Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ibadah Akhlak dan
Muamalah serta meningkatkan pengetahuan tentang penilaian dalam pembelajaran
Ibadah Akhlak dan Muamalah serta memahami dan mengerti materi tentang Haji.
Penulis
I
Daftar Isi
Kata Pengantar....................................................................................................I
Daftar Isi.............................................................................................................II
Bab I Pendahuluan..............................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................................... 1
C. Tujuan................................................................................................................................................. 1
Bab II Pembahasan............................................................................................2
A. Hakekat Ibadah Haji..................................................................................................................... 2
B. Sejarah Ibadah Haji....................................................................................................................... 2
C. Cara Mencapai Haji yang Mabrur.......................................................................................... 4
D. Hikmah Ibadah Haji dalam Berbagai Aspek......................................................................8
E. Makna Spiritual Ibadah Haji bagi Kehidupan Sosial.....................................................9
Bab III Penutup................................................................................................11
A. Kesimpulan..................................................................................................................................... 11
B. Saran.................................................................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................12
II
Bab I
Pendahuluan
B. Rumusan Masalah
Beberapa rumusan masalah dalam makalah ini diantaranya :
1) Bagaimana hakekat dari ibadah haji
2) Bagaimana sejarah ibadah haji
3) Bagaimana cara mencapai haji yang mabrur
4) Apa saja hikmah haji dalam berbagai aspek
5) Makna spiritual haji bagi kehidupan sosial
C. Tujuan
Mengetahui tentang :
1) Bagaimana hakekat dari ibadah haji
2) Bagaimana sejarah ibadah haji
3) Bagaimana cara mencapai haji yang mabrur
4) Apa saja hikmah haji dalam berbagai aspek
5) Makna spiritual haji bagi kehidupan sosial
1
Bab II
Pembahasan
3
merupakan kumpulan simbol-
simbol yang sangat indah
prosesi haji mengandung
simbolisasi losos yang
maknanya sangat dalam yang
dapat menyentuh aktivitas
kehidupan manusia sehari-hari.
Makna prosesi haji apabila
dihayati dan diamalkan
secara baik dan benar, maka
akan mampu memberikan
kesejukan, kecintaan,
kebenaran dan keadilan
kepada umat manusia.
Dengan demikian akan
tercipta
4
kedamaian di muka bumi.
Ibadah haji adalah suatu
ibadah yang memerlukan
kebulatan tekad dan
kesungguhan hati. Kebulatan
tekad untuk meninggalkan
kampung halaman beserta
keluarga tercinta dan
kesungguhan hati untuk
meninggalkan segala tingkah
laku
yang tidak baik. Haji
diwajibkan bagi setiap
muslim, dengan syarat “bagi
yang
5
mampu”. Mampu baik secara
sik dan materi. Dan yang
lebih penting adalah
kemampuan untuk menyiapkan
diri sebagai tamu Allah.
Haji adalah suatu ibadah yang
tidak membedakan kedudukan
dan status sosial.
Prosesi haji dan maknanya
demikian penting untuk
dikaji, sebab jangan sampai
ibadah ini hanya sebagai
ritualnya tanpa mengetahui
makna terdalamnya. Ritual haji
6
merupakan kumpulan simbol-
simbol yang sangat indah
prosesi haji mengandung
simbolisasi losos yang
maknanya sangat dalam yang
dapat menyentuh aktivitas
kehidupan manusia sehari-hari.
Makna prosesi haji apabila
dihayati dan diamalkan
secara baik dan benar, maka
akan mampu memberikan
kesejukan, kecintaan,
kebenaran dan keadilan
kepada umat manusia.
Dengan demikian akan
tercipta
7
kedamaian di muka bumi.
Ibadah haji adalah suatu ibadah yang memerlukan kebulatan tekad dan
kesungguhan hati. Kebulatan tekad untuk meninggalkan kampung halaman
beserta keluarga tercinta dan kesungguhan hati untuk meninggalkan segala
tingkah laku yang tidak baik. Haji diwajibkan bagi setiap muslim, dengan
syarat “bagi yang mampu”. Mampu baik secara fisik dan materi. Dan yang
lebih penting adalah kemampuan untuk menyiapkan diri sebagai tamu Allah. 1
“Dan serulah manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang
kepadamu dengan berjalan kaki atau dengan mengendarai onta yang kurus.
Mereka akan datang dari segenap penjuru yang jauh” (QS al-Haj: 27).
َس ِبياًل ۚ َو َمن َك َف َر َفِإنَّ ٱهَّلل َ َغن ٌِّى َع ِن ٱ ْل ٰ َعلَمِين َ ٱس َت َط
َ اع ِإلَ ْي ِه ِ َوهَّلِل ِ َعلَى ٱل َّن
ِ اس ِح ُّج ٱ ْل َب ْي
ْ ت َم ِن
Artinya: mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah,
yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah.
Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha
Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.
Pada ayat inilah Allah Ta’ala mewajibkan kepada setiap muslim untuk
melaksanakan haji bagi yang mampu dan terpenuhi syarat-syarat yang ada.
Akan tetapi, Rasulullah tidak langsung menunaikannya karena 2 hal,
9
sebagaimana yang disebutkan Ibnu ‘Utsaimin dalam kitabnya Al-Liqa Al-
Syahrii.
Hal pertama yaitu karena pada tahun itu merupakan ‘aamul wufuud
atau tahun berdatangannya orang-orang kepada Nabi Muhammad untuk
menyatakan keislaman dan menerima ajaran syariat islam. Oleh sebab itu,
Rasulullah menunda melaksanakan haji karna mashlahah yang besar.
Adapun hal yang kedua lantaran para jamaah haji menjadi bercampur
baur antara kaum muslimin dengan kaum musyrikin ketika melaksanakan haji,
sehingga Rasulullah tidak melaksanakan haji sampai lingkungan untuk berhaji
hanya ada kaum muslimin saja, tidak ada dari kaum musyrikin. Lalu pada
tahun 10 H Rasulullah pun melaksanakan ibadah haji. Kurang lebih tiga bulan
sebelum meninggal dunia, Rasulullah Saw berkesempatan untuk
menunaikannya. Oleh karena itu, haji yang beliau lakukan disebut juga
dengan haji wada’ (haji perpisahan), karena haji tersebut merupakan haji yang
pertama dan sekaligus yang terakhir bagi beliau.
1) Pra Haji
10
masyarakat dan lain lain. Melainkan, berangkat menunaikan haji semata
mata memenuhi panggilan Allah swt. Apabila ke tanah suci denga niat
yang ikhlas maka akan mendapatkan kemudahan dari Allah swt., Apabila
mendapatkan kesulitan dalam pelaksanaan haji, maka sebagai bagian
dari ujian akan kesabarannya.
Salah satu di antara makna yang dipahami dalam QS. Ali Imran/3 :
97, bahwa pelaksanaan haji itu, harus karena Allah swt. semata. Hal
tersebut memberikan gambaran bahwa, dengan mengedepankan kata
Walillaahi pada ayat tersebut, agar hamba yang akan melaksanakan
ibadah haji, adalah niat karena Alah swt, dan ini bagian dari peringatan
dari Allah swt., bahwa di antara hamba yang melaksanaan ibadah haji,
ada yang niatnya, bukan karena Allah swt., Dari kelima rukun Islam hanya
ibadah haji yang perintahnya mendahulukan kata walillah. Ini
mengandung makna dan hikmah.
Pada prinsipnya, yang menilai haji seseorang itu, mabrur atau tidak,
hanya Allah swt. Manusia hanya melihat lahirnya saja bukan batinnya
(niat). Penekanannya, modal utama yang harus dimiliki oleh Jemaah calon
haji adalah niat yang ikhlas.
2) Proses Haji
11
rukun dan wajib haji adalah mutlak diperlukan. Demikian pula,
pengetahuan tentang larangan dalam pelaksanaan ibadah haji. Bahwa
peran para Petugas haji lebih dioptimalkan dalam menuntun jemaah
melaksanakan manasik haji dengan baik. Syarat haji adalah istithaa’a,
yaitu memiliki kemampuan fisik (sehat jasmani dan rohani), mampu
secara ekonomi dengan melunasi Bipih ( Biaya Perjalanan Ibadah Haji),
Memahami manasik haji dan aman dalam perjalanan. Sedangkan Rukun
haji, adalah Niat (ihram), Wukuf di Arafah, Tawaf Ifadhah, Sai, dan
Tahallul. Demikian pula, wajib haji, yaitu Ihram di Miqat, Mabit di
Muzdalifah dan Mina, melontar Jumrah dan Tawaf Wada’ ( perpisahan),
serta menghindari larangan Haji dan Umrah. Apabila telah terlaksana hal
tersebut, maka ibadah hajinya menjadi sah. Maknanya, kewajiban
terhadap rukun Islam kelima, telah gugur. Namun, apabila salah satu
rukun haji tidak dilaksanakan maka hajinya tidak sah dan tidak dapat
diganti dengan dam (denda). Sedangkan, apabila wajib haji, tidak
dilaksanakan maka hajinya tetap sah dan jemaah haji, membayar dam
(denda).
12
Di samping sahnya suatu ibadah yang diinginkan, tidak kalah pentingnya
adalah kesempurnaan segala rangkaian ibadah dalam pelaksanaan haji yang
didahulukan, namun dimensi spritual dan rohanipun ingin didapatkan dan dirasakan.
Perlu diresapi pula hikmah dari rangkaian pengamalan ibadah haji agar dapat
dirasakan nikmatnya dalam beribadah. Di antaranya :
c. Tafakkur dan instrospeksi diri tentang apa dan bagaimana semestinya dalam
berbuat serta mengevaluasi sikap yang dilakukannya selama ini, sebagai
realisasi dari makna wukuf di Arafah. Allah swt maha tahu segala yang lahir
dan batin.
e. Keharusan berusaha dengan sekuat tenaga untuk meraih kehidupan dan cita
cita yang baik, sebagai realisasi dari sai antara Shafa dan Marwah (Kisah
Hajar dan Ismail). Bermakna pula, fastabiqul khairat (berlombalomba dalam
kebaikan) serta bakti anak kepada orang tuanya.
13
D. Hikmah Ibadah Haji dalam Berbagai Aspek
14
C. Mempererat tali Ukhuwah al Islamiyah antara umat Islam dari
berbagai penjuru dunia.
Ibadah haji merupakan Rukun Islam ke-5 dan hanya ditujukan bagi
mereka yang mampu. Kita harus menyadari bahwa sesungguhnya
pelaksanaan ibadah haji sungguh sangatlah berat, karena membutuhkan
persiapan matang, mulai dari fisik, mental, sampai materi. Jadi sesungguhnya
dalam melaksanakan haji kita tidak boleh main-main mengingat beratnya
persiapan tersebut. Tetapi, insyaAllah dengan niat yang ikhlas dan atas dasar
keimanan semua halangan akan mudah untuk dilalui.
Ihram
Kita diminta menanggalkan segala kepalsuan dan diminta untuk
senantiasa bertindak apa adanya. Di samping itu, dengan memakai
pakaian ihram kita disadarkan untuk melepaskan diri dari
kesombongan, klaim superioritas, maupun ketidaksamaan derajat atas
manusia yang lain.
Thawaf
Kita diminta senantiasa hidup dengan penuh keteraturan seperti
keteraturan gerak benda-benda alam raya. Bayangkan, apabila
gerakan yang dilakukan oleh benda-benda tersebut tidak teratur,
tentunya akan mengakibatkan chaos (suatu keadaan dengan penuh
ketidakteraturan) yang tentunya dapat membawa kehancuran. Sama
15
halnya dengan benda-benda alam tersebut, manusia juga dapat
mengalami kehancuran apabila tidak hidup dalam keteraturan karena
dapat memicu konflik. Keseimbangan hidup, itulah kunci agar kita
dapat hidup dalam keteraturan, ingat, alam raya diciptakan juga atas
dasar konsep keseimbangan (QS. 55: 7-9).
Sa’i
Sa’i, merupakan wujud dari kasih-sayang ibu kepada anaknya.
Dalam makna yang lain, sa’i mengajarkan kepada kita bahwa apabila
kita ingin mendapatkan sesuatu, maka kita harus berusaha dahulu.
Hanya saja, sekarang ini manusia menginginkan sesuatu yang instan,
karena tidak ingin lagi bersusah payah apabila ingin mendapatkan
sesuatu. Bahkan, terkadang sampai menghalalkan segala cara untuk
mendapatkan keinginannya itu.
Wuquf
Kita harus senantiasa menghargai dan menghormati orang lain
dengan cara tidak menindas, tidak berbuat zhalim, dan tidak
mengambil harta orang lain.
16
Bab III
Penutup
A. Kesimpulan
Eksistensi, implementasi dan implikasinya dapat disimpulkan bahwa haji yang
mabrur adalah haji yang baik dan diterima oleh Allah swt., yang pelaksanaannya
sesuai dengan apa yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. Pelaksanaannya juga
harus sesuai syarat, rukun, dan wajib haji serta menjauhi larangannya. Hal ini harus
dilandasi dengan niat yang ikhlas serta jauh dari penyimpangan akidah dengan
memperhatikan hal-hal yang terkait dengan pra haji, proses haji, dan pasca haji.
Kemabruran haji tercermin pada peningkatan kualitas ibadah dan kepedulian sosial.
B. Saran
Hendaklah difahami betul ibadah haji syarat akan nilai, apakah yang bernilai
agama maupun yang bernilai sosial. Dari nilai agama, tanamkan nilai yang benar-
benar dalam melaksanakan ibadah haji itu karena Allah semata, menunaikan rukun
Islam yang kelima. Jangan mengharapkan setelah menunaikan ibadah haji
memperoleh status tersendiri didalam masyarakat dengan mendapat gelar “Haji atau
Hajjah”.
Makna sosial ibadah haji adalah mengajarkan kepada umat Islam umumnya
dan jamaah haji khususnya untuk senantiasa merubah fikiran, sikap, serta perilaku
(tindakan) yang lebih bermanfaat untuk masyarakat, jangan sampai memiliki
persepsi bahwa ibadah haji itu hanya untuk Allah Swt, justru yang paling esensial
adalah diperuntukkan bagi sesama manusia dengan cara selalu menjaga,
menghormati, menghargai serta saling menjunjung tinggi martabat manusia.
17
DAFTAR PUSTAKA
1
https://www.researchgate.net/publication/
315320816_HAKIKAT_HAJI_MENURUT_PARA_SUFI diakses pada 10 September
2022
2
https://bincangsyariah.com/khazanah/sejarah-islam/sejarah-ibadah-haji-awal-mula-haji-
diwajibkan/ diakses pada 17 September 2022
3
Mufrodi, Ali. 2003. “Haji Indonesia Dalam Perspektif Historis”, disampaikan dalam
peresmian jabatan Guru Besar Sejarah Kebudayaan Islam pada Adab IAIN Sunan Ampel
Surabaya
4
Putuhena, M. Shaleh. 2007. “Historiografi Haji Indonesia”. Yogyakarta: LkiS, hlmn 22
5
Taqiyudin, Achmad. 2006. “Antara Mekkah dan Madinah”. Jakarta: Erlangga.
6
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/17312/6.%20BAB%20II.pdf?
sequence=6&isAllowed=y diakses pada 10 September 2022
7
https://www.rappler.com/indonesia/ayo-indonesia/145340-sejarahpenyelenggaraan-ibadah-
haji-indonesia diakses pada 12 September 2022
8
https://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/almizab/article/download/19921/ 10806 diakses
pada 14 September 2022
9
https://media.neliti.com/media/publications/144165-ID-none.pdf diakses pada 15 September
2022
10
https://www.bimakini.com/2012/09/makna-spiritual-haji-dibalik-prosesi-ibadah-haji/
18