“IBADAH HAJI”
DOSEN PENGAMPU : MOH AHYAN YUSUF SYA’BANI, S Pd I. M Pd I
Di Susun Oleh :
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Ibadah Haji ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak dosen pada
mata kuliah Hadits ini. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Ibadah
Haji bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Moh Ahyan Yusuf Sya’bani S Pd i M Pd I, selaku
Dosen Pengampu mata kuliah Hadits yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………………………….. i
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………………………….
C. Tujuan....................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan........................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Haji merupakan rukun Islam yang kelima yang diwajibkan bagi seorang Muslim
sekali sepanjang hidupnya bagi yang mampu melaksanakanya, Setiap perbuatan
dalam ibadah haji sebenarnya mengandung rahasia, contoh seperti ihrom
sebagai upacara pertama maksudnya adalah bahwa manusia harus melepaskan
diri dari hawa nafsu dan hanya mengahadap diri kepada Allah Yang Maha Agung.
Memperteguh iman dan takwa kepada allah SWT karena dalam ibadah tersebut
diliputi dengan penuh kekhusyu’an, Ibadah haji menambahkan jiwa tauhid yang
tinggi
Ibadah haji adalah sebagai tindak lanjut dalam pembentukan sikap mental dan
akhlak yang mulia. Ibadah haji adalah merupakan pernyataan umat islam seluruh
dunia menjadi umat yang satu karena memiliki persamaan atau satu akidah.
Memperkuat fisik dan mental, kerena ibadah haji maupun umrah merupakan
ibadah yang berat memerlukan persiapan fisik yang kuat, biaya besar dan
memerlukan kesabaran serta ketabahan dalam menghadapi segala godaan dan
rintangan. Ibadah haji Menumbuhkan semangat berkorban, baik harta, benda,
jiwa besar dan pemurah, tenaga serta waktu untuk melakukannya.
Dari uraian latar belakang tersebut diatas dapat dirumuskan beberapa hal
sebagai berikut :
1. Apa Pengertian ibadah haji
2. Tujuan dan fungsi Ibadah Haji
3. Hikmah yang terkandung dalam proses Ibadah Haji
C. TUJUAN
PEMBAHASAN
1. Pengertian Haji
Menurut bahasa kata Haji berarti menuju, sedang menurut pengertian syar’i
berarti menyengaja menuju ke ka’bah baitullah untuk menjalakan ibadah (nusuk)
yaitu ibadadah syari’ah yang terdahulu. Hukum haji adalah fardhu ‘ain, wajib bagi
setiap muslim yang mampu, wajibnya sekali seumur hidup. Haji merupakan
bagian dari rukun Islam. Mengenai wajibnya haji telah disebutkan dalam Al
Qur’an, As Sunnah dan ijma’ (kesepakatan para ulama).
Mengenai hukum ibadah haji, asal hukumnya adalah wajib ‘ain bagi yang mampu.
Melaksanakan haji wajib, yaitu karena memenuhi rukun Islam dan apabila kita
“nazar” yaitu seorang yang bernazar untuk haji, maka wajib melaksanakannya,
kemudian untuk haji sunat, yaitu dikerjakan pada kesempatan selanjutnya,
setelah pernah menunaikan haji wajib.
Haji merupakan rukun Islam yang ke lima, diwajibkan kepada setiap muslim yang
mampu untuk mengerjakan. Jumhur Ulama sepakat bahwa mula-mulanya
disyari’atkan ibadah haji tersebut pada tahun ke enam Hijrah, tetapi ada juga
yang mengatakan tahun ke sembilan hijrah.
2. Fungsi dan Tujuan Ibadah Haji
Haji sebagai ibadah fisik, ibadah rohani, dan ibadah dana, bertujuan untuk
memusatkan segala yang dimiliki hanya tertuju kepada Allah, dan dilaksanakan
bukan di tempat yang sepi, melainkan di tempat berkumpulnya orang banyak.
Boleh jadi, orang yang menjalankan ibadah haji ditemani oleh isterinya,
namun ia tidak boleh berbicara dengan dia yang merangsang nafsu birahi; boleh
jadi, ia ditemani oleh musuhnya, namun ia tidak diperbolehkan bertengkar
dengan dia; ini semua dimaksudkan agar ia mendapat pengalaman rohani yang
tinggi, bukan sekedar pengalaman rohani orang pertapa, yang memutuskan
hubungan dengan dunia luar (orang banyak) dan bukan pula pengalaman rohani
orang yang menjalankan ibadah di pojok yang sepi, melainkan pengalaman rohani
orang yang tinggal di daerah keramaian yang penuh kesibukan, yang ditemani
oleh isterinya, kawan-kawannya, dan musuh-musuhnya, sebagai ujian menuju
suatu kehidupan paripurna, yakni sehat dan bahagia fisik dan rohani di dunia dan
selamat di akhirat kelak. Ibadah haji yang mulia tapi berat ini, erat pula kaitannya
dengan perintah ber-qurban (Al-Ma'idah,5:27).
2. Mensyukuri Nikmat
Bentuk mensyukuri nikmat dalam ibadah haji bisa dilihat dari dua sisi:
pertama, mensyukuri nikmat harta kekayaan. Kedua, mensyukuri nikmat
kesehatan anggota tubuh. Kedua hal itu merupakan puncak kenikmatan bagi
seorang manusia ketika berada di dunia. Dalam prosesi ibadah haji, dua jenis
nikmat ini sangat terasa dan harus disyukuri. Ketika berhaji, seseorang
mengorbankan dirinya dan mengeluarkan hartanya untuk beribadah,
mendekatkan diri kepada Allah . Mensyukuri nikmat Allah memang wajib
hukumnya. Hal ini bisa dipahami secara logis, selain memang hal itu diajarkan
oleh Islam
Umat Islam dari seluruh penjuru dunia berkumpul dalam ibadah haji. Maka
terjadilah proses saling mengenal dan keakraban antara satu dengan yang
lainnya. Semua jenis perbedaan antara yang kaya dan yang miskin; antara yang
berkulit putih dan yang berkulit hitam, serta perbedaan bahasa mencair saat
haji. Bahasa dalam ibadah haji menjadi sama, yaitu bahasa kebaikan dan
ketakwaan, serta saling menasihati dengan kebenaran dan kesabaran. Tujuan
akhirnya adalah mengaitkan antara sebab-sebab kehidupan dan sebab-sebab
dari langit (yakni dikabulkannya doa).
Syiar bagi orang yang beribadah haji adalah talbiyah (Labbaika allahumma
labbaik, labbaika laa syarika laka labbaik, innal hamda, wan-ni’mata, laka wal
mulku, laa syariika laka): aku sambut panggilan-Mu ya Allah, aku sambut
panggilan-Mu, tiada Tuhan selain Engkau, aku sambut panggilan-Mu,
sesungguhnya segala puji, nikmat dan kekuasaan hanya untuk-Mu, tidak ada
sekutu bagi-Mu.
Karena itu, salah seorang sahabat Nabi menerangkan makna dari sifat dan cara
talbiyah nabi Muhammad yaitu, “Syiarkanlah tauhid.” (HR. Muslim, no. 1218).
Syiar tauhid sangat jelas dalam semua proses ibadah haji, baik dalam perbuatan
dan perkataan.
3, Hikmah yang Terkandung Dalam Proses Ibadah Haji
Ibadah Haji merupakan pelaksanaan rukun Islam yang ke lima. Banyak sekali
hikmah yang terkandung di dalamnya. Karena ibadah haji maupun ibadah umroh
adalah wujud dari pertemuan antara kesadaran batin dan kecerdasan rasio.
Setiap orang yang melakukan jenis ibadah ini pasti punya pengalaman spiritual
yang berbeda-beda. Bahkan kadangkala terlihat tak masuk akal atau di luar
perkiraan manusia.
Patuh dan mau menyerahkan diri kepada Allah SWT. Itulah wujud utama dari
pelaksanaan ibadah haji di tanah suci. Kita memenuhi panggilan Allah dengan
menempuh perjalanan yang panjang, memakan biaya yang banyak serta waktu
yang lama, dan harus berpisah dengan saudara, keluarga sera harta benda yang
kita miliki.
Tujuannya cuma satu, yaitu menjalankan tugas mulia melalui ibadah dan ritual
sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditentukan.
Semua jenis ibadah di dalam agama Islam pasti punya hikmah yang tinggi.
Demikian pula dengan ibadah haji. Hikmah dari pelaksanaan ibadah ini antara
lain:
1. Meningkatkan kedisiplinan
Ketika di tanah suci Mekkah dan Madinah, seluruh umat yang melaksanakan
ibadah haji dan umroh harus terbiasa untuk disiplin ketika melaksanakan ritual
haji maupun sholat. Pola disiplin ini di harapkan bisa terus berkelanjutan meski
waktu pelaksanaan ibadah sudah selesai.
Orang yang merasa banyak dosa sering merasa putus asa. Namun Allah
menjanjikan akan menghapus segala dosa yang kita miliki ketika kita mau
melaksanakan ibadah secara tulus dan ikhlas. Hal ini akan mendorong kita untuk
lebih taat menjalankan jenis ibadah yang lain selain ibadah haji dan umroh.
Ketika melaksanakan ritual ibadah haji dan umroh, tentu banyak cobaan dan
godaan yang muncul. Banyak umat Islam dari berbagi negara yang berkumpul di
satu tempat. Hal ini akan menimbulkan masalah berkenaan dengan fasilitas yang
harus digunakan bersama karena jumlahnya yang terbatas. Di sini sifat sabar
harus dikedepankan. Karena sifat egois dan mementingkan diri sendiri akan
mengurangi nilai ibadah yang sedang dikerjakan.
Dengan berkumpulnya banyak umat dari berbagai negara atau daerah, akan
menimbulkan rasa persatuan umat yang tinggi, tanpa membedakan golongan, ras
dan lain-lain. Perbedaan yang ada tersebut tidak perlu menimbulkan perpecahan,
namun justru akan membuat ikatan persaudaraan sesama umat Muslim seluruh
dunia makin kuat.
5. Meningkatkan dakwah
Ketika umat Islam dari segela penjuru dunia berkumpul, akan menjadi media yang
tepat untuk meningkatkan dakwah Islamiyah secara efektif. Di sini kita bisa saling
belajar dan bertukar pengalaman terhadap pelaksanaan ibadah maupun
penanaman nilai-nilai Islam di kehidupan sehari-hari dari masing-masing negara
atau wilayah.
Selain lima hikmah dari pelaksanaan ibadah haji dan umroh di atas, tentu masih
ada banyak hikmah yang lain. Setiap umat pasti punya sudut pandang yang
berbeda terhadap pelaksanaan ibadah yang harus dilakukan di tanah suci ini.
Namun yang terpenting adalah setelah pulang dari berhaji maupun umroh, umat
Islam harus punya pencerahan jiwa yang baru yang diwujudkan dalam amal
shaleh, baik untuk diri sendiri maupun bagi masyarakat dan lingkungannya.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan