Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

HAJI DAN UMRAH

Karya Tulis Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Fikih Ibadah dan Muamalah
Program Studi Pendidikan Agama Islam

OLEH:

Laila Rahmi Hasanah (2120202095)


Ahmad Fandika (2120202135)

DOSEN PENGAMPU:

Ny. Dayang Salamah, M.Pd

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG

2024
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur penulis ucapkan kepada kehadirat Allah swt. Yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua berupa ilmu dan amal.
Berkat rahmat dan karunia-Nya pula, penulis dapat membuat tugas makalah Mata
Fikih Ibadah dan Muamalah tentang “Haji dan Umrah” yang Insyaa Allah
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dosen mata kuliah Fikih Ibadah
dan Muamalah, Ny. Dayang Salamah, M. Pd yang telah memberikan arahan
terkait tugas ini. Tanpa bimbingan dari beliau, mungkin penulis tidak akan dapat
menyelesaikan tugas ini sesuai dengan format yang telah ditentukan.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis
berharap kedepannya dapat lebih baik dalam membuat suatu karya tulis. Dan juga
penulis mengharapkan kritik dan saran bagi pembaca agar menjadi suatu pelajaran
dan dapat diperbaiki sehingga kedepannya akan menjadi lebih baik. Aamiin.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Palembang, 22 Maret 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan Makalah............................................................................................2
D. Manfaat Makalah..........................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................4
A. Pengertian Haji dan Umrah...........................................................................4
B. Sejarah Pelaksanaan Haji dan Umrah...........................................................5
C. Dasar Hukum Haji dan Umrah......................................................................9
D. Syarat dan Rukun dari Haji dan Umrah......................................................12
E. Kewajiban dan Sunah dari Haji dan Umrah................................................13
F. Cara Pelaksanaan Haji dan Umrah..............................................................17
G. Larangan dan Perkara yang Membatalkan Haji dan Umrah...................20
H. Hikmah dari Pelaksanaan Haji dan Umrah.............................................23
PENUTUP..............................................................................................................26
A. Kesimpulan.................................................................................................26
B. Saran............................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................27

ii
iii
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Allah swt. menegakkan agama Islam di atas pilar-pilar yang menjadi
tonggak berdirinya agama Islam itu sendiri, yang disebut dengan rukun. Di
dalam rukun inilah terdapat kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi oleh
manusia yang menyatakan bahwa dirinya beriman dengan ajaran Islam.
Rukun ini juga bisa disebut dengan suatu acuan bagi umat Muslim dalam
menjalankan peribadatannya. Bila tidak mengimani dan melaksanakan rukun-
rukun ini, maka seorang Muslim diragukan keyakinannya.
Rukun ini terbagi menjadi dua, yakni ada rukun Islam yang di dalamnya
termuat peribadatan yang wajib dilaksanakan, serta ada rukun iman yang
memuat apa saja yang perlu diyakini. Kedua rukun ini saling
berkesinambungan satu sama lain karena menuju pada satu tujuan utama,
yakni mengagungkan Sang Pencipta, Allah swt. dengan membawa misi dalam
berkehidupan untuk selalu taat dan patuh atas segala perintah dan larangan-
Nya.
Rukun Islam dan rukun iman merupakan bentuk pembuktian keimanan
seorang Muslim yang didasarkan pada dua kalimat syahadat, yakni beriman
kepada Allah swt. dan beriman kepada utusan Allah, yakni Nabi Muhammad
saw. Pada syahadat ini memiliki makna yang sangat mendalam bagi seorang
Muslim, bukan hanya diucapkan, akan tetapi perlu diyakini di dalam hati
maka akan menghasilkan bentuk peribadatan yang sempurna sebagai
pengakuan keimanannya.
Di dalam rukun Islam, ada lima hal yang wajib dilaksanakan oleh
seorang Muslim, pertama mengucap dua kalimat syahadat, kedua
melaksanakan salat, ketiga berpuasa di bulan Ramadhan, keempat membayar
zakat yang telah ditentukan, dan kelima menunaikan haji bila mampu. Dan
yang menarik adalah Allah swt. mewajibkan tanpa terkecuali kepada
hambanya untuk melaksanakan rukun ini, terkecuali rukun yang terakhir,

1
yakni menunaikan haji. Allah swt. memberikan keringanan kepada hambanya
karena kondisi tempat dan wilayah yang terpaut jauh maka membutuhkan
bekal yang cukup banyak.
Meskipun begitu, bukan berarti rukun yang terakhir ini dianggap sepele
oleh umat Islam dalam menjalankannya. Ada syarat dan ketentuan yang
termuat di dalam rukun ini yang telah Allah swt. terangkan dan disampaikan
oleh utusan-Nya, yakni nabi Muhammad saw. Maka, pada kesempatan kali
ini, penulis akan membahas tuntas mengenai rukun terakhir dalam rukun
Islam, yakni menunaikan “Haji dan Umrah”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang didapatkan
adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian haji dan umrah?
2. Bagaimana sejarah pelaksanaan haji dan umrah?
3. Apa saja dasar hukum haji dan umrah?
4. Apa saja syarat dan rukun dari haji dan umrah?
5. Apa saja kewajiban dan sunah dari haji dan umrah?
6. Bagaimana cara pelaksanaan haji dan umrah?
7. Apa saja larangan dan perkara yang membatalkan haji dan umrah?
8. Apa hikmah dari pelaksanaan haji dan umrah?

C. Tujuan Makalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka tujuan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian haji dan umrah.
2. Untuk mengetahui sejarah pelaksanaan haji dan umrah.
3. Untuk mengetahui dasar hukum haji dan umrah.
4. Untuk mengetahui syarat dan rukun dari haji dan umrah.
5. Untuk mengetahui kewajiban dan sunah dari haji dan umrah.
6. Untuk mengetahui cara pelaksanaan haji dan umrah.

2
7. Untuk mengetahui larangan dan perkara yang membatalkan haji dan
umrah.
8. Untuk mengetahui hikmah dari pelaksanaan haji dan umrah.

D. Manfaat Makalah
1. Bagi penulis, yaitu agar dapat menginformasikan dan menjelaskan tentang
haji dan umrah.
2. Bagi pembaca, yaitu untuk menambah wawasan tentang haji dan umrah.

3
PEMBAHASAN

A. Pengertian Haji dan Umrah


Secara etimologi haji berasal dari bahasa Arab al-hajj yang berarti
mengunjungi atau mendatangi. Dalam terminologi fikih, haji didefinisikan
sebagai perjalanan mengunjungi Kabah untuk melakukan ibadah tertentu.
Atau bepergian ke Kabah pada bulan-bulan tertentu untuk melakukan ibadah
tawaf, sai, wukuf, dan manasik-manasik lain untuk memenuhi panggilan
Allah Swt. serta mengharapkan keridhaan-Nya 1. Sedangkan umrah secara
etimologi berarti “berkunjung”, secara etimologi syar’i adalah berkunjung ke
Baitullah melakukan ibadah kepada Allah dengan melakukan thawaf dan sai
lalu diakhiri dengan mencukur rambut atau sekedar memendekkannya
(Tahallul).2
Sekilas pengertian tentang haji dan umrah ini tidak ada perbedaan,
dijelaskan di atas bahwa pengertian haji dan umrah ini adalah sama-sama
mengunjungi Kabah untuk menerima panggilan ibadah dari Allah swt. Akan
tetapi, menurut Suwarjin3, ada empat perbedaan dari haji dan umrah ini yang
dijelaskan lewat tabel di bawah ini:

No
Segi Perbedaan Haji Umrah
.

1 Miqat Zamani (batas Syawal-Zulhijjah Sepanjang tahun


awal waktu
pelaksanaan)

1
Khoirul Abror, Fiqh Ibadah (Yogyakarta: Phoenix Publisher, 2019), hal. 221.
2
Johari and Johar Arifin, Tuntunan Manasik Haji & Umrah (Yogyakarta: CV. Istana Agency,
2019), hal. 2.
3
Suwarjin, Fikih Haji Dan Umrah Perspektif Empat Mazhab (Jakarta: Rajagrafindo Press, 2023),
hal. 5-6.

4
2 Miqat Makani Bagi penduduk Makah 1. Bagi penduduk
(tempat melakukan adalah dari kota Makah:Tan’im,
ihram: khusus bagi Makah, bagi yang Ji’ranah dan
penduduk kota tidak tinggal di Hudaibiyah.
Makah) Makah, sesuai posisi 2. Bagi yang tidak
masing-masing. tinggal di Makah:
sama dengan Miqat
Makani Haji.

3 Amaliah Ihram haji, wukuf di Ihram umrah, tawaf,


Arafah, mabit di sa’i, dan tahallul.
Muzdalifah, mabit di
Mina, melontar
jamarat, tawaf
ifadhah, sa’i dan
bercukur/tahallul.

4 Hukum Wajib dan diijma’kan Syafi’i dan Hambali:


seluruh ulama. Wajib Ain. Maliki
dan Hanafi: Sunnah
Mu’akkadah.

Maka, melihat perbedaan haji dan umrah di atas dapat disimpulkan


bahwa haji dan umrah memiliki satu tujuan yang sama yakni menerima
panggilan Allah swt. untuk berkunjung ke Baitullah dalam melaksanakan
serangkaian ibadah yang disyariatkan, akan tetapi dalam pelaksanaannya
terdapat perbedaan antara keduanya, dapat dikatakan, ibadah haji lebih
kompleks pelaksanaannya dibandingkan dengan ibadah umrah.

B. Sejarah Pelaksanaan Haji dan Umrah


Haji merupakan wujud ketaatan kepada Allah swt. yang sangat agung.
Keagungan ibadah haji terletak pada komprehensifnya yang menghimpun

5
keseluruhan aspek ibadah yang ada dalam Islam, meliputi aspek jiwa, raga,
rasa, dan harta benda sekaligus. Bukan hanya manusia, malaikat juga
diperintahkan melaksanakannya. Dalam suatu riwayat dijelaskan bahwa para
malaikat telah melaksanakan tawaf di sekeliling kabah tujuh ribu tahun
sebelum nabi Adam as. Melakukannya. Ini berarti ibadah haji merupakan
ibadah seluruh penduduk langit dan bumi.4
Menurut Ibnu Hajar al-Haitami, haji merupakan syariat abadi yang
berlaku sejak nabi Adam as. Hingga nabi Muhammad saw. Menurut riwayat,
semua nabi dan rasul pernah melaksanakan ibadah yang satu ini di tempat
yang sama, yaitu Makah al-Mukaramah dengan Kabah sebagai titik
sentralnya. Nabi Adam as. Diriwayatkan melaksanakan haji sebanyak 40 kali
dengan berjalan kaki dari negerinya di wilayah India. Nabi Nuh, Ibrahim,
sampai Nabi Muhammad saw. juga melaksanakannya.5
Pada waktu kenabian Ibrahim as, Allah swt. memerintahkan kepadanya
untuk membangun Kabah yang telah hancur diterjang banjir bandang dalam
peristiwa Nabi Nuh as bersama anaknya Ismail as lalu diamanatkan untuk
mengajak dan menyeru umat manusia untuk menziarahinya. Di Baitullah ini
Ibrahim menyerukan keadilan Allah swt., sebuah ajaran yang menempatkan
semua manusia berada pada kedudukan dan posisi yang sama di hadapan
Khaliq-Nya. Pangkat dan harta, serta status sosial seseorang bukan menjadi
ukuran kemuliaan, tetapi hanya terletak pada nilai ketakwaannya. Ketika
Ibrahim as telah selesai membangun Kabah, turun perintah Allah Swt.
kepadanya melalui malaikat Jibril untuk melakukan thawâf tujuh kali dan
berlari-lari kecil di antara bukit Shafâ dan bukit Marwâ. Perintah yang
terakhir ini merujuk kepada pencarian Siti Hajar akan air di tengah terik
panas yang memantulkan fatamorgana, bagaikan air memancar di bumi.
Aktivitas ini kemudian diakhiri dengan melaksanakan salat dua rakaat.6

4
Suwarjin.
5
Suwarjin.
6
Jhon Supriyanto, “Historiografi Haji Menurut Al-Quran,” Jurnal Ilmu Agama (JIA) No. 1 (2017):
3, https://media.neliti.com/media/publications/98173-ID-none.pdf.

6
Semenjak seruan Ibrahim as dikumandangkan, nabi-nabi setelahnya
melaksanakan ibadah tersebut dari masa ke masa. Begitu pun dengan Nabi
Muhammad saw. Semenjak hijrah ke Madinah, Nabi saw. dalam kurun waktu
sembilan tahun tidak melaksanakan ibadah haji. Meskipun pada tahun
sembilan hijriyah haji sudah diwajibkan. Menurut riwayat, Nabi saw. Hanya
melaksanakan haji sekali dan umrah sebanyak empat kali dalam Islam. Haji
dalam Islam yang dilaksanakan Nabi saw. Adalah haji Wada’ atau Hajjatul
Islam yang dilaksanakan pada tahun sepuluh hijriyah. Meskipun disebut haji
Wada’, haji ini merupakan haji beliau yang pertama sekaligus yang terakhir.
Tiga bulan berselang setelah melaksanakan haji Wada’ beliau dipanggil oleh
Allah ke sisi-Nya. Adapun sebelum hijrah beliau melaksanakan haji sebanyak
dua kali. Kedua haji ini bukan merupakan Hajjatul Islam. Sebab,
dilaksanakan sebelum ibadah haji disyariatkan dalam Islam dan tata caranya
berbeda dengan tata cara haji dalam Islam.7
Mengenai sejarah pelaksanaan umrah yang dilaksanakan Nabi
Muhammad saw, menurut Umar Usman dalam websitenya 8, sebelum
melaksanakan umrah yang pertama, Nabi Muhammad saw. sempat bermimpi
bisa memasuki masjidil haram bersama para sahabatnya, kemudian
mengambil kunci Kabah, lalu thawaf, melakukan umrah, kemudian mencukur
( tanda selesai umrahnya). Mimpi ini kemudian diberitakan kepada para
sahabatnya, dan sahabatnya sangat gembira. Akhirnya Nabi saw. mengajak
sahabatnya untuk mempersiapkan diri berangkat umrah pada tahun itu. 1500
orang sahabat Nabi saw. berangkat untuk melakukan umrah menuju Mekkah
dengan mengenakan pakaian ihram dan membawa hewan-hewan kurban (al-
hadyu) agar orang-orang (warga quraisy Makkah) mengetahui bahwa Nabi
saw. dan rombongan tidak bermaksud untuk perang.
Mendengar berita itu, kaum musyrikin Quraisy mengerahkan pasukan
untuk menghadangnya, sehingga rombongan (Umrah Nabi pertama) yang
berangkat dari Madinah tertahan di Hudaibiyah (20 km di sebelah barat laut
7
Suwarjin, Fikih Haji Dan Umrah Perspektif Empat Mazhab.
8
Umar Usman, “Sejarah Singkat Ibadah Umrah Nabi Muhammad Saw.,” Jasa Mengelola Website,
2009, http://wicaksono.permataindonesia.ac.id/2020/02/sejarah-singkat-ibadah-umrah-nabi.html.

7
Mekkah). Saat itu kaum Quraisy mengutus Suhail ibn Amr untuk berunding
dengan Rasulullah. Dalam perundingan itu, Suhail mengusulkan, antara lain
perlunya kesepakatan genjatan senjata selama sepuluh tahun dan kaum
Muslimin harus menunda umrah dengan kembali ke Madinah. Tetapi tahun
depan (629 M) diberi kebebasan melakukan umrah dan tinggal selama tiga
hari di Mekkah. Saat itu Rasulullah saw. menyetujui perjanjian ini meskipun
para sahabat banyak yang kecewa sebab dalam perjanjian ini sebenarnya
umat islam banyak dirugikan.
Sesuai dengan Perjanjian Hudaibiyah, tahun berikutnya ( 629 Masehi
atau 7 Hijriah). Rasulullah saw. beserta para sahabat melakukan umrah ke
Baitullah (untuk yang kedua kali). Umrah ini disebut sebagai umrah qadha.
Saat itu Nabi Saw berihram untuk umrah dari Dzul Hulaifah (Bir Ali-
Madinah) dan membawa 60 ekor unta. Ketika itu rombongan Rasulullah saw.
berjumlah sekitar 2.000 orang, mereka memasuki pelataran Kabah untuk
melakukan tawaf. Sementara orang-orang Mekkah berkumpul menonton di
bukit Qubais dengan berteriak bahwa kaum Muslimin kelihatan letih dan
pasti tidak kuat berkeliling tujuh putaran. Mendengar ejekan ini, Rasulullah
kemudian mengajak para sahabat agar memperlihatkan mereka bahwa kaum
muslimin masih kuat. Saat itu Nabi mengajak para sahabat untuk membuka
pundak kanannya dan meletakkan ujung selendangnya di atas pundak kiri
kemudian memulai thawaf.
Rasulullah Saw memulai thawaf dengan mencium hajar Aswad (rukun
al-Aswad), kemudian berlari-lari kecil mengelilingi kabah dengan posisi
kabah di sebelah kirinya, menuju rukun al-Syami, lalu rukun al-Iraqi, dan
rukun al-Yamani hingga ke rukun al-Aswad lagi untuk melanjutkan putaran
berikutnya. Ketika menyaksikan Rasulullah saw. dan para sahabat melakukan
tawaf dengan berlari-lari sebanyak tiga kali putaran, para pengejek dari
kalangan kaum musyrikin quraisy akhirnya bubar. Pada putaran keempat
hingga ketujuh, setelah orang-orang usil di atas bukit Qubais pergi,
Rasulullah mengajak para sahabat berhenti berlari dan melanjutkan
thawafnya dengan berjalan seperti biasa. Inilah latar belakang beberapa sunah

8
tawaf di kemudian hari: bahu kanan dalam keadaan terbuka dan ujung
selendangnya diletakkan di atas pundak kiri (idthiba’) serta berlari-lari kecil
pada tiga putaran pertama khusus pada tawaf yang pertama (qudum).
Setelah tujuh putaran mengelilingi kakbah, Rasulullah saw. salat dua
rakaat di Makam Ibrahim, kemudian minum air zamzam dan menuangkannya
di atas kepala. Sesudah itu Rasulullah melakukan sai antara Safa dan Marwa,
dan akhirnya melakukan tahalul (‘menghalalkan kembali’) atau
membebaskan diri dari larangan-larangan ihram, dengan mencukur kepala
beliau.

C. Dasar Hukum Haji dan Umrah


1. Al-Quran9
a. Qs. Al-Baqarah (2) : 196-198:
‫َو َأِتُّم و۟ا ٱۡل َح َّج َو ٱۡل ُعۡم َر َة ِۚهَّلِل َفِإۡن ُأۡح ِص ۡر ُتۡم َفَم ا ٱۡس َتۡی َسَر ِم َن ٱۡل َهۡد ِۖی َو اَل َتۡح ِلُقو۟ا‬
‫ُرُء وَس ُك ۡم َح َّتٰى َیۡب ُل َغ ٱۡل َه ۡد ُی َم ِح َّل ۚۥُه َفَم ن َك اَن ِم نُك م َّمِریًض ا َأۡو ِب ۤۦِه َأ ࣰذى ِّم ن‬
‫َّر ۡأ ِس ِهۦ َفِفۡد َی ࣱة ِّم ن ِص َیاٍم َأۡو َص َد َقٍة َأۡو ُنُس ࣲۚك َفِإَذ ۤا َأِم نُتۡم َفَم ن َتَم َّتَع ِبٱۡل ُعۡم َر ِة ِإَلى‬
‫َثَلٰـ َثِة َأَّی ا ࣲم ِفی ٱۡل َح ِّج‬ ‫ٱۡل َح ِّج َفَم ا ٱۡس َتۡی َس َر ِم َن ٱۡل َه ۡد ِۚی َفَم ن َّلۡم َیِج ۡد َفِص َیاُم‬
‫َیُك ۡن َأۡه ُل ۥُه َح اِض ِر ی‬ ‫َو َس ۡب َعٍة ِإَذ ا َر َج ۡع ُتۗۡم ِتۡل َك َعَش َر ࣱة َك اِم َل ࣱۗة َذ ٰ ِل َك ِلَم ن َّلۡم‬
‫ ٱۡل َح ُّج َأۡش ُه ࣱر‬.‫ٱۡل َم ۡس ِج ِد ٱۡل َح َر اِۚم َو ٱَّتُق و۟ا ٱَهَّلل َو ٱۡع َلُم ۤو ۟ا َأَّن ٱَهَّلل َش ِد یُد ٱۡل ِع َق اِب‬
‫ۡع ُلو ٰـ ࣱۚت َف ن َفَر َض ِفی َّن ٱۡل َح َّج َفاَل َر َفَث َو اَل ُفُس وَق َو اَل َدا ِفی ٱۡل َح ِّۗج‬
‫ِج َل‬ ‫ِه‬ ‫َم‬ ‫َّم َم‬
‫ٰۖى‬
‫َو َم ا َتۡف َعُلو۟ا ِم ۡن َخ ۡی ࣲر َیۡع َلۡم ُه ٱُۗهَّلل َو َت َز َّو ُدو۟ا َف ِإَّن َخ ۡی َر ٱلَّز اِد ٱلَّتۡق َو َو ٱَّتُق وِن‬
‫ َلۡی َس َع َلۡی ُك ۡم ُج َن اٌح َأن َتۡب َتُغ و۟ا َفۡض ࣰلا ِّم ن َّرِّبُك ۚۡم َف ِإَذ ۤا َأَفۡض ُتم‬.‫َیٰۤـ ُأ۟و ِلی ٱَأۡلۡل َبٰـِب‬
‫َد ٱۡل َم ۡش َعِر ٱۡل َح َر اِۖم َو ٱۡذ ُك ُر وُه َك َم ا َه َد ٰى ُك ۡم َو ِإن‬ff‫ِّم ۡن َع َر َفٰـ ࣲت َفٱۡذ ُك ُر و۟ا ٱَهَّلل ِع ن‬
‫ُك نُتم ِّم ن َقۡب ِلِهۦ َلِم َن ٱلَّض ۤا ِّلیَن‬
196. Dan sempurnakanlah ibadah haji dan 'umrah karena Allah. Jika kamu
terkepung (terhalang oleh musuh atau karena sakit), maka (sembelihlah)
korban yang mudah didapat, dan jangan kamu mencukur kepalamu,
9
Jamaluddin, Fiqh Ibadah (Tasikmalaya: Penerbit Latifah, 2017), hal.223-226.

9
sebelum korban sampai di tempat penyembelihannya. Jika ada di
antaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur),
maka wajiblah atasnya berfidyah, yaitu: berpuasa atau bersedekah atau
berkorban. Apabila kamu telah (merasa) aman, maka bagi siapa yang
ingin mengerjakan 'umrah sebelum haji (di dalam bulan haji), (wajiblah ia
menyembelih) korban yang mudah didapat. Tetapi jika ia tidak
menemukan (binatang korban atau tidak mampu), maka wajib berpuasa
tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari (lagi) apabila kamu telah pulang
kembali. Itulah sepuluh (hari) yang sempurna. Demikian itu (kewajiban
membayar fidyah) bagi orang-orang yang keluarganya tidak berada (di
sekitar) Masjidil Haram (orang-orang yang bukan penduduk kota Mekah).
Dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras
siksaan-Nya.
197. (Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barang siapa
yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka
tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa
mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya
Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal
adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.
198. Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil
perniagaan) dari Tuhanmu. Maka apabila kamu telah bertolak dari 'Arafat,
berdzikirlah kepada Allah di Masy'aril haram. Dan berdzikirlah (dengan
menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu; dan
sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang yang
sesat.
b. Qs. Ali Imran (3) :97:
‫ُۢت‬
‫ِفیِه َء اَیٰـ َبِّیَنٰـ ࣱت َّم َق اُم ِإۡب َر ٰ ِهیَۖم َو َم ن َد َخ َل ۥُه َك اَن َء اِم ࣰنۗا َو ِهَّلِل َع َلى ٱلَّن اِس‬
‫ِحُّج ٱۡل َبۡی ِت َمِن ٱۡس َتَطاَع ِإَلۡی ِه َس ِبی ࣰلۚا َو َم ن َك َفَر َفِإَّن ٱَهَّلل َغ ِنٌّی َع ِن ٱۡل َعٰـ َلِم یَن‬
“Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim;
barang siapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia;

10
mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi)
orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa
mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya
(tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam”.
2. Al-Hadits10
a. Hadits riwayat Bukhari dari Ibnu Umar:

“Dari Ibnu Umar ra. ia berkata, Rasulullah saw. Pernah bersabda, “Islam
itu dibangun atas lima dasar; kesaksian bahwa tiada ilah selain Allah dan
bahwa Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan salat, menunaikan
zakat, berhaji dan berpuasa pada bulan Ramadhan”. (HR. Bukhari dalam
kitab shahihnya Bab Iman No. 8)
b. Hadits riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah:

“Dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah saw. pernah ditanya tentang
apakah amalan yang paling afdhal? Lalu ia (Rasulullah) menjawab,
‘Beriman kepada Allah dan Rasul-Nya’. Ada yang berkata, kemudian
apalagi? Rasul menjawab, ‘Jihad di jalan Allah’. Ada yang berkata,

10
Johari and Arifin, Tuntunan Manasik Haji & Umrah, hal. 7-10.

11
kemudian apalagi? Rasul menjawab, ‘Haji yang mabrur’”. (HR. Bukhari
dalam shahihnya bab iman No. 26)
c. Hadits riwayat Bukhari secara Muallaq:

“Tidak ada kewajiban atas seseorang kecuali haji dan umrah, keduanya
wajib (dan) harus dilaksanakan. Barang siapa yang melakukannya (lebih
dari satu kali) maka itu baik dan (hukumnya) sunah”. (HR. Bukhari)

D. Syarat dan Rukun dari Haji dan Umrah


1. Syarat Haji dan Umrah
Maksud dari syarat ini adalah bila tidak terpenuhi, maka gugurlah
kewajiban seseorang untuk berhaji dan berumrah 11. Berikut syarat-syarat
haji dan umrah:
a. Haji12
1) Syarat Wajib
a) Islam;
b) Baligh;
c) Berakal;
d) Merdeka; dan
e) Mampu.
2) Syarat Sah
a) Islam;
b) Tamyiz; dan
c) Waktu tertentu.
b. Umrah13
11
Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Tuntunan Manasik Haji Dan Umrah (Jakarta:
Kementerian Agama RI, 2023), hal. 62.
12
Abdul Wahhab Khallaf, Fikih Empat Mazhab, trans. Tim Ummul Qura (Jakarta Timur: Ummul
Qura, 2018), hal. 503-510.
13
Jamaluddin, Fiqh Ibadah, hal. 244-245.

12
1) Islam;
2) Baligh;
3) Aqil (berakal sehat);
4) Merdeka; dan
5) Mampu.
2. Rukun Haji dan Umrah
Rukun haji dan umrah adalah rangkaian amalan yang harus dilakukan
dalam ibadah ini dan tidak dapat diganti dengan amalan lain, walaupun
dengan dam. Jika rukun ini ditinggalkan, ibadah haji dan umrah seseorang
tidak sah14. Berikut rukun-rukun haji dan umrah:
a. Haji
1) Ihram (niat);
2) Wukuf di Arafah;
3) Thawaf Ifadah;
4) Sa’i;
5) Tahallul; dan
6) Tertib.
b. Umrah
1) Ihram (niat);
2) Thawaf;
3) Sa’i;
4) Tahallul; dan
5) Tertib.
E. Kewajiban dan Sunah dari Haji dan Umrah
1. Kewajiban Haji dan Umrah
Wajib haji dan umrah jika tertinggal maka haji dan umrahnya tetap sah
hanya saja ia berkewajiban untuk menggantinya dengan dam15. Berikut
kewajiban haji dan umrah:16
a. Wajib Haji
14
Umrah, hal. 67.
15
Johari and Arifin, Tuntunan Manasik Haji & Umrah, hal. 12.
16
Nurliana, Fiqih Ibadah (Pekanbaru: LPPM STAI Diniyah Pekanbaru, 2021), Hal. 111.

13
1) Ihram dari Miqat, yaitu memakai pakaian ihram, dimulai dari
tempat yang sudah ditentukan.
2) Bermalam di Muzdalifah sesudah wukuf, pada malam tanggal 10
Dzulhijjah. Bermalam di tempat itu sesudah tengah malam
walaupun sebentar
3) Bermalam di Mina selama 2 atau 3 malam, pada hari tasyrik
tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah.
4) Melempar jumrah aqabah 7 kali dengan batu, pada tanggal 10
Dzulhijjah. Waktu melempar jumrah dilakukan setelah lewat
tengah malam 9 Dzulhijjah dan setelah mengerjakan wukuf.
5) Melempar jumrah ketiga-tiganya yaitu jumrah Ula, Wustha dan
Aqabah pada tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah dan melemparnya 7
kali di setiap jumrah. Waktu melempar jumrah dimulai sejak
tergelincir matahari hingga terbenamnya sampai tanggal 13
Dzulhijjah.
6) Meninggalkan segala yang diharamkan karena ihram.
b. Wajib Umrah
1) Ihram dari Miqat.
2) Meninggalkan larangan karena ihram.
2. Sunah Haji dan Umrah
a. Sunah Haji17
Di dalam Mazhab Syafi’i, sunah-sunah haji banyak jumlahnya, di
antaranya:
1) bermalam di Mina pada malam Arafah
2) mempercepat laju saat melintasi Bathnu Wadi Muhassir (sebuah
tempat yang memisahkan antara Muzdalifah dan Mina).
3) Khotbah-khotbah sunah.
4) Mencukur rambut bagi lelaki dan memendekkan rambut bagi
wanita (di dalam mazhab syafi’i, pada rukun haji dijelaskan

17
Khallaf, Fikih Empat Mazhab, hal. 583-586.

14
bahwa dalam rukun tahallul dilaksanakan dengan menghilangkan
tiga helai rambut).
5) Wukuf di Masy’aril Haram, yaitu gunung Quzah. Berzikir kepada
Allah di sana sampai suasana terang sambil menghadap kiblat.
6) Tidak terburu-buru meninggalkan Mina, dan tetap berada di sana
di seluruh malam-malam tasyriq.
7) Membaca zikir yang disunahkan, misalkan membaca doa saat
melihat Baitul Haram, membaca doa di awal thawaf, dan
membaca doa sambil menghadap ke Baitullah.
8) Melunasi semua hutang sebelum pergi haji.
9) Meminta maaf kepada orang-orang yang bersengketa, bertobat
dari segala kemaksiatan, mempelajari tata cara ibadah haji,
meminta maaf kepada siapa saja yang pernah berinteraksi dan
berkawan dengannya, memperbanyak bekal dan biaya untuk
membantu orang-orang yang memerlukan bantuan.
10) Memperbanyak salat, thawaf, dan i’tikaf di Masjidil Haram setiap
kali masuk.
11) Masuk ke dalam Kabah dan salat di dalamnya meski salat nafilah.
12) Banyak-banyak meminum air zamzam hingga puas sambil
menghadap kiblat saat meminumnya seraya membaca doa yang
ada di buku ini.
b. Sunah Umrah
Di dalam kitab Fiqhul Islam wa Adillatuhu Juz 3 karya Wahbah az-
Zuhaili yang dikutip oleh website detik.com18, ada delapan sunah
ibadah umrah, yakni sebagai berikut:
1) Mandi dan mengoleskan wewangian menjelang ihram, serta
melaksanakan salat dua rakaat ihram.
2) Membaca talbiyah sesudah ihram dan sesudah tiap salat.

18
Nilam Isneni, “8 Amalan Sunnah Umrah Yang Dapat Dikerjakan Jemaah,” Detik.com, 2023,
https://www.detik.com/hikmah/haji-dan-umrah/d-6754689/8-amalan-sunnah-umrah-yang-dapat-
dilakukan.

15
3) Menurut jumhur ulama disunahkan untuk melaksanakan thawaf
qudum.
4) Melaksanakan salat dua rakaat thawaf, hal ini disunahkan
menurut mazhab Syafi'i.
5) Mabit di Mina pada malam hari Arafah serta menunaikan salat
lima waktu di Mina pada hari Tarwiyah, hal ini dicontohkan oleh
Nabi Muhammad saw.
6) Mabit di Muzdalifah pada malam hari Kurban dan menunggu di
sana sampai suasana terang sekali sebelum matahari terbit.
Menurut mazhab Syafi'i untuk sahnya mabit di Muzdalifah cukup
dengan sampai di sana selama sesaat setelah lewat tengah malam.
7) Mabit di Mina pada malam-malam Tasyrik, hal ini dicontohkan
pula oleh Nabi Muhammad saw. Mazhab Syafi'i berpendapat
bahwa mabit di Mina pada dua malam Tasyrik adalah wajib.
8) Singgah di Lembah Muhashshab sesudah meninggalkan Mina
menuju Makkah. Daerah Muhashshab ini diapit dua gunung
melalui jalur area pemakaman al-Hujun. Namun, para jumhur
ulama sepakat bahwa ini bukan termasuk manasik yang harus
dilakukan. Dalil atas hukum sunah tersebut adalah perkataan
Usamah bin Zaid dalam haji Nabi Muhammad saw.

‫ َهْل َتَر َك َلَنا َع ِقْيٌل َم ْنِز ًال؟ ُثَّم‬: ‫ َأْيَن َتْنِز ُل َغًدا؟ َقاَل‬،‫ َيا َر ُسوَل ِهَّللا‬: ‫ُقْلُت‬
‫ َنْح ُن َناِز ُلوَن ِبَخْيِف َبِني ِكَناَنًة َح ْيُث َقاَس َم ْت ُقَر ْيٌس َع َلى اْلُك ْفِر‬: ‫َقاَل‬
Artinya: "Aku bertanya, ‘Wahai Rasulullah, di mana Anda akan
singgah besok?’, Beliau balik bertanya, ‘Apakah Aqil
meninggalkan (mewariskan) rumah untuk kita?’, Selanjutnya
beliau bersabda, ‘Kita akan singgah di Lembah Bani Kinanah, di
tempat suku Quraisy bersekongkol’”. (HR Bukhari, Muslim, Abu
Dawud, an-Nasa'i, dan Ibnu Majah)

F. Cara Pelaksanaan Haji dan Umrah


1. Haji

16
a. Macam - Macam Haji
Haji dibagi menjadi tiga, yaitu (1) Tamattu’; (2) qiran; dan (3) Ifrad.
Berikut penjelasannya:19
1) Tamattu’
Yaitu datang untuk umrah pada bulan-bulan haji kemudian bertahalul
dan menunggu waktu pelaksanaan haji. Lalu, melaksanakan haji pada
tahun itu juga hingga sempurna. Pada masa menunggu itu, dia boleh
menikmati apa saja yang tidak boleh dinikmati ketika ihram karenanya
dia wajib membayar dam (denda). Manasik ini adalah yang paling
utama, menurut pendapat yang shahih. Berdasarkan hadits,
“Seandainya aku mengetahui sejak dahulu bahwa lebih baik
berihram lalu berhaji, aku tidak akan membawa binatang sembelihan.
Aku akan bertahalul, dan menjadikan (ihramku) sebagai umrah”.
(HR. Bukhari No. 1568)
2) Qiran
Adalah berihram untuk haji dan umrah sekaligus. Dia tetap berihram
hingga selesai bertahalul dari haji dan umrahnya. Tawaf umrah
digabungkan ke dalam tawaf haji. Sa’inya pun digabung dengan sa’i
haji. Seperti inilah yang dilakukan Nabi saw. pada saat haji wada’
(perpisahan) dengan membawa binatang kurban.
3) Ifrad
Yaitu hanya berniat untuk haji saja. Dia melakukan tawaf qudum
ketika tiba di masjidil haram lalu tetap berihram hingga bertahalul
haji. Dia tidak melaksanakan umrah pada bulan-bulan haji. Bagi yang
menjalani ifrad, tidak ada dam baginya karena sama sekali tidak
bertamattu’.
b. Rute Perjalanan Haji
Berikut gambaran umum tentang rute (ketentuan) perjalanan haji:20

19
Ali bin Sa’id Al Ghamidi, Fikih Wanita, trans. Ahmad Syarif, Abdhilla Nisa, and Khoirun Niat
(Jakarta: Aqwam, 2012), Hal. 118-119.
20
Jamaluddin, Fiqh Ibadah, Hal 240-243.

17
1) Ketentuan jadwal dan rute keberangkatan haji bergantung pada
program yang diambil oleh calon haji. Jika mengikuti program haji
khusus, jadwal dan rute keberangkatannya ditentukan oleh biro
perjalanan haji. Jika ikut program haji regulwr, jadwal dan rute
keberangkatannya ditentukan oleh Kementerian Agama.
2) Keberangkatan Jemaah haji reguler dibagi menjadi dua gelombang.
Gelombang pertama dari Indonesia menuju Madinah dengan daya
tempuh 9 jam 30 menit. Gelombang kedua dari Indonesia menuju
ke Mekkah dengan pesawat mendarat di Jeddah dengan daya
tempuh 8 jam 55 menit. Jemaah gelombang pertama, sebelum
melaksanakan ibadah haji akan menghabiskan waktunya untuk
beribadah di Madinah. Sementara itu, Jemaah yang ikut pada
gelombang kedua akan melaksanakan umrah terlebih dahulu di
Mekkah.
3) Pada 8 Zulhijjah (hari tarwiyah) Jemaah yang ikut gelombang
pertama maupun kedua berkumpul dan harus sudah di Mekkah
dalam keadaan berpakaian ihram dari tempatnya masing-masing,
untuk melakukan niat ibadah haji. Jemaah haji juga berangkat ke
Mina untuk melaksanakan mabit (bermalam) dengan jarak tempuh
dari Mekkah ke Mina yaitu 7 km, sedangkan kebanyakan Jemaah
Indonesia langsung menuju ke Arafah dengan tidak mabit di Mina.
Jarak Mekkah-Arafah kurang lebih 21 km.
4) Pada 9 Zulhijjah, ba’da subuh Jemaah bergerak dari Mina menuju
ke Arafah untuk persiapan melakukan wuquf di Padang Arafah,
sedangkan sebagian Jemaah haji sudah berada di Arafah sejak
malam hari. Adapun jarak antara Mina Arafah kurang lebih 14 km.
5) Setelah matahari terbenam (mulai masuk 10 zulhijjah), dari Arafah
Jemaah bergerak menuju ke Muzdalifah dengan jarak tempuh
antara keduanya 9 km. Tujuan ke Muzdalifah adalah untuk mabit
dan mengambil 70 butir atau 49 butir kerikil. Setelah itu, kemudian

18
berangkat ke Masy’aril Haram untuk berdoa membaca takbir,
tahmid dan tahlil.
6) Setelah menyelesaikan aktivitasnya di Muzdalifah, Jemaah
bergerak dari Muzdalifah menuju ke Mina (jarak 5 km) mulai dari
tengah malam, untuk melakukan lempar jumrah aqabah dengan
tujuh butir batu kerikil. Kegiatan lempar jumrah tersebut dilakukan
sekitar waktu duha. Selain lempar jumrah, Jemaah juga melakukan
penyembelihan hewan (bila memungkinkan pada hari itu, atau pada
hari berikutnya/hari-hari tasyriq), kemudian melakukan tahalul
awal.
7) Setelah tahalul awal, pada 10 Zulhijjah, jemaah berangkat dari
Mina menuju ke Masjidil haram untuk melaksanakan tawaf ifadlah
(tawaf rukun) dan sa’i. Adapun jarak tempuh antara Mina-Mekkah
adalah 7 km atau bisa menunda tawaf ifadah dan sa’i setelah
menyelesaikan terlebih dahulu lempar jumrah.
8) Masih pada 10 Zulhijjah, setelah tawaf ifadlah dan sa’i, jemaah dari
Mekkah kembali ke Mina (jarak 7 km) untuk mabit (bermalam di
Mina), dan diusahakan agar sampai di Mina sebelum waktu
maghrib.
9) Pada 11 Zulhijjah (ba’da dzuhur), jemaah haji masih melakukan
kegiatannya di Mina, yaitu melempar 3 (tiga) jumrah yakni jumrah
ula, wustha dan aqabah, yang masing-masing menggunakan 7
(tujuh) batu kerikil.
10) Pada 12 Zulhijjah (ba’da dzuhur), jemaah melempar kembali tiga
jumrah (ula, wustha dan aqabah). Bagi jemaah yang melakukan
nafar awal, dari Mina Jemaah langsung pulang ke Mekkah,
dengan syarat sebelum maghrib sudah meninggalkan Mina.
Sementara itu, bagi Jemaah yang melakukan nafar tsani, pada 13
Zulhijjah (ba’da dzuhur) wajib melempar tiga jumrah kembali,
setelah itu pulang ke Mekkah.

19
11) Jemaah yang berangkat pada gelombang pertama, setelah berada
di Mekkah mereka bisa langsung pulang ke tanah air, sedangkan
gelombang kedua akan menghabiskan waktunya di Madinah,
sambil menunggu jadwal kepulangan ke tanah air.
12) Bagi seluruh jemaah haji, baik jemaah yang ikut gelombang
pertama maupun gelombang kedua, sebelum
meninggalkan/berpisah dengan Masjidilharam harus melakukan
tawaf wada`
2. Umrah
Tata cara umrah menurut al-Ghazali adalah sebagai berikut : Hendaklah
mandi dan mengenakan pakaian ihram. Berihram untuk umrah, berniat,
membaca talbiyah, pergi ke masjid ‘Aisyah ra. dan salat dua rakaat.
Kemudian kembali ke Makkah sambil membaca talbiyah hingga memasuki
Masjid Haram. Apabila sudah memasuki Masjid Haram, menghentikan
talbiyah, lalu melakukan thawaf dan sa’i sebanyak tujuh kali. Jika telah
selesai, mencukur rambut. Maka, selesailah umrah.21
a. Thawaf Wada’
Apabila telah selesai melaksanakan ibadah umrah, hendaknya
menyelesaikan segala pekerjaan lain, kemudian bersiap untuk berangkat
melakukan thawaf wada`. Thawaf dilakukan tujuh kali tanpa berlari dan
berjalan cepat. Jika telah selesai thawaf, hendaklah melakukan salat dua
rakaat di belakang maqam Ibrahim dan meminum air zamzam. Kemudian,
pergi ke Multazam, berdoa, merendah, serta memohon keridaan dan
ampunan.
b. Ziarah ke Madinah
Rasulullah saw. bersabda : “Siapa yang berziarah kepadaku
sepeninggalku, maka ia seakan-akan mengunjungiku semasa hidupku”.

G. Larangan dan Perkara yang Membatalkan Haji dan Umrah


Perkara-perkara yang diwajibkan dalam haji, diwajibkan pula dalam umrah,
seperti ini juga perkara yang disunahkan haji disunahkan pula dalam umrah.
21
Jamaluddin, Hal. 246.

20
Secara garis besar, umrah sama seperti haji dalam hal ihram, amalan fardhu,
kewajiban, sunah, haram, makruh, hal-hal yang membatalkan, pengepungan,
dan lainnya22, meskipun terdapat perbedaan seperti yang telah dijelaskan di
atas. Berikut ini penjelasan mengenai larangan dan perkara yang
membatalkan haji dan umrah:23
1. Memakai pakaian yang dijahit bagi laki-laki.
2. Menutup kepala bagi laki-laki dan menutup muka bagi wanita.
3. Memotong atau mencabut kuku; kecuali jika kuku pecah dengan
sendirinya dan pecahnya mengganggu pelaksanaan amalan ihram, maka
boleh menghilangkan kuku yang pecah.
4. Memotong atau mencabut rambut.
5. Memakai wewangian.
6. Berburu binatang yang halal dimakan dagingnya.
7. Memotong pohon-pohonan yang tumbuh di tanah haram
8. Nikah atau menikahkan.
9. Bersetubuh.
10. Bersentuhan kulit (dengan maksud menyalurkan syahwat).
Bagi yang melanggar larangan di atas wajib membayar denda (dam).
Ketentuan pembayaran denda bagi yang melanggar larangan ketika ihram,
hukumnya wajib membayar denda menurut larangan yang dilanggarnya
dengan klasifikasi sebagai berikut:
1. Orang yang membunuh binatang buruan di tanah haram, pembayaran
denda dengan ketentuan:
a. Menyembelih binatang yang serupa atau hampir serupa dengan
binatang yang terbunuh.
b. Kalau tidak dapat ia wajib bersedekah makanan kepada fakir miskin
sejumlah harga binatang yang terbunuh.
c. Kalau tidak mungkin pula, ia boleh berpuasa dengan perhitungan untuk
setiap mud (kira-kira 600 gram dengan berpuasa satu hari). Andaikan

22
Khallaf, Fikih Empat Mazhab, Hal. 620.
23
Nurliana, Fiqih Ibadah, Hal. 137-142.

21
harga seekor kambing 1.000,- dan harga beras Rp. 50,- per mud, berarti
ia harus berpuasa 20 hari.
2. Orang yang bersetubuh, denda diatur dengan ketentuan :
a. Menyembelih seekor unta
b. Kalau tidak dapat, maka menyembelih seekor lembu
c. Kalau tidak juga dapat atau tidak bisa, maka diganti denda dengan 7 ekor
kambing.
d. Kalau tidak dapat, maka diganti dengan berpuasa dan setiap satu mud
makanan berpuasa satu hari. Jika harga unta Rp. 4.000 dan harga beras Rp.
50,-/mud maka orang tersebut harus berpuasa 80 hari lamanya. di samping
itu juga hajinya batal dan wajib meneruskan ihramnya hingga selesai.
Dalam penjelasan mazhab Imam Syafi’i, bersetubuh ini dapat
membatalkan haji. Haji yang batal karena hubungan badan wajib diteruskan
sampai tuntas meski batal. Ia wajib meng qadha haji tersebut dengan segera,
maksudnya pada tahun berikutnya, meski haji batal tersebut dihitung haji
nafilah.24
3. Orang yang memotong pohon-pohonan di tanah suci maka dendanya:
a. Menyembelih unta atau lembu jika pohon yang ditebangnya besar,
ukuran besar atau kecilnya pohon berdasarkan pendapat secara umum
yang berlaku di kawasan tersebut.
b. Menyembelih kambing jika kayu yang dipotong kecil.
4. Bagi orang yang terhalang di jalan, sehingga tidak bisa meneruskan haji
atau umrah ia boleh tahalul dengan menyembelih seekor kambing, di
tempat ia terhalang itu, kemudian mencukur atau memotong rambut
dengan niat tahalul.
5. Orang yang melanggar salah satu larangan di waktu ihram, seperti
memakai wewangian, menutup kepala bagi laki-laki, memotong kuku,
memotong rambut, memakai pakaian yang dijahit bagi laki-laki,
bersentuhan dengan perempuan dengan maksud syahwat sesudah tahalul
awal, maka damnya sebagai berikut :

24
Khallaf, Fikih Empat Mazhab.

22
a. Menyembelih seekor kambing untuk disedekahkan.
b. Kalau tidak dapat, memberi makan kepada fakir miskin sebanyak
lebih kurang 7 Kilo gram untuk 6 orang.
6. Orang yang mengerjakan salah satu hal-hal di bawah ini:
a. Mengerjakan haji secara tamattu’
b. Mulai ihram tidak dari miqat
c. Tidak bermalam di Muzdalifah
d. Tidak bermalam di Mina
e. Tidak melontar Jumrah
Mulai urutan ke 3, 4, 5, 6 adalah bagian dari wajib haji juga, maka
dendanya sebagai berikut:
a. Menyembelih seekor kambing yang sah untuk berkurban dan
disedekahkan kepada fakir miskin.
b. Kalau tidak dapat, boleh ia mengganti dengan berpuasa 10 hari; 3 hari
dikerjakan pada waktu haji, dan 7 hari dikerjakan setelah pulang ibadah
haji di kampung halaman.
Kemudian tempat untuk membayar denda (Dam) adalah sebagai berikut:
a. Pembayaran dam dengan menyembelih binatang dan memberikan
makanan harus dibayarkan di tanah haram.
b. Denda berupa penyembelihan binatang karena terhalang di jalan, maka
harus dibayarkan di tempat ia terhalang.
c. Denda dengan berpuasa, boleh dilaksanakan di mana saja, kecuali yang
sudah ditentukan harus di bayar di waktu haji.
H. Hikmah dari Pelaksanaan Haji dan Umrah
Para ahli telah banyak mengungkap tentang hikmah haji ini dalam
berbagai tinjauan. Dari sekian banyak hikmah haji yang dirumuskan oleh para
ahli tersebut, jika ditarik garis besarnya maka dapat disimpulkan pada dua
macam: hikmah yang berkaitan dengan keagamaan dan hikmah yang
berkaitan dengan sosial kemasyarakatan. Adapun hikmah haji yang berkaitan
dengan keagamaan ialah sebagai berikut:25
25
Abror, Fiqh Ibadah, Hal. 218-220.

23
1. Menghapus dosa-dosa kecil dan menyucikan jiwa orang yang
melakukannya, sebagaimana diterangkan oleh Nabi Saw dalam
haditsnya: "Dari abu Hurairah, sesungguhnya Nabi Saw bersabda:
“Siapa yang melakukan haji tidak melakukan rafas dan tidak berbuat
fasik, ia kembali sebagaimana pada ketika ia dilahirkan oleh ibunya.”
(HR Bukhari dan Muslim).
2. Mendorong seseorang untuk menegaskan kembali pengakuannya atas
keesaan Allah swt. serta penolakan terhadap segala macam bentuk
kemusyrikan, baik berupa patung-patung, binatang, bulan, matahari, serta
juga segala sesuatu selain Allah Swt. Hal ini karena haji merupakan kilas
balik atau penapakan kembali peristiwa penemuan keesaan Tuhan oleh
Nabi Ibrahim as.
3. Mendorong seseorang memperkuat keyakinan tentang adanya neraca
keadilan Tuhan dalam kehidupan di dunia ini, dan puncak dari keadilan
itu akan diperoleh pada hari kebangkitan kelak.
4. Mengantar seseorang menjadi hamba yang selalu mensyukuri nikmat-
nikmat Allah, baik berupa harta dan kesehatan, dan menanamkan
semangat ibadah dalam jiwanya. Al-Kasani dalam kitabnya al-Badai
mengatakan bahwa ibadah haji merupakan aplikasi dari sifat kehambaan
dan kesyukuran atas nikmat Allah swt. karena dalam pelaksanaan haji
seseorang menundukkan diri dan bahkan menghinakan diri di hadapan
Allah swt. yang disembah. Semua kesombongan, keangkuhan, kekayaan,
kekuatan, kekuasaan dan sebagainya hilang seperti halnya seorang hamba
sahaya di hadapan tuannya.

Dari segi sosial kemasyarakatan hikmah ibadah haji antara lain ialah:
1. Ketika memulai ibadah haji dengan ihram di miqat, pakaian biasa
ditanggalkan dan mengenakan pakaian seragam ihram. Pakaian yang
berfungsi sebagai lambang pembedaan tersebut harus dihilangkan,
sehingga semua menjadi satu dalam kesatuan dan persamaan.

24
2. Ibadah haji dapat membawa orang-orang yang berbeda suku, bangsa, dan
warna kulit menjadi saling mengenal antara satu sama lain. Ketika itu
terjadilah pertukaran pemikiran yang bermanfaat bagi pengembangan
negara masing-masing baik yang berhubungan dengan pendidikan,
ekonomi, maupun kebudayaan.
3. Mempererat tali ukhuwah Islamiyah antar umat Islam dari berbagai
penjuru dunia.
4. Mendorong seseorang untuk lebih giat dan bersemangat berusaha untuk
mencari bekal yang dapat mengantarnya ke Mekah untuk haji. Semangat
bekerja tersebut dapat pula memperbaiki keadaan ekonominya yang pada
gilirannya bermanfaat untuk fakir dan miskin
5. Ibadah haji merupakan ibadah badaniyah yang memerlukan ketangguhan
fisik dan ketahanan mental. Hal ini menunjukkan bahwa ibadah haji
dapat memperkuat kesabaran dan ketahanan fisik seseorang.

25
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Secara etimologi haji berasal dari bahasa Arab al-hajj yang berarti
mengunjungi atau mendatangi. Dalam terminologi fikih, haji didefinisikan
sebagai perjalanan mengunjungi Kabah untuk melakukan ibadah tertentu.
Atau bepergian ke Kabah pada bulan-bulan tertentu untuk melakukan
ibadah tawaf, sai, wukuf, dan manasik-manasik lain untuk memenuhi
panggilan Allah Swt. serta mengharapkan keridhaan-Nya. Sedangkan
umrah secara etimologi berarti “berkunjung”, secara etimologi syar’i
adalah berkunjung ke Baitullah melakukan ibadah kepada Allah dengan
melakukan thawaf dan sai lalu diakhiri dengan mencukur rambut atau
sekedar memendekkannya (Tahallul).
2. Menurut Ibnu Hajar al-Haitami, haji merupakan syariat abadi yang
berlaku sejak nabi Adam as. Hingga nabi Muhammad saw. Menurut
riwayat, semua nabi dan rasul pernah melaksanakan ibadah yang satu ini
di tempat yang sama, yaitu Makah al-Mukaramah dengan Kabah sebagai
titik sentralnya. Nabi Adam as. Diriwayatkan melaksanakan haji sebanyak
40 kali dengan berjalan kaki dari negerinya di wilayah India. Nabi Nuh,
Ibrahim, sampai Nabi Muhammad saw. juga melaksanakannya.
3. Dasar hukum haji dan umrah salah satunya di dalam Quran surah al-
Baqarah ayat 196-198.

B. Saran
Dengan mempelajari bagaimana pelaksanaan ibadah haji dan umrah
diharapkan pembaca dapat mengerti alasan dibalik Allah memerintahkan
hambanya untuk melaksanakannya serta dapat mempersiapkan diri apabila
Allah swt. memanggilnya untuk datang ke Baitullah.

26
DAFTAR PUSTAKA

Abror, Khoirul. Fiqh Ibadah. Yogyakarta: Phoenix Publisher, 2019.


Isneni, Nilam. “8 Amalan Sunnah Umrah Yang Dapat Dikerjakan Jemaah.”
Detik.com, 2023. https://www.detik.com/hikmah/haji-dan-umrah/d-
6754689/8-amalan-sunnah-umrah-yang-dapat-dilakukan.
Jamaluddin. Fiqh Ibadah. Tasikmalaya: Penerbit Latifah, 2017.
Johari, and Johar Arifin. Tuntunan Manasik Haji & Umrah. Yogyakarta: CV.
Istana Agency, 2019.
Khallaf, Abdul Wahhab. Fikih Empat Mazhab. Translated by Tim Ummul Qura.
Jakarta Timur: Ummul Qura, 2018.
Nurliana. Fiqih Ibadah. Pekanbaru: LPPM STAI Diniyah Pekanbaru, 2021.
Sa’id Al Ghamidi, Ali bin. Fikih Wanita. Translated by Ahmad Syarif, Abdhilla
Nisa, and Khoirun Niat. Jakarta: Aqwam, 2012.
Supriyanto, Jhon. “Historiografi Haji Menurut Al-Quran.” Jurnal Ilmu Agama
(JIA) No. 1 (2017): 3. https://media.neliti.com/media/publications/98173-ID-
none.pdf.
Suwarjin. Fikih Haji Dan Umrah Perspektif Empat Mazhab. Jakarta: Rajagrafindo
Press, 2023.
Umrah, Ditjen Penyelenggaraan Haji dan. Tuntunan Manasik Haji Dan Umrah.
Jakarta: Kementerian Agama RI, 2023.
Usman, Umar. “Sejarah Singkat Ibadah Umrah Nabi Muhammad Saw.” Jasa
Mengelola Website, 2009.
http://wicaksono.permataindonesia.ac.id/2020/02/sejarah-singkat-ibadah-
umrah-nabi.html.

27
28

Anda mungkin juga menyukai