Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH:

“KEUTAMAAN, MACAM-MACAM, DAN RUKUN HAJI & UMRAH”

OLEH:

 AZARINE ISLAMEY RAHMA RAMADHAN (NIM.50800118004)

JURUSAN MANAJEMEN HAJI DAN UMRAH


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


KATA PENGATANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt. karena limpahan Rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini yang berisi tentang “Keutamaan, Macam-macam, dan Rukun Haji
& Umrah”, baik bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Shalawat serta salam tak lupa
kita kirimkan kepada Rasulullah Muhammad saw. yang telah membawa kita dari zaman jahiliah
menuju zaman yang modern seperti saat ini.

Berkat rahmat Allah Swt dan karuniannya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
ini. Untuk itu, saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Dr.H. Hamiruddin, M.Ag. selaku dosen
mata kuliah Bimbingan Manasik Haji & Umrah pada jurusan Manajemen Haji dan Umrah,
Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Serta
kepada semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu namanya, yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan makalah ini.

Terlepas dari itu saya menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidaklah begitu sempuran.
Mengingat saya hanyalah seorang hamba yang tidak luput dari suatu kesalahan, dengan itu kritik
maupun saran sangat terbuka kepada para pembaca agar saya dapat lebih teliti dan belajar lagi.

Saya berharap makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi para sahabat mahasiswa
untuk dapat menambah wawasan. Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya, maka
yakin masih perlu perbaikan lagi. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran
untuk kesempurnaan makalah ini.

Samata, 7 Juni 2021

Azarine Islamey Rahma Ramadhan

i
DAFTAR ISI
KATA PENGATANTAR..............................................................................................................I
DAFTAR ISI.................................................................................................................................II
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..........................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................................................1
C. TUJUAN...............................................................................................................................1
BAB II.............................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.............................................................................................................................2
A. KEUTAMAAN IBADAH HAJI & UMRAH......................................................................2
B. MACAM-MACAM HAJI DAN UMRAH...........................................................................7
C. RUKUN HAJI DAN UMRAH...........................................................................................13
BAB III.........................................................................................................................................16
PENUTUP....................................................................................................................................16
A. KESIMPULAN...................................................................................................................16
B. SARAN...............................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Ibadah haji merupakan rukun islam kelima yang wajib dilaksanakan Oleh setiap orang
islam yang memenuhi syarat istitaah, baik secara finansial, fisik, maupun mental. Haji dan umrah
hanya diwajibkan sekali seumur hidup, ini berarti jika seseorang telah melaksanakannya yang
pertama, maka selesailah kewajibannya. Selain itu di dalam pelaksanaan ibadah tersebut terdapat
ketentuan-ketentuan seperti adanya penentuan konsep serta tata cara pelaksanaan haji demi
keseragaman seluruh umat muslim di dunia dalam rangka mengabdikan diri mereka kepada
Allah SWT. Dengan adanya ibadah haji diharapkan dapat menumbuhkan perasaan serta
keyakinan manusia atas keagungan Allah SWT serta timbulnya perasaan persaudaraan di antara
umat islam.
Haji dan umrah merupakan suatu bentuk peribadahan yang sangat mulia, dimana terdapat
berbagai macam keutamaan dalam pelaksanaan ibadah tersebut, oleh karena itu penulis mencoba
memberi penjelasan secara singkat mengenai apa saja keutamaan-keutamaan dalam menunaikan
ibadah haji dan umrah, macam-macam, serta rukun haji dan umrah.

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu:
1. Apa saja keutamaan menunaikan ibadah haji dan umrah ?
2. Apa saja macam-macam ibadah haji dan umrah?
3. Apa saja rukun dalam ibadah haji dan umrah?

C. TUJUAN
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui keutamaan yang menunaikan ibadah haji dan umrah.
2. Untuk mengetahui macam-macam yang menyempurnakan ibadah haji dan umrah.
3. Untuk mengetahui rukun ibadah haji dan umrah.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. KEUTAMAAN IBADAH HAJI & UMRAH


Secara bahasa kata haji berasal dari bahasa Arab yang berarti sekedar berkehendak/
menuju. Secara terminology, Wahbah al-Zuhailiy mendefinisikan haji sebagai perbuatan
menuju ke Ka’bah untuk menjalankan perbuatan tertentu, atau berangkat menziarahi tempat
tertentu (Ka’bah, Arafah, Mina, dan Muzdalifah) pada masa tertentu ( mulai dari 8 Dzulhijjah
berakhir pada tanggal 12, atau 13 Dzulhijjah). Untuk melakuakan perbuatan tertentu (ihram,
tawaf, sa’i, wuquf, mabit, melontar jumrah, dan tahallul).

Sedangkan umrah merut bahasa mempunyai arti meramaikan atau memeriahkan. Adapun
menurut istilah, para ulama ahli fiqih mendefinisikan umrah sebagai: “Amalan yang dengan
sengaja dilakukan untuk mendatangi Ka’bah untuk melaksanakn ritual ibadah tetentu yang
terdiri atas tawaf, sa’i, dan tahallul (bercukur)”. Umrah lebih singkat dari pada haji dan
lebih sedikit pula amalan-amalannya. Umrah dapat juga diartikan mengunjungi Baitullah
dengan maksud beribadah kepada Allah dengan cara-cara tertentu menurut syara’.

Kehadiran syariat ibadah haji merupakan peranan yang sangat penting dan mengandung
berbagai kemaslahatan bagi umat manusia. Para ulama mencoba menggaris bawahi beberapa
keutamaan dari ibadah haji yang disarikan dari berbagai petunjuk yang termasuk dalam
hadis-hadis Nabi SAW., diantaranya:

1. Menjauhkan kefakiran dan menghapus dosa

Salah satu hikmah yang bisa diraih oleh mereka yang melaksanakan ibadah haji adalah
melenyapkan kefakiran. Rasulullah saw. bersabda:

Kerjakanlah haji dengan umrah beturut-turut, karena mengerjakan keduanya


seperti itu akan melenyapkan kefakiran dan dosa-dosa sebagaimana api tukang padai
besi menghilangkan karat besi. (HR. Ibnu Majah).

2
Ada dua cara dalam memaknai hadits tersebut: Cara pertama, memang orang
yang pergi haji itu pasti tidak fakir, sebab yang fakir tidak mungkin pergi haji. Kalupun
ada orang fakir bisa pergi haji, bagaimana pun cara mendapatkan hartanya, yang pasti
ketika dia bisa berangkat haji, maka saat itu dia bukan orang yang fakir.

Cara kedua, terkadang di antara hikmah bagi orang yang pergi haji itu bisa
mendapatkan motivasi untuk berkerja lebih giat. Sebab belum pernah ada orang yang
ketika pulang dari menunaikan ibadah haji lalu bilang sudah kapok. Selalu saja para
jemaah haji punya keinginan untuk kembali lagi. Dan keinginan itu memberi motivasi
untuk berkerja giat mencari rezeki lebih banyak.

2. Haji sebanding nilainya dengan jihad

Jihad fi sabilillah adalah salah satu ibadah yang amat istimewa dan berpahala besar.
Namun memang wajar apabila seorang berjihad mendapatkan karunia dan balasan yang
amat besar, mengingat berjihad itu sangat berat. Selain harus meninggalkan kampung
halaman, jauh dari anak dan istri, untuk berjihad juga dibutuhkan
kekuatan,kemampuan,keterampilan serta yang lebih penting adalah jihad membutuhkan
harta yang cukup banyak.

Banyak sahabat Rasulullah saw. yang menangis bercucuran air mata saat
dinyatakan tidak layak untuk ikut dalam jihad.

Di antara mereka yang teramat kecewa karena tidak bisa ikut berjihad lantaran
memang tidak punya syarat yang cukup adalah para wanita shahabiyah.

Allah Swt.memberikan salah satu keringanan berupa ibadah haji,yang nilainya


setara dengan berjihad di sisi Allah. Hal itu bisa pastikan dari apa yang diriwayatkan oleh
Aisyah ummul-mukminin radhiyallahuanha:

Dari Aisyah radhiyallahuanha berkata, "Wahai Rasulullah, kami melihat jihad


merupakan amalan yang paling utama, apakah kami (kaum wanita) tiada boleh
berjihad?" Rasulullah saw. menjawab, "Tidak, melainkan jihad yang paling utama dan
terbaik adalah haji, yaitu haji yang mabrur." (HR. Bukhari)

3
Hadits lainnya Rasulullah saw. bersabda,

"Jihadnya orang yang sudah tua, anak kecil dan wanita adalah haji dan umrah."
(HR. An-Nasa'i)

3. Balasan Surga

Salah satu keutamaan berhaji adalah janji untuk diberi balasan berupa surga.

Haji yang mabrur tidak ada balasan baginya kecuali surga. (HR. Bukhari dan
Muslim)

Hadits ini amat masyhur dan memang sahih karena diriwayatkan oleh Bukhari
dan Muslim. Barangkali hadits ini adalah hadits yang paling banyak dihafal oleh jemaah
haji di dunia ini. Selain pendek jadi mudah diingat, hadits ini juga tegas memastikan
bahwa ibadah haji yang dikerjakan dengan benar (mabrur) akan mendapat balasan berupa
surga. Sesungguhnya cukup satu hadits ini saja sudah bisa memberi motivasi kuat bagi
setiap muslim untuk menunaikan ibadah haji ke Baitullah.

4. Menghapus Dosa Seperti Bayi

Bayi yang baru lahir tentu tidak pernah punya dosa. Kalaupun bayi itu dipanggil Allah
Swt. pasti masuk surga.

Siapa yang tidak ingin menjadi seperti bayi kembali, hidup di dunia tanpa
menanggung dosa. Kalaupun Allah Swt. memanggil pulang kembali kepada-Nya, sudah
pasti tidak akan ada pertanyaan ini dan itu dari malaikat, karena bayi yang baru lahir
memang tidak punya dosa.

Orang yang melaksanakan ibadah haji dengan pasti disebutkan sebagai orang
yang tidak punya dosa, bagaikan bayi yang baru pertama kali dilahirkan ibunya ke dunia
ini. Dan yang mengatakan adalah Rasulullah saw. sendiri, langsung dari mulut beliau
yang mulia.

4
Siapa yang pergi haji dengan tidak mengucapkan kata-kata kotor dan tidak
berbuat kefasikan, maka ia pulang seperti saat ia dilahirkan oleh ibunya. (HR. Bukhari
dan Muslim)

5. Amal Terbaik

Dalam hadits lain disebutkan bahwa Nabi saw. pernah ditanya tentang amal apa yang
paling baik setelah iman dan jihad. Beliau saw. menjawab pasti bahwa ibadah itu adalah
melaksanakan ibadah haji ke Baitullah.

"Amalan apakah yang paling utama?" Nabi menjawab, "Iman kepada Allah dan
Rasul-Nya." Ditanya pula, "Lalu apa?" Beliau menjawab, "Jihad di jalan Allah." Beliau
ditanya lagi, "Kemudian apa?" Jawab beliau, "Haji mabrur."(HR. Bukhari dan Muslim)

6. Jemaah Haji Menjadi Tamu Allah

Inilah salah satu kehormatan yang hanya Allah Swt. berikan kepada para jemaah haji dan
juga jemaah umrah, yaitu mendapat gelar sebagai tamu-tamu Allah. Nabi saw. bersabda:

Artinya:

“Orang yang berhaji serta berumrah adalah tamu-tamu Allah. Allah


memanggil mereka, mereka pun memenuhi panggilan. Oleh karena itu, jika mereka
meminta kepada Allah pasti akan Allah beri.”1

Selain itu adapun beberapa keutamaan yang dapat di raih ketika kita menjalankan ibadah
umrah. Keutamaan tersebut banyak disebutkan dalam beberapa hadits yang shahih. Diantara
keutamaan ibadah umrah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Menghapus Dosa

Orang yang menjalankan ibadah umrah maka insyaAllah dosa-dosanya diampuni oleh
Allah SWT. Hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh Rasulullah SAW dalam hadits
shahih dibawah ini:

1
Ahmad Sarwat. “Ensiklopedia Fikih Indonesia Haji dan Umrah”.

5
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu berkata: Rasulullah SAW bersabda: Dari
satu umrah ke umrah yang lainnya menjadi penghapus dosa diantara keduanya. Dan haji
yang mabrur tidak ada balasan baginya kecuali surga. (HR. Bukhari dan Muslim)

2. Doanya Mustajab

Di antara keutamaan yang Rasulullah SAW janjikan untuk mereka yang mengerjakan
ibadah umrah adalah jika berdoa maka doanya mustajab atau dikabulkan, dan jika
meminta ampunan akan diberikan ampunan oleh Allah SWT.

Dasarnya adalah karena orang yang mengerjakan ibadah umrah tidak lain mereka
menjadi tamu Allah SWT. Maka sebagai 'tuan rumah', pastilah Allah SWT akan
memberikan pelayanan yang terbaik buat sang tamu. Dan pemberian yang terbaik adalah
berupa dikabulkannya doa serta diterimanya ampunan.

Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW yang tertera dalam kitab hadits :

Para jamaah haji dan umrah adalah tamu Allah. Allah memanggil mereka lalu
mereka pun menyambut panggilan-Nya; jika mereka meminta ampun kepada-Nya maka
Dia pun mengampuninya."(HR. Ibnu Majah).

Dan juga karena orang yang melakukan ibadah umrah itu termasuk orang yang
sedang dalam perjalanan (musafir) maka doanya sangat mustajab

Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW yang tertera dalam kitab hadits :

Ada 3 doa yang mustajab dan tidak ada keraguan lagi mengenai hal itu, yaitu:
Doanya orang yang terdzolimi, doanya orang dalam perjalanan (musafir) dan doa orang
tua untuk anaknya."(HR. Tirmidzi).

3. Umrah Ramadhan Berpahala Haji

Siapapun diantara yang melakukan ibadah umrah khusus pada bulan Ramadhan maka
dia seolah-olah mendapatkan pahala ibadah haji bersama Rasulullah SAW.

Dalam hal ini Imam An-Nawawi dalam kitab al- Majmu Syarh Al-Muhadzdzab
menyebutkan sebuah hadits shahih sebagai berikut:

6
"Dari sahabat Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma, Sesungguhnya Nabi SAW
bersabda: Umrah pada bulan Ramadhan pahalanya setara dengan haji atau setara
dengan haji bersamaku. (HR Bukhari & Muslim)".2

B. MACAM-MACAM HAJI DAN UMRAH


Ibadah haji terbagi menjadi tiga macam yaitu haji qiran, haji ifrad, dan haji tamattu,
adapun penjelasan mengenai beberapa macam haji ialah sebagai berikut:

1. Haji Qiran
- Pengertian Haji Qiran
Istilah Qiran kalau kita perhatikan secara bahasa (etimologi) bermakna:
Menggabungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Istilah Qiran oleh orang Arab juga
digunakan untuk menyebut tali yang digunakan untuk mengikat dua ekor unta menjadi
satu. Ats-Tsa’labi mengatakan: Tali tidaklah disebut qiran kecuali bila tali itu mengikat
dua ekor unta. Dan secara istilah haji qiran adalah Seseorang berihram untuk umrah
sekaligus juga untuk haji. Atau dengan kata lain, Haji Qiran adalah Seseorang berihram
dengan umrah pada bulan-bulan haji, kemudian memasukkan haji ke dalamnya sebelum
tawaf.
Maka seseorang dikatakan melaksanakan haji dengan cara Qiran adalah manakala
dia melakukan ibadah haji dan umrah digabung dalam satu niat dan gerakan secara
bersamaan, sejak mulai dari berihram.
Sehingga ketika memulai dari miqat dan berniat untuk berihram, niatnya adalah niat
berhaji dan sekaligus juga niat berumrah. Kedua ibadah yang berbeda, yaitu haji dan
umrah, digabung dalam satu praktik amal.

- Dalil
Praktik menggabungkan ibadah haji dengan ibadah umrah dibenarkan oleh
Rasulullah Saw. berdasarkan hadits Nabawi berikut ini yang artinya:
Aisyah radiallahu ‘anha berkata: “Kami berangkat bersama Nabi Saw. pada
tahun Haji Wada’ (perpisahan). Di antara kami ada yang berihram untuk umrah,
ada yang berihram untuk haji dan umrah dan ada pula yang berihram untuk haji.
Sedangkan Rasulullah Saw. berihram untuk haji. Adapun orang yang berihram
2
Muhammad Ajib,Lc.MA. “Fikih Umrah”.

7
untuk haji atau menggabungkan haji dan umrah maka mereka tidak bertahallul
sampai hari nahar (tanggal 10 Zulhijjah).” (HR. Bukhari)

- Prinsip Qiran
 Cukup Satu Pekerjaan untuk Dua Ibadah
Jumhur ulama termasuk di dalamnya pendapat Ibnu Umar radhiyallahuanhu,
Jabir, Atha’, Thawus, Mujahid, Ishak, Ibnu Rahawaih, Abu Tsaur, dan Ibnul
Mundzir, menyebutkan karena Qiran ini adalah ibadah haji sekaligus umrah,
maka dalam praktiknya cukup dikerjakan satu ritual saja, tidak perlu dua kali.3
Tidak perlu melakukan dua kali ritual tawaf dan tidak perlu melakukan dua kali
ritual sa’i, juga tidak perlu melakukan dua kali ritual bercukur. Semua dilakukan
satu ritual saja, dan sudah dianggap sebagai dua pekerjaan ibadah sekali gus,
yaitu haji dan umrah.
Petunjuk langsung dari Rasulullah saw. lewat hadits Aisyah r.a.
“mereka yang menggabungkan antara haji dan umrah (Qiran) cukup melakukan
satu kali tawaf saja.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Dari haji Qiran itulah yang dilakukan langsung oleh Aisyah r.a. dan
Rasulullah saw. menegaskan bahwa cukuf melakukan tawaf dan sa’i sekali saja
untuk haji dan umrah.
“Cukup bagimu satu kali tawaf dan sa’i antara Shafa dan Marwah untuk haji
dan umrahmu.” (H.R. Muslim)
Bahkan ada hadits yang menyebutkan bahwa Rasulullah sw. Sendiri saat
berhaji, juga berhaji dengan Haji Qiran.
“Dari Jabir bahwa Rasulullah saw. menggabungkan haji dan umrah, lalu
melakukan satu kali tawaf untuk haji dan umrah. (H.R. Tirmizi)
 Dua Niat: Umrah dan Haji
Yang harus dilakukan hanyalah berniat untuk melakukan dua ibadah sekaligus
dalam satu ritual. Kedua niat itu ditatapkan pada saat sebelum memulai ritual
berihram di posisi masuk miqat makani.

3
Ahmad Sarwat. “Ensiklopedia Fikih Indonesia Haji dan Umrah”.

8
- Syarat Qiran
 Berihram haji sebelum rusaknya umrah
Seorang yang melaksanakan haji Qiran yang datang ke Mekkah dengan
melakukan umrah dan berihram dengan ihram umrah, lalu ia ingin
menggabungkan ihramnya itu dengan ihram haji, maka sebelum selesai
umrahnya itu, dia harus sudah menggabungkannya dengan haji.
Mazhab Al-Hanafiyah menyebutkan bahwa sebelum selesainya umrah adalah
syarat sahnya Haji Qiran.
Mazhab Asy-Syafi’iyah menambahkan syarat bahwa ihram itu harus dilakukan
setelah masuk bulan-bulan haji, yaitu setidaknya setelah bulan syawal.
 Menjaga umrah dan haji dari kerusakan
Orang yang berhaji dengan cara haji Qiran wajib menjaga ihram umrah dan
hajinya itu dari kerusakan. Hingga sampai ke hari-hari puncak haji.
Tidak diperbolehkan untuk melepaskan kain ihramnya atau melakukan larangan-
larangan berihram. Artinya, sejak tiba di Mekkah maka di terus-menerus
berihram sampai selesai semua ritual ibadah haji.
 Bukan penduduk masjidil haram
Dalam pandangan Mazhab Al-Hanafiyah, Haji Qiran tidak berlaku bagi mereka
yang menjadi penduduk Mekkah, atau setidaknya tinggal atau menetap di sana.
Haji Qiran hanya berlaku bagi mereka yang tinggal selain di Mekkah, baik
masih warga negara Saudi Arabia maupun dari negara lainnya.
Sedangkan dalam pendapat jumhur ulama, penduduk Mekkah boleh saja berhaji
Qiran dan hukum hajinya sah. Hanya saja, untuk penduduk Mekkah apabila
mereka melaksanakan haji Qiran, tidak ada kewajiban menyembelih hewan
sebagai dam. Menyembelih hewan ini hanya berlaku bagi penduduk selain
Mekkah yang melaksanakan haji Qiran.
Perbedaan pendapat tersebut karena adanya perbedaan penafsiran dari ayat Al-
Qur’an berikut ini:
“Yang demikian itu berlaku bagi orang –orang yang keluarganya tidak berada
di Masjidilharam.” (QS. Al-Baqarah: 96)

9
Jumhur ulama mengatakan bahwa kata dzalika dalam ayat ini adalah kata
tunjuk (ism isyarah), yang terkait dengan ayat yang menunjukkan kewajiban
mereka untuk menyembelih hewan.
“Apabila kamu telah aman, maka bagi yang ingin bersenang-senang
mengerjakan umrah sebelum haji, hewan kurban yang mudah didapat. Tetapi
jika ia tidak menemukan, maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji dan
tujuh hari apabila kamu telah pulang kembali. (QS. Al-Baqarah: 196)
 Tidak boleh terlewat haji
Seorang yang melaksanakan haji Qiran maka dia wajib menyelesaikan ibadah
hajinya hingga tuntas, tidak boleh terlewat.
2. Haji Ifrad
- Pengertian
Dari segi bahasa, kata ifrad adalah bentuk masdar dari dari akar kata afrada yang
bermakna menjadikan sesuatu itu sendiri, atau memisahkan sesuatu yang brgabung
menjadi sendiri-sendiri. Ifrad ini secara bahasa merupakan lawan dari kata Qiran
yang berarti menggabungkan.4
Dalam istilah ibadah haji, ifrad berarti memisahkan antara ritual ibadah haji dari
ibadah umrah. Sehingga ibadah haji yang dilakukan tidak sama atau bercampur
dengan ibadah umrah. Sederhananya, orang yang yang berhaji dengan cara ifrad
adalah orang yang hanya mengerjakan ibadah haji tanpa ibadah umrah. Jika
seseorang yang melaksanakan ibdah haji ifrad ini dan hendak melaksanakan umrah,
bisa saja, tetapi setelah selesai semua rangkaian ibadah hajinya.

- Prinsip Ifrad
 Tidak perlu denda
Haji Ifrad adalah satu-satunya bentuk berhaji yang tidak mewajibkan denda
membayar dam dalam bentuk ritual menyembelih kambing. Berbeda dengan
Tamattu’ dan Qiran, yang mana keduanya mewajibkan dam.

4
Lihat Lisanul Arab pada Madah Farada

10
3. Haji Tamattu’
- Pengertian
Istilah Tamattu’ berasal dari al-mata’ yang artinya kesenangan. Dalam Al-Qur’an
Allah berfirman:
“Dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi dan tempat kesenangan hiup
sampai waktu yang ditentukn.” (QS. Al- Baqarah: 36)
Dan kata tamattu’ artinya bersenang-senang, sebagaimana disebut dalam Al-
Qur’an:
“Apabila kamu telah aman, maka bagi yang ingin bersenang-senang
mengerjakan haji, hewan kurban mudah didapat. Tetapi jika ia tidak menemukan,
maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa hajinya dan tujuh hari apabila telah
pulang kembali.” (QS. Al-Baqarah: 196)
Sedangkan secara istilah haji Tamattu’ adalah berangkat ke tanah suci di dalam
bulan haji, lalu berihram dari miqat dengan niat melaksanakan ibadah umrah, bukan
haji, lalu sesampai di Mekkah menyelesaikan ihram umrahnya dan berdiam di Kota
Mekkah bersenang-senang, sambil menunggu datangnya hari Arafah untuk
melaksanakan ritual ibadah haji. Sehingga haji tamattu’ yaitu memisahkan antara
ritual ibadah haji dan ibadah umrah.
Sekilas Tamattu’ dan Qiran terlihat sama yaitu memisahkan antara haji dengan
umrah, tapi sesungguhnya keduanya sangat berbeda. Dalam pelaksanaan haji
Tamattu’ maupun haji Qiran, jama’ah haji sama-sama melakukan umrah dan haji,
hanya saja urutannya yang berbeda. Haji Tamattu’ mengerjakan umrah terlebih
dahulu lalu mengerjakan ibadah haji.
Dikatakan Tamattu’ yang berarti bersenang-senang karena dalam praktiknya
dianggap lebih mudah dibanding dengan haji lainnya. Contoh kasusnya yaitu ketika
melaksanakan haji Ifrad dan bulan-bulan haji jatuh pada saat musim dingin.
Terkhusus untuk laki-laki yang hanya mengenakan dua lembar handuk dan tanpa
pakaian dalam selama berminggu-minggu. Tentunya mereka akan merasakan ketidak
nyamanan dalam beribadah, terlebih lagi mereka harus melawan hawa yang begitu
dingin, dan juga harus menhan diri dari segala larangan haji, dan tentunya itu adalah
hal yang tidak mudah.

11
Berbeda halnya dengan haji Tamattu’ yang dianggap lebih mudah
pelaksanaanya, yaitu saat tiba di Kota Mekkah dan telah selesai melaksanakan
rangkaian ibadah haji, maka ia tidak harus dalam kondisi ihram untuk menunggu hari
Arafah untuk melaksanakan ibadah haji. Itulah sebabnya haji ini disebut sebagai haji
yang bersenang-senang.

- Denda Tamattu’
Di dalam Al-Qur’an Allah swt. menegaskan bahwa Haji Tamattu’ mewajibkan
pelakunya untuk membayar dam. Kata dam berarti darah, yaitu membayar denda
dengan cara mengalirkan darah hewan atau menyembelih hewan kurban. Bila tidak
mau atau tidak mampu melakukannya, boleh diganti dengan berpuasa 3 hari saat
mengerjakan ibadah haji dan 7 hari ketika sampai di Tanah Air.
“Apabila kamu telah aman, maka bagi yang ingin bersenang-senang
mengerjakan umrah sebelum haji, hewan kurban yang mudah didapat. Tetapi jika ia
tidak menemukan, maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari
apabila kamu telah pulang kembali. Itulah sepuluh yang sempurna. Demikian itu
bagi orang-orang yang keluarganya tidak berada di Masjidilharam. Dan
bertaqwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksa-Nya”
(QS. Al-Baqarah: 196)
Selain macam-macam haji, umrah juga terbagi menjadi dua macam yaitu umrah
mufradah dan umrah tamttu’. Adapun penjelasan mengenai beberapa macam umrah ialah
sebagai berikut:

1. Umrah Mufradah (Umrah yang terpisah dari haji)


Umrah mufradah secara bahasa berarti “umrah saja”. Umrah mufradah adalah umrah
yang dikerjakan secara terpisah, tidak ada kaitannya dengan ibadah haji, waktunya pun
tidak terkait, dapat dikerjakan sepanjang tahun atau kapan saja, dapat dikerjakan selama
ada kemauan dan kemampuan serta taufik Allah ta’ala.
Umrah mufradah bisa juga dikerjakan pada bulan-bulan haji, tetapi tidak
dihubungkan dengan haji tamattu’. Menurut Imamiyah, waktu yang paling utama adalah
bulan Rajab. Menurut mazhab lain, adalah bulan Ramadhan. Niat umrah mufradah dan
bacaan talbiyah yang diucapkan pada awal ihram, yaitu:

12
2. Umrah Tamattu’ (Umrah yang bersama haji)
Orang yang beribadah haji harus melaksanakan umrah terlebih dahulu, kemudian
melakukan amalan haji pada satu kali perjalanan, sebagaimanayang dilakukan oleh para
Jemaah haji yang datang berbagai negara yang jauh dari Mekah al-Mukarramah.
Waktunya adalah bulan-bulan haji, yaitu: Syawwal, Dzulqa’dah, dan Dzulhijjah, menurut
kesepakatan ulama mazhab. Namun mereka berbeda pendapat tentang bulan Dzulhijjah:
apakah satu bulan penuh termasukbulan haji, atau sepertiga pertama. Menurut orang yang
mengatakan bahwa umrah itu wajib, gugurlah kewajiban itu jika telah melakukan umrah
yang bersama atau terpadu dengan haji. Adapun niat umrah tamattu’ dan bacaan talbiyah
yang diucapkan pada awal ihram, yaitu:
Perbedaan antara umrah mufradah dengan umrah tamattu’, yaitu:
1. Tawafnya wanita pada umrah mufradah hukumnya wajib, tetapi pada umrah tamattu’
tidak wajib.
2. Waktu umrah tamattu’ dimulai dari Syawal, sampai pada hari kesembilan bulan
Dzulhijjah. Sedangkan waktu umrah mufradah adalah sepanjang waktu.
3. Orang yang melakukan umrah tamattu’ (hanya dibolehkan memendekkan rambutnya
saja sedangkan orang yang melakukan umrah mufradah boleh memilih antara
memendekkan atau mencukur rambutnya.
4. Umrah tamattu’ dan haji terjadi dalam satu tahun, sedangkan umrah mufradah tidak.5

C. RUKUN HAJI DAN UMRAH


Rukun haji atau umrah adalah kegiatan-kegiatan yang apabila tidak dikerjakan, maka
haji atau umrahnya dianggap batal. Berbeda dengan wajib haji dan umrah, wajib adalah
suatu perbuatan yang perlu dikerjakan, namun wajib Haji ini tidak menentukan sah nya
suatu ibadah haji, apabila wajib haji tidak dikerjakan maka wajib digantinya dengan dam
(denda). Rukun haji ada enam, yaitu:

a. Ihram (Berniat)
Ihram adalah berniat mengerjakan Haji atau Umrah bahkan keduanya sekaligus, Ihram
wajib dimulai miqatnya, baik miqat zamani maupun miqat makani. Sunnah sebelum
5
Muhammad Jawad Mughniyah. “Fiqih Lima Mazhab”.

13
memulai ihram diantarnya adalah mandi, menggunakan wewangian pada tubuh dan rambut,
mencukur kumis dan memotong kuku. Untuk pakaian ihram bagi laki-laki dan perempuan
berbeda, untuk laki-laki berupa pakaian yang tidak dijahit dan tidak bertutup kepala,
sedangkan perempuan seperti halnya shalat (tertutup semua kecuali muka dan telapak
tangan).
b. Wukuf (Hadir) di Arafah
Waktu wukuf adalah tanggal 9 dzulhijjah pada waktu dzuhur, setiap seorang yang Haji
wajib baginya untuk berada di padang Arafah pada waktu tersebut. Wukuf adalah rukun
penting dalam Haji, jika wukuf tidak dilaksanakan dengan alasan apapun, maka Hajinya
dinyatakan tidak sah dan harus diulang pada waktu berikutnya. Pada waktu wukuf
disunnahkan untuk memperbanyak istighfar, zikir, dan doa untuk kepentingan diri sendiri
maupun orang banyak, dengan mengangkat kedua tangan dan menghadap kiblat.
c. Tawaf Ifadah
Tawaf ifadah adalah mengelilingi Kakbah sebanyak 7 kali dengan syarat: suci dari hadas
dan najis baik badan maupun pakaian, menutup aurat, kakbah berada di sebelah kiri orang
yang mengelilinginya, memulai tawaf dari arah hajar aswad (batu hitam) yang terletak di
salah satu pojok di luar Kakbah. Macam-macam tawaf itu sendiri ada lima macam yaitu:
1) Tawaf qudum adalah tawaf yang dilakukan ketika baru sampai di Mekah.
2) Tawaf ifadah adalah tawaf yang menjadi rukun haji.
3) Tawaf sunah adalah tawaf yang dilakukan semata-mata mencari rida Allah.
4) Tawaf nazar adalah tawaf yang dilakukan untuk memenuhi nazar.
5) Tawaf wada adalah tawaf yang dilakukan sebelum meninggalkan kota Mekah
d. Sa’i
Sa’i adalah lari-lari kecil atau jalan cepat antara Safa dan Marwa ( QS-Al Baqarah: 158).
Syarat-syarat sa’i adalahsebagai berikut.
1) Dimulai dari bukit Safa dan berakhir dibukit Marwa.
2) Dilakukan sebanyak tujuh kali.
3) Melakukan sa’i setelah tawaf qudum.
e. Tahalul

14
Tahalul adalah mencukur atau menggunting rambut sedikitnya tiga helai. Pihak yang
mengatakan bercukur sebagai rukun haji,beralasan karena tidak dapat diganti dengan
penyembelihan.
f. Tertib.
Tertib maksudnya menjalankan rukun haji secara berurutan.6

Lain dengan halnya rukun umrah berbeda dengan rukun haji, yang membedakan rukun
umrah yaitu umrah tidak ada rukun Wukuf di padang Arafah. Pelaksanaan Wukuf hanya
dilakukan saat melaksanakan ibadah haji saja.

6
KEMENAG. “Tuntunan Manasik Haji dan Umrah”

15
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari makalah keutamaan, macam-macam, dan rukun haji & umrah,
yaitu:
 Keutamaan yang didapatkan saat ibadah haji yaitu; menghindarkan dari kefakiran,
menghapus dosa seperti bayi yang baru lahir, dinilai sebagai jihad, haji mabrur balasanya
adalah surge, dan menjadi tamu Allah SWT.
 Keutamaan yang di daptkan saat ibadah umrah yaitu; menghapus dosa, doanya mustajab,
dan umrah dibulan Ramadhan bernilai haji.
 Ibadah haji terbagi menjadi tiga, yaitu; qiran, ifrad, dan tamattu’.
 Ibadah umrah terbagi menjadi dua, yaitu; umrah mufradah dan umrah tamattu’.
 Rukun ibadah haji adalah ihram, wukuf, tawaf, sa’i, tahallul, dan tertib. Lain dengan
halnya rukun umrah berbeda dengan rukun haji, yang membedakan rukun umrah yaitu
umrah tidak ada rukun Wukuf di padang Arafah. Pelaksanaan Wukuf hanya dilakukan
saat melaksanakan ibadah haji saja.

B. SARAN
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna maka dari itu dibutuhkan pendalaman dan
penjelasan materi yang lebih luas. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan
pedoman pada banyak sumber yang dapat pertanggung jawaban. Maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan diatas.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ajib, Muhammad.2019.Fiqih Umroh. Jakarta: Katalog Dalam Terbitan

Mughniyah, Muhammad Jawad.2011.Fiqih Lima Mazhab.Jakarta: Lentera

Sarwat, Ahmad.2019. ENSIKLOPEDIA FIKIH INDONESIA 6: Haji dan Umrah. Jakarta:


Gramedia Pustaka Utama

17

Anda mungkin juga menyukai