Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

HAJI
Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqih

Disusun oleh :
Kelompok 5
1. Elsa Sari : 2251010229
2. Fauzi Khoiril Anwari : 2251010233
3. Mawar Ambar Wati : 2251010097
4. Raudhah Shalsabilah : 2251010301

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah Ilmiah yang berjudul “Fiqih” .
Makalah ilmiah ini diajukan guna memenuhi nilai tugas mata kuliah Fiqih Jurusan
Ekonomi Syariah di Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.
Kami selaku penulis juga menyadari bahwa adanya kekurangan pada makalah kami. Oleh
karena itu, kami sebagai tim penulis sangat terbuka dengan saran dan kritik pembaca yang
bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini . Dan juga kami sebagai tim penulis
berharap semoga pemikiran-pemikiran tim penulis yang kami tuangkan lewat tulisan ini dapat
memberikan pengetahuan tentang haji.
Demikian makalah ini kami susun, bila ada kata-kata yang salah dalam penyusunan
makalah ini kami memohon maaf yang sebesar-besarnya.

Bandar Lampung, 26 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................................
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB I..................................................................................................................................
PENDAHULUAN..............................................................................................................
A. Latar Belakang................................................................................................................
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................
C. Tujuan Pembahasan........................................................................................................
BAB II ................................................................................................................................
PEMBAHASAN.................................................................................................................
A. Pengertian Haji...............................................................................................................
B. Macam-Macam Haji.......................................................................................................
C. Hukum Haji.....................................................................................................................
D. Syarat dan Rukun Haji....................................................................................................
E. Hikmah Haji....................................................................................................................
BAB III...............................................................................................................................
PENUTUP..........................................................................................................................
A. Kesimpulan.....................................................................................................................
B. Saran...............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Haji merupakan rukun Islam yang kelima yang diwajibkan bagi seorang Muslim sekali
sepanjang hidupnya bagi yang mampu melaksanakanya, Setiap perbuatan dalam ibadah haji
sebenarnya mengandung rahasia, contoh seperti ihrom sebagai upacara pertama maksudnya
adalah bahwa manusia harus melepaskan diri dari hawa nafsu dan hanya mengahadap diri
kepada Allah Yang Maha Agung. Memperteguh iman dan takwa kepada allah SWT karena
dalam ibadah tersebut diliputi dengan penuh kekhusyu'an, Ibadah haji menambahkan jiwa tauhid
yang tinggi
Ibadah haji adalah sebagai tindak lanjut dalam pembentukan sikap mental dan akhlak
yang mulia. Ibadah haji adalah merupakan pernyataan umat islam seluruh dunia menjadi umat
yang satu karena memiliki persamaan atau satu akidah. Memperkuat fisik dan mental, kerena
ibadah haji maupun umrah merupakan ibadah yang berat memerlukan persiapan fisik yang kuat,
biaya besar dan memerlukan kesabaran serta ketabahan dalam menghadapi segala godaan dan
rintangan. Ibadah haji Menumbuhkan semangat berkorban, baik harta, benda, jiwa besar dan
pemurah, tenaga serta waktu untuk melakukannya.
Dengan melaksanakan ibadah haji bisa dimanfaatkan untuk membangun persatuan dan
kesatuan umat Islam sedunia. Ibadah haji merupakan muktamar akbar umat islam sedunia, yang
peserta-pesertanya berdatangan dari seluruh penjuru dunia dan Ka'bahlah yang menjadi simbol
kesatuan dan persatuan.

B. RUMUSAN MASALAH
1.    Apakah definisi dari haji ?
2.    Apa saja macam- macam haji ?
3.    Bagaimana hukum haji ?
4.    Apa syarat dan rukun haji ?
5.    Apa saja yang hikmah dari ibadah haji ?

C. TUJUAN PEMBAHASAN
1.      Mengetahui definisi dari ibadah haji.
2.      Mengetahui macam-macam dari ibadah haji.
3.      Mengetahui hukum haji.
4.      Mengetahui syarat dan rukun haji.
5.      Mengetahui hikmah dari ibadah haji.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Haji
Arti kata haji berasal dari bahasa Arab hajja-yahujju-hujjan, yang berarti qoshada, yakni
bermaksud atau berkunjung. Sedangkan dalam istilah agama, haji adalah sengaja berkunjung ke
Baitullah Al-Haram (Ka’bah) di Makkah Al-Mukarromah untuk melakukan serangkaian amalan
yang telah diatur dan ditetapkan oleh Allah SWT sebagai ibadah dan persembahan dari hamba
kepada Tuhan.1 Haji adalah sengaja mengunjungi Baitullah untuk melakukan serangkaian ibadah
ditempat-tempat tertentu pada waktu tertentu dan cara-cara tertentu dengan mengharap ridha
Allah SWT. Tempat-tempat tertentu yang dimaksud adalah ka’bah di Makkah, Shafa dan
Marwa, Muzdalifah, dan Arafah. Sedangkan aktivitas tertentunya adalah ihram, thawaf, sa’i, dan
wukuf di Arafah. Sementara waktu tertentunya adalah bulan Syawwal, Dzul Qa’dah, dan 10 hari
pertama Dzulhijjah.2 Dari berbagai penjelasan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa haji
adalah sengaja mengunjungi Baitullah (Ka’bah) untuk mengerjakan ibadah dengan cara, tempat,
dan dalam waktu tertentu.

B. Macam-Macam Haji
a. Haji Tamattu’
Haji tamattu’ adalah melaksanakan ibadah umrah terlebih dahulu berniat ihram untuk
umrah di miqatnya pada bulan bulan haji. Setelah selesai melaksanakan rangkaian ibadah
umrah, dan tahallul (memotong rambut atau menghabisinya) dari ihram. Kemudian untuk
hajinya berihram di Mekkah pada tanggal 8 Dzulhijjah , sehingga jarak waktu beberapa
hari antara umrah dan hajinya. dan setelah itu baru melakukan ibadah haji. 3 Jenis haji ini
biasanya dilaksanakan oleh jamaah haji Indonesia karena dianggap lebih mudah dari pada
haji ifrad dan haji qiran.
b. Haji Ifrad
Haji ifrad ini adalah kebalikan dari haji tamattu’, yaitu dengan mengerjakan haji terlebih
dahulu lalu mengerjakan umrah. Jamaah yang melaksanakan haji ini tidak diwajibkan
1
Djamaluddin Dimjati, Panduan Ibadah Haji dan Umroh Lengkap, (Solo: PT Era Adicitra Intermedia, 2011), h. 3.
2
Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Ibadah, (Jakarta: Amzah, 2009), h. 482.
3
Umi Aqilla, Buku Pintar Tuntunan Haji & Umrah, (Jakarta: Al-Magfirah, 2012), h. 27.
membayar dam4. Pelaksanaan haji dengan cara ifrad ini menjadi pilihan bagi jamaah haji
Indonesia gelombang II yang datang ke Makkah sudah mendekati waktu wukuf.
Setibanya di Makkah langsung melaksanakan Thawaf Qudum. Setelah Thawaf Qudum
selesai, boleh dilanjutkan dengan Sa’i. Bila dilanjut dengan Sa’i, maka sa’inya sudah
termasuk sa’i haji, sehingga pada waktu Thawaf Ifadhah kelak, tidak perlu sa’i lagi.
Setelah Thawaf Qudum usai, baik berlanjut dengan sa’i atau tidak, jangan diakhiri
dengan potong rambut, karena bisa terkena dam. Untuk kegiatan selanjutnya, baik berupa
amalan perbuatan maupun bacaan pada pelaksanaan haji ifrad ini sejak dari Wuquf
sampai selesai, sama dengan pelaksanaan haji tamattu’. Setelah selesai melaksanakan
seluruh rangkaian ibadah haji dengan baik dan kembali ke Maktab untuk beristirahat
secukupnya, selanjutnya bersiap-siap untuk melaksanakan ibadah umrah. Masuk Masjidil
Haram lalu mengerjakan thawaf umrah dengan sunnah-sunnahnya. Sa’i dan diakhiri
dengan Tahallul. Dengan potong rambut tersebut, berarti selesailah seluruh rangkaian
ibadah umrah dan sudah bertahallul, sehingga semua larangan sudah tidak berlaku lagi.5
c. Haji Qiran
Haji qiran adalah niat melaksanakan ihram untuk umrah dan haji secara bersamaan sejak
dari miqat atau niat ihram untuk umrah lalu memasukkan niat untuk haji sebelum
memulai tawaf umrah. Jadi, orang yang berhaji tetap dalam keadaan ihram sampai
melempar jumrah pada 10 Dzulhijah lalu mencukur rambut. Pelaksanaan ibadah haji
dengan cara qiran adalah pelaksanaan ibadah haji dan ibadah umrah bersama-sama. 6 Bagi
yang memilih cara haji qiran ini, dia terkena peraturan untuk membayar dam, berupa
menyembelih seekor kambing (dam nusuk).7 Setibanya di Makkah langsung melakukan
Thawaf Qudum, boleh dilanjutkan dengan Sa’i atau tanpa Sa’i. Bila diteruskan dengan
Sa’i, maka Sa’i tersebut dihitung sebagai Sa’i untuk haji dan umrah, sehingga pada saat
Thawaf Ifadhah nanti tidak perlu Sa’i lagi. Jika tanpa Sa’i, nanti pada saat Thawaf
Ifadhah harus diikuti dengan Sa’i. Selesai Thawaf Qudum tidak boleh bertahallul. Untuk
kegiatan selanjutnya yang berupa amal perbuatan maupun bacaan, pada pelaksanaan haji
qiran ini, sejak dari Wuquf sampai selesai sama dengan pada pelaksanaan haji tamattu’8.
4
M. Ali Nursidi, dkk., (ed.), Segala Hal..., h. 19.
5
Djamaluddin Dimjati, Panduan Ibadah..., h. 61.
6
Djamaluddin Dimjati, Panduan Ibadah..., h. 25
7
Djamaluddin Dimjati, Panduan Ibadah..., h. 64
8
Djamaluddin Dimjati, Panduan Ibadah..., h. 64.
C. Hukum Haji
Ulama sepakat bahwa ibadah haji hukumnya wajib ‘ain bagi yang mampu.
Allah Ta’ala berfirman,

ِ ‫اس ِحجُّ ْالبَ ْي‬


‫ت َم ِن ا ْستَطَا َع ِإلَ ْي ِه َسبِياًل َو َم ْن َكفَ َر فَِإ َّن هَّللا َ َغنِ ٌّي‬ ِ َّ‫َوهَّلِل ِ َعلَى الن‬
mَ ‫َع ِن ْال َعالَ ِم‬
‫ين‬
“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup
mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barang siapa mengingkari (kewajiban haji), maka
sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam” (QS. Ali
Imran: 97).
Bahkan, ibadah haji adalah salah satu rukun Islam. Dari Abdullah bin
‘Umar radhiallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

، ِ ‫س َشهَا َد ِة َأ ْن الَ ِإلَهَ ِإالَّ هَّللا ُ َوَأ َّن ُم َح َّم ًدا َرسُو ُل هَّللا‬
ٍ ‫م َعلَى َخ ْم‬mُ َ‫بُنِ َى اِإل ْسال‬
‫ان‬
َ ‫ض‬ َ ‫ص ْو ِم َر َم‬ َ ‫ َو‬، ‫ َو ْال َح ِّج‬، ‫ َوِإيتَا ِء ال َّز َكا ِة‬، ‫صالَ ِة‬
َّ ‫َوِإقَ ِام ال‬

“Islam dibangun di atas lima perkara: bersaksi tidak ada sesembahan yang berhak disembah
selain Allah dan mengaku Muhammad adalah utusan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan
zakat, berhaji, dan berpuasa di bulan Ramadhan” (HR. Bukhari no. 8 dan Muslim no. 16).
Sampai sebagian ulama, seperti Al Hasan Al Bashri, Nafi’, Ibnu Habib Al Maliki, menganggap
kafirnya orang yang tidak berhaji padahal mampu. Salah satu dalil mereka adalah riwayat dari
Umar bin Khathab radhiallahu ‘anhu, beliau mengatakan,

‫ فلم ي ُح َّج فسوا ٌء عليه مات يهوديًّا أو نصرانيًّا‬،َّ‫ق الحج‬


َ ‫َمن أطا‬
“Barangsiapa yang mampu berhaji namun tidak berangkat haji, maka sama saja apakah ia mati
sebagai orang Yahudi atau sebagai orang Nashrani” (HR. Ibnu Katsir dalam Tafsir-nya, 1: 387,
dishahihkan Hafizh Al Hakami dalam Ma’arijul Qabul, 2: 639).
Perkataan semisal ini juga diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib dan Abu
Hurairah radhiallahu ‘anhuma. Namun, riwayat ini tidak secara tegas menunjukkan kafirnya
orang yang tidak menunaikan ibadah haji. Oleh karena itu, jumhur ulama tidak menganggap
kafir orang yang tidak berhaji padahal mampu. Dan ini adalah kesepakatan para sahabat Nabi.
Abdullah bin Syaqiq Al ‘Uqaili rahimahullah mengatakan,

‫لم يكن أصحاب النبي صلى هللا عليه وسلم يرون شيئا من األعمال تركه‬
‫كفر غير الصالة‬

“Dahulu para sahabat Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam tidak memandang ada amalan


yang bisa menyebabkan kekufuran jika meninggalkannya, kecuali shalat” (HR. At Tirmidzi no.
2622, dishahihkan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi).

D. Syarat dan Rukun Haji


Syarat Haji
Adapun syarat-syarat haji sebagai berikut:
a. Islam. Setiap dari kita (orang Islam) berkewajiban untuk menunaikan ibadah haji jika
telah terpenuhi semua persyaratan-persyaratannya. Dan jelas pula bahwa orang non
Muslim tidak berkewajiban untuk menunaikan ibadah haji, sehingga jika ada di antara
mereka yang ikut melaksanakan ibadah haji, maka ibadah haji mereka dianggap tidak
sah.
b. Berakal. Artinya, setiap orang muslim yang waras, tidak mengalami gangguan mental
dan kejiwaan, maka ia berkewajiban untuk menunaikan ibadah haji.
c. Dewasa (baligh). Dengan demikian anak kecil (belum baligh) yang diajak bersama oleh
orang tuanya untuk menunaikan ibadah haji, maka kewajiban ibadah haji tersebut belum
gugur atas dirinya. Sehingga ia tetap berkewajiban untuk menunaikannya saat ia telah
memasuki masa akil baligh nanti.9

9
M. Hamdan Rasyid, Agar Haji & Umrah Bukan Sekedar Wisata, Editor: Kartini dan Susanti, (Depok: Zhita Press,
2011), Cet. I, h. 25-26.
d. Mampu. Yang meliputi: ketersediaan alat transportasi, bekal, keamanan jalur perjalanan,
dan kemampuan tempuh perjalanan.10
e. Merdeka. Seorang budak tidak wajib melakukan ibadah haji karena ia bertugas
melakukan kewajiban yang dibebankan tuannya. Disamping itu, budak termasuk orang
yang tidak mampu dari segi biaya, waktu dan lain-lain. 11
Jadi syarat haji ada lima, yaitu Islam, berakal, baligh (dewasa), mampu, dan merdeka.
Jika syarat-syarat tersebut telah terpenuhi, maka Bismillah, mantapkan niat untuk berkunjung
ke Baitullah.
Rukun dan Wajib Haji
Rukun haji adalah kegiatan yang harus dilakukan dalam ibadah haji. Jika tidak dikerjakan,
maka hajinya tidak sah. Sedangkan wajib haji adalah kegiatan yang harus dilakukan pada
saat ibadah haji, yang jika tidak dikerjakan, maka penunai haji harus membayar dam
(denda).12 Rukun haji ada enam, yaitu ihram, wukuf di Arafah, thawaf ifadhah, sa’i, tahallul,
dan tertib. Berikut penjelasan masing-masing rukun tersebut;
1. Ihram. Berihram adalah niat memasuki aktivitas melaksanakan ibadah haji atau
umrah pada waktu dan tempat serta cara tertentu.13
2. Wukuf di Arafah. Waktu wukuf bermula dari saat tergelincirnya matahari (masuknya
waktu dzuhur) tanggal 9 Dzulhijjah hingga terbitnya fajar hari berikutnya.14
3. Tawaf ifadhah. Thawaf ifadhah adalah mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali
putaran.15
4. Sa‟i. Sa’i adalah berlari-lari kecil di antara bukut Shafa dan bukit Marwah.16
5. Tahallul. Tahallul adalah mencukur rambut atau memotong rambut kepala minimal
tiga helai.17
6. Tertib. Tertib adalah mengerjakan rukun-rukun haji secara urut mulai dari thawaf
sampai tahallul.18
10
Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Ibadah, h. 503.
11
Ahmad Abdul Madjid, Seluk Beluk Ibadah Haji dan Umrah, (Surabaya: Mutiara Ilmu, 1993), h. 24.
12
Moch. Syarif Hidayatullah, Buku Pintar Ibadah Tuntunan Lengkap Semua Rukun Islam, (Jakarta: Suluk, 2011), Cet.
I, h. 215 & 233.
13
M. Quraish Shihab, Haji dan Umrah Bersama M. Quraish Shihab, (Tangerang: Lentera Hati, 2012), h. 227
14
M. Quraish Shihab, Haji dan ..., h. 229.
15
Moch. Syarif Hidayatullah, Buku Pintar..., h. 224
16
Moch. Syarif Hidayatullah, Buku Pintar..., h. 228
17
M. Hamdan Rasyid, Agar Haji ..., h. 29.
18
Moch. Syarif Hidayatullah, Buku Pintar..., h. 233
Adapun wajib haji ada lima, yaitu berihram di miqat, mabit di Muzdalifah, mabit di
Mina, melontar jumrah, dan thawaf wada’. Berikut penjelasannya:
1) Berihram di miqat. Calon haji harus memulai niatnya dan dari titik awal tempat
itu yang berniat melaksanakan haji/umrah sudah harus memakai pakaian ihram.
Yalamlam adalah tempat berihram calon jamaah haji yang datang dari arah
Indonesia bila ia langsung akan menuju ke Makkah dan Bir Ali adalah tempat
berihram calon jamaah haji yang datang dari arah Indonesia menuju ke Madinah
terlebih dahulu.19
2) Mabit di Muzdalifah. Mabit di Muzdalifah adalah menginap semalam di
Muzdalifah pada malam tanggal 9 Dzulhijjah. Waktunya dikerjakan setelah
wukuf di Arafah.20
3) Mabit di Mina. Mabit di Mina adalah bermalam selama 3-4 hari di suatu
hamparan padang pasir yang panjangnya sekitar 3,5 km. Waktunya adalah malam
tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah. Bermalam di Mina dilakukan semalam penuh,
yang boleh dilakukan mulai sore hari sampai terbitnya fajar, dan juga boleh
bermalam paling sedikit 2/3 malam. 21
4) Melontar jumrah. Melontar jumrah adalah melempar batu pada sebuah tempat
yang diyakini untuk memperingati saat setan menggoda Nabi Ibrahim agar tidak
melaksanakan perintah Allah SWT untuk menyembelih putranya, Nabi Ismail. 22
Tanggal 10 Dzulhijjah melontar jumrah aqabah dengan tujuh butir kerikil. Dan
pada hari-hari Tasyrik, yaitu 11, 12, dan 13 Dzulhijjah melontar ketiga jumrah.23
5) Thawaf wada’. Thawaf wada’ adalah suatu penghormatan terakhir kepada
Baitullah. Thawaf wada’ merupakan tugas terakhir dalam pelaksanaan ibadah haji
dan ibadah umrah di Tanah Suci.24

E. Hikmah Ibadah Haji


Hikmah ibadah haji adalah sebagai berikut:

19
M. Quraish Shihab, Haji dan..., h. 242
20
Moch. Syarif Hidayatullah, Buku Pintar..., h. 234.
21
Moch. Syarif Hidayatullah, Buku Pintar..., h. 240
22
Moch. Syarif Hidayatullah, Buku Pintar..., h. 235.
23
M. Ali Nursidi, dkk., (ed.), Segala Hal..., h. 46.
24
Moch. Syarif Hidayatullah, Buku Pintar..., h. 242
a) Menyempurnakan keislaman. Haji merupakan salah satu rukun Islam. Jika salah
satu rukunnya kurang atau tidak terpenuhi, maka tidak akan sempurna. Untuk
dapat menyempurnakan keislamannya, seorang Muslim diwajibkan untuk berhaji
sekali dalam seumur hidupnya. Jika dilakukan untuk yang kedua atau ketiga kali
dan seterusnya, maka hal itu menjadi amalan sunnah.25
b) Menghapus dosa. Satu-satunya langkah yang akan mampu menghapus semua
dosa bagi umat akhir zaman sekarang ini adalah dengan menggapai haji yang
mabrur. Sebab tidak ada balasan yang paling layak bagi orang yang meraih haji
yang mabrur, kecuali mendapatkan surga. Dosa yang terhapus adalah dosa atau
kesalahan kepada Allah SWT. Adapun dosa terhadap sesama manusia, maka kita
harus meminta keridhaan dan maaf dari orang yang bersangkutan.26
c) Melipat gandakan pahala. Selama di Tanah Suci, para jamaah haji mengumpulkan
pahala sebanyak-banyaknya. Karena ibadah di Tanah Suci Makkah dan Madinah
pahalanya berlipat ganda dibandingkan dengan beribadah di tempat lain.27
d) Meningkatkan iman dan takwa kepada Allah SWT. Jika seorang muslim telah
melaksanakan ibadah haji, maka itu berarti ia telah melengkapi pondasi
keislamannya sehingga lebih kokoh dan sempurna.28
e) Memperoleh maghfirah dan ampunan dari dosa dan noda. Allah SWT
mengampuni semua hamba-Nya yang dikehendaki. Dan diantara orang-orang
yang dikehendaki untuk diampuni dosa-dosanya oleh Allah SWT adalah orang-
orang muslim yang melakukan perjalanan ke Baitullah untuk melaksanakan
ibadah haji.29
f) Terkabulnya doa dan permohonan. Orang yang tengah melaksanakan ibadah haji
termasuk ke dalam kelompok orang-orang yang dikabulkan doanya sebagai
balasan Allah SWT atas sambutan mereka terhadap seruan Allah SWT untuk
menunaikan haji.30

25
Moh. Nafi’ CH, Haji dan Umrah..., h. 70.
26
Moh. Nafi’ CH, Haji dan Umrah..., h. 81.
27
Moh. Nafi’ CH, Haji dan Umrah..., h. 85.
28
M. Hamdan Rasyid, Agar Haji..., h. 90.
29
M. Hamdan Rasyid, Agar Haji..., h. 95.
30
M. Hamdan Rasyid, Agar Haji..., h. 101.
g) Memperoleh kesuksesan hidup dan balasan surga. Jika para jamaah haji benar-
benar melaksanakan berbagai rukun, wajib dan sunnah-sunnah haji serta
meninggalkan seluruh ucapan dan tindakan yang diharamkan bagi orang-orang
yang tengah melakukan prosesi ibadah haji dengan penuh keimanan, keikhlasan
dan penghayatan sehingga memperoleh predikat “haji mabrur”, maka mereka
pasti akan memperoleh balasan surga tempat kenikmatan dan kebahagiaan yang
abadi.31
h) Mempersatukan dan mempersaudarakan umat Islam. Haji yang dilaksanakan oleh
umat Islam yang datang dari seluruh penjuru dunia itu mengandung hikmah yang
luhur untuk mempersatukan dan mempersaudarakan umat Islam di seluruh dunia
tanpa membedakan warna kulit, latarbelakang kebangsaan, status sosial, status
ekonomi, bahasa, serta kebudayaan dan adat istiadatnya.32
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hikmah haji ada delapan, yaitu
menyempurnakan keislaman, menghapus dosa, melipat gandakan pahala,
meningkatkan iman dan takwa kepada Allah SWT, memperoleh maghfirah dan
ampunan dari dosa dan noda, terkabulnya doa dan permohonan, memperoleh
kesuksesan hidup dan balasan surga, Mempersatukan dan mempersaudarakan umat
Islam.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

. Haji berarti bersengaja mendatangi Baitullah (ka’bah) untuk melakukan beberapa amal
badahdengan tata cara yang tertentu dan dilaksanakan pada waktu tertentu pula, menurut
syarat- syarat yang ditentukan oleh syara’, semata-mata mencari ridho Allah.Umrah ialah

31
M. Hamdan Rasyid, Agar Haji..., h. 105.
32
M. Hamdan Rasyid, Agar Haji..., h. 108.
menziarahi ka’bah, melakukan tawaf disekelilingnya, bersa’yu antara Shafa dan Marwah dan
mencukur atau menggunting rambut.Ketaatan kepada Allah SWT itulah tujuan utama dalam
melakukan ibadah haji.Disamping itu juga untuk menunjukkan kebesaran Allah SWT.Dasar
Hukum Perintah Haji atau umrah terdapat dalam QS. Ali- Imran 97.Untuk dapat menjalankan
ibadah haji dan umrah harus memenuhi syarat, rukun dan wajibhaji atau umroh.

B. SARAN

Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan saran kritik
konstruktif kepada penulis demi sempurnanya makalah ini
dan penulisan makalah di kesempatan  – kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini
berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya

DAFTAR PUSTAKA

Hamdan Rasyid Agar Haji dan Umrah bukan sekedar wisata penerbit Zahira Press (2011)
Moh. Nafi Haji dan Umroh ; Sebuah Cermin Hidup Jakarta Erlangga (2015)
Moch. Syarif Hidayatullah, Buku Pintar Ibadah Tuntunan Lengkap Semua Rukun Islam,
(Jakarta: Suluk, 2011
M. Quraish Shihab, Haji dan Umrah Bersama M. Quraish Shihab, (Tangerang: Lentera Hati,
2012)
Djamaluddin Dimjati, Panduan Ibadah haji dan umroh Era entermedia (2009)
Moch. Syarif Hidayatullah, Buku Pintar Ibadah Jakarta Wahana Semesta Intermedia (2011)
Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Ibadah, (Jakarta: Amzah,
2009)
Umi Aqilla, Buku Pintar Tuntunan Haji & Umrah, (Jakarta: Al-Magfirah, 2012), h. 27

Anda mungkin juga menyukai