Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

HAJI MABRUR DAN HAJI MARDUT

Disusun oleh :

Nama : Silvi Fista Qorima


NIM : 21040110

2AA

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

STIE MANDALA JEMBER

2022

1
KATA PENGANTAR
‫بسم هللا الر حمن الرحيم‬

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat dan hidayah-
Nya, tak lupa pula penulis kirimkan shalawat kepada junjungan kita Nabi Besar
Muhammad SAW.Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“ HAJI MABRUR DAN HAJI MARDUT ” dengan tepat waktu.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas dari mata kuliah
Pendidikan Agama Islam dengan dosen pengampuh Bapak H. Samingan, S. Ag,
S.pd, M. Pd.I. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
bagi penulis maupun bagi pembacanya.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah


ikut membantu dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari, makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik serta saran yang membangun sangat kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Jember, 07 Maret 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................2

1.4 Manfaat Penulisan.....................................................................................2

BAB II.....................................................................................................................3

PEMBAHASAN.....................................................................................................3

2.1 Pengertian Haji..........................................................................................3

2.2 Syarat dan Rukun Haji..............................................................................3

2.3 Perbedaan antara Haji Mabrur dan Haji Mardut.......................................8

2.4 Penyebab ibadah haji menjadi mardud....................................................11

BAB III..................................................................................................................13

PENUTUP..............................................................................................................13

3.1 Kesimpulan...................................................................................................13

3.2 Saran.............................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14

BIODATA PENULIS............................................................................................15

3
4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah


Sejarah haji dalam Islam bermula dari ribuan tahun yang lalu. Pada masa
Nabi Ibrahim AS (1861-1686 SM). Ketika itu Nabi Ibrahim dan anaknya Ismail
adalah yang pertama kali melakukan ibadan haji pada tanggal 8 zulhijjah setelah
keduanya membangun ulang ka’bah yang sebelumnya rusak.

Ibadah haji merupakan rukun islam yang kelima yang wajib dilaksanakan
umat islam yang memenuhi kriteria, antara lain mampu secara materi, fisik,
maupun mental. Jika semua syarat-syarat haji telah terpenuhi pada seseorang,
maka tidak halal baginya menunda pelaksanaan haji karena perintah Allah dan
Rasul-Nya. Maka seharusnya menyegerakan untuk melaksanakan ibadah haji ini
adalah suatu hal yang sangat diharuskan karena manusia tidak mengetahui apa
yang akan terjadi padanya , mungkin pada kemudian hari dia akan menjadi
miskin, sakit atau mati.1

Menurut Imam Abi Abdillah Muhammad bin Qosim al-Ghozi dalam Kitab
fathul qorib Ibadah haji adalah mengunjungi Baitullah di Makkah untuk
melakukan amal ibadah tertentu dengan syarat-syarat tertentu pula.2

Proses ibadah haji dimulai tanggal 8 Dzulhijjah, jamaah pergi ke Mina


untuk bermalam (mabit), tanggal 9 Dzulhijjah, jamaah wukuf di Arafah dan mabit
di Muzdalifah, tanggal 10 Dzulhijjah, jamaah melempar jumrah di Mina. Setelah
itu para jamaah sudah dikatakan tahallul awal, dan boleh melepas kain ihram serta
memakai wewangian. Tanggal 11 dan 12 Dzulhijjah, jamaah melempar jumrah,
setelah itu pergi ke Mekkah untuk thawaf. Jamaah harus berjalan memutari
Ka'bah selama 7 putaran, dimana tiap putaran dimulai dan diakhiri dari Hajar
1
Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, Tuntunan Tanya Jawab Akidah, Shalat, Zakat,Puasa dan Haji. (Darul
Falah: Jakarta, 2010), hal. 529
2
Assyaikh al-Imam Abi Abdillah Muhammad bin Qosim al-Ghozi, Fathul Qorib. (t.p., t.t.p., t.t), Hal 36

1
Aswad. Kemudian dilanjutkan dengan sa’i di kompleks Masjidil Haram sebanyak
7 kali, tanggal 13 Dzulhijjah, jamaah melempar tiga jumrah di Mina, lalu pergi ke
Mekkah untuk thawaf dan sa’i.3

Haji disyariatkan juga dapat membersihkan segala dosa seorang muslim


sehingga layak menerima kemuliaan dari Allah SWT di dunia dan diakhirat.
Tentunya kemuliaan tersebut harus didapatkan dengan usaha yang maksimal
sehingga orang yang melaksanakan ibadah haji memperoleh predikat haji mabrur.

1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka rumusan masalah yang

akan dibahas adalah sebagai berikut :

1. Apa pengertian haji ?


2. Apa syarat dan rukun haji ?
3. Apa perbedaaan antara haji mabrur dan mardut ?
4. Apa penyebab ibadah haji menjadi mardut ?

1.3Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Dapat mengetahui pengertian haji.
2. Dapat mengetahui syarat dan rukun haji.
3. Dapat mengetahui perbedaan antara haji mabrur dan haji mardut.
4. Dapat mengetahui penyebab ibadah haji menjadi mardut.

1.4Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah :
1. Tujuan pembuatan makalah salah satunya adalah untuk melatih penulis
agar mampu menyusun makalah dengan baik dan benar.
2. Tujuan pembuatan makalah juga untuk memperluas wawasan
keilmuan bagi pembaca maupun penulis

3
Insanittaqwa dkk, 2014

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Haji
Arti kata haji berasal dari bahasa Arab hajja-yahujju-hujjan, yang berarti
qoshada, yakni bermaksud atau berkunjung. Sedangkan dalam istilah agama, haji
adalah sengaja berkunjung ke Baitullah Al-Haram (Ka’bah) di Makkah Al-
Mukarromah untuk melakukan serangkaian amalan yang telah diatur dan
ditetapkan oleh Allah SWT sebagai ibadah dan persembahan dari hamba kepada
Tuhan.4

Haji adalah sengaja mengunjungi Baitullah untuk melakukan serangkaian


ibadah ditempat-tempat tertentu pada waktu tertentu dan cara-cara tertentu dengan
mengharap ridha Allah SWT. Tempat-tempat tertentu yang dimaksud adalah
ka’bah di Makkah, Shafa dan Marwa, Muzdalifah, dan Arafah. Sedangkan
aktivitas tertentunya adalah ihram, thawaf, sa’i, dan wukuf di Arafah. Sementara
waktu tertentunya adalah bulan Syawwal, Dzul Qa’dah, dan 10 hari pertama
Dzulhijjah.5

2.2 Syarat dan Rukun Haji


1. Syarat Haji
Syarat haji terbagi ke dalam dua bagian, yaitu syarat wajib haji dan
syarat sah haji. Syarat haji ialah perbuatan-perbuatan yang harus
dipenuhi sebelum ibadah haji dilaksanakan. Apabila syarat-syaratnya
tidak terpenuhi, gugurlah kewajiban haji seseorang.Berikut adalah
syarat wajib haji :
1) Islam
2) Berakal
3) Baligh
4) Merdeka

4
Djamaluddin Dimjati, Panduan Ibadah Haji dan Umroh Lengkap, (Solo: PT Era Adicitra Intermedia, 2011),
h. 3.
5
Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Ibadah, (Jakarta: Amzah, 2009),
h. 482.

3
5) Mampu

Kelima syarat di atas adalah syarat yang disepakati oleh para


ulama. Sampai-sampai Ibnu Qudamah dalam Al Mughni berkata, “Saya
tidak mengetahui ada khilaf (perselisihan) dalam penetapan syarat-syarat
ini.” (Al Mughni, 3:164)

Catatan:

 Seandainya anak kecil berhaji, maka hajinya sah. Namun hajinya


tersebut dianggap haji tathowwu’ (sunnah). Jika sudah baligh, ia masih
tetap terkena kewajiban haji. Hal ini berdasarkan kesepakatan para
ulama (baca: ijma’).
 Syarat mampu bagi laki-laki dan perempuan adalah: (a) mampu dari
sisi bekal dan kendaraan, (b) sehat badan, (c) jalan penuh rasa aman,
(d) mampu melakukan perjalanan.
 Mampu dari sisi bekal mencakup kelebihan dari tiga kebutuhan: (1)
nafkah bagi keluarga yang ditinggal dan yang diberi nafkah, (2)
kebutuhan keluarga berupa tempat tinggal dan pakaian, (3) penunaian
utang.
 Syarat mampu yang khusus bagi perempuan adalah: (1) ditemani
suami atau mahrom, (2) tidak berada dalam masa ‘iddah..
Selain syarat wajib haji ada juga syarat sah haji sebagai berikut :
1) Islam
2) Berakal
3) Baligh
4) Miqot zamani, artinya haji dilakukan di waktu tertentu (pada
bulan-bulan haji), tidak di waktu lainnya. ‘Abullah bin ‘Umar,
mayoritas sahabat dan ulama sesudahnya berkata bahwa waktu
tersebut adalah bulan Syawwal, Dzulqo’dah, dan sepuluh hari
(pertama) dari bulan Dzulhijjah.

4
5) Miqot makani, artinya haji (penunaian rukun dan wajib haji)
dilakukan di tempat tertentu yang telah ditetapkan, tidak sah
dilakukan tempat lainnya. Wukuf dilakukan di daerah Arafah.
Thowaf dilakukan di sekeliling Ka’bah. Sa’i dilakukan di jalan
antara Shofa dan Marwah. Dan seterusnya.6
2. Rukun Haji
Adapun rukun haji adalah perbuatan-perbuatan yang harus
dilaksanakan atau dikerjakan sewaktu melaksanakan ibadah haji. Maka
apabila ditinggalkan, ibadah hajinya tidak sah. Adapun rukun haji
adalah sebagai berikut :
1) Ihram
Ihram adalah berniat mengerjakan ibadah haji atau umrah
yang ditandai dengan mengenakan pakaian ihram yang
berwarna putih dan membaca lafaz, “Labbaika Allahumma
hajjan.” (bagi yang akan melaksanakan ibadah haji), dan
membaca lafaz, “Labbaika Allahumma umratan.” (bagi yang
berniat umrah).
2) Wukuf
Wukuf, yaitu hadir di padang Arafah pada tanggal 9
Dzulhijjah dari tergelincirnya matahari hingga terbenam.
Wukuf adalah bentuk pengasingan diri yang merupakan
gambaran bagaimana kelak manusia dikumpulkan di padang
Mahsyar. Wukuf di Arafah merupakan saat yang tepat untuk
mawas diri, merenungi atas seperti yang pernah dilakukan,
menyesali dan bertobat atas segala dosa yang dikerjakan, serta
memikirkan seperti yang akan dilakukan untuk menjadi muslim
yang taat kepada Allah Swt. Selama wukuf perbanyaklah
berzikir, tahmid, tasbih, tahlil, dan istigfar. Berdoalah sebanyak

6
https://muslim.or.id/10091-fiqih-haji-1-hukum-dan-syarat-haji.html

5
mungkin, karena doa yang kita panjatkan dengan ikhlas dan
khusyuk akan dikabulkan oleh Allah Swt. Wukuf yang
dicontohkan Rasulullah saw. diawali dengan shalat berjamaah
dzuhur dan ashar dengan jama’ takdim qashar. Setelah itu,
dilanjutkan dengan khotbah guna memberikan bimbingan
wukuf, seruan-seruan ibadah, dan memanjatkan doa kepada
Allah Swt. Pelaksanaan wukuf di Arafah hanya terjadi sekali
dalam setahun, yaitu setelah matahari tergelincir (melewati
pukul 12 siang) pada tanggal 9 Dzulhijjah bila pada waktu
tersebut jamaah tidak wukuf, maka hajinya tidak sah.
3) Tawaf
Tawaf adalah berputar mengelilingi Ka’bah dan dilakukan
secara berlawanan dengan arah jarum jam dengan posisi
Ka’bah di sebelah kiri badan. Tawaf dimulai dari Hajar Aswad
dan diakhiri di Hajar Aswad pula, dilakukan sebanyak tujuh
kali putaran. Para ulama sepakat bahwa tawaf ada tiga macam,
yaitu:
- Tawaf Qudum, yaitu tawaf yang dilakukan ketika jamaah haji
baru tiba di Mekah.
- Tawaf Ifadhah, yaitu tawaf yang dilakukan pada hari qurban
setelah melontar jumrah aqabah. Inilah tawaf yang wajib
dilakukan pada waktu haji. Apabila ditinggalkan, maka hajinya
batal.
- Tawaf Wada’, yaitu tawaf perpisahan bagi jamaah yang akan
meninggalkan Mekah. Syarat sah tawaf adalah sebagai berikut :
a. Niat.
b. Menutup aurat.
c. Suci dari hadas.
d. Dilakukan sebanyak tujuh kali putaran.
e. Dimulai dan diakhiri di hajar aswad.
f. Posisi Ka’bah di sebelah kiri orang yang bertawaf.

6
g. Dilaksanakan di dalam Masjidil Haram.
4) Sa’i
Sa’i adalah berlari-lari kecil antara bukit Shofa dan bukit
Marwah sebanyak tujuh kali yang dimulai dari bukit Shafa dan
berakhir di bukit Marwah. Sa’i dilakukan setelah pelaksanaan
ibadah tawaf.
Syarat sah sa’i adalah sebagai berikut :
a. Dilakukan sebanyak tujuh kali putaran (berawal di
bukit Shofa dan berakhir di bukit Marwah.
b. Dilakukan setelah tawaf ifad- hah atau setelah tawaf
qudum.
c. Menjalani secara sempurna jarak Shofa-Marwah
dan Marwah-Shofa.
d. Dilakukan di tempat sa’i.
5) Tahallul
Tahallul adalah mencukur atau memotong rambut kepala
sebagian atau seluruhnya minimal tiga helai rambut. Tahallul
dilakukan setelah melontar jumrah aqabah pada tanggal 10
Dzulhijjah, yang disebut dengan tahallul awwal. Setelah
jamaah melakukan tahallul awal ini larangan-larangan haji
kembali dibolehkan kecuali berhubungan suami istri. Tahallul
tsani dilakukan setelah tawaf ifadhah dan sa’i.
6) Tertib
Tertib yaitu berurutan dalam pelaksanaan mulai ihram
hingga tahallul.7

7
https://doc.lalacomputer.com/makalah-haji/

7
2.3 Perbedaan antara Haji Mabrur dan Haji Mardut

A. Haji Mabrur
Haji mabrur menurut bahasa adalah haji yang baik atau yang diterima
oleh Allah SWT. Sedangkan menurut istilah syar’i, haji mabrur ialah haji
yang dilaksanakan sesuai dengan petunjuk Allah dan Rasul-Nya, dengan
memperhatikan berbagai syarat, rukun, dan wajib, serta menghindari hal-
hal yang dilarang (muharramat) dengan penuh konsentrasi dan
penghayatan semata-mata atas dorongan iman dan mengharap ridha Allah
SWT.Dalam hadits riwayat Bukhari, Rasulullah SAW memberikan
penjelasan terkait pahala atau balasan bagi jamaah haji yang mendapatkan
predikat mabrur.

ُ‫ْس لَهُ َجزَ ا ٌء ِإاَّل ْال َجنَّة‬


َ ‫ْال َحجُّ ْال َم ْبرُو ُر لَي‬

“Tidak ada balasan (yang pantas diberikan) bagi haji mabrur kecuali
surga,” (HR Bukhari).
Perihal mabrur, ada banyak pendapat ulama. Pertama, haji mabrur
adalah haji yang tidak tercampuri kemaksiatan, dan kata “al-mabrur” itu
diambil dari kata al-birr yang artinya ketaatan. Dengan kata lain haji
mabrur adalah haji yang dijalankan dengan penuh ketaatan sehingga tidak
tercampur dengan dosa. Pendapat ini menurut Muhyiddin Syarf an-
Nawawi, dipandang sebagai pendapat yang paling sahih.

: ‫احبِهَا ِم ْن ْال َج َزاء َعلَى تَ ْكفِير بَعْض ُذنُوبه اَل بُ ّد َأ ْن يَ ْد ُخل ْال َجنَّة قَا َل‬ ِ ‫ص‬ َ ِ ‫صر ل‬ِ َ‫ي َم ْعنَاهُ َأنَّهُ اَل يَ ْقت‬
ّ ‫قَا َل النَّ َو ِو‬
‫ص ّح اَأْل ْشهَر َأ َّن ْال َح ّج ْال َم ْبرُور الَّ ِذي اَل يُ َخالِطهُ ِإ ْثم َمْأ ُخوذ ِم ْن ْالبِ ّر َوه َُو الطَّاعَة‬ َ ‫َواَأْل‬

“Menurut Muhyiddin Syarf an-Nawawi makna hadits “Tidak ada balasan


bagi haji mabrur kecuali surga”  adalah bahwa ganjaran bagi orang dengan
haji mabrur tidak hanya sebatas penghapusan sebagian dosa. Mabrur itu
yang mengharuskan ia masuk surga. Imam Nawawi berkata: ‘‘Yang paling
sahih dan masyhur adalah bahwa haji mabrur yang bersih dari dosa itu
diambil dari al-birr (kebaikan) yaitu ketaatan”. 

8
Kedua, bahwa haji mabrur adalah haji maqbul (diterima) dan dibalas
dengan al-birr (kebaikan) yaitu pahala. Sedang bukti bahwa haji seseorang
itu maqbul atau mabrur adalah ia kembali menjadi lebih baik dari
sebelumnya dan tidak mengulangi perbuatan maksiat.

ِ ‫ َو ِم ْن َعاَل َم ِة ْالقَبُو ِل َأ ْن يَرْ ِج َع خَ ْيرًا ِم َّما َكانَ َواَل يُ َع‬، ُ‫ هُ َو ْال َم ْقبُو ُل ْال ُمقَابَ ُل بِ ْالبِ ِّر َوه َُو الثَّ َواب‬: ‫َوقِي َل‬
‫اود‬
‫صي‬ ِ ‫ْال َم َعا‬

“Ada pendapat yang mengatakan: ‘Haji mabrur adalah haji yang diterima
yang dibalas dengan kebaikan yaitu pahala. Sedangkan pertanda diterimanya
haji seseorang adalah kembali menjadi lebih baik dari sebelumnya dan tidak
mengulangi melakukan kemaksiatan.” (Jalaluddin as-Suyuthi, Syarhus
Suyuthi li Sunan an-Nasa’i, juz, V, h. 112).

Ketiga, haji mabrur adalah haji yang tidak ada riya. Keempat, haji
mabrur adalah haji yang tidak diiringi kemaksiatan. Jika kita cermati
dengan seksama maka pendapat ketiga dan keempat ini pada dasarnya
sudah tercakup dalam pendapat sebelumnya.

ِ ‫ ه َُو الَّ ِذي اَل يَتَ َعقَّبهُ َم ْع‬: ‫يل‬


‫صيَةٌ َوهُ َما دَا ِخاَل ِن فِي َما قَبْلهُ َما‬ َ ِ‫َوقِي َل هُ َو الَّ ِذي اَل ِريَا َء فِي ِه َوق‬

“Ada ulama yang mengatakan haji mabrur adalah haji yang tidak ada unsur
riya` di dalamnya. Ada lagi ulama yang mengatakan bahwa haji mabrur
adalah yang tidak diiringi dengan kemaksiatan. Kedua pandangan ini
masuk ke dalam kategori pandangan sebelumnya.” (Jalaluddin as-
Suyuthi, Syarhus Suyuthi li Sunan an-Nasa’i, juz, V, h. 112).8
Berikut adalah ciri-ciri haji mabrur :
1. Menebarkan kedamaian kepada orang-orang sekitar
Hadits Riwayat Ahmad meriwayatlkan, ada sahabat Nabi yang
berkata kepada Rasulullah “Wahai Rasulullah, apa itu haji mabrur?”.
Rasulullah pun menjawab, bahwa bahwa ciri haji mabrur adalah
memberikan makanan dan menebar kedamaian. Berdasarkan riwayat

8
https://www.madaninews.id/3672/haji-mabrur-pengertian-dan-ciri-cirinya.html

9
tersebut dapat dipahami bahwa haji yang mabrur adalah seseorang yang
dapat memberikan atau menebarkan kedamaian kepada orang-orang
yang berada di sekitarnya.
2. Berbicara dengan santun
Ciri haji mabrur yang selanjutnya adalah berbicara dengan santun.
Dalam sebuah riwayat lain, Rasulullah pernah ditanya mengenai ciri
haji yang mabrur. Kemudian Rasul menjawab “Memberikan makanan
dan santun dalam berkata”. Selain menebar kedamaian, seorang haji
mabrur haruslah memiliki tutur kata yang santun dan sopan.
3. Mempuyai kepedulian social
Dalam kedua riwayat sebelumnya, Nabi Muhammad telah
menjelaskan dalam jawabannya kepada para sahabat, bahwa ciri haji
yang mabrur adalah memberikan makanan. Berdasarkan jawaban
Rasulullah tersebut, dapat dikatakan bahwa haji yang mabrur adalah
seseorang yang memiliki kepedulian sosial yang tinggi kepada orang-
orang yang berada di sekitarnya. Salah satu wujud kepedulian tersebut
diwujudkan dengan memberikan makanan kepada orang-orang yang
membutuhkan di sekitarnya.
4. Menghindari perbuatan maksiat
Ciri-ciri haji mabrur yang terakhir adalah menghindari perbuatan
maksiat. Dalam hadits riwayat muslim, dikisahkan, Nabi Muhammad
SAW bersabda bahwa haji mabrur adalah barangsiapa saja yang
mengerjakan ibadah haji, dan menghindarkan diri dari perbuatan rafats
dan juga fusuq, maka ia akan dikembalikan dalam keadaan dimana saat
ia dilahirkan oleh ibunya. Rafats memiliki arti perbuatan yang keji dan
tidak senonoh, seperti bersetubuh. Sedangkan fusuq memiliki makna
perbuatan maksiat atau perbuatan yang menodai akidah ataupun
keimanan. Berdasarkan riwayat tersebut, dapat dipahami bahwa haji
yang mabrur adalah seorang haji yang dapat menghindarkan dirinya

10
dari perbuatan keji dan maksiat, baik dalam pikiran, perkataan, maupun
perbuatannya.9
B. Haji Mardud
Haji Mardud atau Haji Maz’ur merupakan lawan dari Haji Makbul
atau haji yang dikabulkan. Jadi, pengertian dari Haji Mardud
adalah haji yang ditolak oleh Allah, karena dalam melakukannya banyak
dicampuri dosa dan keharaman, misalnya mengerjakan haji dengan
perbekalan dari usaha haram (korupsi).
Dan, tidak ada pahala bagi orang-orang yang mengerjakan haji dari hasil
yang haram. Dalam kasus haji seperti ini, Nabi Muhammad Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda :

“ …ketika orang haji dengan nafkah haram keluar, kemudian di berseru :


Aku datang memenuhi panggilan-Mu, maka datanglah jawaban dari
langit : Tidak engkau tidak memenuhi panggilan, perbekalanmu haram,
nafkahmu haram, hajimu penuh dosa, tidak berpahala. ”
— Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam
Dan, dalam sabda lain-nya, sebagaimana yang telah diriwayatkan
oleh Imam Bukhari dan Imam muslim, Nabi Muhammad Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:

“ Tidak ada talbiyah bagimu dan tidak ada pula keberuntungan atasmu


karena makananmu haram, pakaianmu haram dan hajimu ditolak. ”
— Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.10

2.4 Penyebab ibadah haji menjadi mardud


Berikut adalah hal yang membuat ibadah haji menjadi mardud :

1. Mungkin niatnya salah. Misalnya niatnya hanya untuk mencari status


sosial dalam kehidupan bermasyarakat atau riyaa ingin dipuji dan
dihormati orang, atau mencari popularitas.
2. Mungkin bekalnya yang kurang bersih dari perkara haram.
9
https://hasuna.co.id/4-ciri-ciri-haji-mabrur-menurut-rasulullah-saw/
10
https://risalahmuslim.id/kamus/haji-mardud/

11
3. Mungkin di dalam menjalankan manasik haji tidak sesuai dengan
syariat. Tidak belajar menasik, juga tidak rajin mengikuti bimbingan.
4. Mungkin juga selama menunaikan ibadah haji masih membawa
kebiasaan berupa dosa dan maksiat. Dan lain sebagainya.11

11
https://www.republika.co.id/berita/qwwsr9430/penyebab-haji-tak-mabrur#:~:text=Misalnya%20niatnya
%20hanya%20untuk%20mencari,haji%20tidak%20sesuai%20dengan%20syariat.

12
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian bacaan diatas dapat kita ambil kesimpulan sebagai
berikut :

a. Haji adalah sengaja mengunjungi Baitullah untuk melakukan serangkaian


ibadah ditempat-tempat tertentu pada waktu tertentu dan cara-cara tertentu
dengan mengharap ridha Allah SWT.
b. Syarat haji ada 2 yaitu, syarat wajib haji dan syarat wajib haji.
c. Rukun haji yaitu : (a). Ihram, (b). Wukuf, (c) Tawaf, (d) Sa’i, (e) Tahallul,
(f) Tertib.
d. Haji mabrur adalah haji yang baik atau yang diterima oleh Allah SWT.
e. Haji mardud adalah haji yang ditolak oleh Allah, karena dalam
melakukannya banyak dicampuri dosa dan keharaman, misalnya
mengerjakan haji dengan perbekalan dari usaha haram (korupsi).
f. Penyebab ibadah menjadi haji mardud adalah : (a). Niat yang salah, (b).
Bekal yang kurang dari perkara haram, (c). Mungkin dalam menjalankan
manasik tidak sesuai dengan syariat. (d). Dalam menjalankan ibadah haji
masih membawa kebiasaaan berupa dosa dan maksiat.

3.2 Saran
Penulis menyadari jika makalah ini banyak sekali memiliki kekurangan
yang jauh dari kata sempurna. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah
dengan mengacu kepada sumber yang busa dipertanggungjawabkan nantinya.
Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik serta saran mengenai
pembahasan makalah di atas.

13
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh
Ibadah, (Jakarta: Amzah, 2009), h. 482.

Assyaikh al-Imam Abi Abdillah Muhammad bin Qosim al-Ghozi, Fathul Qorib.
(t.p., t.t.p., t.t), Hal 36
Djamaluddin Dimjati, Panduan Ibadah Haji dan Umroh Lengkap, (Solo: PT Era
Adicitra Intermedia, 2011), h. 3.

https://doc.lalacomputer.com/makalah-haji/

https://hasuna.co.id/4-ciri-ciri-haji-mabrur-menurut-rasulullah-saw/
https://risalahmuslim.id/kamus/haji-mardud/

https://www.madaninews.id/3672/haji-mabrur-pengertian-dan-ciri-cirinya.html

https://www.republika.co.id/berita/qwwsr9430/penyebab-haji-tak-
mabrur#:~:text=Misalnya%20niatnya%20hanya%20untuk%20mencari,haji
%20tidak%20sesuai%20dengan%20syariat

Insanittaqwa dkk, 2014

Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, Tuntunan Tanya Jawab Akidah, Shalat,


Zakat,Puasa dan Haji. (Darul Falah: Jakarta, 2010), hal. 529

14
BIODATA PENULIS

SILVI FISTA QORIMA lahir pada


tanggal 03 Desember 2002 di
Jember, anak pertama dari 2
bersaudara. Alamat tempat
tinggal saat ini Desa Pontang,
Kec. Ambulu, Kab. Jember.
Saat ini sedang menempuh
Pendidikan di STIE Mandala
Jember dengan mengambil
jurusan Akuntasi.

Riwayat Pendidikan :
1. SDN PONTANG 2
2. SMP NEGERI 1 AMBULU
3. SMKS 02 ISLAM 45 AMBULU

Nama Ayah : Suwandi


Pekerjaan : Petani
Nama Ibu : Astutik
Pekerjaan : Ibu rumah tangga

15

Anda mungkin juga menyukai