya pengelolaan
khusus dalam mengatasi masalah kegiatan haji yang di dalamnya terdapat
bagaimana mengelola pelayanan-pelayanan untuk diberikan kepada para calon
jemaah haji misal dari pendaftaran, penyediaan kebutuhan, konsumsi, tempat
menginap dan memberi bimbingan ibadah haji. Dalam berbagai macam
pelayanan tersebut terdapat pengelolaannya namun saling berkaitan.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dan hukum haji?
2. Apa saja rukun dan wajib haji?
3. Apa saja jenis-jenis haji?
4. Apa saja larangan dan sunnah haji?
5. Bagaimana cara pelaksanaan ibadah haji?

C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan tentang bagaimana pengertian dan hukum haji
2. Menjelaskan apa saja rukun dan wajib haji
3. Menjelaskan apa saja jenis-jenis haji
4. Menjelaskan apa saja larangan dan sunnah haji
5. Menjelaskan bagaimana cara pelaksanaan ibadah haji

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi dan Hukum Haji


Secara bahasa, "haji" artinya; maksud atau tujuan atau niat 2. Secara istilah
artinya tujuan atau maksud orang-orang Islam untuk mendatangi Baitullah untuk
melaksanakan ibadah haji sebagai bentuk mendekatkan diri kepada Allah Swt.
Adapun menurut ulamaahli fiqh definisi haji adalah menyengaja mendatangi
ka'bah untuk menunaikan amalan-amalan tertentuatau mengunjungi tempat
tertentu pada waktu tertentu3.
Hukum melaksanakan haji adalah wajib bagi setiap muslim yang mampu
sesuai dengan firman Allah dalam Surah Ali Imran Ayat 97. Ibadah haji fardhu
adalah sesuatu yang apabila tidak dikerjakan sesuai ketentuannya maka ibadah
haji tidak sah; seperti tidak melakukan wukuf di 'Arafah. Wajib dalam ibadah haji
atau umrah adalah sesuatu yang jika diabaikan secara keseluruhanatau tidak
memenuhi sya-ratnya maka haji atau umrah tetap sahtetapi orang yang
bersangkutan harus melaksanakan sanksi yang telah ditetapkanmisalnyakewajiban
melempar jumroh, bila ia diabaikan, maka ia harus diganti dengan membayar dam
(denda) Sesuatu yang sunnah bila dilakukan atau suatu yang makruh jika
ditinggalkan dapat mendukung kesempurnaan ibadah haji dan Umrah sedang
sesuatu yang mubah, tidak berdampak apa pun terhadap ibadah. Sedangkan umrah
hukumnya mutahabah artinya baik untuk dilakukan dan tidak diwajibkan atau
disebut tatawwu yang artinya ialah tidak diwajibkan tetapi baik dilakukan untuk
mendekatkan diri kepada Allah dan melakukannya lebih utama dari pada
meninggalkannya karena tatawwu mempunyai ganjaran pahala (Mizan2000:157-
158).

2
Rohmansyah, Figh Ibadah Dan Mu'amalah, (Yogyakartlp3m, 2017)Hal.72
3
A Solihin As Suhuili, Tuntunan Super Lengkap Haji & Umrah, (Jakarta: Cahaya Ilmu, 2018)
Hal. 2-3

3
B. Syarat, Rukun dan Wajib Haji
Syarat haji adalah Syarat haji merupakan hal yang perlu di penuhi sebelum
melaksanakan ibadah haji. Apabila syarat tersebut belum terpenuhi, maka ibadah
haji tidak wajib dilaksanakan.Dalam perkara syarat haji juga menentukan sah
atau tidaknya ibadah tersebut.
1. Beragama islam
Hanya umat Islam yang mempunyai kewajiban untuk
melaksanakan ibadah haji sedangkan orang kafir atau murtad tidak
diwajibkan untuk melaksanakan ibadah haji. Karena kewajiban
menunaikan ibadah haji merupakan rukun Islam yang kelima.
2. Baligh
Syarat baligh berlaku bagi orang yang ingin menunaikan ibadah
haji. Sementara bagi anak-anak yang belum memasuki usia dewasa atau
baligh, tetapi sudah melaksanakan haji maka hajinya sah-sah saja akan
tetapi hal
itu tidak mengugurkan kewajiban hajinya. Artinya ketika anak kecil itu
telah mencapai usia dewasa maka dia harus mengulangi hajinya.
3. Berakal
Yang dimaksud berakala disini ialah, orang yang tidak memiliki
gangguan kesehatan pada kejiwaannya atau waras. Karena orang yang
memiliki gangguan kesehatan tidak diwajibkan untuk mengerjakan ibadah
haji dan perlu kita ketahui bahwa orang yang tidak berakal sehat memang
tidak mendapat tanggung jawab atau beban apapun dari agama.
4. Merdeka
Agar dapat menunaikan ibadah haji, maka calon jamaah haruslah
yang sudah merdeka. Merdeka disini maksudnya bukan budak belian,
bukan hamba sahaya yang terkait oleh tugas kewajiban yang dibebankan
oleh tuannya. Haji tidak wajib atas hamba sahaya, sebab haji adalah
ibadah yang lama temponya, memerlukan perjalanan jauh dan diisyaratkan
adanya kemampuan dalam hal bekal dan kendaraan hal ini mengakibatkan
terabaikannya hak-hak majikan yang berkaitan dengan si hamba.

4
Merdeka dalam pandangan islam adalah memiliki kuasa atas
dirinya sendiri, tidak berada dibawah kekuasaan seorang (tuan), seperti
budak dan hamba sahaya.
5. Mampu
Syarat yang terakhir adalah mampu, maksud dari mampu disni
ialah harus sanggup memenuhi dari segi fisik dan finansial. Artinya
mampu dari segi fisik ialah harus memiliki riwayat kesehatan yang bagus
dan terhindar dari virus-virus yang membawa berbagai penyakit bahaya.
Kemudian dari segi finansial yang artinya calon jemaah harus mampu dari
segi biaya baik biaya transfortasi, akomodasi, konsumsi serta biaya yang
lainnya seperti tanggungan biaya terhadap keluarga yang ditinggalkan.
Rukun haji adalah perbuatan yang harus dikerjakan yang tidak boleh
digantikan dengan satupun sehingga jika tertinggal salah satunya mengakibatkan
tidak sah hajinya. Sedangkan wajib haji ialah sesuatu yang harus dikerjakan
namun bila tertinggal salah satunya karena sesuatu halboleh diganti dengan
membayar dam (denda yang harus dibayarkan/ditunaikan sesuai dengan ketentuan
yang telah tercapai)Rukun haji ada enam yaitu:
1. Ihram
Ihram adalah berniat mulai mengerjakan haji dan umrah, dengan
memakai pakaian ihram (warna putih). Pakaiain ihram laki-laki tidak
berjahit, namun bagi Wanita boleh berjahit.
2. Wukuf di Arofah
Wuquf adalah berhenti (hadir) di padang Arafah pada waktu yang
ditentukan, yang mulai dari tergelincir matahari (waktu zhuhur) tanggal 9
Dzulhijjah sampai terbit fajar tanggal 10 dzulhijjahartinya orang yang
sedang mengerjakan haji itu wajib berada di padang arafah pada waktu
tersebutdalam sebuah sabda Rasulullah Saw, diterangkan: "Dari Abd al-
Rahman bin Ya'mur, bahwasannya orang-orang Nejd telah datang kepada
Raulullah Sawsewaktu beliau sedang wuquf di Arafah. Mereka bertanya
kepada beliaumaka beliau kemudian menyuruh orang supaya
mengumumkan "Haji itu Arafah" Artinya, yang terpenting urusan haji

5
iaslah hadir di Arafah. Barangsiapa yang datang pada malam sepuluh
sebelum terbit fajar, sesungguhnya ia telah mendapat waktu yang sah"
(HR. Lima Ahli Hadits).
Dari hadits tersebutbahwasannya kehadiran di padang Arafah pada
waktu-waktu yang telah ditentukan itu penting, karena inti haji adalah
arafahdan Wuquf inilah yang menjadi pokok perbedaan haji dengan
umrah, bahwa dalam pelaksanaan ibadah umrah tidak diharuskan
melakukan wuquf di Arafah
3. Thawaf
Thawaf ialah mengelilingi Ka'bah sebanyak tujuh kalithawaf
rukun/thawaf yang merupakan rukun haji ini dinamakan Thawaf Ifadhah.
Cara melakukan thawaf ialah Pertama, harus suci dari hadats dan najis.
Kedua, menutup aurat. Ketiga, Ka'bah berada di sebelah kiri orang yang
thawafkeempat, memulai thawaf dari Hajar al-Aswad (batu hitam) yang
ada di salah satu sudut Ka'bah yang dinamakan Rukun Yamani, dengan
cara menyapunya (kalau dapat, bahkan bolehmenciumnya, namun kalau
tidak dapat cukup dengan melambaikan tangan sewaktu berada di arah
Hajar al-Aswad tersebut)Kelima, thawaf itu dilakukan tujuh kali (dari
Hajar al-Aswad ke Hajar al-Aswad terhitung satu kali). Keenam,
melakukan thawaf hendaknya berada berada di dalam Masjid al-
haramsewaktu Thawaf membaca: "Mahasuci Allah, segala puji bagi-Nya,
tiada Tuhan melainkan allahallah Maha Besar, tiada daya dan kekuatan
kecuali dari Allah"
4. Sa’i
Sa'i ialah berlari-lari kecil di antara bukit Shafa dan Marwah
sebanyak tujuh kali, dimulai dari Shafa dan diakhiri di Marwah. Dimana
pada saat inijarak di antara dua bukit ini telah dibuatkan penghubung
berupa atap dan berlantai marmer, sehingga orang-orang yang melakukan
sa'i tidak lagi merasa kepanasan oleh teriknya matahari4.
5. Tahalullul

4
A Solihin As Suhuili, Tuntunan Super Lengkap Haji Dan Umrah. Hal. 25-27

6
Tahallul ialah penghalalan atas beberapa larangan dalam ibadah
haji dengan cara menggunting rambut minimal tiga helai. Tahallul ada dua
macamyaitu Tahallul pertama adalah penghalalan atas beberapa larangan
haji seperti bolehnya melepas pakaian ihram, menggunting kuku, memakai
wangi-wangian, menutup kepala. Setelah tahallul pertamapelaksanaan
rukun haji telah selesainamun wajib hajinya belum selesaitahallul kedua
adalah penghalalan atas keseluruhan larangan dalam ibadah haji, seperti
melakukan akad nikah
6. Tertib
Yaitu menertibkan. Urutan pelaksanaan rukunyang dahulu
didahulukan, yang kemudian dikemudiankan, seperti melakukan thawaf
lebih didahulukan daripada melakukan sa'i dan seterusnyaadapun wajib
haji ada tujuh, yaitu:
1) Ihram dari miqat:
Calon haji harus memulai niatnya dan dari titik awal tempat itu
yang berniat melaksanakan haji/umrah sudah harus memakai pakaian
ihram. Yalamlam adalah tempat berihram calon jamaah haji yang
datang dari arah Indonesia bila ia langsung akan menuju ke Makkah
dan Bir Ali adalah tempat berihram calon jamaah haji yang datang dari
arah Indonesia menuju ke Madinah terlebih dahulu.
Miqat ada dua macam, yaitu miqat zamani dan miqat makani.
Miqat zamani, adalah waktu berniat haji, yakni sejak awal bulan
Syawal sampai terbit fajar tanggal 10 Dzulhijjah. Miqat makani adalah
tempat-tempat yang telah ditentukan untuk melakukan ihram, seperti
Yamlam, Dzulhulaifah, Juhfah, Qarn al-Manazil, Dzatu Irqin, Birr Ali,
Jeddah dan lain-lain.
Secara lebih terperinci sulaiman Rasyid menerangkan mengenai
miqat makani ini sebagai berikut: a) Mekkah aialah miqat bagi orang-
orang yang tinggal di mekkahmaka penduduk Mekkah yang hendak
berhaji, hendaklah mereka ihram dari rumah masing-masing. b)
Zulhulaifah adalah miqat bagi orang-orang yang datang dari arah

7
Madinah dan negeri-negeri yang sejajar dengan Madinah. c) Juhfah
adalah miqat bagi orang-orang yang datang dari Mesir, Maghribi dan
negeri-negeri yang sejajar dengannyajuhfah itu sendiri merupakan
kampong di antara Mekkah dan Madinah yang kini telah lenyapoleh
karena itu miqat ditentukan di kampong yang dekat dengannya yaitu
kampong Rabig.
2) Mabit di muzdalifah
Maksudnya adalah setelah melakukan wuquf di Arafah, para
jama'ah melakukan perjalanan menuju Muzdalifah dan malam itu
(malam 10 Dzulhijjah) hendaknya bermalam di Muzdalifah, jangan
melanjutkan perjalanan (karena yang melanjutkan dikenakan
denda/dam). Yang dilakukan di Muzdalifah di waktu malam itu adalah
mencari/mengambil batu-batu kerikil dengan menggunakan lentera
atau lampu senter untuk Melontar jumrah di Mina keesokan harinya.
3) Mabit di Mina
Mabit di Mina adalah bermalam selama 3-4 hari di suatu hamparan
padang pasir yang panjangnya sekitar 3,5 km. Waktunya adalah malam
tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah. Bermalam di Mina dilakukan
semalam penuh, yang boleh dilakukan mulai sore hari sampai terbitnya
fajar, dan juga boleh bermalam paling sedikit 2/3 malam.
4) Melontar jumrah al-aqabah
Melontar jumrah adalah melempar suatu jumroh yang dinamai
Jumrah al-Aqabah. Melontar jumroh aqabah yaitu melempar batu ke
tiang yang terletak paling dekat dengan mekkah pada tanggal 10
dzulhijjah dengan melempar 7 butir krikil. Penentuan miqat ini
ditetapkan oleh Rasulullah. Namun, karena situasi dan kondisi dan
demi kenyamanan jama'ah haji, maka ketentuan berikutnya diterapkan
oleh Pemerintah Arab Saudi dan sewaktu-waktu dapat berubah sesuai
dengan situasi dan kondisi.
5) Melontar tiga jumrah

8
Ketiga jumrah dilontar masing-masing dengan tujuh buah batu
kerikil yang dilakukan pada hari Tasyrik, yakni tanggal 11,12 dan 13
Dzulhijjah. Pelontaran terhadap ketiga jumrah itu hendaknya
berurutan, mulai Jumrah al-Ula, kemudian Jumrah al-Wushta dan
terakhir Jumrah al-Aqabah.
6) Thawaf wada’
adalah suatu penghormatan terakhir kepada Baitullah. Thawaf
wada’ merupakan tugas terakhir dalam pelaksanaan ibadah haji dan
ibadah umrah di Tanah Suci. Thawaf wada’ Yaitu mengelilingi Ka'bah
sebanyak tujuh kali, Merupakan thawaf perpisahan sebagai symbol
perpisahan melakukan ibadah haji karena setelah itu para jama'ah haji
melakukan tahallul kedua, yang merupakan pembebasan atas seluruh
larangan haji.
C. Jenis-jenis Haji
1. Ifrad
Haji Ifrad adalah haji yang dilaksanakan dengan cara melaksanakan ibadah
haji terlebih dahulu baru melaksanakan Umroh di luar musim. Haji. Orang
yang berhaji dengan ifrad tetap dalam keadaan ihram hingga selesai segala
amalan hajinya5.
2. Qiran
Haji qiran adalah melaksanakan ihram haji dan Umroh secara bersamaan di
miqatorang yang berhaji qiran tetap dalam keadaan ihram hingga selesai semua
rangkaian ibadah haji dan umrohnyadinamakan haji qirah karena dikumpulkan
antara haji dan Umroh dalam satu ihram.
3. Tamattu'
Cara melaksanakn haji tamattu' yaitu dengan mendahulukan ibadah Umroh
terlebih dahulu setelah itu melaksanakan ibadah haji pada musim haji tahun itu
jugaada pula ulama yang mengatakan bahwa haji tamattu' adalah
mengumpulkan antara haji dan Umroh dalam satu kali pergi ke Makkah di

5
Syaikh Sa'id Bin Abdul Qodir Basyanfaral-Mughnie: Tuntunan Manasik Haji Dan Umroh
Terlengkap ( Bandung1-Dea Publishing2006), Hal161-182

9
dalam bulan-bulan haji tahun itu juga. Prosesnya, mendahulukan Umroh
terlebih dahulukemudian setelah selesai Umroh atau pada tanggal 8 zulhijjah
berniat untuk ihram hajidengan melakukan haji tamattu', jamaah harus
membayar dam (denda)Mayoritas orang Indonesia yang menunaikan ibadah
haji melakukan tamattu6.
D. Larangan dan Sunnah Haji
Beberapa larangan dan konsekuensi denda karena melanggar larangan adalah
sebagai berikut7:
1. Memakai pakaian yang berjahit (bagi kaum pria)
2. Menutup kepala (bagi kaum pria)
3. Menutup muka dan telapak tangan (bagi perempuan)
4. Memakai wangiB -wangian setelah ihram (baik laki-laki maupun perempuan)
5. Menghilangkan rambut atau bulu badan yang lain
6. Memotong kuku
Terhadap pelanggaran atas keenam larangan haji di atas dikenakan denda
masing-masing dengan memilih alternative di antara tiga halyaitu
menyembelih seekor kambing yang sah untuk qurbanatau puasa tiga hariatau
bersedekah tiga gantang (9,3 liter) makanan kepada enam orang miskinhal ini
didasarkan atas firman Allah SWT dalam qsal-Baqarah 196:
"Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena allahjika kamu
terkepung (terhalang oleh musuh atau karena sakit)maka (sebelihlah) korban
yang mudah didapat, dan jangan kamu mencukur kepalamusebelum korban
sampai di tempat penyembelihannyajika ada di antaramu yang sakit atau ada
gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur). Maka wajiblah tas berfidyahyaitu
berpuasa atau bersedekah atau berkorbanapabila kamu telah merasa aman,
maka bagi siapa yang ingin mengerjakan umrah sebelum haji (di dalam bulan
haji)(wajiblah ia menyembelih)korban yang mudah didapat tetapi jika ia tidak

6
Syakir Jamaluddin, Kuliah Fiqih Ibadah, (Yogyakarta: Muhamadiyah Gramasurya, 2015), Hal.
24
7
Mohammad Noor, Haji Dan Umrah, Jurnal Humaniora Dan Teknologi, Vol. 4, No. 1, 2018,
Hal. 41

10
menemukan (binatang korban atau tidak mampu). Maka wajib berpuasa tiga
hari dalam masa haji dan tujuh hari (lagi) apabila kamu telah berpulang
kembaliitulah sepuluh (hari) yang sempurnademikian itu (kewajiban
membayar fidyah) bagi orang-orang yang keluarganya tidak berada di
(sekitar) Majidil Haram (orang-orang yang bukan penduduk kota
Mekkah)Dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah sangat
keras siksaan-Nya"
Dalam sebuah hadits diterangkan bahwa suatu ketika seseorang mengadu
kepada Rasulullah Saw bahwa kepalanya sakit sewaktu beribadah. Kemudian
Rasulullah Saw bersabda: "Cukurlah rambutmu itu dan sembelihlah seekor
kambing, kalau tidak puasalah tiga hari ataubersedekah tiga gantang korma
kepada enam orang miskin" (HR.Ahmad dan Muslim)8.
2. Mengadakan akad nikah (nikah, menikahkan atau menjadi wakil dalam akad
nikah)Bagi orang yang melanggar, maka hajinya tidak sah dan harus
mengulang tahun depan
3. Bersetubuh, Hal tersebut berarti melanggar hajimaka tidak sah hajinya dan
harusmenyembelih seekor kambing (menurut dalil yang kuat).
4. Berburu dan membunuh binatang darat yang liar dan halal dimakan. Bagi
pelanggar larangan haji ini wajib menggantikan hewan yang senilai dengan
binatang yang diburu dibunuhnya atau membayar dengan harga yang senilai
dengan binatang yang diburu dibunuhnya tersebut kemudian dibelikannya
makanan untuk orang-orang miskin atau berpuasa sebanyak harga binatang
taditiap-tiap seperempat gantang makanan berpuasa satu hari
Adapun beberapa kesunatan dalam haji adalah sebagai berikut:
1. Melakukan Haji Ifrad, yaitu melakukan haji saja tanpa disertai/dibarengi
dengan umrah
2. Membaca doa talbiyah (bagi laki-laki dengan suara kerasbagi perempuan
sekedar didengar oleh dirinya sendiri) selama dalam ihram sampai melontar
jumrah al-aqabah pada hari raya hajibacaannya sebagai berikut"Ya Allahaku

8
Ahmad Hidayat, Buku Siswa Fiqih Mts Kelas VIII, (Jakarta: Kementrian Agama RI, 2015),
Hal. 48

11
memenuhi panggilan-mutiada sekutu bagi-Muya Allah aku memenuhi
panggilan-musesungguhnya segala puji bagl-Mu dan nikmat adalah dari-
muengkaulahyang menguasai segala sesuatutiada sekutu bagi-Mu".
3. Berdoa setelah membaca talbiyah, yakni dengan meminta keridhaan
Allah,supaya diberi surga dan meminta perlindungan kepada-Nya dari siksa api
neraka
4. Membaca dzikir sewaktu thafaf (sewaktu di antara Rukun Yamani dan Hajar
Aswad), sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah Saw, yaitu membaca doa
sapujagat "Ya Allah berilah kebaikan kepada kami di dunia dan kebaikan di
akhiratserta peliharalah kami dari siksa api neraka
5. Shalat dua rakaat sesudah thawaf
6. Memasuki Ka'bah sebagaimana sabda Rasulullah Saw yang diriwayatkan oleh
Ibnu Abbas bahwasannya Nabi Saw telah bersabda: "Barang siapa yang
masuk ke Baitullah (Ka'bah)ia telah masuk ke dalam kebaikan serta ia keluar
mendapat ampunan " (hral-Baihaqy)
E. Hikmah Ibadah Haji
1. Menyempurnakan keislaman.
Haji merupakan salah satu rukun Islam. Jika salah satu rukunnya kurang
atau tidak terpenuhi, maka tidak akan sempurna. Untuk dapat
menyempurnakan keislamannya, seorang Muslim diwajibkan untuk berhaji
sekali dalam seumur hidupnya. Jika dilakukan untuk yang kedua atau ketiga
kali dan seterusnya, maka hal itu menjadi amalan sunnah.
2. Menghapus dosa.
Satu-satunya langkah yang akan mampu menghapus semua dosa bagi
umat akhir zaman sekarang ini adalah dengan menggapai haji yang mabrur.
Sebab tidak ada balasan yang paling layak bagi orang yang meraih haji yang
mabrur, kecuali mendapatkan surga. Dosa yang terhapus adalah dosa atau
kesalahan kepada Allah SWT. Adapun dosa terhadap sesama manusia, maka
kita harus meminta keridhaan dan maaf dari orang yang bersangkutan.
3. Melipatgandakan pahala. Selama di Tanah Suci, para jamaah haji
mengumpulkan pahala sebanyak-banyaknya. Karena ibadah di Tanah Suci

12
Makkah dan Madinah pahalanya berlipat ganda dibandingkan dengan
beribadah di tempat lain.
4. Meningkatkan iman dan takwa kepada Allah SWT. Jika seorang muslim telah
melaksanakan ibadah haji, maka itu berarti ia telah melengkapi pondasi
keislamannya sehingga lebih kokoh dan sempurna.
5. Memperoleh maghfirah dan ampunan dari dosa dan noda. Allah SWT
mengampuni semua hamba-Nya yang dikehendaki. Dan diantara orang-orang
yang dikehendaki untuk diampuni dosa-dosanya oleh Allah SWT adalah
orang-orang muslim yang melakukan perjalanan ke Baitullah untuk
melaksanakan ibadah haji.
6. Terkabulnya doa dan permohonan. Orang yang tengah melaksanakan ibadah
haji termasuk ke dalam kelompok orang-orang yang dikabulkan doanya
sebagai balasan Allah SWT atas sambutan mereka terhadap seruan Allah SWT
untuk menunaikan haji.
7. Memperoleh kesuksesan hidup dan balasan surga. Jika para jamaah haji benar-
benar melaksanakan berbagai rukun, wajib dan sunnah-sunnah haji serta
meninggalkan seluruh ucapan dan tindakan yang diharamkan bagi orang-orang
yang tengah melakukan prosesi ibadah haji dengan penuh keimanan,
keikhlasan dan penghayatan sehingga memperoleh predikat “haji mabrur”,
maka mereka pasti akan memperoleh balasan surga tempat kenikmatan dan
kebahagiaan yang abadi.
8. Mempersatukan dan mempersaudarakan umat Islam. Haji yang dilaksanakan
oleh umat Islam yang datang dari seluruh penjuru dunia itu mengandung
hikmah yang luhur untuk mempersatukan dan mempersaudarakan umat Islam
di seluruh dunia tanpa membedakan warna kulit, latarbelakang kebangsaan,
status sosial, status ekonomi, bahasa, serta kebudayaan dan adat istiadatnya.

BAB III

PENUTUP

13
A. Kesimpulan
Ibadah haji merupakan perjalanan spiritual yang terdapat dalam rukun
Islam kelima. Seseorang mempunyai kewajiban untuk menunaikan ibadah haji,
minimal satu kali dalam seumur hidup, tetapi diberikan beban hanya kepada
muslim yang mampu secara fisik dan mental serta memiliki dana yang
diperlukan dari awal berangkat ibadah haji sampai kepada pulang kembali ke
tanah air.
Semua muslim memiliki kewajiban menunaikan ibadah haji, untuk bisa
menunaikan ibadah haji mereka harus bersabar dalam menunggu waktu yang
cukup lama, menempuh jarak yang jauh, dan memakan biaya yang sangat besar
pula. Bahkan di Indonesia para jemaah haji harus menunggu giliran panggilan
haji sampai beberapa tahun lamanya. Ketika tiba di Mekah mereka juga harus
berdesak dan bersabar dalam setiap langkahnya
B. Saran
Penulis menyadari masih banyak kekurangan pada makalah ini, untuk itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun sebagai bahan
evaluasi penulis untuk penulisan makalah berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat Ahmad, 2015, Buku Siswa Fiqih Mts Kelas VIII, Jakarta: Kementrian
Agama RI

14
Jamaluddin Syakir, 2015, Kuliah Fiqih Ibadah, Yogyakarta: Muhamadiyah
Gramasurya
Kementrian agama RI, Kepuasan jemaah haji terhadap kualitas penyelenggaraan
ibadah haji tahun 1430H/2009M, (Jakarta: Badan Litbang dan Diklat
Kementrian Agama RI, 2001), cet. ke-1, h.3
Noor Mohammad, 2018, Haji Dan Umrah, Jurnal Humaniora Dan Teknologi,
Vol. 4, No. 1
QodiAbdul BiSa'id Syaikh, 2006, Basyanfaral-Mughnie: Tuntunan Manasik Haji
Dan Umroh Terlengkap Bandung1-Dea Publishing
Rohmansyah, 2017, Figh Ibadah Dan Mu'amalah, Yogyakarta lp3m
Suhuili As Solihin A, 2018, Tuntunan Super Lengkap Haji & Umrah, Jakarta:
Cahaya Ilmu

15

Anda mungkin juga menyukai